Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

26
A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, kondisi dan perkembangan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari strategi dan kebijakan pemerintah menciptakan aturan main dalam bidang ekonomi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat. Persaingan usaha sebagai instrument dalam mendorong perscepatan petumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu iklim persaingan antar pelaku usaha haruslah dijaga dan dipertahankan baik oleh sesama pelaku usaha maupun oleh pemerintah. Perusahaan-perusahaan nasional diharapkan mampu meningkatkan daya saing yang tidak hanya di lingkup nasional, tetapi juga di lingkup global sehubungan dengan iklim persaingan usaha yang semakin bebas. Untuk mendukung iklim persaingan usaha yang sehat, diperlukan adanya pengaturan tentang batas-batas yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam persaingan usaha tersebut dalam tatanan kehidupan perekonomian Indonesia. Salah satu bentuk pengaturan Pemerintah Indonesia terhadap persaingan usaha yang sehat adalah dengan memberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

description

Hukum

Transcript of Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

Page 1: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini, kondisi dan perkembangan ekonomi suatu

negara tidak terlepas dari strategi dan kebijakan pemerintah menciptakan

aturan main dalam bidang ekonomi masyarakat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan hidup rakyat. Persaingan usaha sebagai instrument dalam

mendorong perscepatan petumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor

yang mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu iklim

persaingan antar pelaku usaha haruslah dijaga dan dipertahankan baik oleh

sesama pelaku usaha maupun oleh pemerintah. Perusahaan-perusahaan

nasional diharapkan mampu meningkatkan daya saing yang tidak hanya di

lingkup nasional, tetapi juga di lingkup global sehubungan dengan iklim

persaingan usaha yang semakin bebas. Untuk mendukung iklim persaingan

usaha yang sehat, diperlukan adanya pengaturan tentang batas-batas yang

boleh dan tidak boleh dilakukan dalam persaingan usaha tersebut dalam

tatanan kehidupan perekonomian Indonesia.

Salah satu bentuk pengaturan Pemerintah Indonesia terhadap persaingan

usaha yang sehat adalah dengan memberlakukan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat (UU 5 Tahun 1999). Salah satu dasar pertimbangan bagi Pemerintah

untuk membentuk undang-undang ini adalah keinginan untuk memberlakukan

sistem demokrasi dalam bidang ekonomi sehingga menghasilkan mekanisme

pasar persaingan yang wajar.1

Regulasi pengadaan barang dan/ atau jasa di lingkungan pemerintah

telah beberapa kali mengalami penyempurnaan dengan tujuan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang berkualitas, sehingga memberikan

manfaat optimal bagi negara dalam pembangunan2. Prinisp dasar yang dianut

dalam proses pengadaan (tender) tersebut antara lain adalah keterbukaan 1Indonesia, (a), Undang-undang tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat, UU No. 5 Tahun 1999, LN No. 33 Tahun 1999, TLN No. 3817, konsideran huruf (b) menyatakan bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif dan efisien, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.

Page 2: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

2

(transparansi), non-diskriminatif, serta efektivitas dan efisiensi. Keterbukaan

diartikan bahwa proses pengadaan dilakukan dengan memberikan informasi

secara luas dan jelas kepada seluruh calon peserta yang berpotensi mengikuti

proses tender tanpa terkecuali. Calon peserta juga harus diperlakukan secara

adil dalam setiap tahapan, sehingga tidak terdapat perlakuan non-diskriminatif

diantara para peserta. Dengan adanya proses tender yang adil, transaparan dan

seimbang diharapkan akan diperoleh barang dan/ atau jasa yang tepat dan

terukur sesuai kebutuhan pembanungan negara.

Meskipun pemerintah berusaha meningkatkan sistem pengadaan yang

adil melalui metode e-procurement, namun masih banyak ditemukan

pengadaan barang dan/ atau jasa secara kolusif, baik bersifat vertical yang

melibatkan panitia maupun horizontal di kalangan para peserta tender. Hal ini

terlihat dari data laporan yang masuk ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) dimana berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

KPPU merupakan lembaga yang salah satu kewenangannya adalah menangani

perkara persekongkolan tender, selain perjanjian/ kegiatan anti persaingan

lainnya.3 Dalam perspektif KPPU, persekongkolan tender adalah bagian dari 4

(empat) jenis praktik hardcore cartel, yaitu persekongkolan tender, pembagian

wilayah, pengaturan suplai serta pengaturan harga.4 Jika mengacu pada kasus

yang ditangani KPPU selama periode 2006 – 2012,  dari 173 perkara yang

sudah diputuskan, 56 % atau 97 perkara di antaranya adalah perkara terkait

persekongkolan  tender pengadaan barang dan jasa sementara 76 perkara

lainnya terkait perkara penetapan harga dan pengaturan suplai serta

penyalahgunaan posisi dominan. Total nilai proyek dari 97 perkara tender ini

adalah sebesar Rp. 12,35 triliun yang merupakan gabungan dari proyek

swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

2Indonesia, (b), Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, PP No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, PP No. 70 Tahun 2012.

3Indonesia, (a), op.cit., Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

4Komisi Pengawas Persaingan Usaha, “8,6 Triliun, Nilai Persekongkolan Tender” http://www.kppu.go.id/id/blog/2013/01/86-triliun-nilai-persekongkolan-tender/, diunduh 3 Oktober 2014

Universitas Indonesia

Page 3: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

3

(APBD).  75 (tujuh puluh lima) dari 97 putusan  tender ini terbukti telah

terjadinya persekongkolan tender yang totalnya senilai Rp. 8,6 Triliun.5

Peningkatan laporan persekongkolan tender, baik melalui laporan

masyarakat maupun surat tembusan dari proses sanggah dan/ atau sanggah

banding menunjukan bahwa pembentukan peraturan baru di bidang pengadaan

barang dan/ atau jasa pemerintah belum membawa dampak signifikan pada

turunnya jumlah persekongkolan, sebagai salah satu wujud terbentuknya

sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di lain pihak, muncul

gagasan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan

sinergi dalam proses pengadaan barang dan/ atau jasa dengan cara melakukan

penunjukan antara BUMN yang terafiliasi, antara anak dan induk perusahaan.6

Ketentuan ini didasarkan pada Surat Edaran Menteri BUMN Nomor

SE-03/MBU.S/2009 yang diterbitkan Kementerian BUMN berkaitan dengan

upaya mendukung sinergi antara sesama BUMN dan/ atau dengan anak-anak

perusahaannya. Hal ini dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Negara

BUMN Nomor 05/MBU/2008 tanggal 3 September 2008 khususnya Pasal 2

ayat (4) dan Pasal 13 ayat (2) yang mengatur hal-hal sebagai berikut :

1) Pasal 2 ayat (4) : Pengguna Barang dan Jasa mengutamakan sinergi antara

BUMN dan/ atau Anak Perusahaan sepanjang barang dan jasa tersebut

merupakan hasil produksi BUMN dan/ atau Anak Perusahaan yang

bersangkutan, dan sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Pasal 13 ayat (2) : Direksi BUMN wajib menyusun ketentuan internal

(Standard Operating and Procedure) untuk penyelenggaraan Pengadaan

Barang dan Jasa, termasuk prosedur sanggahan dengan berpedoman pada

Peraturan Menteri Negara BUMN ini.

Adapun tujuan sinergi BUMN adalah melakukan proses pengadaan

secara cepat, fleksibel, kompetitif, efisien dan efektif tanpa kehilangan

momentum bisnis sehingga mengakibatkan kerugian perusahaan. Pada tahun

2012, Kementerian BUMN kembali mengeluarkan Peraturan Menteri BUMN

5Ibid.6Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Sinergi antar BUMN, Surat Edaran Menteri

BUMN Nomor : SE-03/MBU.S/2009.

Universitas Indonesia

Page 4: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

4

Nomor 15 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara

BUMN Nomor 05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

Pengadaan Barang dan Jasa BUMN (Permen Nomor 15 Tahun 2012). Latar

belakang penerbitan Permen Nomor 15 Tahun 2012 ini adalah sebagai bentuk

dukungan dilakukannya sinergi BUMN, anak perusahaan dan sinergi BUMN

dengan anak perusahaan.7

Untuk menunjang kegiatan usahanya, PT PLN (Persero) menggunakan

kebijakan tentang pengadaan barang dan jasa di lingkungannya sebagaimana

tertuang dalam Surat Keputusa Direksi PT PLN (Persero) Nomor

0620.K/DIR/2013 (SK Dir 0620 Tahun 2013). SK Dir 0620 Tahun 2013 ini

diterbitkan dengan dasar pertimbangan :8

a) bahwa pengadaan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) dapat dibiayai oleh dana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dan/atau pengadaan barang dan atau jasa yang

sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN)

maupun tanpa menggunakan dana APBN.

b) bahwa BUMN selaku badan usaha perlu meIakukan pengadaan barang dan

jasa secara cepat, fleksibel, efisien dan efektif agar tidak kehilangan

momentum bisnls yang dapat menimbulkan kerugian, sehingga diperlukan

pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dapat memenuhi

kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien,

efektif kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel.

c) bahwa pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN dengan

menggunakan dana seIain dana langsung dari APBN/APBD memerlukan

tata cara tersendiri yang diatur oleh Direksi berdasarkan pedoman umum

yang ditetapkan oleh Menteri yang mewakili Pemerintah sebagai

pemegang saham/pemilik modal Negara pada BUMN sebagaimana diatur 7Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Peraturan Menteri BUMN tentang

Perubahan Perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor 05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN, Peraturan Menteri BUMN Nomor 15 Tahun 2012, bagian menimbang.

8Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik NegaraTentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2008, bagian menimbang.

Universitas Indonesia

Page 5: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

5

dalam Pasal 99 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang

Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik

Negara.

SK Dir 0620 Tahun 2013 ini memuat berbagai ketentuan tentang

pengadaan barang dan jasa termasuk dalam hal penunjukan rekanan. Rekanan

dalam hal ini termasuk diantaranya anak perusahaan PT PLN (Persero).

Regulasi tentang pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN ini

menimbulkan polemik di kalangan dunia usaha, terutama berkaitan dengan

aspek prinsip persaingan seperti tindakan diskriminatif berupa barrier to entry

pelaku usaha non-BUMN di bidang usaha sejenis bagi pelaku usaha lainnya

dalam bentuk regulasi, serta in-efisiensi dalam hal tidak ditemukan barang

atau jasa dengan harga yang wajar. Salah satu proyek pengadaan jasa yang

dilakukan oleh PT PLN (Persero) adalah pengadaan tenaga kerja di seluruh

kantor PT PLN (Persero) di Indonesia. Untuk proyek ini, PT PLN (Persero)

melakukan penunjukan langsung salah satu anak perusahaannya. Penunjukan

langsung dengan menunjuk anak perusahaannya sendiri apabila tidak disertai

dengan analisa dan dasar hukum yang tepat dapat mengganggu iklim

persaingan usaha para pelaku usaha yang tidak dapat ambil bagian dalam

pengadaan barang jasa tersebut, dimana hal ini bertentangan dengan salah satu

tujuan UU No. 5 Tahun 1999 yakni “memberi kesempatan yang sama kepada

setiap warga negara atau pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usaha”

serta menciptakan iklim usaha yang sehat, kondusif dan kompetitif”.9

B. Pokok Permasalahan

Dengan adanya berbagai peraturan pemerintah yang mengatur tentang

pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah khususnya dalam hal ini

9Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana Prenada Media Group : Jakarta, 2008, hlm. 15

Universitas Indonesia

Page 6: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

6

diwakili oleh PT PLN (Persero), maka Penulis menemukan beberapa pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam proposal ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah dasar pengaturan tentang penunjukan langsung anak

perusahaan dan/ atau pihak terafiliasi PT PLN (Persero) dalam pengadaan

barang dan/ atau jasa?

2. Bagaimana lembaga pengawas persaingan usaha (KPPU) menangani

praktek Penunjukan Langsung dalam kegiatan pengadaan barang dan/ atau

jasa di PT PLN (Persero) berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran

mengenai praktek penunjukan langsung sebagai salah satu metode pengadaan

barang dan jasa di lingkungan Badan Usaha Milik Negara, dalam hal ini PT

PLN (Persero) dan kaitannya dengan prinsip persaingan usaha menurut

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Disamping itu, tujuan khusus yang

ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Memberikan penjelasan tentang dasar penunjukan langsung anak

perusahaan dan/ atau pihak terafiliasi PT PLN (Persero) dalam

pengadaan barang/ dan jasa.

2. Memberikan penjelasan tentang peranan lembaga pengawas persaingan

(KPPU) menangani praktek Penunjukan Langsung dalam kegiatan

pengadaan barang dan/atau jasa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan

kegunaan sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Page 7: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

7

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum dan pembaharuan ilmu hukum

nasional pada umumnya dan hukum perusahaan serta hukum anti \

monopoli dan persaingan usaha pada khususnya, terutama mengenai

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan PT PLN (Persero)

selaku Badan Usaha Milik Negara.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran baik bagi pemerintah, praktisi dan lembaga pengawas yang erat

sekali kaitannya dengan masalah pengadaan barang dan jasa di lingkungan

PT PLN (Persero) selaku Badan Usaha Milik Negara, sehingga praktek

pengadaan barang dan jasa dapat berjalan efektif dan efisien serta

memberikan daya guna dan hasil guna dalam praktek penyelenggaraan

fungsi penyediaan ketenagalistrikan.

E. Tinjauan Pustaka

Judul buku : Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha di

Indonesia

Pengarang : Hermansyah

Impresum : Jakarta : Prenada Media Group, 2008

Cetakan/ edisi : ke-2, 2009

Jumlah halaman : 254 halaman

Dalam buku berjudul Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di

Indonesia yang disusun oleh Hermansyah dan diterbitkan Kencana Prenada

Media Group di Jakarta pada tahun 2008, diruaikan pemahaman mengenai

berbagai persoalan hukum yang berkaitan dengan persaingan usaha di

Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Di antara kandungan intinya adalah pengantar hukum

Universitas Indonesia

Page 8: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

8

persaingan usaha; apa yang dilarang dalam hukum persaingan usaha di

Indonesia; peranan hukum dalam pembangunan ekonomi; penegakan hukum

persaingan usaha; tata cara penanganan perkara di KPPU ; perbandingan

hukum persaingan usaha di beberapa negara; dan pengembangan hukum

persaingan usaha di Indonesia. Buku ini menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dipahami.

Buku ini berukuran 15 cm x 23 cm, menggunakan jenis kertas Hvs dan

Cover Flexi. Dari segi bahasa, buku ini menggunakan bahasa Indonesia dan

cukup mudah dipahami. Dengan demikian, buku ini penting karena tidak

hanya menguraikan beberapa segi dalam kaidah persaingan usaha di

Indonesia, tetapi juga memberikan gambaran mengenai penegakan hukum

dalam praktek persaingan usaha di Indonesia.

Judul buku : Hukum Anti Monopoli

Pengara ng : Suyud Margono

Impresum : Jakarta : Sinar Grafika, 2009

Cetakan/ edisi : Cetakan ke-1

Jumlah halaman : 269 halaman

Dalam buku yang berjudul Hukum Anti Monopoli yang disusun oleh

Suyud Margono dan diterbitkan oleh Sinar Grafika di Jakarta pada tahun

2009, diuraikan pemahamanan mengenai persoalan hukum yang berkaitan

dengan anti monopoli, khususnya dalam kaitannya dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Anti Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. Kelebihan dari buku ini yaitu menguraikan secara detail

mengenai praktek-praktek hukum anti monopoli tidak hanya di Indonesia

tetapi juga membandingkan dengan beberapa negara lain. Selain itu juga

buku ini membahas tentang relevansi hukum anti monopoli (masalah

monopoli dan konglomerasi di Indonesia), hukum anti monopoli sebagai

kebutuhan dan public policy, jenis praktik bisnis curang dalam anti monopoli,

perjanjian yang dilarang dalam anti monopoli, kegiatan yang dilarang dalam

Universitas Indonesia

Page 9: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

9

anti monopoli, posisi dominan yang dilarang dalam anti monopoli, penegakan

hukum anti monopoli, serta dampak implementasi UU Anti Monopoli.

Buku Suyud Margono mengenalkan kepada penulis antara lain tentang

istilah trust, resale price maintenance, integrasi vertikal, dan tie-ins contract.

Mengikuti pola UU No. 5 Tahun 1999.

Di sisi lain, buku ini hanya menyajikan informasi pada satu subbab

mengenai mekanisme hukum acara larangan anti monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat, yang tak lebih dari lima belas halaman. Buku Suyud

tampaknya lebih ditujukan untuk memahami segi materiil hukum anti

monopoli.

F. Kerangka Teori

Rencana penelitian tesis ini akan menggunakan teori hukum untuk

menganalisis pokok permasalahan. Kerangka teori yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penulisan tesis ini adalah teori keadilan hukum.

Teori ini digunakan oleh Penulis untuk menjawab pertanyaan tentang akibat

yang ditimbulkan dengan adanya penunjukan langsung anak Perusahaan dan/

atau Pihak Terafiliasi PT PLN (Persero) dalam hal pengadaan barang dan jasa

menurut hukum persaingan usaha. Teori keadilan hukum yang digunakan

Penulis mengacu kepada teori yang dikembangkan oleh Jhon Rawls. John

Rawls banyak berbicara tentang keadilan di bidang sosial dan ekonomi.

John Rawls memandang keadilan sebagai fairness (justice is fairness)

dimana keadilan adalah kebajikan utama dalam institusi sosial.10 Dalam

mengembangkan konsep justice as fairness terdapat satu hal penting yang

harus diperhatikan yaitu menentukan prinsip keadilan yang digunakan

sebagai tolok ukur. Dalam teori justice as fariness, John Rawls

mengemukakan terdapat 2 (dua) prinsip keadilan, yaitu :11

“First : each person is to have an equal right to the most extensive

basic liberty compatible with a similar liberty for others. Second : social and

economic inequalities area to be arranged so that they both (a) reasonably

10John Rawls, A Theory of Justice, Belknap Press of Harvard University: Cambridge, 1971, hlm. 3.

11Ibid., hlm. 60.

Universitas Indonesia

Page 10: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

10

expected to be to everyone’s advantages, and (b) attached to positions and

offices open to all.”

Pernyataan John Rawls tersebut lebih lanjut dikaitkan dengan

mekanisme pasar, yang berbunyi :12

“A futher and more significant advantage of a market system is that,

given the requisite background institutions, it is consistent with equal

liberties and fair equality of opportunity. Individual households and firmsare

free to make their desicions independently, subject to general conditions of

the economy.”

Dari pernyataan di atas, Rawls menekankan pada kesamaan hak semua

orang atau pihak atas kebebasan termasuk dalam kaitannya dengan kebebasan

berusaha dalam ekonomi. Ketidakadilan seharusnya diatur sedemikan rupa

agar menguntungkan semua pihak, namun tetap memperhatikan situasi

ekonomi yang terjadi. Teori ini mengedepankan prinsip keseimbangan dan

kelayakan pada pembagian keuntungan dalam kehidupan sosial. Keadilan

sosial di sini melibatkan persoalan tentang efisiensi, koordinasi dan stabilitas.

Melihat pentingnya keadilan dalam kehidupan sosial tersebut, maka

perlu kiranya pemerintah Indonesia menempatkan kembali prinsip keadilan

dalam setiap dasar kebijakan pemerintah demi terwujudnya kesejahteraan

sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dalam konteks keadilan di

Indonesia, maka teori keadilan harus sesuai dengan kebenaran menurut

sistem pemikiran bangsa Indonesia. Begitu pun dengan keadilan hukum,

tentunya harus sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Sistem

pemikiran bangsa Indonesia dan keadilan hukum di Indonesia seharusnya

juga sejalan dengan ideologi bangsa dan landasan hukum negara Indonesia,

yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam hal ini keadilan yang dimaksud adalah apa yang tercantum

dalam sila kelima dari Pancasila, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”. Adapun hukum yang adil bagi bangsa Indonesia juga harus

mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945.

12Ibid. hml. 272-273.

Universitas Indonesia

Page 11: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

11

G. Kerangka Konseptual

Terdapat beberapa istilah yang merupakan kerangka konseptual dalam rencana penelitian tesis ini, yaitu :

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.13

2. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi.

3. Pengadaan barang dan/atau jasa adalah Pengadaan Barang dan/atau jasa

Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang dan/atau

jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan/atau jasa oleh

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya

yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan/atau

jasa.14

4. Pengguna barang dan/atau jasa adalah orang perseorangan atau badan

selaku pemilik pekerjaan/ proyek yang memerlukan barang dan/atau jasa

(termasuk pemborongan pekerjaan).15

5. Penyedia barang dan/atau jasa adalah orang perseorangan atau badan

yang kegiatan usahanya menyediakan barang dan/atau jasa (termasuk

pemborongan pekerjaan).16

6. Persaingan usaha adalah persaingan antara pelaku usaha dalam

menjalanklan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa

13Indonesia, Pasal 1 angka (1) Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No. 19 Tahun 2003, LN No 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.

14Indonesia, (b), op.cit., Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010.15Indonesia, Pasal 1 angka (4) Undang-undang tentang Jasa Konstruksi, UU No. 18 Tahun

1999; LN No. 54 Tahun 1999, TLN No. 3833.16Ibid, psl.1 angka (5).

Universitas Indonesia

Page 12: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

12

yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha.17

7. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa

yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha.18

8. Perjanjian adalah satu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk

mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha dengan nama

apapaun, baik tertulis maupun tidak tertulis.19

9. Praktek Monopoli adalah Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau

pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.20

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam tahap-tahap penelitian tesis ini meliputi :

tipologi penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data dan metode

analisis data, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Tipologi Penelitian

Tipologi penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini

yaitu penelitian hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto,

Penelitian hukum normatif adalah Penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder.

Penelitian hukum normatif yang digunakan mencakup :

a. Inventarisasi hukum yaitu mengumpulkan ketentuan-ketentuan

hukum persaingan usaha dan pengadaan barang dan/ atau jasa,

seperti : Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

17Indonesia, (a), op.cit, Pasal 1 angka (6) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

18Ibid.19Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Kasus Analisa Kasus, Kencana : Jakarta, 2004,

hlm.1.20Indonesia, (a), op.cit, Pasal 1 angka (2) UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Universitas Indonesia

Page 13: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

13

Presiden, Peraturan Menteri dan Keputusan Direksi PT PLN

(Persero), serta peraturan nasional lainnya yang berhubungan

dengan pokok permasalahan untuk dilakukan analisis.

b. Penelitian hukum terhadap asas-asas hukum dan taraf sinkronisasi

vertikal. Taraf sinkronisasi vertikal yaitu penelitian terhadap

ketentuan hukum antara yang lebih tinggi dalam hal ini UU No. 5

Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Larangan Persaingan

Usaha Tidak Sehat dengan ketentuan hukum yang lebih rendah

yang mengatur di bidang pengadaan barang dan/ atau jasa yang

tidak saling bertentangan .

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam melakukan

penelitian ini menggunakan tipe eksplanatori yaitu suatu jenis

penelitian yang digunakan untuk memberikan penjelasan dan untuk

menguji suatu hipotesa yang menyatakan bahwa pengadaan barang

dan/ atau jasa dengan metode penunjukan langsung terhadap anak

perusahaan dan/ atau pihak terafiliasi PT PLN (Persero) merupakan

langkah strategis untuk mensinergikan Badan Usaha Milik Negara.

Melalui penelitian eksplanatori ini dapat diketahui bagaimana

korelasi antara sifat, bentuk, maupun kekuatan hubungan peraturan

perundang-undangan yang satu dengan yang lainnya.

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,

yaitu metode yang menggunakan data sekunder sebagai sumber utama

yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.21 Data yang digunakan

dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian kepustakaan (library

research), sebagai suatu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan

berbagai literatur berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku,

karya ilmiah, makalah, artikel, bahan kuliah, media masa dan sumber

lainnya.

21Rony Hanityo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia : Jakarta, 1990, hlm. 9.

Universitas Indonesia

Page 14: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

14

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan

menggunakan bahan hukum yang berkaitan dengan masalah penunjukan

langsung dan persaingan usaha tidak sehat. Data yang diperoleh dari bahan

hukum yaitu :

a) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.22

Tujuan penggunaan bahan hukum primer ini adalah untuk memberikan

penjelasan mengenai dasar hukum pengaturan yang terkait dengan

pokok permasalahan yang menjadi objek penelitian. Dalam tulisan ini

bahan hukum primer yang digunakan adalah :

1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2. Undang Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara.

3. Undnag Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

4. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,

Pengurusan. Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik

Negara.

5. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang

dan/atau jasa Pemerintah.

6. Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan/atau jasa Pemerintah.

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tahun 2003

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan/atau Jasa

Pemerintah.

8. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-

05/MBU/2008 Tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang dan

Jasa Badan Usaha Milik Negara.

22Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan III, Rajawali : Jakarta, 1990, hlm 13-14.

Universitas Indonesia

Page 15: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

15

9. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.

Per-15/MBU/2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2008

Tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang dan Jasa Badan

Usaha Milik Negara.

10. Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun

2011 Tentang Pedoman Pasal 19 Huruf (d).

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, doktrin, yurisprudensi, dan

asas-asas hukum. Bahan-bahan hukum sekunder yang digunakan

terdiri dari :

1) Buku literatur

2) Hasil-hasil penelitian

3) Hasil karya dari kalangan hukum

4) Majalah, koran, media cetak dan elektronik

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, terdiri dari:

1) Kamus Umum Bahasa Indonesia

2) Kamus Hukum

4. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode

kualitatif yaitu dengan menguraikan dan menafsirkan data-data

berdasarkan kaidah-kaidah silogisme hukum, interpretasi dan konstruksi

hukum yang berlaku yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

I. Sistematika Penelitian

Universitas Indonesia

Page 16: Proposal Tesis Hillmy Mph Bab I

16

Penulisan tesis ini terdiri dari lima (5) Bab yang dalam setiap Bab terdiri

dari sub-bab. Adapun rincian dari isi pada setiap bab adalah sebagai berikut :

Bab I adalah Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, pokok

permasalahan, tujuan penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Kerangka

Konseptual, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.

Bab II tentang kajian teori tentang tinjauan umum pengadaan barang

dan/ atau jasa yang berisi tentang pengadaan barang dan jasa secara umum,

pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah, peraturan tentang

pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN, pengaturan pengadaan

barang dan jasa dalam perpektif hukum persaingan usaha, pendekatan hukum

persekongkolan tender dalam hukum persaingan.

Bab III tentang kajian penunjukan langsung anak perusahaan PT PLN

(Persero) dalam pengadaan barang dan/atau jasa yang berisi tentang PT PLN

(Persero) sebagai pelaku usaha di sektor ketenagalistrikan, peraturan

pengadaan barang dan/atau jasa di PT PLN (Persero).

Bab IV merupakan bab yang membahas Peran KPPU sebagai lembaga

pengawas persaingan dalam penanganan praktek penunjukan langsung dalam

pengadaan barang dan/atau jasa, tugas, wewenang dan fungsi KPPU,

penegakan hukum persaingan usaha oleh KPPU di indonesia, wewenang

Pengadilan Negeri terkait putusan KPPU, pedoman-pedoman KPPU dalam

penunjukan langsung, putusan KPPU sehubungan dengan diskriminasi pelaku

usaha.

Bab V ini berisikan kesimpulan dari pokok permasalahan dan disertakan

pula saran-saran sebagai rekomendasi berdasarkan temuan-temuan yang

diperoleh dalam Penelitian.

Universitas Indonesia