Proposal Baru

download Proposal Baru

of 30

Transcript of Proposal Baru

DRAF PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA MATERI KESEBANGUNAN

Tugas Matakuliah: Metodologi PenelitianDosen Pengampu: Dr. Rufii, S.Si., S.T., M.Pd.

Oleh:Ratna Mustika SariNIM: 11 550 0214

PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYAOKTOBER 2013KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah proposal yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Materi Kesebangunan ini dapat terselesaikan. Proposal ini diajukan untuk memenuhi prasyarat mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan memperoleh nilai tugas matakuliah Metodologi Penelitian.Keberhasilan penyusunan proposal ini tentu tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:1. Dr. Rufii, S.Si., S.T., M.Pd., selaku dosen pembimbing proposal yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan nasehat sehingga proposal ini dapat terselesaikan.2. Kedua orang tuaku tercinta (Nuruddin dan Wahayu(alm)), Budheku tercinta (Tjutjuk) serta saudara-saudaraku (Ana, Yuli dan Ari) yang telah memberikan kasih sayang, doa serta dorongan hingga terselesainya proposal ini.3. Kucingku tersayang (Sappu) yang selalu memberikan motivasi dan setia menemani pengerjaan proposal ini hingga terselesaikan.4. Murid-muridku (Sania, Jojo, Ipin, Marcella, Salsa dan Billa) yang telah memberikan inspirasi terwujudnya proposal ini.5. Teman-teman angkatan 2011 serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnan proposal ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat baik bagi penulis serta semua pihak yang menggunakannya. Amiin.

Surabaya, Desember 2012

PenulisDAFTAR ISIHalamanKata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Definisi Operasional BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Pembelajaran Matematika B. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep D. Kesebangunan E. Kerangka Berfikir F. Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan G. Hipotesis BAB III METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian B. Subjek Penelitian C. Metode Pengumpulan Data D. Analisis Data DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahMempelajari matematika memang membutuhkan pemahaman dan latihan yang cukup. Banyak siswa mengeluh bahwa mereka mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Salah satunya adalah sulit memahami materi atau konsep matematika sehingga siswa kurang maksimal dalam belajar matematika khususnya dalam menyelesaikan soal matematika. Hal tersebut merupakan masalah bagi guru dalam mengajarkan matematika.Kirana (dalam Yuliani, 2007:7) mengemukakan bahwa pemahaman akan suatu konsep merupakan dasar pemahaman suatu teori, sehingga untuk dapat memahami suatu teori harus dipahami dahulu konsep-konsep yang menyusun teori tersebut. Pemberian pengetahuan matematika tanpa melewati proses terciptanya konsep dan prinsip yang ada, menjadikan siswa bersifat pasif menerima. Suatu hal yang fatal jika siswa tidak memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar (Sinaga, 2004).Upaya untuk memperbaiki pemahaman anak terhadap matematika, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yaitu Model Pembelajaran Pencapaian Konsep. Joice dan Weil (1996) menyebutkan bahwa salah satu keunggulan model pembelajaran pencapaian konsep adalah dapat meningkatkan kemampuan bernalar siswa untuk belajar lebih mudah dan lebih efektif di masa yang akan datang. Hal terpenting pada model pembelajaran pencapaian konsep menurut Bustamam (www.wikipedia.com) yaitu guru mendorong siswa untuk menyatakan pemikiran mereka dalam bentuk hipotesis, bukan dalam bentuk observasi, guru menuntun jalan pikiran siswa ketika mereka menetapkan apakah suatu hipotesis diterima atau tidak, dan guru meminta siswa untuk menjelaskan mengapa mereka menerima atau menolak suatu hipotesis. Dari ketiga hal tersebut model pembelajaran pencapaian konsep menekankan bahwa siswa membangun sendiri pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman belajarnya. Dengan kata lain siswa dituntut untuk menggunakan penalarannya dalam membangun pengetahuan baru terutama pada tahap menganalisa hipotesa.Penalaran menurut Nasoetion (dalam Suwidiyanti, 2008:1) mengatakan bahwa salah satu manfaat penalaran dalam pembelajaran matematika adalah membantu siswa meningkatkan kemampuan dari yang hanya sekedar mengenal faktor, aturan, dan prosedur pada kemampuan pemahaman yang sangat penting dalam matematika.Dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP), menyatakan bahwa aspek penilaian metematika dalam rapor dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu dari tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan penalaran (reasoning).Salah satu contoh materi ajar yang menggunakan penalaran adalah konsep kesebangunan. Kesebangunan sebagai salah satu materi yang memuat konsep, dalam pembelajarannya membutuhkan pemahaman yang lebih, karena pemahaman yang kurang sempurna terhadap konsep kesebangunan pada akhirnya akan menghambat proses belajar kesebangunan.Berdasarkan pengalaman mengajar siswa kelas IX menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar materi kesebangunan.Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Materi Kesebangunan.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan yang muncul dari penulis adalah sebagai berikut :1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran model pembelajaran pencapaian konsep pada materi kesebangunan?2. Bagaimana kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal kesebangunan setelah diterapkan model pembelajaran pencapaian konsep?

C. Tujuan PenelitianSesuai dengan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran model pembelajaran pencapaian konsep pada materi kesebangunan.2. Kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal kesebangunan setelah diterapkan model pembelajaran pencapaian konsep.

D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam merencanakan upaya perbaikan pengajaran khusunya pada materi kesebangunan di sekolah, guru dapat mengetahui kemampuan penalaran matematika siswa khususnya pada Materi Pokok Kesebangunan.2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

E. Definisi OperasionalUntuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap beberapa istilah dalam penelitian ini, perlu penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut sebagai berikut:1. Model pembelajaran pencapaian konsep adalah suatu model pembelajaran bersifat induktif yang didesain untuk membantu siswa memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep yang dipelajari melalui latihan menguji hipotesis.2. Pengelolaan pembelajaran adalah keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, pengelolaan waktu, dan suasana kelas. Pengelolaan pembelajaran diukur dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran.3. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu.4. Kemampuan penalaran adalah kemampuan seseorang untuk menghubungkan dan menyimpulkan fakta-fakta logis yang diketahui, menganalisis data, menjelaskan dan membuat suatu kesimpulan yang valid. Kemampuan penalaran siswa ditinjau dari 4 hal yaitu siswa dapat memperkirakan proses penyelesaian soal, menganalisa situasi matematik, menyusun argumen yang valid dan menarik kesimpulan yang logis.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran MatematikaPeranan matematika sangatlah penting sehingga pendidikan matematika harus mampu membekali anak didik dengan keterampilan yang dapat menjawab permasalahan mendatang Soedjadi (1998) mengatakan bahwa matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran matematika mempersiapkan siswa agar mengambil nilai-nilai matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang lain.Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa, dimana mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam Sagala, 2003:61) adalah suatu proses lingkungan seseorang yang didesain untuk memungkinkan seseorang turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Salah satu hakekat matematika adalah sifatnya yang abstrak untuk itu seorang guru harus dapat menanamkan konsep matematika dengan baik agar siswa dapat membangun daya nalarnya secara logis, sistematik, konsisten, kritis, dan disiplin.Perlu ditekankan bahwa pembelajaran matematika diarahkan membantu siswa untuk berpikir logis, karena matematika memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan benar dan benarnya penyelesaian itu bukan karena guru yang mengatakan demikian, tetapi karena penalarannya memang sangat jelas (Hudoyo, 1994). Dengan demikian pembelajaran matematika sangat membantu mengembangkan kebiasaan berpikir kritis, memahami adanya kemungkinan yang terjadi. Dengan kata lain pembelajaran matematika bukan hanya belajar rumus dan definisi melainkan juga menekankan pada kemampuan mencerna konsep atau materi pelajaran yang diterima sehingga mampu mengolah kembali menjadi alat pengupas atau penyelesai masalah.Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu tindakan yang dilakukan guru sehingga siswa dapat menggunakan daya nalarnya secara logis, sistematik, konsisten dan kritis serta mampu mengolah hasil belajarnya tersebut untuk dijadikan sebagai alat penyelesaian masalah.

B. Model Pembelajaran Pencapaian KonsepModel pembelajaran pencapaian konsep pertama kali diperkenalkan oleh Joyce dan Weil (1972), yang didasarkan hasil penelitian Jerome Bruner dkk (1956) dengan maksud bukan saja didesain terutama untuk mengembangkan berpikir induktif, tetapi juga menganalisis dan mengembangkan konsep. Kegunaan model pembelajaran pencapaian konsep adalah (1) untuk membantu siswa dalam memahami konsep dengan memperhatikan objek, ide dan kejadian-kejadian, dan (2) agar siswa lebih efektif dalam memperoleh konsep dengan cara memahami strategi berpikir.Model pembelajaran pencapaian konsep pada prinsipnya adalah suatu model mengajar yang menggunakan data contoh untuk mengajarkan konsep pada siswa. Dengan model ini guru mengawali pelajaran dengan menyajikan data atau contoh kemudian meminta kepada siswa untuk mengamati data tersebut atas dasar karakteristik-karakteristiknya. Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran pencapaian konsep, Klausmeier dkk (dalam Widoko, 2001:1), model ini menggunakan contoh-contoh positif (contoh yang benar) dan contoh-contoh negatif (contoh yang salah) untuk menggambarkan konsep-konsep tersebut lebih mudah.Hal terpenting dalam model pembelajaran pencapaian konsep menurut Bustamam (www.wikipedia.com) yaitu pertama guru mendorong siswa untuk menyatakan pemikiran mereka dalam bentuk hipotesis, bukan dalam bentuk observasi, kedua guru menuntun jalan pikiran siswa ketika mereka menetapkan apakah suatu hipotesis diterima atau tidak, dan ketiga guru meminta siswa untuk menjelaskan mengapa mereka menerima atau menolak suatu hipotesis.Bustamam (www.Wikipedia.com) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pengelolaan yang harus mendapat perhatian bagi pengajar dalam model pembelajaran pencapaian konsep adalah : (1) memberikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis dari diskusi-diskusi yang berlangsung, (2) memberikan bantuan kepada para pelajar dalam mempertimbangkan hipotesis yang satu dari yang lainnya, (3) memusatkan perhatian peserta didik terhadap contoh-contoh yang spesifik, (4) memberikan bantuan kepada peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berpikir yang mereka pakai.Klausiemeier dkk (dalam Dahar, 1988:113-116) menyatakan bahwa seorang guru dalam model pembelajaran pencapaian konsep diharapkan memperhatikan aspek-aspek dibawah ini :a. Nama konsep adalah istilah yang dipakai untuk suatu kategori benda, fenomena, makhluk hidup atau pengalaman. Dengan menyetujui nama untuk suatu konsep orang dapat berkomunikasi tentang konsep itu.b. Atribut esensial adalah ciri-ciri utama yang memberikan gambaran sosok utuh suatu konsep. Sedangkan atribut tidak esensial adalah ciri-ciri lain yang melengkapi gambar konsep, yang apabila ciri itu tidak terdapat dalam suatu contoh maka tidak akan mengurangi makna dari konsep itu.c. Definisi konsep. Walaupun para siswa tidak diharapkan untuk belajar definisi formal dari suatu konsep, analisis konsep harus memasukkan definisi. Kemampuan siswa untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep tersebut.d. Contoh-contoh adalah gambaran atau bentuk nyata dari konsep itu. Sedangkan bukan contoh adalah gambaran atau bentuk nyata yang tidak sesuai dengan konsep.e. Hubungan konsep pada konsep-konsep lain: superordinat, koordinat, dan subordinat. Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan hirearki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep lain.Sintaks model pembelajaran pencapaian konsep Klausiemeier dkk (dalam Dahar, 1988) adalah:Fase 1 :Presentation of Example (Menampilkan Contoh-contoh)Fase 2 :Analysis of Hipothesis (Menganalisa Hipotesa)Fase 3 :Closure (Penutup)Fase 4 : Application (Aplikasi)

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep1. KelebihanModel pembelajaran pencapaian konsep memiliki kelebihan dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain. Eggen (dalam Ilyas, 2002) mengemukakan fase-fase implementasi model pencapaian konsep membuat guru dan siswa senang, karena prosesnya dapat dipresentasikan seperti sebuah pertandingan, dimana para siswa mencoba mengidentifikasi ide (konsep) dengan pikirannya sendiri.Suharman (dalam Binur Panjaitan, 2000:39) mengemukakan bahwa model pembelajaran pencapaian konsep merupakan model yang sangat efisien untuk menyajikan informasi yang terorganisir dalam berbagai bidang studi, salah satu keunggulan dari model pembelajaran pencapaian konsep adalah dapat meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara lebih mudah dan lebih efektif.Pramudya (2004) mengemukakan bahwa model pembelajaran pencapaian konsep dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kreatif melalui observasi dan pembuatan hipotesis.Berdasarkan beberapa pendapat di atas kelebihan model pembelajaran pencapaian konsep yang dapat disimpulkan oleh peneliti adalah model pembelajaran pencapaian konsep dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.2. KekuranganDisamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh model pencapain konsep, menurut Pramudya (2004) model ini juga tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan yang antara lain adalah dalam memilih atau membedakan contoh positif dan contoh negatifnya guru harus mempunyai banyak macam-macam contohnya, dan dalam pemilihan contoh sebaiknya digunakan contoh-contoh yang mirip untuk mempermudah pemahaman siswa. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran relatif banyak, sehingga dapat lebih diperhatikan dalam pengaturan waktu pembelajaran agar pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

D. KesebangunanStandart Kompetensi :Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun. Penggunaan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah.

Indikator : Membedakan dua bangun datar yang sebangun dengan menyebut syaratnya. Menghitung panjang sisi yang belum diketahui dari dua bangun yang sama sebangun atau dua bangun sebangun.

Materi :Kesebangunan

Dua bangun datar dikatakan sebangun jika sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian senilai (Marsigit: 2009). Dari dua syarat kesebangunan dapat diidentifikasi apakah segiempat ABCD dan segiempat EFGH di bawah ini sebangun?

BADC9 cm6 cm6 cm7,5 cmFEHG12 cm8 cm8 cm10 cm

Gambar 2.3Dua trapesium yang sebangun

Sudut-sudut yang bersesuaian dari segiempat ABCD dan EFGH sama besar yaitu: A = E, B = F, C = G, D = HSisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama yaitu:

Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan panjang sisi-sisi yang bersesuaian sebanding, maka segiempat ABCD sebangun dengan segiempat EFGH atau ditulis ABCD EFGH.

E. Kerangka BerfikirKemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan yang dimiliki oleh manusia (KBBI, 1995:623). Pengertian penalaran atau sering juga disebut jalan pikiran menurut Keraf (dalam Suharman, 2005:160) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Dalam KBBI (1995:623) penalaran diartikan sebagai suatu aktifitas yang memungkinkan seseorang untuk berpikir logis. Suriasumantri (2007:42) mengatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Keraf (dalam Shadiq, 2004:4) menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisiproposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.Krulik, Rudnik, dan Milono (dalam Subanji, 2007) mengungkapkan bahwa penalaran merupakan bagian dari proses berpikir, namun seringkali berpikir dan bernalar digunakan secara sinonim. Keterkaitan antara berpikir dan bernalar disajikan seperti gambar 2.1 berikut,

KreatifKritisDasar (Basic)Ingatan (Recall)Gambar 2.1. Hirarki BerpikirBerpikir tingkat tinggiPenalaran (Reasoning)(Subanji, 2007)

Berdasarkan gambar di atas dapat diuraikan bahwa tahapan berpikir paling rendah adalah mengingat. Pada tahapan mengingat, proses berpikir seseorang tidak sampai menggunakan proses logis/proses analitis, tetapi proses berpikir langsung secara otomatis. Seperti mengingat operasi-operasi dasar matematika atau nomor telepon.Tahapan berpikir kedua adalah berpikir dasar (Basic Thinking). Kebanyakan keputusan dibuat dalam berpikir dasar. Berpikir dasar yaitu pemahaman dan pengenalan konsep-konsep matematika, seperti penjumlahan, pengurangan, dan aplikasinya dalam masalah-masalah.Berpikir kritis merupakan tahapan berpikir ketiga yang ditandai dengan kemampuan menganalisis masalah, menentukan kecukupan data untuk suatu masalah, dan menganalisis situasi. Dalam tahapan berpikir ini juga termasuk mengenali konsistensi data, dapat menjelaskan kesimpulan dari sekumpulan data, dan dapat menentukan validitas dari suatu kesimpulan.Tahapan berpikir tinggi adalah berpikir kreatif, yang ditandai dengan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dengan cara-cara yang tidak biasa, unik, dan berbeda-beda. Berpikir tersebut melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-ide dan menerapkan ide-ide tersebut. Juga melibatkan kemampuan untuk menemukan dan menghasilkan produk baru.Menurut Suharman (2005:259) seseorang yang memiliki kemampuan menalar berarti memiliki kemampuan-kemampuan yang meliputi:1. Kemampuan yang unik di dalam melihat persoalan atau situasi dan bagaimana pemecahannya.2. Memiliki kemampuan yang baik di dalam memecahkan persoalan.3. Memiliki kemampuan berpikir secara logis.4. Mampu membedakan secara baik antara respons atau jawaban yang salah dengan benar.5. Mampu menerapkan pengetahuan terhadap persoalan yang khusus.6. Mampu meletakkan informasi dan teori-teori yang ada ke dalam cara pandang yang baru.7. Mampu menyimpan sejumlah besar informasi ke dalam ingatannya.8. Mampu mengenal dan memahami adanya perbedaan maupun persamaan diantara berbagai hal.9. Memiliki rasionalitas, yakni kemampuan menalar secara jernih.10. Mampu menghubungkan dan membedakan diantara berbagai gagasan dan permasalahan.Penalaran matematika adalah suatu kegiatan menyimpulkan fakta, menganalisa data, memperkirakan, menjelaskan dan membuat suatu kesimpulan (Indriastuti, 2008:16). Sebagai kegiatan berpikir penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1. Adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut logika.Logika adalah sistem berpikir formal yang didalamnya terdapat sperangkat aturan untuk menarik kesimpulan (Suherman, 2005:159). Dengan kata lain tiap penalaran mempunyai sistem berpikir formal sendiri-sendiri untuk menarik kesimpulan.2. Proses berpikir bersifat analitik.Penalaran adalah suatu kegiatan berpikir yang menggunakan logika ilmiah.Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor kriteria siswa memiliki kemampuan penalaran matematika adalah mampu:1. Mengajukan diagram.2. Melakukan manipulasi matematika.3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.4. Menarik kesimpulan dari pernyataan.5. Memeriksa kestabilan argumen.6. Menemukan pola atau sifat gejala matematis untuk membuat generalisasi.NCTM (dalam Johar, 2006:15) menyatakan bahwa penalaran matematika terjadi ketika siswa: 1) mengamatai pola atau keteraturan, 2) menemukan generalisasi dan konjektur berkenaan dengan keteraturan yang diamati, 3) menilai/menguji konjektur, 4) mengkonstruk dan menilai argumen matematika dan 5) menggambarkan (menvalidasi) konklusi logis tentang sejumlah ide dan keterkaitannya.Jadi, dari pernyataan di atas peneliti menyimpulkan kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan seseorang untuk menghubungkan dan menyimpulkan fakta-fakta logis yang diketahui, menganalisis data, menjelaskan dan membuat suatu kesimpulan yang valid. Dari beberapa pendapat di atas indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa dalam penelitian ini adalah:1. Memperkirakan proses penyelesaian.Siswa memperkirakan proses penyelesaian sebuah soal matematika.2. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisa situasi matematik.Siswa menggunakan pola-pola yang diketahui, kemudian menghubungkannya untuk menganalisa situasi matematik yang terjadi.3. Menyusun argumen yang valid dengan menggunakan langkah yang sistematis.Siswa menyusun argumen yang valid dengan menggunakan langkah penyelesaian yang sistematis.4. Menarik kesimpulan yang logis.Siswa menarik kesimpulan yang logis dengan memberikan alasan pada langkah penyelsaiannya.Indikator-indikator di atas digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa, serta diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa dengan melihat hasil pekerjaannya.

F. Hasil-hasil Penelitian Yang RelevanYuliani (2007) melakukan penelitian pada siswa SMP tentang pembelajaran matematika pada materi segitiga dengan model pembelajaran pencapaian konsep, Yuliani memperoleh data mengenai pembelajaran melalui hasil belajar siswa, pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, dan respon siswa. Dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa model pembelajaran pencapaian konsep efektif digunakan untuk mengajarkan sub pokok materi segitiga. Hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran pencapaian konsep lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk sub pokok materi segitiga di kelas VII.Pramudya (2008) melakukan penelitian pada siswa SMP tentang keefektifan pembelajaran matematika melalui model pencapaian konsep pada sub materi pokok bahasan segi tiga sama kaki dan segi tiga sama sisi. Pramudya memperoleh data keefektifan pembelajaran melalui hasil belajar siswa, pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, dan respon siswa. Dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa model pembelajaran pencapaian konsep efektif digunakan untuk mengajarkan sub materi pokok bahasan segi tiga sama kaki dan segi tiga sama sisi. Hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran pencapaian konsep lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk sub materi pokok bahasan segi tiga sama kaki dan segi tiga sama sisi.Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas adalah dalam pengambilan materi, peneliti menggunakan materi kesebangunan dan penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan penalaran siswa menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep.

G. Hipotesis

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Rancangan PenelitianRancangan penelitian ini dibuat untuk mempersiapkan apa saja yang akan dilakukan peneliti, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik sesuai prosedur kegiatan yang ada pada alur penelitian berikut ini:

Siswa

Melaksanakan Pembelajaran Matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Pengamatan Pengelolaan PembelajaranTes Kemampuan Penalaran

2 orang berkemampuan tinggi2 orang berkemampuan sedang2 orang berkemampuan rendah

Wawancara

Perolehan Data

Analisis

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan Kemampuan Penalaran siswa

Gambar 3.1Rancangan Penelitian

Keterangan: = Kegiatan= Hasil Kegiatan= Urutan Pelaksanaan Kegiatan= Hasil dari Kegiatan

B. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan siswa kelas VIII. Alasan peneliti memilih kelas VIII karena berdasarkan rekomendasi guru bidang studi matematika kelas tersebut merupakan kelas yang heterogen, selain itu di kelas VIII siswa sudah pernah mendapatkan materi prasyarat kesebangunan, yaitu perbandingan dan sudut. Subjek penelitian untuk tes kemampuan penalaran adalah 6 siswa kelas VIII. Pemilihan ini berdasarkan nilai ulangan harian matematika siswa sebelumnya dan juga mempertimbangkan rekomendasi dari guru bidang studi matematika dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide-idenya baik secara lisan maupun tertulis. Enam siswa tersebut terdiri dari tiga kategori yaitu 2 siswa berkemampuan tinggi (S1, S2), 2 siswa berkemampuan sedang (S3, S4), dan 2 siswa berkemampuan rendah (S5, S6).

C. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1. PengamatanMetode pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengelolaan pembelajaran model pembelajaran pencapaian konsep dengan cara mengisi lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran model pembelajaran pencapaian konsep. Pengisian lembar pengamatan dilakukan oleh pengamat pada setiap kali pertemuan dan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep berlangsung.2. TesMetode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan. Tes ini diberikan kepada seluruh siswa kelas VIII, data hasil tes yang akan digunakan oleh peneliti sebanyak 6 subjek yang pemilihannya berdasarkan nilai ulangan harian matematika sebelumnya yang terdapat pada arsip daftar nilai guru matematika kelas tersebut. Isi soal dalam tes ini tentang kesebangunan. Soal ini digunakan untuk menentukan kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan.3. WawancaraUntuk menggali lebih dalam tentang kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan perlu diadakan wawancara. Wawancara dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran.Metode wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini dikemukakan oleh Patton (Moleong, 2001:136). Wawancara baku terbuka ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden, sehingga keluwesan pertanyaan untuk wawancara mendalam terbatas, tergantung pada situasi dan kecakapan pewawancara. Metode ini memberi kebebasan kepada peneliti untuk memeriksa kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan, dengan catatan peneliti tidak mempengaruhi proses berpikir subjek, setiap subjek diwawancarai minimal satu kali.Sebelum dilakukan wawancara, peneliti menjelaskan bahwa hasil wawancara ini tidak mempengaruhi penilaian guru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah keraguan dan kecemasan subjek pada saat diwawancarai, sehingga diharapkan subjek dapat memberikan keterangan yang sesungguhnya dan apa adanya sesuai dengan yang mereka pikirkan. Pelaksanaan wawancara menggunakan bahasa sehari-hari agar wawancara tidak kaku. Hasil dari wawancara ini digunakan untuk menggali lebih dalam kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal-soal kesebangunan.

D. Analisis DataProses kegiatan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Analisis Data Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Model Pembelajaran Pencapaian KonsepData hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis dengan menghitung rata-rata dari setiap aspek yang diamati dari dua kali pertemuan. Data hasil pengamatan pengelolaan model pembelajaran pencapaian konsep dapat dilihat pada Lampiran C. 1 (halaman 134) dan Lampiran C. 2 (halaman 136).Nilai rata-rata tersebut dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut:Tabel 3.2Kriteria Kemampuan GuruSkorKriteria

1,00 x < 1,50Tidak baik

1,50 x < 2,50Kurang baik

2,50 x < 3,50Baik

3,50 x 4,00Sangat baik

Dengan x : Rata rata kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (Lince, 2001 : 50).

Guru dikatakan mampu mengelola pembelajaran jika skor rata rata telah mencapai kriteria baik atau sangat baik, sedangkan guru dikatakan belum mampu mengelola pembelajaran bila skor rata rata masih mencapai kriteria kurang baik atau tidak baik.2. Analisis Hasil Tes Kemampuan PenalaranAnalisis hasil tes ditujukan untuk mengetahui kemampuan penalaran subjek dalam menyelesaikan soal kesebangunan. Analisis ini dilakukan dengan memeriksa jawaban subjek dan menganalisisnya berdasarkan rubrik penskoran pada Kartu Penilaian Kemampuan Penalaran yang telah ditentukan. Kartu Penilaian Kemampuan Penalaran digunakan setelah memperoleh hasil tes kemampuan penalaran siswa dan hasil wawancara siswa. Data yang diperoleh dapat dianalisis dengan menghitung jumlah skor dari semua soal yang diamati dari tiga soal yang tersedia.Skor tersebut dikonversi dengan kriteria sebagai berikut:Tabel 3.3 Kriteria Kartu Penilaian Kemampuan PenalaranKriteriaSkor

Baik38 48

Cukup23 37

Kurang12 22

(Mariasari, 2010 : 13)

Siswa termasuk kriteria berkemampuan baik jika skor rata-rata telah mencapai kriteria baik, siswa termasuk kriteria berkemampuan penalaran cukup jika skor rata-rata mencapai kriteria cukup sedangkan siswa termasuk kriteria berkemampuan penalaran kurang jika skor rata-rata mencapai kriteria kurang. Isi soal dalam tes ini tentang kesebangunan. Soal ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal kesebangunan.3. Analisis Hasil wawancaraAnalisis data juga dilakukan terhadap hasil wawancara peneliti dengan subjek wawancara, dengan langkah-langkah sebagai berikut:a. Tahap Transkrip DataTranskripsi data dilakukan wawancara. Data yang diperoleh dari wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut:1. Mentranskripkan semua ucapan yang dituturkan subjek selama wawancara.2. Memutar hasil rekaman wawancara beberapa kali agar dapat ditulis dengan tepat apa yang telah diutarakan subjek.3. Penulis memeriksa ulang kebenaran hasil transkrip dengan mendengarkan kembali ucapan-ucapan subjek pada saat wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan penulisan transkrip.

b. Menarik KesimpulanPenarikan kesimpulan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkategorikan subjek dalam suatu klasifikasi kemampuan penalaran berdasarkan data yang diperoleh.

Wawancara dengan pertanyaan sama, diuji lagi untuk butir tes yang lain sehingga diperoleh kemampuan penalaran dari subjek yang sama. Untuk satu soal tes, dilakukan wawancara minimal satu kali sehingga dapat diketahui kemampuan penalaran subjek. Dari hasil wawancara tersebut dapat diamati kecenderungan kemampuan penalaran subjek.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan Dirjen Didasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik Sekolah Menangah Pertama (SMP). Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas

Pramudya, Erham. 2008. Keefektivan Pembelajaran Matematika Melalui Moddel Pencapaian Konsep Pada Sub Pokok Bahasan Segi 3 Sama Kaki dan Segi 3 Sama Sisi. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: UNESA

Hadi. 2009. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Pokok Bahasan Fungsi. Http://hadirukiyah.wikipedia.com/2009/06/model-pembelajaran-pencapaian-konsep.html. (Diakses tanggal 23 Juli 2012)

Hudoyo, Prof. Drs. H. Herman, M.Ed. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Bustamam, Ismail. 2010. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep. Http://hbis.wikipedia.com/2010/05/29/model-pembelajaran-pencapaian-konsep/ (khasanah ilmu...). (Diakses tanggal 23 Juli 2012)

Joyce, B. an Weil,M. 1996. Models of Teaching. New York : Harper & Row.

Lince, Ranak. 2001. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Pendidikan Struktural Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Di Kelas VII SMP Negeri 1 Turi Lamongan. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs UNESA

Mariasari, Indah. 2010. Identifikasi KemmapuanPenalaran Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: UNESA

Marsigit. 2009. Matematika SMP Kelas IX. Bandung: Yudhistira

Moleong J. Lexy. Prof. Dr. M.A. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : ROSDA

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Shadiq, Fadjar. 2009. Kemampuan Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika

Subanji. 2007. Proses Berpikir Kovariasional Pseudo Dalam Mengkonstruksi Grafik Fungsi Kejadian Dinamika Berkebalikan. Disertasi tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana UNESA

Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian.Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Grasindo

Suwidiyanti. 2008. Kemampuan Penalaran Analogi Siswa Kelas X-3 SMAN 2 Sidoarjo dalam Memecahkan Masalah Skripsi tidak Dipublikasikan. Surabaya : UNESA

Widoko. 2001. Pembelajaran Konsep. Surabaya: University Press

Yuliani, Rachmawati. 2007. Pembelajaran Matematika Materi Segitiga di Kelas VII SMPN 36 Surabaya Dengan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep. Tesis PPs. Surabaya : UNESA

LAMPIRAN