Proposal Eulis New

download Proposal Eulis New

of 27

description

proposal penelitian

Transcript of Proposal Eulis New

ANALISIS KADAR KREATININ SERUM METODE JAFFE REACTION DENGAN VARIASI SUHU INKUBASI DAN INTERFERENSI BILIRUBIN,DAN LIPID

PROPOSAL SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1 Kimia Konsentrasi Analis Medis

OlehEULIS NANI RUSTININIM : 111C1011

PROGRAM STUDI S1 KIMIA KONSENTRASI ANALIS MEDISSEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIHBANDUNG2015

DAFTAR ISTILAH :1. Kreatinin adalah hasil metabolisme dari kreatin fosfat yang terdapat dalam otot dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.2. Pemeriksaan kreatinin metode Jaffe Reaction adalah pemeriksaan kinetik dengan prinsip reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dalam suasana basa yang membentuk suasana kuning jingga.3. Variasi suhu inkubasi adalah jenis ragam suhu yang digunakan untuk inkubasi sampel pada pemeriksaan kreatinin. Suhu yang digunakan pada pemeriksaan kreatinin ini adalah 180C, 200C, 250C, dan 300C.4. Interferensi adalah banyaknya zat pengganggu dalam pemeriksaan.5. Bilirubin merupakan senyawa pigmen berwarna kuning produk dari perombakan heme dari hemoglobin yang terkandung dalam serum atau plasma.6. Lipid merupakan senyawa lemak yang tidak dapat larut dalam air. Adanya lipid pada serum akan menyebabkan serum menjadi keruh sehingga mengganggu kinerja alat yang dapat menyebabkan hasil menjadi tinggi palsu.

I. JUDUL : ANALISIS KADAR KREATININ SERUM METODE JAFFE REACTION DENGAN VARIASI SUHU INKUBASI DAN INTERFERENSI BILIRUBIN, DAN LIPID

II. LATAR BELAKANGGinjal adalah organ yang berfungsi mengatur keseimbangan cairan tubuh dengan cara membuang sampah sisa-sisa metabolisme dan menahan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi ini amat penting bagi tubuh untuk menjaga homeostasis. Homeostasis amat penting dijaga karena sel-sel tubuh hanya bisa berfungsi pada keadaan cairan tertentu. Walau begitu, ginjal tidak selalu bisa mengatur keadaan cairan tubuh dalam kondisi normal. Pada keadaan normal, ginjal harus mengeluarkan minimal 0,5 L air perhari untuk kebutuhan pembuangan racun.Dalam dunia medis sering digunakan beberapa parameter pemeriksaan untuk mengetahui faal ginjal salah satunya adalah pemeriksaan kreatinin dan ureum. Kreatinin dan ureum merupakan hasil metabolisme protein yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Pemeriksaan kreatinin lebih disukai daripada pemeriksaan ureum, karena kadar kreatinin tidak dipengaruhi oleh asupan makanan.Kreatinin merupakan hasil metabolisme dari kreatin fosfat yang terdapat dalam otot. Kurang lebih 1-2 % kreatin diubah menjadi kreatinin per hari dan selanjutnya kreatinin ini dibuang melalui urine. Ekskresi kreatinin rata-rata 1,2 g/ hari pada wanita dan 1,5 g/hari pada laki-laki.Kadar kreatinin berbeda pada setiap orang, umumnya orang yang berotot besar memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada yang berotot kecil. Hal ini juga memungkinkan perbedaan nilai normal kreatinin pada wanita dan laki-laki. Nilai normal kreatinin serum pada wanita adalah 0,5 0,9 mg/dL dan pada laki-laki adalah 0,6-1,1 mg/dL. Sedangkan pada urin untuk laki-laki adalah 39-259 mg/dL dan untuk perempuan adalah 28-217 mg/dL.(Riyani.2014) Kreatinin diangkut melalui aliran darah ke ginjal. Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin. Kadar kreatinin yang rendah dapat menunjukkan status nutrisi yang rendah (Tietze, 2003). Kadar kreatinin yang tinggi dalam serum dapat dijadikan sebagai indikator beberapa kerusakan ginjal seperti nekrosis tubulus (penyebab gagal ginjal akut), glomerulonefritis (kerusakan pada glomerulus), dan dapat digunakan sebagai petunjuk rendahnya kemampuan filtrasi glomerulus (Baron, 1992; Levey et al., 1999; Stevens and Levey, 2004). Itulah mengapa kreatinin dihitung dalam standar pemeriksaan darah dan urin rutin.Analisis kadar kreatinin dalam serum dan urin merupakan indeks medis yang penting sebagai penanda awal kerusakan ginjal. Secara umum kadar kreatinin dapat ditentukan secara kolorimetri melalui reaksi Jaffe yang didasarkan pada reaksi antara asam pikrat dengan kreatinin pada suasana basa yang membentuk senyawa berwarna kuning jingga yang dideteksi pada panjang gelombang 492 nm (490 510 nm). (Dumolab Reagen Kit). Keunggulan pemeriksaan kreatinin metode Jaffe ini adalah murah, cepat, dan jumlah sampel yang dibutuhkan relatif sedikit.Ketidakspesifikan reaksi Jaffe sangat terkenal sejak metode tersebut pertama kali ditemukan. Reaksi Jaffe relatif non spesifik karena reagen pikrat cenderung bereaksi dengan subtansi interferensi (sehingga disebut sebagai kromogen non kreatinin atau pseudokreatinin). Penggunaan NaOH sebagai pengatur pH juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah kestabilan pH yang kurang tahan terhadap perubahan suhu dan adanya zat-zat pengganggu yang dapat mempengaruhi hasil reaksi pada kadar tertentu, diantaranya asam askorbat, bilirubin dan lipid. (Rusmana.2013)Diketahui asam askorbat dapat mengganggu pemeriksaan kreatinin metode Jaffe pada konsentrasi 30 mg/dL. Unsur lain yang dapat mengganggu pemeriksaan kreatinin adalah lipid pada konsentrasi 600 mg/dL dan bilirubin pada konsentrasi 4 mg/dL. (dumolab reagen). Kadar bilirubin normal dalam serum untuk bilirubin total adalah 0,3-1,0 mg/dL sedangkan untuk bilirubin direk adalah 0,1-0,3 mg/dL. Pada penyakit hati akut jumlah bilirubin total sering kali lebih dari 5 mg/dl. (E.N Kosasih dan A.S Kosasih.2008)Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kadar Kreatinin Serum Metode Jaffe Reaction dengan Variasi Suhu Inkubasi dan Interferensi Bilirubin dan Lipid

III. RUMUSAN MASALAH1. Apakah perubahan suhu inkubasi berpengaruh terhadap kestabilan pada pemeriksaan kreatinin metode Jaffe;2. Apakah penambahan bilirubin dan lipid berpengaruh pada pemeriksaan kreatinin metode Jaffe;3. Berapa konsentrasi bilirubin, dan lipid yang mulai mengganggu terhadap pemeriksaan kreatinin.IV. TUJUAN PENELITIAN1. Mengetahui kestabilan reagen kerja terhadap perubahan suhu;2. Mengetahui ketahanan terhadap penambahan bilirubin dan lipid pada pemeriksaan kreatinin;3. Mengetahui konsentrasi bilirubin dan lipid yang mulai mengganggu pemeriksaan kreatinin.

V. MANFAATMenambah wawasan tentang pemeriksaan kreatinin sehingga mengurangi kadar kesalahan hasil pemeriksaan dan dapat membantu dalam penegakan diagnosa suatu penyakit.

VI. HIPOTESIS1. Perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap pemeriksaan kreatinin metode Jaffe;2. Penambahan bilirubin dan lipid pada konsentrasi tertentu dapat mengganggu pada pemeriksaan kreatinin.

VII. TINJAUAN PUSTAKA7.1KreatininJustus Liebeg (1847) memberi istilah kreatinin pada substansi yang diperoleh dengan memanaskan kreatin dengan asam mineral. Kreatinin (C4H7NO3) merupakan molekul yang mengandung nitrogen dengan berat molekul 113-Da, merupakan hasil konversi non enzimatik spontan dari fosfokreatin (jalur mayor) atau kreatin (jalur minor). Kreatinin merupakan hasil metabolisme dari kreatin fosfat yang terdapat dalam otot. Kurang lebih 1-2 % kreatin diubah menjadi kreatinin per hari dan selanjutnya kretinin ini dibuang melalui urine. Ekskresi kreatinin rata-rata 1,2 g/ hari pada wanita dan 1,5 g/hari pada laki-laki.Kadar kreatinin berbeda pada setiap orang, umumnya orang yang berotot besar memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada yang berotot kecil. Hal ini juga memungkinkan perbedaan nilai normal kreatinin pada wanita dan laki-laki. Nilai normal kreatinin serum pada wanita adalah 0,5 0,9 mg/dL dan pada laki-laki adalah 0,6-1,1 mg/dL. (Riyani.2014). Referensi interval : ekskresi kreatinin urin normal adalah 14-26 mg / kg / hari atau ( 124-230 umol / kg / hari ) pada laki-laki, dan 11-20 mg / kg / hari atau ( 97-177 umol / kg / hari ) pada wanita. Namun nilai rujukan dalam menentukan kadar kreatinin urin, yaitu 0,6 1,2 mg % untuk urin sewaktu dan 1 1,5 mg % untuk urin 24 jam.

Gambar 1. Rumus Struktur KreatininSumber : http://core.ac.uk/download/pdf/11712760.pdf(diakses tanggal 10 Mei 2015)7.1.1Metabolisme KreatininPembentukan kreatinin berawal di ginjal dan diselesaikan di hati. Pada langkah pertama pembentukan kreatinin yang terjadi di ginjal, glisin bergabung dengan arginin membentuk guadinoasetat. Dalam reaksi ini, gugus guanidium pada arginin (gugus yang juga membentuk urea) dipindahkan ke glisin dan molekul arginin sisanya dibebaskan sebagai ornitin. Guanidinoasetat kemudian mengalami metilasi di hati oleh S-adenosilmetionin (SAM) untuk membentuk kreatin.Kreatin, hasil dari metilasi asam guanidine acetat didistribusikan ke berbagai jaringan dan organ termasuk otot dan otak, dimana kreatin dipicu oleh enzim kreatin kinase yang mentransfer ikatan fosfat energi tinggi dari ATP untuk membentuk kreatin fosfat. Kreatin dan kreatin fosfat berada pada keseimbangan reversible di otot skelet. Kreatin fosfat berfungsi sebagai baterai yang menyimpan energy dari ATP yang berlebih. Pada otot skelet, kira-kira seperempat kreatin berada dalam bentuk kreatin bebas dan dalam bentuk kreatin fosfat.

Gambar 2. Metabolisme Kreatin dan KreatininSumber : http://core.ac.uk/download/pdf/11712760.pdf(Diakses tanggal 10 Mei 2015)

Pada Keadaan fisiologis, kreatin kehilangan molekul air dan menjadi kreatin. Kreatinin terbentuk dari 1 -1,3 % kreatin pada pH 7,0 7,2 dan suhu 380C. Kreatin merupakan satu-satunya precursor kreatinin. (Suci.2005)Pembentukan dan pelepasan kreatinin dari otot ke dalam sirkulasi setiap hari relatif konstan sekitar 1,6 1,7% dari total simpanan kreatin otot. Sebagai konsekuensi, terdapat hubungan langsung antara massa otot dan jumlah kreatin yang diekskresi setiap hari. Produksi kreatinin proporsional terhadap massa otot. Pada seseorang dengan berat badan sekitar 70 kg, kreatin diproduksi dengan laju konstan 1,2 mg per menit (1730 mg per hari). Kreatinin terutama diproduksi melalui metabolisme kreatin pada otot, tetapi selain itu tambahan produksi 1-2 g/hari berasal dari makanan yang mengandung kreatin atau kreatinin, misalnya daging matang. Kreatin serum akan meningkat 20 50% setelah asupan makanan yang kaya dengan daging.Kreatinin dalam urin berasal dari filtrasi glomerulus dan sekresi oleh tubulus proksimal ginjal. Berat molekulnya kecil sehingga dapat secara bebas masuk dalam filtrat glomerulus. Kreatinin yang diekskresi dalam urin terutama berasal dari metabolisme kreatinin dalam otot sehingga jumlah kreatinin dalam urin mencerminkan massa otot tubuh dan relatif stabil pada individu sehat Kreatinin terutama ditemukan di jaringan otot (sampai dengan 94%). Kreatinin dan ureum merupakan hasil metabolism protein yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialisis.

7.1.2 Hal yang Mempengaruhi Produksi dan Ekskresi KreatininProduksi kreatinin proporsional terhadap massa otot, oleh karena itu kadar kreatinin pada individu dimana massa otot lebih kecil dibanding luas permukaan tubuh, laju produksi kreatinin relatif lebih kecil dan konsentrasi kreatinin lebih rendah.Pembentukan kreatinin lebih tinggi pada pria dibanding wanita, pada bayi/anak-anak dibanding orang dewasa, pada orang muda dibanding orang tua, pada kulit hitam dibanding kulit putih, dan menimbulkan perbedaan nilai rujukan kadar kreatinin berdasarkan usia, jenis kelamin dan ras.Kreatinin serum meningkat setelah asupan makanan yang sangat kaya akan daging meskipun fungsi ginjal normal, karena proses pemasakan daging mengkonversi kreatin menjadi kreatinin. Kreatinin serum juga meningkat pada kehilangan volume darah, terapi diuretik, antihipertensi, kemoterapi logam berat (misalnya cisplatin) dan beberapa obat nefrotoksik, misalnya cephalosporin.

7.2 SpektrofotometerSinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik dan dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi, bilangan gelombang, dan serapan. (Astriningrum.2011)Setiap molekul memiliki energi yang merupakan jumlah dari komponen energi translasional, vibrasional, rotasional, dan elektronik. Jika suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai maka akan terjadi penyerapan (absorbsi) energi yang sesuai oleh molekul sinar ultraviolet dan sinar tampak dan memberikan energi yang cukup untuk menyebabkan terjadinya transisi elektronik. Terjadinya transisi elektronik tersebut akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan yang paling rendah/keadaan dasar (ground state) ke tingkat energi tereksitasi. (Astriningrum.2011)Spektrofotometer dapat digunakan untuk informasi kualitatif maupun analisa kuantitatif. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. (Astriningrum.2011)Lambert dan Beer telah menurunkan secara empirik hubungan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya larutan dan hubungan antara intensitas tadi dengan konsentrasi zat.Hukum Lambert dan Beer :A = abcDimana :A = Absorbana = Absorptivitasb = tebal kuvetc = konsentrasiHukum Lambert dan Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. (Astriningrum.2011) 7.3Metode Jaffe ReactionMetode ini pertama kali ditemukan oleh Jaffe pada tahun 1886. Prinsip metode Jaffe adalah dalam suasana alkali, kreatinin bereaksi dengan asam pikrat menghasilkan kompleks warna jingga. intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar kreatinin dalam sampel dan diukur dengan fotometer dengan dengan panjang gelombang 492 nm (490 520 nm). Reaksi Jaffe akan efektif jika terjadi pada pH 10,0 11,7.

Gambar 3 . Reaksi Pembentukan Kreatinin PikratSumber : http://learn.quinnipiac.edu/(diakses tanggal 26 April 2015)Garam pikrat-kreatinin yang berwarna kuning merah (oranye mengandung dua molekul kreatinin dalam satu molekul asam pikrat. Gugus metil dari asam pikrat akan menyerang asam pikrat dari posisi meta, menjadikan gugus nitro dalam bentuk anio (NO2). Hal tersebut menimbulkan warna kromogen yang berwarna kuning kemerahan (oranye).Keunggulan dari metode pikrat adalah murah, cepat, dan sampel yang dibutuhkan sedikit.Metode Jaffe tidak direkomendasikan untuk pengukuran kreatinin pada neonatus, karena kesulitan pengambilan sampel yang menimbulkan hemolisis, dan tingginya kadar HbH dan bilirubin pada plasma atau serum neonates yang dapat menyebabkan bias hasil pemeriksaan kreatinin.Permasalahan metode ini adalah kurangnya spesifisitas metode untuk penetapan kreatinin. Banyak senyawa yang dapat bereaksi dengan asam pikrat membentuk kompleks sehingga mempengaruhi penetapan kreatinin. Senyawa tersebut diantaranya glukosa, protein, asam askorbat, benda keton, piruvat, bilirubin, trigliserida,asam urat, fruktosa, hemoglobin, dll.Beberapa interferensi dapat diminimalisir dengan menggunakan metode kinetic dibandingkan mengukur produk akhir dan pemilihan kondisi pengukuran yang tepat. Cook (1971) melaporkan bahwa laju peningkatan warna pada reaksi Jaffe mula-mula cepat, kemudian diikuti oleh fase yang jauh lebih lambat, slope yang serupa dengan yang diamati pada pengukuran larutan kreatinin. Sinyal yang disebabkan substansi interferensi bereaksi cepat dan lambat dapat dihindari dengan memilih waktu yang tepat saat pengukuran.Metode Jaffe merupakan metode yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan kreatinin sejak 100 tahun yang lalu. Metode ini dilakukan dengan pembacaan secara fixed time (dibaca 2 kali pada awal reaksi dan akhir reaksi) atau dengan secara end point (dibaca pada akhir reaksi). Hasil Pengukuran berupa delta absorban dikalikan dengan konsentrasi standar, maka akan didapatkan kadar bahan uji.7.4Serum, Presinorm, PresipathSerum merupakan komponen yang bukan berupa sel darah. Untuk mendapatkannya dapat dilakukan dengan cara memutarnya dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Sejumlah darah yang dibiarkan dalam wadah, selang beberapa waktu akan membeku dan mengalami retraksi sehingga cairan di dalamnya seolah-olah diperas keluar dari bagian padatnya. Cairan yang diproses dari perasan inilah yang disebut dengan serum, yaitu cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen karena dalam proses pembentukan tidak diberi antikoagulan sehingga fibrin diubah menjadi fibrinogen. Serum ini mengandung protein, lemak dan elektrolit. (Gunawan.2009) (Reatnik.2013)Berdasarkan IFCC (International Federation of Clinical Chemistry) control serum adalah spesimen atau larutan yang dianalisis yang tujuannya hanya untuk mengontrol kualitas. (Muhamad Ali, Majid.2010) (Reatnik.2013)Presinorm adalah serum yang didehidrasikan tetapi masih memiliki nilai normal, dan presipath adalah serum yang didehidrasikan dan kadarnya melebihi atau kurang dari nilai normal. (Reatnik.2013)

6.5 Bilirubin Bilirubin (C33H36N4O6) berasal dari perombakan heme dari hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh R E S di limpa, hati, dan sumsum tulang. Di samping itu sekitar 20% dari bilirubin berasal dari sumber lain : non-heme porfirin, prekursor pirol (melalui jalur pintas) dan lisis eritrosit muda pada penyakit dengan eritropoesis yang tak efektif misalnya talasemia (early labeled bilirubin). (E.N Kosasih dan A.S Kosasih.2008)Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat terjadi di hati. Di sini bilirubin indirek akan diubah menjadi bilirubin direk. Sedangkan ekskresi bilirubin yang telah dikonjugasi ke dalam kanalikuli empedu akan terjadi di sel hati. Di bagian usus sebagian dari bilirubin direk yang telah diekskresi oleh empedu dihidrolisis dan bilirubin indirek diabsorbsi yang terjadi di dalam sirkulasi entheropatik. (E.N Kosasih dan A.S Kosasih.2008)Bila sel darah merah telah hidup melampaui masa hidupnya, rata-rata 120 hari, dan telah terlalu rapuh untuk berada lebih lama dalam system sirkulasi, membrannya akan pecah dan hemoglobin yang dikeluarkan difagositosis oleh sel retikuloendotel di selurh tubuh. Di sini, hemoglobin pertama-tama dipecah menjadi globin dan heme, dan cincin heme dibuka sehingga terbentuk rantai lurus dari empat inti pirol yang merupakan substrat dimana pigmen empedu dibentuk. Pigmen pertama yang dibentuk adalah billiverdin, tetapi dengan cepat zat ini direduksi menjadi bilirubin bebas, yang lambat laun dikeluarkan dalam plasma. Akan tetapi, bilirubin bebas dengan segera berikatan amat kuat dengan albumin plasma dan ditransport dalam bentuk gabungan ini ke seluruhan darah dan cairan interstitial. Meskipun berikatan dengan protein plasma, bilirubin ini tetap dinamakan bilirubin bebas untuk membedakan dengan bilirubin terkonjugasi. Dalam beberapa jam, bilirubin bebas diabsorbsi melalui membrane sel hati. (Adji Dharma, P. Lukmanto. 1983)Pada proses ini bilirubin dilepaskan dari albumin plasma tetapi segera berikatan dengan protein lain (dinamakan protein Y) yang terdapat di dalam sel hati yang menangkap bilirubin di dalam sel hati. Akan tetapi, segera setelah itu, bilirubin juga disingkirkan dari protein ini dan berkonjugasi dengan zat lain, sekitar 80% bilirubin berkonjugasi dengan asam glukuronat membentuk bilirubin glukuronida; 10% lagi berkonjugasi dengan banyak zat lain. Dalam bentuk-bentuk ini bilirubin diekskresi dengan proses transport aktif masuk saluran empedu. (Adji Dharma, P. Lukmanto. 1983)Sebagian kecil bilirubin terkonjugasi yang dibentuk oleh sel hati kembali ke plasma, langsung masuk sinusoid hati atau secara tidak langsung dengan absorbs masuk darah dari duktus biliaris atau limpe. Dengan mengabaikan mekanisme sebenarnya. (Adji Dharma, P. Lukmanto. 1983)Dimana ia akan kembali masuk darah, hal ini menyebabkan sebagian kecil bilirubin dalam cairan ekstra sel selalu berada dalam bentuk terkonjugasi bukan dalam bentuk bebas. (Adji Dharma, P. Lukmanto. 1983)Pembentukan urobilinogen berada dalam usus, bilirubin diubah oleh kerja bakteri menjadi urobilinogen, yang sangat larut. Sebagai urobilinogen direabsorbsi melalui mukosa usus masuk darah. Sebagian besar zat ini diekskresi kembali oleh hati kembali masuk ke usus, tetapi sekitar 5% diekskresi oleh ginjal dalam urin. Setelah urin terkena udara, urobilinogen teroksidasi menjadi urobilin atau diubah dan dioksidasi dalam feses membentuk sterkobilin. (Adji Dharma, P. Lukmanto. 1983)Pada ikterus prehepatik (misalnya anemia hemolitik) kadar bilirubin meningkat karena jumlah hemato-bilirubin melampaui batas kemampuan hati. Pada ikterus hepatic (misalnya hepatitis akut) kadar bilirubin naik karena di sini ada destruksi parenkim hati, mengakibatkan hambatan aliran empedu. Pada ikterus posthepatik (misalnya batu di duktus koledokus) hambatan aliran empedu terletak di luar organ hati. (E.N Kosasih dan A.S Kosasih.2008)Kadar bilirubin normal dalam serum untuk bilirubin total adalah 0,3-1,0 mg/dL sedangkan untuk bilirubin direk adalah 0,1-0,3 mg/dL. Pada anemia hemolitik jumlah bilirubin total 1-3 mg/dL yang meningkat terutama adalah bilirubin indirek, tetapi bilirubin direk dapat juga meninggi. Salah satu contoh penting untuk Indonesia adalah talasemia. Pada penyakit hati akut jumlah bilirubin total sering kali lebih dari 5 mg/dL. Pada penyakit hati konstitusional, trait talasemia, penyakit hati menahun dan anemia persiosa, biasanya bilirubin total naik sedikit. (E.N Kosasih dan A.S Kosasih.2008)

Gambar 4. Rumus Struktur BilirubinSumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream (Diakses tanggal 14 Juni 2015)

7.6LipidLipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari.Sifat-sifatnya : Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik (benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida) Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis lipid juga mengandung nitrogen dan fosfor Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan. Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, berbeda dengan karbohidrat dan protein

Gambar 5. Rumus Struktur LipidSumber : http://ratnaningsih.staf.upi.edu/files/2011/09/lipid.pdf (Diakses tanggal 14 Juni 2015)

a. Fungsi Lipid Bagi TubuhBanyak jenis molekul dalam tubuh, seperti lemak, lilin, dan vitamin yang larut dalam lemak, jatuh ke dalam kategori lipid. Menyimpan energi adalah yang paling umum dari banyak fungsi lipid, meskipun mereka juga dapat menyediakan struktur selular atau bertindak sebagai molekul sinyal. Fungsi penting tapi kurang umum lainnya lipid dalam tubuh termasuk aktivasi enzim, transportasi molekul, dan metabolisme. Manusia harus mengkonsumsi lipid sebagai bagian dari makanan mereka karena nutrisi yang dikandungnya dan karena beberapa lemak yang diperlukan untuk menyimpan vitamin yang larut dalam lemak. Mereka juga penting karena lipid bilayers digunakan untuk menyaring apa yang bisa masuk sel dan apa yang tidak.Salah satu fungsi utama dari lipid dalam tubuh adalah penyimpanan energi karena trigliserida dan molekul lain yang serupa, yang mengandung komponen lipid substansial, memiliki kandungan energi yang sangat tinggi. Ketika tubuh membutuhkan energi yang tersimpan, sinyal hormon memulai proses biokimia yang memecah molekul menjadi bentuk yang bermanfaat. Lipid juga berharga untuk penyimpanan energi karena mereka dapat disimpan dengan air yang sangat sedikit. Karbohidrat, di sisi lain, mengikat air, yang akan menghasilkan rasio massa terhadap energi secara signifikan lebih tinggi jika karbohidrat digunakan sebagai sarana utama penyimpanan energi.Mempertahankan struktur selular dan memoderasi transportasi trans membran adalah satu lagi fungsi penting lipid. Membran selular, sebagian besar terdiri dari lemak, digunakan untuk memisahkan bagian dalam sel dari segala sesuatu yang ada di luar. Membran terdiri dari lipid yang memiliki baik hidrofobik, atau menghindari air, dan hidrofilik, atau suka-air, dan kemudian diatur ke dalam lipid bilayer. Ujung-ujung hidrofilik menuju lingkungan berisi air di dalam dan di luar sel, sedangkan ujung hidrofobik tetap antara bagian dalam dan lapisan menghadap luar. Pengaturan ini muncul sebagai akibat dari sifat hidrofobik dan hidrofilik dari lipid, membran sehingga sel sebagian besar mengorganisir diri.Penyimpanan energi dan pembentukan membran sel adalah dua fungsi yang paling menonjol dari lipid dalam tubuh, tetapi ada fungsi lainnya. Hal ini diyakini bahwa lipid memainkan peran penting dalam sinyal selular, proses dimana berbagai proses biokimia yang dimulai atau dihentikan. Selain itu, banyak vitamin yang larut dalam lemak, yang merupakan lipid, melayani fungsi tubuh yang penting, seperti mempertahankan pandangan, mendukung pertumbuhan tulang, dan menjaga fungsi kekebalan tubuh yang sehat. Beberapa molekul lipid juga digunakan untuk mengangkut molekul lain melintasi membran sel.

VIII. KERANGKA KONSEP

Kreatinin bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana basa membentuk kompleks kreatinin-pikrat

Metode Jaffe Reaction

Serum tanpa interferensiInterferensi lipid konsentrasi 600 ; 800 ; 1000 mg/dLInterferensi bilirubin konsentrasi 3 ; 5 ; 8 mg/dL

Variasi Suhu Inkubasi 150C, 370C, dan 400C.

Diukur kadar kreatinin pada fotometer dengan panjang gelombang 492 nm

Analisis data dengan uji Anova

Simpulan

IX. METODE PENELITIAN9.1 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan bersifat eksperimen, bertujuan untuk mengetahui suatu gejala dan pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.9.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Static Group Comparison yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pembanding atau kontrol. Suatu kelompok dikenakan perlakuan tertentu, dan diamati pengaruh yang terjadi akibat perlakuan tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pada kelompok kontrol yang tidak mengalami perlakuan. Tabel 1. Perlakuan dan Pengujian PenelitianSampelSuhuSerum Tanpa InterferensiInterferensi Bilirubin (mg/dL)Interferensi Lipid (mg/dL)

3586008001000

Serum 150C

370C

400C

Presinorm150C

370C

400C

Untuk menentukan jumlah pengulangan digunakan rumus Gomez (1996) yaitu (t 1)(r 1) 20, t adalah treatment (perlakuan) dan r adalah replikasi (pengulangan).Diketahui : t = 42 maka (42 1)(r 1) 20 41(r 1) 20 41r 42 20 41r 62 r 1,5Hasil hitungan replikasi adalah r 1,5 sehingga peneliti akan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.Tabel 2. Matriks Penelitian

SampelrSuhuSerum Tanpa InterferensiInterferensi Bilirubin (mg/dL)Interferensi Lipid (mg/dL)

3586008001000

Serum 3150C

370C

400C

Presinorm150C

370C

400C

9.3 Unit Eksperimen9.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini menggunakan Serum9.3.2 SampelSerum darah, dan serum presinorm dipilih dalam percobaan ini.9.4 Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015.9.5 Alat, Bahan dan Metode9.5.1 AlatTabung serologi, Rak tabung, Fotometer, Mikropoet 50 L, Mikropipet 1000 L, Mikropipet 10 L, Mikropipet 100 L, tip kuning, tip biru, Stopwatch, Neraca analitik, Gelas Kimia, spatula, dan pipet volume 5 mL.9.5.2 BahanAquades, serum, presipath, Empedu lele, Asam Askorbat, kuning telur, NaCl 0,85%, Reagen pemeriksaan bilirubin, Reagen pemeriksaan trigliserida dan reagen pemeriksaan kreatinin.

9.5.3 Prosedur Kerja1. Pembuatan Bilirubin Murni dari Empedu Lelea. Sebanyak 60 gram empedu ikan lele di tambahkan ke dalam 100 mL NaCl fisiologis lalu dihomogenkan. b. Larutan disaring menggunakan kerta saring, c. Diukur konsentrasi bilirubin dengan metode DMSO,d. Larutan diencerkan dengan konsentrasi 3 mg/dL, 5 mg/dL, 8 mg/dL dan 5 mg/dL menggunakan NaCl fisiologis.2. Pemeriksaan Bilirubin Metode DMSO (Kolorimetri)a. Dipipet 100 l sampel.b. Ditambahkan pereaksi DMSO I sebanyak 1000 l,c. Ditambahkan pereaksi DMSO II sebanyak 50 l, lalu dihomogenkand. Diinkubasi pada suhu kamar selama 3 menit,e. Dibaca dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm.3. Rekonstitusi Presinorma. Dipipet aquabidest dengan menggunakan pipet volume 5 mL.b. Kemudian dimasukan ke dalam botol presipath.c. Kemudian dihomogenkan.d. Didiamkan selama 30 menit kemudian serum tersebut bisa digunakan.4. Penentuan Kadar KreatininBlankoStandarSampelSerum Presipath

Reagen Kerja1000 L1000 L1000 L1000 L

Sampel--50 L50 L

Standar-50 L--

Dicampur lalu diinkubasi selama 1 menit, dibaca Absorban standar (A.std1) dan sampel (A.spl1) terhadap blanko pada panjang gelombang 490 nm. Tepat 2 menit kemudian dibaca kembali absorban standar (A.std2) dan sampel (Aspl2).5. Penambahan BilirubinKe dalam masing-masing 1000 L reagen kerja ditambahkan sampel yang mengandung bilirubin dengan rentang 3, 5, dan 8 mg/dL sebanyak 50 L. Kemudian dibaca konsentrasinya dengan fotometer DIRUII DR-7000D pada 490 nm. 6. Penambahan LipidKe dalam masing-masing 1000 L reagen kerja ditambahkan sampel yang mengandung lipid dengan rentang 600, 800, dan 1000 mg/dL sebanyak 50 L. Kemudian dibaca konsentrasinya dengan fotometer DIRUII DR-7000D pada 490 nm. 7. Pemeriksaan Kadar Kreatinin dengan Variasi Suhu InkubasiBlankoStandarSampelSerum Presinorm

Reagen Kerja1000 L1000 L1000 L1000 L

Sampel--50 L50 L

Standar-50 L--

Dicampur lalu diinkubasi (150C, 370C, dan 400C) selama 1 menit, dibaca Absorban standar (A.std1) dan sampel (A.spl1) terhadap blanko pada panjang gelombang 490 nm. Tepat 2 menit kemudian dibaca kembali absorban standar (A.std2) dan sampel (Aspl2).

9.6Pengolahan dan Analisis DataData yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) .9.7 Rancangan BiayaRancangan Biaya untuk kegiatan penelitian ini sekitar Rp.2.250.000,00.Penyusunan proposal: 100.000,00 Tempat dan Alat: 500.000,00Bahan dan Sampel penelitian: 1500.000,00Transportasi: 100.000,00Lain-lain : 150.000,00

9.8 Jadwal Kegiatan NoJenis KegiatanBulanIndikator Pencapaian

Mei'15Juni'15Juli'15Agustus'15

34123412341234

1Pembuatan ProposalProposal selesai

2Uji PendahuluanHasil uji pendahuluan diperoleh

3Seminar ProposalTerbit berita acara dan nilai seminar

4PenelitianHasil penelitian diperoleh

5Penyusunan SkripsiPenyusunan skripsi selesai

5Sidang skripsiDisesuaikan jadwal

X. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2012). Tersedia: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-kuswinarni-5677-1-babi.pdf (diakses tanggal 5 April 2015)

Anonim. (2011). Asam Askorbat. [Online]. Tersedia:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31600/4/Chapter%20II.pdf (Diakses tanggal 14 Juni 2015)

Astriningrum, Y. (2011). Analisis Ion Flourida pada Sampel Air Tanah dan Air PAM secara Spektrofotometer. Skripsi Sarja Farmasi Universitas Indonesia.

Baron, D.N., 1992, Patologi klinik (diterjemahkan oleh Johannes Gunawan). Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Dharma, Adji,. P. Lukmanto. 1983. Fisiologi Kedokteran (fifth ed). EGC. Jakarta 362-367, 395-397

Gerald,A.dkk. (2000). Kinetic Enzymatic Method for Determining Serum Creatinin.[Online]. Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1157307 (Diakses tanggal 20 April 2015)

Khikmah,N. (2015). Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir Pada Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara SEQUENTIAL INJECTION ANALYSIS [Online]. Tersedia di :http://kimia.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jikub/article/viewFile/555/234 (Diakses tanggal 15 April 2015)

Kosasih, E.N., A.S. Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. (second ed). Karisma Publishing Group. Tanggerang. (302-303)

Levey, A.S., Boshch, J.P., Lewis, J.B., Greene, T., Rogers, N., and Roth, D.A., 1999, A more accurate method to estimete glomerular filtration rate from serum creatinine: a new prediction equation, Am. Intern. Med 130: 461- 470.

Pratita,W.(2010). Perbandingan Efektifitas Jarak Fototerapi Pada Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Indirek. [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20333/4/Chapter%20II.pdf (Diakses tanggal 14 Juni 2015)

Rajagopal,G.dkk. (2002). Measurement of creatinine by Jaffe's reaction--determination of concentration of sodium hydroxide required for maximum color development in standard, urine and protein free filtrate of serum. [Online]. Tersedia di:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12635710 (Diakses tanggal 15 April 2015)

Ratnaningsih. (2011). Lipid. [Online]. Tersedia: http://ratnaningsih.staf.upi.edu/files/2011/09/lipid.pdf (Diakses tanggal 14 Juni 2015)

Reatni.R, Ninik.(2013).Studi Interferensi Hemoglobin Terhadap Pemeriksaan Bilirubin Total dangan Metode DMSO (Dimetil sulfoksida) dan Jendrassik Groff. Laporan Tugas Akhir Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung.

Riyani,A.(2014).Penuntun Praktikum Kimia Klinik II.Bandung: Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih

Rusmana.E,Gino(2013). Modifikasi Metode Jaffe Untuk Pemeriksaan Kreatinin Menggunakan Buffer Fosfat, Buffer Karbonat, dan Buffer Borat pH 11. Skripsi Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung.

Sabarudin,A. (2012). SEQUENTIAL INJECTION-FLOW REVERSAL MIXING (SI-FRM) Untuk Penentuan Kreatinin dalam Urin.[Online]. Tersedia di:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135977&val=5656 (Diakses tanggal 15 April 2015)

Sari,M.(2012). Kreatinin.Tersedia: https://www.academia.edu/5419329/makalah_biokimia (Diakses tanggal 5 April 2015)Setianingrum,M.V.(2011). Peningkatan Fluoresensi Pada Komposit Europium Trietilena Glikol Pikrat/ Polimetilmetakrilat Untuk Aplikasi Fotosensor. [Online]. Tersedia: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282711-S745 Peningkatan%20fluoresensi.pdf (Diakses tanggal 25 Mei 2015)

Sridianti.(2014). Fungsi Lipid Bagi Tubuh. [Online]. Tersedia: http://www.sridianti.com/fungsi-lipid-bagi-tubuh.html (diakses tanggal 14 Juni 2015)

Suci,N. (2005). Perbedaan Nilai Klirens Cockcroft-Gault Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Metode Jaffe Uncompesanted, Rate-Blanked Compensated Dengan Enzimatik. [Online]. Tersedia: http://core.ac.uk/download/pdf/11712760.pdf (Diakses tanggal 10 Mei 2015)

Stevens, L.A. and Levey, A.S., 2004, Clinical implications for estimating

Sulistyarti,H.dkk..(2011). Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara Kolorimetri dengan Sequential Injection-Flow Reversal Mixing.[Online]. Tersedia di:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=96526&val=5066 (Diakses tanggal 10 Mei 2015)

Tietze, K.J., 2003, Clinical skills for pharmacists a patient-focused approach, Missauri: Mosby, Inc.

23