Proposal Biologi 2 FIX

45
PROPOSAL BIOLOGI

description

dewadewa

Transcript of Proposal Biologi 2 FIX

Page 1: Proposal Biologi 2 FIX

PROPOSAL BIOLOGI

Page 2: Proposal Biologi 2 FIX

I. Judul Penelitian: Pengaruh Penambahan Jumlah Eceng Gondok

(Eichhornia crassipes) terhadap Penurunan Kadar Limbah Deterjen

Ditinjau dari Daya Hidup Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax)

II. Identitas Peneliti

Nama : Luh Erny Wati

NIM : 0813041040

Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha

III. Pendahuluan (Latar Belakang)

Seiring dengan dinamika kehidupan manusia yang demikian maju

dan semakin kompleks semua hal hal yang terkait dengan kehidupan

manusia dibuat menjadi semakin mudah tidak dapat dilepaskan dari

penemuan penemuan dibidang industri. Hal ini menyebabkan manusia

menjadi bersifat konsumtif, hanya memikirkan hasil praktis yang diperoleh

tanpa sedikitpun memikirkan dampak negative yang ditimbulkan dari

perbuatannya itu.

Deterjen adalah salah satu kebutuhan utama masyarakat dewasa ini.

Saat ini deterjen bisa jadi telah digolongkan menjadi kebutuhan pokok bagi

sebagian keluarga di Indonesia. Selain berharga murah, deterjen dianggap

mampu dan efektif menghilangkan noda pada pakaian kotor. Berbagai iklan

di televisi semakin memantapkan kegunaannya di dalam rumah tangga. Para

produsen deterjen dengan gencar mengiklankan produknya, diantaranya

mengusung banyaknya busa yang dihasilkan dan aneka keunggulan lain

yang ditawarkan. Namun tahukah kita bahwa menggunakan deterjen tanpa

perhitungan yang matang akan berakibat buruk terhadap lingkungan di

sekitar kita.

Dalam deterjen terkandung komponen utamanya, yaitu surfaktan,

baik bersifat kationik, anionik maupun non-ionik. Dengan makin luasnya

pemakaian surfaktan sebagai bahan utama pembersih maka risiko bagi

kesehatan dan lingkungan pun makin rentan. Selain surfaktan, dertejen juga

Page 3: Proposal Biologi 2 FIX

mengandung builer dan filler yang jika pemakaiannya berlebihan akan

berdampak buruk bagi lingkungan da biota yang hidup didalamnya.Bahaya

yang ditimbulkan dari limbah deterjen ini tidak begitu diperhatikan oleh

masyarakat. mereka asik menggunakan deterjen dan kemudian membuang

limbah sisa pencucian ke selokan atau tegalan yang nantinya berdampak

besar terhadap lingkungan itu sendiri.

Ada ebebrapa cara yang dapat ditempuh terkait dengan upaya

penanggulangan limbah deterjen ini. Caya yang biasanya popular dilakukan

adalah pengolahan air secara kimia yang telah banyak dilakukan misalnya

secara "Activated Sludge" atau "Trickling Filter". Pengolahan air limbah

dengan metode ini memerlukan biaya yang relative tinggi.

Selain dengan menggunakan metode "Activated Sludge" atau

"Trickling Filter" upaya pengolahan limbah juga dapat dilakukan dengan

teknik fitoremidiasi yaitu pemanfaatan tanaman untuk mengekstraksi,

menghilangkan dan atau mendetoksikasi polutan dari lingkungan hidupnya.

Beberapa tumbuhan gulma air seperti eceng gondok, kayu apu, kayambang

dll, dapat dimanfaatkan sebagai fitoremidiator untuk menyerap unsur toksik

yang terdapat pada limbah. Sifat eceng gondok yang cepat berkembangbiak

dan bertoleran tinggi terhadap lingkungan atau habitat hidupnya merupakan

keunggulan tanaman ini sebagai media dalam pengendalian pencemaran air.

Peristiwa penyerapan imbah di air oleh eceng gondok dari lingkungannya

terjadi melalui peristiwa difusi. Peristiwa difusi ini bisa dipercepat dengan

meningkatkan suhu, tekanan dan konsentrasi zat terlarut (Salisbury, 1995).

Eceng gondok mempunyai mekanisme penanggulangan (ameliorasi)

terhadap ion toksik. Ameliorasi dilakukan dengan lokalisasi dan inaktivasi

ion tersebut di dalam akar, sehingga konsentrasi ion toksik pada akar lebih

tinggi dibandingkan pada bagian lain (Salisbury, 1995). Eceng gondok

termasuk tumbuhan yang memiliki toleransi tinggi terhadap logam berat

karena mempunyai kemampuan membentuk fitokelatin dalam jumlah yang

besar (Salisbury, 1995).

Untuk meihat seberapa besar kemampuan eceng gondok menyerap

limbah salah satunya adalah dengan melihat daya hidup dari hewan ketika

Page 4: Proposal Biologi 2 FIX

ditaruh pada air limbah tersebut. Salah satu hewan yang dapat digunakan

adalah ikan kepala timah. Yaitu ikan yang sering dijumpai pada sungai dan

persawahan.ikan ini memiliki karakteristik tubuh yang relative kecil

sehingga apabila habitatnya tercemar akan mengakibatkan kematian pada

ikan itu sendiri

IV. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Apakah ada pengaruh penambahan jumlah eceng gondok (Eichhornia

crassipes) terhadap pengurangan limah detergen ditinjau dari daya hidup ikan

kepala timah (Aplocheilus panchax)?

2. Jumlah eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang manakah yang paling baik

pengaruhnya terhadap penurunan kadar limbah detergen ditinjau dari daya

hidup ikan kepala timah (Aplocheilus panchax)?

V. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui pengaruh penambahan jumlah eceng gondok (Eichhornia

crassipes) terhadap pengurangan limah detergen ditinjau dari daya hidup ikan

kepala timah (Aplocheilus panchax)

2. mengetahui jumlah eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang manakah yang

paling baik pengaruhnya terhadap penurunan kadar limbah detergen ditinjau

dari daya hidup ikan kepala timah (Aplocheilus panchax)

VI. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dipandang bermanfaat karena :

1. hasil penelitian ini dapat mengungkapkan pengaruh penambahan jumlah

eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap penurunan kadar limbah

deterjen ditinjau dari daya hidup ikan kepala timah (Aplocheilus panchax);

Page 5: Proposal Biologi 2 FIX

2. hasil penelitian ini dapat mengungkapkan jumlah eceng gondok (Eichhornia

crassipes) yang paling berpengaruh terhadap penurunan kadar limbah

deterjen;

3. hasil penelitina ini diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang proses

pembelajaran biologi siswa SMA dalam materi tentang hormon

pertumbuhan ; dan

4. hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar memberikan saran kepada

masyarakat terkait dengan penanggulangan limbah deterjen.

VII. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Sebagai landasan berpikir dalam keseluruhan penelitian ini, maka

penulis menggunakan beberapa asumsi, yaitu:

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dianggap telah

memenuhi syarat untuk suatu penelitian tentang pengaruh penambahan

jumlah eceng gondok terhadap penurunan kadar limbah deterjen

ditinjau dari daya hidup ikan kepala timah. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), sehingga

banyaknya pengurangan yang digunakan ditentukan dengan rumus: t(r-

1)≥ 20, dengan t = jumlah perlakuan, r = jumlah pengulangan.

2. Seluruh eceng gondok dan ikan kepala timah yang digunakan dalam

penelitian dianggap dalam keadaan yang sama dilihat dari lokasi

tempat pengambilan yang sama.

Disamping asumsi-asumsi tersebut, penelitian ini juga mempunyai

keterbatasan yaitu:

- Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka variabel lain

yang mungkin berpengaruh terhadap penelitian ini, belum bisa

diteliti secara utuh kecuali konsentrasi limbah deterjen yang oleh

peneliti dibuat dalam konsentrasi yang sama, dengan demikian

hasil penelitian ini hanya berlaku sepanjang asumsi-asumsi dia

atas dapat dipertahankan.

Page 6: Proposal Biologi 2 FIX

VIII. Penjelasan Istilah

1. Pengaruh

Pengaruh adalah gejala yang timbul dari sesuatu orang, benda dan

sebagainya yang berkuasa atau berkekuatan. Yang dimaksud pengaruh

dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun cengkeh

2. Eceng gondok

Eceng gondok salah satu tumbuhan air yang hidup mengapung dan

kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter.

Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung

dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.

Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya berwarna ungu,

termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir. Kelopaknya berbentuk tabung.

Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga

dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

3. Limbah

Hasil buangan atau kotoran yang berasal dari masyarakat dan rumah

tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta

buangan lainnya.

4. Deterjen

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak

bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara

lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh

kesadahan air.

5. Ikan kepala timah

Merupakan ikan kecil yang tergolong dalam keluarga Aplocheilidae

dengan binrik putih dibagian kepala

6. Daya hidup

Kemampuan hidup suatu organisme pada habitat tertentu

Page 7: Proposal Biologi 2 FIX

IX. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Singkat Tentang Eceng Gondok

Eceng gondok atau eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah

satu jenis tumbuhan air yang mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng

gondok, di beberapa daerah di indonesia, eceng gondok mempunyai nama

lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di lampung

dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di

Manado dikenal dengan nama Tumpe (wikipedia).

Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh

seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli

Botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan

ekspedisi di sungai Amazon di Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan

tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang

dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar

melalui saluran air ke badan air lainnya.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar

dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang.

Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing,

pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan

berwarna hijau. Bunganya berwarna ungu, termasuk bunga majemuk,

berbentuk bulir. Kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan

berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya

merupakan akar serabut.

Gambar 1. Eceng gondok (Eichhornia crassipes)

Page 8: Proposal Biologi 2 FIX

Klasifikasi eceng gondok adalah sebagai berikut iptek.apjii.or.id :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Suku : Pontederiaceae

Marga : Eichhornia

Jenis : Eichhornia crassipes Solms

Nama umum/dagang : Eceng gondok

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan eceng

gondok adalah cara berkembang biak dan penyebarannya, unsur hara, cahaya,

kedalaman air, salinitas, pH dan faktor-faktor biotik.

Pertumbuhan yang optimum eceng gondok memerlukan cahaya

matahari yang cukup serta suhu yang optimum (25-30 oC). Santiago (1973)

dalam Widyanto (1981) melaporkan bahwa pada pH 7,0-7,5 eceng gondok

mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dari pada yang tumbuh pada pH

rendah ataupun pH tinggi. Di daerah subtropis biomassa dari eceng gondok

dapat mencapai maksimum 1.500 gr/m2, sedangkan produksi rata-rata tiap

hari 7,4-22 gr/m2. Produksi ini sangat bergantung pada adanya sinar matahari

yang penting didalam proses fotosintesis.

Waktu Penggandaan (doubling time) adalah waktu yang diperlukan

suatu kwantitas untuk menggandakan di (dalam) ukuran. Nilai doubling time

ini dapat diasumsikan sebagai gambaran dari kemampuan eceng gondok

untuk menyerap unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Eceng

gondok mempunyai waktu penggandaan yang sangat cepat. Namun untuk

setiap perairan waktu penggandaan dari eceng gondok ini berbeda-beda,

tergantung dengan keadaan dan kualitas perairan itu sendiri. Dobling time

eceng gondok di rawa pening, jawa tengah adalah sebesar 28.93 hari dengan

laju pertumbuhan relatifnya 2.4 % per hari, pengukurannya didasarkan pada

berat basah. Sedangkan iklim Bogor doubling time eceng gondoknya sekitar

10-15 hari.

Page 9: Proposal Biologi 2 FIX

Peranan eceng gondok

Eceng gondok dikenal sebagai tanaman gulma air, yaitu tumbuhan

yang tumbuh di tempat yang tidak diinginkan. Walaupun begitu ternyata

eceng gondok juga memiliki banyak peranan antara lain :

- Sebagai penyerap karbon dan penyuplai oksigen

- Sebagai penjernih air. Misalnya eceng gondok dapat mengubah air limbah

dari tempat pemberian makan binatang yang hitam dan berbau tidak sedap

menjadi air yang jernih dan aman dialirkan ke saluran-saluran air.

- Mengurangi COD (Chemical Oxygen Demand) sampai 88 %.

(http://banten.litbang.deptan.go.id). Mampu mengikat unsur logam dalam

air sehingga tanaman ini hanya cocok hidup di air yang kotor

dibandingkan air bersih.

- Sebagai bahan mentah untuk pembuatan kertas. Misalnya eceng gondok

tidak mengandung selulosa (Davis, 1980 dalam Widjaja, 2004). Petiol-

- petiol dari eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kertas.

- Sebagai salah satu bahan baku untuk sektor industri Furniture dan

Kerajinan Tangan (tas, pot bunga, kap lampu, guci berlabel, dan lain-lain)

yang mempunyai prospek usaha yang cerah. (http://digilib.itb.ac.id dan

http://www.kpbptpn.com).

- Sebagai shelter organisme akuatik dan habitat mikroorganisme

2. Tinjauan Singkat Tentang Ikan Kepala Timah

Ikan kepala timah (Aplocheilus panchax),merupakan ikan kecil

dengan ciri khas yaitu terdapat bintik putis seperti timag di kepala bagian

atas. Ikan ini sering dijumpai di persawahan, dan kerap dijumpai berenang

bersamaan dengan ikan Gambusia affinis yaitu anggota daro keluarga

Poeciliidae lainnya.selain dipersawahan ikan kepala timah (Aplocheilus

panchax) juga sering dijumpai di kolam, saluran irigasi, kanal,reservoir,

atau bahkan di daerah mangrove. Untuk habitat tempat hidupnya ikan ini

lebih suka perairan yang jernih dengan tanaman terapung padat.

Page 10: Proposal Biologi 2 FIX

Ikan kepala Timah (Aplocheilus panchax)

3. Deterjen

Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang

terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk

terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan

air.

Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9

– C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium

(RSO3- Na+ dan ROSO3

- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau

minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).

Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan

tetapi karena gugus utama surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka

Page 11: Proposal Biologi 2 FIX

pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu

dengan gugus utama surfaktant LAS.

Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun

tegangan permukaan, misalnya : p – alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil

yang sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan

dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft

Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe

(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan

air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan

bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene

Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein

Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl

phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)

2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari

surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat

(Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat

(Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).

3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau

dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga.

Contoh : Sodium sulfate

4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih

menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya

yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives

ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :

Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)

dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan

tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi).

Page 12: Proposal Biologi 2 FIX

Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum,

sedangkan air sebagai bahan pengikat.

Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Detergen jenis keras

Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun

bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah

yang menyebabkan pencemaran air.

Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil

Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum.

Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil

Benzena maka persamaan reaksinya adalah

4. C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan

Natrium Dodekil Benzena Sulfonat

2. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya

mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah

dipakai .

Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril

Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat

dengan reaksi:

C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan

NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas

dalam bentuk produk-produk seperti:

1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti

sampo, sabun cuci tangan, dll.

Page 13: Proposal Biologi 2 FIX

2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang

paling populer di masyarakat.

3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik

untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,

pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang

menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan

bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian

kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah

tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan

deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan masyarakat modern.

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan

pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan

maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni

surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan

tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.

Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain

(builder) seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-

ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium

phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium

lauryl sulfate (SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl

benzene sulfonate (LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat

membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat

karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.

Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa

golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk

nitrosamin. SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat

proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.

Page 14: Proposal Biologi 2 FIX

Selain berdampak terhadap kesehatan manusia deterjen dalam badan air

juga dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan

toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah

menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah

satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen

terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan

oksigen dan dapat menyebabkan kematian.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam

deterjen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam

produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan

kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat

aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat.

Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium

Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan

sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk

hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat

menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di

badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan

algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.

Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang

terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan

air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan

sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen

telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite

dan citrate sebagai builder dalam deterjen

Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan

tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan

magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mem-

punyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh

karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang

mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.

Page 15: Proposal Biologi 2 FIX

Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif

permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah

(wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan

terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara),

padatan-padatan (debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur

(minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic“, yang berarti

bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus

ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian

lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.

Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan

tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan

magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mem-

punyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh

karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang

mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.

5. Pengertian Limbah

Menurut Sugiharto (1987) air limbah adalah kotoran yang berasal dari

masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air

permukaan, serta buangan lainnya. Bahan buangan yang dihasilkan ini dapat

menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya

akan mengganggu atau mempengaruhi lingkungan dan kehidupan masyarakat

itu sendiri.

Salah satu limbah yang berasal dari rumah tangga yang sangat

mengganggu kesehatan lingkungan dan manusia adalah limbah dari

pemakaian bahan pembersih sintesis yang dikenal dengan deterjen makin

marak di masyarakat luas. Buangan deterjen dapat dikatakan sebagai limbah

yang berbahaya karena dalam deterjen terkandung komponen utamanya, yaitu

surfaktan, baik bersifat kationik, anionik maupun non-ionik.

Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia

organik. Surfaktan memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan)

Page 16: Proposal Biologi 2 FIX

alam. Sesuai namanya, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan air

untuk mengangkat kotoran (emulsifier, bahan pengemulsi).

surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan

permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun

biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar dan

non polar pada molekul yang sama.

Sifat aktif permukaan yang dimiliki surfaktan diantaranya mampu

menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan

kestabilan sistem emulsi. Hal ini membuat surfaktan banyak digunakan dalam

berbagai industri, seperti industri sabun, deterjen, produk kosmetika dan

produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil,

pertambangan dan industri perminyakan, dan lain sebagainya.

Dengan makin luasnya pemakaian surfaktan sebagai bahan utama

pembersih, maka beresiko menimbulkan pencemaran lingkungan dan

selanjutnya berdampak terhadap kesehatan manusia.

6. Parameter pencemaran air

Pencemaran lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya

mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan

hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat

pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat

yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar apabila

kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak

bisa digunakan sesuai peruntukannya.

Ada beberapa parameter untuk mengetahui kualitas air, diantaranya :

I. Parameter Kimia

a. DO (Dissolved Oxygen)

Yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di

dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air.

Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan,

Page 17: Proposal Biologi 2 FIX

udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti

bakteri.

Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/

liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5

ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya

lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.

b. BOD (Biochemical Oxygent Demand)

BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global

proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan

BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan

dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Dengan tes BOD

kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan

jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri.

Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya

sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D

nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air

dikatakan tercemar.

c. COD (Chemical Oxygent Demand)

COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi

K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air

limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu :

Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji

dengan BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian yang lebih

singkat, kurang lebih hanya 3 jam

d. TSS (Total suspended Solid)

TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam

limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45

mikron. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral

dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di

permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari

industri, pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan

Page 18: Proposal Biologi 2 FIX

meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator

terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga

menentukan tingkat pencemaran dan juga berguna untuk penentuan

efisiensi unit pengolahan air .

e. pH

pH adalah drajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan

metode pengujian ini untuk memperoleh drajat keasaman (pH) dalam air

dan air limbah dengan  menggunakan alat pH meter

f. Total organik karbon (TOC) , Total Carbon (TC), Inorganic Carbon (IC)

TOC adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan

sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air atau

kebersihan peralatan pabrik. Total Carbon (TC) - semua karbon dalam

sample, Total Inorganic Carbon (TIC) - sering disebut sebagai karbon

anorganik (IC), karbonat, bikarbonat, dan terlarut karbon dioksida (CO 2);

suatu material yang berasal dari sumber non-hidup. Dalam menganalisa

TOC, TC, dan IC kita bisa menggunakan TOC analyzer.

g. Parameter Logam

Spektroskopi penyerapan atom adalah teknik untuk menentukan

konsentrasi elemen logam tertentu dalam sampel. Teknik ini dapat

digunakan untuk menganalisa konsentrasi lebih dari 70 jenis logam yang

berbeda dalam suatu larutan.  beberapa logam yang berbahaya

diantaranya : Hg (merkuri) , Ar (arsen), Cd (kadmium), Pb (timbal)

II. Parameter Fisika

Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah

yaitu: padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna.

Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut,

mengendap maupun suspensi. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan

tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk

lain.Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan

kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.Warna

timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping

adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam

Page 19: Proposal Biologi 2 FIX

berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,

protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, carbon disulfida dan zat organik

lain.Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia

serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas

kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.

III. Parameter Biologi;

Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara

biologi berupa mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan

plankton. jenis- jenis mikroorganisme di air yang tercemar seperti :

Escherichia coli, Entamoeba  coli, dan Salmonella thyposa

6. Mengapa Eceng Gondok Bisa Menjernihkan Limbah

Eceng gondok adalah salah satu tumbuhan monokotil yang hidup

diperairan. Eceng gondok sring dikatakan sebagai gulma karena

pertumbuhannya yang sangat pesat dapat menutupi perairan dengan cepat

sehingga dapat menyebabkan perairan menjadi dangkal. Pertumbuhan eceng

gondok akan menjadi sangat pesat bila tempat hidupnta banyak mengandung

limabh khususnya posfat hal itu karena posfat ini merupakan sumber nutrisi

yang sangat bagus untuk menunjang pertumbuhan eceng gondok.

Dibalik dampak negative yang ditimbulkan ternyata enceng gondok

dapat digunakan sebagai pembersih pencemaran air secara biologi.

kemampuan eceng gondok untuk menyerap limbah dapat terjadi karena eceng

gondok memiliki bagian dari tubuhnya yang menjadi tempat pengaturan

regulasi nutrisi yaitu epidermis atau kulit ari. Epidermis/kulit ari adalah grup

sel lapis-tunggal yang meliputi tanaman daun, bunga, akar dan batang.

Epidermis ini membentuk batas antara tanaman dan dunia eksternal.

epidermis ini memiliki bebrapa fungsi seperti melindungi terhadap

kehilangan air, mengatur pertukaran gas, mengeluarkan senyawa metabolik,

dan (khususnya di akar) menyerap air dan nutrisi mineral

Akar Eichhornia crassipes secara alami menyerap polutan, termasuk,

air raksa, dan strontium-90, serta beberapa senyawa organik yang diyakini

karsinogenik, dalam konsentrasi 10.000 kali didalam air sekitarnya. dengan

Page 20: Proposal Biologi 2 FIX

demikian maka eceng gondok dapat dibudidayakan untuk limbah pengolahan

air.

X. Kerangka Berfikir dan Perumusan Hipotesis

1. Kerangka berfikir penelitian

Eceng gondok adalah salah satu tanaman gulma yang hidup di air.

Eceng gondok memiliki akar dan tubuh yang mampu menyerap dan

memanfaatkan air limbah. Penyerapan limbah ini dilakukan secara difusi oleh

sel sel tubuh eceng gondok. Apabila pada air yang tercemar terdapat eceng

gondok maka, limbah atau zat zat kimia yang ada di air akan diserap oleh

eceng gondok sehingga kadarnya dapat dikurangi. Oleh karena itu maka pada

penelitian ini digunakan tanaman eceng gondok.

Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan eceng gondok itu, maka

dilakukan penelitian dengan cara memberikan perlakuan berupa jumlah eceng

gondok yang berbeda-beda.

Eceng Gondok

Gulma Akar

Limbah deterjenDifusi

Mengurangi pencemaran

Ikan kepala timah

Hidup

Page 21: Proposal Biologi 2 FIX

Bagan Kerangka Berpikir

2. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian diatas maka dapat

dirumuskan hipotesis yaitu

1. Pemambahan jumlah eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat

mengurangi kadar limbah deterjen ditinjau dari daya hidup ikan kepala

timah (Aplocheilus panchax)

XI. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yaitu,

penelitian yang bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan

sebab akibat dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen

(Arnyana, 2007). Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan berupa

perbedaan jumlah eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada masing-masing

uji limbah deterjen. Pada akhir percobaan dilakukan observasi dan hasil

observasi dibandingkan antara yang satu dengan yang lainya

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)

dengan 5 kali pengulangan. Jumlah pengulangan ini didapat dari rumus

pengulangan untuk rancangan RAL yaitu t (r-1) ≥ 20, dengan t = jumlah

perlakuan, r = jumlah pengulangan (Gazper, 1991)

Perlakuan yang diberikan terdiri dari perbedaan jumlah eceng gondok

yang terdiri dari 5 seri jumlah eceng gondok yaitu: 1 pohon, 2 pohon, 3

pohon 4 pohon, dan 5 pohon.

Setelah dirandom adapun bagan penelitiannya adalah sebagai berikut.

A1 D2 B3 C2 E4 F3

F3 C5 D3 E5 B5 A4

F2 B4 F1 D5 A2 C3

C4 A3 F4 B2 E1 D1

A5 D4 E2 B1 F5 C1

Page 22: Proposal Biologi 2 FIX

Keterangan

A = Eceng gondok dengan jumlah 1 pohon

B = Eceng gondok dengan jumlah 2 pohon

C = Eceng gondok dengan jumlah 3 pohon

D = Eceng gondok dengan jumlah 4 pohon

E = Eceng gondok dengan jumlah 5 pohon

F = tanpa eceng gondok (kontrol)

2. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah ikan kepala timah (Aplocheilus

panchax) yang ada di sekitar kota singaraja. Ikan yang digunakan adalah ikan

dengan besar yang sama. Sedangkan yang digunakan sampel adalah ikan

kepala timah. yang diambil desa Banyuning kota Singaraja. Jumlah sempel

yang diperlukan adalah 300 ekor, dimana setiap replikasi terdiri dari 10 ekor

ikan. Sedangkan jumlah larva control adalah 50 ekor.

3. Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel bebas yang diamati adalah penambahan jumlah eceng

gondok yang bervariasi.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat yang diamati adalah jumlah kematian ikan kepala timah

(Aplocheilus panchax)

4. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh data, dalam penelitian ini dilakukan tiga tahap percobaan

yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan percobaan, dan tahap

observasi.

A. tahap persiapan percobaan

Tahap persiapan meliputi hal-hal sebagai berikut.

Tahap persiapan meliputi :

Page 23: Proposal Biologi 2 FIX

a) Penentuan lokasi dan tempat penelitian penelitian ini bertempat di

laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi UNDIKSHA Negeri

Singaraja

b) Penentuan waktu penelitian

c) Menyiapkan alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ember kecil,ikan kepala timah, eceng gondok, deterjen, air (aquades),

timbangan elektrik, gelas ukur, water quality cecker

d) Menyiapkan sampel

Ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) yang digunakan,

diperoleh dari sawah desa banyuning, Singaraja. Sampel dipilih

menurut kriteria yang telah ditentukan. Ikan yang dipilih cukup sehat

dan dengan besar yang yang relative sama.

B. tahap pelaksanaan percobaan

1. Pembuatan larutan deterjen

Deterjen ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik sebanyak

600 gram.kemudian dilarutkan pada 30 L aquades.

2. Membagi larutan deterjen yang sudah dibuat pada masing masing

ember yang sudah disiapkan dengan menggunakan gelas ukur. 1 ember

berisi 1 L larutan

3. Pada masing masing ember dimasukkan eceng gondok dengan jumlah

yang berbeda. Pada ember A diisi 1 eceng gondok, ember B diisi 2

eceng gondok, ember C diisi 3 eceng gondok, dan ember D diisi 4

eceng gondok dna ember E diisi 5 eceng gondok.

4. Membiarkan selama 5 hari.

5. Sebanyak 10 ekor ikan kepala timah dimasukkan kedalam masing-

masing ember yang sebelumnya sudah diberi perlakuan berupa

penambahan eceng gondok.

6. Angka kematian diamati pada 24 jam setelah pendedahan

7. Sebagai control disiapkan ember yang yang berisi larutan deterjen tanpa

eceng gondok dan dan 10 ekor ikan kepala timah.

8. Masing-masing perlakuan dan control dibuat 5 replikat.

Page 24: Proposal Biologi 2 FIX

9. Selama perlakuan ikan tidak diberikan makanan (tidak ada perlakuan

lain selain penambahan eceng gondok)

10. Data dikumpulkan berdasarkan angka kematian likan kepala timah pada

masin-masing ember dengan jumlah eceng gondok yang berbeda.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitianini dilakukan selama 6 hari, jenis data yang diperlukan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data utama

Data utama yang dikumpulkan adalah berupa angka kematian ikan kepala

timah (Aplocheilus panchax). Kematian ikan kepala timah diamati pada

masing-masing perlakuan, sehingga dapat dibedakan daya serap limbah

deterjen oleh eceng gondok antar perlakuan melalui analisis varian.

Pengamatan terhadap kematian ikan dilakukan selama 24 jam. Untuk

mengetahui jumlah eceng gondok yang paling baik dalam mengurangi

kadar limbah deterjen ditinjau dari julah kematian ikan maka dilakukan uji

BNT.

b. Data penunjang

Data penunjang yang dikumpulkan adalah berupa prilaku ikan sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa aktivitas ikan selama waktu

yang telah ditentukan, prilaku ikan sebelum mati dan lamanya waktu

yang diperlukan agar ikan tersebut mati. Data penunjang ini tidak

dianalisis secara statistik namun hanya diuraikan dalam pembahasan.

6. Teknik analisis data

1. Membedakan daya serap antara perlakuan

Mebedakan daya serap antara perlakuan dianalisis dengan

menggunakan analsis varians. Sebelum dianalisis dengan menggunakan

analisis varians data harus dalam keadaan berdistribusi normal dan

homogenitas. Dengan demikian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas

terlebih dahulu. Data yang telah terkumpul pada akhir penelitian berupa

Page 25: Proposal Biologi 2 FIX

angka kematian ikan kepala timah, sebelumnya ditabulasi dalam tabel kerja

seperti tampak pada tabel 01.

Tabel 01Tabel pencatatan kematian ikan kepala timah (Aplocheilus

panchax).

Jumlah eceng gondok Ulangan Total Rata-rata

I II III IV V

A

B

C

D

E

F

Jumlah

Keterangan

A = Eceng gondok dengan jumlah 1 pohon

B = Eceng gondok dengan jumlah 2 pohon

C = Eceng gondok dengan jumlah 3 pohon

D = Eceng gondok dengan jumlah 4 pohon

E = Eceng gondok dengan jumlah 5 pohon

F = tanpa eceng gondok (kontrol)

Setelah data ditabulasikan kedalam tabel kerja, selanjutnya dilakukan

analisis statistic melalui tahap-tahap berikut.

Tahap 1. Menentukan derajat bebas masing-masing melalui :

db perlakuan = t-1

db total = jumlah seluruh observasi – 1

db galat = t (r-1)

Tahap 2 Menghitung jumlah kuadrat (jk)

Y2

- Fk = -----

Page 26: Proposal Biologi 2 FIX

rxt

- JKT = Y I j2 – FK

- JKP = ∑ Yij

------- - FK

r

- JKG = JKT – JKP

Tahap 3. Menghitung kuadrat tengah (KT)

- KTP = JKP

-----

dbp

- KTG = JKG

-----

dbG

Tahap 4. Menentukan F hitung

F hitung = KTP

-----

KTG

Langkah pembuatan daftar sidik ragam

Berdasarkan perhitungan diatas, kemudian hasil-hasil tersebut dimasukkan

kedalam daftar sidik ragam seperti tampak pada tabel 02.

Tabel 02 Model daftar sidik ragam jumlah kematian ikan kepala timah

(Aplocheilus panchax)

Sumber keragaman Db JK KT F hitung F tabel

5% 1%

Perlakuan

Galat

t-1

t(r-

1)

JKP

JKG

KTP =

JKP/T-1

KTG =

JKG/t(r-1)

KTG =

JKG/t(r-1)

KTP/KTG

Page 27: Proposal Biologi 2 FIX

Total Rt-

1

JKT

Keterangan :

YiJ = pengamatan ke- J pada perlakuan ke-1

Yi = Total perlakuan ke-1

r = Banyak ruangan

t = Banyak perlakuan

FK = Faktor koreksi

JKP = Jumlah kuadrat perlakuan

JKG = Jumlah kuadrat galat

JKT = Jumlah kuadrat total

KTP = Kuadrat tengah perlakuan

KTG = Kuadrat tengah galat

db = Derajat bebas

Dalam pengujian hipotesis digunakan taraf signifikasi 5% dan 1%. Apabila

F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak ini berarti penambahan

eceng gondok tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar limbah deterjen.

Apabila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima ini berarti

penambahan eceng gondok dapat menurunkan kadar limbah deterjen ditinjau dari

jumlah ikan kepala timah yang mati.

Untuk mengetahui perlakuan mana yang paling efektif diperlakuan lagi

pengujian dengan metode uji beda nyata terkecil (BNT) dengan rumus sebagai

berikut :

BNT : t α /2 x sd

Sd = /r

Dimana r = jumlah ulangan

Perbedaan nilai rata-rata perlakuan (d) yang diperoleh dibuat dalam bentuk-

bentuk matrik. Untuk selanjutnya dibuat niali rata-rata dari terbesar sampai

terkecil. Bentuk matrik selisih nilai rata-rata perlakuan dapat dilihat pada tabel

03.

Page 28: Proposal Biologi 2 FIX

Tabel 03 Model Matrik Selisih Nilai Rata-Rata Kematian ikan kepala timah

(Aplocheilus panchax)

Perlakuan

(jumlah eceng

gondok)

Nilai

rata-

rata

A B C D E F

YA YB YC YD YE YF

A

B

C

D

E

F

YA

YB

YC

YD

YE

YF

O

D(B-A)

D(A-B)

BNT 5% =

BNT 1% =

Keterangan :

= d;1=2 ; harga mutlak selisih rata-rata.

Selanjutnya setiap nilai-nilai dalam matrik (d) dibandingkan dengan nilai-

nilai BNT. Apabila nilai BNT > nilai d diberi tanda ns ( berarti tidak ada

perbedaan nyata) yang diletakkan dikanan atas pada nilai tersebut. Bila d> BNT

5% atau ≤ BNT 1% nilai tersebut diberi tanda (*) yang berarti nilai berbeda nyata.

Bila d> BNT 5% dari BNT 1% diberi tanda (**) yang berarti nilai tersebut

berbeda sangat nyata dengan nilai yang lainnya.

Page 29: Proposal Biologi 2 FIX

Daftar Rujukan

Aninim.1997. Eceng Gondok: Penjernih dan Pembersih Limbah. Tersedia pada:

http://mela.student.umm.ac.id/eceng-gondok/.diakses Pada tanggal 20

November 2010

Anonim. Ikan Kepala Timah. Tersedia

pada:http://o-fish.com/Spesies/aplocheilus_panchax.php. diakses pada

tanggal 26 November 2010

Anonim. Ikan Kepala Timah Aplocheilus panchax. Tersedia pada:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:xOt4E-

FWoy4J:o-fish.com/Spesies/

aplocheilus_panchax.php+apa+itu+ikan+kepala+timah&cd=1&hl=id&c

t=clnk&gl=id&client=firefox-a. Diakses pada Tanggal 0 November

2010

Anonim. Limbah. Tersedia pada: http://limbah.org/limbah.html. diakses pada

tanggal 26 November 2010.

Arnyana, Ida Bagus. 2007. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian: Bagian Ilmu

Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Edrushimawan. 2009. Parameter pencemaran Air. Tersedia pada:

http://edrushimawan.com/parameter-pencemaran-air/. Diakses pada

tanggal 30 November 2010.

Gaspersz. 1991. Analisis Statistik. Bandung. Tarsito

Hariyadi,Sigid. 2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air

Page 30: Proposal Biologi 2 FIX

dan Baku Mutu Air Limbah. Tersedia pada:

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sigid_hariyadi.pdf. diakses

pada tanggal 26 November 2010.

Haryanti, Sri. Adaptasi Morfologi Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok

(Eichhornia crassipes (Mart) Solm) di Berbagai Perairan Tercemar.

Tersedia pada:

http://eprints.undip.ac.id/6181/1/sri_haryanti__Adaptasi_Fisiologi_dan

_Anatomi_Eceng_Gondok_%E2%80%A6.pdf.diakses pada tanggal 26

November 2010.

Sutrisno, Hadi. 1988. Statistik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

warlina,lina.2004. pencemaran air:sumber, dampak dan penanggulangannya.

Tersedia pada ……………siakses pada tanggal 25 september 2010.

Wibawa, Bima.2009. Pengaruh Limbah buangan Deterjen terhadap

Lingkungan. Tersedia pada:

http://bhimashraf.blogspot.com/2009/12/pengaruh-limbah-buangan-

deterjen.html. diakses pada tanffal 26 November 2010.

Zuhra, Fatimah. 2010. Ciri-Ciri Air Tercemar. Tersedia pada:

http://cupacupa91.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-air-tercemar.html.

diakses pada tanggal 26 November 2010.