Proposal New..

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era otonomi daerah pemerintah daerah dituntut mengurus dan mengatur urusan dalam pemerintahannya Dalam otonomi daerah juga pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangannya secara mandiri. Pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan suatu sistem yang sudah dirancang untuk tujuan pengelolaan keuangan daerah. Sistem terdiri dari subsistem- subsistem yang menyatu membentuk sistem. setiap subsistem mempunyai tugas dan tanggungjawab masing- masing dengan tujuan yang sama. Dalam pengelolaan keuangan daerah, terdapat bagian-bagian terpisah yang menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu mencapai suatu kinerja yang baik dan menghasilkan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan. Laporan pertanggungjawaban yang dihasilkan oleh pemerintah daerah berupa laporan keuangan pemerintah daerah diharapkan menjadi suatu laporan keuangan daerah yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya atau masuk akal. 1

description

dsd

Transcript of Proposal New..

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam era otonomi daerah pemerintah daerah dituntut mengurus dan mengatur urusan dalam pemerintahannya Dalam otonomi daerah juga pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangannya secara mandiri. Pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan suatu sistem yang sudah dirancang untuk tujuan pengelolaan keuangan daerah. Sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang menyatu membentuk sistem. setiap subsistem mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing dengan tujuan yang sama. Dalam pengelolaan keuangan daerah, terdapat bagian-bagian terpisah yang menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu mencapai suatu kinerja yang baik dan menghasilkan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan. Laporan pertanggungjawaban yang dihasilkan oleh pemerintah daerah berupa laporan keuangan pemerintah daerah diharapkan menjadi suatu laporan keuangan daerah yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya atau masuk akal.Semua pemerintah daerah di Indonesia, menjalankan sistem pemerintahan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Sistem akuntansi keuangan daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Hasil dari sistem akuntansi keuangan daerah adalah laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Sistem akuntansi keuangan daerah dirancang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).Problematika pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah adalah lemahnya sistem pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu di perlukan penerapan sistem pengendalian internal. Tujuan yang ingin dicapai dengan penerapan sistem pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai terkait keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah.Kewajiban tentang penyelenggaraan sistem pengendalian intern di masing-masing entitas pelaporan dan akuntansi tersebut semakin dipertegas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 yang secara eksplisit mengatur apa yang dinamakan dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang secara konsep banyak mengacu kepada definisi pengendalian intern menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO). Sistem pengendalian intern memberikan suatu konsep kontrol yang menjamin terwujudnya tujuan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah dalam tugas-tugas pelayanan pada masyarakat. Sistem pengendalian intern juga memberikan keyakinan akan keandalan informasi dalam laporan keuangan sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.Terwujudnya transparansi laporan keuangan daerah akan menjadi landasan awal bagi tata kelola pemerintahan yang lebih baik dan segala pertanggungjawaban keuangan yang berasal dari dana masyarakat akan berjalan lancar seiring kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. Transparansi laporan keuangan akan bisa terlaksana apabila pemerintah yang mengelola keuangan tersebut yakin dengan informasi yang ada dalam laporan keuangan tersebut.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah adalah salah satu bagian pemerintahan yang mengelola sumber daya daerah, termasuk pengelolaan keuangan daerah. Pemprov Kalteng wajib menjalankan tugas pengelolaan keuangan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sudah diatur. Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah peraturan tentang Pedoman pengelolaan keuangan daerah, Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pengendalian intern pemerintah selain memberi keyakinan akan keandalan laporan keuangan juga menjadi bahan evaluasi akan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.Berdasarkan penjelasan diatas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan pengendalian intern pemerintahan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 terhadap penyajian Laporan pertanggung jawaban berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan judul Pengaruh Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Penyajian Laporan Keuangan Daerah Di Provinsi Kalimantan Tengah. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakan diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pengendalian intern pemerintah terhadap penyajian laporan keuangan pemerintah daerah1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian intern pemerintah terhadap penyajian laporan Keuangan pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

A. Manfaat dari tujuan penelitian ini adalah dapat memberikan pemahaman tentang seberapa pentingnya pengendalian intern terhadap penyajian laporan keuangan daerah dilihat dari segi pengaruhnya. B. Bagi Instansi. Diharapkan dapat memberikan beberapa masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen untuk menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah dalam proses untuk menyajikan laporan Keuangan Daerah.C. Bagi Peneliti. Diharapkan sebagai sarana pengembangan pembelajaran dan syarat untuk menyusun tesis pada Pascasarjana Magister Sains Manajemen Universitas Palangka RayaD. Bagi Peneliti selanjutnya. Diharapkan mampu menjadi bahan kajian, referensi dan informasi, menambah wawasan bagi pembaca khususnya di bidang studi kelayakan serta untuk penelitian lebih lanjut.E. Bagi Pascasarjana Magister Sains Manajemen Universitas Palangka RayaHasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan referensi untuk menambah perbendaharaan bahan bacaan di Perpustakaan Universitas Palangka Raya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1Pengendalian

Definisi pengendalian menurut Kamus Akuntansi adalah implementasi suatu metode keputusan dan penggunaan umpan balik sehingga tujuan-tujuan dan rencana-rencana strategi organisasi dapat dicapai dengan optimal. Pengendalian ini dilakukan dengan cara mempelajari akuntansi dan laporan-laporan dan membandingkannya dengan rencana yang sudah ditetapkan. Implementasi suatu metode keputusan adalah penerapan suatu metode atau cara dan prosedur yang sudah ditetapkan bersama dengan tujuan mengontrol kegiatan operasional organisasi.Pengendalian juga dapat diartikan sebagai tahap untuk mengukur keberhasilan manajemen. Apabila pengendalian dapat dilaksanakan dengan baik maka manajemen akan dinilai berhasil karena semua kegiatan dapat dikontrol dan berjalan sesuai rencana.Pengendalian dilakukan juga untuk bisa meminimalisir resiko yang akan terjadi. Setiap keputusan yang diambil selalu diikuti dengan berbagai macam resiko yang bisa langsung diidentifikasi ataupun tidak, karena itu pengendalian diperlukan untuk bisa segera mengetahui resiko yang teridentifikasi kemudian.

2.1.2 Pengendalian Intern Pemerintah1. Pengertian.

Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah pengendalian intern. Namun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 menggunakan istilah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).Menurut Indra Bastian (2011:7), Sturktur pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif (Kepala Daerah, instansi/dinas, dan segenap personel) yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri dari: keandalan laporan keuangan; kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku; dan efektivitas dan efisiensi operasi.Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mendefinisikan pengendalian intern sebagai proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. (Sukrisno Agoes,2011:100)Sistem Pengendalian Intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2. TujuanDari pengertian diatas dapat dilihat tujuan dari pengendalian internal adalah:

a. Keandalan laporan keuangan;

b. Efektifitas dan efisiensi operasi;

c. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; dan

d. Pengamanan asset Negara.Dalam Perbendaharaan Negara, maksud atau tujuan dari dilakukannya sistem pengendalian intern adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Pemerintah daerah juga mengatur lebih lanjut untuk melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan daerah secara menyeluruh. Sistem pengendalian intern juga membantu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam melakukan audit terhadap pemerintah.Dari tujuan-tujuan diatas terdapat empat modifikasi yang melekat yaitu tanggung jawab manajemen, kepastian yang masuk akal, metode pemrosesan data dan keterbatasan. Setiap pengendalian intern memiliki efektifitas yang terbatas termasuk kemungkinan adanya kesalahan, pengakalan, dan perubahan kondisi (James Hall, 2001:150).3. Jenis Pengendalian Internal

Menurut Indra Bastian (2011:8),Pengendalian intern terdiri atas 2 jenis pengendalian, yaitu:

a. Pengendalian organisasional.

Pengendalian ini berkaitan dengan cara organisasi mengelola karyawannya. Beberapa cirri berikut seharusnya terdapat dalam sebuah organisasi agar struktur organisasi kondusif dengan pengendalian internal yang memadai:1) Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur dan kompeten.

2) Pemisahan fungsi.3) Pembagian tugas dalam fungsi akuntansi.

4) Tanggung jawab yang dirinci dengan baik untuk semua personel.b. Pengendalian supervisi.

Aspek penting dari pengendalian adalah supervisi manajemen terhadap aktivitas organisasi secara keseluruhan dan efektivitas pengendalian internal khusus lainnya. Supervisi yang efektif dihasilkan dari proses yang melibatkan manajemen pada titik-titik penting sistem pengendalian internal, yaitu laporan keuangan dan analisis selisih anggaran. Di organisasi yang lebih besar, tanggung jawab untuk mengawasi dan mengendalikan didelegasikan ke departemen pengendalian internal.

Berikut ini adalah penjelasan dari jenis-jenis pengendalian internal:a. Organisasi. Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan untuk semua aspek operasi, dan pengendaliannya seharusnya disebutkan secara rinci dan jelas.b. Pemisahan tugas. Apabila tugas dan tanggung jawab digabungkan, maka seseorang mampu melakukan pencatatan dan memproses sebuah transaksi secara lengkap. Dengan kata lain, pemisahan tugas dapat mengurangi resiko terjadinya manipulasi maupun kesalahan yang disengaja.

c. Fisik. Pengendalian ini berhubungan dengan supervisi aktiva. Prosedur dan keamanan yang memadai dirancang untuk member keyakinan bahwa akses terhadap aktiva lewat dokumentasi terbatas pada personel yang berwenang.d. Persetujuan dan otorisasi. Seluruh transaksi seharusnya diotorisasi ataupun disetujui oleh orang yang tepat. Batas wewenang juga harus dijelaskan.

e. Akuntansi. Pengecekan akurasi catatan, penghitungan jumlah total, rekonsiliasi, pemakaian nomor rekening, jurnal-jurnal dan akuntansi untuk dokumen.

f. Personel. Keberadaan prosedur menjamin bahwa penempatan personel sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawabnya.

g. Supervisi. Setiap sistem pengendalian internal seharusnya mencakup supervise oleh atasan yang bertanggung jawab atas transaksi dan pencatatannya sehari-hari.

h. Manajemen. Ini adalah pengendalian yang dilakukan oleh manajemen diluar tugas rutinnya. Hal ini meliputi pengendalian secara keseluruhan, fungsi pengendalian internal, dan prosedur tinjauan khusus lainnya.4. Unsur-Unsur

Sistem pengendalian internal terdiri dari 5 unsur, yaitu:

a. Lingkungan pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:

1) Penegakan integritas dan nilai etika;

2) Komitmen terhadap kompetensi;

3) Kepemimpinan yang kondusif;

4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;

7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan

8) Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.b. Penilaian risiko

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan: tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Identifikasi risiko dilaksanakan dengan: menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif; menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal; dan menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.c. Kegiatan pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian terdiri atas:

1) Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

2) Pembinaan sumber daya manusia;

3) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

4) Pengendalian fisik atas aset;

5) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

6) Pemisahan fungsi;

7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

8) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

9) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

10) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

11) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

d. Informasi dan komunikasi

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya: menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informas secara terus menerus.

e. Pemantauan pengendalian intern

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.5. Cara melakukan pemahaman dan evaluasi terhadap pengendalian intern.

Menurut Sukrisno Agoes (2012:104), Ada tiga cara yang bisa digunakan dalam melakukan pemahaman dan evaluasi terhadap pengendalian internal, yaitu:a. Internal Control Questionnaires

Cara ini adalah cara yang paling sederhana dan praktis. Cara ini dilakukan dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengendalian internal dengan jawaban Ya (Y), Tidak (T), dan Tidak Relevan (TR). Jika pertanyaan sudah disusun dengan baik, maka jawaban Ya akan menunjukan ciri internal control yang baik, Tidan akan menunjukan ciri internal control yang lemah, dan Tidak Relevan berarti pertanyaan tersebut tidak relevan.b. Flow Chart

Flow Chart (bagan arus) menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit, misalnya bagan arur untuk penerimaan kas digambarkan pembuatan surat ketetapan pajak/retribusi daerah sampai pada pembuatan laporan pertanggung jawaban. Flow chart sering digunakan oleh auditor untuk mengetes kesesuaian dokumen-dokumen yang digunakan dengan prosedur yang digambarkan dalam bagan arus.

c. Narrative

Cara ini dilakukan dengan menceritakan atau menggambarkan sistem dan prosedur akuntansi dalam bentuk memo. Catatan dalam memo ini terdiri atas penjelasan prosedur dan dilakukan oleh siapa.2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah1. Pengertian

Laporan keuangan adalah catatan tertulis yang berisi angka-angka. Angka-angka ini menggambarkan kondisi keuangan dan kondisi asset yang dinilai dengan mata uang.Laporan keuangan merupakan output akhir dari proses akuntansi yang dilaksanakan pada tingkat SKPD dan di tingkat PPKD. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. (Nunuy Nur Afiah, 2010:161)Gambaran laporan keuangan menurut Indra Bastian (2003:18) adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembiayaan. Berdasarkan periode waktu terdapat laporan keuangan triwulan dan laporan keuangan tahunan, sedangkan berdasarkan unit kerja terdapat laporan keuangan SKPD dan laporan konsolidasian pemerintah kota/kabupaten. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah adalah hasil akhir (output) dari sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pemerintahan. Laporan keuangan pemerintah daerah ini berisi informasi-informasi keuangan yang dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi, dan keseimbangan antargenerasi.2. Tujuan dan fungsi

Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah:a. Kepatuhan dan pengelolaan;

b. Akuntabilitas;c. Perecanaan dan informasi otorisasi;

d. Kelangsungan organisasi;

e. Hubungan masyarakat; dan

f. Sumber fakta dan gambaran.

Bagi organisasi pemerintahan, tujuan umum akuntansi dan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan dan juga untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional. Secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi pemerintah adalah:

a. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah;

b. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya;c. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan;

d. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian tujuan operasional; dane. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.3. Karakteristik kualitatif laporan keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

a. Relevan;

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya memiliki manfaat umpan balik, manfaat prediktif, tepat waktu, dan lengkap. b. Andal; Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.c. Dapat dibandingkan;

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya atau laporan keuangan entitas lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.d. Dapat dipahami.Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.Laporan keuangan yang memenuhi karakteristik kualitatif diatas adalah laporan keuangan yang lahir dari suatu sistem akuntansi yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Sistem akuntansi tersebut berada dalam sistem pengendalian yang dapat dikontrol dengan baik untuk pencapaian tujuan.4. Komponen laporan keuangan

Laporan keuangan pokok menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);

c. Neraca;

d. Laporan Operasional (LO);

e. Laporan Arus Kas (LAK);

f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan

g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Sedangkan komponen laporan keuangan munurut Permendadri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

b. Neraca;

c. Laporan Arus Kas (LAK); dan

d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.2 Kerangka BerpikirLaporan keuangan pemerintah daerah yang disajikan berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan diharapkan mampu memberikan informasi keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kriteria tersebut jika dalam proses untuk menyajikan laporan keuangan ada pengawasan, yaitu pengendalian internal.Sistem pengendalian intern pemerintahan mempunyai tujuan memberikan keyakinan akan keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan pengamanan asset Negara. Apabila SPIP yang ada dalam pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan peraturan yang diharapkan maka pemerintah daerah tersebut dapat menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah tepat .waktu dan tepat guna serta dapat dipercaya keandalannya dan informasi yang didapat dari laporan keuangan pun jelas. Penerapan pengendalian intern pemerintah dapat dilihat melalui struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab, visi, misi, tujuan, penempatan personel/pegawai, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap pegawai, dan prosedur/sistem akuntansi.Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka yang menjadi kerangka berpikir dalam penulisan proposal ini dapat peneliti sajikan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir2.3 HipotesisHipotesis adalah jawaban sementara dari perumusan masalah penelitian yang sudah dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh pengendalian intern pemerintah terhadap penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitiannya adalah: Pengendalian Intern Pemerintah yang dapat dilihat dari struktur organisasi, visi, mis, tujuan, pembagian tugas dan tanggung jawab,penempatan pegawai, palaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap karyawan, prosedur dan sistem akuntansi serta pelaksanaan evaluasi berpengaruh terhadap penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami di Provinsi Kalimantan TengahBAB IVMETODOLOGI PENELITIAN4.1 Lokasi PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan pada Kantor Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Tengah Jalan RTA.Milono No. 1 Palangka Raya.Jenis Data

1. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang berkaitan langsung dengan objek penelitian, yaitu berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.2. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa keterangan, stuktur organisasi, dan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya terutama berkaitan dengan objek penelitian, yaitu informasi-informasi kualitatif yang berkaitan dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.Sumber DataSumber data yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Data primer

Menurut Kuncoro (2003:136) data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli untuk tujuan tertentu. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan metode pengumpulan data original (asli). Sumber-sumber asli adalah sumber yang ada dilapangan yaitu organisasi dan pegawai yang ada dalam organisasi, data yang diambil dari sumber-sumber asli ini menggunakan metode observasi dan wawancara 1. Data sekunder

Menurut Iqbal (2002:82) data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Sumber-sumber yang telah ada ini berupa dokumen-dokumen dan buku-buku yang ada.3.2 Teknik Pengumpulan DataA. Observasi

Peneliti mengadakan penelitian langsung ke organisasi/entitas dan mengamati kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern.B. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada staf dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang ditemui.

C. Studi dokumentasi dan pustaka

Peneliti mengadakan penelitian dan mempelajari dokumen dokumen yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern pemerintah dan laporan keuangan pemerintah daerah dan melengkapi data data yang diperoleh di dalam penelitian dengan menggunakan literatur literatur dan buku buku dari perpustakaan serta buku lainnya.

3.3 Variabel PenelitianMenurut Sugiyono (2007:31) variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian intern pemerintah dan laporan keuangan pemerintah daerah.3.4 Teknik Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Untuk mengukur pengaruh satu variabel dengan variabel lainnya, alat analisis statistika yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan persamaan sebagai berikut:Y = a + bXKeterangan:

Y: Variabel dependen/ terikat (Laporan keuangan pemerintah daerah)

X: Variabel independen/bebas (pengendalian intern pemerintah)

a: Konstanta

b: Koefisien variabel XPENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH:

Struktur organisasi

Visi, misi, dan tujuan

Pembagian tugas dan tanggung jawab

Penempatan personel/ pegawai

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

Prosedur dan sistem akuntansi

Pelaksanaan evaluasi

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH:

Laporan Realisasi Anggaran

Neraca

Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan Keuangan.

yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

19