Bab i Proposal q

61
1 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN FIRE-UP TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIK SISWA SMP 9 PAYAKUMBUH PROPOSAL PENELITIAN Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika Oleh: NUR ARIFIN NIM. 2411.010 Dosen Pembimbing M. Imamuddin, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

description

proposal

Transcript of Bab i Proposal q

Page 1: Bab i Proposal q

1

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN FIRE-UP TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIK SISWA SMP 9

PAYAKUMBUH

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah

Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika

Oleh:

NUR ARIFIN

NIM. 2411.010

Dosen Pembimbing

M. Imamuddin, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

Page 2: Bab i Proposal q

2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal yang berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Fire-Up

Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Matematik Siswa SMP 9 Payakumbuh.

Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata

kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.

Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak

bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibunda tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan dukungan

dalam berbagai hal.

2. Bapak M. Imamuddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada

mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.

3. Rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan,

masukan, kritikan dan saran-saran.

Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

ibadah bagi Ibunda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang

lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal ini

bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk

perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika.

Bukittinggi, November 2013

Penulis

Page 3: Bab i Proposal q

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ................................................................................................ 7

D. Perumusan Masalah ................................................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 8

F. Defenisi Operasional ................................................................................................ 9

G. Kegunaan Penelitian................................................................................................. 10

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran Matematika..................................................................... 11

B. Strategi Pembelajaran FIRE-UP .............................................................................. 14

C. Berpikir Kritis dalam Matematika ........................................................................... 21

D. Pemahaman Konsep Matematis .............................................................................. 23

E. Pembelajaran Konvensional ..................................................................................... 24

F. Aktivitas Siswa ........................................................................................................ 29

G. Hasil Belajar Matematika ......................................................................................... 30

H. Penelitian Yang Relevan.......... ..... .............................................. ............... 32

I. Kerangka Konseptual ............................................................................................... 32

Page 4: Bab i Proposal q

4

J. Hipotesis

……………………………………………………………………………34

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................................................... 35

B. Rancangan Penelitian ............................................................................................... 35

C. Populasi dan Sampel ................................................................................................ 36

D. Variabel dan Data ..................................................................................................... 41

E. Prosedur Penelitian................................................................................................... 42

F. Instrumen Penelitian................................................................................................. 46

G. Teknik Analisa Data ................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Bab i Proposal q

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya alam yang banyak dan melimpah pada suatu negara belum

merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur, jika pendidikan

sumber daya manusianya terabaikan. Suatu negara yang memiliki sumber daya

alam yang banyak jika tidak ditangani oleh manusia yang berkualitas maka pada

suatu saat akan mengalami kekecewaan.

Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia merupakan tugas besar

dan memerlukan waktu yang panjang. Meningkatkan sumber daya manusia tidak

lain harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Masa depan suatu

negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara tersebut memperlakukan

pendidikan.

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia yang diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung

sepanjang kehidupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yaitu:

...

Artinya : .. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.

Mujadalah : 11) 1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur.an dan Terjemahnya, (Bandung : cv.Penerbit Diponegoro,

2006), hal. 434.

Page 6: Bab i Proposal q

6

Jadi sebagai mukmin kita diwajibkan menuntut ilmu termasuk

Matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

siswa dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan di

Perguruan Tinggi. Pengajaran matematika di SD hingga SMA adalah untuk

mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika secara tepat dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut pandangan National Council of Teacher Mathematics (NCTM),

“ Di dalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan

dapat mengerjakan Matematika akan memiliki kesempatan dan

pilihan yang banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan

dalam Matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang

produktif. Lemah dalam Matematika membiarkan pintu tersebut

tertutup”.2

Sedangkan menurut Dinas Pendidikan Sumatera Barat Drs.Syamsul Rizal pada

sambutannya dalam acara pembukaan Pekan Seni Bermatematika pada 8-11

Februari 2012 di UNAND, Matematika adalah pelajaran yang penting karena

dasar bagi mata pelajaran lainnya.3

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari

tingkat pendidikan dasar sampai ketingkat perguruan tinggi, karena matematika

sangat mempengaruhi kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi. Sebagai contoh,

dalam bidang informatika, teknik civil, elektronika, sistem perbankan dan lain-

lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman menyatakan “matematika

2 John A.Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), cet ke-

6, h.1 3 Supadilah, “Bikin Fun dengan Matematika”, Singgalang, (Padang), 11 Maret 2012, h.A-10

Page 7: Bab i Proposal q

7

tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai ilmu, juga untuk melayani

kebutuhan pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya”4. Tujuan

pembelajaran matematika tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna

mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga

berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya. Tujuan

pembelajaran matematika adalah5 :

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikana

model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram

atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematik, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Dalam proses pembelajaran matematika selain peranan guru, juga sangat

penting adanya kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung siswa dalam

pemahaman konsep. Kegiatan ini akan membantu siswa untuk memahami konsep

4 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia, 2003), h.25 5 Sri Wardhan, Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi

Tujuan Mata Pelajaran Matematika, (Yogyakarta: Depdiknas,2008). h.8

Page 8: Bab i Proposal q

8

dan materi yang dipelajari dengan baik. Namun, kenyataannya di lapangan

(sekolah-sekolah), pembelajaran matematika masih jauh dari harapan dan belum

mencapai hasil yang diharapkan. Diantaranya adalah kurangnya kesiapan siswa

terhadap materi yang akan dipelajari. Hal ini akan menyebabkan siswa akan

kesulitan dalam menyerap informasi dan tidak mampu untuk merespon apa yang

dijelaskan guru.

Selain itu, pemahaman siswa terhadap konsep matematika masih rendah.

Hal ini disebabkan karena siswa kurang memanfaatkan sumber daya yang ada

untuk memperoleh informasi, seperti membaca buku, bertanya pada teman

ataupun guru. Ini dapat dilihat ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk

bertanya, sedikit sekali siswa yang mau bertanya. Ada yang malu bertanya dan

tidak percaya diri untuk bertanya sehingga mereka menemukan kesulitan pada

saat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Keadaan ini mengakibatkan guru

tidak mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, apakah siswa

sudah mengerti atau belum, karena siswa diam ketika ditanya dan diam ketika

disuruh bertanya.

Masalah lain yang terlihat yaitu kurangnya aktivitas belajar siswa.

Diantaranya yaitu siswa tidak mau berusaha untuk memecahkan masalah yang

ada dalam soal-soal latihan yang diberikan guru dan hanya menyalin pekerjaan

temannya tanpa berusaha mengerjakan sendiri bahkan ada yang tidak membuat

sama sekali. Mereka hanya menunggu jawaban siswa lain yang telah

Page 9: Bab i Proposal q

9

menyelesaikan di depan kelas atau jawaban dari guru. Pelajaran akan lebih

bermakna dan bertahan lama dalam memori siswa jika mereka ikut serta

beraktivitas dalam proses pembelajaran. Sardiman mengungkapkan “tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas”.6 Jadi keterlibatan siswa secara aktif dalam

proses belajar mengajar menyebabkan pelajaran itu akan lebih bermakna bagi

siswa.

Berdasarkan keterangan dan permasalahan di atas, perlu kiranya diterapkan

pembaharuan dalam strategi pembelajaran matematika. Menurut Wina Sanjaya

“strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat di capai secara efektif dan

efisien”.7 Guru harus dapat melaksanakan strategi pembelajaran yang menarik

siswa untuk aktif dan terlibat secara mental sehingga motivasi belajar siswa akan

lebih baik, aktivitas siswa harus merupakan ciri dalam proses belajar mengajar.

Sebagaimana dikemukakan oleh Thomas L. Madden, salah satu alternatif

strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa aktif dan

dapat membantu siswa belajar dengan cepat dan mudah dalam proses

pembelajaran yaitu strategi pembelajaran FIRE-UP (Foundation, Intake

Information, Real Meaning, Express Your Knowledge, Use Available Recources,

Plan of Action). Strategi pembelajaran FIRE-UP merupakan proses belajar yang

6 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), h.95 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h.126

Page 10: Bab i Proposal q

10

memaksimalkan efisiensi otak agar dapat menyerap informasi dan memahaminya

dengan lebih baik sehingga bisa meningkatkan hasil dan bisa mempercepat proses

belajar.

Pada strategi pembelajaran FIRE-UP ini, sebelum proses belajar mengajar

berlangsung siswa terlebih dahulu diberi tugas di rumah untuk membaca dan

mempelajari materi yang akan dipelajari sebagai pengetahuan dasar siswa

(Fondation). Hal ini dilakukan sebagai persiapan bagi siswa. Dengan adanya

persiapan, siswa tahu apa yang harus dipelajari dan dapat memfokuskan perhatian

pada informasi yang paling sesuai untuk mengurangi hal-hal yang tidak diketahui.

Ini akan diperoleh ketika guru menerangkan materi pelajaran baru dan disini

siswa akan menyerap informasi tersebut (Intake information). Agar informasi

dapat disimpan dalam memori jangka panjang maka makna yang sebenarnya

(Real Meaning) harus diberikan pada informasi itu. Makna yang sebenarnya

diciptakan ketika siswa dapat meng-”Asimilasi” atau mengaitkan informasi baru

ke dalam pengetahuan dasar yang dimiliki saat ini. Hal penting lainnya adalah

mengungkapkan pengetahuan kepada orang lain (Express Your Knowledge) dapat

melengkapi proses asimilasi. Dengan mengungkapkan pengetahuan yang baru,

kepercayaan diri siswa akan semakin bertambah. Kemudian, untuk memperluas

dan memperkuat pengetahuan, maka perlu memanfaatkan sumber-sumber daya

yang tersedia. Seperti: mentor, guru, teman, keluarga dan lain-lain. Akhirnya baru

adanya tindakan perencanaan (Plan of action).

Page 11: Bab i Proposal q

11

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian

yang berjudul : ”Penerapan Strategi Pembelajaran FIRE-UP Terhadap

Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII di SMP 9

Payakumbuh .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah:

1. Kurangnya kesiapan siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

2. Siswa tidak mampu untuk merespon apa yang dijelaskan guru.

3. Pemahaman siswa terhadap konsep matematika masih rendah.

4. Kurangnya aktivitas belajar siswa.

5. Hasil belajar matematika siswa rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka permasalahan dibatasi pada :

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP 9 Payakumbuh

Page 12: Bab i Proposal q

12

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah aktivitas belajar matematika siswa kelas VII SMP 9

Payakumbuh yang menggunakan Strategi Pembelajaran FIRE-UP?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP 9 Payakumbuh yang

menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP lebih baik dari pada hasil

belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa kelas

VII SMP 9 Payakumbuh yang menggunakan Strategi Pembelajaran FIRE-

UP .

2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP 9

Payakumbuh yang menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP lebih

baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Page 13: Bab i Proposal q

13

F. Defenisi Operasional

1. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat di capai secara

efektif dan efisien

2. Strategi pembelajaran FIRE-UP menitikberatkan pada usaha pengembangan

dan penyeimbangan cara memperoleh pengetahuan dengan keterampilan

berfikir atau cara kerja otak yang dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-

teknik untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi tersebut. Strategi

pembelajaran FIRE-UP dalam penerapannya dalam proses belajar atau

pembelajaran terdapat enam langkah proses belajar yang dilakukan oleh

siswa:

a. F- Foundations (Pondasi)

b. I- Intake Information (menyerap informasi)

c. R- Real Meaning (makna yang sebenarnya)

d. E- Express Your Knowledge (ungkapkan pengetahuan anda)

e. U- Use Available Resources (manfaatkan sumber-sumber daya yang

tersedia)

f. P- Plan of Action (perencanaan tindakan)

3. Aktivitas belajar matematika adalah aktivitas yang dilakukan siswa secara

individu atau berkelompok untuk menyelesaikan permasalahan matematika

Page 14: Bab i Proposal q

14

atau untuk menemukan konsep matematika yang mencakup keterampilan

dasar.

4. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan

pembelajaran dan merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap

apa yang telah dipelajari. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil

belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, sebagai alternatif dalam upaya membantu siswa untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Bagi penulis, sebagai tambahan pengalaman sebagai calon guru matematika

dimasa mendatang.

Page 15: Bab i Proposal q

15

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kajian teori

1. Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran adalah dua kegiatan yang berbeda (mengajar dan

belajar), tetapi antara keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya. Ahmad Sabri (2007:31) mengungkapkan:

”Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan

satu sama lain . Belajar menunjukan apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan

mengajar menunjukan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

pengajar”

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan

lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta konsep ataupun teori.

Sehingga proses belajar mengajar merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi

karena hasil pengalaman, sehingga dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila

seseorang menunjukan tingkah laku yang berbeda. Perubahan itu meliputi tiga

ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan pandangan

James W Zanden dalam Ramayulis (2006:237) menyatakan bahwa belajar

Page 16: Bab i Proposal q

16

adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen atau perubahan

kemampuan sebagai hasil dari pengalaman.

Sardiman(2003:47) mengemukakan:

“Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak didik dan

diartikan juga sebagai suatu akivitas mengorganisasi atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik

sehingga terjadi proses belajar mengajar. Sedangkan proses belajar

merupakan intaraksi dari berbagai faktor dalam proses mulai dari faktor

utama seperti siswa, guru dan materi belajar maupun faktor pendukung

seperti sarana dan prasarana”.

Belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan

siswa dalam pembelajaran. Dalam peristiwa tersebut terjadi hubungan timbal

balik antara guru dan siswa, dan keberhasilan guru dalam mengajar matematika

akan menyebabkan kemungkinan sebahagian besar siswanya akan berhasil pula.

Tugas seorang guru dalam pembelajaran matematika dituntut untuk

membekali peserta didiknya dengan kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif. Dengan demikian yang penting dalam mengajar

bukan upaya guru menyampaikan bahan dan materi pelajaran saja, tetapi juga

bagaimana upaya guru agar siswa itu dapat mempelajari bahan sesuai dengan

tujuan, membangkitkan dan memotivasi siswa agar berinisiatif dan berperan

serta dalam proses belajar serta dapat memperoleh hasil pembelajaran yang

baik. Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, menurut Muliyardi

Page 17: Bab i Proposal q

17

(2003: 3) pembelajaran matematika adalah usaha membantu siswa untuk

mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip

itu terbangun kembali. Dari pendapat Muliyardi ini terlihat bahwa siswa lebih

berperan aktif, siswalah yang membangun atau mengkonstruksi pengetahuan

bagi dirinya.

Untuk itu pembelajaran lebih ditekankan kepada bagaimana upaya guru

mendorong dan memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari

siswa. Sehingga siswa lebih banyak berperan dalam mengkontruksikan

pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa pengetahuan itu bukan hanya hasil proses

tranformasi dari guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya mendorong

dan memberikan fasilitas kepada siswa. Dalam memberikan fasilitas kepada

siswa guru diharapkan dapat menciptakan strategi pembelajaran yang sesuai dan

terjadi interaksi yang baik. Menurut Sabri (2007: 1) “Strategi dimaksudkan

sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.”

Dengan demikian untuk menerapkan pembelajaran matematika secara

tepat tentunya harus menggunakan strategi yang baik. Strategi yang digunakan

dalam pembelajaran matematika haruslah memberikan kemungkinan seluas-

Page 18: Bab i Proposal q

18

luasnya kepada para siswa untuk berpartisipasi aktif, berfikir atau kedua-duanya

untuk dipakai dalam belajar.

Keterlibatan siswa secara aktif tidak terlepas dari peran dan usaha guru

dalam pembelajaran siswa. Guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan menerapkan ide mereka

sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang cocok adalah menerapkan strategi

pembelajaran FIRE-UP yang memungkinkan siswa mengembangkan

pengetahuan dasarnya dengan menyerap informasi dari berbagai sumber

kemudian diasimilasi dengan keterangan yang diberikan guru dan pada akhirnya

mampu memberikan hasil yang memuaskan.

2. Strategi Pembelajaran FIRE-UP

Strategi pembelajaran FIRE-UP merupakan proses belajar yang

dipercepat, bukan berarti belajar lebih cepat, namun maksud sebenarnya adalah

belajar yang memaksimalkan efisiensi otak agar dapat menyerap informasi dan

memahaminya dengan lebih baik sehingga bisa meningkatkan hasil dan bisa

mempercepat proses belajar.

Menurut Thomas L. Madden (2002:11), strategi pembelajaran FIRE-UP

menitikberatkan pada usaha pengembangan dan penyeimbangan cara

memperoleh pengetahuan dengan keterampilan berfikir atau cara kerja otak

yang dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan dan

memanfaatkan potensi tersebut. Strategi pembelajaran FIRE-UP dalam

Page 19: Bab i Proposal q

19

penerapannya dalam proses belajar atau pembelajaran terdapat enam langkah

proses belajar yang dilakukan oleh siswa, dimana setiap huruf dari F-I-R-E-U-P

mewakili masing-masing keenam langkah tersebut, yaitu:

a. F- Foundations (Pondasi)

Pondasi adalah pengetahuan dasar siswa. Sebelum materi dijelaskan oleh

guru, siswa diberikan tugas untuk membaca, memahami, dan mencari

informasi tentang materi tersebut dari berbagai sumber sebagai dasar

pengetahuan awal siswa dan persiapan untuk menerima pelajaran yang akan

disampaikan oleh guru.

Dengan pemberian tugas sebagai pengetahuan dasar ini, siswa dapat

menyerap informasi yang disampaikan guru dengan baik. Karena ketika guru

menyampaikan informasi baru, maka otak akan membuka file-file yang

memiliki informasi serupa (Madden (2002: 73). Sehingga siswa dapat

berkonsentrasi dan tidak merasa asing dengan informasi yang disampaikan

guru.

b. I- Intake Information (menyerap informasi)

Dalam proses pembelajaran siswa akan menyerap atau menangkap informasi

yang disampaikan guru saat menjelaskan pelajaran.

Page 20: Bab i Proposal q

20

Ada 5 gaya menyerap informasi yang sifatnya tradisional (Madden,

2002:143) adalah :

1) Indera penglihatan (Visual); kebutuhan untuk melihat apa yang

dipelajari.

2) Indera pendengaran (Auditori); kebutuhan untuk mendengar apa

yang dipelajari atau apa yang diajarkan guru.

3) Indera peraba (Kinestetis); kebutuhan untuk menyentuh atau

mengalami sesuatu yang dipelajari.

4) Indera penciuman (Olfaktori); kebutuhan untuk mencium atau

membau sesuatu yang dipelajari.

5) Indera pengecap (Gustatori); kebutuhan untuk merasakan sesuatu

yang dipelajari.

Dari kelima indera tesebut yang paling sering digunakan adalah indera

penglihatan, pendengaran, dan peraba. Dalam hal ini Silberman (2006:28)

mengatakan ada 3 gaya belajar, adalah;

1) Visual; siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat

orang lain melakukannya, mereka menyukai penyajian informasi

yang runtut dan suka menuliskan apa yang dikatakan oleh guru.

2) Auditori; siswa mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan

mengingat, mereka dalam belajar mungkin banyak bicara dan mudah

teralihkan perhatiannya oleh kebisingan.

3) Kinestetik; peserta didik kinestetik belajar terutama dengan melihat

langsung dalam kegiatan dan mengerjakan sesuatu.

Dalam penyerapan informasi masing-masing siswa akan berlaku sesuai

dengan gaya belajar yang mereka senangi, namun tujuan sama untuk

mendapatkan informasi yang baru dari apa yang mereka lakukan.

Mendengar merupakan proses penyerapan materi, oleh karena itu

seorang anak didik harus konsentrasi dalam proses penyerapan materi

Page 21: Bab i Proposal q

21

sehingga tidak terjadi kebingungan dalam memahami materi ajar. Proses

penyerapan materi ini sangat menentukan sekali keberhasilan dalam

pengajaran.

c. R- Real Meaning (makna yang sebenarnya)

”Untuk menyimpan informasi dalam memori jangka panjang dan di

tempat yang mudah diakses, Makna yang Sebenarnya harus

diberikan kepada informasi. Makna yang Sebenarnya diciptakan

ketika siswa dapat meng-”Asimilasi” atau menggabungkan informasi

baru dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki”. (Madden,

2002:187)

Dalam pembelajaran siswa dapat mengembangkan dan mengasimilasi

(mengaitkan) informasi baru dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki

oleh siswa. Dalam proses asimilasi untuk mengukur kemampuan siswa,

maka guru memberikan latihan, dengan beberapa referensi asimilasi yang

dapat digunakan dalam mempelajari informasi baru (Madden, 2002:191),

yaitu :

1) Kesamaan; siswa mengasosiasikan pelajaran yang baru diterimanya

dengan hal-hal yang telah diketahuinya.

2) Berlawanan; siswa menantang dan mempertanyakan apa yang kurang

dipahaminya.

3) Sistematis; siswa secara logis menyusun langkah-langkah secara teratur

dan berurutan untuk memecahkan soal tersebut.

d. E- Express Your Knowledge (ungkapkan pengetahuan anda)

Page 22: Bab i Proposal q

22

”Ketika seseorang memberitahu orang lain bahwa dia tahu, berarti dia juga

memberi tahu diri sendiri apa yang sebenarnya dia ketahui dan apa yang

tidak dia ketahui”. (Madden, 2002:207)

Dengan adanya pengungkapan apa yang dipahami tentang sesuatu kepada

orang lain secara tidak langsung akan menambah pemahaman seseorang

terhadap apa yang disampaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman. Selain itu dengan berbagi informasi dengan

orang lain, mereka mungkin punya informasi yang diperlukan untuk mengisi

kekosongan informasi. Informasi tersebut mungkin ada dalam teks yang

sedang dipelajari, tapi mungkin pula tidak. Pada dasarnya itu adalah

informasi tambahan.

e. U- Use Available Resources (manfaatkan sumber-sumber daya yang

tersedia)

”Sumber daya yang tersedia itu bisa mentor, rekan kerja, kerabat, guru, atau

teman. Mereka bisa saja masih hidup, tetapi bisa pula seorang tokoh dalam

sejarah atau bahkan tokoh fiktif”. (Madden, 2002:263)

Saat siswa berbagi informasi dengan orang lain, mereka mungkin bisa

memberikan masukan dan tambahan terhadap informasi yang disampaikan

siswa tersebut jika dirasa masih ada kekurangannya. Masukan itu juga dapat

berasal dari guru jika saat presentasi dipandang siswa ada yang masih kurang

Page 23: Bab i Proposal q

23

tepat dan ada kekeliruan dalam menyampaikan informasi tersebut. Sumber-

sumber lain dapat juga dari berbagai media massa seperti; buku-buku dan

internet sebelum siswa mengungkapkan informasi tersebut, sehingga dapat

memperkuat dan memperluas pengetahuan siswa.

Salah satu pemberdayaan sumber daya yang ada adalah dengan

kehadiran teman, dengan teman siswa dapat berbagi dan saling memberi dan

menerima informasi. Pemberdayaan sumber daya yang ada tidak hanya pada

teman saja tetapi juga bisa dilakukan dalam keluarga atau famili. Contohnya

saja jika ada salah seorang keluarga yang sangat paham ataupun sudah

bergelut dalam dunia matematika, tentu dia akan membantu bagi

keluarganya untuk penguasaan materi ajar yang berhubungan dengan bidang

matematika tersebut.

f. P- Plan of Action (perencanaan tindakan)

“Perencanaan tindakan merupakan suatu proses menetapkan cara mencapai

suatu tujuan yang diinginkan dan apa yang akan diperlukan untuk

melakukannya”. (Madden, 2002:308)

Berdasarkan kutipan di atas rencana tindakan yang akan dilakukan

dalam strategi pembelajaran FIRE-UP ini adalah :

1) Tahap Foundations (pondasi)

Page 24: Bab i Proposal q

24

Pada tahap ini, siswa diberikan tugas membaca buku sumber yang

mereka punya dan mengerjakan beberapa soal sebagai pengetahuan

dasar (pondasi) yang dikerjakan di rumah, sebelum materi pelajaran

tersebut diajarkan oleh guru.

2) Tahap Intake Information (menyerap informasi).

Sewaktu guru menjelaskan materi pelajaran, siswa menyerap informasi

yang diberikan oleh guru dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran, dan kinestetis.

3) Tahap Real Meaning (makna yang sebenarnya).

Pada tahap ini, siswa mengembangkan dan mengaitkan (mengasimilasi)

informasi baru yang telah diterimanya ke dalam pengetahuan dasar yang

dimilikinya. Dalam proses asimilasi untuk mengukur kemampuan siswa,

maka guru memberikan latihan tentang materi yang diajarkan.

4) Tahap Express Your Knowledge (ungkapkan pengetahuan anda).

Pada tahap ini proses pengungkapan pengetahuan dilakukan oleh siswa

ketika mereka mengadakan diskusi dalam kelompok masing-masing

tentang latihan yang diberikan guru. Dalam diskusi siswa akan saling

berbagi pengetahuan dengan temannya tentang apa yang diketahui dan

Page 25: Bab i Proposal q

25

yang tidak ketahui. Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas.

5) Tahap Use Available Resources (manfaatkan sumber-sumber daya yang

tersedia).

Ketika siswa mempresentasikan di depan kelas, mereka mungkin

membutuhkan informasi untuk mengisi kekosongan informasinya.

Sehingga, siswa dapat memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia

yaitu teman, buku dan guru.

3. Berpikir Kritis dalam Matematika

Sesuai dengan perkembangan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan

dan tekhnologi yang semakin canggih, menjadi orang pintar saja belum cukup.

Dibutuhkan orang yang mampu berpikir kritis agar mampu menghadapi

persaingan ke depan. Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Kemampuan berpikir dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti,

bermain logika, dan mencari alternatif imajinatif dari ide-ide konvensional,

memberi anak-anak muda sebuah rute yang jelas di tengah carut marut pemikiran

pada zaman tekhnologi saat ini.

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat

keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau

melakukan sesuatu. Berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang

penuh kesadaran dan mengarah kepada sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis

Page 26: Bab i Proposal q

26

adalah untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya

memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan.8 Berpikir kritis tidak sama

dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan memiliki

banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis.

Jadi, berpikir kritis adalah proses berpikir dengan menggunakan logika dan

proses pemecahan masalah yang terdiri dari kegiatan menganalisis ide atau

gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih,

mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna

sehingga menghasilkan kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah

yang dihadapi.

Berpikir kritis memiliki beberapa indikator. Ennis memiliki suatu konsep

tentang berpikir kritis. Menurut Ennis terdapat 12 indikator kemampuan berpikir

kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas, yaitu:

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), yang meliputi

memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab

pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.

2. Membangun keterampilan dasar (basic support), yang meliputi

mempertimbangkan suatu sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan

hasil observasi.

3. Menyimpulkan (inference), yang meliputi membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi, membuat induksi dan mempertimbangkan

hasil induksi, membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.

4. Memberikan penjelasan lanjut (advanced clarification), yang meliputi

mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, mengidentifikasi

asumsi

5. Mengatur strategi dan teknik (strategics and tactics), yang meliputi

memutuskan suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain.9

8 Robert Ennis, Critical Thinking. (New Jersey,Prentice Hall, Universitty Illions. 1995)

9 Robert Ennis, Critical Thinking. (New Jersey,Prentice Hall, Universitty Illions. 1995)

Page 27: Bab i Proposal q

27

Jadi, indikator berpikir kritis yang digunakan dalam proposal ini adalah

indikator berpikir kritis menurut Ennis, yang telah dikelompokkan menjadi lima

besar aktivitas.

4. Pemahaman Konsep Matematis

Dalam KTSP tahun 2006 untuk SMP, disebutkan bahwa standar kompetensi

mata pelajaran matematika SMP terdiri dri empat aspek yaitu bilangan, aljabar,

geometri dan pengukuran serta peluang dan statistika. Kecakupan dan kemahiran

matematika yang diharapkan dalam pembelajaran matematika yang mencakup

keempat aspek tersebut di atas adalah mencakup pemahaman konsep, prosedur,

penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah serta menghargai kegunaan

matematika. Siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif

membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan

sebelumnya.berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah dipaparkan

sebelumnya dan pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

dalam matematika merupakan salah satu hal penting dan mendasar yang harus

dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika, maka siswa perlu diaktifkan

untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman matematika mereka.10

Konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab

akibat.suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan

10

The Cockcroft Report, 1982: chapter 17)

Page 28: Bab i Proposal q

28

menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya. Hal ini menyebabkan pemahaman

terhadap suatu konsep menuntut pemahaman konsep yang lebih tinggi.

Ciri-ciri siswa yang sudah menguasai konsep adalah:

a. Mengetahui ciri-ciri suatu konsep

b. Mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut

c. Mengenal sejumlah sifat-sifat esensinya

d. Dapat menggunakan hubungan antar konsep

e. Dapat mengenal hubungan antar konsep

f. Dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi

g. Dapat menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah matematika

h. Khusus dalam geometri, dapat mengenal wujud, dapat meragakan dan

mengenal persamaannya.11

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, penguasaan yang baik terhadap

konsep akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal matematika,

memaknai pengetahuan dalam matematika dan menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika

siswa dapat diketahui melalui peningkatan indikator pemahaman konsep siswa.

Tes dijadikan sebagai alat ukur penguasaan konsep matematika siswa.

5. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan

secara klasikal dengan strategi ekspositori dan pemberian tugas secara individu

yang menggunakan komunikasi satu arah. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran

konvensional lebih menitik beratkan pada keaktifan guru. Pembelajaran

11

Wirasto, Beberapa Faktor Penyebab kemerosotan Pendidikan Matematika di Negara

Kita,(Yokyakarta:Pusat Penelitian Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Sanarta Dharma, 1997)

makalah.

Page 29: Bab i Proposal q

29

konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang

biasa dilaksanakan dengan strategi ekspositori.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Erman Suherman:

“Pada strategi ekspositori dominasi guru banyak berkurang,

karena tidak terus menerus bicara, ia berbicara pada awal pelajaran,

menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan

saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga

membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti, guru dapat

memeriksa pekerjaan siswa secara individu atau kelompok”.12

Untuk kelas kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang dilakukan

oleh guru yaitu dengan strategi ekspositori, dimana guru menyampaikan materi

dan menyelesaikan contoh soal, dan siswa menerima apa yang disampaikan oleh

guru, setelah itu siswa diberikan soal latihan yang diselesaikan secara individu.

Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.

Menurut Nasution, pembelajaran konvensional memiliki ciri–ciri sebagai

berikut:

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan yang

dapat diukur

b. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara

keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individu

c. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis,

dan media lain menurut pertimbangan guru

d. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar

e. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru

f. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru mengajar

g. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ulangan atau ujian

h. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif

i. Pengajar umumnya sebagai penyebab dan penyalur informasi utama,

dan

12

Erman Suherman,...,h.171

Page 30: Bab i Proposal q

30

j. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan

yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan, itulah

nilai rapor yang diisikan.13

Dari uraian di atas terlihat bahwa pada pembelajaran konvensional siswa

lebih banyak bersifat pasif mendengarkan uraian dari guru yang diberikan dalam

bentuk ceramah, hal ini dapat menyebabkan belajar siswa menjadi belajar

menghafal sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih cepat terlupakan. Dalam

pembelajaran ini guru tidak dapat memperhatikan siswa secara individu karena

materi pelajaran diberikan kepada kelas secara keseluruhan, sehingga keaktifan

siswa belum terlihat dan guru juga belum bisa membedakan kemampuan belajar

setiap indivu, baik perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan

gaya belajar.

Pembelajaran konvensional biasanya diawali dengan penjelasan tentang

materi atau konsep matematika oleh guru, dilanjutkan dengan memberikan

contoh soal, contoh soal tersebut dibahas oleh guru dengan melibatkan siswa

dalam menyelesaikan, kemudian memberikan siswa soal-soal latihan, dan

diakhiri dengan pemberian tugas kepada siswa. Pembelajaran konvensional yang

dimaksudkan disini adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru di kelas yaitu

melalui strategi ekspositori.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran strategi ekspositori adalah

sebagai berikut:

1. Persiapan (preparation)

13

Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar. (Jakarta:Bumi Aksara,Cet.Ke-4, 2010)…,hal.209

Page 31: Bab i Proposal q

31

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan

adalah:

a. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.

b. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.

c. Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.

d. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.

2. Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pembelajaran

sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a. Penggunaan bahasa.

b. Intonasi suara.

c. Menjaga kontak mata dengan siswa.

3. Menghubungkan (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa

dapat menangkap keterkaitan dalam struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya.

4. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi

pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah

yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah

menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

Menyimpulkan bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan.

b. Memberi beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah

disajikan.

c. Dengan cara mapping melalui pemetaan keterkaiatan antarmateri pokok-

pokok materi.

5. Penerapan (Aplication)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setalah

mereka menyimak penjelasan guru. Teknik yang bisa dilakukan pada

penerapan ini diantaranya adalah:

a. Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.

b. Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

14

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran konvensional adalah:

14

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 185

Page 32: Bab i Proposal q

32

1. Kelebihan pembelajaran konvensional

a. Dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran, dengan

demikian dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai

bahan pelajaran yang disajikan.

b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila

materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu

waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar

melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus bias

melihat atau mengobservasi(melalui pelaksanaan demontrasi).

d. Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

2. Kelemahan pembelajaran konvensional

a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa

yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

b. strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik

perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta

perbedaan gaya belajar.

c. Karena strategi ini lebih banyak melalui ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,

hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.

d. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada

apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya

dir,semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti

kemampuan bertutur ( berkomunikasi), dan kemampuan mengelola

kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak

mungkin berhasil.

e. Oleh karena gaya berkomunikasi strategi pembelajaran lebih banyak

terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa

akan materi pelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu

komunikasi satu arah bias mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki

siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. 15

15

Wina Sanjaya,…, h. 190

Page 33: Bab i Proposal q

33

6. Aktifitas Siswa

Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari aktifitas, sebab belajar dan

mengajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Itulah

sebabnya aktifitas merupakan prinsip dasar dalam interaksi pembelajaran.

Aktifitas siswa dalam kelas dapat dilihat dari partisipasi siswa terhadap

pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam pembelajaran, aktifitas siswa

terlahir karena adanya motivasi dan dorongan. Oleh sebab itu, guru harus

berupaya untuk membimbing siswa agar dapat beraktifitas secara maksimal.

Aktifitas yang dimaksud adalah aktifitas yang berhubungan dengan pembelajaran

dikelas.

Aktifitas dapat berupa interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa,

dan siswa dengan lingkungannya. Berbagai macam aktifitas dapat dilakukan

siswa di dalam kelas. Paul B Diedrich dalam Sardiman membagi aktifitas belajar

siswa sebagai berikut:

a. Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

c. Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

e. Drawing activities, seperti: membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, membuat

konstruksi, mereparasi, berkebun, beternak.

g. Mental activities, misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

Page 34: Bab i Proposal q

34

h. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.16

Dalam pembelajaran di kelas, semua aktifitas ini saling mendukung satu sama

lain. Jika siswa aktif dalam belajar maka tujuan pembelajaran akan mudah

tercapai.

7. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

mengalami proses belajar. W.S Winkel (1995:53) mengatakan ”Belajar adalah

suatu aktivitas mental atau psikis yang langsung dalam interaksi dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat relatif konstan dan

berbekas.”

Dari kutipan di atas dikatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan.

Perubahan itulah yang disebut sebagai hasil belajar. Lebih jauh Winkel

mengatakan bahwa perubahan itu dapat berupa hasil yang baru, dan dapat pula

berupa penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh.

Hasil belajar terwujud dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini seperti yang

diungkapkan Arikunto (1999:7) yang menyatakan bahwa, “Tujuan penilaian

hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang sudah diberikan

16

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.101

Page 35: Bab i Proposal q

35

sudah dipahami oleh siswa dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau

belum”.

Perubahan yang didapat setelah pembelajaran ini berupa perubahan

pengetahuan, pengalaman, keterampilan, nilai dan sikap. Dengan kata lain ini

meliputi penguasaan terhadap ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor. Sudjana (1992:2) menyatakan bahwa “ Hasil belajar siswa pada

hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil proses kegiatan belajar

yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan seperti yang

tercakup dalam tujuan pembelajaran”. Wina Sanjaya (2005:27) mengatakan

bahwa ”Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi

suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar.”

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar yang diperoleh

siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran FIRE-UP. Hasil belajar dapat diungkapkan berupa angka atau

huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan sistem terhadap apa yang

dipelajari.

Sesuai yang dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran

(KTSP) maka hasil dari pembelajaran matematika di kelas adalah tercapainya

sejumlah tujuan dalam pembelajaran matematika itu. Baik tidaknya hasil belajar

yang akan diperoleh siswa sangat ditentukan oleh bagaimana siswa tersebut

Page 36: Bab i Proposal q

36

melakukan proses belajar. Dalam hasil ini dipengaruhi oleh bagaimana guru

menyajikan proses pembelajaran di kelas.

8. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Silvia

Nora (2009) dengan “Penerapan Strategi Pembelajaran FIRE-UP pada Mata

Pelajaran Matematika (Studi Eksperimen Kelas XI IPS MAN 2 Batusangkar)”.

Menemukan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan Strategi

Pembelajaran FIRE-UP. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar

siswa kelas eksperimen adalah 75,51 dan rata-rata tes hasil belajar matematika

kelas kontrol adalah 68,10. Sedangkan simpangan baku kelas eksperimen adalah

10,346 dan simpangan baku pada kelas kontrol adalah 11,995

Pada penelitian ini akan diterapkan Strategi Pembelajaran FIRE-UP

untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP 9

Payakumbuh.

9. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kegiatan berfikir yang menjadi dasar

pada penelitian yang penulis lakukan. Kurangnya kesiapan siswa untuk

mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajari menyebabkan siswa akan

terkendala dalam menyerap informasi baru. Hal ini juga disebabkan karena

siswa kurang memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada untuk memperoleh

informasi, seperti membaca buku, bertanya pada teman ataupun guru. Selain

Page 37: Bab i Proposal q

37

itu, kurangnya partisipasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar

mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tidak tercapai.

Sebagai seorang guru matematika haruslah mampu menciptakan iklim

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga

diperoleh hasil belajar yang diinginkan. Banyak strategi, metode atau model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satunya

dengan menggunakan Strategi Pembelajaran FIRE-UP. Strategi pembelajaran

FIRE-UP adalah strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

menggunakan dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam

pembelajaran, kelas ekperimen akan diterapkan strategi pembelajaran FIRE-UP.

Siswa terlebih dahulu sebelum proses belajar mengajar berlangsung akan diberi

tugas untuk membaca dan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan

dipelajari sebagai pengetahuan dasar siswa (Fondation). Kemudian di sekolah

guru akan menjelaskan pelajaran dan siswa dapat menangkap informasi yang

disampaikan guru tersebut (Intake information). Setelah itu siswa mengaitkan

(mengasimilasi) pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan apa yang telah

dijelaskan guru (Real Meaning). Dalam proses asimilasi untuk mengukur

kemampuan siswa, maka guru memberikan latihan.

Kemudian siswa mengadakan diskusi kelompok mengenai latihan yang

diberikan guru. Diskusi ini dilakukan untuk mengungkapkan pengetahuan siswa

(Express Your Knowledge). Dalam diskusi siswa akan saling berbagi

Page 38: Bab i Proposal q

38

pengetahuan dengan temannya tentang apa yang diketahui dan yang tidak

ketahui. Sehingga tidak ada lagi siswa yang malu bertanya pada teman ataupun

guru jika ada menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal. Kemudian salah

seorang dari anggota kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil

diskusinya. Dengan mengungkapkan pengetahuan, ini akan dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Di saat presentasi siswa tersebut

dapat pula memanfaatkan berbagai sumber yang ada (Use Available Resources),

misalnya dengan meminta siswa lain untuk memberi tanggapan terhadap yang

telah dipresentasikan atau dapat pula minta masukan lagi dari guru yang

mengajarkan materi tersebut.

Oleh karena itu dengan menerapkan strategi pembelajaran FIRE UP ini

diharapkan hasil belajar siswa meningkat, siswa tidak lagi pasif dalam proses

belajar mengajar serta bisa meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.

10. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan di atas maka hipotesis penelitian adalah:

1. Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP 9 Payakumbuh yang

menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP lebih baik dari pada hasil

belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Aktivitas belajar matematika siswa kelas VII SMP 9 Payakumbuh yang

menggunakan Strategi Pembelajaran FIRE-UP meningkat.

Page 39: Bab i Proposal q

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang dikemukakan maka jenis

penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen. Penelitian pra eksperimen adalah

penelitian yang mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang

kecil.17

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMP 9 Payakumbuh pada

tahun ajaran 2013/2014. Objek penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan FIRE UP, sedangkan kelas kontrol adalah

kelas dengan pembelajaran tanpa penerapan FIRE UP (pembelajaran yang biasa

digunakan dalam proses belajar mengajar sehari-hari di SMP 9 Payakumbuh).

B. Rancangan Penelitian.

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah “The Static Group

Comparison: Randomized Control-Group Only Design”, yaitu penelitian yang

dilakukan pada dua kelompok sampel, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Pada kelas eksperimen proses pembelajaran menerapkanFIRE UP, sedangkan

17

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2004), h.99

Page 40: Bab i Proposal q

40

dikelas kontrol dilakukan proses pembelajaran tanpa menggunakan FIRE UP

Rancangan penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 2: Bagan Desain Penelitian.

Kelas Perlakuan Tes

Eksperimen X T2

Kontrol - T2

Keterangan:

X : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran

dengan menerapkan FIRE UP

T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas control.18

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di kelas VII SMP

9 Payakumbuh yang terdiri dari tiga kelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3: Distribusi siswa di kelas VII SMP 9 Payakumbuh tahun ajaran

2013/2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII1 16

2 VIII2 17

3 VIII3 16

Sumber: Guru bidang studi matematika SMP 9 Payakumbuh.

2. Sampel

18

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,…,h.104

Page 41: Bab i Proposal q

41

Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

random sampling. Untuk menentukan kelas sampel, dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data nilai semester matematika siswa di kelas VII SMP

9 Payakumbuh tahun ajaran 2013/2014 dari setiap kelas populasi.

2) Melakukan uji normalitas.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau tidak, sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang dari

kebenaran.

Hipotesis yang diajukan:

H0 : data populasi berdistribusi normal

H1 : data populasi tidak berdistribusi normal

Adapun langkah-langkah untuk melihat populasi berdistribusi normal

atau tidak, maka digunakan uji lillifors sebagai berikut:

a. Data x1, x2, x3, … , xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil

sampai yang terbesar.

b. Data x1, x2, x3, … , xn dijadikan bilngan baku z1, z2, z3, … , zn

dengan menggunakan rumus :

c. Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang

F(zi) = P (z < zi).

d. Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama

zi yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus:

( )

Page 42: Bab i Proposal q

42

e. Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan

harga mutlaknya.

f. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu

diberi simbol L0, L0 = maks | ( ) ( )|. g. Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang diperoleh dari

daftar nilai kritis untuk uji Liliefors pada taraf α = 0,05. Kriterianya

adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel.19

3) Melakukan uji homogenitas variansi.

Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah

populasi mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas

dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:20

a. Membuat hipotesis, yaitu:

H0 : data populasi mempunyai variansi homogen

H1 : data populasi mempunyai variansi tidak homogen

b. Menghitung variansi masing-masing kelompok.

c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

∑( )

∑( ) .

d. Menghitung harga satuan Barlett (B) dengan rumus:

( )∑( )

e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

( )* ∑( ) +

f. Membandingkan dengan

dengan kriteria bila

< untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.

21

4) Melakukan uji kesamaan rata-rata.

Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata

populasi adalah:

19

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005) h. 466-477 20

Sudjana, Metode Statistik,…,h. 261 21

Sudjana, Metode Statistik,…,h. 263

Page 43: Bab i Proposal q

43

a. Membuat hipotesis

H0 : µ1 = µ 2 = µ3

H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama

b. Menentukan taraf nyata (α)

c. Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus f > f α

[ k – 1, N – K].

d. Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel

Tabel 4 : Data hasil belajar siswa kelas populasi.

Populasi

1 2 3 K

X11

X12

X1n

X21

X22

X2n

X31

X32

X3n

Xk1

Xk2

Xkn

Total T1 T2 T3 Tk T…

Nilai

Tengah X1 X2 X3 Xk X…

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :

-

Jumlah Kuadrat Total (JKT) : ∑ = ∑ =Xi, j2 ni

j=1ki=1 -

(T…)2

N

Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK):

Page 44: Bab i Proposal q

44

∑ Ti

2

N

-

T…2

N

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :

Tabel 5: Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas

Populasi.

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Derajat

Bebas

(dk)

Kuadrat Tengah Fhitung

Nilai

tengah

kolom

JKK k-1

Galat JKG N-K

Total JKT N-K

e. Keputusannya.

Ho diterima jika f < f α [ k – 1, N – K]

Ho ditolak jika f >f α [ k – 1, N – K]22

.

Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik ANAVA satu

arah dengan f < f α [ k – 1, N – K].

5) Pengambilan Sampel. Dilakukan dengan mengambil dua kelas secara

acak, satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

22

Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,1993), h. 383

Page 45: Bab i Proposal q

45

D. Variabel dan Data Penelitian

1. Variabel

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas: Perlakuan dengan pembelajaran yang menerapkan FIRE

UP

2) Variabel Terikat: Hasil belajar matematika siswa setelah perlakuan

diberikan.

2. Data

1) Jenis data

Jenis data pada penelitian ini, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber-sumbernya. Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil

belajar siswa yang diperoleh setelah diadakan penelitian.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui dokumen-dokumen atau data yang diarsipkan.23

Data sekunder

dalam penelitian ini adalah nilai ujian semester matematika siswa di

kelas VII SMP 9 Payakumbuh sebelum dilakukan penelitian.

2) Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

23

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian….., h.84-85

Page 46: Bab i Proposal q

46

a. Data primer bersumber dari kelas VII SMP 9 Payakumbuh yang

menjadi sampel pada penelitian ini.

b. Data sekunder bersumber dari Kantor Tata Usaha dan Guru Bidang

Studi Matematika kelas VII SMP 9 Payakumbuh.

E. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian ini meliputi:

a. Melaksanakan observasi ke sekolah untuk melihat proses pembelajaran

yang diterapkan didalam kelas.

b. Mengurus izin penelitian.

c. Menenentukan jadwal penelitian.

d. Merencanakan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran FIRE UP

e. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

f. Membuat kisi-kisi soal tes akhir

g. Menyusun soal tes akhir berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat

h. Validasi soal tes akhir.

i. Uji coba soal tes

2. Tahap Pelaksanaan

Page 47: Bab i Proposal q

47

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari dua kelas sampel.

Pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran matematika dengan penerapan

teori belajar Thorndike, dan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa tanpa

penerapan teori belajar Thorndike. Adapun langkah- langkah yang dilakukan

pada masing- masing kelas dapat dilihat pada tabel 6.

Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

a.

b.

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1. Guru mengambil absen.

2. Guru memberikan apersepsi

mengenai materi yang berkaitan

dengan materi yang akan

disampaikan.

3. Siswa diberikan motivasi bahwa

dengan menguasai materi ini

akan memudahkan mereka dalam

memecahkan permasalahan yang

dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Siswa mendengarkan

penjelasan guru

Kegiatan Inti (60 menit)

1. Guru menjelaskan materi

pelajaran dan melibatkan siswa

untuk aktif melakukan tanya

jawab.

Sewaktu guru menjelaskan

materi pelajaran, siswa

memperhatikan penjelasan

1. Guru mengambil absen.

2. Guru memberikan apersepsi

mengenai materi yang berkaitan

dengan materi yang akan

disampaikan.

3. Siswa diberikan motivasi bahwa

dengan menguasai materi ini akan

memudahkan mereka dalam

memecahkan permasalahan yang

dijumpai dalam kehidupan sehari-

hari.

4. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Siswa mendengarkan

penjelasan guru

1. Guru menjelaskan materi pelajaran

dan melibatkan siswa untuk aktif

melakukan tanya jawab dan

mengarahkan siswa untuk

memahami materi pelajaran

dengan memberi beberapa contoh

soal yang sesuai dengan materi

Page 48: Bab i Proposal q

48

guru dan menyerap informasi

yang diberikan oleh guru

dengan menggunakan indera

penglihatan, pendengaran dan

kinestetis (Intake Informati

on).

Siswa mencatat jika ada yang

perlu

2. Guru menginstruksikan kepada

siswa untuk duduk berkelompok

berdasarkan anggota kelompok

masing-masing. Kemudian siswa

berdiskusi dengan anggota

kelompoknya untuk memecahkan

masalah yang ada dalam latihan.

Siswa mengerjakan latihan

sekaligus siswa dapat

mengembangkan dan

mengaitkan informasi baru

yang telah diterimanya ke

dalam pengetahuan dasar

yang dimiliki. (Real

Meaning)

Dalam diskusi siswa akan

saling berbagi pengetahuan

dengan temannya tentang apa

yang diketahui dan yang tidak

ketahui. (Express Your

Knowledge)

3. Guru memerintahkan siswa

mempresentasikan hasil diskusi

tersebut ke depan kelas, dimana

salah seorang dari anggota

kelompok ditunjuk oleh guru.

Ketika siswa dari kelompok

lain presentasi di depan kelas,

mereka mungkin membutuh-

kan informasi untuk mengisi

kekosongan informasinya.

Sehingga, siswa dapat

memanfaatkan sumber-

pelajaran yang disampaikan.

Siswa memperhatikan penjelasan

guru.

2. Siswa diberi kesempatan untuk

bertanya mengenai materi yang

kurang atau tidak dimengerti dan

mencatat jika ada yang perlu.

3. Masing-masing siswa dibagikan

LKS dan menyuruh siswa untuk

mengerjakan latihan yang ada

dalam LKS tersebut.

4. Guru memerintahkan siswa untuk

mengumpulkan LKS nya masing-

masing.

5. Guru menunjuk siswa yang bisa

untuk mengerjakan latihan di

papan tulis, sementara siswa yang

lain memperhatikan penjelasan

teman yang tampil.

6. Guru memberikan penekanan bagi

konsep yang telah benar dan

meluruskan jawaban yang masih

kurang tepat.Siswa mengumpulkan

buku latihannya masing-masing.

7. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak

dapat dijawab dengan benar di

jelaskan oleh guru.

8. Guru memberikan kuis kepada

siswa untuk mengetahui

pengetahuan siswa tentang materi

pelajaran yang telah dipelajari.

Page 49: Bab i Proposal q

49

c.

sumber daya yang tersedia

yaitu teman, buku dan guru.

Siswa dari kelompok lain

bertanya atau memberikan

masukan terhadap siswa yang

telah mempresentasikan hasil

diskusinya. (Use Available

Resources).

4. Guru memberikan penekanan

bagi konsep yang telah benar dan

meluruskan jawaban yang masih

kurang tepat.

5. Guru memberikan kuis kepada

siswa untuk mengetahui

pengetahuan siswa tentang

materi pelajaran yang telah

dipelajari.

Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa

menyimpulkan isi pelajaran.

2. Guru mengingatkan lagi agar

para siswa memahami materi

berikutnya untuk pertemuan

selanjutnya dan mengerjakan

beberapa soal tentang materi

pelajaran selanjutnya

(Foundations).

1. Guru membimbing siswa

menyimpulkan isi pelajaran.

2. Guru memberikan pekerjaan rumah

3. Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Memberikan tes pada kedua kelas sampel yang digunakan sebagai data

penelitian.

2. Mengolah data kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol.

3. Menarik kesimpulan dari data hasil analisis yang digunakan.

Page 50: Bab i Proposal q

50

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data

primer berupa lembaran tes hasil belajar. Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.24

Tes hasil belajar yang dimaksud adalah tes yang diberikan setelah

seluruh kegiatan penelitian selesai dilaksanakan dengan materi yang diujikan

adalah materi yang diberikan selama penelitian.

Langkah-langkah untuk mendapatkan instrumen penelitian adalah:

1. Menyusun tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay. Langkah-langkah

menyusun tes essay adalah

1) Menentukan tujuan, yakni untuk mendapatkan hasil belajar

matematika siswa

2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan pelajaran yang akan diteskan

3) Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar matematika siswa.

4) Menyusun butir-butir soal berdasarkan kisi-kisi tes yang telah dibuat.

2. Validitas Tes

24

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Bina Aksara,

1983) h.105

Page 51: Bab i Proposal q

51

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur dengan tepat apa

yang hendah diukur. Dalam hal ini validitas yang diukur adalah validitas isi.

Tes yang dirancang divalidasi terlebih dahulu oleh validator yaitu guru

matematika kelas VII SMP 9 Payakymbuh dan salah seorang dosen

pendidikan matematika STAIN Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi.

3. Melakukan uji coba tes

Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes

diujicobakan pada sekolah atau kelas lain. Pengujian dimaksudkan agar tes

yang akan diberikan mempunyai kualitas yang baik.

4. Melaksanakan analisis item

Analisis item dilakukan untuk melihat baik tidaknya suatu soal. Menurut

Suharsimi Arikunto, analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan

identifikasi soal-soal yang baik, dan soal yang jelek. Suatu item soal

dikatakan baik jika item soal tersebut telah diberikan kepada siswa dan

hasilnya mampu menggambarkan perbedaan anak yang pandai dan yang

tidak pandai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis item soal,

yaitu:

1) Validitas tes

Validasi soal tes menggunakan rumus korelasi product moment:

( )( )

√*( ) ( ) +* ( )

Keterangan:

Page 52: Bab i Proposal q

52

rxy = Koefisisen korelasi antara variabel x dan variabel y, dua

variable yang dikorelasikan

x = Skor butir

y = Skor tabel

N = Banyaknya siswa25

Selanjutnya dihitung dengan rumus :

= √

Keterangan:

korelasi product moment

jumlah responden26

Setelah didapat kemudian dibandingkan dengan ,

distribusi untuk = dan derajat kebebasan (dk) = – 2. kaidah

keputusan adalah jika berarti soal valid dan jika

berarti soal tidak valid.

Kriteria interprestasi “r” product moment:

Antara 0.80 < r ≤ 1,00 : validitas sangat tinggi

Antara 0,60 < r ≤ 0,80 : validitas tinggi

Antara 0,40 < r ≤ 0,60 : validitas cukup

Antara 0,20 < r ≤ 0,04 : validitas rendah

Antara 0,00 < r ≤ 0,20 : validitas sangat rendah27

Dalam penelitian ini penulis mengambil soal yang memiliki

validitas sangat tinggi, tinggi dan cukup sedangkan soal yang memiliki

25

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2002) .h.72 26

Subana dan Moersetyo, Statistik Pendidikan,( Bandung: Ciptaka Setia , 2000) h.145 27

Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan …, h. 75

Page 53: Bab i Proposal q

53

validitas rendah akan di revisi dan soal yang memiliki validitas sangat

rendah dibuang.

2) Reliabilitas tes

Reabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana

suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

apabila dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat reabilitas tes

dipakai rumus

= (

)(

)

keterangan:

: reliabilitas yang dicari

: jumlah varians skor tiap- tiap item

: varians total

28

Rumus varians 29

:

(∑ )

Nilai yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria r product moment

pada tabel dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel.

Adapun kriteria reliabilitas tes adalah:

0,80< r11 ≤ 1,00 : Sangat tinggi

0,06< r11 ≤ 0,80 : Tinggi

0,40< r11 ≤ 0,60 : Sedang

0,20< r11 ≤ 0,40 : Rendah

0,00< r11 ≤ 0,20 : Sangat rendah

28

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan...,h. 109 29

Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,…,h. 110

Page 54: Bab i Proposal q

54

Dalam penelitian ini penulis mengambil soal yang memiliki

reliabilitas sangat tinggi, tinggi dan cukup sedangkan soal yan memiliki

reliabilitas rendah di revisi dan soal yang memiliki reliabilitas sangat

rendah dibuang.

3) Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran soal digunakan untuk melihat apakah soal

tersebut termasuk mudah, sedang atau sulit. Jika seluruh siswa dapat

menjawab butir-butir soal dengan benar (tidak terlalu sukar) maka butir-

butir soal tersebut belum bisa dikatakan sebagai soal/item yang baik.

Sebaliknya, jika butir-butir soal tersebut tidak dapat dijawab oleh siswa

dengan benar (terlalu sukar) maka juga belum dapat dikatakan butir soal

yang baik. Untuk menentukan indeks kesukaran soal bentuk uraian

digunakan rumus:

Dimana: = Indeks kesukaran soal

Dt = Jumlah skor dari kelompok tinggi

Dr = Jumlah skor dari kelompok rendah

m = skor setiap soal jika benar

n = 27% x N

N = banyaknya testee

Adapun kriteria kesukaran soal dinyatakan:

Ik < 27 % : sukar

27% ≤ Ik ≤ 73% : sedang

Ik > 73% : mudah30

30

Praktinyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal untuk Bidang Studi

Matematika, (Jakarta:P2 LPTK, 1985), h.14

Page 55: Bab i Proposal q

55

Dalam penelitian ini penulis mengambil soal yang memiliki kriteria

sedang.

4) Daya Pembeda

Daya beda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah, dan untuk menentukan daya beda soal dapat

dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai yang terendah.

b. Membagi testee dalam dua kelompok yaitu kelompok atas dan

kelompok bawah.

c. Hitung degress of freedom (df) dengan rumus :

df = (n t - 1) + (n r - 1)

n t = n r = 27 % x N = n

d. Menghitung indeks pembeda soal dengan rumus:

I p =

)1(

22

nn

XX

MM

rt

rt

Ket :

I p : indeks pembeda soal

M r : Rata-rata skor kelompok rendah

M t : Rata-rata skor kelompok tinggi

tX 2 : Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi

rX 2 : Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah

n : 27 % x N

N : Banyak peserta tes

Page 56: Bab i Proposal q

56

Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti

(signifikan) jika I p hitung I p tabel pada df yang telah

ditentukan.31

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Melakukan uji normalitas terhdap masing-masing kelompok data

dengan menggunakan uji Lilliefors. Dalam uji normalitas akan diuji

hipotesis yaitu:

H0 : data berdristribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Untuk pengujian hipotesis menurut Sudjana mengemukakan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Data x1, x2, x3, … , xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil

sampai yang terbesar.

2) Data x1, x2, x3, … , xn dijadikan bilngan baku z1, z2, z3, … , zn dengan

menggunakan rumus :

31

Praktiknyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal untuk Bidang Studi

Matematika,…, h. 11

Page 57: Bab i Proposal q

57

3) Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi)

= P (z < zi).

4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama zi

yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus:

( )

5) Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya.

6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi

simbol L0, L0 = maks | ( ) ( )|

7) Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang diperoleh dari daftar

nilai kritis untuk uji Liliefors pada taraf α = 0,05. Kriterianya adalah

terima H0 jika L0 ≤ Ltabel.32

2. Uji Homogenitas Variansi.

Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data

mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan

uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:33

1) Membuat hipotesis, yaitu:

H0 : data mempunyai variansi homogen

H1 : data mempunyai variansi tidak homogen

2) Menghitung variansi masing-masing kelompok.

32

Sudjana, Metode Statistik… , h. 466-477 33

Sudjana, Metode Statistik … , h. 261

Page 58: Bab i Proposal q

58

3) Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

∑( )

∑( )

4) Menghitung harga satuan Barlett (B) dengan rumus:

( )∑( )

5) Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

( )* ∑( ) +

6) Membandingkan dengan

dengan kriteria bila <

untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.

34

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif

matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : µ1= µ2 : Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menerapkan teori Thorndike

sama dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

biasa.

H1: µ1> µ2 : Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menerapkan teori Thorndike

34

Sudjana, Metode Statistik … , h. 263

Page 59: Bab i Proposal q

59

lebih baik daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa.

µ1 dan µ2 merupakan rata- rata populasi hasil belajar kelas sampel. Jika

setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data

berdistribusi normal dan variansi homogen, maka dilakukan uji t:

dengan √

( ) ( )

Keterangan :

: rata- rata kelas eksperimen

: rata- rata kelas kontrol

S : variansi kedua kelas sampel

2 : variansi kelas eksperimen

2 : variansi kelompok kontrol

: jumlah siswa kelas eksperimen

: jumlah siswa kelas kontrol35

Kriteria pengujian adalah tolak jika t hitung > t tabel, sebaliknya terima

jika t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = + – 2 pada α

= 0,05.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi variansi data tidak

homogen maka digunakan rumus berikut:

Kriteria pengujian data adalah terima jika

35

Sudjana, Metode Statistik..., h.249

Page 60: Bab i Proposal q

60

Dengan :

dan

(1-1/2a)( -1) dan = t(1-1/2a)( -1)

Jika data yang diperoleh tidak normal, maka digunakan uji U (Uji

Mann-Whitney). Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

( ) ∑

( ) ∑

Keterangan:

: jumlah kasus kelompok 1

: jumlah kasus kelompok 2 ∑ : jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 1 ∑ : jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 2

36

Catatan : hanya salah satu U saja yang dihitung, sebab U lainnya dapat

dihitung dengan cara sebagai berikut: = - .

Sedangkan U yang digunakan adalah yang memiliki harga

terkecil.

Adapun kriteria uji U adalah sebagai berikut:

H0 ditolak jika .

H0 diterima jika .37

36

Bambang Soepeno, Statistik Terapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 191 37

Moh.Nazir, Metode Penelitian ( Jakarta: Ghaliya Indonesia) h.473

Page 61: Bab i Proposal q

61

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, 2006, Al-Qur.an dan Terjemahnya, Bandung : cv.Penerbit

Diponegoro

John A.Van de Walle, 2008,Matematika Sekolah Dasar dan Menengah,Jakarta:

Erlangga

Supadilah, 11 Maret 2012 ,“Bikin Fun dengan Matematika”, Singgalang, (Padang),

Suherman,Erman, 2003,Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia

Wardhan ,Sri, 2008,Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika, Yogyakarta:

Depdiknas

Sardiman, 2006,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Sanjaya ,Wina, 2008,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Suryabrata,Sumadi, 2004,Metodologi Penelitian,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Sudjana, 2005,Metode Statistik, Bandung: PT. Tarsito

Ronal, E. Walpole, 1993Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Arikunto,Suharsimi , 1983,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta:

Bina Aksara

Arikunto ,Suharsimi, 2002Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara

Subana dkk, 2000,Statistik Pendidikan, Bandung: Ciptaka Setia

Prawironegoro ,Praktinyo, 1985,Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal untuk

Bidang Studi Matematika, Jakarta:P2 LPTK

Soepeno ,Bambang, 1997,Statistik Terapan, Jakarta: Rineka Cipta

Nazir, Moh, Metode Penelitian ,Jakarta: Ghaliya Indonesia