Human Diversity Dan Isu-Isu Kon Flik

25
1. Pendahuluan Masyarakat memiliki perspektif atau pandangan yang berbeda tentang hidup dan masalah-masalahnya hal inilah yang menimbulkan suatu konflik, dimana konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebihg (individu atau kelompok) yang memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. sehingga ada beberapa alat batu yang digunakan dalam menganalisis konflik masih banyak lagi yang seyogyanya dilakukan dalam menganalisis konflik tidak sekerdar mengidentifikasi komponen-komponen kuncinya, pihak dan posisinya tapi juga mengamati interaksi antara pihak yang bertikai dan menggali lebih dalam dinamika konflik, beberapa tema tertentu sering bermunculan yang biasa disebut sebagai isu-isu konflik, pada kesempatan lain menjadi latar belakang konflik, berperan sebagai faktor yang diam-diam berpengaruh. Seyogyanya kita pahami bahwa dalam menganalis suatu konflik tidak lepas dari Isu-isu konflik yang sering muncul seperti kekuasaan, budaya, identitatas, jender, dan bermacam-macam hak dalam hal ini erat kaitannya dengan Human diversity. 2. Human Diversity Human Diversity atau keberagaman manusia yaitu manusia yang memiliki perbedaan, dimana perbedaan tersebut ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Selain individu, terdapat juga keragaman sosial. Adanya keberagaman ini juga dapat memicu

description

isu konflik

Transcript of Human Diversity Dan Isu-Isu Kon Flik

1. Pendahuluan

Masyarakat memiliki perspektif atau pandangan yang berbeda tentang hidup dan masalah-masalahnya hal inilah yang menimbulkan suatu konflik, dimana konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebihg (individu atau kelompok) yang memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. sehingga ada beberapa alat batu yang digunakan dalam menganalisis konflik masih banyak lagi yang seyogyanya dilakukan dalam menganalisis konflik tidak sekerdar mengidentifikasi komponen-komponen kuncinya, pihak dan posisinya tapi juga mengamati interaksi antara pihak yang bertikai dan menggali lebih dalam dinamika konflik, beberapa tema tertentu sering bermunculan yang biasa disebut sebagai isu-isu konflik, pada kesempatan lain menjadi latar belakang konflik, berperan sebagai faktor yang diam-diam berpengaruh. Seyogyanya kita pahami bahwa dalam menganalis suatu konflik tidak lepas dari Isu-isu konflik yang sering muncul seperti kekuasaan, budaya, identitatas, jender, dan bermacam-macam hak dalam hal ini erat kaitannya dengan Human diversity. 2. Human Diversity

Human Diversity atau keberagaman manusia yaitu manusia yang memiliki perbedaan, dimana perbedaan tersebut ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Selain individu, terdapat juga keragaman sosial. Adanya keberagaman ini juga dapat memicu munculnya konflik. Oleh karena itu, kita harus selalu menghormati dan menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat agar dapat mencegah munculnya konflik Jika keragaman individu terletak pada perbedaan secara individu atau perorangan, sedangkan keragaman sosial terletak pada keragaman dari masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Dimana terdapat faktor penyebab human diversity di Indonesia yang memiliki perbedaan suku bangsa, kekuasaan, budaya, identitas, gender, hak dan sebagainya yang dianggap sebagai karakteristik dalam kehidupan sosial. Meskipun masyarakat Indonesia bersifat majemuk, namun manusia pada hakekatnya adalah sama dan sederajat. Struktur masyarakat Indonesia yang beragam ditandai oleh ciri-ciri yang unik. Secara horizontal, mereka ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, perbedaan adat, serta perbedaan kedaerahan. Sedangkan secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Berikut akan diuraikan tentang keberagaman yang ada di Indonesia yang meliputi kekuasaan, budaya, identitas, gender, dan hak.3. Budaya

Budaya pada pembahasan kali ini adalah salah satu dari hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya suatu konflik. Dimana konflik budaya merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan budaya dari pihak yang berkonflik. Dapat diberikan contoh pada beberapa waktu lalu terjadi perdebatan tentang batasan pornografi dalam UU Antipornografi. Ini disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dalam memandang suatu hasil kesenian. Dari paparan salah satu di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhya konflik dalam budaya itu tidak selamanya memberikan dampak negatif baik itu dari pelakunya maupun lawannya. Dampak negatif yang selama ini diketahui oleh kaum kebanyakan bahwasanya konflik dalam budaya terkadang dapat merugikan lawannya ataupun kelompoknya sendiri, dan tidak terdapat dampak positif dari hal tersebut. Hal tersebut, dilihat dari salah satu contoh paparan di atas konflik dalam budaya dapat memberikan dampak positif dan negatif dari konflik yang terjadi di budaya, diantaranya :

Dimana dampak positifnya yaitu dapat meningkatkan solidaritas di antara anggota kelompok, misalnya apabila terjadi pertikaian antarkelompok, anggota-anggota dari setiap kelompok tersebut akan bersatu untuk menghadapi lawan kelompoknya.

Dimana dampak negatif yang diberikan yaitu adanya dominasi dan takluknya salah satu pihak. hal ini terjadi jika kekuatan pihak-pihak yang bertikai tidak seimbang, akan terjadi dominasi oleh satu pihak terhadap pihak lainnya. pihak yang kalah menjadi takluk secara terpaksa, bahkan terkadang menimbulkan kekuasaan yang otoriter.

Selain itu, menurut Alo (2005) mengemukakan bahwa secara umum konflik dalam budaya, dapat dipaparkan memiliki dampak positif dan negatif, yaitu :

Dampak Positif

Semakin rekatnya integrasi dalam masyarakat. Hal ini terjadi apabila masyarakat bijaksana dalam menyikapi perubahan yang ada. Dengan sikap bijaksana perubahan sosial tidak menimbulkan konflik.

Dapat mengadopsi unsur unsur kebudayaan dari masyarakat luar, sebagai sumber penambahan kekayaan budaya suatu masyarakat. Unsur unsur budaya yang diadopsi adalah unsure budaya yang mudah diterima oleh masyarakat. Unsur budaya tersebut mempunyai ciri ciri berikut ini.

Dapat merubah pandangan masyarakat yang kurang sesuai dengan perkembangan zaman. Dampak ini khususnya dirasakan manusia oleh masyarakat yang primitive dan terisolir.

Terjadinya modernisasi di berbagai bidang. Dengan modernisasi dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat diberbagai bidang, yaitu sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain lain.

Dampak Negatif

Terjadinya ketertinggalan budaya(cultural lag), dimana cultural lagadalah suatu keadaan dimana terjadi unsur unsur kebudayaan tertentu yang tertinggal perkembangannya di tengah berbagai kemajuan unsur kebudayaan yang lain. Cultural lagterjadi karena laju pertumbuhan kebuayaan yang tidak sama pada suatu masyarakat. Agar tidak terjadi ketertinggalan budaya maka masyarakat dibiasakan untuk berpikir ilmiah dan rasional terutama pada masyarakat yang sedang berkembang.

Terjadinya disorganisasi sosial. Dimana disorganisasi sosial adalah suatu keadaan di mana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan. Disorganisasi dapat diketahui, dari suatu organisasi dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Perwujudan disorganisasi yang nyata adalah timbulnya masalah sosial. Apabila disorganisasi sosial dibiarkan akan mengakibatkan terjadinyi disintegrasi sosial. Disintegrasi sosial ditandai dengan gejala gejala awal, sebagai berikut :

1. Tidak adanya persamaan pandangan antara anggota masyarakat mengenai tujuan yang semula dijadikan pegangan bersama.

2. Nilai-nilaidan norma -norma masyarakat tidak lagi berfungsi dengan baikKarenadanya perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat.

3. Terjadinya pertentangan antara norma-norma dalam masyarakat.

4. Sanksi yang diberikan pada pelanggar norma tidak dilakukan secara konsekuen.

5. Terjadinya proses-proses sosial yang dissosiatif, misalnya konflik sosia kompetisi, dan kontravensi

Menurunnya rasa solidaritas sosial, tenggng rasa, gotong royong, toleransi, dan lain lain

Munculnya berbagai demonstrasi, kenakalan remaja, meningkatkan angka kriminalitas dan pergolakan di berbagai daerah.

Dari penjelasan terkait bahwa konflik dalam budaya, tidak selamanya menimbulkan dampak negatif, melainkan juga memiliki dampak positif dalam pelaksanaanya. Namun, Negara-negara tertentu memperlihatkan seluruh dampak negatif dari konflik yang terjadi dalam budaya.

Budaya didefinisikan sebagai kebiasaan dan nilai-nilai tertentu yang diakui secara umum oleh suatu masyarakat yang tinggal di suatu tempat tertentu. Budaya merupakan produk kolektif atau produk bersama yang menghasilkan suatu ukuran dan rangkaian tindakan yang dipakai sebagai acuan untuk menilai tindakan orang lain. Budaya bukan sesuatu yang kita dapatkan dari lahir. Kita mempelajarinya selama masa kecil dan masa muda dari para orang tua, keluarga, sepupu, guru, pemimpin agama, dan media. Budaya juga tidak statis, walaupun kadang terlihat dmikian. Budaya senantiasa berubah karena pengaruh berbagai kekuatan internal dan eksternal.

Budaya sebagai faktor dalam konflik, dimana ketika kita berhadapan dengan konflik sosial dan politik, budaya sering muncul sebagai afktor yang harus diakui dan diatasi karena pengaruhnya terhadap konflik. Bahwa budaya menetukan cara kita bertindak, demikian juga perilaku ita dalam berhuungan dengan orang lain dan bahkan cara kita berpikir dan memahami sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Karena setiap orang yang berusaha menangani konflik harus memiliki pengertian mengenai konteks budaya pihak-pihak yang terlibat, kehususnya kasus dimana pihak-pihak yang berkonflik berasal dari budaya yang berbeda.

Marc Ross berpendapat bahwa sebenarnya ada budaya konflik yang difenisikan sebagai kombinasi norma, praktik dan lembaga-lembaga dalam masyarakat yang mereka bawa kerika meraka masuk dalam pertikaian di antara anggotanya, dengan siapa mereka bertikai, bagaimana pertikaian ini berkembang dan bagaimana mereka mengakhirinya. Yang dapat diartikan bahwa secara praktis definisi ini menyatakan bahwa supaya dapat menangani konflik secara efektif, kita harus memahami nilai-nilaisosial, norma-norma, praktik-praktik yang dapat di terima dan kembaga-lembaga masyarakat dari pihak-pihak dan kelompok tertentu yang terlibat di dalam situasi tertentu. Metode-metode untuk melakukan analisis dan intervensi harus sensitif terhadap faktor-faktor budaya. Tetapi pada saat yang sama, perlu juga dipertanyakan asumsi-asumsi budaya yang mungkin menghambat penyelesaian konflik dan bahkan mungkin menyebabkan konflik.

Budaya sebagai sumber daya untuk mengembangkan perdamaian, dimana berbagai tradisi, struktur, proses dan peran yang terdapat dalam setiap budaya bisa sangat membantu usaha individu dalam menyelesaiakn konflik dan mengembangkan perdamaian. Dapat dipaparkan pada bagaimana memanfaatkan kekuasaan-kekuasaan yang masih ada dalam budayanya sendiri sebagai sumber daya untuk mengembangkan perdamaian, diantaranya :

Orang-orang yang berupaya menyembuhkan trauma di Liberia mengkombinasikan kemampuan memberikan bimbingan dengan cara-cara tradisional melalui cerita untuk menciptakan suatu program yang disebut sebagai pertemuan antara korban dan pelaku kekerasan, dimana mereka dapat bertemu dan dapat saling berbagai pengelaman dan mulai membangun kembali hubungan yang memungkinkan mereka hidup bersama.

Di Somalia, pemerintahan yang hamper ambruk karena perang memberikan kesempatan bagi warganya untuk membangun kembali struktur dan proses-proses dalam tata pemerintahan, yang masih tetap berlandaskan pada peran kepemimpinan tradisional sesepuh suku, tetapi diadaptasi agar lebih mengikutsertakan para wanita dan pemuda.

Para wanita pada beberapa Negara, yang menjalankan peran tradisonalnya sebagai ibu menurut budaya mereka pada umumnya sebagai wilayah kekuasaan pribadi (berbasis di rumah) dan kemudian memasuki arena public, kadang melewati batas-batas politik untuk mencapai perdamaian dan keadilan (misalnya kelompok-kelompok seperti Mother for Peace yang merupakan salah satu nama komunitas dari Amerika)

Di Guatemala, suatu kelompok mantan anggota tentara bersenjata yang menentang pemerintah terlibat aktif dalam menciptakan dan mempertahankan proses negosiasi multitingkat yang berlandaskan pad acara-cara dialog tradisional yang berlaku dalam budayanya.

Ketika mengamati interaksi antarpihak yang berkonflik dan menggali lebih dalam dinamika konfliknya, beberapa tema terus bermunculan. Tema tersebut secara eksplisit disebut sebagi isu konflik. Pada kesempatan lain menjadi latar belakang konflik, berperan sebagai faktor yang secara diam-diam berpengaruh. Manajemen atas konflik pada akhirnya akan mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh, dan mengklarifikasi ide-ide yang berhubungan faktor tersebut serta menentukan tindakan yang penting untuk dilakukan. Terdapat beberapa isu-isu kritis dalam konflik yaitu, kekuasaan, budaya, identitas, jender, dan hak. Penjelasan dari masing-masing isu tersebut adalah sebagai berikut (Fisher, 2001)

Budaya didefinisikan sebagai kebiasaan dan nilai-nilai tertentu yang diakui secara umum oleh suatu masyarakat yang tinggal di suatu tempat tertentu. Budaya merupakan produk kolektif yang menghasilkan suatu ukuran dan rangkaian tindakan yang dipakai sebagai acuan untuk menilai tindakan orang lain. Budaya tidak didapatkan dari sejak lahir, tetapi dipelajari dari keluarga, sesepuh, bahkan dari media.Budaya tidak bersifat statis, tetapi berubah karena pengaruh kekuatan internal dan eksternal.

Budaya sering muncul sebagai faktor yang mempengaruhi konflik. Budaya mempengaruhi cara individu untuk berfikir dan bertindak. Setiap tempat membentuk budaya yang berbeda dan memberikan corak tersendiri bagi masyarakatnya. Budaya mempengaruhi psikologi masyarakatnya dan pada akhirnya memberikan pendangan yang berbeda terhadap nilai-nilai. Perbedaan pandangan terhadap suatu nilai inilah yang menjadi sumber konflik (benturan budaya).

Konflik di Kepulauan Maluku

Deskripsi Konflik. Fase awal erupsi konflik Maluku (Ambon) pecah 19 Januari 1999 setelah dipicu perkelahian supir bus beretnis Ambon beragama Kristen dengan penumpang beretnis Bugis beragama Islam. Konflik semakin intensif pada Juli 1999 dan ekstensif ke bagian-bagian provinsi Maluku lainnya hingga Januari 2000. Mulai saat itu, praktis Ambon terbelah menjadi zona-zona yang digarisi anutan agama. Pada Mei 2000, konflik Ambon memasuki babak baru lewat dua perkembangan. Pertama, keterlibatan kekuatan bersenjata ke dalam kedua kelompok. Kedua, masuknya Lasykar Jihad dari Jawa yang berniat membantu saudara Muslimnya yang tertekan dalam konflik. Dengan ini, konflik Ambon bermetamorfosis menjadi konflik bersenjata di mana peralatan amatir seperti bom-bom rakitan dan senjata buatan digantikan dengan persenjataan profesional. Pihak Muslim yang awalnya defensif kini ofensif. Akibatnya, pada Juni 2000 Maluku dimasukkan ke dalam Darurat Sipil. Ribuan tentara dan Brimob diturunkan ke provinsi ini guna mengatasi konflik.

Penyebab konflik di Maluku dan Maluku Utara dibagi menjadi tiga,:

1. Terjadinya sebab-sebab struktural yang terdiri atas melemahnya struktur kekuasaan tradisional, ketimpangan horisontal, dan dampak kekuasaan otoritarian Orde Baru.

2. Terjadinya sebab-sebab langsung yang terdiri atas krisis ekonomi dan proses desentralisasi serta demokratisasi.

3. Terjadinya sebab-sebab pemicu atau trigger, yang terdiri atas perseteruan politik lokal dan aktivitas gang-gang kriminal (di Ambon) serta selebaran dan pampflet gelap (di Malut).

4. Adanya perbedaan budaya antara individu yang beretnis ambon dan bugis sehingga menimbulkan perkelahian di bus.

4. Kekuasaan

Kekuasaan memiliki beberapa pengertian, yaitu : kekuatan, legitimasi, otoritas, atau kemampuan untuk memaksa. Dalam suatu konflik, hubungan kekuasaan antarpihak yang berbeda akan mempengaruhi hasil akhir dari suatu konflik. Akan tetapi, kekuasaan ini cukup sulit karena tidak dapat dihitung seperti uang. Contoh kekuasaan yang tidak nampak adalah ketika perang dunia. Dalam perang dunia akan terlihat bagaimana masalah domestic menjadi masalah internasional, bagamana kelompok-kelompok kecil mempunyai suara lantang, bagaimana bentuk-bentuk pemerintahan lama mengalami perubahan dengan cepatnya, dan bagaimana kehidupan manusia saling berhubungan

Mengamati dimensi yang berbeda dalam kekuasaan yang ada dalam setiap situasi sangatlah penting, karena akan memabantu individu dalam memaksimalkan aspek-aspek yang paling memungkinkan. Kesetaraan kekuasaan secara kasar antara kelompok membantu meyakinka pendapat bahwa hukum dan peradilan yang mengatur masyarakat lebih dapat diterima daripada tindakan balas dendam. Sistem parlementer yang efektif memiliki landasan asumsi bahwa dengan membagi kekuasaan secara adil diantara para wakil terpilih, maka keseimbangan kekuasaan di antara beberapa kelompok sosial dapat tercapai. Dengan cara ini pelaksanaan hukum memperoleh legitimasi dan tekanan terhadap kaum minoritas menjaddi lebih sulit terjadi.

Kekuasaan yang ditunjukkan melalui hubungan

Kekuasaan seperti yang telah dijelaskan bersifat tidak dapat dihitung, namun kekuasaan akan tampak dalam suatu hubungan manusia (misal: orang tua terhadap anak, pemerintah terhadap yang diperintah, dll). meskipun kekuasaan tidak selalu bergantung pada kekuasaan aktif melainkan ada sumber alternative kekuasaan yaitu komunikasi, antisipasi dan kesadaran.

Kekuasaan untuk Memveto

Dalam suatu jaringan hubungan yang kompleks, bukan hanya pemimpin resmi yang memiliki kekuasaan, tetapi juga setiap individu atau kelompok yang mengatakan tidak atau menolak pendapat yang ditawarkan. Dalam hal ini kelompok yang minoritas sesungguhnya dapat memveto untuk tidak mencantumkan suatu isu dalam agenda, dengan menyelenggarakan pertemuan public atau demonstrasi untuk menyiarkan dan meningkatkaan kesadaran tentang suatu isu tertentu. Meskipun demikian, kekuasaan veto terbatas karena bisa saja kelompok minoritas tidak berani menggunakan hak veto nya karena ada resiko yang terlalu besar.

Kekuasaan yang bersifat Keras dan LembutPara pembuat resolusi konflik menemukan pentingnya membedakan antara:

PEMAKSAAN atau kekuasaan yang keras ( kemampuan untuk memerintah dan mengerahkan kekuatan

PERSUASI atau kekuasaan yang lembut ( kemampuan untuk mengajak bekerja sama, untuk memberikan legitimasi dan untuk memberikan pendapat.

Kekuasaan yang keras sangat dominan dalam konflik-konflik kekerasan, seperti pada perjuangan pergerakan senjata dan milisia untuk memperoleh kemenangan. Sebaliknya, kekuasaan yang lembut sangat vitas untuk menciptakan perdamaian. Untuk itu para ahli memisahkan kekuasaan yang lembut ke dalam dua tipe yaitu:

Kekuasaan tawar-menawar ( kompromi dan tawar-menawar merupakan aturan mainnya

Kekuasaan integrative ( strategi utamanya adalah persuasi dan pemecahan masalah yang ditujukan untuk mengatasi isu-isu penyebabnya. Sumber-Sumber Kekuasaan

Beberapa sumber kekuasaan dibawah ini akan berpengaruh pada situasi tertentu:

Otoritas (Posisi) dapat dimiliki oleh individu atau kelompok berdasarkan peranannya. Misalnya seorang Pria yang memiliki peran kepala rumah tangga memiliki kekuasaan atas istri dan anak-anak dan para pria yang lebih muda. Bentuk kekuasaan ini di dukung oleh peraturan, norma, dan sistem-sistem adat.

Akses ke Sumber Daya adalah kekuasaan yang muncul akibat adanya control terhadap pasokan sumber daya seperti bahan baku, teknologi, keuangan dan kepemilikan atas alat-alat produksi. Jika suatu kelompok bergantung pada (misalnya bahan baku) kelompok lain, maka kelompok tersebut akan berada dibawah kekuasaan kelompok pemilik bahan baku.

Jaringan Kerja merupakan sumber kekuasaan yang melibatkan koneksi sosial dan sebagai alat untuk menerapkan pengaruh. sehingga hal ini merupakan sumber kekuasaan yang penting. Karena yang diperhitungkan bukan yang individu ketahui, melainkan siapa yang dikenal oleh individu tersebut.

Kemampuan/Keahlian individu (misalnya teknisi untuk perawatan computer) dan pengetahuan mengenai proses dapat menjadi sumber kekuasaan.karena untuk melakukan perubahan bergantung pada seberapa banyak jasa itu tersedia

Informasi yang akurat sangat penting jika ingin membuat suatu keputusan yang baik. Dalam konflik, control dan manipulasi informasi memiliki potensi pengaruh yang besar

Kepribadian merupakan sumberi kekuasaan yang dipengaruhi oleh kombinasi sifat seperti inteligensi, kepercayaan diri, sikap, daya tarik, dll. semua hal tersebut dapat meningkatkan kredibilitas dan pengaruh dimata orang lain.Kekuasaan dan Akuntabilitas

Untuk menggunakan sumber kekuasaan, maka individu juga perlu menyadari untuk meningkatkan akuntibilitas. Cara-cara umum yang digunakan untuk menghindarai akuntabilitas dalam penggunaan kekuasaan adalah:

Menahan informasi

Melakukan ancaman tersembunyi

Menolak mengakui atau memiliki kekuasaan yang mereka miliki

Sedikit berkomunikasi atau tidak sama sekali

5. Identitas

Identitas dalam kaitannya dengan situasi konflik memiliki banyak dimensi. khususnya, rasa identitas dapat cepat berubah sebagai respon terhadap ancaman, baik yang nyata atau yang dirasakan. Kebutuhan manusia untuk menjadi bagian dari sesuatu dan merasa aman membuat manusia rentan karena konteks berubah . Penting sekali bagi seseorang untuk memiliki rasa percaya terhadap siapa diri mereka , sehingga orang lain tidak memaksakan suatu identitas tertentu pada mereka. untuk mengertahui isu-isu identitas dengan orang lain, seyogyanya manusia memahami identitasnya sendiri. Hanya dengan mengerti mengenali perbedaan komponen identitas identitas sendiri maka dengan sendirinya dapat mengembangkan pilihan strategi dan tindakan dengan lebih baik, baik di dalam mau pun di luar konflik. . Ada dua kerangka kerja yang berbeda untuk menjajaki bagian yang berbeda pada identitas yakni:

a. Kerangka kerja A

Gunakan kerangka kerja A, untuk menentukan bagian identitas yang berkaitan dengan:

Budaya: Bahasa, etnis, cara hidup, nilai-nilai, dan adat yang berlaku dalam masyarakat , dan sebagainya.

Hubungan kekerabatan: Peran dan hubungan keluarga, kualitas yang diwariskan dari orang tua, identitas keluarga besar, dan sebagainya

Pendidikan: Tingkat pendidikan , gelar atau kualifikasi, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, kursus nonformal, pengalaman, dan sebagainya.

Kerangka Kerja A

b. Kerangka Kerja BGambarlah diagram yang sama untuk anda sendiri, catat bagian identitas andayang berbeda pada garis-garis yang berpencar dari diri sendiri dalam kategori :

Latar Belakang: Anda berasal dari mana?Identitas apa yang anda warisi?

Peran

: Peran atau posisi apa yang anda miliki

Kekerabatan: Siapa anda ketika anda sedang istirahat dan menikmatati rekreasi

Selama waktu luang.

Sasaran: Apa yang anda cita-citakan, atau yang ingin dicapai dalam hidup?

kerangka kerja B

Setelah memikirkan identitas anda dengan menggunakan salah satu kkerangka kerja ini,kemudian selanjutnya pertimbangkan:

Aspek-aspek dari identitas anda yang paling penting? Mengapa demikian?

Bagaimana pemahaman anda mengenai identitas? misalnya dalam lima tahun terakhir?

Apa yang membuat perubahan ini di masa depan ?Tipe-Tipe Identitas KolektifEtnis atau identitas etnis adalah kelompok dimana kita sama-sama menggunakan bahasa, budaya, agama/ ras tertentu. kebangsaan atau identitas nasional adalah kelompok dimana kita sama-sama berada di wilayah atau bagian dari suatu bangsa. untuk menentukan kelompok-kelompok etnis yakni:1. BAHASA, Merupakan idikator identitas etnis dan bangsa yang sangat kuat jika suatu bahasa yang dominan (digunakan oleh kelompok etnis dominan) menggantikan bahasa lainnya, maka kemudian identitas etnis kelompok yang lebih lemah akan berubah.

2. AGAMA, Sepanjang sejarah merupakan tanda identitas etnis yang penting. Di kalangan masyarakat industry urban, orang-orangnya berinteraksi tanpa memandang agama : Identitas etnisnya mungkin sangat sedikit atau tidak berkaitan sama sekali dengan agama: tetapi dalam masyarat dimana agama mempunyai pengaruh pada kehidupan public, maka agama dapat menjadi tanda yang menentukan etnisitas.3. WILAYAH, Merupakan landasaan bagi struktur ekonomi dan politik yang dianggap sebagai unit-unit dasar dalam kehidupan kelompok etnis dan bangsa. sebagian besar identitas ribuan kelompok etnis di dunia di tentukan oleh wilayah yang bukan hanya merupakan lingkungan vital bagi mereka, tetapi juga merupakan tanah asal.

4. ORGANISASI SOSIAL, Merujuk pada jaringan lembaga dan hubungan sosial yang kompleks , yang memberikan konsistensi pada kelompok etnis berdasarkan identitas pribadi anggotanya. organisaisi sosial membentuk batas suatu kelompok jaringan kerja dimana di dalamnya kita dan mereka orang dalam dan orang luar dibedakan.

5. BUDAYA, Sering diapndang mencakup faktor-faktor yang disebut diatas (bahasa, agama dan organisasi sosial ). Elemen-elemen lainnya adalah :

1. aspek-aspek material dalam kebudayaan, yaitu artefak-artefak kebudayaan

2. Berbagai sistem nilai, symbol dan pengertian, norma, kebiasaan, dan adat istiadat yang berlaku diantara para anggota dalam kelompok etnis.

6. RAS, Merupakan penanda identitas etnis yang paling utama (karena) umumnya merujuk tidak hanya pada atribut-atribut biologis individu. misalnya warna kulit, raut wajah, perawakan dan sebagainya, tetapi juga kualitas sosial , budaya dan psikologis yang berhubungan dengan ciri-ciri tersebut.

6. Jender

Orang dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki tetapi masing-masing belajar menjadi gadis dan pemuda yang tumbuh menjadi wanita dan pria. Mereka diajari perilaku dan sikap, peran dan aktivitas yang pantas bagi mereka. dan bagaimana seharusnya mereka berhubungan dengan orang lain. Perilaku yang dipelajari inilah yang menciptakan identitas jender dan menentukan peranan jender. Peranan jender wanita dan pria berbeda dalam semua masyaraka. peran ini dapat bervariasi pada masyarakat yang berbeda dan diantara komunitas yang berbeda dalam masyarakat yang sama. Beberapa faktor seperti kelas (sosial, posisi, kekayaan) usia, pendidikan juga akan mempengaruhi peranan jender. Peranan Jender tidak statis tetapi berubah menurut waktu atau sebagai respon terhadap kejadian traumatis yang mendadak, seperti konflik yang hebat dan perang. Misalnya wanita sering kehilangan rumah dan pasangannya selama perang dan harus mengambil peranan baru, menjadi pencari nafkah . sebagai konsekuensinya , pria dapat kehilangan identitas jika setelah meninggalkan perannya sebagai pejuang, mereka tidak menemukan aktivitas produktif sebagai gantinya.

Jender dan KonflikKebanyakan karena perbedaan peran dan tanggung jawab wanita dan pria dapat memiliki perspektif yang berbeda tentang suatu konflik , kebutuhan yang berbeda dan mungkin kepentingan yang bersaingan, karenanya dalam berbagai aktivitas kita perlu memperhatikan kesadaran mengenai jender. Seyogyanya kita memahami perbedaan peran dan tanggung jawab wanita dan pria serta jenis dukungan yang mereka perlukan. Dampak konflik kekeran mempunyai dimensi jender yang harus dianalisis dalam setiap kasus umumnya proa kemungkinan besar tebunuh dan umumnya wanita menjadi janda dan ditinggalkan untuk mengurus keluarganya. Dampaknya bagi anak-anak juga sering dibedakan menurut jender , anak laki-laku biasanya dipaksa memasuki gerakan bersenjata, para gadis diculik oleh gerakan yang sama untuk dijadikan sebagai budak seks. seorang pejuang pria, ketika ditanya mengapa mereka memilih gadis petani dari pada teman seperjuangan sebagai istri , ia mengatakan bahwa mereka tidak mau menikahi seorang pria. Para wanita menjaga keluarga tanpa suaminya dan dalam proses ini mereka mendapatkan lebih banyak otonomi dan kepercayaan diri. perspektif public terhadap wanita juga berubah, dan sekarang wanita dihormati karena peran penting dalam mempertahankan keluarga dan komunitasnya. 7. HakHak Asasi Manusia

HAM berkaitan dengan martabat individu sehingga tingkat penghargaan diri yang memberi rasa aman pada identitas pribadi dan mendorong terciptanya identitas komunitas manusia.

Konvensi Utama mengenai HAM

Selain deklarasi universal mengenai HAM yang ditanda tangani pada tahun 1948, ada sejumlah konvensi lain, termasuk:

TahunKonvensi

1948Pencegahan dan Hukuman terhadap Kejatahan dan Pemusnahan Bangsa

1951Status Pengungsi

1966Perjanjian tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya

1966Perjanjian tentang Hak Sipil dan Politik

1979Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Wanita

1984Perlawanan terhadap penyiksaan dan tindakan kejam, tidak manusiawi atau penghinaan lainnya dan hukuman yang merendahkan martabat manusia

1989Hak Anak

Meskipun sebagian besar negara telah menandatangani konvensi-konvensi tersebut, ada pengecualian yang penting :

Amerika Serikat belum meratifikasi konvensi mengenai Hak Anak, Diskriminasi terhadap Wanita atau Hak Ekonomi, sosial dan budaya

Swis dan Afganistan belum menerima konvensi mengenai diskriminasi terhadap wanita

Hampir setangah dari seluruh jumlah negara di dunia menolak menerima konvensi perlawanan terhadap penyiksaan dan hukuman yang merendahkan martabat manusia.

Hak Dasar

Walaupun HAM dan definisinya sendiri masih dalam perdebatan, perwujudan hak dasar telah diperkenalkan untuk menyatakan bahwa ada hak-hak inti yang bila tidak dipenuhi maka hak lainnya akan sulit dinikmati. Hak-hak dasar meliputi:

Hak untuk tidak hanya hidup tetapi juga untuk memperoleh ata pencarian

Hak atas perlindungan dari kekerasan

Hak atas air, makanan, dan tempat berlindung yang aman

Hak atas kesehatan dan pendidikan

Hak bagi wanita dan pria menentukan masa depannya.Hak dan Hubungan Sosial

Perbedaan sosial dan budaya, kelas, kasta dan etnisitas dapat menjadi faktor dalam penggunaan dan penyalahgunaan kekuasaan, dan juga penyangkalan atas pelanggaran hak. Hak yang menurut teori dijamin oleh konstitusi negara dalam praktiknya dapat saja tidak diterima oleh pria dan wanita yang menjadi bagian dari kelompok marginal atau yang ditekan oleh penguasa karena melakukan klaim atas hak-haknya.

Hak dan Kondisi Cacat

PBB menganggap kondisi cacat merupakan isu Hak Asasi. Badan ini mengadopsi World Programme of Action mengenai orang-orang cacat pada tahun 1992 dan 1993 yang menghasilkan peraturan-peraturan baku tentang persamaan kesempatan bagi orang-orang cacat. Peraturan-peraturan yang menghasilkan satu instrumen internasional dengan sistem pengawasan. Walaupun demikian, tidak ada sistem internasional untuk menegakkan pelaksanaannya; implemantasi peraturan-peraturan ini bergantung pada pemerintah masing-masing.

Hak dan KonflikHak menjadi isu mendasar bagi mereka yang terlibat dalam usaha pemberian bantuan dan lembaga pembangunan, juga merupakan isu penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan konflik. 8. Kesimpulan

Dari apa yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam isu-isu terkait

konflik diantaranya budaya, kekuasaan, identitas, gender, hak, dan masih banyak isu lain. Isu-isu ini terkait dalam menganalisis suatu konflik. Ini juga lah yang terkait dengan Human Diversity yang diartikan sebagai keberagaman manusia yaitu manusia yang memiliki perbedaan, karena perbedaan-perbedaan dari keberagaman inilah yang dapat pula melahirkan isu konflik. Daftar Pustaka

Alo, M.S. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta.Fakih, Mansour, DR. Analisis Gender dan Transformasi Sosial Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997

Fisher, Simon, et al. 2001. Mengelola Konflik, Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak. The British Council.Sadli, Saparinah. Identitas Gender dan Peranan Gender dalam Ihromi, T. O. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia, 1995

Budaya

Hubungan Kekerabatan

Pendidikan

Diri

Sendiri

Ibu

Ayah

DIRI

SENDIRI

KEKERABATAN

SASARAN..

PERAN-PERAN

LATAR BELAKANG