Proposal praktikum Isu-Isu Promosi Kesehatan
Transcript of Proposal praktikum Isu-Isu Promosi Kesehatan
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat. Di dunia,
angka kematian bayi sangat bervariatif pada setiap negara. Di negara
berkembang, angka kematian bayi masih tergolong tinggi. Berdasarkan buku
tahunan statistik ASEAN (Association of South East Asian Nations) dalam
profil kesehatan Indonesia 2005, Brunei Darusallam, Malaysia, dan
Singapura tergolong AKB yang rendah, yaitu dibawah 20 per 1000 kelahiran
hidup. Sedangkan Indonesia, AKB mencapai 39 per 1000 kelahiran hidup.
Angka ini masih di bawah negara Filipina dan Thailand, yang masing-masing
AKB mencapai 28 dan 20 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut hasil SDKI penurunan AKB terjadi sejak tahun 1991. Pada
tahun 1991 diestimasikan sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan
hasil SDKI 2007 mengestimasikan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Hasil estimasi tersebut memperhitungkan angka kematian bayi dalam
periode 5 tahun terakhir sebelum survei, misalnya pada SDKI tahun 2007
diperoleh AKB untuk periode 5 tahun sebelumnya yaitu tahun 2003-2007
sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup (profil kesehatan Indonesia, 2010).
Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs), Kementerian Kesehatan telah mematok target penurunan AKB di
Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup pada 2008
menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. AKB di Indonesia
termasuk salah satu yang paling tinggi di Asia. Hal itu tercermin dari
perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang
telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per
1.000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia adalah
infeksi, termasuk infeksi saluran nafas dan diare. Penyebab yang lain ialah
masalah gizi seperti kurang kalori dan protein. Upaya pencegahan yang dapat
1
dilakukan untuk mengurangi kematian bayi akibat masalah tersebut adalah
dengan memperbaiki status gizi bayi. Pemberian makanan yang tepat pada
bayi adalah salah satu tindakan yang dapat dilakukan. Makanan yang tepat
untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI satu jam pertama
setelah melahirkan dapat memberikan efek protektif khusus pada bayi.
Konselor ASI Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
Amiruddin mengatakan, pemberian ASI pada satu jam pertama setelah
persalinan akan membantu memastikan keselamatan bayi yang dilahirkan
(Ant, 2008).
Uraian diatas merupakan latar belakang diadakannya acara
“Penyuluhan Menggunakan Metode Curah Pendapat (Brainstorming) Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pencegahan Kematian Bayi
Di Desa Cilongok Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Tahun 2012”.
Metode curah pendapat (brainstorming) yang digunakan bertujuan untuk
mempermudah pemahaman peserta mengingat jumlah peserta yang besar.
Menurut hasil survei yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas, Desa Cilongok memiliki angka kematian bayi yang
cukup tinggi yaitu 4 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Banyumas,2010).
Oleh karena itu, kami memilih Desa Cilongok sebagai tempat kegiatan ini
dilaksanakan dengan harapan akan adanya perubahan yang positif dari segi
pengetahuan warga desa tersebut tentang upaya penurunan angka kematian
bayi.
B. Perumusan Masalah
Pelaksanan kegiatan “Penyuluhan Menggunakan Metode Curah
Pendapat (Brainstorming) Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Pencegahan Kematian Bayi Di Desa Cilongok Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas Tahun 2012” ini dilatar belakangi oleh tingginya angka
kematian bayi di Desa Cilongok Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk meningkatkan tentang
pencegahan kematian bayi kepada warga Desa Cilongok terutama para
ibu di Desa Cilongok Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden di Desa Cilongok Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas.
b. Mengetahui efektivitas penyuluhan dengan menggunakan metode
curah pendapat (brainstorming) antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
c. Memberikan informasi tentang pencegahan tingginya angka kematian
bayi.
d. Meningkatkan pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan
angka kematian bayi ke arah yang lebih baik.
e. Membandingkan hasil yang diperoleh dari kelompok yang di teliti
dengan kelompok kontrol.
D. Manfaat
1. Bagi Warga Desa Cilongok
Meningkatkan pengetahuan dan sikap warga tentang cara pencegahan
terjadinya kematian bayi sehingga secara mandiri oleh warga dapat
mewujudkan angka kematian bayi yang sekecil-kecilnya.
2. Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai cara
penurunan angka kematian bayi dan aplikasinya.
b. Menambah ketrampilan, dan pelatihan bagi mahasiswa cara
memberikan penyuluhan yang baik kepada masyarakat.
c. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai metode yang tepat
dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan untuk masyarakat.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan.
Memperkenalkan Jurusan Kesehatan Masyarakat kepada masyarakat luas.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh
secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada
hubungannya dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa.
Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya
secara sukarela perilaku yang akan meningkatkan atau memlihara kesehatan
(Wood, 1992 dalam Azwar 1983).
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitik
beratkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Secara
konsep, pendidikan kesehatan merupakan upaya mempengaruhi/mengajak
orang lain (individu, keompok, masyarakat) agar berperilaku hidup sehat.
Secara operasional, pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk
memberikan/meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam
memelihara dan meingkatkan kesehatannya (www.tp.ac.id).
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan kesehatan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang pendidikan kesehatan seperti yang
ditetapkan oleh WHO (1945) bahwa pendidikan kesehatan bertujuan untuk
merubah perilaku seseorang dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan
(Azwar, 1983).
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :
1. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan
pendidik (pelaku pendidikan).
2. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
4
3. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku.
Pendidikan kesehatan selain untuk mempengaruhi perilaku sehat
seseorang juga memiliki sasaran yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut. Adapun sasaran program pendidikan kesehatan yang
ditetapkan oleh Depkes RI (1998) antara lain :
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga
dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang
bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
2. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap
berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan
perilaku seperti AIDS, kanker, penyakit jantung, ketergantungan obat dan
minuman keras sehingga angka kesakitan terhadap penyakit tersebut
berkurang.
3. Meningkatnya peran swasta/dunia usaha dalam berbagai upaya
pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan yang selama ini masih dibiayai pemerintah
seperti imunisasi, fogging untuk DBD, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman.
4. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi muda
dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan masyarakat
5. Meningkatnya dan lebih rasionalnya pembiayaan kesehatan yang berasal
dari masyarakat termasuk swasta terutama melaui penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan masyarakat dan dikelola berdasarkan JPKM.
B. Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai
masukan dan keluaran. Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor tersebut, disamping faktor masukannya sendiri juga
faktor metode, faktor metode atau pesannya, pendidikan yang dipakai. Agar
mencapai situasi hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus
bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa masukan tertentu harus
mengggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan
5
sasaran. Demikian juga alat bantu pendidkan. Untuk sasaran kelompok maka
metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual.
Untuk sasaran massapun harus berbeda dengan sasaran individual dan
sebagainya (Notoatmojo, 2003).
Metode pendidikan merupakan salah satu unsur input yang
berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan kesehatan (Notoatmojo, 2003).
Metode-metode pendidikan meliputi :
1. Metode Pendidikan Individu (perseorangan)
Metode ini digunakan untuk mernbina perilaku baru, atau
seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku.
Bentuk pendekatan ini antara lain :
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien lebih
intensif, sehingga petugas dapat membantu penyelesaian masalah
klien.
b) Interview (wawancara)
Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari klien mengenai
perilaku klien (Marliana, 2008).
2. Metode pendidikan kelompok
Memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran. Metode untuk
kelompok besar berbeda dengan kelompok kecil. Kelompok besar terdiri
dari > 15 orang dan kelompok kecil terdiri dari < 15 orang (Notoatmojo,
1997). Macam-macam metode pendidikan masyarakat sebagai berikut :
a) Ceramah
Metode ini diperuntukan untuk kelompok besar dan baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
b) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok ini dimungkinkan apabila peserta kegiatan kurang
dari 15 orang dan termasuk ke dalam metode kelompok kecil.
c) Curah Pendapat (Brainstorming)
6
Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok dan
mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi kelompok.
Perbedaannya terletak pada permulaannya, dimana peserta diberikan
suatu masalah dan peserta kemudian memberikan tanggapannya.
d) Bola Salju (Snow Ball)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan dua
orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah.
Kemudian tiap 2 pasang bergabung, mediskusikan masalah yang
sama dan menarik kesimpulan. Begitupun seterusnya sampai terjadi
suatu diskusi seluruh peserta.
e) Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)
f) Memainkan peran (Role Playing)
Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran, kemudian
mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi/komunikasi
sehari-hari dalam menjalankan tugas.
g) Permainan stimulasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode diskusi kelompok dan
role play (Marliana, 2008).
3. Metode Pendidikan Massa
Metode ini untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan
yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa. Sasaran dari
pendidikan massa adalah umum, tidak membedakan umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan
sebagainya. Pendekatan ini digunakan untuk membangun kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi (Notoatmojo, 1997). Bentuknya antara
lain :
a. Ceramah umum
Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah besar dan
terutama disampaikan secara lisan.
b. Siaran Radio
Metodanya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak berada di
dalam ruangan yang sama.
7
c. Siaran TV
Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan.
d. Media cetak
Penyajian materi disampaikan secara tulisan (Marliana, 2008).
C. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk
penyampaian pesan. Manusia menggunakan indra untuk berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga untuk mempengaruhi interaksi tersebut
digunakanlah berbagai media. Semakin banyak indra yang digunakan untuk
menerima suatu pesan maka akan semakin mudah pesan itu
diterima/dipahami. Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat
bantu pendidikan (audio visual aids/AVA).
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan
(media), media ini dibagi menjadi 3, yaitu cetak, elektronik, media papan
(bill board).
1. Media cetak
a. Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
b. Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan
atau keduanya.
c. Flyer (selebaran) : seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
d. Flip chart (lembar Balik) : pesan/informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar
(halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat
sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan.
f. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi
kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-
tempat umum, atau di kendaraan umum.
g. Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
8
2. Media elektronik
a. Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum
diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, spot, quiz, atau cerdas
cermat, dll.
b. Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio,
ceramah, radio spot, dll.
c. Video Compact Disc (VCD)
d. Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan/informasi kesehatan.
e. Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan.
3. Media papan (bill board)
Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.
Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi)
(Notoatmodjo, 2003 dalam Maharani, 2010).
D. Flip Chart/Lembar Balik
Bisa dikatakan, lembar balik adalah sekumpulan poster yang dibundel
menjadi satu dengan jilid ring sehingga mudah dibuka-buka. Hanya saja,
lembar balik itu merupakan media informasional sehingga memuat gambar
dengan tulisan yang menjelaskan suatu topik secara cukup rinci. Setiap topik
bahasan tertentu selalu terdiri dari 2 halaman yaitu satu halaman bergambar
dengan teks terbatas menghadap ke arah peserta, sedangkan halaman yang
menghadap fasilitator berisikan informasi kunci dan pertanyaan diskusi yang
menjadi acuan pembahasan topik tersebut. Jadi, fasilitator adalah pengguna
media ini, bukan peserta. Peserta hanya dilibatkan di dalam diskusi
pembahasan topik. Media ini populer di jaman penyuluhan (pertanian dan
kesehatan).
Pembuatan Saat PenggunaanKelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
Bisa dibuat Perlu Pesan yang Ukurannya
9
manual (dengan fotokopi)
keterampilan Menggambar
Biaya cetak mahal
disampaikan dapat lebih terperinci
Dapat menarik perhatian khalayak
Bisa digunakan untuk diskusi kelompok
kurang efektif untuk khalayak lebih dari 10 orang
Agak kaku karena urutan lembarannya sulit diubah-ubah
E. Kelemahan dan Kelebihan Metode Curah Pendapat
Curah pendapat dilakukan pada kelompok yang berjumlah <15 orang.
Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat di terima bagi
pelaksana maupun peserta kegiatan seperti dibawah ini :
1. Kelebihan :
a. Memberikan berbagai pengalaman bagi setiap mahasiswa untuk
mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan
memantau perasaan emosi yang secara umum mengembangkan
kebiasaan baik.
b. Memacu keberanian mengemukakan pendapat.
c. Meningkatkan motivasi belajar.
d. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan mengingat
bahan pembelajaran, mengembangkan sifat kepemimpinan.
e. Suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning),
sehingga memungkinkan mahasiswa dapat belajar dengan perasaan
tenang, tanpa perasaan takut, tertekan, atau perasaan-perasaan negatif
lainnya. Suasana ini sangat kondusif bagi peningkatan hasil belajar
mahasiswa secara signifikan.
f. Meningkatkan kemauan menemukan sendiri materi yangg dibahas,
kepercayaan kepada diri sendiri dan kelompok, serta keberanian
dalam berargumentasi mengemukakan pendapat dan saran.
2. Kelemahan
10
a. Membiarkan peserta menemukan sendiri jawaban masalah biasanya
memerlukan waktu lama.
b. Pembicaraan dapat menjadi meluas dan menyimpang dari
permasalahan.
c. Kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti peserta
terlalu emosional atau kehilangan kontrol.
d. Memberikan peluang terjadinya persaingan antar kelompok yang
memungkinkan terjadi klik-klik untuk sementara.
F. Kelemahan dan Kelebihan Leaflet
Leaflet adalah salah satu media yang banyak digunakan untuk
menyebarkan informasi kepada masyarakat. Media ini berisi informasi dalam
bentuk gambar kalimat maupun gambar, atau kombinasi. Dengan bentuk
tersebut, leaflet memiliki beberapa kekurangan untuk digunakan, yaitu :
1. Bila cetakannya tidak menarik orang enggan menyimpannya.
2. Pada umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil.
3. Tidak bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf.
Akan tetapi media ini banyak dipilih oleh penyebar informasi karena
memiliki cukup banyak kelebihan. Brikut kelebihan dari media leaflet :
1. Dapat disimpan lama dan jika lupa dapat dilihat kembali
2. Dapat dipakai sebagai bahan rujukan
3. Isi dapat dipercaya karena dikeluarkan oleh instansi resmi
4. Jangkauannya sangat luas dan dapat membantu media lain
5. Dapat dipakai untuk bahan diskusi pada kesempatan yang berbeda
6. Pederhana dan sangat murah, klien dapat menyesuaikan dan belajar
mandiri,
7. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat
dibagikan dengan keluarga dan teman.
G. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada
tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal
sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran
11
hidup) (BPS,2012). Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis
besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
1. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari
orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
2. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Rumus menghitung
angka kematian bayi (AKB) :
AKB=Do<1 thJLH
×1000
Do <1 th : jumlah kematian penduduk udia 0-1 tahun
JLH : jumlah kelahiran hidup
(BPS, 2012)
Selain itu, untuk mengukur berbagai ukuran angka kematian anak
digunakan berbagai ukuran angka sebagai berikut :
1. Kematian neonatum : peluang untuk meniggal dalam bulan pertama
setelah lahir.
2. Kematian post-neonatum : peluang untuk meninggal setelah bulan
pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun.
3. Kematian bayi : peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum
mencapai umur tepat satu tahun.
4. Kematian anak : peluang untuk meninggal antara umur satu tahun dan
sebelum tepat umur lima tahun.
5. Kematian balita : peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum
umur tepat lima tahun.
6. Kematian perinatal : jumlah bayi yang lahir mati dan bayi yang
meninggal sebelum tepat berumur satu minggu dibagi dengan jumlah
kehamilan umur kandungan 7 bulan atau lebih (Lidya, 2010).
Tingginya angka kematian bayi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah :
12
1. Faktor ibu
a. Sosial ekonomi
Studi menunjukkan bahwa status ekonomi rendah memiliki
hubungan dengan meningkatnya angka kematian bayi dan anak. Angka
kematian bayi pada masyarakat ekonomi rendah masih lebih besar
dibandingkan dengan ekonomi tinggi (Bapenas, 2009).
b. Tingkat pendidikan
Survei Demografi di 40 negara (Engendering Development,
Bank Dunia, 2001) memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat
pendidikan ibu, makin rendah angka kematian bayi. Bahkan, seorang
ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan
menurunkan angka kematian bayi secara signifikan dibandingkan
dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi
ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan
menengah tingkat pertama (Hartono dkk, 2006).
c. Umur ibu
Umur ibu dibawah 20 tahun meningkatkan resiko kematian
neonatal, serta usia ibu di atas 35 tahun meningkatkan resiko kematian
perinatal (Litbangkes, 1994). Odds Ratio AKB dari ibu usia di bawah
20 tahun sebesar 1,4 kali lebih tinggi dari AKB pada ibu usia 20-35
tahun. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan
bahwa kematian maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang
hamil pada usia 35 – 39 tahun bila dibanding wanita yang hamil pada
usia 20 – 24 tahun. Usia kehamilan yang paling aman untuk
melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun (Fibriana, 2007).
d. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu
baik lahir maupun lahir mati. Paritas yang tinggi akan berdampak pada
timbulnya berbagai masalah kesahatan baik bagi ibu maupun bayi yang
dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas
yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR. Sebagaimana
hasil penelitian menunjukan bahwa ibu dengan paritas tinggi secara
13
merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol (50%) yang
memberi interprestasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi
kesehatan ibu sehingga melahirkan dengan berat lahir yang cenderung
normal (Royyany, 2010).
e. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran juga mempengaruhi kelangsungan hidup pada
anak. Semakin pendek jarak kelahiran maka peluang hidup bayi
semakin rendah. Sebaliknya, semakin panjang jarak kelahiran maka
peluang untuk hidup bayi akan semakin tinggi. Hal ini dimungkinkan
karena seorang ibu akan merawat anaknya dengan lebih terurus jika
jarak kelahiran antar anak lebih panjang (Supardi dkk, 2011).
2. Faktor bayi
a. Asfiksia Neoenatum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (IDI dalam
Depkes RI, 2008).
Sedangkan menurut Hutchinson (1967) Asfiksia neonatorum
ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang
terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang
dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan
ekstrauterin.
Menurut Kamarullah (2005) klasifikasi asfiksia dibagi
menjadi:
1) Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2) Asfiksia Sedang
14
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
tentang lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3) Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat.
Cara menilai tingkatan skor apgar menurut Utomo (2006)
adalah dengan :
1) Menghitung frekuensi jantung
2) Melihat usaha bernafas
3) Menilai tonus otot
4) Menilai reflek rangsangan
5) Memperlihatkan warna kulit
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat
asfiksia yang dialami bayi:
Tabel 2 .1 Nilai APGAR.
Tanda 0 1 2
Detak jantung
Pernafasan
Tonus otot
Reflek saat jalan
nafas dibersihkan
Warna
Tak ada
Tidak ada
Lunglai
Tidak ada
Biru/pucat
<100 x/mnt
Tidak teratur
Ekstremitas lemah
Menyeringai
Tubuh kemerahan
Ekstremitas Biru
>100 x/mnt
Menangis kuat
Gerakan aktif
Batuk/bersin
Merah seluruh
15
tubuh
Sumber : Utomo, (2006)
Menurut Mochtar (1998) asfiksia dibedakan menjadi 2 macam
yaitu :
1) Asfiksia livida (biru)
2) Asfiksia Pallida (putih)
Tabel 2.2 Perbedaan antara asfiksia livida dan asfiksia pallida
Asfiksia livida lebih baik dari pada asfiksia pallida, prognosis
tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak.
Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus di pikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh
pada masa mendatang.
Untuk mendiagnosis asfiksia menurut Wiknojosastro (2005)
dapat dilakukan upaya sebagai berikut :
1) DJJ
Keadaan di mana denyut jantung janin frekuensi turun sampai di
bawah 100/menit di luar his, atau denyut jantung tidak teratur
elektro kardiogram janin digunakan untuk terus menerus
mengawasi jantung janin.
2) Mekonium dalam air ketuban
16
Perbedaan Asfiksia livida Asfiksia Pallida
Warna kulit
Tonus otot
Reaksi rangsangan
Bunyi jantung
Prognosis
Kebiru-biruan
Masih baik
Positif
Masih teratur
Lebih baik
Pucat
Sudah kurang
Negatif
Tidak teratur
Jelek
Terdapatnya mekonium pada presentasi kepala, menunjukkan
gangguan oksigenasi, dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan.
3) Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop diambil contoh darah janin,
adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Bila pH turun sampai
di bawah 7,2 merupakan tanda bahaya bagi janin.
b. Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang
beratbadannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan
2.499 gram) (Hanifa, 2006). Menurut Hanifa (2006), WHO (1979)
membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1) Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari)b.
2) Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap (259- 293 hari ).
3) Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).
Menurut Sarwono Prawiharjo (2006), berat badan bayi waktu
lahir diklasifikasikan berdasarkan :
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir 1.500-2.500 gram.
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang
lahir dengan berat lahir <1.000 gram.
Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi dua golongan :
1) Pramunitas murni
Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonatus preterm/BBLR/SMK(sesuai
masa kehamilan).
2) Dismaturitas
17
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kejadian BBLR, yaitu:
a) Faktor ibu: riwayat kelahiran prematur sebelum, perdarahan
antepartum, hipertensi, umur kehamilan kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi, trauma dan lain-lain.
b) Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban pecah dini
c) Keadaan sosial ekonomi yang rendah. Kebiasaan: pekerjaan yang
melelahkan, merokok.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan karena
persalinan kurang bulan/prematur dan bayi lahir kecil untuk masa
kehamilan. Pada umumnya bayi kurang bulan disebabkan karena
uterus kurang dapat menahan janin, gangguan selama kehamilan,
lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya atau rangsangan yang
memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir
kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi
normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur
kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan
prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) ini sering mendapatkan penyakit atau komplikasi
akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang
kurang/prematur (Kulah Kebidanan, 2009).
Menurut Manuaba (1998), tanda dan karakteristik BBLR,
yaitu :
1) Berat badan < 2.500 gram
2) Panjang < 45 cm
3) Lingkar dada < 30 cm
4) Lingkar kepala < 33 cm.
18
5) Umur kehamilan < 37 cm.
6) Kepala relatif lebih besar.
7) Kulit tipis transparan, rambut lanugo masih banyak, lemak kulit
kurang
8) Otot hipotonik lemah.
9) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnoe (gagal napas).
10) Ekstremitas ; paha abduksi, sendi lutut / kakai flexi lurus.
11) Kepala tidak mampu tegak.
12) Pernapasan sekitar 45 menit – 50 kali per menit.
13) Frekuensi nadi 100 -140 kali per menit
c. Faktor pelayanan kesehatan
1) Antenatal
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilanuntuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil. Sehinggamampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 1998). Pelayanan antenatal ialah untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Pemeriksaan
kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental
(Wiknjosastro, 2005).
2) Penolong persalinan
Penolong persalinan harus mampu memenuhi tugas
sebagai pemberi perawatan. Penolong persalinan juga harus
pemah menjalani pelatihan yang sesuai dan memiliki tingkat
keterampilan kebidanan yang sesuai dengan tingkat pelayanan.
Paling tidak, hal ini memungkinkan pemberi perawatan mengkaji
19
Input PenelitianPengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan kematian bayi
Output PenelitianPengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan kematian bayi
IntervensiPenyuluhan kesehatan dengan metode brainstorming disertai pemberian leaflet
faktor risiko, mengenali komplikasi, melakukan observasi pada
ibu, dan memantau kondisi janin dan bayi setelah lahir.
Penolong persalinan harus mampu melakukan intervensi
dasar esensial dan merawat bayi setelah lahir. Penolong persalinan
juga harus mampu merujuk wanita atau bayi ke tingkat perawatan
yang lebih tinggi jika timbul komplikasi yang memerlukan
intervensi, yang melebihi kemampuan pemberi perawatan (WHO,
2003).
3) Jarak ke tempat tinggal
Menurut Nasrin (2001) salah satu penyebab keterlambatan
ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan yang tepat adalah
akibat jarak yang tidak terjangkau. Jarak terlampau jauh dan tidak
tersedianya sarana transportasi menyebabkan ibu hamil memilih
persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila
mengalami komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan
pertolongan yang memadai. Hal ini sering menyebabkan kematian
ibu dan bayi.
H. KERANGKA KONSEP
PRE-TEST POST-TEST
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah Penyuluhan Pre dan Post Persalinan Dengan
Metode Curah Pendapat (Brainstorming) di Desa Cilongok Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas Tahun 2012 dengan tema “Turunkan AKB
melalui Ibu CERDIK” (CEkatan dalam menerima informasi kesehatan,
Rencanakan kehamilan, DIsiplin datang ANC, Kontinyu dalam berinteraksi
dengan tenaga kesehatan).
B. Bentuk dan Metode Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Desa Cilongok Kecamatan
Cilongok, Kabupaten Banyumas dengan metode pendidikan kelompok kecil.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah curah pendapat (brainstorming) yaitu
modifikasi metode diskusi kelompok dengan melemparkan suatu masalah
kepada peserta dan peserta diminta untuk memberikan tanggapan dari
masalah yang di berikan. Setelah semua peserta mencurahkan pendapat,
barulah tiap peserta memberikan komentar dan akhirnya terjadi diskusi yang
di dalamnya di sisipi dengan penyuluhan tentang tema terkait. Penyuluhan
dilakukan untuk membahas pentingnya menjaga kehamilan dan persalinan
yang aman dan sehat. Kelompok yang dibentuk pada diskusi ini ada 3
kelompok dengan anggota masing-masing kelompok 10 ibu rumah tangga.
Adapun tiap - tiap kelompok didampingi oleh 2 mahasiswa sebagai pemandu.
Pemandu memandu kegiatan curah pendapat dan memberikan materi tentang
tema terkait dengan menggunakan lembar balik dan leaflet.
C. Media Promosi Kesehatan
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah leaflet dan lembar
balik (flip chart). Media tersebut digunakan untuk membantu proses
penyuluhan sehingga lebih menarik dan mudah dimengerti oleh sasaran.
Kegiatannya berupa diskusi dan pemaparan materi tentang AKB dengan
21
Alat peraga berupa lembar balik
Peserta
Peraga 1 + Pemateri
menggunakan media lembar balik yang dilakukan secara berkelompok yaitu
3 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 10 orang dengan
didampingi oleh 3 penyuluh. Pengelompokan ini dimaksudkan agar materi
dapat lebih diserap oleh para peserta dengan lebih intensif.
Penggunaan lembar balik saat penyuluhan bertujuan agar peserta lebih
tertarik dengan penyuluhan yang diadakan sehingga menunjang kesuksesan
tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan leaflet yang dibagikan ialah berisi
informasi AKB yang dilengkapi dengan gambar-gambar penunjang,
pembagian leaflet ini bertujuan agar mudah dipahami oleh para peserta
karena informasi yang ada merupakan rangkuman dari materi penyuluhan
yang diberikan.
Selain memberikan penyuluhan pada kelompok yang akan di teliti,
kegiatan ini juga membagikan kuesioner kepada kelompok lain yang tidak
diberikan penyuluhan sebagai kelompok pembanding. Jumlah dari kelompok
pembanding yang akan dibagikan kuesioner ialah berjumlah 30 orang.
Gambar1. Kerangka pemikiran metode penyuluhan
D. Sasaran Kegiatan
Populasi : Ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Cilongok Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas.
Sampel : 30 orang diambil secara acak untuk peserta penyuluhan dan 30
orang diambil secara acak untuk kelompok pembanding.
22
E. Evaluasi
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
kegiatan adalah dengan pengolahan data hasil kuesioner yang diberikan pada
awal dan akhir kegiatan pelatihan yang kemudian di bandingkan dengan hasil
kuesioner kelompok kontrol. Evaluasi kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kegiatan ini terhadap perubahan pengetahuan pada
peserta mengenai AKB.
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini akan dilaksanakan pada :
hari, tanggal : Sabtu, 26 Mei 2012
waktu : Pukul 08.45 s.d.11.45 WIB
tempat :Desa Cilongok Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas
G. Kemitraan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
2. Puskesmas Cilongok I
3. Desa Cilongok Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas
4. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul dengan menggunakan
analisis deskriptif dalam bentuk tulisan, tabel dan grafik. Analisis data primer
(kuesioner) menggunakan program komputer SPSS versi 16 for windows.
Untuk membandingkan data hasil dari kuesioner dengan data hasil dari
kelompok kontrol menggunakan uji t-2 sampel independen karena
membandingkan dua kelompok independen yang satu sama lainnya tidak
saling mempengaruhi. Uji paired t Test dilakukan untuk melihat signifikansi
perbedaan rata-rata sebelum dan setelah perlakuan. Jika nilai p=0,000 lebih
kecil dari α (0,05), maka hipotesis penelitian ditolak, artinya ada perbedaan
yang nyata. Jika homogen dapat dilanjut ke uji anova jika tidak homogen
dapat dilanjut dengan uji kruskal wallis.
23
I. Susunan Panitia
Terlampir
J. Susunan Acara
Terlampir
K. Anggaran Dana
Terlampir
L. Penutup
Demikian proposal kegiatan Penyuluhan Menggunakan Metode Curah
Pendapat (Brainstorming) Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Pencegahan Kematian Bayi Di Desa Cilongok Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas Tahun 2012 ini kami buat. Semoga kegiatan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait. Atas partisipasi dan
kerjasama dari semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agus Supardi, 2011. Kematian Bayi umur 0 – 28 hari masih Tinggi. www.
balatbangbengkulu..com/2011/02/pbimr_okey_.pdf) diakses 12 April 2012
Anonim. http:// www .tp.ac.id/wp.../download-konsep-penkes-ren-
pengajaran.doc. Diakses tanggal 11 April 2012 pukul 20.00 wib.
Arulita Ika Fibriana.2007. Faktor – Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
Kematian Maternal (Studi Kasus Di Kabupaten Cilacap). Program Studi
Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.Semarang
Ayurai.2009. Hubungan Antara Pendidikan Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009.
Bapennas.2009.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.Jakarta
BPS.2012.angka kematian bayi. http://sitarokab.bps.go.id/index.php/statistik-
sosial/97-mortalitas/117-angka-kematian-bayi-akb.html diakses 12 April
2012
Depkes RI. 1998. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Depkes. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia
Neonatorum.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dinkes Banyumas. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas. Banyumas.
Hanifa, W. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatural, Jakarta : EGC
25
http:// www. scribd.com/doc/59034888/30/F-Media diakses 12 April 2012
Kamarullah, Munir. 2005. Keganasan Cervik Uteri (Online)
(http://ppniternate.blogdrive.com/comments?id=1) diakses 12 April 2012
Kuliah Kebidanan.2008.Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (http://www.kuliah
kebidanan.com, diakses 12 April 2012.
Lidya.2010.Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17422/.../Chapter%20II.pdf)
diakses 12 April 2012
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Pendidikan Bidan. Jakarta : Cetakan I
Manuaba, IBG. 2007. Buku Ajar: Patologi Obstetri – Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Marliana, Lina. 2008. Pelaksanaan program siaran pendidikan kesehatan di
Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) FM Serang tahun 2008. Universitas
Indonesia. Jakarta. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122947-S-
5237...Literatur...
Mochtar, R. 1998. Obstetric Fisiologis. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
RinekaCipta.
Saefuddin. AB. Wiknjosastro, Adriaansz. (2002) Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Edisi Pertama : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Utomo, Martono Tri. Asfiksia Neonatorum. Cited on : April 12 Th . 2012.
Updated on : 2006. Available on www.pediatrik.com
26
WHO.2003.Pedoman Praktis Safe Motherhood, Perawatan dalam Kelahiran
Normal.EGC.Jakarta
Wiknjosastro H. 2005. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
27