Fix proposal
-
Upload
qurotul-novida-priyanto -
Category
Education
-
view
1.997 -
download
6
description
Transcript of Fix proposal
“Metodelogi Penelitian” 2012
A. Latar Belakang
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains), yaitu ilmu
yang mempelajari gejala-gejala alamiah atau fenomena alam dalam rangka
memahami serta mengungkap berbagai rahasia alam semesta untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Mengingat besarnya peranan ilmu
fisika dalam kehidupan manusia, dalam ilmu fisika dikenal pameo ‘physics today is
technology tomorrow’. Fisika hari ini adalah teknologi hari esok. Adalah tantangan
bagi semua guru fisika untuk menyajikan fisika sebagai pelajaran yang menarik
dan menantang minat siswa.
Belajar fisika akan menyenangkan kalau memahami keindahannya,
mengetahui manfaatnya, atau merasa tertantang oleh fenomena alam yang belum
dipahami. Jika siswa sudah mulai tertarik baik oleh keindahannya, manfaatnya
atau merasa tertantang untuk memahami fenomena alam yang mereka hadapi
maka mereka akan bisa lebih mudah dalam menguasai pelajaran fisika. Oleh
karena itu, media pembelajaran visual merupakan modal penunjang untuk
menjembatani pemahaman penerapan konsep fisika di tengah halangan atau
kesulitan yang menerpa ketika sedang belajar fisika.
Kemajuan teknologi modern tentang komputer merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pada bidang
pendidikan, pemerintah dan masyarakat umum telah memberikan perhatian yang
mendalam tentang kemajuan teknologi modern ini. Teknologi dapat membantu
mencapai sasaran dan tujuan pendidikan sehingga proses belajar mengajar akan
lebih berkesan dan bermakna. Teknologi informasi turut berkembang sejalan
dengan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi
meliputi perkembangan infrastruktur teknologi informasi, seperti hardware,
software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi.
Media visual berupa animasi yang merupakan kumpulan gambar yang
diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan
audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan pembelajaran.
Kehadiran media animasi dalam pembelajaran Fisika sangat mendukung proses
penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses fisika yang
kompleks dapat dengan mudah dijelaskan kepada siswa, seperti proses
mengalirnya arus listrik, perpindahan elektron-elektron, dan berbagai proses
1
“Metodelogi Penelitian” 2012
dalam konsep kelistrikan lainnya. Pada proses belajar mengajar, siswa sering
dihadapkan pada materi yang abstrak dan diluar pengalaman sehari-hari sehingga
materi pelajaran sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Keistimewaan yang
dimiliki oleh animasi intinya untuk memvisualisasikan konsep abstrak yang sulit
dipraktekkan dikelas.
Listrik merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh manusia di dunia untuk
menunjang berlangsungnya kegiatan pada kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya
listrik maka kegiatan sehari-hari akan terganggu. Pemahaman mengenai listrik
sejauh ini lebih dominan pada orang-orang tertentu, sehingga masyarakat awam
kurang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan dasar untuk memperbaiki
alat-alat listrik di rumah mereka. Pembelajaran mengenai konsep kelistrikan
diharapkan mampu mengenalkan siswa pada komponen-komponen dasar listrik,
rangkaian-rangkaian listrik, bahkan mampu membuat produk teknologi sederhana
mengenai konsep kelistrikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu untuk melakukan
penelitian tentang pengembangan penggunaan media visual dalam pembelajaran
fisika di kelas XII-IPA SMA Negeri I Puri Mojokerto. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh
Pengembangan Media Visual Pada Materi Kelistrikan dengan Metode
Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) di Kelas XII-IPA SMA Negeri 1
Puri Mojokerto”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
pengembangan media visual terhadap penguasaan konsep kelistrikan dengan
menggunakan metode pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) pada siswa
kelas XII-IPA di SMA Negeri 1 Puri Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pengembangan media visual terhadap
penguasaan konsep kelistrikan dengan menggunakan metode pembelajaran PBI
2
“Metodelogi Penelitian” 2012
(Problem Based Instruction) pada siswa kelas XII-IPA di SMA Negeri 1 Puri
Mojokerto.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
Bagi Peneliti
a. Memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pengembangan
pengarajan menggunakan media visual pada konsep kelistrikan dengan
menggunakan model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction).
b. Mengetahui minat belajar siswa terhadap pengembangan media visual serta
peningkatan prestasi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran PBI
(Promblem Based Instruction).
Bagi Siswa
a. Menambah pengetahuan mengenai media visual terhadap penguasaan konsep
kelistrikan dengan menggunakan metode pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction).
b. Memberikan pola pengajaran baru yang berbasis media visual, sehingga siswa
tidak merasa jenuh.
Bagi Guru
a. Memberikan masukan cara atau metode yang cocok dalam menyajikan materi
agar mampu memompa semangat siswa dalam menggali pengetahuannya.
b. Mengetahui keberhasilan penerapan pengajaran menggunak
c. an media visual khususnya pada penguasaan konsep kelistrikan.
Bagi Sekolah
a. Agar lebih memperhatikan pengadaan media pendidikan bagi menunjang
lancarnya pelaksanaan proses belajar mengajar.
E. Kajian Teori
1. Media Visual
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu
perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam
pendidikan, media diartikan sebagai komponen sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat
3
“Metodelogi Penelitian” 2012
merangsang siswa untuk belajar. Pengertian media menurut beberapa
sumber adalah sebagai berikut:
1. AECT
Media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan atau informasi.
2. Gagne
Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsang untuk belajar.
3. Briggs
Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar.
Bila kita tinjau dari media pembelajaran yang mempunyai arti segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Sedangkan media
visual adalah media yang memberikan gambaran menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa media
visual merupakan salah satu media untuk pembelajaran.
Media visual ini lebih bersifat realistis dan dapat dirasakan oleh
sebagian besar panca indera kita terutama oleh indera penglihatan. Media
visual ada yang dapat diproyeksikan dan ada pula yang tidak dapat
diproyeksikan.
Dalam penggunaannya media visual memiliki manfaat atau
kegunaan. Manfaatnya antara lain:
1. Media bersifat konkrit, lebih realistis dibandingkan dengan media
verbal atau non visual sehingga lebih memudahkan dalam
pengaplikasiannya.
2. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap
melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang
menarik dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam
memahami pelajaran yang disampaikan.
3. Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik dan dapat melampaui batasan ruang kelas.
4
“Metodelogi Penelitian” 2012
Melalui penggunaan media visual yang tepat, maka semua obyek itu
dapat disajikan kepada peserta didik.
4. Lebih efiektif dan efisien dibandingkan media verbal lainnya karena
jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis
media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif,
dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.
5. Penggunaannya praktis, maksudnya media visual ini mudah
dioperasikan oleh setiap orang yang memilih media-media tertentu,
misalkan penggunaan media Transparansi Overhead Tranparancy
(OHT).
Beberapa faktor yang menghambat perkembangan kemampuan
seseorang untuk menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1. Asumsi bahwa menggunakan media itu repot.
2. Menganggap media itu canggih dan mahal.
3. Tidak bisa menggunakan media yang ada.
4. Asumsi bahwa media itu hiburan, memperkecil kemungkinan anak
tetap konsentrasi terhadap pelajarannya.
5. Tidak tersedianya media pembelajaran visual.
6. Kebiasaan menikmati ceramah/bicara tanpa media visual.
Jadi, seseorang yang paling tepat untuk menggunakan media
pembelajaran visual adalah seseorang yang tidak memiliki sifat menghambat
seperti yang disebutkan diatas.
Cara pemilihan media visual yang tepat adalah :
1. Media yang digunakan harus memperhatikan konsep pembelajaran
atau tujuan dari pembelajaran.
2. Memperhatikan karakteristik dari media yang akan digunakan ,apakah
sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat guna.
3. Tepat sasaran kepada peserta didik yang sesuai degan kebutuhan
zaman.
4. Waktu , tempat , ketersediaan dan biaya yang digunakan.
5. Pilihlah media visual yang menguntungkan agar lebih menarik,variatif,
mudah diingat dan tidak membosankan sesuai dengan konteks
penggunaannya.
5
“Metodelogi Penelitian” 2012
Macam-macam media visual
a. Media yang tidak diproyeksikan
1) Media realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus
dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke
obyek. Kelebihan dari media realita ini adalah dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari
keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup,
ekosistem, dan organ tanaman.
2) Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang
merupakan representasi atau pengganti dari benda yang
sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala
tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem
gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi,
dan syaraf pada hewan.
3) Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan
melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah
menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan
mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan
jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media
grafis adalah:
a) Gambar atau foto merupakan media yang paling umum
digunakan.
b) Sketsa adalah gambar sederhana atau draft kasar yang
melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat
menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan
memperjelas pesan.
c) Diagram atau skema : gambar sederhana yang menggunakan
garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek
tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari
organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
d) Bagan atau chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit
sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu
memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian.
6
“Metodelogi Penelitian” 2012
Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti:
gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
e) Grafik yaitu gambar sederhana yang menggunakan garis, titik,
simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data
kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.
b. Media proyeksi
1) Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka
sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat
bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa).
Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead
transparancy atau OHT) dan perangkat keras (Overhead projector
atau OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
a) Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
b) Membuat sendiri secara manual
2) Film bingkai atau slide adalah film transparan yang umumnya
berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2 X 2 inci. Dalam satu paket
berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat
film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas
visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah
beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis.
Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
2. Model Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan model pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Sebagaimana diungkapkan oleh Koes (2003: 61); “model pembelajaran dapat
menumbuhkan kemampuan siswa untuk mencapai berbagai tujuan
pembelajaran”. Menurut Hertien (Trianto, 2007); “model pembelajaran
merupakan suatu pola mengajar yang menerangkan proses menyebutkan dan
menghasilkan situasi lingkungan tertentu yang menyebabkan para siswa
berinteraksi dengan cara terjadinya perubahan khusus pada tingkah laku
7
“Metodelogi Penelitian” 2012
mereka, dengan kata lain penciptaan suatu situasi lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar”.
Berdasarkan pengertian di atas maka model pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu pola pembelajaran untuk menciptakan lingkungan
belajar yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi, baik dengan sesama
rekannya maupun dengan guru, sehingga terjadi perubahan tingkah laku
pada siswa.
Lebih lanjut Ismail (Mustikasari, 2006: 10) menyebutkan bahwa
istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dijumpai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya.
b. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan gar model tersebut berhasil
(sintaks).
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Salah satu yang membedakan model pembelajaran yang satu dengan
yang lain adalah tingkah laku mengajar (sintaks) yang digunakan oleh
masing-masing model pembelejaran. Sintaks inilah yang menjadi ciri khas
dari suatu model pembelajaran. Masing-masing model pembelajaran
memiliki sintaks yang berbeda-beda meskipun memiliki tujuan pembelajaran
yang sama.
3. Problem Based Intruction (PBI)
Problem Based Intructional atau PBI berlandaskan pada psikologi
kognitif. Fokus pengajaran tidak begitu menekankan kepada apa yang
sedang dilakukan siswa (perilaku siswa) melainkan kepada apa yang mereka
pikirkan (kognisi) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Oleh karena itu
peran utama guru pada PBI adalah membimbing dan memfasilitasi sehingga
siswa dapat belajar berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.
PBI dilandasi oleh tiga pikiran ahli, yaitu sebagai berikut :
8
“Metodelogi Penelitian” 2012
1) John Dewey dan kelas Demokrasi
Akar intelektual pembelajaran PBI adalah penelitian John
Dewey. Dalam tulisannya yang berjudul Demokrasi dan Pendidikan
(1916), Dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya
mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan
nyata. Dewey menganjurkan agar guru memberi dorongan kepada
siswanya terlibat dalam proyek atau tugas-tugas berorientasi masalah
dan membantu mereka menyelidiki masalahnya.
Kill Patrick (1918) mengemukakan bahwa pembelajaran di
sekolah seharusnya bermanfaat dan tidak abstrak. Agar pembelajaran
itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa terlibat menyelesaikan
proyek yang menarik dan merupakan pilihan mereka sendiri.
2) Piaget, Vygotsky dan Kontruktivisme
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan
dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa
ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif
membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka
hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.
3) Bruner dan Pembelajaran Penemuan
Teori pendukung penting yang dikemukakan oleh Bruner
terhadap PBI adalah pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan
adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya
membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin
ilmu. Bruner yakin pentingnya siswa terlibat di dalam pembelajaran dan
dia meyakini bahwa pembelajaran yang terjadi sebenarnya melalui
penemuan pribadi.
Menurut Bruner tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan
banyaknya pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-
kemungkinan untuk penemuan siswa.
Pembelajaran ini diterapkan dalam sains dan ilmu sosial,
dikenal dengan penalaran induktif dan proses-proses inkuiri yang
merupakan ciri metode ilmiah. Konsep lain Bruner adalah scaffoding
9
“Metodelogi Penelitian” 2012
yang didefinisikan sebagai seseorang siswa dibantu menuntaskan
masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui
bantuan dari seorang guru atau orang lain yang memiliki kemampuan
lebih.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Based Intructional (PBI)
Ciri utama PBI meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah
atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam
penyelidikan dan menghasilkan karya. Dengan demikian secara terinci ciri
PBI adalah sebagai berikut :
1. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik. Pada tahap ini guru
menyusun skenario yang dapat menarik perhatian siswa, sekaligus
memunculkan pertanyaan yang benar-benar nayat di lingkungan siswa
serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini
dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau
mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya
permasalahan atau pertanyaan. Mendemonstrasikan kejadian-kejadian
yang memunculkan konfliks kognitif diyakini sangat baik untuk
mengorientasikan siswa kepada masalah ini.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBI berpusat pada
pelajaran tertentu, misalnya biologi, masalah yang dipilih benar-benar
nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi
mata pelajaran yang lain. Sebagai contoh masalah polusi pada contoh di
atas, mencakup aspek akademis dan terapan mata pelajaran ekonomi
sosiologi, parawisata, dll. Begitu pula pada masalah menyajikan
makanan untuk kakek, melibatkan biologi, kesehatan, kimia dan
sebagainya.
3. Penyelidikan autentik. PBI mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah,
menyusun hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi/data,
melakukan percobaan, membuat inferensi dan merumuskan
10
“Metodelogi Penelitian” 2012
simpulan. Metode yang digunakan sangat bergantung kepada
masalah yang sedang dipelajari.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBI menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau
artifak dan memamerkan. Karya tersebut dapat berupa rekaman debat,
laporan, model fisik, video dan program komputer.
Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Intructional (PBI)
PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa dengan
melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi. PBI juga
membuat siswa menjadi pembelajar yang otonom, mandiri. Secara terinci
tujuan PBI adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Kerjasama yang dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya berbagi
keterampilan inkuiri dan dialog dengan demikian akan berkembang
keterampilan sosial dan berpikir.
2) Permodelan Peranan Orang Dewasa
3) Pembelajar Otonom dan Mandiri
Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Intructional (PBI)
PBI terdiri dari lima tahap utama, yang dimulai dengan guru
mengorientasikan siswa kepada situasi masalah yang autentik dan diakhiri
dengan penyajian karya. Jika jangkauan masalahnya sedang-sedang saja,
kelima tahapan tersebut dapat diselesaikan dalam dua sampai tiga kali
pertemuan. Namun masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan
setahun penuh untuk menyelesaikannya.
11
“Metodelogi Penelitian” 2012
Tabel 1 Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru Hasil Belajar Kognitif
Tahap-1
Orientasi siswa kepada
masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita
untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa
untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang
dipilihnya
Hasil belajar kognitif yang
diharapkan muncul adalah
C1. Pengetahuan yang
dimiliki siswa dilatih untuk
materi baru yang akan
dipelajari pada tahap
apersepsi.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Hasil belajar kognitif yang
diharapkan muncul adalah
C2 dan C3. Pemahaman siswa
dilatih dengan pembelajaran
berupa penyelidikan.
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan
masalah
Hasil belajar kognitif yang
diharapkan muncul adalah
C2 dan C3. Siswa melakukan
penyelidikan guna
mendapatkan informasi
untuk memecahkan
permasalahan.
Tahap-4
Mengembangkan dan
Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang
Hasil belajar kognitif yang
diharapkan muncul adalah
C2 dan C3. Ketika siswa
12
“Metodelogi Penelitian” 2012
Tahap Tingkah Laku Guru Hasil Belajar Kognitif
menyajikan hasil karya sesuai seperti laporan,
video, dan model dan
membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan
temannya
melakukan penyelidikan,
siswa dilatih untuk
mendiskusikan hasil
penyelidikannya kepada
siswa yang lain.
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka
gunakan
Hasil belajar kognitif yang
diharapkan muncul adalah
C4. Misalnya pada
pembelajaran GLBB, siswa
menganalisis data
percobaan sehingga siswa
dapat menyimpulkan
sendiri hubungan antara
kecepatan dan percepatan
benda yang bergerak.
Ibrahim dan Nur (2005)
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI)
Problem Based Instruction (PBI) memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.
a. Kelebihan PBI
Menurut Ibrahim dan Nur (Rusmiyati, 2007) Problem Based
Instruction (PBI) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1) Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
2) Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan
orang lain.
13
“Metodelogi Penelitian” 2012
3) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini
memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun
pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut.
4) Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
b. Kelemahan PBI
Disamping kelebihan di atas, menurut Sanjaya (Nuh, 2007)
Problem Based Instruction (PBI) juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencobanya.
2) Membutuhkan waktu pembelajaran yang cukup lama untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
3) Membutuhkan kerja keras guru sebagai fasilitator pembelajaran
untuk membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
4. Kelistrikan
Dasar Kelistrikan
Semua yang ada di alam semesta ini terbuat dari benda. Benda bisa
diartikan sebagai sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai berat.
Benda bisa digolongkan dalam bentuk padat, cair dan gas. Bentuk benda bisa
berubah melalui suatu proses, contohnya temperatur, air biasanya
ditemukan dalam bentuk cairan, namun dengan mengubah temperaturnya
air dapat berubah menjadi bentuk padat atau uap.
Suatu benda dapat juga dijabarkan berdasarkan warna, rasa, dan
basah atau kering yang kesemuanya itu digambarkan dalam bentuk
karakternya saja, tidak bisa dikenali zatnya. Untuk benar-benar mengenali
suatu zat, zat tersebut harus diuraikan menjadi butiran-butiran terkecil.
Butiran-butiran tersebut digambarkan dalam struktur atom,
sehingga dapat dikenali sifat dan karakternya.
14
“Metodelogi Penelitian” 2012
Partikel yang sudah dibagi dari bentuk murninya akan berubah
karakternya dalam bentuk atom. Bentuk ini disebut dengan elemen.
Terdapat lebih dari 100 elemen. Kebanyakan dari elemen terbentuk secara
alami di alam semesta. Beberapa dari elemen tidak terjadi secara alami,
namun dibentuk dari laboratorium. Beberapa contoh elemen yang terbentuk
secara alami adalah besi,
tembaga, emas, aluminum, karbon, dan oxygen. Dua elemen atau
lebih yang dicampur bersama akan membentuk suatu zat baru. Zat dapat
diuraikan lagi ke dalam masing-masing elemennya. Suatu elemen dapat
diuraikan menjadi struktur atom.
Benda jika diuraikan ke dalam bentuk yang lebih kecil adalah
sebagai berikut :
Terjadinya Listrik
Untuk mengetahui apa itu listrik, kita perlu memahami mengenai struktur benda terlebih dahulu.
Susunan struktur benda umumnya adalah sebagai berikut :
15
“Metodelogi Penelitian” 2012
Ciri khas molekul dan atom:
Melekul : Atom terkecil dari suatu benda yang tidak dapat lagi dipisahkan.
Atom : Adalah butiran-butiran yang tidak dapat lagi dipisahkan.
Atom membuat lagi elemen seperti dibawah ini, dengan struktur
seperti tampak pada gambar .
Proton adalah terletak pada inti atom, yang mempunyai partikel bermuatan
listrik positif (+).
Electron adalah partikel yang mengorbitkan pada inti benda dan bermuatan
listrik negatif (-).
Neutron juga merupakan inti namun tidak bermuatan listrik alias netral.
Elektron-elektron bergerak atau berjalan dari atom ke atom lainnya
dikarenakan dimungkinkan bagi atom tersebut untuk mendapatkan atau
kehilangan eletron dari orbitnya. Elektron-elektron yang sudah dikeluarkan
dari suatu atom disebut dengan (elektron bebas) free electrons. Hilangnya
suatu elektron berarti bertambahnya proton pada atom, sehingga muatan
positifnya menjadi lebih besar dibandingkan dengan muatan negatifnya.
Atom bermuatan positif akan menarik elektron bebas untuk menggantikan
posisinya yang hilang. Bila suatu atom mendapat ekstra elektron, maka
hasilnya adalah atom tersebut akan bermuatan negatif. Atom akan berusaha
menolak partikel negatif dan memudahkan elektron tambahan ini untuk bisa
ditarik oleh atom bermuatan lawannya. Untuk memahaminya dengan baik,
coba pikirkan barisan kendaraan di jalan raya.
Ketika satu mobil keluar, maka ada ruang yang terbuka. Bila ada
ruang yang terbuka, maka mobil lainnya akan masuk untuk mengisinya.
Pergerakkan atau aliran elektron bebas dari satu atom ke atom lainnya
disebut dengan arus listrik atau listrik.
16
“Metodelogi Penelitian” 2012
F. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan desaign true experiment pada keadaan one group pretest-
posttest design. Pada jenis penelitian dengan menggunakan keadaan kelompok
seperti itu maka akan dilakukan observasi dua kali. Observasi pertama adalah
melakukan pretest dan observasi kedua adalah posttest.
G. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Puri Mojokerto pada bulan
Desember 2012 sampai Januari 2013.
H. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Arikunto (1998: 115) berpendapat “ Populasi merupakan subyek
penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (1997: 57) menjelaskan populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMA
Negeri 1 Puri Mojokerto tahun ajaran 2012/2013.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah tiga kelas dari kelas
XII IPA SMA Negeri 1 Puri Mojokerto tahun ajaran 2012/2013 yaitu dua
kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol yang
kemudian dilakukan rotasi pada pertemuan selanjutnya.
I. Rancangan Penelitian
“Rancangan penelitian adalah rencana dan sruktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan penelitiannya” (Kerlinger, 1990: 483). Berdasarkan
permasalahan yang diteliti, maka metode penelitian ini menggunakan penelitian
historik (dokumenter), deskriptif, serta eksperimen.
17
“Metodelogi Penelitian” 2012
Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk
mengetahui dan menemukan ada tidaknya pengaruh pengembangan media visual
pada materi kelistrikan dengan model pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction). Historik dipandang sesuai dengan peneliatian ini karena bertujuan
untuk mendokumentasikan kegiatan siswa (tingkah laku siswa) selama proses
pembelajaran. Deskriptif dipandang sesuai dengan penelitian ini karena bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti untuk menemukan
ada tidaknya pengaruh pengembangan media visual. Eksperimen dipandang
sesuai dengan penelian ini karena bertujuan untuk mengetahui perkembangan
antara kelas eksperimen dengan kelas pembanding.
Tabel 2.
Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding
Kelompok Sampel Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Kelas Eksperimen
(X-4)Y1
Bentuk Aktivitas
(X)Y2
Kelas Pembanding
(X-1)Y3
Bentuk Aktivitas
(X)Y4
Keterangan Tabel:
Y1 = Kondisi Awal prestasi belajar siswa kelas X-4 atau tes awal (pretest).
Y3 = Kondisi Awal prestasi belajar siswa kelas X-1 atau tes awal (pretest).
Y2 = Kondisi prestasi belajar siswa kelas X-4 setelah diberi perlakuan
pembelajaran listrik dinamis atau tes akhir (posttest)
Y4 = Kondisi prestasi belajar siswa kelas X-1 setelah diberi perlakuan
pembelajaran listrik dinamis atau tes awal (posttest)
X = Pemberian Perlakuan
Untuk lebih jelasnya Pola eksperimen yang dilaksanakan adalah seperti
pada tabel di bawah ini.
18
“Metodelogi Penelitian” 2012
Tabel 3.
Pola Eksperimen Melalui Observasi Penilaian Bentuk Pemahaman konsep Listrik
Dinamis
Kelompok Observasi variabel bebas
Siswa Kelas X-1 Besaran-besaran listrik, Rangkaian listrik
dan alat ukur listrikSiswa Kelas X-4
J. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebasnya adalah media visual, dan variabel terikatnya
adalah penguasaan konsep kelistrikan.
K. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
terikat dan variabel bebas. Variabel bebasnya adalah media visual. Media yang
digunakan adalah phet yang merupakan media berbasis praktikum sederhana
pada media visual dan animasi yang merupakan suatu media pembelajaran yang
menggunakan berbagai kombinasi antara teks, grafik, gambar, dan suara yang
memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan
konsep sistem sirkulasi siswa. Sedangkan untuk variabel terikat adalah
penguasaan konsep siswa dinilai dalam bentuk skor atau angka yang dicapai
siswa setelah diberikan tes pada konsep tertentu, yang disusun untuk penelitian
ini.
L. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
eksperimen dan pembanding.
b. Menetukan kelas eksperimen dan kelas pembanding sebagai sampel
penelitian.
2. Pelaksanaan
19
“Metodelogi Penelitian” 2012
Tabel 4
Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding
Kelas Eksperimen Kelas Pembanding
1. Pendahuluan (15 menit) 1. Pendahuluan (15 menit)
a. Guru memberikan tes awal (10
menit)
b. Guru memberikan apersepsi (3
menit)
c. Guru menyampaikan indikator (2
menit)
a. Guru memberikan tes awal (10
menit)
b. Guru memberikan apersepsi (3
menit)
c. Guru menyampaikan indikator (2
menit)
2. Kegiatan inti (60 menit) 2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Melaksanakan pembelajaran
dengan metode ceramah dan
tanya jawab dengan
menggunakan alat bantu laptop
dan LCD yang menampilkan slide
dan animasi (45 menit)
b. Guru mereview sedikit materi
yang telah diajarkan (10 menit)
c. Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan (5 menit)
a. Melaksanakan pembelajaran
dengan metode ceramah dan
tanya jawab dengan
menggunakan alat bantu laptop
dan LCD yang menampilkan slide
dan gambar (45 menit)
b. Guru mereview sedikit materi
yang telah diajarkan (10 menit)
c. Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan (5 menit)
3. Penutup (15 menit) 3. Penutup (15 menit)
a. Memberikan tes akhir (10 menit)
b. Memberitahukan materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya (5 menit).
a. Memberikan tes akhir (10 menit)
b. Memberitahukan materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya (5 menit).
3. Penyelesaian Penelitian
a. Melakukan analisis data dan pembahasan.
20
“Metodelogi Penelitian” 2012
b. Merumuskan kesimpulan dari hasil analisis.
M. Instrumen Penelitian
Hal-hal yang perlu diungkap dalam instrumen penelitian adalah:
1) Pengembangan Instrumen
Dalam penelitian ini, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka dalam
pengembangan instrumennya dengan mengemukakan kisi-kisi instrumen.
2) Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka
instrumen tersebut diujicobakan pada 30 siswa kelas XII-IPA SMA Negeri 1
Puri Mojokerto yang akan dijadikan sampel. Uji coba instrumen
dimaksudkan agar instrumen yang berupa angket harus valid dan reliabilitas
sebelum disebarluaskan kepada responden.
Tabel 5.
Format Observasi Tindakan
Bentuk Kegiatan Pembelajaran
Untuk Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII-IPA
TGl. Observasi : .......... Sekolah : ..........
Bentuk Aktivitas : .......... Usia/Kelas : ..........
Kategori/Level : .......... Jenis Kelamin : ..........
21
“Metodelogi Penelitian” 2012
N. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan
yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok (Riduwan,
2003).
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap
stimulus atau pertanyaan (Djemari, Mardapi, 2008). Pada penelitian ini, tes
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan mahasiswa
dalam penguasaan kosakata bahasa Jepang. Tes yang digunakan adalah tes
tertulis berbentuk pilihan ganda (multiple choice test) dengan memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan dan mencocokkan
22
“Metodelogi Penelitian” 2012
(matching test) yang terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban,
masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri
jawaban.
2. Kuesioner (Angket)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai permintaan pengguna
(Riduwan, 2003). Angket digunakan pada penelitian ini untuk mengukur
minat siswa terhadap animasi yang telah disampaikan oleh peneliti. Validitas
isi angket diuji dengan bertanya kepada ahli (dosen). Pelaksanaan
pengambilan data (pengisian angket) dilakukan setelah penggunaan media
pembelajaran. Skala pengukuruan angket dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert. Angket ini terdiri dari pertanyaan positif seperti terlihat pada
Tabel 6:
Tabel 6. Skor Pernyataan Tanggapan
Pernyataan SS S TS STS
Skor 4 3 2 1
(Sudjana, 1999)
O. Teknik Analisis Data
Arikunto (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan
analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-
rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau
desain yang diambil. Terkait dengan hal itu maka diperlukan adanya tehnik
analisis data.
a. Analisis Data Tes
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal yang akan digunakan
sebagai alat uji dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui validitas dan realibilitas soal tersebut dengan menggunakan
sofware AnatesV4.
1. Uji Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data.
23
“Metodelogi Penelitian” 2012
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan dengan
teknik korelasi product momen (r), dengan sofware AnatesV4.
Keputusan uji:
Bila rhitung > rteori, maka instrumen dinyatakan valid (diterima)
Bila rhitung < rteori, maka instrumen dinyatakan tidak valid (ditolak)
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran yang sama.
Pengujian reliabilitas soal menggunakan sofware AnatesV4.
Sedangkan untuk membuktikan perbedaan antara kelas
eksperimen dan kelas pembanding digunakan perhitungan statistik yaitu
uji mann-whitney (mann-whitney test). Untuk mengetahui, apakah
hipotesis ditolak atau diterima, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis
menggunakan uji mann-whitney. Sebelum dilakukan uji mann-whitney,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal dan uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya
kecenderungan sebaran data untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
3. Uji Normalitas
Pada penelitian ini, uji Normalitas dilakukan dengan
menggunakan program pengolah data SPSS (Statistical Product and
Service Solution) melalui uji Normalitas one sample Kolomogorof-Sminov
(K-S). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai
probabilitas <0,05 maka dikatakan data tidak terdistribusi normal,
sedangkan jika nila sig. (signifikasi) >0,05 maka dikatakan data
terdistribudi normal.
4. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa
bagian sampel, sehingga generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan.
Pada penelitian ini, uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan
program pengolah data SPSS melalui uji Levene (Levene Test). Kriteria
24
“Metodelogi Penelitian” 2012
pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas
<0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang variannya tidak
sama, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas >0,05
maka dikatakan data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai
varian yang sama.
5. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan program pengolah
data SPSS melalui uji mann-whitney (mann-whitney test). Kriteria
pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas
>0,05 maka berarti tidak ada pengaruh media visual terhadap penguasaan
konsep kelistrikan, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau nilai
probabilitas <0,05 maka ada pengaruh media visual terhadap penguasaan
konsep kelistrikan.
Kategorisasi terhadap nilai indeks gain yang diperoleh siswa
dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa yang telah
dilakukan pembelajaran dengan penghitungan sebagai berikut:
n G ¿ posttest − pretest
skor ideal −pretest
Tabel 7.
Kategorisasi Indeks Gain
Nilai Indeks Gain Kategori
> 0,7 Tinggi
0,3 – 0,7 Sedang
< 0,3 Rendah
b. Analisis Data Angket
Uji hasil angket dapat dianalisis dengan menggunakan skala likert yaitu
menganalisis jawaban pada angket yang telah diisi, menghitung skor jawaban,
mencari letak dari jumlah skor yang diperoleh dengan melihat pada rentang,
kemudian menarik kesimpulan dengan menjumlahkan persentase pada
pernyataan.
25
“Metodelogi Penelitian” 2012
1. Skor antara 0-50 berarti sangat tidak setuju
2. Skor antara 51-100 berarti tidak setuju
3. Skor antara 101-150 berarti setuju
4. Skor antara 151-200 berarti sangat setuju
Persentase dari skor yang diperoleh, dianalisis dengan rumus:
persentase= Jumlah SkorJumlah responden×Skor Tertinggi(4 )
x100 %
(Riduwan, 2003)
P. Daftar Pustaka
1) Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
2) Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
3) Ary D., Jacobs L. C., dan Razavieh A., (1982) Pengantar Penelitian Dalam
Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. Surabaya : Usaha Nasional.
4) India, 2010. Penggunaan Animasi dalam Pembelajaran.
http://biosman11.blogspot.com/2010/03/penggunaan-animasi-dalam-
pembelajaran.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2012.
5) Nuh. Ibrahim. 2005. Pengajaran Problem Based Instruction (PBI). Surabaya:
PSMS Unesa.
6) Riduwan. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Pemula. Jakarta: Alphabeta.
7) Sudjana, N. 1999. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
26