Proposal Ok

19
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km² wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km² wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Wilayah Perairan Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar, diperkirakan sebesar 6,41 juta ton per tahun. Potensi tersebut terdiri atas ikan pelagis besar 1,17 juta ton, pelagis kecil 3,61 juta ton, ikan demersal 1,37 juta ton, ikan karang 145,25 ribu ton, udang penaeid 94,80 ribu ton, lobster 4,80 ribu ton dan cumi-cumi 28,25 ribu ton. Namun, sampai sekarang pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan masih relatif belum dimanfaatkan secara optimal. Total potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400, namun baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5% (Kusumastanto, 2002). Sumberdaya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya dan merupakan salah satu sumberdaya ekonomi, sehingga sumberdaya ikan dapat merupakan modal pembangunan bangsa Indonesia. Disamping itu sumberdaya ikan bersifat dapat pulih kembali (renewable), maka sumberdaya ikan tersebut dapat

Transcript of Proposal Ok

Page 1: Proposal Ok

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta

km² wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km² wilayah perairan zona

ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Wilayah Perairan Indonesia memiliki

potensi sumberdaya ikan yang sangat besar, diperkirakan sebesar 6,41 juta

ton per tahun. Potensi tersebut terdiri atas ikan pelagis besar 1,17 juta ton,

pelagis kecil 3,61 juta ton, ikan demersal 1,37 juta ton, ikan karang 145,25

ribu ton, udang penaeid 94,80 ribu ton, lobster 4,80 ribu ton dan cumi-cumi

28,25 ribu ton. Namun, sampai sekarang pemanfaatan sumberdaya kelautan

dan perikanan masih relatif belum dimanfaatkan secara optimal. Total

potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400,

namun baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5%

(Kusumastanto, 2002).

Sumberdaya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan

lainnya dan merupakan salah satu sumberdaya ekonomi, sehingga

sumberdaya ikan dapat merupakan modal pembangunan bangsa Indonesia.

Disamping itu sumberdaya ikan bersifat dapat pulih kembali (renewable),

maka sumberdaya ikan tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan

apabila batas-batas pemanfaatannya disesuaikan dengan daya dukung

sumberdaya ikan dan daya tampung suatu perairan. Kegiatan penangkapan

ikan di laut pada akhir-akhir ini semakin berkembang seiring dengan

kemajuan teknologi penangkapan ikan di laut dan berhasilnya program

Page 2: Proposal Ok

motorisasi armada penangkapan ikan di laut oleh para nelayan maupun

perusahaan perikanan yang beroperasi di bidang penangkapan ikan di laut.

  Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus

mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus

bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya

perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan

(fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih

efektif dan efisien (Tadjuddah, 2009). Telah banyak diketahui bahwa tingkat

pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya perikanan laut di Indonesia masih

sangat belum merata, baik menurut jenis ikan maupun perairannya. Hal itu

sesuai dengan produksi dan nilai produksi di perairan Indonesia khususnya

Laut Utara Jawa, hanya beberapa jenis ikan saja yang dimanfaatkan sisanya

tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu Perairan Laut Utara Jawa merupakan

perairan yang telah mengalami lebih tangkap (over exploited) (Mulyadi, et.

al, 2006).

Potensi sumberdaya perikanan Cirebon menunjukkan kondisi yang

memungkinkan untuk dikembangkan. Sumberdaya tersebut didukung pula

oleh lokasi daerah yang strategis sebagai jalur perekonomian regional dan

nasional. Berdasarkan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan  Pengkajian

Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia (2006) produksi total

Kabupaten Cirebon sebesar 19.875 ton. Dimana sentra perikanan di

Kabupaten Cirebon terdiri dari 5 lokasi, yaitu: Babakan, Astanajapura,

Mundu, Cirebon Utara, Kapetakan. Cirebon adalah salah satu tempat

Page 3: Proposal Ok

pendaratan ikan pelagis kecil di Utara Jawa yang. Aktifitas perikanan di

Kabupaten Cirebon difasilitasi oleh pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Kejawanan. Armada penangkapan yang dominan berbasis di PPN Kejawanan

adalah pancing cumi yang menggunakan alat bantu lampu. Hasil tangkapan

utama nelayan Cirebon ialah ikan kembung dan cumi-cumi. Namun akhir-

akhir ini dilaporkan produksi perikanan tangkapan di Kabupaten Cirebon

menurun. Hal tersebut disebabkan oleh ombak besar akhir Desember 2010

sampai sekarang, sehingga nelayan tidak berani berlayar jauh (Prima, et. al,

2011). Oleh karena itu Cirebon dipilih sebagai salah satu lokasi penelitian

dalam kegiatan ini.

Perikanan tangkap yang berada di Kota Cirebon salah satunya adalah

Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan atau disebut juga sebagai

pelabuhan niaga dan pelabuhan pendaratan ikan, sehingga perairan ini

cukup ramai oleh lalu-lintas kapal barang/niaga dan kapal perikanan. Salah

satu produk perikanan yang merupakan hasil tangkapan di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Kejawanan adalah cumi-cumi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut PPN Kejawanan Kota Cirebon berpotensi

untuk meningkatkan produksi dan nilai produksinya terutama cumi-cumi,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana produksi dan nilai produksi cumi-cumi yang ditangkap

dengan bouke ami di TPI PPN Kejawanan Kota Cirebon?

Page 4: Proposal Ok

2. Bagaimana hasil distribusi tangkapan yang di lelang di TPI PPN

Kejawanan Cirebon sampai di pengecer dan konsumen?

3. Berapa rata-rata harga cumi-cumi di tingkat nelayan, pasar dan

konsumen?

1.3. Tujuan

Kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Produksi dan nilai produksi cumi-cumi yang ditangkap dengan bouke

ami di TPI PPN Kejawanan Kota Cirebon.

2. Distribusi hasil tangkapan dari TPI PPN Kejawanan Cirebon sampai di

pengecer dan konsumen.

3. Harga cumi-cumi di tingkat nelayan, pasar dan konsumen.

Page 5: Proposal Ok

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan Tangkap di Kota Cirebon

Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan

sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan

memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian

lingkungan. Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan

tangkap skala kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan

tangkap di Indonesia yang masih didominasi oleh usaha perikanan tangkap

skala kecil yaitu sekitar 85%, dan hanya sekitar 15% dilakukan oleh usaha

perikanan skala yang lebih besar (Hermawan, 2006).

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), Produksi

perikanan tangkap berasal dari penangkapan di laut dan penangkapan di

perairan umum. Pada periode tahun 2000 - 2010, volume produksi

perikanan tangkap meningkat rata-rata sebesar 2,73% per tahun,

yaitu tahun 2000 sebanyak 4.125.525 ton menjadi 5.384.418 ton pada

tahun 2010. Volume produksi perikanan tangkap di laut pada periode

tersebut meningkat rata-rata sebesar 2,87% per tahun, yaitu dari 3.807.191

Page 6: Proposal Ok

ton pada tahun 2000 menjadi 5.039.446 ton pada tahun 2010. Sementara

volume produksi perikanan tangkap di perairan umum mengalami

peningkatan rata-rata sebesar 1,04% per tahun yaitu pada tahun 2000

sebanyak 318.334 ton menjadi 344.972 ton pada tahun 2010.

Secara umum telah banyak diketahui bahwa tingkat pemanfaatan

berbagai jenis sumberdaya perikanan laut di Indonesia belum merata, baik

menurut jenis ikan maupun perairannya. Perairan Laut Jawa dan Selat

Malaka merupakan perairan yang telah mengalami lebih tangkap (over

exploited) dan di perairan ini pula merupakan sentra aktivitas nelayan

tradisional maupun industri (Mulyadi, et.al., 2006).

2.2 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan Perikanan adalah suatu kesatuan kawasan perairan dan

daratan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang diperlukan untuk

mengakomodasi operasi perahu/kapal nelayan serrta sebagai basis kegiatan

produksi, pemasaran pengolahan hasil laut serta pembinaan dan

pengembangan masyarakat nelayan (Yusra, 2000). Dalam rangka

menunjang kegiatan nelayan serta berkaitan dengan kegiatan perikanan

laut, maka Pelabuhan Perikanan berfungsi sebagai prasarana untuk

memperlancar kegiatan produksi kapal perikanan, pemasaran, pengolahan

hasil laut serta pusat pembinaan dan pengembangan masyarakat nelayan.

Pelabuhan Perikanan sebagai pusat pengembangan mempunyai

pengertian yang luas terhadap daerah sekitar dengan peranan pokok

sebagai penunjang pengembangan kegiatan ekonomi perikanan, penunjang

Page 7: Proposal Ok

pembinaan dan pengembangan masyarakat nelayan dan sebagai pusat

untuk mensuplai secara kontinyu bahan makanan sumber protein hewani

untuk manusia (Nopirin, 1999). Dikaitkan dengan segenap fungsi serta

peranan Pelabuhan Perikanan, maka dalm konteks pembangunan perikanan,

setiap Pelabuhan Perikanan akan memiliki posisi strategis. Hal ini disebabkan

Peelabuhan Perikanan merupakan sentralisasi dari pada aktivitas produksi,

distribusi maupun kegiatan masyarakat nelayan.

Pelabuhan Perikanan ditinjau dari aktivitas produksi adalah tempat

mendaratkan hasil tangkapan perikanan, tempat persiapan operasi

penangkapan (alat tangkap, bahan bakar, air, es, perbaikan kapal, dan lain-

lain), tempat bersandar atau berlabuhnya kapal ikan. Pelabuhan Perikanan

ditnjau dari aktivitas distribusi adalah tempat transaksi jual beli, sebagai

terminal untuk mendistribusikan ikan dan sebagai pusat pengolahan hasil

perikanan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan merupakan pelabuhan

perikanan yang digunakan sebagai tempat bersandar kapal perikanan dan

kapal pengawas perikanan, bongkar muat kapal, pelaksanaan mutu dan

pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pelaksanaan

penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, kegiatan operasional

kapal perikanan, pegawasan dan pengendalian sumberdaya ikan.

2.3 TPI PPN Kejawanan Cirebon

TPI Kejawanan merupakan salah satu TPI yang berada di Kota Cirebon,

pembangunan TPI PPN Kejawanan dirintis pada tahun 1976 tetapi baru

Page 8: Proposal Ok

intensif pelaksanaannya mulai tahun anggaran 1994/1995. TPI PPN

Kejawanan terletak di Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk

Kota Cirebon, tepatnya pada posisi koordinat 06°- 44’- 14” LS/108°- 34’- 54”

BT. TPI PPN Kejawanan yang berada di bagian timur Jawa Barat secara

geografis sangat strategis karena merupakan pintu gerbang Jawa Barat

bagian Timur dan dengan mudah menghubungkan daerah pemasaran

potensial yaitu Bandung dan Jakarta. TPI PPN Kejawanan juga menjadi sentra

ekonomi berbasis industri perikanan, baik untuk skala kecil, menengah

maupun besar, dalam rangka mewujudkan Cirebon sebagai kota Perikanan

(Pelabuhan Perikanan Nusantara, 2010).

TPI PPN Kejawanan Cirebon mempunyai tujuan antara lain untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan/petani ikan. Salah satu

untuk menciptakan kondisi tersebut, PPN Kejawanan telah bekerja sama

dengan beberapa investor swasta yang bergerak dibidang perikanan, tahun

2007 telah tercatat 12 investor swasta yang menanamkan modalnya di

lahan PPN Kejawanan Cirebon (Pelabuhan Perikanan Nusantara, 2010).

2.4 Alat Tangkap (Bouke Ami)

Bouke ami (jaring bandrong) adalah alat tangkap berbentuk jaring

persegi empat (8-12 m) yang pengoperasiannya dilakukan dengan

menurunkan dan mengangkat secara vertikal dari sisi kapal. Dalam

pengoperasiannya menggunakan alat

bantu lampu sebagai pengumpul gerombolan ikan. Jaring bandrong adalah

Page 9: Proposal Ok

jaring angkat berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar yang

ujung-ujung salah satu sisinya diikat pada patok atau tiang

pancang, sementara ujung yang lain dipasang tali untuk proses

pengangkatan. Berdasarkan cara pengoperasiannya, jaring bandrong

diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (liftnets). Alat tangkap ini

berbentuk jaring persegi empat, berukuran mulai dari 8-12 m yang cara

pengoprasiannya dilakukan dengan menurunkan dan

mengangkatnya secara vertikal dari sisi kapal. Dalam pengoperasiannya

menggunakan alat bantu lampu dan umpan sebagai alat bantu untuk

mengumpulkan gerombolan ikan, dengan tujuan menangkap ikan

fototaksis positif,alat ini mempunyai mata jaring yang relative kecil

(Subani dan Barus1989).

Tahapan-tahapan pengoperasian jaring badrong (Bouke ami) adalah

sebagai berikut (Subani dan Barus 1989)

(a)Memasang jaring pada bangunan bandrong.

(b)Kemudian jaring diturunkan ke arah dasar perairan dengan

cara mengulur tali untuk pengangkatan.

(c) Setelah ikan terkumpul, lalu secara perlahan tali pengangkat

ditarik( j a r i ng diangkat ke arah permukaan) hingga kumpulan

ikan berada di dalam jaring dan hasil tangkapan diangkat dari

jaring.

Pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi oleh armada penangkapan yang

berbasis di Cirebon dilakukan oleh beberapa alat tangkap, yaitu bouke ami

Page 10: Proposal Ok

(stick held dip net), bagan dan jaring appolo (mini trawl). Walaupun demikian

ada juga alat tangkap lain di PPN Kejawanan, namun tidak menergetkan

cumi-cumi yaitu jaring liong bun (gillnet pari dan cucut) serta bubu.Bouke

ami merupakan alat tangkap yang paling dominan memanfaatkan cumi

dalam skala besar (Prima, et. al, 2011).

2.5Cumi-cumi

Menurut Hegner dan Engemann (1968), cumi-cumi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut ;

Filum : MolluskaKelas : CephalopodaOrdo : DecapodaFamili : LoliginidaeGenus : LoligoSpesies : Loligo sp.

Cumi-cumi ( Loligo sp.) merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup

penting yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan sangat baik bagi

kesehatan. Cumi-cumi memiliki daging putih yang merupakan salah satu kelebihan

tersendiri dan disukai oleh masyarakat. Cumi-cumi memiliki edible portion yang lebih

tinggi dibanding hasil perikanan lainnya (Okizumi dan Fuji 2000). Cumi-cumi merupakan

biota dari kelas cephalopoda, yaitu   biota yang memiliki kaki di kepala.Cumi-cumi

di pasaran internasional diperdagangkan dalam bentuk cumi-cumi beku,

cumi-cumi asin kering,dan cumi-cumi yang dikalengkan. Sedangkan di Indonesia

Page 11: Proposal Ok

cumi-cumi masih diperdagangkan dalam bentuk cumi-cumi segar dan cumi-

cumi asin kering..

Cumi-cumi memiliki bentuk tubuh kerucut yang dikelilingi oleh otot-

otot mantel dengan sirip yang berbentuk segitiga pada bagian punggungnya. Pada

bagian belakang tubuhnya merupakan tempat mantel melekat, sedangkan

bagian perut tidak melekat sehingga terbentuk rongga mantel. Pada ujung

mantel bagian perut terbuka yang disebut collar , dihubungkan dengan ujung

leher oleh semacam tulang rawan sehingga memungkinkan efektifnya

penutupan rongga mantel (Suwignyo 1998). Mantel pada cumi-cumi terdiri

dari kulit yang tebal, yang berfungsi untuk melindungi fungsi organ lainnya.

Pada bagian bawah tubuhnya terdapat lubang-lubang berbentuk corong

yang dinamakan funnel, berguna untuk mengeluarkan air dari ruang mantel,

dan juga berfungsi utuk memasukkan oksigen ke insangnya (Gunarso dan

Purwangka, 1998).

Cumi-cumi memiliki sifat yang khas yaitu adanya kelenjar tinta yang

tersimpan dalam kantung tinta. Kantung tinta ini membuka kearah anus.

Kelenjar tinta ini mensekresi cairan berwarna coklat tua ataupun hitam.

Warna gelap pada tinta tersebut disebabkan oleh kandungan melanin yang

tinggi. Ketika cumi-cumi dalam keadaan bahaya, maka dalam keadaan kritis mereka

akan menyemburkan cairan tinta sambil berlari menghindar. Cairan tinta ini

dapat membius indera chemoreceptor , yaitu indera penciuman atau rasa

sehingga cumi-cumi tidak disenangi oleh predator terutama ikan. Cumi-cumi

dapat mengubah dirinya dari pucat transparan menjadi kelabu tua, apabila

Page 12: Proposal Ok

berenang dari tempat berpasir putih ke tempat berbatu (Suwignyo 1989).

Cumi-cumi memiliki keistimewaan yaitu mereka memiliki organ berpendar

(bercahaya,bioluminescence) yang dikenal dengan fotofor, Fotofor ini yang

berada dalam tubuh, atau dibawah lapisan kulit, bahkan ada yang

memilikinya pada bola mata maupun sekitar mata mereka (Gunarso dan

Purwaka, 1998).

2.6Produksi dan Nilai Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)

menjadi satu atau lebih output (produk) (Joesron dan Fathorozi, 2003).

Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input

atau masukan untuk menghasilkan output. Fungsi produksi adalah kaitan di

antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan (Sukirno,

1999). Faktor-faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan hasil

produksi sering juga dinamakan output. Nilai adalah hasil guna dari suatu

barang/jasa yang dihasilkan.

Fungsi Produksi perikanan jangka pendek adalah hubungan antara

tangkapan (catch) dan upaya-upaya (effort) sedangkan dalam jangka

panjang merupakan hubungan antara penangkapan dan rata-rata

penangkapan yang dapat diperoleh pada waktu tertentu tanpa

mempengaruhi stok ikan (Anderson, 1986). Dalam fungsi produksi perikanan

jangka panjang tangkapan maksimum atau Maximum Sustainable Yield

Page 13: Proposal Ok

(MSY) adalah tangkapan ikan sama dengan pertumbuhan alami dari stock

ikan yang tetap tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap.

Jinadu (1992) menyatakan bahwa fish stock dapat diasumsikan tetap

selama musim ikan tertentu sehingga pada variasi tangkapan ikan

dinyatakan dengan variasi effort. Fishing effort merupakan gabungan dari

elemen-elemen seperti modal, tenaga kerja, waktu yang dihabiskan di laut,

lama waktu yang digunakan untuk mencari ikan, kondisi cuaca di lautan dan

daratan. Modal dapat dibagi lagi menjadi biaya alat tangkap dan perahu

(gear and craft), perawatan alat tangkap, tipe perahu, depresiasi, asuransi,

pajak, tenaga kerja, bahan bakar, dan yang lainnya.

III. MATERI DAN METODA

3.1. Materi Kerja Praktek

3.1.1. Objek

Objek kerja praktek ini adalah cumi-cumi yang ditangkap dengan

bouke ami di PPN Kejawanan Kota Cirebon.

3.1.2. Alat

Alat yang digunakan dalam kerja praktik ini adalah timbangan, alat

tulis, cumi-cumi dan Bouke ami.

3.2. Metode Kerja Praktek

Page 14: Proposal Ok

Metode survey dilakukan melalui observasi dan wawancara. Teknik ini

digunakan untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Dengan

mengetahui lokasi penelitian dan melakukan observasi atas apa yang akan

dilakukan, diharapkan penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam kerja praktek ini adalah dengan meliputi

data primer dan sekunder. Data primer merupakan data produksi hasil

tangkapan cumi-cumi di PPN Kejawanan Kota Cirebon, sedangkan data

sekunder merupakan data yang sudah ada di dalam Dinas Kelautan,

Perikanan, Peternakan dan Pertanian Kota Cirebon. Pengambilan data primer

cumi-cumi untuk dilakukan pengukuran beratnya diambil secara Random

Sampling. Pengambilan data sekunder meliputi data produksi cumi-cumi dari

tahun 2005-2010.

3.2.2. Prosedur Kerja Praktek

Prosedur menghitung produksi total cumi-cumi yang mendarat dimulai

dari proses pengumpulan data yang diperoleh dari TPI yang ada di sekitar

PPN Kejawanan, berupa data produksi tangkapan cumi-cumi. Kemudian

setelah diketahui jumlah produksinya, pengambilan sampel berikutnya untuk

diukur berat tiap ekor cumi-cumi. Kemudian melakukan wawancara untuk

mengetahui distribusi hasil tangkapan sampai di pengecer dan konsumen

serta harga cumi-cumi di tingkat nelayan, pasar dan konsumen. Setelah data

Page 15: Proposal Ok

terpenuhi selanjutnya dibuat tabel yang berisi produksi hasil tangkapan dan

nilai produksi dari cumi-cumi tersebut untuk mengetahui perbandingannya di

setiap tahunnya serta berat cumi-cumi untuk membandingkan berat dan

harga cumi-cumi yang masih memiliki tinta dengan yang sudah tidak

memiliki tinta.

3.3. Waktu dan Tempat

Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli-16 Agustus 2011 di

PPN Kejawanan Cirebon, Jawa Barat