Proposal Perubahan Kebijakan Pedomain Penamaan DTD .ID
-
Upload
achmad-yahya-sjarifuddin -
Category
Internet
-
view
208 -
download
0
Transcript of Proposal Perubahan Kebijakan Pedomain Penamaan DTD .ID
Proposal Perubahan Kebijakan
Pedoman Penamaan DTD .ID
Oleh : Yusuf Nurrachman
PT. Digital Registra Indonesia
1. Latar Belakang
1.1. Landasan Kebijakan
Sesuai dengan Kebijakan Umum Nama Domain ternomor PANDI-‐DNP/2012-‐001
versi 3.0 pasal 5.2, penamaan domain harus memenuhi beberapa pedoman yang
secara singkat adalah sebagai berikut :
1. Normatif : sama dengan nama perusahaan atau singkatannya
2. Sesuai Merek / Tanda Dagang / Hak Cipta / haKI
3. Nama Terkait: nama produk / jasa / layanan / bagian / divisi / unit atau
program kerja / pelatihan dengan menyertakan surat keterangan
4. Nama Perwakilan / Agen / Distributor yang dikukuhkan dengan surat
penunjukan / keterangan dari prinsipal
5. Nama orang sesuai identitas / KTP untuk domain yang digunakan untuk
personal
1.2. Kebutuhan Registrant
Dalam proses verifikasi permohonan pendaftaran DTD .ID, kami sebagai
Registrar sering sekali mendapati Registrant yang mengajukan permohonan
pendaftaran nama domain yang tidak sesuai nama normatif sehingga kami harus
menolak pendaftaran dengan menambahkan persyaratan berupa surat
keterangan / bentuk dokumen legal yang lain yang menjelaskan tentang
pemilihan nama domain.
Tambahan persyaratan tersebut membuat proses pendaftaran domain menjadi
lebih lama dan terkesan berbelit-‐belit karena membutuhkan effort lebih dari
Registrant sehingga tak jarang Registrant tersebut membatalkan pendaftarannya
dan memilih ekstensi domain lain yang tidak memiliki peraturan penamaan dan
sepenuhnya menggunakan prinsip first come first serve.
Dari pengamatan kami, nama domain normatif yang sesuai dengan nama
perusahaan atau entitas Registrant sudah tidak lagi relevan, hal ini karena
pemilihan nama domain kini banyak didasarkan pada pertimbangan :
1. Mudah untuk diketik
Registrant lebih mencari domain mudah untuk diketik karena selain
diucapkan secara lisan pada akhirnya domain harus dituliskan pada
jendela peramban. Meminimalkan typo menjadi salah satu tujuannya.
2. Lebih pendek lebih baik
Semakin panjang domain maka resiko miss-‐spelling dan typo akan
semakin besar.
3. Menggunakan kata kunci ketimbang nama usaha
Berdasarkan beberapa sumber, mesin pencari lebih sering memunculkan
nama domain dengan kata kunci yang spesifik. Rentalmotor.co.id akan
punya peluang lebih baik di mesin pencari untuk muncul pada kata kunci
pencarian “rental motor” ketimbang nama perusahaannya sendiri yang
belum tentu berhubungan dengan kata kunci tersebut.
4. Mentarget area yang lebih spesifik
Masih berkaitan dengan peluang muncul pada mesin pencari,
bengkelmobiljogja.co.id akan punya peluang lebih baik pada mesin
pencari ketimbang bengkelanugerah.co.id.
5. Mudah diingat
Logis bila kata-‐kata yang mudah diingat pada nama domain akan lebih
melekat pada target audience.
Dari hal di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebutuhan Registrant akan
nama domain yang tidak sesuai dengan nama perusahaan atau normatif lain
cukup besar dan kami mengusulkan kepada PANDI untuk sebaiknya mengubah
kebijakan guna mengakomodir kebutuhan tersebut.
1.3. Kekuatan Hukum Persyaratan Tambahan
Kami berpendapat bahwa surat / dokumen tambahan yang diminta untuk
memenuhi persyaratan pendaftaran nama domain yang tidak sesuai dengan
penamaan normatif tersebut tidak memiliki kekuatan hukum kecuali untuk
Sertifikat Merek / Tanda Dagang / Hak Cipta / HaKI.
Kami sebut "tidak memiliki kekuatan hukum" karena sifatnya hanya
menerangkan, bukan mengukuhkan hak atas nama tersebut.
1.4. Potential Loss
Seperti telah kami sebutkan dalam point 1.2, tak jarang Registrant yang pada
akhirnya justru membatalkan pendaftarannya dan memilih ekstensi lain yang
lebih mudah didaftarkan karena tidak memiliki pedoman penamaan tertentu.
Hal ini tentunya patut disayangkan karena satu hal Registrant telah memiliki
trust awareness sehingga memilih nama domain .ID namun kemudian
mengurungkan niatnya karena persyaratan tambahan yang memakan waktu
tidak substantif terhadap prinsip Trust yang dikedepankan oleh nama domain
.ID.
1.5. Melindungi Merek yang Tak Peduli
Dalam hal nama domain yang berkaitan dengan merek, dengan tetap
mempertahankan pedoman tentang penamaan domain pada Kebijakan Umum,
PANDI sebenarnya telah masuk pada ranah perlindungan merek yang
semestinya tidak dilakukan oleh Registry dan Registrar.
Peletakan prinsip bahwa domain dan merek adalah dua hal yang berbeda
menjadi campur aduk karena pemilik merek dilindungi oleh kebijakan PANDI.
Dengan demikian pemilik merek menjadi abai dan merasa tidak memiliki
motivasi untuk melindungi mereknya sesuai norma yang umum berlaku pada
industri domain yakni first come first serve.
Pemilik merek memang bisa jadi memiliki hak atas sebagian atau keseluruhan
string yang terdapat dalam sebuah nama domain. Namun tentunya untuk
mendapatkan kembali haknya jika domain terkait mereknya telah didaftarkan
Registrant lain, maka pemilik merek tersebut harus mengajukan keberatan /
dispute sesuai Pedoman PPND (Penyelesaian Perselisihan Nama Domain) yang
sebenarnya telah diatur oleh PANDI secara khusus.
1.6. PPND (Penyelesaian Perselisihan Nama Domain)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2013 tentang Pengelolaan Nama Domain, PANDI
sebagai Registry nama domain Indonesia diberikan amanat untuk
menyelesaikan perselisihan nama domain telah membentuk PPND yang secara
khusus mengatur Penyelesaian Perselisihan Nama Domain dengan model panel
mengadopsi UDRP (Unified Domain-‐name Dispute Resolution Policy) provider
seperti dirujuk oleh ICANN.
Dengan dibentuknya team panelis PPND, maka sebenarnya PANDI telah
memiliki kelengkapan untuk menyelesaikan perselisihan nama domain yang
mungkin timbul.
1.7. First Come First Serve / Prinsip Pendaftar Pertama
Dengan ditiadakannya pedoman penamaan domain maka pendaftaran nama
domain benar-‐benar hanya akan menggunakan prinsip First Come First Serve /
prinsip pendaftar pertama dimana Registrant dapat mendaftarkan nama domain
apa saja sesuai dengan keinginannya sepanjang domain tersebut belum
digunakan oleh Registrant lain dan tidak terdapat dalam blacklist PANDI.
1.8. Tinjauan Legal
Kebijakan yang berlaku secara umum untuk pendaftaran nama domain adalah
First Come First Serve sesuai dengan :
1. ICANN General TLD Policies
Referensi :
https://archive.icann.org/en/tlds/ads1/tld-‐pol.htm
"Names are registered on a first come, first served basis. The party
requesting registration of a name is responsible that, to her/his knowledge,
the use of a given name does not violate trademark or other statutes."
Dalam kebijakan umum ICANN untuk TLD dinyatakan bahwa domain
didaftarkan berdasarkan prinsip pendaftar pertama. Dalam hal penamaan
yang kemungkinan bersinggungan dengan merek dagang atau status lain
menjadi tanggungjawab Registrant
2. Peraturan Menteri Kominfo No. 23 tahun 2013 tentang Pengelolaan
Nama Domain
Referensi :
https://www.pandi.id/sites/default/files/Permen%20Kominfo%20No.2
3%20Tahun%202013.pdf
Pasal 36 ayat 1 :
"Pendaftaran Nama Domain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
berdasarkan prinsip pendaftar pertama"
3. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2012 tentang PSTE
Pasal 77 ayat 1 :
"Pendaftaran Nama Domain dilaksanakan berdasarkan prinsip pendaftar
pertama."
Pasal 77 ayat 2 :
"Nama Domain yang didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan:
a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. kepatutan yang berlaku dalam masyarakat; dan
c. iktikad baik"
1.9. Sudah diterapkan pada DTT
Perlu diketahui bahwa pada DTT .ID, penghapusan pedoman penamaan ini telah
resmi dilakukan sejak 1 Maret 2015 dan hingga saat ini kami memandang tidak
ada masalah yang berarti. Setiap ada isu perselisihan domain selalu diarahkan
pada PPND dan hingga saat sepanjang pengetahuan kami belum ada kasus yang
masuk ke team PPND.
Menurut pendapat kami publik mulai belajar bahwa setidaknya untuk domain
DTT .ID berlaku prinsip first come first serve dan hal itu tidak memancing reaksi
yang negatif.
2. Tujuan
Secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan penggunaan
domain .ID dengan cara :
1. Semakin memudahkan proses pendaftaran domain .ID dengan tetap
memegang unsur TRUST;
2. Menyemarakkan penggunaan domain .ID dengan kata-‐kata yang lebih
catchy sehingga secara umum menimbulkan efek publikasi yang positif
pada domain .ID;
3. Memberikan dorongan pada penjualan dengan menggugah awareness
para pemilik merek untuk melindungi mereknya dengan nama domain.
Sebuah string pada merek bisa dimiliki oleh berbagai pihak dalam kelas
yang berbeda. Namun sifat domain adalah unique. Hanya ada satu dan tak
mungkin ada persamaannya kecuali dengan ekstensi yang berbeda.
Efek “berebut” dari first come first serve inilah yang kita harapkan;
4. Mengurangi effort Registrant sebagai langkah awal otomatisasi lebih
lanjut. Jika pada suatu saat database kependudukan, perusahaan, dan data
lain yang diperlukan dapat diakses secara online maka proses
pendaftaran, verifikasi, dan pengaktifan nama domain sangat
memungkinkan dilakukan secara otomatis.
3. Menghilangkan Pedoman Penamaan Domain .ID
Mengacu latar belakang, pertimbangan, dan tujuan yang ingin dicapai,
perkenankan kami mengajukan perubahan kebijakan dengan meniadakan
pedoman penamaan domain .ID yang terdapat pada Kebijakan Umum Nama
Domain ternomor PANDI-‐DNP/2012-‐001 versi 3.0 pasal 5.2.
Kami yakin bahwa perubahan ini akan membawa efek positif bagi pertumbuhan
penggunaan domain .ID di Indonesia.
4. Efek Negatif dan Penyelesaiannya
Bagaimanapun juga harus kita sadari bahwa akan ada efek negatif dari
menghilangkan pedoman penamaan domain dari Kebijakan Umum Nama
Domain .ID.
Apabila selama ini PANDI dan Registrar yang melakukan verifikasi persyaratan
dan persetujuan pendaftaran domain selalu berusaha melindungi pemilik merek,
dengan dihapuskannya pedoman penamaan domain ini maka semua nama
sepanjang tidak masuk dalam blacklist PANDI dan tidak bertentangan dengan
nilai kepatutan yang berlaku dalam masyarakat akan langsung disetujui untuk
didaftarkan.
Hal ini tentunya juga akan menjadi jalan masuk bagi pihak-‐pihak yang memiliki
itikad kurang baik untuk dengan sengaja mendaftarkan nama domain yang
"memiliki kesamaan pada prinsipnya" dengan merek yang terdaftar dengan
tujuan menghalangi pemilik merek untuk mendaftarkannya atau mencari
keuntungan dari hal tersebut (cybersquatting). Bagaimanapun kita tidak dapat
mengetahui itikad seseorang sampai orang tersebut melakukan sesuai yang
tidak baik.
Sesuai dengan rekomendasi ICANN, penyelesaian terhadap perselisihan nama
domain adalah menggunakan UDRP yang oleh PANDI diejawantahkan menjadi
PPND yang saat ini sudah terbentuk.
5. Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan agar nantinya dapat disampaikan pada
Diskusi Umum Terbuka PANDI sebagai mekanisme resmi pengajuan
rekomendasi kebijakan di PANDI.