Proposal Kti

download Proposal Kti

of 30

description

proposal kti

Transcript of Proposal Kti

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKeluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2010).Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan oleh akseptor suntik KB Depo Medroksi Progesteron Acetat (Hartanto, 2010). Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi. Maka perlu di upayakan perlindungan dari efek samping sekaligus kelestariannya.Efek penambahan berat badan pada suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat disebabkan karena Depo Medroksi Progesteron Acetat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Oleh karena itu pada pemakaian kontrasepsi ini sering dikeluhkan adanya penambahan berat badan (Hartanto, 2010).Menurut data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) di Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Desember tahun 2013 mencatat jumlah peserta KB suntik aktif yaitu Bintan sebanyak 7003 (53,29 %), Karimun sebanyak 15.005 (45,57 %), Natuna sebanyak 3.950 (61,37 %), Lingga sebanyak 5.776 (51,75 %), Kepulauan Anambas sebanyak 3.304 (50,47 %), Kota Batam sebanyak 55.811 (37,95 %), Kota Tanjung Pinang sebanyak 4.579 (57,76 %). Berdasarkan dari data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) di Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Desember tahun 2013 menunjukkan angka peserta KB suntik aktif yang tertinggi yaitu di Kota Batam sebanyak 55.811 (37,95 %).Menurut data Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2012 mencatat jumlah seluruh peserta KB suntik aktif yaitu sebanyak 135.240 yaitu 66,03 %. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2012 menunjukkan angka peserta KB suntik aktif yang tertinggi yaitu di Puskesmas Sei Lekop sebanyak 19.519 (63,70 %).Menurut data dari BPS (Bidan Praktek Swasta) Eka Yuliarwita, Amd. Keb pada tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 23 Maret 2014 mencatat jumlah seluruh KB suntik 3 bulan yaitu sebanyak 155 akseptor KB suntik 3 bulan yang mengalami perubahan berat badan.Penelitian oleh Wan Sri Rahayu pada tahun 2009 yaitu Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Ananda terdapat 16 responden yang memakai KB suntik 3 bulan mengalami perubahan berat badan.Penelitian oleh Diana Purnamasari pada tahun 2009 yaitu Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden di BPS Yossi Trihana Jogonalan Klaten terdapat 26 responden yang memakai KB suntik 3 bulan mengalami perubahan berat badan.Penelitian oleh Mawar Yusnita Saleh (2012) mengenai pengaruh KB hormonal dan non hormonal terhadap berat badan akseptor di Puskesmas Kebayakan Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Diketahui bahwa ada hubungan antara penggunaan KB hormonal dan non hormonal dengan berat badan akseptor dengan nilai p Value=0,000 ( 1 tahun. Sedangkan subyek penelitian adalah ibu akseptor KB suntik 3 bulan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli Tahun 2014.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Berat Badan2.1.1.PengertianBerat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa hidup. Menurut Wijayanti (2006), peningkatan berat badan terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan yang bersangkutan (positive energi balance). Berat badan seseorang sering mengalami perubahan. Perubahan berat badan tersebut ada banyak faktor yang mempengaruhi.2.1.2Faktor-Faktor yang Menentukan Peningkatan Berat Badan Seseorang :Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan berat badan seseorang menurut Wijayanti (2006) adalah :a. HerediterKecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu telah lama diketahui. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan keluarga makan banyak dan berkali-kali tiap harinya. Dengan demikian masukan energi tiap harinya melebihi kebutuhannya.b. Bangsa atau sukuPada bangsa atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggota-anggotanya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor yang lebih menonjol. Keturunan atau latar belakang kebudayaan seperti biasa makan-makanan yang mengandung banyak energi, tidak berolahraga dan sebagainya.c. Gangguan emosiGangguan emosi merupakan sebab terpenting obesitas pada remaja. Pada anak yang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adanya kebiasaan makanan yang terlampau banyak akan menghilang dengan menyembuhnya gangguan emosi yang dideritanya.d. FisiologiEnergi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia dan ini sering meningkatkan berat badan pada usia pertengahan.e. Gangguan HormonGangguan hormon hipotyroid dapat mempengaruhi peningkatan berat badan atau kecenderungan untuk meningkatkan berat badan.f. Aktivitas fisikPeningkatan berat badan dapat disebabkan asupan energi yang melebihi kebutuhan tubuh yang biasanya dialami oleh orang yang kurang olahraga atau kurang aktivitas fisik. Hal ini menyebabkan energi yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar atau digunakan yang kemudian disimpan dalam bentuk lemak. Adapun faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi perubahan berat badan.2.1.3.Usaha untuk mengurangi tingginya berat badanAdapun usaha usaha yang dilakukan untuk mengurangi berat badan menurut Nurahmah (2007) adalah olahraga, mengkonsumsi serat makanan, mengurangi konsumsi lemak, lebih banyak mengkonsumsi protein, perubahan perilaku.

2.2.Keluarga Berencana (KB)2.2.1.Pengertian KBPengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, dkk, 2009).Menurut Hartanto (2010) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. 2.2.2.Tujuan KB1.Tujuan UmumPemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).2.Tujuan PokokPenurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu fase menunda perkawinan/kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan (Hartanto, 2010).2.3.KB Suntik 3 Bulan (Depo Provera)2.3.1.Pengertian Depo-provera adalah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesteron yang kuat dan efektif. Obat ini termasuk obat depot. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepi Releasing Factor hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi (Prawirohardjo, 2009).Depo Medroksiprogesteron Acetate (Depo provera), mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroksiprogesteron Acetate), yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) (Saifuddin, et.al, 2010).2.3.2.Mekanisme Kerja Depo Provera1.Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan dari hipotalamus.2.Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri.3.Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.4.Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.(Prawirohardjo, 2009).Menurut Hartanto (2010) Mekanisme Kerja Depo Provera, yaitu :1. Mencegah ovulasi2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa.3. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.4. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba falopii.2.3.3.Efektivitas dari KB Suntik Depo ProveraKontrasepsi suntik depo provera memiliki efektivitas tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, et.al, 2010).Kontrasepsi suntik depo provera memiliki efektivitas tinggi, dengan kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian depo provera (Hartanto, 2010).2.3.4.Keuntungan Metoda Depo Provera1.Efektivitas tinggi2.Sederhana pemakaiannya3.Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun)4.Reversibel5.cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak(Prawirohardjo, 2009).

Menurut Dyah Noviawati Setya Arum dan Sujiyatini (2009), yaitu :1. Sangat efektif.2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI (Air Susu Ibu).6. Sedikit efek samping.7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Sickle cell).

2.3.5.Kekurangan Metoda Depo Provera1.Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting, breakthrough bleeding), dan lain-lain2.Dapat menimbulkan amenorea3.Obat suntikan cocok dipergunakan pada ibu-ibu yang baru saja bersalin dan sedang menyusui anaknya(Prawirohardjo, 2009).Menurut Dyah Noviawati Setya Arum dan Sujiyatini (2009), yaitu :1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan).3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).8. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.2.3.6.Efek Samping Depo Provera Menurut Hartanto (2010), yaitu :1. Gangguan Haida. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi :a) Amenore.b) Perdarahan bercakc) Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang.b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian.Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar.

2. Berat Badan yang Bertambaha. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh.c. Hipotesa para ahli depo provera merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya.3. Sakit KepalaInsidens sakit kepala adalah terjadi pada < 1 17% akseptor.4. Efek pada Sistem Kardiovaskulera. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau sistem pembekuan darah maupun sistem fibrinolitik. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa Depo Medroksi Progesteron Acetate menambah resiko timbulnya bekuan darah atau gangguan sirkulasi lain.b. Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDL-kolesterol, Depo Medroksi Progesteron Acetate dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL-kolesterol yang rendah menyebabkan timbulnya aterosclerosis. 5. Efek pada Sistem Reproduksia. Kembalinya Kesuburan/FertilitasSuntikan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) 150 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor, DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama. Rata-rata mantan akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) memerlukan 1,5 3 bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan Pil-oral atau IUD.Lamanya masa tidak subur/infertil mungkin tergantung pada kecepatan metabolisme DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) dan juga pada berat badan akseptor. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa kontrasepsi suntikan mengganggu fertilitas secara permanen. Lebih dari 50% mantan akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan, dan kira-kira 85% setelah 1 tahun. Lebih dari 60% mantan akseptor sudah hamil dalam waktu 1 tahun, dan lebih dari 90% dalam waktu 2 tahun.b. Efek pada Fetus/JaninTidak ditemukan bertambahnya kelainan kongenital atau prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) maupun wanita yang hamil setelah efek kontrasepsi DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) berakhir.c. Laktasi Pada DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetate) tidak merubah komposisi dari ASI (Air Susu Ibu). 2.3.7.Akseptor KB yang Dapat Menggunakan KB Suntik Depo ProveraMenurut Saifuddin, et.al (2010), yaitu :1.Usia reproduksi.2.Nulipara dan yang telah memiliki anak.3.Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.4.Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.5.Setelah melahirkan dan tidak menyusui.6.Setelah abortus atau keguguran.7.Perokok. 8.Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.9.Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiurat) atau obat tuberculosis (rifampisin). 10.Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.11.Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.12.Anemia defisiensi besi.13.Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. 2.3.8.Akseptor KB yang Tidak Boleh Menggunakan KB Suntik Depo ProveraMenurut Saifuddin, et.al (2010), yaitu :1. Hamil atau dicurigai hamil (Resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.5. Diabetes mellitus disertai komplikasi.2.3.9.Waktu Pemberian dan DosisDepo Provera sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan-suntikan Depo Provera tidak akan mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa postpartum, karena dalam masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program postpartum, Depo Provera disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit, sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan hari ke-5. Depo Provera disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus intramuskulus dalam (Prawirohardjo, 2009).Menurut Saifuddin, et.al (2010), yaitu :a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntik yang lain, kontrasepsi suntik yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntik yang sebelumnya.f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

2.4.Penelitian TerkaitPenelitian terkait dengan judul ini sudah pernah dilakukan oleh :a. Penelitian oleh Wan Sri Rahayu (2009). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Ananda terdapat 16 responden yang memakai KB suntik 3 bulan dan mengalami perubahan berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan ada hubungan antara perubahan berat badan dengan pemakaian KB suntik 3 bulan.b. Penelitian oleh Diana Purnamasari (2009). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden di BPS Yossi Trihana Jogonalan Klaten terdapat 26 responden yang memakai KB suntik 3 bulan dan mengalami perubahan berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan ada hubungan antara perubahan berat badan dengan pemakaian KB suntik 3 bulan.c. Penelitian oleh Mawar Yusnita Saleh (2012) mengenai pengaruh KB hormonal dan non hormonal terhadap berat badan akseptor di Puskesmas Kebayakan Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Diketahui bahwa ada hubungan antara penggunaan KB hormonal dan non hormonal dengan berat badan akseptor dengan nilai p Value=0,000 ( 1 tahun. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sesaat, sehingga sampel yang diambil adalah sampel yang tersedia pada waktu penelitian.

4.4. Instrumen PenelitianAlat yang digunakan berupa data sekunder dari rekam medik kartu akseptor KB yang ada di BPS Eka Yuliarwita, Amd. Keb yang diperoleh melalui studi dokumentasi (Arikunto,2002). Dalam rekam medik kartu kunjungan ulang digunakan untuk mengetahui berat badan awal pemakaian KB suntik Depo provera sedangkan berat badan setelah pemakaian diukur langsung dengan menggunakan timbangan berat badan kemudian didokumentasikan.

4.5. Pengumpulan DataPada penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat hasil rekam medik kartu akseptor KB yang ada di BPS Eka Yuliarwita, Amd. Keb dan mengukur langsung dengan menggunakan timbangan berat badan.

4.6. Pengolahan DataPengolahan data secara manual pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).4.6.1. Editing (Penyuntingan Data)Pengecekan pada data yang telah dikumpulkan, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak diharapkan.4.6.2. Coding (Pemberian Kode)Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.

1. Berat BadanKode 1: BB sebelumKode 2: BB sesudah4.6.3. Tabuling (Tabulasi)Tabulasi adalah teknik menghitung data atau mencatat data yang telah terkumpul, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan metode distribusi frekuensi.4.6.4. Cleaning Dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer.

4.7. Analisa Dataa. Analisa Univariatb. Analisa Bivariat

BAB VHASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian Bidan Praktek Swasta (BPS) Eka Yuliarwita terletak di Kav. Sekarwangi Batu Aji, Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. BPS ini memiliki Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) , Pemeriksaaan Kehamilan (ANC), Pelayanan KB, Pertolongan Persalinan dan Imunisasi. BPS ini mempunyai tenaga kesehatan tetap yaitu 1 bidan senior sebagai pemilik BPS dan 2 bidan sebagai asisten yang selalu siap memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam. Fasilitas yang ada di BPS ini adalah 1 ruang untuk pemeriksaan umum, 1 ruang untuk pertolongan persalinan dan 1 ruang nifas.

5.2. Hasil PenelitianHasil penelitan yang diperoleh dari masing-masing responden didistribusikan dalam bentuk tabel distribusi data sebagai berikut:Tabel 5.2.1 Distribusi Frekuensi Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPS Eka YuliarwitaNoBerat BadanMeanN

1BB Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 BulanSebelum54,245

Sesudah55,845

Berdasarkan tabel 5.2.1 dapat diketahui bahwa berat badan sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 54,2 kg, sedangkan berat badan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 55,8 kg.Tabel 5.2.2 Hubungan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPS Eka YuliarwitaNoJenisKBBeratBadanMeanNtp Value

1KB Suntik 3 BulanSebelum54,245-7,550,000

Sesudah55,845

Berdasarkan tabel 5.2.2 dapat diketahui bahwa rata-rata berat badan akseptor KB sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 54,2 kg dan berat badan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 55,8 kg dengan nilai t = -7,55. Hasil uji statistik diperoleh nilai p Value untuk uji dua sisi (2-tailed) adalah 0,000 (