Proposal i Pa

33
PENELITIAN TINDAKAN KELAS “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA KONSEP RANGKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TORSO PADA SISWA KELAS IV SDN KEDUNGBANTENG 02 KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013” OLEH : SRI SETYOWATI NPM 08141181 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Proposal i Pa

Page 1: Proposal i Pa

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA KONSEP RANGKA

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TORSO PADA SISWA KELAS

IV SDN KEDUNGBANTENG 02 KECAMATAN PILANGKENCENG

KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013”

OLEH :

SRI SETYOWATI

NPM 08141181

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKI PGRI MADIUN

2012

Page 2: Proposal i Pa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam lingkungan sekolah pada hakikatnya dimaksudkan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (2003 : 7 ) ditegaskan bahwa :

Fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka mengimplementasikan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional di atas, berbagai komponen pendidikan harus saling mendukung, antara

lain : guru, kurikulum, sumber belajar, dan media pembelajaran. Siswa sebagai

sasaran pembelajaran, dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya

sehingga dapat memiliki prestasi belajar yang baik, diantaranya melaliu

penggunaan media dalam pembelajaran.

Bagi pengajar perlu diingat bahwa salah satu hal yang sangat penting

untuk membuat pembalajaran menjadi efektif adalah pemilihan dan penggunaan

media pembelajaran yang sesuai dengan topik-topik mata pelajaran yang

diajarkan, khususnya dalam melakukan komunikasi dengan anak didik agar

mereka mudah memahami informasi yang kita sampaikan sehingga sumber daya

yang dihasilkan lebih berkualitas dan sesuai dengan yang kita harapkan.

Proses komunikasi, utamanya dalam lingkungan pendidikan formal

(sekolah) seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan atau

menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada Siswa yang diajarnya

(anak didik) dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar pengetahuan

1

Page 3: Proposal i Pa

yang dimiliki guru dapat dikuasai oleh Siswa. Sehingga dengan adanya proses

komunikasi tersebut guru diharapkan dapat menyampaikan pengalamannya atau

pengetahuannya kepada Siswanya dan Siswa pun menerima atau memahami apa

yang disampaikan oleh gurunya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran

tersebut bermakna bagi Siswa. Kendatipun demikian upaya tersebut tidak selalu

sesuai apa yang kita harapkan, karena dalam kegiatan pembelajaran proses

komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan dapat menimbulkan

kebingungan dan salah pengertian.

Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadi salah

komunikasi, maka digunakanlah sarana yang dapat membantu jalannya proses

komunikasi agar berjalan lancar yang biasa juga disebut dengan media

pembalajaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan media dapat mempengaruhi

kehidupan seseorang utamanya dalam hal ini Siswa sekolah dasar. Dengan

adanya media pembalajaran anak akan lebih mudah memahami apa yang

dipelajarinya karena dapat melihat secara langsung baik melalui gambar maupun

melalui benda konkret (nyata).

Upaya untuk memotivasi belajar anak sangat diarahkan kepada proses

belajar mengajar, dalam hal ini penggunaan media pembelajaran yang baik dan

benar dalam rangka pencapaian tujuan yang optimal disesuaikan dengan

kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Karena adanya penataan dan

perencanaan yang baik dan optimal terutama dalam penggunaan media

pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses pembalajaran maka dapat

menghasilkan Siswa yang mempunyai potensi serta memiliki kemampuan

intelektual sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, banyak hal yang menuntut

Siswa untuk mencari sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Di sisi lain

guru berupaya memperjelas dan memberikan kesan yang bermakna kepada

Siswa untuk memahami materi yang dipelajarinya. Belajar akan lebih bermakna

jika Siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Rendahnya tingkat kemampuan Siswa menguasai materi pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam karena dalam proses belajar mengajar, yang diterapkan guru

2

Page 4: Proposal i Pa

selama ini adalah dengan cara memberikan materi tanpa alat peraga,

membacakan naskah pelajaran sementara Siswa di minta mendengarkan dan

mencatat, sehingga menjadi Siswa hanya sekedar sebagai pendengar pasif dalam

kelas yang menyebabkan Siswa kurang berminat, bahkan bisa kehilangan

motivasi belajarnya. Dengan demikian, tingkat pemahaman Siswa terhadap

materi pelajaran atau hasil belajar yang diperoleh Siswa bisa berakibat rendah.

Hal tersebut mengakibatkan hasil yang diperoleh nilai pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam pada UTS (Ujian Tengah Semester) semester I tahun 2012

hanya memperoleh rata-rata 65.

Untuk meningkatkan hasil belajar Siswa, maka salah satu cara yang

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi Siswa adalah dengan

menggunakan media model torso yang membuat Siswa lebih mudah mengerti

dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penggunaan media torso

sangat penting karena terkait dengan keberhasilan dan kemampuan Siswa secara

utuh. Torso merupakan jenis media tiga dimensi yang dapat membantu Siswa

dalam belajar, sebab secara langsung Siswa berhadapan dengan objek yang

sedang dipelajari. Selama ini di SDN Kedungbanteng 02 Kecamatan

Pilangkenceng Kabupaten Madiun tidak pernah belajar dengan menggunakan

media torso, utamanya pada konsep rangka, sehingga Siswa kurang paham akan

materi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian

tentang penggunaan media model torso dalam pembalajaran Ilmu Pengetahuan

Alam untuk meningkatkan hasil belajar Siswa, khususnya kelas IV.

Selama ini dalam proses belajar mengajar yang kurang memberikan

kesempatan kepada Siswa untuk secara aktif memecahkan masalah sendiri akan

memberikan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk

menggunakan media pembelajaran yang dapat melatih Siswa untuk mencari dan

menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi tersebut, sehingga dapat

menghayati dan memahami materi pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis merasa perlu melakukan

pengkajian secara ilmiah. Untuk maksud tersebut maka perlu melakukan

penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Konsep Rangka

Melalui Penggunaan Media Torso Pada Siswa Kelas IV SDN Kedungbanteng

3

Page 5: Proposal i Pa

02 Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran

2012/2013?”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil prestasi belajar IPA

konsep rangka dapat ditingkatkan melalui penggunaan media torso pada Siswa

kelas IV SDN Kedungbanteng 02 Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten

Madiun ?”

C. Tujuan Penelitian

berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan media torso dapat meningkatkan

hasil belajar IPA konsep rangka Siswa kelas IV SDN Kedungbanteng 02

Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi guru dan

pengelola pembelajaran sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar

yang baik.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai sarana pengembangan teori dan implementasi penggunaan

media torso dalam proses belajar mengajar di sekolah terkait dengan

upaya meningkatkan hasil belajar Siswa.

b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji

masalah yang relevan dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah agar tetap

menyediakan media untuk digunakan dalam proses belajar mengajar

b. Sebagai bahan informasi bagi guru tentang sejauh mana peranan

media torso dalam meningkatkan hasil belajar Siswa.

4

Page 6: Proposal i Pa

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Rangka Manusia

a. Pengertian Rangka

Rangka adalah bangunan tulang yang membentuk dan

menyangga tubuh, melindungi organ-organ vital seperti otak, dan

melekatkan penggerak tubuh. Selama berabad-abad tulang dianggap

sebagai strukrut mati yang hanya berfungsi untuk menyangga jaringan

aktif yang lunak disekitarnya. Lambat laun para ahli sadar bahwa tulang

hidup dan tumbuh. Tulang memiliki pembuluh darah tersendiri. Dan

selalu dibangun dan dibentuk ulang.

Rangka tidak hanya berfungsi sebagai penyangga tubuh. Sendi-

sendi antar tulang yang lentur dan luwes memungkinkan tulang bergerak

ketika otot menariknya. Rangka juga melindungi organ-organ vital.

Contohnya, tengkorak melindungi otak. Tulang sendiri berperan

menyimpan kalsium, yaitu mineral esensial (yang sangat penting) untuk

kelangsungan kerja otot dan syaraf. Tulang juga menghasilkan berbagai

tipe sel darah. Kerangka mengadung tulang rawan (kartilago) yang

menutupi ujung-ujung tulang pada persendian dan menjadi bagian dari

sistem ranka telinga dan hidung. Tulang rawan juga dijumpai diantara

tulang dada dan rusuk.

b. Jenis-jenis tulang

Menuru bentuk dan ukurannya, tulang digolongkan atas empat

kelompok utama. Tulang pipa, seperti femur (tulang paha), mampu

menahan tekanan berat. Tulang pendek meliputi tulang lingkar

pergelangan tangan. Tulang pipih, seperti tulang rusuk, biasanya

berfungsi sebagai pelindung. Jenis tulang keempat, tulang yang

berbentuk tidak beraturanmeliputi tulang belakang (kolumna vertebralis).

5

Page 7: Proposal i Pa

c. Rangka aksial

Rangka aksial meliputi tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk,

dan tulang dada. Tengkorak memuat otak dan organ-organ pengindraan

utama seperti mata, telinga, lidah dan hidung. Terdapat pula suatu celah

menuju kesistem pencernaan dan pernafasan.

Rongga dada melindungi melindungi organ-organ dada. Pongga

dada juga membantu proses pencernaan. Rongga dada terdiri dari

sternum dan dua belas pasang rusuk datar dan lengkung. Rusuk

membentuk persendian dengan tulang punggung disalah satu ujung.

d. Rangka apendiks

Rangka anggota gerak terdiri dari tulang-tulang tangan dan kaki,

serta tulang pengikat yang menyatukan mereka dengan bagian tubuh

lainnya. Pengikat pectoral (bahu) terdiri dari scapula dan klavikula.

Pengikat pelvik (panggul) menyangga bagian tubuh bagian atas. Tangan

dan kaki memuat banyak tulang berukuran kecil.

e. Penyakit pada tulang

- Lordosi adalah jenis penyakit tulang dimana tulang punggung maju

kedepan.

- Kifosis adalah jenis penyakit tulang dimana tulang punggung

kebelakang.

- Skoliosis adalah jenis penyakit tulang dimana tulang punggung

bengok kekiri atau kekanan.

2. Media Torso

Pilihan media dalam pengajaran tidak didasarkan kepada kualitas dan

harga media akan tetapi lebih kepada fungsi dan peranannya dalam

membantu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Penggunaan media

atau alat peraga dipilih berdasarkan fungsi dan peranannya dalam

pembelajaran. Torso adalah sebuah istilah anatomi untuk bagian tengah dari

tubuh manusia yang merupakan media pembelajaran jenis model penampang

(cutaway model) yang digunakan untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam. Anonim (2010) Torso merupakan “bentuk atau model yang

6

Page 8: Proposal i Pa

mempunyai ukuran yang dapat lebih besar dari ukuran aslinya atau bahkan

dapat lebih kecil dari ukuran sebenarnya”.

Torso sebagai salah satu jenis media pembelajaran yang termasuk

dalam klasifikasi media tiga dimensi. Media torso dapat memperlihatkan

bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat

untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Model penampang atau dikenal

dengan istilah X-Ray atau alat peraga torso digunakan untuk

memperlihatkan susunan anatomi organ tubuh yang vital seperti mata,

jantung, hati, usus dan sebagainya.

Penggunaan torso dalam kegiatan pembelajaran dapat memberikan

pemahaman yang lebih tepat kepada Siswa, karena Siswa dapat secara

langsung mengamati dan mengetahui bentuk sesungguhnya. Torso akan

mempermudah Siswa memahami objek tertentu, karena model tersebut dapat

diubah dimensi dan ukurannya yang lebih besar dari ukuran semestinya.

Akan tetapi dalam menggunakan torso pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru diantaranya

adalah bahwa dalam membuat penampang seyogyanya menonjolkan hal-hal

yang penting saja dengan penanda atau dengan memberikan warna yang

terang sementara rincian yang tidak begitu penting dapat dihilangkan.

Penerapan media torso dalam pembelajaran dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan torso yang sesuai dengan materi yang akan

dipelajari.

2. Guru mempersiapkan LKM (Lembar Kerja Siswa) dan petunjuk

penggunaan media torso

3. Guru meletakkan media torso di depan kelas agar semua Siswa dapat

melihat.

4. Guru membagikan LKM (Lembar Kerja Siswa) pada tiap-tiap kelompok

untuk didiskusikan

5. Siswa mengamati torso

6. Siswa pada tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya

dan Siswa lain mengomentari

7

Page 9: Proposal i Pa

3. Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Pengertian belajar, sebenarnya sudah banyak ahli yang telah

mengemukakan pendapatnya. Para ahli memberikan definisi belajar

sesuai dengan pandangan, latar belakang dan aliran masing-masing.

Untuk lebih jelasnya dapat di kemukakan beberapa pengertian belajar

berikut ini : Sardiman (1992 : 22-23) mengartikan belajar sebagai

“Usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian

kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya”. Belajar adalah

“proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya” (Usman,

1995 : 5).

Sedangkan Morgan dkk dalam Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (1998/1999: 7) mengungkapkan bahwa belajar “sebagai

setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil

latihan dan pengalaman”. Belajar adalah “suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan

interaksi dengan lingkungannya” (Slamento, 2010: 2). Chaplin dalam

Syah (2009) mengartikan belajar sebagai “perolehan perubahan tingkah

laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman”.

Hintsman dalam Syah (2009) berpendapat bahwa belajar adalah “suatu

perubahan yang terjadi dalam organisme, manusia atau hewan,

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku

organism tersebut”. Sedangkan Syah (2009: 68) sendiri mengartikan

belajar sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.

Selanjutnya Pasaribu dkk (1982: 59) memberikan defenisi belajar

sebagai “suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan,

perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh

pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau

8

Page 10: Proposal i Pa

disebabkan obat-obatan”. Skinner dalam Dimyati dkk (2009) belajar

adalah “suatu perilaku”. Gagne (Dimyati, 2009) belajar adalah “kegiatan

yang kompleks”.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, dapat diketahui

bahwa setiap proses belajar yang dilakukan oleh seorang pada dasarnya

memiliki ciri seperti berikut ini : (1) Belajar adalah aktivitas (kegiatan)

yang mana menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar. (2)

Pada prinsipnya perubahan itu adalah didapatnya kemampuan baru dan

berlaku pada waktu yang relative lama. (3) Perubahan itu terjadi karena

usaha dan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku

seseorang melalui pengalaman, yang ditandai dengan adanya perubahan

yang bersifat kualitatif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang dimiliki.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Hal tersebut sebagaimana menurut Winkel (1996: 244)

bahwa “berdasarkan taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus di ukur

keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil

belajar Siswa”.

Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mencakup beberapa

jenjang yaitu :

1 Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual yang mencakup

jenjang : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

evaluasi.

2 Aspek afektif adalah perasaan emosi atau nilai. Afektif memiliki

jenjang, yakni : penerimaan, tanggapan, penelitian, pengorganisasian,

dan pemeran.

9

Page 11: Proposal i Pa

3 Aspek psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan gerak

perilaku yang melibatkan pemahaman yang dimiliki. Aspek

psikomotorik memiliki jenjang, yakni : persepsi, kesiapan,

penyesuaian dan kreativitas.

4. Hakikat Pembelajaran IPA

Dalam perkembangannya, Ilmu Pengetahuan Alam diterjemahkan

sebagai IPA, meskipun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan

etimologi namun istilah tersebut masih sering digunakan. Ilmu Pengetahuan

Alam atau IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa faktor-faktor, konsep-konsep atau

prinsip-prinsip saja, tetapi oleh adanya metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen dan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan

sebagainya.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk isi mencakup fakta, konsep,

prinsip, hukum-hukum, dan teori Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi pada

hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap

ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau

berbagai macam fakta yang dihafal, Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan

kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-

gejala alam yang belum dapat direnungkan. Ilmu Pengetahuan Alam

menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk

memahami apa yang belum diketahui. Suatu masalah Ilmu Pengetahuan

Alam yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil dipecahkan akan

memungkinkan Ilmu Pengetahuan Alam untuk berkembang secara dinamis.

Akibat kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.

Biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan alam memfokuskan

pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses

dan sikap ilmiah. Sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam, maka dalam

pembelajaran biologi berpatokan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

seperti yang tertuang dalam kurikulum 1994, yaitu pembelajaran yang

10

Page 12: Proposal i Pa

berorientasi pada hakikat Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi produk,

proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses. Berdasarkan uraian di

atas jelas bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam biologi lebih

menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga Siswa

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah

di pihak Siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun

produk pendidikan.

Muchtar, dkk (2004: 5) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip

pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar

sebagai berikut :

a. Materi pembelajaran disusun berdasarkan penyesuaian

terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai standar isi

2006

b. Pemberian ilustrasi. Dimaksudkan untuk memberikan

penjelasan kepada Siswa dengan mempergunakan contoh-

contoh gambar dari setiap materi belajar dan untuk menarik

minat Siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam.

c. Aktivitas kegiatan. Merupakan penerapan percobaan-

percobaan yang dilakukan Siswa baik individu maupun

kelompok yang bertujuan agar Siswa memiliki pengalaman

nyata dalam memahami suatu materi pelajaran yang

diberikan.

d. Akttivitas tugas. Pemberian tugas baik individu maupun

kelompok dimaksudkan agar Siswa aktif dan dapat

memecahkan masalah yang ditemukan.

Tating, dkk (2003: 11) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar sebagai berikut :

a. Pada awal setiap bab, disajikan wacana tentang kejadian-

kejadian setiap hari dilingkungan Siswa yang bertujuan untuk

membangkitkan minat Siswa untuk memahami konsep Ilmu

11

Page 13: Proposal i Pa

Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dengan kehidupan

Siswa.

b. Pemahaman konsep untuk Siswa disajikan berupa percobaan

sederhana dengan menggunakan alat-alat sederhana, mudah

diperoleh serta pas untuk usia Siswa.

c. Pada setiap akhir bab, disajikan rangkuman, tugas,dan

evaluasi. Rangkuman dimaksudkan untuk memudahkan

Siswa mengingat kembali konsep dan hal-hal yang sedang

dipelajari. Dengan adanya tugas, Siswa diharapkan mampu

melakukan kegiatan sendiri, misalnya pada diskusi. Dengan

diskusi Siswa diharapkan mampu dan berani mengemukakan

masalah dengan menggunakan daya ingat, pemahaman dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dilaksanakan oleh guru

dapat memenuhi target kurikulum yang telah ditetapkan perlu dilaksanakan

secara efektif dan efesien. Agar kegiatan pembelajaran secara efektif dapat

berlangsung, maka guru perlu mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan media

pembelajaran yang tepat untuk setiap materi pembelajaran yang diajarkan dalam

kelas. Dalam pembelajaran IPA dengan konsep rangka menggunakan media

model torso, Siswa dapat secara sungguh-sungguh memusatkan perhatiannya

pada kegiatan pembelajaran dan dapat melihat langsung bentuk rangka manusia.

Setelah guru mengajarkan kepada siswa tentang konsep rangka dengan

menggunakan media torso dengan melalui siklus I kemudian di refleksi dan

dilanjutkan pada siklus II, maka akan menghasilkan hasil belajar dari Siswa.

Dari hasil belajar Siswa tersebut, lalu akan di analisis. Kemudian dari hasil

analisis itu akan di temukan hasil peningkatan pengetahuan Siswa dan akan

direkomendasikan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar pada materi yang

sama.

12

Page 14: Proposal i Pa

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis tindakan penelitian

adalah jika menggunakan media torso pada materi sistem rangka, maka terjadi

peningkatan hasil belajar IPA Siswa kelas IV SDN Kedungbanteng 02

Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.

13

Page 15: Proposal i Pa

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif-

deskriktif. Dikatakan kualitatif karena penelitian berlangsung dengan

memperoleh data melalui observasi untuk melihat gambaran seluruh

aktivitas guru dan Siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui

penggunaan media torso. Dikatakan deskriptif karena akan disajikan

gambaran mengenai nilai hasil belajar IPA Siswa dengan mencari nilai rata-

rata dan persentase keberhasilan belajar. Melalui pendekatan penelitian ini

akan mengungkapkan kemampuan dan pengetahuan Siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitiian Tindakan Kelas

(Classroom research) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi.

B. Fokus Penelitian

Fokus yang diteliti dalam memberikan pemecahan yang tepat terhadap

permasalahan penelitian yang di kemukakan adalah :

1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media torso yaitu bagaimana

penerapan dan peranan media torso dalam meningkatkan hasil belajar.

2. Hasil belajar Siswa yang dimaksud disini adalah dengan melihat hasil tes

yang diperoleh Siswa diakhiri perencanaan setiap siklus untuk mengetahui

adanya perubahan hasil belajar IPA Siswa kelas V melalui penggunaan

media torso.

14

Page 16: Proposal i Pa

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SDN Kedungbanteng 02 yang ada di

Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun

Sekolah ini terdiri dari enam ruang kelas, satu perpustakaan, satu

ruang UKS, dan satu ruang kantor.

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas IV SDN Kedungbanteng

02 Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun, dan waktu pelaksanaan

tindakan penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2012/2013.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah semua Siswa kelas IV

sebanyak 29 Siswa, yang terdiri dari 19 orang Siswa laki-laki dan 10 orang

Siswa perempuan. Tindakan ini dilakukan oleh guru kelas IV SDN

Kedungbanteng 02 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam konsep

Rangka, sedangkan peneliti sendiri bertindak sebagai guru pengajar dan

dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer yang telah

membaca dan memahami cara penggunaan media torso.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui proses pengkajian

yang terdiri dari 4 tahapan utama yaitu mulai dari perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Arikunto, dkk (2008: 16) mengemukakan bahwa tindakan dilakukan

dalam siklus, dapat dilihat pada skema berikut :

Skema Siklus PTK

15

Perencanaan

Refleksi PelaksanaanSiklus IPengamatan

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

PelaksanaanRefleksi?

Page 17: Proposal i Pa

1. Tahapan Siklus I

a. Tahapan perencanaan

1) Menelaah Kurikilum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) yang

sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan yaitu system

rangka manusia.

2) Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

3) Menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan scenario

pembelajaran yang telah ditetapkan

4) Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan

Siswa kelas IV selama tindakan berlangsung

5) Membuat LKM (Lembar Kerja Siswa).

6) Membuat soal-soal latihan untuk tes akhir belajar sebanyak 5

nomor

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar

dengan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat

dengan materi sistem rangka pada manusia. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti disesuaikan

dengan silabus yang digunakan. Siklus 1 dilaksanakan selama 2 X

pertemuan,masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35

menit. Dengan indikator mendekripsikan struktur rangka manusia

dan menjelaskan fungsi rangka manusia. Pembelajaran dilakukan

secara berkelompok dengan menggunakan media torso.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini ada dua perlakuan yaitu observasi dan evaluasi.

Pelaksanaan tahap observasiterhadap aktivitas Siswa sebanyak 29

orang secara langsung pada proses belajar mengajar. Dengan

menggunakan lembar observasi yang meliputi : kehadiran Siswa,

perhatian Siswa terhadap pembahasan materi pelajaran, pengamatan

terhadap torso,keaktifan Siswa dalam bertanya, kerja sama dalam

kelompok, mengganggu teman yang belajar mengambil giliran untuk

16

Page 18: Proposal i Pa

berbagi tugas, kemampuan Siswa dalam mengemukakan pendapat,

Siswa yang mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir, dan perilaku

Siswa dalam kelas. Pelaksanaan evaluasi yaitu memberikan tes

berupa soal-soal latihan yang dilakukan pada akhir tindakan.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan,

demikian pula hasil tes belajar Siswa, kemudian dianalisis dan

direfleksi. Refleksi yang dimaksudkan untuk melihat apakah rencana

telah terlaksana secara optimal atauperlu dilakukan perbaikan.

Hasilanalisis siklus I inilah yang dijadikan acuan penulis untuk

merancang siklus II di mana yang dianggap bagus tetap

dipertahankan sedangkan kekurangannya menjadi pertimbangan dan

refisi pada siklus berikutnya.

2. Tahapan Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, terlebih

dahulu dilakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran berupa

penyusunan rencana perbaikan pembelajaran seperti rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar kerja Siswa,

media serta penilaian yang digunakan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Hal-hal yang seharusnya dilakukan pada pelaksanaan

tindakan adalah memahami rencana yang telah dirumuskan dan

dimengerti bagaimana proses belajar dengan menggunakan media

torso. Pada siklus ini guru merubah posisi kelompok menjadi lurus

yang sebelumnya posisi kelompok berbentuk segitiga. Diharapkan

proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.

c. Tahap Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan

pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi.

17

Page 19: Proposal i Pa

d. Analisis dan Refleksi

Rangkaian kegiatan berupa perancanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi akhir. Setelah berdiskusi dengan guru kelas

IV untuk melihat kegagalan dan keberhasilan yang terjadi dalam

proses pembelajaran dan didapatkan hasil yang sangat memuaskan

hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan

juga meningkatnya jumlah ketuntasan belajar Siswa.

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam penelitian tindakan kelas, format observasi digunakan untuk

merekam data proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Adapun format

observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu : a)

format observasi aktivitas guru dan b) format observasi aktivitas Siswa.

2. Dokumentasi

Dokumentasi hasil belajar Siswa, yaitu hasil tes yang diberikan guru

kepada Siswa sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan atau hasil

belajar Siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

3. Teknik

Tes adalah suatu kegiatan yang diberikan guru kepada Siswa untuk

mengetahui hasil belajar atau kemampuan Siswa. Tes juga dapat diberikan

sebagai alat ukur. Adapun tes yang digunakan yaitu tes tulis.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses belajar mengajar,

selanjutnya dianalisis secara kualitatif-deskriptif sehingga dapat diketahui

apakah penggunaan media torso sudah mencapai sasaran atau belum. Adapun

hasil belajar dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui apakah hasil

belajar dengan menggunakan media torso sudah mencapai sasaran atau bahkan

tidak mencapai sasaran.

18

Page 20: Proposal i Pa

Rumus penentuan nilai hasil belajar yang digunakan :

Jumlah skor

Nilai = X 100

Jumlah skor maksimal

a. Penentuan Nilai Statistik

Statistik Nilai Statistik

Subjek …….

Nilai Ideal …….

Nilai Tertinggi …….

Nilai Terendah …….

Rentang Nilai ….…

Nilai Rata-rata …….

b. Kategori Nilai Penguasaan IPA

Nilai Hasil

BelajarKategori

Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Sangat Tinggi 90-100

Tinggi 80-89

Sedang 65-79

rendah 55-64

Sangat Rendah < 54

c. Kategori Standar Ketuntasan Belajar

Daya Serap

Siswa

Kategori

ketuntasan Belajar

Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentese Frekuensi Persentase

0% - 64,99% Tidak Tuntas

65% - 100% Tuntas

19

Page 21: Proposal i Pa

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari meningkatnya

proses belajar Siswa dengan menggunakan media torso dan meningkatnya nilai

rata-rata belajar Siswa kelas IV secara klasikal yaitu mencarai 75 % Siswa yang

memperoleh skor minimum 65 dari skor ideal 100.

20

Page 22: Proposal i Pa

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Saharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi

Aksara.

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998 / 1999. Strategi Belajar

Mengajar. Ditjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah

Dasar.

Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana. 1992. Perencanaan Pengajaran. Makassar:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

21