Proposal Bab i
-
Upload
tsana-badriah -
Category
Documents
-
view
442 -
download
3
Transcript of Proposal Bab i
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 1/31
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS(Penelitian Quasi Eksperimen Kelas XI IPA Semester Genap
SMA Negeri 16 Garut Tahu Ajaran 2011/2012)
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya mutu pendidikan nasional, khususnya pendidikan sains
merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang tidak sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi terlalu
menekankan pada tuntutan akan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa
melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Dampak dari penerapan pola
pengajaran seperti ini adalah siswa tidak memahami dan menguasai konsep yang
diajarkan. Rendahnya penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada pembentukan sistem
konseptual IPA (Liliasari, 1996). Time broad education (BBE) Depdikbud (dalam
Mia, 2003: 2) menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat
teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana anak berada, akibatnya
peserta didik tidak mampu menerapkan yang dipelajarinya di sekolah guna
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang di jumpai dalam kehidupannya.
Model pembelajaran fisika yang saat ini digunakan guru-guru fisika
sekolah menengah dipandang masih jauh dalam memenuhi fungsi dan tujuan mata
pelajaran fisika di tingkat SMA yang dicanangkan Depdiknas, fakta tersebut
sangat berkaitan dengan bagaimana pembelajaran fisika di kelas, pembelajaran
saat ini ternyata masih bersifat tradisional sehingga tidak semua siswa bisa terlibat
aktif dalam pembelajaran (Rudi, 2008: 1).
1
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 2/31
Sanjaya (2006: 1) menyatakn bahwa salah satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan adalah masalah lemahnya peroses pembelajaran dimana anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghapal informasi. Oleh karena itu, perlu diterapkannya model pembelajaran
yang memfasilitasi untuk melatih kemampuan sains siswa.
Fisika merupakan bagian dari pengetahuan sains atau IPA yang
didalamnya mengandung komponen proses (ways of finding out ), yakni kajiannya
melalui empirik, eksperimen, dan sejenisnya; produk ( system of ideas), yakni hasil
kajian yang berupa hukum, rumus, konsep, dan sejenisnya; dan sikap (attitude).
Artinya, pembelajaran fisika tidak cukup dengan hanya terpenuhinya salah satu
komponen saja.
Hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas XI SMAN 16 Garut
ditemukan fakta bahwa masalah utama dalam pembelajaran fisika adalah
kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar terpusat pada guru, sehingga siswa menerima pelajaran secara
pasif. Tidak mengherankan apabila konsep yang telah tertanam tidak akan
bertahan lama dan akan mudah hilang lagi. Kelemahan lain dalam pembelajaran
fisika adalah pengajarannya yang terlampau matematis. Siswa cenderung dituntut
untuk menghapal rumus tanpa memahami konsep-konsep yang melatarbelakangi
terbentuknya rumus tersebut, sehingga siswa pun sulit menyerap konsep-konsep
fisisnya.
Gagne (Mia, 2003: 172) menyebutkan bahwa dengan mengembangkan
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 3/31
keterampilan (IPA), anak didik akan dibuat kreatif sehingga mereka akan mampu
mempelajari IPA di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat.
Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh irama, gerak atau tindakan dalam
proses belajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar yang melibatkan siswa
lebih aktif.
Indrawati (1999: 28) menyatakan bahwa keterampilan proses sains harus
dilatih dan dikembangkan karena keterampilan proses sains dapat membawa siswa
dalam mengembangkan pikirannya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan penemuan.
Bila melihat semua kenyataan di atas, maka untuk menyikapi persoalan
tersebut, agar keterampilan proses sains siswa dapat meningkat dan memahami
konsep-konsep fisika dengan baik, maka diperlukan proses pembelajaran yang
tepat dan efektif. Artinya, pembelajaran yang dilakukan harus tepat dengan
karakteristik materi dan efektif dalam penyampaian sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Sebenarnya dalam pembelajaran fisika, khususnya yang berkaitan dengan
konsep-konsep tertentu, terdapat beberapa kejadian atau fenomena yang dapat
dimanfaatkan guru untuk proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran
yang inovatif dan kontekstual adalah pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah ini berawal pada pendidikan medis (kedokteran).
Pendidikan medis menaruh perhatian besar terhadap fenomena praktisi medis
3
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 4/31
muda yang memiliki pengetahuan faktual cukup, tetapi gagal menggunakan
pengetahuannya saat menangani pasien sungguhan.(Maxwell, Bellisimo, &
Morgendoller, 1999).
Yudhiana (2009: 6) menyatakan bahwa pembelajaran siswa lebih
diorientasikan pada pola berpikir atau bekerja ilmiah, dan belum terlalu diarahkan
pada masalah pemenuhan kebutuhan praktis untuk menangani masalah dalam
kehidupan, sehingga akan lebih tepat jika pembelajaran fisika dilakukan dengan
berbasiskan fenomena. Fenomena yang dimaksud adalah gejala atau kejadian atau
peristiwa yang kerap dijumpai siswa dalam kesehariannya baik yang terjadi di
alam maupun perkembangan teknologi.
Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan
suatu model pembelajaran berbasis fenomena untuk meningkatkan keterampilan
proses sains. Model pembelajaran berbasis fenomena ini diadopsi dari model
pembelajaran berbasis masalah (PBM; atau Problem Based Learning ) yang
merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual. Fenomena fisika yang dijadikan
dasar pengamatan berupa fenomena-fenomena fisis yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, atau fenomena yang muncul pada suatu demonstrasi sederhana dengan
menggunakan media demonstrasi berupa alat-alat sederhana yang mudah ditemui
dalam kehidupan sehari-hari.
Malcolm Wells, David Hestenes dan Gregg Swackhamer (1995)
mengemukakan bahwa melalui metode pemodelan dalam pengajaran fisika
dengan mengkonstruksi dan menggunakan model sains, siswa dapat
menggambarkan, menjelaskan, memprediksi dan menguasai fenomena fisika.
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 5/31
Fakta menunjukkan bahwa metode pemodelan menghasilkan peningkatan gain
yang lebih tinggi dibandingkan metode pengajaran alternatif.
Penelitian sebelumnya (Yudiana, 2009) yang menunjukkan bahwa
penerapan model Pembelajaran berbasis fenomena secara signifikan dapat lebih
efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi Fluida
dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran tradisional. Selanjutnya
(Solihat, 2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran
berbasis fenomena secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berfikir kritis siswa pada materi Listrik dinamis.
Materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep fluida
statis. Pemilihan materi tersebut dilakukan karena konsep fluida statis ini banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari siswa, namun tidak jarang siswa mengalami
kesulitan dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fluida
statis. Ini terbukti dari hasil wawancara yang menunjukkan nilai siswa yang tidak
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) khususnya pada materi fluida
statis, nilai KKM materi fluida statis yaitu 65, tetapi masih terdapat siswa yang
mendapatkan nilai 54. Materi fluida statis juga akan menjadi prasyarat untuk
siswa mempelajari materi selanjutnya yaitu materi fluida dinamis.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran berbasis fenomena
dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran fisika,
maka dilakukan penelitian dengan kajian yang diteliti adalah “Model
Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa pada Materi Fluida Statis.” (Penelitian dilakukan terhadap kelas XI
5
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 6/31
SMAN 16 Garut).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok penelitian ini
dirumuskan:
A. Bagaimanakah aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan dari penerapan
model pembelajaran berbasis fenomena?
B. Apakah penerapan model pembelajaran fisika berbasis fenomena dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis?
C. Batasan Masalah
1. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 16
Garut semester genap tahun ajaran 2011/2012.
2. Penerapan model pembelajaran berbasis fenomena pada materi
pokok Fluida Statis berdasarkan tahapan model pembelajaran
berbasis fenomena.
3. Materi pokok Fluida Statis pada pembelajaran berbasis masalah ini
dibatasi, yaitu tentang Tekanan Hidrostatis, Hukum Pascal dan
Hukum Arcimedes.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan model
pembelajaran berbasis masalah.
2. Mengetahui Apakah penerapan model pembelajaran fisika berbasis
fenomena dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 7/31
materi fluida statis.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang
berguna, antara lain:
1. Bagi siswa, memberikan nuansa baru
model belajar yang memungkinkan tiap
siswa berkesempatan untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa.
2. Bagi para guru memberikan masukan untuk menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa dalam belajar fisika.
3. Bagi lembaga, dapat memberikan informasi sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu proses pendidikan.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan dasar kajian bagi penelitian
berikutnya.
F. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Berbasis Fenomena
Model pembelajaran berbasis fenomena didefinisikan sebagai suatu
pembelajaran fisika yang didasarkan pada kejadian atau fenomena fisika yang
terjadi. Fenomena fisika ini dapat berupa fenomena alam atau fenomena fisika
yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Tahap-tahap pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena secara singkat adalah: (1)
7
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 8/31
Orientasi siswa pada pengamatan fenomena; (2) mengorganisasi siswa untuk
belajar; (3) membimbing penyelidikan individu atau kelompok; (4) menyajikan
hasil penyelidikan; (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan kesimpulan hasil eksperimen, serta menganalisis dan
mengevaluasi suatu fenomena fisika. Keterlaksanaan model pembelajaran diamati
dengan melakukan observasi pada lembar observasi.
2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang diperlukan untuk
memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum-hukum, dan teori-teori sains. Indikator keterampilan proses sains yang
diharapkan dapat dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis fenomena
ini adalah (1) melakukan pengamatan; (2) menafsirkan pengamatan; (3)
mengkomunikasikan; dan (4) menerapkan konsep atau prinsip. Keterampilan
proses sains tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses sains
berbentuk soal-soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada saat pre test dan post
test.
3. Fluida Statis
Materi Pokok Fluida Statis adalah salah satu materi yang diajarkan pada
kelas XI SMA Semester Genap, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasar Menganalisis hukum-hukum yang
berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari..
G. Kerangka Berpikir
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 9/31
Fenomena merupakan gejala atau peristiwa yang teramati yang timbul
pada suatu objek. Fenomena fisika dimunculkan suatu benda ketika benda
tersebut mendapatkan perlakuan tertentu dapat menunjukkan suatu gejala yang
bisa dipelajari dan dipahami.
Model pembelajaran berbasis fenomena didasarkan pada pengamatan
suatu fenomena fisika. Dalam pembelajaran tersebut, siswa mengamati gejala atau
peristiwa yang muncul pada suatu fenomena yang ada, kemudian menjelaskan hal
apa yang menyebabkan fenomena tersebut muncul atau terjadi. Model
pembelajaran berbasis fenomena ini diadopsi dari model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) dimana yang menjadi permasalahannya berupa fenomena fisika.
Model pembelajaran berbasis fenomena yang diadopsi dari pembelajaran
berbasis masalah memiliki karakteristik student center pembelajaran difokuskan
pada penanaman konsep terlebih dahulu diawal pembelajaran. Siswa
diorientasikan pada fenomena fisis yang sering terjadi di alam maupun pada
produk teknologi melalui kegiatan demonstrasi atau praktikum. Anak-anak akan
lebih mudah memahami konsep- konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
contoh- contoh konkrit, contoh- contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep
melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui perlakuan fisik dan
penanganan benda yang benar- benar nyata (Semiawan, 1989 : 14).
Pembelajaran berbasis fenomena ini digunakan untuk menggali
keterampilan proses sains yang dapat ditingkatkan melalui penggunaan model
pembelajaran ini. Pembelajaran berbasis fenomena ini dilakukan melalui
9
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 10/31
pendekatan pembelajaran kontekstual, dimana siswa dilibatkan secara penuh
dalam proses pembelajaran. Belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual
bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
pengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman tersebut diharapkan
perkembangan keilmuan siswa terjadi secara utuh, tidak hanya berkembang dalam
aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.
Gallagher (1975) mengungkapkan bahwa keterampilan-keterampilan
proses sains seperti mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, meramalkan,
merumuskan hipotesis, menyusun definisi operasional, bereksperimen,
menafsirkan data, dan menyusun model, adalah “...skill for acquiring and
organizing knowledge about the environment ”
Menurut Semiawan (1989: 16) bahwa keterampilan proses sains adalah
keterampilan yang dimiliki siswa untuk mengelola hasil yang didapat dalam
kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan yang seluas- luasnya
kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil
prolehannya tersebut.
Dalam pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses sains,
hendaknya guru bertindak sebagai fasilitator dan berprinsip pada bagaimana siswa
belajar dan bukan pada apa yang harus dipelajari siswa. Dalam hal ini, sebaiknya
guru tidak memberikan konsep langsung pada siswa, tetapi berusaha untuk
membimbing dan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dapat
menguji dan menemukan fakta ataupun konsep-konsep baru (Sidharta, 2005: 14).
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 11/31
Keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama
lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam
masing-masing keterampilan tersebut. Menurut Rustaman (2005: 80), jenis-jenis
keterampilan proses sains dan karakteristiknya dapat dilihat:
Tabel 1.1. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains
No.
Keterampilan Proses
Sains
Karakteristik
1. Melakukan Pengamatan
(Observasi)
o Menggunakan indera penglihat,
pembau, pendengar, pengecap dan
peraba.
o Menggunakan fakta yang relevan
dan memadai.
2. Mengajukan Pertanyaan o Pertanyaan yang diajukan dapat
meminta penjelasan tentang apa,
mengapa, bagaimana ataupun
menanyakan latar belakang
hipotesis.
3. Menafsirkan Pengamatan
(Interpretasi)
o Mencatat setiap hasil pengamatan.
o Menghubung-hubungkan hasil
penga-matan.
o Menemukan pola atau keteraturan
dari suatu seri pengamatan.
Menyimpulkan.
4. Mengelompokkan o Mencari perbedaan.
11
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 12/31
(Klasifikasi) o Mengontraskan ciri-ciri.
o Mencari kesamaan.
o Membandingkan.
Mencari dasar penggolongan atau pola
yang sudah ada.
5. Meramalkan (Prediksi) o Mengajukan perkiraan tentang
sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan suatu kecenderungan.
6. Berhipotesis o Menyatakan hubungan antara dua
variabel atau memperkirakan
penyebab sesuatu terjadi.
7. Merencanakan Percobaan
atau Penyelidikan
o Menentukan alat dan bahan.
o
Menentukan variabel atau peubah.
o Menentukan variabel kontrol dan
variabel bebas.
o Menentukan apa yang diamati,
diukur atau ditulis.
o Menentukan cara dan langkah
kerja.
Menentukan cara mengolah data.
8. Menerapkan Konsep atau
Prinsip
o Menjelaskan sesuatu peristiwa
dengan menggunakan konsep
yang telah dimiliki.
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 13/31
Menerapkan konsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru.
9. Berkomunikasi o Membaca grafik, tabel atau
diagram.
o Menjelaskan hasil percobaan.
Menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas.
Salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran berbasis fenomena .
adapun tahapan dalam pembelajaran ini adalah (1) orientasi siswa pada fenomena;
(2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individu
atau kelompok; (4) menyajikan hasil penyelidikan; (5) menganalisis dan
mengevaluasi penjelasan fenomena yang disajikan pada tahapan (1) (Suhandi,
dkk: 2010).
Seluruh pola pikir yang merangkum operasional penelitian ini terlihat
dalam gambar 1.1 berikut:
13
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 14/31
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ho
: Tidak terdapat peningkatan keterampilan proses yang signifikan setelah
diterapkan model pembelajaran berbasis fenomena
Ha
: Terdapat peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan setelah
diterapkan model pembelajaran berbasis fenomena.
I. Metodologi Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan Jenis Data
Jenis data yang diambil dari penelitian ini yaitu bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka atau
bilangan yang diperoleh dari hasil tes atau format observasi. Data kualitatif adalah
data yang tidak berupa angka. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
diantaranya:
a. Data kualitatif berupa data tentang aktifitas siswa dan guru dalam
setiap tahapan model pembelajaran berbasis fenomena yang diperoleh
dari format observasi.
b. Data kuantitaif berupa data tentang gambaran peningkatan
keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran berbasis
fenomena pada materi pokok fluida statis, yang diperoleh dari normal
gain hasil pre test dan post test.
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 15/31
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil yaitu SMAN 16 Garut. Peneliti memilih
SMAN 16 Garut sebagai lokasi penelitian dikarenakan aspek KPS di SMAN 16
Garut sama sekali belum pernah diteliti dan diterapkan penggunaanya dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga salah satu alasannya adalah karena
laboratorium IPA di SMAN 16 Garut belum digunakan secara efektif dan
pembelajaran di SMAN 16 Garut relative menggunakan model pembelajaran yang
monoton.
3. Populasi dan Sampel
Populasi yang dipilih yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI IPA SMAN 16
Garut. Metode penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling . Penelitian yang dilakukan adalah dengan meneliti perwakilan
dari siswa kelas XI IPA. Kelas yang terpilih menjadi sampel adalah kelas XI IPA
1 dengan jumlah siswa adalah 30 orang.
4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok
siswa (kelompok eksperimen) tanpa adanya kelompok pembanding (kelompok
kontrol).
Menurut Syambasri Munaf (Fandia, 2001: 30), penelitian semu itu bertujuan
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh
dengan eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
15
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 16/31
mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
5. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-
posttest design. Representasi desain one-group pretest-posttest seperti dijelaskan
dalam Sugiyono (2009: 74) diperlihatkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2
Desain Penelitian
Pretest Perlakuan Postest
O1 X O
2
Keterangan :
O1
: Tes awal ( pretest ), dilakukan sebelum adanya perlakuan
X : Perlakuan (treatment ), yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis fenomena.
O2
: Tes akhir ( posttest ), dilakukan setelah adanya perlakuan
6. Jadwal dan Waktu Penelitian
Jadwal dan waktu penelitian disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan
kondisi pengajaran fisika terselenggara.
Adapun rencana dari jadwal dan waktu penelitian adalah sebagai berikut:
Hari Tanggal Jam Tempat Keterangan
Tahap Perencanaan
Senin 17 Oktober 08.00 WIB- SMAN 16 Observasi dan
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 17/31
2011 10.00 WIB Garut wawancara ke
SMAN 16 Garut
Jumat 11 November
2011
Kondisional Kampus
UIN SGD
Bandung
Pembuatan
proposal
Rabu 30 November
2011
10.00 WIB Prodi
Pendidikan
Fisika
Bimbingan
proposal
Senin 05 Desember
2011
Kondisional Kampus
UIN SGD
Bandung
Penyusunan
instrument
Jumat 16 Desember
2011
10.00 WIB Prodi
Pendidikan
Fisika
ACC dan
duplikasi judul
Jumat 06 Januari 2012 14.30 WIB Jurusan
MIPA
Pengesahan judul
proposal
Senin 09 Januari 2012 08.00 WIB Prodi
Pendidikan
Fisika
Daftar seminar
proposal
Rabu 11 Januari 2012 08.00 WIB Kampus
UIN SGD
Bandung
Seminar proposal
skripsi
Tahap Pelaksanaan
Rabu 11 April 2012 2 x 45 menit
(09.30 –
11.00)
Ruang kelas
XI IPA 1
Pengujian soal
Pretest
Jum’at 13 April 2012 2 x 45 menit
(07.00 –
08.30)
Ruang kelas
XI IPA 1
Tekanan
Hidrostatik
Sabtu 14 April 2012 2 x 45 menit
(07.00 –
08.30)
Ruang kelas
XI IPA 1
Hukum Pascal
Rabu 18 April 2012 2 x 45 menit
(09.30 –
Ruang kelas
XI IPA 1
Hukum
17
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 18/31
11.00) Archimades
Jumat 20 April 2012 2 x 45 menit(07.00 –
08.30)
Ruang kelasXI IPA 1
Pengujian soal post test
Tahap Pelaporan
Kamis 10 Mei 2012 09.00 WIB Kampus
UIN SGD
Bandung
Daftar sidang
munaqasah
Senin 14 Mei 2012 08.00 WIB Kampus
UIN SGD
Bandung
Sidang
Munaqasahskripsi
7. Prosedur Penelitian
Proses yang ditempuh dalam penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap Perencanaan/ Persiapan Penelitian
Pada tahap ini ada beberapa proses yang ditempuh, yaitu:
1) Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori yang akurat
mengenai permasalahan yang akan diteliti,
2) Melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang
dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian untuk
mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
hendak dicapai, agar model pembelajaran dan pendekatan
belajar yang diterapkan dalam penelitian dapat memperoleh
hasil sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dijabarkan dalam kurikulum,
3) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan
penelitian,
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 19/31
4) Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat dilakukannya
penelitian,
5) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran
yang digunakan pada penelitian yaitu pembelajaran berbasis
fenomena untuk setiap pembelajaran,
6) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan,
7) Pembuatan perangkat tes,
8) Membuat pedoman observasi ,
9) Membuat jadwal kegiatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini dilakukan uji coba model pembelajaran berbasis fenomena
yang telah disusun. Pada saat uji coba berlangsung, peneliti dibantu oleh seorang
observer yang mengamati proses pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada tahap pelaksanaan ini
adalah:
1) Memberikan pretest pada kelas yang dijadikan penelitian. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterampilan
proses sains siswa sebelum pembelajaran,
2) Memberikan perlakuan pada kelas yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis fenomena pada materi fluida
statis,
3) Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan
19
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 20/31
observasi tentang keterlaksanaan model pembelajaran berbasis
fenomena,
4) Melaksanakan post test, untuk mengetahui tingkat
keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran.
c. Tahap Akhir
Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap akhir ini adalah:
1) Mengolah dan menganalisis data hasil pre test dan post test,
2) Menganalisis hasil penelitian,
3) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data untuk menjawab permasalahan penelitian,
4) Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan
dalam pelaksanaan pembelajaran.
5) Mengkonsultasikan hasil pengolahan data penelitian kepada dosen
pembimbing.
Prosedur penelitian di atas dapat digambarkan dalam bentuk skema penulisan
sebagai berikut:
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 21/31
21
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 22/31
8. Instrumen Penelitian
a. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian antara lain
berupa tes keterampilan proses sains, dan lembar observasi pembelajaran.
1) Tes Keterampilan Proses Sains
Tes ini merupakan tes keterampilan proses sains berbentuk pilihan ganda.
Tes ini dibuat untuk menguji keterampilan proses sains siswa dalam menjelaskan
fenomena fisika sesuai dengan indikator-indikator keterampilan proses sains yang
ditentukan.
2) Lembar Observasi
Observasi dilakukan terhadap siswa dan Guru untuk melihat
keterlaksanaan model pembelajaran berbasis fenomena. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berbasis fenomena dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kriteria atau batasan yang telah
ditetapkan.
b. Analisis Instrumen
1) Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi sebelumnya diuji keterbacaannya oleh observer dan
ditelaah oleh ahli (dosen pembimbing) tentang layak atau tidaknya penggunaan
lembar observasi yang akan ditanyakan dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa.
2) Analisis keterampilan proses sains
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 23/31
1) Analisis Kualitatif Butir
Soal
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan
berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Aspek yang
diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah
dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman
penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu
mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum
yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
2) Analisis Kuantitatif
Analisis instrumen dilakukan terhadap instrumen butir soal yang
digunakan. Untuk mengetahui kualitas soal tes yang digunakan dilakukan analisis
butir soa. yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kemudahan
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Anates V. 4.1.0.
a) Uji Validitas
Skor tiap soal dalam soal multiple choise didapat berdasarkan benar atau
salahnya jawaban yang diberikan. Skor tiap soal dalam soal isian LKS
berdasarkan atas jumlah nilai yang didapat berdasarkan atas rentang nilai yang
telah ditentukan sebelumnya.
Pengujian validitas tiap butir soal multiple choise dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi biserial, yaitu :
(Arikunto, 2007: 79)
23
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 24/31
Keterangan:
gbis
M p
M t
SD
t
p
q
= Koefisien korelasi biserial (validitas item)
= Mean skor pada tes dari peserta yang menjawab benar
= Mean skor total
= Standar deviasi dari skor total
= Proporsi siswa yang menjawab benar
= Proporsi siswa yang menjawab salah (1-p)
Setelah didapat nilai validitasnya, kemudian diinterpretasikan terhadap
tabel nilai r seperti di bawah ini:
Interpretasi Nilai r
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < r xy
≤ 1,00
0,60 < r xy
≤ 0,80
0,40 < r xy
≤ 0,60
0,20 < r xy
≤ 0,40
0,00 < r xy
≤ 0,20
r xy
≤ 0,00
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
RendahSangat Rendah
Tidak valid
(Arikunto, 2007: 79)
b) Uji Reliabilitas
Mencari reliabilitas Instrumen dengan bentuk soal multipel choise dengan
menggunakan rumus rumus K-R 20:
Σ−
−=
2
2
111 S
pqS
n
n R
(Arikunto, 2007 : 100)
Keterangan:
R11
p
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 25/31
q
Σpq
n
S
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q
= Banyaknya item
= Standar deviasi dari tes (akar varians)
Nilai reliabilitas yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan
tabel di bawah ini:
Interpretasi Nilai 11r
Indeks reliabilitas Interpretasi
0,80 <11r
≤ 1,00
Sangat Tinggi
0,60 < 11r
≤ 0,80
Tinggi
0,40 < 11r ≤ 0,60
Sedang
0,20 < 11r
≤ 0,40
Rendah
0,00 < 11r ≤ 0,20
Sangat rendah
(Arikunto, 2007 : 103)
c) Daya Pembeda
Mengetahui daya pembeda dalam bentuk soal multiple choise pada tes
KPS menggunakan rumus :
(Arikunto, 2007: 213)
Keterangan:
D p
BA
BB
J A
J B
= Daya pembeda
= Jumlah jawaban benar dari kelompok atas
= Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah didapat hasil daya pembeda, maka diinterpretasikan terhadap tabel
di bawah ini:
25
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 26/31
Interpretasi Nilai DIndeks Daya Pembeda Interpretasi
D = 0,00
Sangat
Jelek
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik
(Arikunto, 2007: 218)
d) Uji Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran ini dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal
tergolong sukar, sedang, atau mudah. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00-1,00
dengan menggunakan rumus :
(Arikunto, 2007: 208)
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta tes
Dengan kategori seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kategori Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
p < 0,30 Sukar
0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang
0,70 < p ≤ 1,00 Mudah
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 27/31
( Arikunto, 2007: 210)
9. Teknik Analisa Data
a. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi nilai tes awal dan tes
akhir keterampilan proses sains dan data hasil observasi keterlaksanaan model
pembelajaran.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data dimaksudkan untuk mengolah data mentah berupa hasil
penelitian supaya dapat ditafsirkan dan mengandung makna.
1) Data aktivitas guru dan siswa
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa digunakan paparan sederhana
hasil analisis lembar observasi setiap pertemuan. Data hasil observasi diperoleh
dari lembar observasi guru dan siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas
guru dan siswa ini, bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model
pembelajaran berbasis fenomena oleh guru dan siswa. Dalam lembar observasi
aktivitas guru dan siswa disediakan kolom kritik dan saran. Hal ini dilakukan agar
kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bias diketahui
sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya lebih baik.
2) Data Keterampilan Proses Sains
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains melalui
pembelajaran dihitung berdasarkan skor gain yang ternormalisasi. Hal ini
27
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 28/31
Ei
EiOi 22 )( −
∑= χ
dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan
gain masing-masing siswa. Gain yang ternormalisasi dicari dengan menggunakan
rumus g factor yang dikembangkan oleh Hake, R. R (Cheng, et al, 2004, dalam
Wiyono, 2009), yaitu:
dengan: S Post
= skor tes akhir;
S Pre
= skor tes awal;
S Maks
= skor maksimum; dan
dengan kategori perolehan N-gain diklasifikasikan pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7. Klasifikasi N-gain
Kategori perolehan N-gain Keterangan
N-gain > 0,70 Tinggi
0,30 < N-gain < 0,70 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah
(Wiyono, 2009)
Uji normalitas distribusi data, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua
rerata dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 14.0 for Windows
Evaluation Version.
Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan rumus
(Subana, 2005: 170)
Keterangan :
2 χ = Chi Kuadrat
Oi = Frekuensi Observasi
Ei = Frekuensi Ekspektasi
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 29/31
k
b
V
V F =
Uji chi kuadrat jika n > 30
Dengan kriteria :
• Jika2
χ hitung
<2
χ daftar
, maka distribusi normal
• Jika2
χ hitung
>2
χ daftar
, maka distribusi tidak normal
Jika data yang akan diujikan n < 30, maka menggunakan uji normalitas
Kolmogorov–Smirnov, dengan langkah-langkah di bawah ini (Cahyono,
2006: 17):
• Menyusun data dari nilai terkecil sampai nilai terbesar
• Menentukan frekuensi pada tiap nilai
• Menentukan rata-rata dari nilai (
Menentukan Cf (frekuensi kumulatif yang ke-i ke bawah)
Menentukan standar deviasi (SD) dengan menggunakan persamaan:
•
•Menentukan nilai Z dengan menggunakan persamaan:
Menentukan nilai F t berdasarkan dari tabel Z yang telah tersedia
Menghitung nilai F s
dengan cara membagi Cf dengan jumlah n,
Mencari hasil tertinggi , berdasarkan tabel di atas
Menentukan taraf signifikansi yang dipakai
• Mencari nilai normalitas tabel dengan menggunakan tabel Kolmogorov-
Smirnov. Apabila nilai hitung < nilai tabel, maka data tersebut normal.
a) Menentukan uji homogenitas (kesamaan) dua variansi yaitu varian skor
tes dengan cara mencari nilai F :
(Subana, 2000: 171)
Dengan:
V b = Varian yang lebih besar
29
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 30/31
21
_
21
_
11
nndsg
x xt
+
−=
Vk = Varian yang lebih kecil
Dengan kriteria :a. Jika F
hitung < F
daftar , maka data homogen
b. Jika F hitung
> F daftar ,
maka data tidak homogen
Uji homogenitas dilaksanakan setelah diketahui bahwa data tersebut normal.
b) Uji Hipotesis
Menentukan nilai t hitung
dengan rumus :
(Subana, 2000: 174)
Keterangan :
1
_
x = rata-rata data kelompok 1
2
_
x = rata-rata data kelompok 2
dsg = nilai deviasi standar gabungan
Apabila sampel kecil (n < 30) maka, uji “t ” menggunakan persamaan
Fisher, yaitu:
(Sudijono, 1992: 304 -305)
Jika t hitung
berada dalam daerah penerimaan, seperti :
- t tabel
< t hitung
< t tabel
Berarti Ho
diterima menunjukkan tidak terdapat peningkatan, sebaliknya
5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 31/31
2
2
1
1
2
_
1
_
1
n
V
n
V
X X t
+
−=
jika thitung
di luar daerah penerimaan berarti Hayang diterima berarti menunjukkan
terdapat peningkatan (signifikan). Apabila data tidak homogen maka dilakukan uji
t1 dengan rumus :
(Subana, 2000: 171)
Keterangan :
1
_
X = rata-rata hitung data kelompok 1
2
_
X = rata-rata hitung kelompok 2
1V = varians data kelompok 1
2V = varians data kelompok 2
1n = jumlah kelompok 1
2n = jumlah kelompok 2
Jika nilai t1 berada di luar interval –t 1tabel
< t1hitung
< t1tabel
maka hipotesis diterima.
c) Apabila data tidak normal, maka digunakan statistik nonparametik dengan
menggunakan uji Wilcoxon dengan rumus :
24
)12).(1(
4
)12).(1( ++−
++=
nnn X
nnnW
(Nurgana, 1985: 29)
Jika Whitung
< Wtabel
maka H0
ditolak.
31