Proposal Bioreaksi Fix
-
Upload
anggitakusuma -
Category
Documents
-
view
74 -
download
3
Transcript of Proposal Bioreaksi Fix
PEMANFAATAN EKSTRAK PAPAIN KASAR SEBAGAI KOAGULAN PADA
PEMBUATAN TAHU
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tahu merupakan salah satu makanan yang dibuat dari bahan
baku kedelai melalui proses pengendapan dan penggumpalan. Tahu
banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Banyaknya peminat
tahu menyebabkan meningkatkan produksi tahu. Proses pembuatan
tahu terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan susu kedelai dan
koagulasi proteinnya.
Proses koagulasi protein dilakukan dengan menambahkan zat
penggumpal ke dalam susu kedelai. Asam cuka, asam laktat, batu
tahu dan CaCl2. Namun, penggunaan zat penggumpal tersebut
menimbulkan masalah baru pada limbah yang dihasilkan. Limbah
yang dihasilkan berbau karena sisa asam yang digunakan untuk
koagulasi. Selain menggunakan asam, penggumpalan susu kedelai
dapat dilakukan dengan menggunakan enzim proteolitik. Enzim
proteolitik yang biasanya digunakan untuk koagulasi yaitu rennet,
renin, dan papain (Miskiyah, et all, 2011)
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana pengaruh temperatur terhadap kerja enzim
papain pada koagulasi susu kedelai pada proses pembuatan
tahu?
- Bagaimana pengaruh pH larutan terhadap kerja enzim papain
pada koagulasi susu kedelai pada proses pembuatan tahu?
1.3. Tujuan
- Mengetahui pengaruh temperatur terhadap kerja enzim
papain pada koagulasi susu kedelai pada proses pembuatan
tahu.
- Mengetahui pengaruh pH larutan terhadap kerja enzim papain
pada koagulasi susu kedelai pada proses pembuatan tahu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Pepaya
Pepaya (Carica pepaya L) merupakan tanaman yang berasal
dari Amerika Tropis dan termasuk dalam family Caricaceae. Famili
ini memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan
Clycomorpha. Genus Carica memiliki 24 spesies, salah satunya
pepaya. Tanaman pepaya tersebar di daerah sekitar Meksiko
bagian selatan dan Nikaragua serta India. Tanaman pepaya
menyebar ke berbagai Negara tropis lainnya, termasuk Indonesia
dan di pulau-pulau Lautan Pasifik pada abad ke-17 (Kalie, 1999).
Hampir semua tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, yaitu
batang, akar, daun, buah, serta getahnya. Getah pepaya cukup
banyak mengandung enzim yang bersifat proteolitik (pengurai
protein). Tepung getah pepaya kering sering digunakan untuk
berbagai keperluan, yaitu proses penjernihan bir, pengempukan
daging (Warisno, 2003). Selain enzim yang berasal dari getah
pepaya, terdapat beberapa enzim proteolitik, diantaranya enzim
bromelin, rennin, protease, dan fisin (Smith, 1993).
Getah pepaya mengandung enzim-enzim protease yaitu
papain dan kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam buah
pepaya berturut-turut 10% dan 45%. Asam amino yang terdapat
dalam getah pepaya antara lain asam aspartat, treonin, serin, asam
glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin,
phenilalanin, histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein. Papain
merupakan satu dari enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh
bagian tanaman pepaya. Pada pepaya, getah termasuk enzim
proteolitik. Protein dasar itu memecah senyawa protein menjadi
pepton. Contoh enzim proteolitik lainnya adalah bromelain pada
nanas, renin pada sapi dan babi. Pemakaiannya masih jarang
lantaran sulit diekstrak dan aktivitasnya lebih rendah dibanding
papain (Nurul, 2003).
2.2. Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.
Tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak),
protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul
daripada sumber energi. Protein ini dapat juga digunakan sebagai
sumber energi apabila organisme tersebut sedang kekurangan
energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang
selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe
(Sudarmadji, 1989).
Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh
mata rantai asam amino. Asam-asam amino saling dirangkaikan
melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu dengan
gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan
yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan
tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan
dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Tiga molekul asam
amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut
polipeptida. Polipeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa
molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah
suatu polipeptida, dimana sejumlah besar asam-asam aminonya
saling dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut (Gaman, 1992).
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga
mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas
biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah
protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam,
logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik
yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak
larut) atau pemadatan (Sudarmadji, 1989).
Protein fibriler (skleroprotein) adalah protein yang berbentuk
serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik
larutan garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen
yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada
rambut, dan fibrin pada gumpalan darah. Protein globuler atau
steroprotein adalah protein yang berbentuk bola, larut dalam
larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah di bawah
pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa
dibandingkan protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu
susunan molekulnya berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik
dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormone
(Budianto, 2009).
Protein primer merupakan hasil hidrolisis yang ringan,
sedangkan protein sekunder adalah hasil hidrolisis yang berat.
Protean adalah hasil hidolisis oleh air, asam encer atau enzim yang
bersifat tak larut, contohnya adalah miosan dan edestan.
Metaprotein merupakan hasil hidrolisi lebih lanjut oleh asam dan
alkali dan larut dalam asam dan alkali encer tetapi tak larut dalam
larutan-larutan garam netral. Contohnya asam albuminat dan alkali
albuminat. Proteosa bersifat larut dalam air dan tidak terkaogulasi
oleh panas.. Pepton merupakan hasil hidrolisis yang larut dalam air
tak terkaoagulasi oleh panas dan tidak mengalami salting out
dengan ammonium sulfat tetapi mengendap oleh preaksi alkalid
seperti asam fosfo tungstat (Winarno, 1992).
2.3. Enzim Papain
Enzim papain termasuk golongan enzim endopeptidase yang
termasuk ke dalam sistein protease. Enzim papain (EC 3.4.22.2)
memiliki sifat dan mekanisme katalitik yang mirip dengan enzim
cathepsin (EC 3.4.22). Enzim Cathepsin merupakan enzim protease
yang diisolasi dari jaringan hati mamalia dan termasuk juga
golongan endopeptidase (Otto dan Schirmeister, 1997).
Papain merupakan salah satu jenis enzim hidrolase yang
bersifat proteolitik. Papain diklasifikasikan ke dalam EC 3.4.22.2
dimana (3) menunjukkan kelas hidrolase, (4) menunjukkan sub-
kelas amidase, dan (22) menunjukkan sub-sub kelas endopeptidase
(Suhartono, 1991).
Papain memiliki sisi aktif yang terdiri atas asam amino sistein
dan histidin. Asam amino yang bersifat sangat reaktif adalah
sistein. Hal ini terjadi karena di dalam sistein terdapat sebuah
gugus tiol (-SH). Oleh karena itu enzim papain digolongkan ke
dalam protease tiol (Beveridge, 1996). Selain itu, enzim papain juga
digolongkan ke dalam endopeptidase, dimana papain dapat
memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul
protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus ujung molekul
(Poedjiadi, 2006).
Enzim papain memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
enzim proteolitik yang lain, yaitu tahan terhadap suhu proses,
memiliki kisaran pH yang luas dan lebih murni dibandingkan
bromelin dan ficin. Kisaran pH optimum papain yaitu 5-7.5 dan
stabil pada suhu 60-70 oC (Fox et all, 1982). Papain juga tidak
mengandung karbohidrat seperti pada bromelin dan ficin sehingga
mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah karena lebih murni
dibandingkan enzim lain (De Man, 1997).
Metode-metode yang dapat digunakan dalam isolasi crude
enzim papain ada tiga cara, yaitu cara Peckolt, cara Walt dan cara
Balls dan Lineweaver. Metode yang paling baik di antara ketiga
metode isolasi crude enzim papain tersebut adalah cara Balls dan
Lineweaver, karena rendemennya selanjutnya dapat ditentukan.
Enzim papain dibagi menjadi 2 macam yaitu papain kasar (crude
papain) dan papain murni (crystal papain). Papain kasar (crude
papain) adalah getah pepaya yang telah dikeringkan, kemudian
dihaluskan hingga menjadi berbentuk tepung. Papain murni (crystal
papain) adalah hasil pemisahan dan pemurnian papain kasar
menjadi empat macam protein proteolitik, yaitu papain,
chimopapain A, chimopapain B, dan pepaya peptidase (Warisno,
2003).
Chimopapain A dan chimopapain B sifatnya agak mirip, maka
keduanya dapat disebut sebagai chimopapain saja. Keempat jenis
enzim proteolitik tersebut biasanya disebut papain saja atau papain
kasar. Sifat daya enzimatis papain kasar ini sangat tinggi karena
terdiri dari gabungan keempat enzim tersebut. Papain murni adalah
hasil pemisahan pemurnian papain kasar menjadi keempat enzim
proteolitik diatas. Papain murni banyak digunakan dalam industri
farmasi (Kalie, 1999). Berbagai penelitian kini sedang dilakukan
dalam usaha pemanfaatan enzim papain atau enzim sejenis lainnya
pada bidang-bidang industri lain yang belum digunakan.
2.4. Tahu
Tahu merupakan salah satu produk kedelai melalui proses
pengendapan dan penggumpalan. Proses pembuatan tahu terdiri
dari dua bagian, yaitu pembuatan susu kedelai dan penggumpalan
proteinnya. Susu kedelai dibuat dengan merendam kedelai dalam
air bersih. Perendaman dimaksudkan untuk melunakkan struktur
selular kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan disperse
dan suspense bahan padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi.
Perendaman juga dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai
akan tetapi perendaman yang terlalu lama dapat mengurangi total
padatan. Kedelai yang telah direndam kemudian dicuci, digiling
dengan alat penggiling bersama-sama air panas (80oC) dengan
perbandingan 1:10. Bubur kedelai yang dihasilkan selanjutnya
disaring dan filtratnya didihkan selama 30 menit pada suhu 100-
110oC. susu kedelai yang dihasilkan kemudian digumpalkan. Zat
penggumpal yang dapat digunakan adalah asam cuka, asam laktat,
batu tahu dan CaCl2 (Koswara, 1992).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium biokimia unversitas
jember yang dimulai tanggal 20 maret 2014 sampai 30 april 2014
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
- Pisau sadap
- Gelas beker 500 mL 1
- Gelas beker 100 mL 5
- Pemanas
- Gelas Ukur 50 mL
- Labu Ukur 50 mL
- Labu ukur 100 mL
- pH meter
- Termometer
- Neraca Analisis
- Blender
b. Bahan
- Getah Pepaya
- NaHSO3
- NaCl
- Buffer fosfat pH 7
- Akuades
- Kedelai
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Isolasi Papain Kasar
a. Pembuatan papain kasar diawali dengan penyadapan getah buah
pepaya. Getah pepaya disadap menggunakan alat sadap atau pisau
yang ditorehkan pada kulit buah mulai dari pangkal hingga ujung
buah. Selanjutnya getah pepaya yang diperoleh dicampur dengan
larutan 0,1% v/v (NaHSO3:NaCl, 1:1). Campuran larutan getah
pepaya ini diaduk sampai rata kemudian ditambahkan 100 mL
buffer fosfat pH 7. Campuran tersebut dibiarkan selama 1 jam pada
suhu 4oC. selanjutnya disentrifugasi pada 1500 rpm selama 20
menit, dan dipisahkan antara supernatant dan endapannya. Bagian
supernatant diambil lalu disimpan pada suhu 4oC.
3.3.3 Proses Pembuatan Susu Kedelai
Susu kedelai dibuat dengan cara sebagai berikut: kedelai
kering sebanyak 100 g direndam dalam air bersih selama 4 sampai
dengan 12 jam. Selanjutnya kedelai yang telah direndam kemudian
dikupas kulitnya, dan direndam kembali selama 30 sampai 45
menit. Kedelai bersih selanjutnya digiling disertai penambahan air
sebanyak 8 sampai 10 kali jumlah kedelai. Hasil penggilingan
disaring.
3.3.4 Uji Aktivitas Enzim Papain
a. Aktivitas Enzim
Filtrat pada tahap sebelumnya diambil sebanyak 20 mL dan
didihkan selama 30 menit. setelah itu didinginkan hingga suhu
mencapai 60-70 oC, dan pH larutan dikondisikan mencapai 6.
Setelah kondisi sesuai, enzim papain dengan berbagai kadar (0,250,
500, 750 dan 1000 ppm). Dilakukan pengamatan waktu yang
dibutuhkan untuk koagulasi pada masing-masing variasi kadar
enzim papain.
b. Temperatur
Filtrat pada tahap sebelumnya diambil sebanyak 20 mL dan
didihkan selama 30 menit. setelah itu didinginkan hingga suhu
mencapai 50, 60, 70, 80 oC. Larutan di variasi kondisikan pada pH 6.
Setelah kondisi sesuai, enzim papain dengan kadar optimum
ditambahkan. Dilakukan pengamatan waktu yang dibutuhkan untuk
koagulasi pada masing-masing variasi kadar enzim papain.
c. pH Enzim
Filtrat pada tahap sebelumnya diambil sebanyak 20 mL dan
didihkan selama 30 menit. setelah itu didinginkan hingga suhu
mencapai 60-70 oC, dilakukan variasi pH (4, 5, 6, 7, dan 8). Setelah
kondisi sesuai, enzim papain dengan kadar optimum ditambahkan.
Dilakukan pengamatan waktu yang dibutuhkan untuk koagulasi
pada masing-masing variasi kadar enzim papain.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Praktikum pertama dilakukan 2 April 2014.
1. Isolasi enzim papain Getah papaya dilarutkan dengan aquades (1:4) kemudian diaduk dan didiamkan selama 20 menit. Disaring kemudian campuran yang diperoleh disaring, diambil filtratnya Filtrat ditambahkan aseton 1 : 6 kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu 6℃.
4.1.2. Praktikum pertama dilakukan 3 April 2014.
2. Memperoleh enzim Diambil campuran yang didiamkan selama 24 jam kemudian disaring residu
(enzim papain) yang diperoleh diambil. Endapan berwarna putih Dilakukan pengeringan beku
4.1.3. Praktikum pertama dilakukan 7 April 2014.
3. Uji aktivitas Dilarutkan enzim kemudian di uji terhadap kasein namun tidak menggumpal.
(uji positif kasein menggumpal) Dibuat control dengan memanaskan enzim papain agar enzim rusak dan diuji
dengan kasein.
4.1.4. Praktikum pertama dilakukan 9 April 2014.
4. Isolasi enzim papain Getah papaya sebanyak 7 mL Getah diuji terhadap susu menggumpal hal ini menandakan adanya enzim
papain Getah dilarutkan dengan aquades (1:4) kemudian diaduk dan didiamkan
selama 20 menit. Disaring kemudian campuran yang diperoleh disaring, diambil filtratnya Filtrat sebanyak 13 mL Filtrat ditambahkan aseton 1 : 6 kemudian didiamkan selama 24 jam pada
suhu 6℃.
Penambahan aseton
4.1.5.Praktikum pertama dilakukan 10 April 2014.
Tidak dilakukan praktikum mati lampu
4.1.6. Praktikum pertama dilakukan 11 April 2014. Uji aktivitas dengan larutan kasein 1% tidak menggumpal
4.1.7. Praktikum pertama dilakukan 16 April 2014. Isolasi enzim papain
Getah papaya dilarutkan dengan aquades (1:4) kemudian diaduk dan didiamkan selama 20 menit.
Dilakukan pengujian filtrat yang diperoleh dari getah papaya yang ditambahkan aquades dengan susu menggumpal (1) dengan kasein tidak (2)
Disaring kemudian campuran yang diperoleh disaring, diambil filtratnya didiamkan 24 jam pada suhu 6 ℃
4.1.8.Praktikum pertama dilakukan 17 April 2014.
Uji aktivitas enzim
Dengan kasein tidak menggumpal (2) Dengan susu kedele yang dibuat dengan 100 gram kedele yang
direndam dalam air selama 10 jam kemudian dikupas kulitnya dan direndam kembali 30-45 menit.
Digiling dengan penambahan air sebanyak (1:8) Diambil filtratnya Dipanaskan pada suhu 60 ℃
Larutan enzim papain ditambahkan susu kedele menggumpal (1)
4.2. Hasil AnalisisPraktikum mini project yang dilakukan kali ini adalah mengetahui peran enzim papain dalam proses penggumpalan tahu, dimana pada bahan yang digunakan yaitu susu kedelai. Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu mengisolasi enzim papain terlebih dahulu kemudian diuji aktifitasnya. Hasil yang diperoleh pada saat pertama kali praktikum adalah pada saat getah dilarutkan dalam aseton terdapat endapan putih dan larutan suspensi berwarna putih. Kemudian disaring dengan kertas saring kemudian diinkubasi dengan suhu 6oC selama 24 jam. Enzim yang diperoleh lalu diuji aktifitasnya untuk mengetahui bahwa enzim telah berhasil diisolasi, yaitu dengan menggunakan kasein 1%. Setelah enzim ditambahkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan kasein hasil yang didapatkan adalah kasein tidak menggumpal, kemudian saat dibandingkan dengan kontrol yaitu enzim dirusak dengan pemanasan hasil yang didapatkan juga sama yaitu tidak menggumpal. Hal ini dapat disebabkan karena kasein sudah kadaluarsa sehingga molekul protein yang terdapat pada kasein tidak dapat diurai oleh enzim sehingga tidak menggumpal atau membentuk protein yang baru atau senyawa yang menyerupai protein (Sutrisno, 2007).Kemudian kami mengisolasi kembali enzim papain dengan cara yang sama, namun pelarut yang digunakan adalah aquades. Saat diuji aktifitasnya dengan kasein juga tidak menunjukkan hasil positif. Namun
saat diuji dengan susu kedelai menunjukkan adanya hasil positif, menunjukkan adanya penggumpalan, untuk gambar dapat dilihat pada hasil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa enzim berhasil diisolasi dengan baik dengan adanya penguraian protein oleh enzim yang menyebabkan adanya penggumpalan pada susu kedelai.Mekanisme pembentukan gel susu adalah adanya penurunan pH akibat pengasaman atau fermentasi yang menyebabkan perubahan kimia secara drastis. Perubahan utamanya yaitu kalsium dan fosfat bergabung dengan kasein. Ikatan fosfat tetap utuh dimana pH isoelektrik dari ikatan-ikatan ini menjadi lebih kuat. Selanjutnya partikel-partikel kasein pada pH ini sangat berbeda pada kondisi fisiologis, meskipun distribusi ukurannya tidak berubah secara luas. pH yang rendah pada susu menghasilkan ion kalsium meningkat yang sekaligus mengurangi ikatan isoelektrik bermuatan negatif pada larutan kasein. Partikel kasein teragregasi pada pH 4,6 yang mengakibatkan dorongan elektrostatik dan dorongan sterik menjadi hilang pada larutan kasein sehingga terbentuklah gel di dalam susu (Malaka, 1997).Setelah diketahui adanya uji aktifitas, selanjutnya adalah mengoptimasi pH dan suhu. Untuk optimasi suhu, susu kedelai dipanaskan dari suhu 50o-90oC bahkan pada titik didih air. kemudian diberikan enzim papain didalamnya, yang terjadi adalah enzim bekerja optimum pada suhu 60o, hal ini sesuai dengan literatur Arief (1975) yang menyebutkan bahwa enzim papain optimum pada suhu 50-60oC. Untuk suhu diatas suhu optimum, maka aktifitas enzim akan semakin berkurang yang ditandai dengan berkurangnya penggumpalan.
(selebihnya yang pH aku nggak begitu paham).....