Proposal Tesis BAB.ii

download Proposal Tesis BAB.ii

of 24

Transcript of Proposal Tesis BAB.ii

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Status Sosial. Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah. a. Pengertian Status Sosial Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah, Guru dsbnya.

Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. Apa itu sistem sosial ? Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat. b. Cara Memperoleh Status. Bagaimana cara individu memperoleh statusnya? Cara-cara

memperoleh status atau kedudukan adalah sbb : a. Ascribed Status adalah keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah diperoleh sejak lahir. Contoh : Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb. b. Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja. Contoh : kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb. c. Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah

melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan masyarakat. Contoh : gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan

penganugerahan Kalpataru dsb. c. Akibat yang Ditimbulkan Status Sosial Kadangkala seseorang/individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang disandangnya secara bersamaan. Apabila statusstatus yang dimilikinya tersebut berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status. Macam-macam Konflik Status: a. Konflik Status bersifat Individual : Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh : - Seorang wanita harus memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga. - Seorang anak harus memilih meneruskan kuliah atau bekerja. b. Konflik Status Antar Individu: Konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. Contoh : - perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga

- Tono beramtem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka. c. Konflik Status Antar Kelompok: Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Contoh : - Peraturan yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan peraturan departemen yang lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap jalan-jalan raya, kadang terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan LIstrik Negara) yang melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat jaringan baru tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak jaringan telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena membocorkan pipa air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam

melaksanakan statusnya masing-masing.

2. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi berasal dari dua istilah, yaitu (1) status sosial dan (2) status ekonomi. Pengertian status (Soekanto, 1989: 103) adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-

orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain dalam kelompok yang lebih besar lagi. Roucek dan Warren (1984: 80) menyatakan bahwa status sosial mengacu pada kedudukan khusus seseorang dalam masyarakatnya berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan yang disertai dengan martabatnya yang diperoleh dari hak serta tugas yang dimilikinya. Selanjutnya Keeves (1976) berpendapat bahwa status sosial ekonomi merupakan dimensi struktural dari latar belakang orang tua yang di dalamnya tercakup unsur-unsur pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, jabatan orang tua, penghasilan dan pemilikan barang-barang keluarga. Pendapat Hopkins (1981) yang merumuskan bahwa status sosial ekonomi merupakan kombinasi tingkat pendidikan, level pekerjaan, jenis tempat tinggal, lokasi tempat tinggal, dan jumlah pendapatan. Hestiningrum (1993: 48) berpendapat bahwa status sosial ekonomi merupakan salah satu komponen latar belakang keluarga yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar ditinjau dari raw input. Utuh, dkk. (1989: 14) memerincikan unsur-unsur status sosial ekonomi menjadi sepuluh macam, yaitu: (1) tempat tinggal/perumahan, (2) kondisi tempat tinggal, (3) fasilitas tempat belajar, (4) alat penerangan selama belajar, (5) media/sarana informasi yang dimiliki, (6) sarana transportasi yang digunakan, (7) rata-rata pengeluaran biaya hidup sehari-hari selama sebulan, (8) rata-rata pengeluaran untuk keperluan sekolah, (9) rata-rata

pengeluaran untuk hibungan selama sebulan, serta (10) rata-rata pengeluaran biaya untuk makanan ringan selama sebulan.

3.

Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2003 : 895) merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan. Prestasi belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1990 : 21). Menurut Anas Sudjiono (1986 : 30) prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan dari hasil aktivitas belajar yang telah dilakukan, meskipun anggapan ini masih perlu dipertanyakan karena aktivitas belajar tidak dapat dinilai dalam ranah kognitif, namun pada kenyataannya nilai (angka) yang diraih sebagai simbol untuk mengukur sudah menjadi Berdasarkan

kesepakatan bersama dalam dunia pendidikan yang ada.

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan peserta didik di dalam melakukan kegiatan belajar.

4.

Prestasi Belajar IPS Indikator pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan ketiga ranah menurut Bloom, dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan, baik secara individu maupun klasikal, sesuai dengan ranah kognitif, dan (2) perilaku

siswa setelah proses pembelajaran, baik secara individual maupun klasikal, sesuai dengan ranah afektif dan psikomotor. Penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian di sekolah/madrasah terdiri dari ulangan dan ujian. Ulangan dibesakan menjadi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, serta ulangan kenaikan kelas. Sementara itu, tugas-tugas yang biasa diberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran, digolongkan ke dalam ulangan harian. Selain itu, ujian dibedakan mnejadi ujian sekolah/madrasah dan ujian nasional. Hasil belajar IPS yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil belajar mata pelajaran IPS dalam nilai rapor yang diketahui pada akhir semester. Nilai rapor merupakan nilai yang telah diformulasikan dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semerter atau ulangan kenaikan kelas. Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu. Sedangkan menurut Tuu (2004 : 75) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 130-131) yaitu : a. Faktor internal adalah yaitu : faktor Jasmaniah (keadaan fisik), faktor Psikologis (rohaniah atau kondisi mental) dan faktor kematangan fisisk dan psikis. b. Faktor eksternal meliputi : faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok), faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian) dan faktor lingkungan fisik (rumah, fasilitas belajar, iklim). Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu : 1. Faktor-faktor stimulus belajar stimulus belajar yaitu segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar yang mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari siswa. 2. Faktor-faktor metode belajar menyangkut kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi insentif. 3. Faktor-faktor individu seeperti kematangan, usia kronologi, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas

mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, motivasi (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004 : 138-146).

5.

Pembelajaran. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar, proses pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur menusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya (Sudarmami : 1995). Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik, peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar , sedangkan pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya menusi yang potensial dibidang pembangunan. Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seseorang seseorang guru mampu mengubah diri siswa dalam arti yang luas menumbuh kembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia mengikuti proses

pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa.

Menurut

Surya

(2004)

ada

dua

prinsip

yang

melandasi

pembelajaran, yaitu : 1. Pembelajar sebagai usaha memperoleh tingkah laku, prinsif ini mengandung makna bahwa ciri utama pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu artinya, seseorang yang telah menngalami pembelajaran akan berubah perilakunya. 2. Hasil Pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara

keseluruhan maksudnya prubahan perilaku meliputi berbagai macam aspek, baik itu kognitif, afektif dan psikotorik. 3. Pembelajarn merupakan suatu proses, artinya pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan sehingga dalam aktivitas itu ada tahapan-tahapan proses yang sistematis dan terarah. 4. Proses Pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai, maksudnya pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan. 5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman, pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan perubahan merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengakaman dari situasi nyata. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalamandan dengan pengalaman itu terjadi perubahan tingkah

laku.

Perubahan

perilaku

yang

dimaksud

meliputi

pengetahuan,

keterampilan, dan norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa ( J. Drost : 1999).

6.

Pengertian Belajar Belajar merupakan kewajiban yang harus dijalani setiap individu karena belajar merupakan sarana untuk mengetahui sesuatu yang ada dalam kehidupan ini. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi pada diri seseorang, sehingga mengebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Proses belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan hanya mungkin bisa disaksikan lewat gejala-gejala perubahan perilaku yang nampak. Pengertian belajar telah banyak diutarakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah, menurut Winkel (dalam Darsono, 2004 :4) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman keterampilan dan nilai sikap. Sementara Hendry E Garett dalam General Psichology menyatakan : Learning is the process which, as a result of traning and experience, leads to new or chaned responce. Menurut Garett bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu

lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu (Rasyad, 2003 : 29). Menurut Sanjaya (2009 : 57), belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Menurut Skimer (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 9) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun, dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon yang belajar. b. Respon orang yang belajar, dan c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. James Mursell dalam bukunya Succes full Teaching yang dikutip Rasyad (2003 : 29), berpendapat : learning is experience, exploration and discovery. Belajar adalah upaya dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan memperoleh sendiri. Morgan dalam bukunya introduction to psychology (1978) sebagaimana dikutip Purwanto (2007 : 1) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Lester D Crow dan Alice Crow mendefinisikan : learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap sikap upaya yang dilakukan seseorang yang belajar untuk memperoleh berbagai kebiasaan, ilmu dan sikap diatas dilakukan dengan cara-cara tertentu, sehingga hambatan yang ditemukan dalam proses belajar dapat diatasi, sehingga akan menimbulkan suatu perubahan dalam dirinya dalam mereaksi terhadap situasi belajar yang dialaminya.

7.

Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial diajarkan sejak pendidikan dasar di kelas rendah. Hal ini karena pembelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan bagian dari pembelajaran yang memberikan

koningtribusi positif terhadap berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Solihatun dan Raharjo (2007: 14) mengemukakan bahwa IPS membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat anak

didik tumbuh dan berkembangan sebagai bagian di masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendapat lain tentang IPS dikemukakan oleh Depdikbud (2004: 151) yaitu sebagai suatu pengajaran yang mempelajari

kehidupan sosial yang di dasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, sejarah.

8.

Pembelajaran IPS Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang

mempelajari............... Tabel :SMT 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami kondisi perkembangan negara di dunia

, Standar isi IPSKOMPETENSI DASAR 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju. 1.2 Mendeskripsikan Perang Dunia II (termasuk pendudukan Jepang) serta pengaruhnya terhadap keadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.

2.

Memahami usaha mempertahankan kemerdekaan

2.1 Mengidentifikasi usaha perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 2.2 Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan.

3.

Memahami perubahan sosial budaya

3.1 Mendeskripsikan perubahan sosialbudaya pada masyarakat. 3.2 Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan.

4.

Memahami lembaga keuangan dan perdagangan internasional

4.1 Mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan. 4.2 Mendeskripsikan perdagangan internasional dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

2

5.

Memahami hubungan manusia dengan bumi

5.1 Menginterpretasi peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi.

5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsurunsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara. 5.3 Mendeskripsikan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera.

6.

Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia

6.1 Mendeskripsikan perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian Barat.

6.2 Mendeskripsikan peristiwa tragedi nasional Peristiwa Madiun/PKI, DI/TII, G 30 S PKI dan konflik-konflik internal lainnya. 7. Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional 7.1 Menjelaskan berakhirnya masa Orde Baru dan lahirnya Reformasi.

7.2 Menguraikan perkembangan lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional. 7.3 Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global. 7.4 Mendeskripsikan kerjasama antar negara di bidang ekonomi.

7.5 Mengidentifikasi dampak kerja sama antarnegara terhadap perekonomian Indonesia. Sumber : PP Mendiknas No. 22 Th 2006

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar pada SMP/MTs kelas IX semester pertama dan kedua sesuai dengan tabel : ..........., standar isi program program ilmu pengetahuan sosial, materi pembelajaran sesuai dengan urutan silabus.

9.

Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan dibentuk dari kata wirausaha dengan imbuhan kean. Pengertian wirausaha sebagaimana yang dikemukakan Ch.Lilies Sutarminingsih (2004:12) yaitu suatu sifat luhur yang mendorong seseorang untuk berdikari atau berdiri diatas kekuatan sendiri yang patut untuk diteladani. Imbuhan ke-an (Keraf, 1982: 115) mempunyai fungsi utama membentuk kata benda, yang berarti menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan kata dasar. Pengertian lain wirausaha dan kewirausahaan dikemukakan dalam buku Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan (Kemdiknas, 2010: 15) yang menyatakan bahwa kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. wirausaha merupakan sikap mental teladan dalam mengambil prakarsa dan resiko bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat bersama. Jeffrey A. Timmons dalam Lambing dan Kuehl (2000: 14) menyatakan pengertian kewirausahaan dengan kata entreprenuership sebagai berikut : Entreprenuership is a human, creative act that builds something of value from practically nothing. It is the pursuit of opportunity regardless of the resources, or lack of resources at hand. It requires a

vision and the passion and commitment to lead others in the pursuit of that vision. It also requires a willingness to take calculated risks. Pendapat Timmons di atas dapat disimpulkan bahwa

kewirausahaan merupakan sifat manusiawi untuk bertindak kreatif meningkatkan nilai sesuatu dengan memanfaatkan kesempatan dan sumber daya yang dilandasi visi, semangat, dan komitmen dalam memimpin serta memperhitungkan resiko. Menurut Lambing dan Kuehl (2000: 15) yaitu: (1) the individual or self, (2) the etnocultural environment, (3) the circumstances in society, dan (4) a combination of these. Menurut Usman (1998: 3) wirausaha berarti inovator dan kreator yang berani mengambil resiko dengan memperhatikan peluang-peluang yang ada. Inovator dijelaskan oleh Samuelson (1980: 581) yaitu The innovator is different. Though perhaps not always successful, this person is trying to carry out new activities. Here is a person with vision, originality, and daring. Ciri kewirausahaan lain sebagaimana

dikemukakan oleh Usman, yang disebutkan dalam Dua Puluh Satu Karakteristik Kewirausahaan, yaitu: (1) terampil teknik, (2) terampil sosial, (3) terampil konseptual, (4) manajerial, (5) motif pencapaian tujuan yang kuat, (6) visi jauh ke depan,(7) inovator, (8) kreator, (9) adaptor, (10) pekerja keras, (11) sistematis, (12) bertanggung jawab, (13) disiplin tinggi,(14) percaya diri yang kuat, (15) pelayanan yang memuaskan segala pihak, (16) berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan, (17) belajar dari kesalahan, (18) kemampuan berunding dengan prinsip saling

menguntungkan, (19) sangat peka terhadap peluang, (20) latar belakang keluarga, (21) latar belakang pribadi.

3. 1. Sikap dan Perilaku a. Sikap Pengertian sikap (attitude) telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Gerungan (1991:149) menjelaskan pengertian sikap sebagai berikut: Pengertian attitude ini dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tententu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Pengertian sikap yang lain, sebagaimana dikemukakan Shaw dan Wright (1967:10) sebagai berikut: We have defined attitude as a relatively enduring system of affective, evaluative reactions based upon and reflecting the evaluative conceps or beliefs which have been learned about the characteristics of sosial object or class of sosial object. Dari batasan di atas, dapat dikemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu: (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor, yang memberikan dasar kepada individu tersebut untuk berperilaku dengan cara yang dipilihnya. Hal di atas sejalan dengan dimensi sikap sebagaimana dikemukakan Shaw dan Wright (1967: 6-9). Pendapat tersebut dirangkum dalam enam dimensi sikap, yaitu: (1) sikap merupakan

penilaian karakteristik obyek sikap dan mendorong memotivasi perilaku, (2) sikap merupakan penafsiran obyek sikap pada berbagai kualitas dan intensitas secara kontinu dari positif-netralnegatif, (3) sikap lebih banyak merupakan hasil belajar daripada pembawaan atau akibat pertumbuhan dan pendewasaan, (4) sikap merupakan hubungan sosial khusus, atau kelompok khusus daripadanya, (5) sikap mempunyai berbagai ukuran hubungan antar komponen sikap, dan (6) sikap relatif stabil dan kekal. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap (Walgito, 1994: 115) yaitu: (1) faktor internal, yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, (2) faktor eksternal, yang meliputi pengalaman, situasi, norma-norma, hambatan, dan pendorong. Faktor-faktor tersebut juga dapat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang.

b. Perilaku Pengertian perilaku (behavior) menurut Walgito (1994: 15) adalah kegiatan individu sebagai akibat dari stimulus yang diterima baik stimulus internal maupun eksternal. Kemudian

Skinner (Bower dan Hilgard, 1981: 170) membedakan perilaku menjadi dua macam, yaitu respondent behavior dan operant behavior. Respondent behavior merupakan tingkah laku bawaan individu yang berupa refleks-refleks dan insting sedangkan

operant behavior merupakan tingkah laku individu yang dibentuk, dipelajari, dan dapat dikendalikan melalui proses belajar. Tingkah laku manusia sebagian besar merupakan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Soemanto (1987: 117)

menyatakan bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang. (Walgito, 1994: 18-19) yaitu: (1) pembentukan perilaku melalui pembiasaan (conditioning), (2) pembentukan perilaku melalui pengertian (insight), serta (3) pembentukan perilaku melalui model (modelling).

c. Hubungan Sikap dan Perilaku Hubungan sikap dan perilaku (Zamroni, 1992: 153-154) yaitu sikap dipandang sebagai faktor yang ikut menentukan perilaku. Dengan mengetahui sikap individu maka akan dapat diramalkan perilaku tertentu individu tersebut. Pendapat lain tentang hubungan sikap dan perilaku sebagaimana dikemukakan Walgito (1994: 15) yaitu perilaku yang diteliti mempunyai pengertian yang luas yaitu perilaku yang menampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak menampak (innert behavior). Untuk selanjutnya perilaku yang nampak dalam kewirausahaaan disebut perilaku kewirausahaan, sedangkan perilaku yang tidak nampak disebut sikap kewirausahaan.

B. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual sebagai

landasanmenentukan hipotesis yang secara terinci adalah sebagai berikut : 1. Status Sosial Ekonomi Siswa terhadap Perilaku Kewirausahaan Siswa. Sebagaimana dikemukakan bahwa siswa yang mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi, menyebabkan siswa hidup berkecukupan dan memperoleh rasa aman yang lebih baik. Siswa tidak merasa kesulitan memperoleh sesuatu yang diinginkan, sehingga siswa lebih bersikap percaya diri, bersikap inisiatif dan kreatif, bersikap lebih bertanggung jawab, lebih berani mengambil dan menghadapi resiko dalam persaingan, bersikap terbuka terhadap pengalaman orang lain, lebih dapat menghadapi masalah serta mempunyai visi ke depan yang lebih baik. Berdasarkan hubungan-hubungan di atas, dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi siswa yang tinggi diduga akan membangun secara lebih tinggi perilaku kewirausahaan siswa. Demikian juga sebaliknya, status sosial ekonomi siswa yang rendah diduga membangun secara lebih rendah perilaku kewirausahaan siswa.

2.

Pengaruh Prestasi Belajar IPS terhadap Perilaku Kewirausahaan Siswa

Prestasi belajar mempunyai ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah psikomotor dalam mata pelajaran IPS siswa dapat terbentuk setelah siswa memperoleh pengetahuan IPS maupun ranah sikap yang

berhubungan dengan pengetahuan IPS tersebut. Materi kewirausahaan dapat digali dari materi pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemahaman siswa tentang perilaku kewirausahaan dapat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam memperoleh prestasi belajar IPS, terutama pada ranah psikomotornya. Dengan demikian, antara

prestasi belajar IPS dengan perilaku siswa di bidang kewirausahaan mempunyai hubungan yaitu prestasi belajar IPS yang tinggi dapat mendorong perilaku kewirausahaan yang tinggi pada diri siswa. Sebaliknya, prestasi belajar IPS siswa yang rendah dapat mendorong perilaku kewirausahaan menjadi rendah pada diri siswa.

3.

Pengaruh

Sikap

Kewirausahaan

Siswa

terhadap

Perilaku

Kewirausahaan Siswa Sebagaimana dikemukakan dalam kajian pustaka, sikap dipandang sebagai faktor yang ikut menentukan perilaku. Dengan mengetahui sikap individu, maka dapat diramalkan perilaku tertentu individu tersebut. Dengan kata lain, perilaku seseorang merupakan fungsi dari sikapnya. Selain itu, Walgito menyimpulkan (1994: 15) bahwa perilaku mempunyai pengertian yang luas, yaitu perilaku yang tidak tampak yang selanjutnya dikenal dengan sikap serta perilaku yang tampak yang selanjutnya

dikenal dengan perilaku. Dalam kegiatan sehari-hari dapat diamati bahwa tingkah laku yang tampak (perilaku) terjadi setelah tingkah laku yang tidak tampak (sikap). Berdasarkan hubungan-hubungan di atas dapat dinyatakan bahwa sikap kewirausahaan siswa yang tinggi akan mendorong perilaku

kewirausahaan yang tinggi pada diri siswa. Demikian juga sikap kewirausahaan siswa yang rendah akan mendorong perilaku kewirausahaan yang rendah juga pada diri siswa.

4.

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Siswa, Prestasi Belajar IPS, dan Sikap Kewirausahaan Siswa Secara Bersama-sama terhadap Perilaku

Kewirausahaan Siswa. Setelah dikemukakan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara terinci sebagaimana di atas, maka dikemukakan pengaruh variabel bebas secara menyeluruh dan bersama-sama terhadap variabel terikat. Dengan dikemukakannya hubungan kausal secara menyeluruh ini diharapkan akan lebih menggambarkan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel berikat berdasarkan analisis regresi. Berdasarkan kerangka konseptual kesatu, kedua, dan ketiga di atas, maka diduga terdapat pengaruh ketiga variabel bebas di atas yang meliputi status sosial ekonomi siswa, prestasi belajar IPS, dan sikap kewirausahaan siswa secara bersama-sama terhadap variabel terikat yang berupa perilaku

kewirausahaan siswa SMP/MTs di Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru Tahun Pelajaran 2010/2011.

C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka konseptual di atas, maka rumusan hipotesis penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan status sosial ekonomi siswa terhadap perilaku kewirausahaan siswa. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi belajar IPS terhadap perilaku kewirausahaan siswa. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan sikap kewirausahaan siswa terhadap perilaku kewirausahaan siswa. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama status sosial ekonomi siswa, prestasi belajar IPS, dan sikap kewirausahaan siswa terhadap perilaku kewirausahaan siswa.