Proposal Nya Alam Baru

51
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk ini terus bertambah setiap tahunnya, pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan akan lahan yang terus bertambah di satu sisi sementara luas lahan yang tersedia jumlahnya terbatas disisi lain akan mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non-pertanian (Utomo dkk,1992). Konversi lahan dapat diartikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo dkk,1992) . Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi

description

proposal

Transcript of Proposal Nya Alam Baru

Page 1: Proposal Nya Alam Baru

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

yang besar. Jumlah penduduk ini terus bertambah setiap tahunnya,

pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam

berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan

akan lahan. Permintaan akan lahan yang terus bertambah di satu sisi sementara

luas lahan yang tersedia jumlahnya terbatas disisi lain akan mendorong

terjadinya konversi lahan pertanian ke non-pertanian (Utomo dkk,1992).

Konversi lahan dapat diartikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau

seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)

menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan

dan potensi lahan itu sendiri (Utomo dkk,1992) .

Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan

penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi

keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah

jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik,

konversi lahan juga merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan

jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pertanian

seringkali menimbulkan dampak negative terutama dalam konteks ketahanan

pangan dan kondisi social ekonomi petani.

Untuk negara yang masih dalam tahap berkembang seperti Indonesia,

tuntutan pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, pemukiman, maupun

Page 2: Proposal Nya Alam Baru

kawasan industri, turut mendorong permintaan terhadap lahan. Akibatnya,

banyak lahan sawah, terutama yang berada dekat dengan kawasan perkotaan,

beralih fungsi untuk penggunaan tersebut. Selain itu, adanya krisis ekonomi yang

mengakibatkan tingginya pengangguran dan menurunnya pendapatan

masyarakat, memicu para pemilik lahan untuk menjual asetnya. Selanjutnya, hak

ada pada pemilik lahan yang baru, apakah akan mengelola lahan tersebut untuk

pertanian, atau mengubah fungsinya untuk penggunaan lain (anonim 1, 2013).

Lahan pertanian dapat memberikan mamfaat baik dari segi ekonomi,

social maupun lingkungan. Oleh kareana itu semakin sempitnya lahan pertanian

akibat konversi akan mempengaruhi segi ekonomi, social dan lingkungan

tersebut. Jika fenomena konversi lahan pertanian ke non pertanian terus terjadi

secara tak terkendali, maka hal ini akan menjadi ancaman tidak hanya bagi

petani dan lingkungan, tetapi hal ini bias menjadi masalah nasional.

Lahan pertanian yang ada di Makassar mulai terpengaruh oleh

pembangunan. Dari tahun ketahun mulai terjadi penyempitan luas lahan

pertanian akibat konversi lahan. Adapun luas lahan pertanian yang mengalami

konversi lahan dapat dilihat pada table berikut.

Page 3: Proposal Nya Alam Baru

Tabel 1. Luas Lahan Pertanian dan Alih Fungsi Lahan di kota Makassar, 2005-2009

Sumber:

Data Sekunder

Badan Pusat

Statistik

Makassar, 2014

Saat ini bangsa bangasa Indonesia juga menghadapi masalah lain yang sangat

serius yaitu masih tingginya angka kemiskinan akibat tingginya inflasi tahun kelender

2013 secara nasional, jumlah penduduk miskin pada September 2013 sebesar 28,55

juta orang atau 11,47 persen, dibandingkan Maret 2013 meningkat 480 ribu orang.

Meski data kemiskinan tahun 2013 cenderung menurung dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya namun, tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin diperkirakan

meningkat seiring kenaikan harga BBM dan harga pangan hingga paruh tahun 2013.

(anonim 2 2014). Kemiskinan merupakan akar berbagai masalah seperti rendahnya

pendidikan, kesehatan dan juga buruknya moral masyarakat. Salah satu factor

mendasar penyebab kemiskinan ini adalah lemahnya akses sebagian besar penduduk

terhadap sumberdaya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya. Banyak petani yang

tidak lagi memiliki lahan karena tingginya laju konversi lahan pertanian dan hutan untuk

dijadikan sebagai lokasi perumahan, industry, dan lain sebagainya. Saat ini telah terjadi

penurunan luas areal panen, akibat konversi lahan tanaman pangan ke : (1)

No Tahun Luas Lahan

Pertanian (Ha)

Luas Alih Fungsi Lahan

(Ha)

1. 2005 2955 -

2. 2006 2700 255

3. 2007 2700 -

4. 2008 2700 -

5. 2009 2700 -

Page 4: Proposal Nya Alam Baru

penggunaan non-pangan (misal, perkebunan kelapa sawit) dan (2) penggunaan non-

pertanian ( misal, pemukiman, fasilitas umum, dan industri). Konversi ini juga

menyiapkan investasi untuk prasarana pertanian seperti irigasi. Sementara itu : (1)

produktivitas relatif tetap, dimana hal ini disebabkan akibat penurunan tingkat

kesuburan tanah, (2) terjadi persaingan antarakebutuhan komoditas untuk pangan atau

pakan (misalnya kedelai dan jagung), (3) margin yang diterima petani untuk tanaman

pangan sangat rendah. Pada saat yang sama indonesia memiliki ketergantungan yang

tinggi pada : (1) bahan pangan dan pakan impor, dan pada (2) input sarana produksi

pertanian dari luar wilayah produksi.

Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas akan adanya interaksi

sosial antar sesamanya. Pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrahnya merupakan

makhluk sosial yang tidak biasa hidup sendiri melainkan membutuhkan pertolongan

orang lain. Oleh sebab itu didalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya kerjasama

dan sikap gotong royong dalam menyelesaikan segala permasaiahan. Masyarakat

Indonesia terkenal dengan sikap ramah, kekeluargaan dan gotong royongnya didalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk menyelesaikan segala problema yang ada

didalam kehidupan masyarakat dibutuhkan sikap gotong royong yang dapat

mempermudah dan memecahkan masalah secara efisien.

Suatu bentuk dan sikap hubungan gotong royong akan mundur ataupun punah

sama sekali sebagai akibat pergeseran nilai-nilai budaya. Akan tetapi sistem dan jiwa

gotong royong tidak akan punah secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena adanya

nilai-nilai budaya yang terkandung didalam sistem budaya, budaya agama Islam,

budaya nasional merupakan suatu norma yang wajib dipatuhi oleh segenap warga

Page 5: Proposal Nya Alam Baru

masyarakat dan pemerintah. Sebagai contoh gotong royong yang berasaskan

keislaman tidak akan punah melainkan mengalami pasang surut dan naik senada

dengan perubahan perekonomian masyarakatnya. Dilain pihak bentuk dan sikap

hubungan gotong royong akan berubah bahkan punah, tetapi kepunahan dengan

perubahan gotong royong tersebut melahirkan hubungan kerjasama atau gotong

royong dalam bentuk dan sikap yang lain.

Sementara itu gotong royong ataupun tolong-menolong sangat membantu

anggota masyarakat yang pada umumnya tidak mempunyai modal yang mencukupi

untuk melakukan seluruh kegiatan hidupnya jika setiap transaksi kegiatan dibayar

dengan uang dan benda-benda modal lainnya. Dengan demikian gotong royong untuk

membantu kehidupan individu keluarga sangat mempunyai arti. Di lain pihak

mengharapkan kegiatan gotong royong untuk pembangunan juga diperlukan sejumlah

dana yang mencukupi. Jadi tegasnya perpaduan antara kegiatan gotong royong dalam

segala bentuknya dengan penyediaan-penyediaan dan dan fasilitas tertentu harus

dikombinasikan sedemikian rupa sehingga pembangunan tersebut dapat dijalankan

secara efektif dan efisien. Sikap gotong royong yang dilakukan masyarakat dalam

kehidupannya memiliki peranan dan manfaat yang sangat penting. Dengan adanya

gotong royong, segala permaasalahan dan pekerjaan yang rumit akan cepat

terselesaikan jika dilakukan kerjasama dan gotong royong diantara sesama penduduk

di dalam masyarakat, Pembangunan akan cepat terlaksana apabila masyarakat

didalamnya bergotong royong dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan

tersebut. Hal ini senada dengan pendapatnya Azinar Sayuti sebagai berikut:

Page 6: Proposal Nya Alam Baru

Segi lain yang dapat diperoleh faedahnya darigotong royong ini adalah rasa

keikutsertaan tanggung jawab bersama warga masyarakat bersangkutan dalam usaha

pembangunan baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik atau menurut bidang-bidang

kehidupan yang terdapat dilingkungan masayarakat setempat.(AzinarSayuti,1983:18 7).

Gotong royong dapat diartikan sebagai sesuatu sikap ataupun kegiatan yang

ditakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam

menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan.

Sikap gotong royong ini telah melekat pada diri masyarakat pedesaan dan merupakan

kebiasaan turun temurun dari nenek moyang. Sikap gotong royong ini sangat berperan

sekali untuk memperlancar pembangunan yang berguna bagi kesejahteraan

masyarakat.Kegiatan gotong royong yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam

kehidupan masyarakat desa selama ini, perlu diarahkan dan dibina sedemikian rupa

sehingga dapat menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan. Gotong royong

dalam usaha meningkatkan produksi perlu digalakan dan hasilnya digunakan untuk

pembangunan desa.

Permasalahan yang ada sekarang ialah bagaimana cara memupuk kembali nilai-

nilai gotong royong yang pernah hidup dengan kuatnya pada kehidupan masyarakat.

Walaupun tidak berarti kita harus meampertahankan faktor pendorong adanya gotong

royong tersebut. Gotong royong akan tetap hidup dikalangan masyarakat, tetapi

berbeda latar belakangnya, bentuk dan sifat dari gotong royong itu sendiri perbedaan ini

biasanya ditimbulkan oleh lingkungan masing-masing. Jadi sikap gotong royong dalam

masyarakat yang melaksanakan pembangunan mengalami perubahan berbarengan

dengan terjadinya perubahan -perubahan sosial yang berlangsung secara

Page 7: Proposal Nya Alam Baru

berkesinambungan dengan hasil-hasil penemuan manusia itu sendiri. Sementara itu

orang-orang desa mulai menyadari dengan lebih mendalam akan perlunya kesempatan

dan tata cara berpikir baru, hal ini juga tidak terlepas dari himpitan berbagai

permasalahan yang dari waktu kewaktu semakin nyata mereka rasakan, salah satu

perubahan yang harus mereka hadapi adalah semakain berkurangnya luasan areal

lahan produktif pertanian dimana hal ini akan menyebabkan berbagai permasalahan.

Kelurahan Tamangapa kecamatan Manggala kota Makassar saat ini memiliki

total luas wilayah ……dimana kelurahan ini terbagi atas dua fungsi lahan yakni lahan

pemukiman dan lahan pertanian, seiring dengan kepadatan jumlah penduduk yang

setiap tahun mengalami peningkatan maka arus alih fungsi lahanpun tak dapat

terhindarkan, konversi lahan pertanian ke non pertanian utamanya pada sector

pemukiman yang terjadi dikelurahan ini setiap tahunnya mengalami perluasan yang

cukup signifikan, hal ini dapat kita lihat berdasarkan data luas lahan kelurahan

tamangapa kecamatan manggala kota Makassar lima tahun terakhir ini:

Berdasarkan data badan pusat statistik kota Makassar 2013, saat ini jumlah

penduduk di kelurahan tamangapa yaitu sebanyak…….jiwa. Masyarakat kelurahan

Tamangapa saat ini memiliki keanekaragaman profesi akibat dari semakin sempitnya

lahan pertanian yang beralih fungsi ke non-pertanian, hal ini pula yang menyebabkan

Page 8: Proposal Nya Alam Baru

berbagai perubahan sosial masyarakat khususnya pada perilaku gotong royong petani

di wilayah tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Dampak Konversi Lahan Terhadap Sikap Gotong royong Petani”

studi kasus di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi

Sulawesi selatan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penelitian ini difokuskan pada

masalah, sebagai berikut:

1. Mata pencaharian apa saja yang dijalankan masyarakat tani setelah lahan

usahatani terkonversi ke non-pertanian ?

2. Bagaimana perubahan akses masyarakat terhadap fasilitas sarana dan

prasarana umum sebelum adanya konversi lahan dan setelah adanya

konversi lahan ?

3. Bagaimana sikap gotong royong petani setelah banyaknya petani beralih

profesi ke non-pertanian ?

I.3 Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

Page 9: Proposal Nya Alam Baru

1. Mengetahui mata pencaharian yang dijalankan masyarakat setelah lahan

usahataninya terkonversi ke non-pertanian

2.Mengetahui sikap gotong royong petani setelah banyaknya petani yang beralih

profesi ke non-pertanian

3.Mengetahui perubahan akses masyarakat terhadap fasilitas sarana dan prasarana

sebelum dan setelah adanya konversi lahan di daerah tersebut.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kajian

mengenai dampak konversi lahan pada bidang sector ekonomi (mata

pencaharian petani), sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap sikap

gotong royong petani sebelum dan setelah adanya konversi lahan.

2.Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk melakukan

penelitian yang sama atau penelitian lanjutan terkait kajianbmengenai konversi

lahan.

Page 10: Proposal Nya Alam Baru

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konversi Lahan dan Dampaknya

Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam

kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah.

Tanah merupakan tanah (sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman

yang lebar yang cirri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi

dan pertanian sekrang) ditambah cirri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan

tumbuhan penutup yang dijumpai (Soepardi,1983 dalam Akbar, 2008).

Utomo (1992) menyatakan bahwa lahan sebagai modal alami yang

melandasikegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar,

yakni: (1) Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimamfaatkan

untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan

perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain. (2)

fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamnya untuk

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya

alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bias

menunjang pemamfaatan budidaya.

Sihaloho (2004) membedakan pengunaan tanah kedalam tiga kategori,

yaitu; (1) Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya

kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan system sewa atau bagi hasil; (2)

Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja

Page 11: Proposal Nya Alam Baru

keluarga, sehingga tidak memamfaatkan tenaga kerja buruh tani; (3) Pemilik

tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memamfaatkan tenaga

kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.

Bagi petani yang hanya menggantungkan kehidupan dan

penghidupannya pada usaha tani akan sulit dipisahkan dari lahan pertanian yang

dikuasainya. Mereka tidak berani menaggung resiko atas ketidak pastian

penghidupannya sesudah lahan pertaniannya dilepaskan kepada orang lain.

Disamping itu status sosial penduduk pedesaan masih ada yang dikaitkan

dengan luas kepemilikan lahannya.

Dengan memiliki lahan yang luas, petani dapat member pekerjaan kepada

tetangganya. Hubungan antara pemilik lahan dengan buruhnya diikat dalam

ikatan kekeluargaan yang saling membutuhkan, meskipun dalam status yang

berbeda. Dalam hal ini,lahan pertanian merupakan asset sosial bagi pemiliknya

yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk mempertahankan kehormatan

keluarganya. Lahan pertanian yang memiliki fungsi sosial seperti ini tidak mudah

tergantikan dengan imbalan ganti rugi berupa uang meskipun jumlahnya

memadai.

Lestari (2009) mendefinisikanalih fungsi lahan atau lazimnya disebut

sebagai konversi lahan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh

kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi

fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan

potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian

peruntukan pengunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar

Page 12: Proposal Nya Alam Baru

meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah

jumlahnyadan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Alih fungsi lahan yang umumnya terjadi adalah alih fungsi dari lahan

pertanian ke non-pertanian. Menurut suwandi (2002), lahan pertanian yang

memiliki fungsi utama untuk becocok tanam padi, palawija atau hortikultura di

karenakan gencarnya industrialisasi berakibat pada beralihnya fungsi lahan-

lahan produktif pertanian menjadi pabrik-pabrik, jalan tol, pemukiman,

perkantoran, dan lain sebagainya.

Semakin bertambahnya penduduk perkotaan akibat pertumbuhan alami

dan urbanisasi, kota semakin memerlukan fasilitas-fasilitas pendukung terutama

perumahan. Pembangunan perumahan selalu memerlukan lahan yang sudah

ada, sehingga merubah penggunaan lahan dari non perumahan ke

perumahan/pemukiman dan sarana jalan (anonim 3 2014).

Gani dan alan (2011) mengemukakan bahwa lahan-lahan persawahan di

berbagai daerah di indonesia telah menjadi kawasan permukiman, industri

perkantoran, dan bahkam untuk infrastruktur berjalan tanpa hambatan. Kebijakan

perlindungan terhadap pertanian belum efektif sehingga tidak sedikit petani padi

sawah yang lebih tergiur memilih lahan sawahnya yang sudah terbatas dijual

dengan harga yang lebih tinggi karena tekanan kebutuhan sesaat.

Secara teoritis, alih fungsi lahan sawah dapat menimbulkan kerugian,

terutama hilangnya lahan produktif penghasil beras, disamping tidak menampik

adanya mamfaat ekonomi. Namun demikian, tidaklah mudah untuk membuat

Page 13: Proposal Nya Alam Baru

kalkulasi pasti dari mamfaat dan kerugian akibat konversi ini, karena cukup

banyak mamfaat dan kerugian yang sulit diukur.

Dampak negatif konversi lahan berdasarkan hasil penelitian adalah

hilangnya peluang memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang

terkonversi, diantaranya hilangnya produksi pertanian dan nilainya, pendapatan

usaha tani, dan kesempatan kerja pada usaha tani. Konversi juga

mengakibatkan hilangnya peluang pendapatan dan kesempatan kerja pada

kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung

darikegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi.

Kerugian yang tejadi secara tidak langsung adalah meningkatkan pencemaran,

banjir, jumlah petani berlahan sempit dan tingkat kriminalitas serta moral sosial

masyarakat akan tergerus. (anonim 3 2014).

Terkait dengan dampaknya terhadap kesempatan kerja dibidang

pertanian, hal yang sama juga dikemukakan Gany dan Ala (2011) bahwa

konversi lahan pertanian berakibat pada beralihnya pekerjaanpetani rus

penyakap dan penggarap kesektor-sektor informal sebagai sumber

penghidupan. Derasnya arus konversi lahan persawahan karena kebanyakan

pemilik lahan adalah golongan petani luas yang tidak pernah memperhitungkan

betapa laranya petani-petani penggarap dan penyakap yang harus kehilangan

garapandan sumbe penghidupan satu-satunya apabila lahan tersebut beralih

fungsi.

Page 14: Proposal Nya Alam Baru

Dampak konversi lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari

fungsinya, lahan sawah diperuntukkan untuk memproduksi padi/atau tanaman

pangan lainnya. Denagn demikian adanya konversi lahan sawah kefungsi lain

akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan

lahan sawah kepemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya

berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk

mencetak sawah, membangun waduk adan system irigasi.

Namun demikian, banyak juga mamfaat yang diperoleh pasca konversi

lahan. Mamfaat itu antara lainberupa kesempatan kerja non pertanian,

peningkatan pendapatan dan dalam skala makro berupa perkembangan

ekonomi wilayah (anonim 4 2014).

2.2. Faktor penarik dan faktor pendorong konversi lahan

Alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Adapun factor-faktor yanh mempengaruhi konversi lahan

pertanian di pedesaan maupun di daerah pinggiran kota sebagaimana di

kemukakan oleh Kustiawan (1997) dalam Lestari (2010), menyatakan bahwa

setidaknya ada tiga factor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi

lahan, yaitu: pertama, faktor Eksternal merupakan factor yang disebabkan

oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial),

demografi maupun ekonomi. Kedua, factor Internal merupakan factor yang

disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian pengguna

lahan. Ketiga, factor Kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan

Page 15: Proposal Nya Alam Baru

oleh pemerintah pusat maupundaerah yang berkaitan dengan perubahan

fungsi lahan pertanian.

Menurut iarawan (2005) konversi lahan cenderun menular/meningkat

disebabkan oleh dua factor terkait. Pertama, sejalan dengan pembanguan

kawasan perumahan atau industry disuatu lokasiyang terkonversi, maka

aksesibilitas di lokasi tersebut semakin mendorongng meningkatnya

permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga

lahan disekitarnya meningkat. Kedua, meningkatnya harga lahan selanjutnya

mendirong petani lain disekitarnya untuk menjual lahannya. Pembeli tanah

tersebut biasanya bukan penduduk setempat sehingga akan terbentuk lahan-

lahan gutai yang secara umum rentan terhadap proses konversi lahan

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, secara garis besar factor

penyebab konversi lahan dipilih menjadi dua, yaitu pada tingkat makro dan

mikro. Dalam tataran makro, konversi lahan sawah disebabkan oleh

peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi sektor non-pertanian

yang pesat, implementasi undang-undang yang lemah, serta nilai tukar petani

yang rendah. Dalam skala mikro, alasan utama petani melakukan konversi

lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan industri,

serta harga lahan yang menarik. Pajak lahan yang tinggi juga cenderung

mendorong petani melakukan konversi. Factor pendorong konversi lahan

lainnya adalah adanya kesempatan membeli lahan ditempat lain yang lebih

murah. Semua penyebab konversi itu akhirnya bermuara pada motif ekonomi,

Page 16: Proposal Nya Alam Baru

yaitu penggunaan lahan untuk peruntukan yang baru dipandang lebih

menguntungkan dari pada digunakan intuk lahan sawah (anonim 4 2014).

Silaholo (2004) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola atau tipologi,

antara lain; (1) konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua factor

uatama yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi

pelaku konversi; (2) konversi sistematik berpola “enclave”; dikarenakan lahan

kurang produktif sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk

meningkatkan nilai tambah; (3) konversi lahan sebagai respon atas

pertumbuhan penduduk (population growth driven land conversion); lebih

lanjut disebut konversi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya

pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan

tempat tinggal; (4) konvers yang disebabkan oleh masalah sosial (social

problem driven land konversion); disebabkan oleh dua factor yakni

keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan; (5) konversi tanpa

beben; dipengaruhi oleh factor keinginan untuk mengubah hidup yang lebih

baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar dari kampong; (6) konversi

adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan

untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian;

(7) konversi multi bentuk atau tanpa bentuk; konversi dipengaruhi oleh

berbagai factor, khususnya factor peruntukan untuk perkantoran, sekolah,

koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan dalam

konversi demografi.

Page 17: Proposal Nya Alam Baru

Secara empiris menurut Winoto (2005), lahan pertanian yang paling

rentan terhadap alih fungsi lahan adalah sawah. Hal tersebut disebabkan

oleh: (1) kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem

dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan

agroekosistemlahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga

lebih tinggi. (2) daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan

dengan daerah perkotaan. (3) akibat pola pembangunan dimasa sebelumnya,

infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah

lahan kering. (4) pembangunan sarana dan prasarana pemukiman, kawasan

industry, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah

bertofografi datar.

2.3. Perubahan Mata Pencaharian

Konsep mata pencaharian (livelihood) sangat penting dalam memahami

coping strategis karena merupakan bagian dari atau bahkan kadang-kadang

dianggap sama dengan strategi mata pencaharian (livelihood strategis).

Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai

maupun barang), lembaga-lembaga sosial, relasi jender, hak-hak kepemilikan

yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan (Elis, 1998).

Mata pencaharian di suatu wilayah akan mengalami operubahan sesuai

dengan keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki manusia, kemampuan

teknologi yang dimiliki penduduk yang mendiami wilayah dengan kurun waktu

yang relatif cepat atau lambat. Menurut Abdurrachmat (1984:21) mengatakan

Page 18: Proposal Nya Alam Baru

bahwa: “macam dan corak aktivitas manusia berbeda-bedapada tiap

golongan atau daerah, sesuai dengan kemampuan penduduk dan tata

geografi (geographycal setting) daerahnya”. Mata pencaharian di daerah

pedesan pada umummnya masih berorientasi pada bidang usaha mereka,

yakni pada sector peranian. Didalam pertanian terdapat empat unsur yang

terkandung didalamnya yaitu diantaranya: (1) Proses produksi, (2) Petani, (3)

Usahatani, (4) Usaha tani sebagai perusaan berbasis agribisnis.

Menurut Bintarto (1984:76), system pertanian di Indonesia ada dua jenis

pertanian yaitu; pertanian rakyat dan pertanian perkebunan besar. Pertanian

rakyat diselenggarakan oleh penduduk pedesaan atau penduduk di daerah

marginal kota. Pertanian ini didalam penyelenggaraanya mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut: (1) modal terbatas, (2) penyerapan tenaga kerja

musiman dan bersifat kekeluargaan, (3) pengelolaan lahan dan pertanian

secara wiraswasta, (4) jenis tanaman bersifat tanaman bahan makanan (food

crops) untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsistence), (5) pertanian pada

rakyat komoditi (perdagangan) sepeti karet, cengkeh kelapa dan lada.

Sedangakan pertanian perkebuanan besar di Indonesia diselenggarakan

di tanah-tanah negara atau milik pribumi, oleh perusahaan negara,

perusahaan daerah (provinsi), dan pihak swsata nasional dan atau oleh pihak

asing. Pada pertanian perkebunan besar didapati cirri khas diantaranya: (1)

teknologi pertaniannya lebih maju, (2) penanaman modal yang besar, (3)

mempunyai staf ahli pengelola tekhnik penanaman dan pengolahan produksi,

(4) penyerapan tenaga kerja tetap, (5) produksi perkebunan dan pertanian

Page 19: Proposal Nya Alam Baru

untuk bahan ekspor dan bahan perdagangan dalam negeri. Pada saat

sekarang ini daerah pedesaan maupun di kota cenderung mengarah pada

pergeseran mata pencaharian dari sector pertanian ke non-pertanian.

Pekerjaan diluar sector pertanian sudah mulai menjadi tumpuan harapan,

karena penyerapan tenaga kerja yang setiap tahun terus meningkat tetapi

lapangan kerja terbatas ditambah dengan adanya teknologi baru dibidang

pertanian, akhirnya banyak pekerja yang kehilangan mata pencahariaannya.

Berbagai sumber penghasilan yang diperoleh sesuai dengan

kemampuannya, keterampilan, pengetahuan dan pendidikan seseorang.

Sebagian keluarga yang mempunyai tanah yang sempit atau tidak

mempunyai tanah sama sekali, mereka banyak yang bekerja sebagai buruh

tani atau petani penggarap bagi desanya sendiri maupun di luar desanya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka penggunaan lahan yang

diusahakan akan semakin relative efektif dan efisien. Sedangkan bila tingkat

pendididkan rendah maka penggunaan lahannyapun akan cenderung bersifat

tradisional. Tingkat pendidikan dan keahliah pula akan menentukan pula jenis

mata pencaharian yang mereka pilih.

Dengan demikian lahan pertanian bukan lagi merupakan asset sosial

semata, tetapi lebih diandalkan sebagai asset ekonomi atau modal kerja bila

mereka beralih profesi diluar bidang pertanian. Mereka akan keberatan

melepaskan lahan pertaniannya untuk dialihfungsikan pada penggunaan non-

pertanian. Keadaan tersebut semakin diperburuk dengan kondisi ekonomi

seperti saat ini, dimana kesempatan kerja formal semakin kecil. Tidak sedikit

Page 20: Proposal Nya Alam Baru

petani menjual lahannya untuk biaya masuk kerja formal, atau membeli

kendaraan untuk angkutan umum.

Konversi lahan sawah menyebabkan hilangnya mata pencaharian

sebagian anggota masyarakat setempat, khususnya petani dan buruh tani.

Oleh karena itu sebagian dari mereka tidak dapat menjangkaukesempatan

kerja dan usaha yang baru, maka konversi lahan sawah diduga juga

mengakibatkan terjadinya peninkatan kemiskinan di wilayah tersebut.

Perubahan pendapatan akibat konversi lahan, dan juga terjadi perbedaan

pemamfaatan dalam alokasi dana hasil penjualan lahan antar petani. Ada

perbedaan yang nyata antara petani, lapisan menengah, atas, dan bawah

dalam pengelolaan dana hasil penjualan lahan. Petani kaya atau petani

lapisan atas cenderung kearah penggunaan produktif, sedangkan petani

miskin cenderung kearah konsumtif.

Akibat tekanan ekonomi, dana yang didapat dari hasil penjualan lahan

oleh petanilapisan bawah, cenderung dialokasikan kerah ang sifatnya

konsumtif, seperti memperbaiki rumah, member peralatan rumahtangga, naik

haji, dan juga untuk memenuhi kebutuhan pangan nya. Sedangkan penjualan

lahan untuk kegiatan yang sifatnya produktif, yakni untuk tambahan modal

usaha.

2.4. Akses Sarana dan Prasarana

Hakikat perkembangan pemukiman di desa setiap wilayah adalah

perubahan, yang dapat terjadi secara terencana Maupin secara tidak

Page 21: Proposal Nya Alam Baru

terencana. Hal ini berakibat pada perkembangan kualitas dan kuantitas

pemukiman bervariasi secara keruangan. Beberapa masalah perdesaan yang

berkaitan dengan ruang wilayah antara lain belum serasinya perkembangan

dan keterkaitan aktifitas pertanian dengan sector laindalam pengembangan

wilayah sebagai stau kesatuan, masih banyaknya kerusakan lingkungan

akibat konversi lahan, dan masih kurang layaknya kondisi lingkngan

perumahan dan permukiman beserta sarana dan prasarana permukiman

penduduknya (Pascione, 1984; Riyadi 200). Oleh karena itu, dalam ysaha

pengembangan permukiman desa perlu kajian variasi keruangan perubahan

permukiman dan fakto-faktor pendukungnya.

Hal tersebut sejalan dengan kebijakan pengembangan permukiman di

Indonesia yang menekankan dua prioritas (Dirjen perumahan dan

Pemukiman, 2002). Pertama prioritas jenis kegiatan antara lain

pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pendukung

pemukiman, dan prioritas kedua adalah lokasi antara lain pembangunan di

pulau-pulau kecil, dan pengembangan kualitas pemukiman di wilayah

pedesaan pinggiran kota. Kebijakan pengembangan permukiman tersebut

mendasari pentingnya penelitian tentang perkembangan permukiman,

khususnya perkembangan permukiman pedesaan pinggiran kota. Hal ini

mengingat peran wilayah pinggiran kota bagi kesejahteraan penduduk

menurun sebagai ruang tempat kehidupan penduduk, baik kehidupan sosial-

budaya maupun sosial ekonomi.

Page 22: Proposal Nya Alam Baru

Pertimbangan mengenai kepentingan atas lahan di berbagai wilayah

mungkinberbeda tergantung kepada struktur sosial penduduk dan kebijakan

oleh pemerintah dalam mengembangkan wilayah. Aturan-aturan dalam

penggunaan lahan dijalankan berdasarkan pada beberapa kategori antara

lain kepuasan, kecenderungan untuk kegiatan dalam tata guna lahan,

kesadaran akan tata guna lahan, kebutuhan orientasi dan pemamfaatan atau

pengaturan estetika (Munir, 2008). Sehubungan dengan hal tersebut,

(Chapin, 1995 Jayadinata, 1999) menggolongkan lahan dalam tiga kategori,

yaitu; (1) nilai keuntungan, yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan

yang dapat dicapai dengan jual-beli lahan dipasaran bebas.; (2) nilai

kepentingan umum, yang dihubungkan dengan pengaturanuntuk masyrakat

umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat.; (3) nilai sosial, yang

merupakan hal mendasar bagi kehidupan dan dinyatakan oleh penduduk

dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestarian, tradisi, kepercayaan

dan sebagainya.

Perkembangan sector pertanian pada umumnya terjadi pada wilayah-

wilayah yang berlahan subur, pada wilayah inilah berkembang pusat-pusat

pemukiman penduduk sehingga menuntut pemerintah daerah setempatuntuk

membangun fasilitas-fasilitas umum dan parasarana-prasarana di wilayah

tersebut. Adanya pusat pemukiman penduduk, ketersediaan prasarana dan

berdasarkan pertimbangan factor-faktor lokasi, yaitu dekatnya lokasi dengan

pemukiman sebagai sumber tenaga kerja, maka penggunaan lahan untuk

Page 23: Proposal Nya Alam Baru

penggunaan non-pertanian seperti perumahan dan industry cenderung untuk

berkembang di wilayah ini (Nuryati, 1995 ).

Tidak semua konversi lahan berdampak negatif namun adapula dampak

positifnya, yaitu dengan semakin padatnya penduduk di wilayah tersebut

maka dengan sendirinya desakan pemerintah akan sarana dan prasarana

umum semakin nyata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada

dalam cakupan wilayah tersebut, fasilitas umum yang di bangun pemerintah

antara lain sarana pendidikan, kesehatan, ibadah, jalan dan lainnya, yang

dapat dirasakan langsung mamfaatnya oleh masyarakat sekitar perumahan

yang telah mengkonversi lahannya kepada pihak yang membangun (pemilik

perumahan).

2.5. Sikap Gotong royong (Faktor dan Dorongan semangat Gotong

Royong)

Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja

bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Bersama-

sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan

kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia seperti yang

dikemukakan oleh (M. Nasroen, 1997). Sikap gotong royong adalah bekerja

bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama

menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau

pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua

warga menurut batas kemampuannya masing-masing.

Page 24: Proposal Nya Alam Baru

Gotong royong dapat diartikan pula sebagai sesuatu sikap ataupun

kegiatan yang ditakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan

tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan

sukarela tanpa adanya imbalan. Sikap gotong royong ini telah melekat pada

diri masyarakat pedesaan dan merupakan kebiasaan turun temurun dari

nenek moyang. Sikap gotong royong ini sangat berperan sekali untuk

memperlancar pembangunan yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan gotong royong yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam

kehidupan masyarakat desa selama ini, perlu diarahkan dan dibina

sedemikian rupa sehingga dapat menunjang pembangunan yang sedang

dilaksanakan. Gotong royong dalam usaha meningkatkan produksi perlu

digalakan dan hasilnya digunakan untuk pembangunan desa.

Permasalahan yang ada sekarang ialah bagaimana cara memupuk

kembali nilai-nilai gotong royong yang pernah hidup dengan kuatnya pada

kehidupan masyarakat. Walaupun tidak berarti kita harus meampertahankan

faktor pendorong adanya gotong royong tersebut. Gotong royong akan tetap

hidup dikalangan masyarakat, tetapi berbeda latar belakangnya, bentuk dan

sifat dari gotong royong itu sendiri perbedaan ini biasanya ditimbulkan oleh

lingkungan masing-masing. Jadi sikap gotong royong dalam masyarakat yang

melaksanakan pembangunan mengalami perubahan berbarengan dengan

terjadinya perubahan -perubahan sosial yang berlangsung secara

berkesinambungan dengan hasil-hasil penemuan manusia itu sendiri.

Page 25: Proposal Nya Alam Baru

Sementara itu orang-orang desa mulai menyadari dengan lebih mendalam

akan perlunya kesempatan dan tata cara berpikir baru, perencanaan

terhadap kerjasama atau gotong royong untuk memecahkan berbagai macam

problema. Dengan itu mereka akan memperoleh pengalaman bahwa dengan

bergotong royong itu akan melakukan hal-hal yang lebih banyak dan lebih

efektif dari pada cara perseorangan. Sementara itu orang-orang desa mulai

menyadari dengan lebih mendalam akan perlunya kesempatan dan tata cara

berpikir baru, perencana terhadap kerjasama utau gotong royong untuk

memecahkan berbagai macam problema. Dengan itu mereka akan

memperoleh pengalaman bahwa dengan bergotong royong itu akan

melakukan hal-hal yang lebih banyak dan lebih efektif dari pada cara

perseorangan.. (Anonim 5, 2014).

Semangat gotong royong didorong oleh yaitu:

(a). Bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama

dengan orang lain atau lingkungan sosial; (b). Pada dasarnya manusia itu

tergantung pada manusia lainnya; (c). Manusia perlu menjaga hubungan baik

dengan sesamanya; dan (d). Manusia perlu menyesuaikan dirinya dengan

anggota masyarakat yang lain. Dari inilah timbul suatu kesadaran bahwa kita

tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok sendiri. Oleh

karena itu perlu ditumbuhkan suatu kesadaran dan tanggung jawab terhadap

kepentingan bersama.

Page 26: Proposal Nya Alam Baru

Sekarang mari kita lihat pengamalan azas gotong royong dalam berbagai

kehidupan! Perwujudan partisipasi rakyat dalam reformasi merupakan

pengabdian dan kesetiaan masyarakat terhadap program reformasi yang

mana senantiasa berbicara, bergotong royong dalam kebersamaan

melakukan suatu pekerjaan. Sikap gotong royong memang sudah menjadi

kepribadian bangsa Indonesia yang harus benar-benar dijaga dan dipelihara,

akan tetapi arus kemajuan ilmu dan teknologi ternyata membawa pengaruh

yang cukup besar terhadap sikap dan kepribadian suatu angsa, serta selalu

diikuti oleh perubahan tatanan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu

masyarakat.

Adapun nilai-nilai gotong royong yang telah menjadi bagian dari

kebudayaan bangsa Indonesia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh

tersebut. Namun syukurlah bahwa sistem budaya kita dilandasi oleh nilai-nilai

keagamaan yang merupakan benteng kokoh dalam menghadapi arus

perubahan jaman.Untuk dapat meningkatkan pengamalan azas

kegotongroyongan dalam berbagai kehidupan perlu membahas latar

belakang dan alasan pentingnya bergotong royong yaitu: (a). Bahwa manusia

membutuhkan sesamanya dalam mencapai kesejahteraan baik jasmani

maupun rohani. (b). Manusia baru berarti dalam kehidupannya apabila ia

berada dalam kehidupan sesamanya. (c). Manusia sebagai mahluk berbudi

luhur memiliki rasa saling mencintai, mengasihidan tenggang rasa terhadap

sesamanya. (d). Dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa mengharuskan setiap manusia untuk bekerjasama, bergotong

Page 27: Proposal Nya Alam Baru

royong dalam mencapai kesehjahteraan hidupnya baik di dunia maupun di

akhirat. (e). Usaha yang dilakukan secara gotong royong akan menjadikan

suatu kegiatan terasa lebih ringan, mudah dan lancer (Anonim 6, 2014).

2.5. Kerangka pemikiran

Mengingat bahwa dalam kegiatan konversi lahan akan memberikan

banyak dampak seperti ekonomi, sosial, maupun lingkungan yang semuanya

akan berpengaruh langsung pada sikap gotong royong petani, (sebelum dan

sesudah konversi) sehingga akan memberikan perbedaan nilai terhadap

keadaan ekonomi maupun sosial para petani di wilayah tersebut. Untuk

melengkapi uraian tersebut, maka peneliti menyajikan kerangka pemikiran

sebagai berikut.

faktor penarik konversi lahan faktor pendorong

akses fasilitas

sikap gotong royong petani

faktor semangat gotong royong Dorongan gotong royong

Gambar 1. Skema kerangka piker penelitian

Page 28: Proposal Nya Alam Baru

Berdasarkan skema diatas dapat dilihat keterkaitan antara konversi

lahan terhadap sikap gotong royong petani di kelurahan Tamangangapa.

Konversi ini disebabkan dua factor yakni : factor pendorong dan factor

penarik. Factor pendorong disisni disebabkan oleh harga lahan yang

semakain tinggi berdsarkan tawaran para pelaku bisnis property yang

merasa ingin berinvestasi di daerah ini, sedangkan factor pendorong yakni

produktivitas lahan yang tidak lagi mengalami peningkatan yang signifikan

akibat berbagai factor, baik factor kesuburan tanah maupun factor cuaca

yang toidak menentu. Konversi lahan ini berpengaruh pada sikap gotong

royong para petani di kelurahan Tamangapa. Sikap gotonng royong disini

mencakup sikap gotong royong dari segi factor semangat gotong royong

dan dorongan gotong royong. Pada factor gotong royong mencaku factor-

faktor gotong royong akibat konversi lahan yang masih terus terjaga,

sedangkan dari segi dorongan gotong royong mencakup apa-apa saja yang

mampu member dan menjaga sikap kegotong royongan ini sebelum dan

setelah adanya konversi lahan ini.

2.5. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dan tujuan

penelitian seperti yang telah di kemukakan sebelumnya, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Intensitas konversi lahan pertanian ke non-pertanian di Kelurahan

Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar di kategorikan tinggi.

Page 29: Proposal Nya Alam Baru

2. Perubahan harga lahan merupakan factor penarik dan produktivitas

merupakan factor pe ndorong dalam konversi lahan di Kelurahan

Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.

3. Konversi lahan berpengaruh pada sikap gotong royong petani di Kelurahan

Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.

Page 30: Proposal Nya Alam Baru

III. METODOLOGI PENELITAIAN

3.1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanaka di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala,

Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara

purposive yaitu pemilihan secara langsung dengan pertimbangan bahwa daerah

ini penduduknya dulu mayoritas mata pencahariannya adalah bertani dan saat ini

semakin berkurang. Penelitian ini akan dilakasanakan selama 2 bulan, yakni

mulai bulan Maret 2014 sampai bulan Juni 2014.

3.2. Metode Penelitian dan Penentuan Sampel

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus yaitu suatu

model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu system yang berbatas pada

suatu kasus atau beberapa kasus secara mendetail disertai dengan penggalian

data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya

akan kontes. Sehingga kasus-kasus tersebut akan diteliti secara utuh yang

dalam hal ini dilakukan pada petani yang mengkonversi lahan pertanian ke non-

pertanian di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif melalui

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bersifat

menggambarkan atau melukiskan suatu hal. Tujuan penelitiandeskriptif adalah

Page 31: Proposal Nya Alam Baru

untuk menjelaskan suatu hal secara sistemik, factual, dan akurat serta sifat-sifat

populasi pada daerah tertentu.

Pendekatan kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan

berlandasan kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi

dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif, maka dapat mengikuti dan

memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup

pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan

bermamfaat.

Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random

sampling), yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan penelitian

sesuai dengan tujuan penelitian. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam

simple random sampling adalah semua individu dalam populasi (anggota

populasi) berkesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Teknik penarikan contoh acak sederhana digunakan karena pada umumnya

petani dilokasi penelitian pernah menjual lahannya. Sehingga setiap sampel

yang terpilih adalah mereka yang dianggap mampu memberikan keterangan

sesuai tujuan penelitian.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

Page 32: Proposal Nya Alam Baru

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian baik

melalui hasil wawancara dengan menggunakan kusioner dan wawancara

mendalam dengan petani responden dan informan kunci.

2. Data sekunder, yaitu ada yang diperoleh dari instansi/lembaga terkait dengan

penelitian ini seperti;

a. Jumlah kepemilikan lahan, luas lahan, luas alih fungsi lahan, diperoleh dari

kantor Kelurahan Tamangapa.

b. Keadaan Kelurahan Tamangapalaiinya diperoleh dari dinas pertanian kota

Makassar, badan pusat statistic kota Makassar, kantor camat Manggala dan

kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut;

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada lingkungan

masyrakat tani untuk mengetahui intensitas konversi lahan pertanian ke

non-pertanian yang ada di lokasi penelitian.

2. Wawancara yaitu Tanya jawab yang dilakukan terhadap petani responden

dengan menggunakan kusioner.

3. Wawancara mendaloam yaitu wawancara yang dilakukan untuk

mendapatkan data dalam bentuk diskripsi dari petani responden dan

informan kunci terkait dengan konversi lahan Kelurahan Tamangapa.

Page 33: Proposal Nya Alam Baru

4. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari beberapa instansi

teknis yang terkait dengan penelitian. Dokumentasi yang digunakan

sebagai sumber data terdiri dari Kecamatan Manggala dalam angka dari

Badan Pusat Statistik, laporan penelitian dan literatur-literatur yang terkait.

3.5. Metode Analisis

Data yang diperoleh dari pnelitian selanjutnya diolah dengan

menggunakan analisis komparasi, yakni membandingkan;

1. Jenis dan jumlah mata pencaharian sebelum dan sesudah masyarakat

Kelurahan tamangapa menkonversi lahan.

2. Jenis dan jumlah fasilitas sarana/prasarana yang bias diakses sebelum

dan sesudah masyarakat mengkonversi lahan nya.

3. Tingkat sikap gotong royong petani sebelum dan setelah adanya konversi

lahan di Kelurahan Tamangapa.

3.6. Konsep operasional

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data, maka ditetapkan

batasan konsep operasional sebagai berikut;

1. Tanah atau lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting dimana

tempat makhluk hidup melakukan segala aktifitas.

2. Konversi lahan adalah perubahan fungsi lahan menjadi fungsi yang lain

diman akan merubah potensi lahan tersebut.

Page 34: Proposal Nya Alam Baru

3. Konversi lahan pertanian ke perumahan yaitu perubahan fungsi

sumberdaya dan potensi lahan menjadi sebuah perumahan.

4. Dampak adalah pengaruh atau efek yang ditimbulkan dari sesuatu

tindakan atau kegiatan, dalam hal ini adalah pengaruh terhadap

kehidupan masyarakat sekitar.

5. Petani yaitu seseorang yang bergerak dibidang bisnis pertanianutamanya

dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah,

sayur dan lain-lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari

tanaman untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

6. Responden adalah petani-petaniyang dijadikan sampel penelitian yang

terlibat atau merasakan sendiri hasil dari proyek-proyek pertanian yang

ada.

7. Mata pencaharian adalah sumber penghasilah atau pendapatan

seseorang.

8. Perubahan mata pencaharian yaitu berubahnya penghasilan atau

pendapatan seseorang akibat adanya perubahan pekerjaan.

9. Intensitas adalah banyaknya petani yang pernah menjual lahannya.

10.Factor pendorong adalah hal-hal yang mendorong petani kelurahan

Tamangapa untuk menjual lahannya.

11.Factor penarik adalah hal-hal yang menjadi dasar petani di Keluarahan

Tamangapa untuk menjual lahannya.

Page 35: Proposal Nya Alam Baru

12.Perubahan akses fasilitasyaitu perubahan sarana dan prasarana fisik

yakni adanya perubahan benda atau barang yang menunjang atau

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja.

13.Sikap gotong royong adalah sesuatu sikap ataupun kegiatan yang

ditakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong

menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan

sukarela tanpa adanya imbalan.

14.Factor semangat gotong royong adalah nilai-nilai semangat gotong royong

yang lahir dari tradisi asli masyrakat indonesia.

15.Dorongan gotong royong adalah suatu sikap yang lahir dari jiwa hakiki

masyrakat indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai dan

norma persatuan dan kesatuan.

Page 36: Proposal Nya Alam Baru

SEMINARPROPOSAL PENELITIAN

Judul : Dampak Konversi Lahan terhadap Sikap Gotong Royong Petani (Studi kasus, di Desa Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar)

Nama : Syamsu AlamStambuk : G211 10 903Hari/Tanggal :Waktu :Tempat : Dosen Pembimbing : 1.

2. Dosen Penguji : 1.

2. Panitia Seminar :

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013