Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

14
PROPOSAL PENYULUHAN LAPAROSKOPI PADA KEHAMILAN Oleh : 1. Cahya khaerany 2. Riska Aulia Rahma 3. Diana Kurniawati 4. Lady Avisha Pembimbing : dr. I Nyoman Dwija Putra, Sp.B DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

description

ke

Transcript of Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

Page 1: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

PROPOSAL PENYULUHAN

LAPAROSKOPI PADA KEHAMILAN

Oleh :

1. Cahya khaerany

2. Riska Aulia Rahma

3. Diana Kurniawati

4. Lady Avisha

Pembimbing :

dr. I Nyoman Dwija Putra, Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

DI SMF BEDAH RSUD KOTA MATARAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2015

Page 2: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

PROPOSAL PENYULUHAN

SMF : BEDAH

Topik : Pemasangan Stapler Pada Hemoroid

Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Poli Bedah RS Kota Mataram

Tempat : Ruang tunggu Poli Bedah RS Kota Mataram

Latar Belakang

Hemorrhoid atau wasir adalah dilatasi varikosus vena dari pleksus hemorrhoidal inferior

atau superior, akibat dari peningkatan tekanan vena yang persisten. Survey di negara barat

menyebutkan bahwa setengah dari populasi berumur diatas 40 tahun menderita penyakit ini

dengan insidensi tertinggi antara 45 sampai 65 tahun dan ditemukan seimbang antara pria dan

wanita. Penyakit ini bisa disertai gejala mulai dari ringan hingga berat. Walaupun penyakit ini

tidak mengancam  jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman dan

diperlukan tindakan.

I.     Tujuan Umum

Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui mengenai

hemoroid dan bagaimana pre dan post operasi serta mengetahui dan mengerti dengan

jelas akibat nantinya setelah dilakukan operasi.

II. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan audience dapat :

1.      Mengetahui pengertian hemoroid

2.      Mengetahui penyebab dan faktor resiko hemoroid

3.      Mengetahui tanda dan gejala dari hemoroid

4.      Mengetahui penatalaksanaan hemoroid dengan operatif menggunakan stapler yang

minimal invasif.

III. Materi

1.      Pengertian henoroid

2.      faktor resiko hemoroid.

3.      Tanda dan gejala apendisitis.

4.      tindakan penanganan hemoroid dengan menggunakan stapler

Page 3: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

IV.    Metode

1.      Presentasi

2.      Tanya Jawab

V.    Media

Leaflet hemoroid dengan stapler

Banner hemoroid dengan stapler

VI.       Pengorganisasian

1. Cahya khaerany

2. Riska Aulia Rahma

3. Diana Kurniawati

4. Lady Avisha

VII

No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1. 7 Menit Pembukaan

  Membuka/memulai kegiatan dengan

mengucapkan salam.

  Memperkenalkan diri.

  Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

  Menyebutkan materi dari penyuluhan.

  Bertanya pada peserta apakah sudah

mengetahui tentang ....

  Menjawab salam.

  Mendengarkan.

  Mendengarkan.

Mendengarkan dan memperhatikan.

Menjawab pertanyaan.

2. 15 Menit Pelaksanaan

Menyampaikan materi

  Menjelaskan pengertian tentang ...

  Menjelaskan tentang tindakan pre

operasi ....

  Menjelaskan tentang tindakan post

  Mendengarkan.

  Mendengarkan.

Page 4: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

operasi.....

  Menjelaskan penanganan secara

sederhana......

  Memberi kesempatan pada peserta

untuk bertanya...

  Mendengarkan.

  Mendengarkan

  Menjawab pertanyaan

3. 10 Menit Evaluasi

Menanyakan kepada peserta

tentang materi yang telah

diberikan dan reinforcement

kepada peserta yang dapat

menjawab.

Menjawab pertanyaan

4. 5 Menit Terminasi

Mengucapkan terima kasih

atas peran sertanya dalam

penyukuhan kesehatan.

Mengucapkan salam penutup

Mendengarkan

Menjawab salam

Page 5: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

HEMOROID

Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum

bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini

membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari “hemoroid adalah dilatasi varikosus vena

dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior” (Dorland, 2002). Hemoroid adalah kumpulan

dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan

sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa

unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (Felix, 2006).

Etiologi Hemoroid

Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah:

a. Penuaan

b. Kehamilan

c. Hereditas

d. Konstipasi atau diare kronik

e. Penggunaan toilet yang berlama-lama

f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

g. Obesitas.

Anatomi Anal Canal

Anal canal adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rektum hingga orifisium

anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi oleh epitel skuamosa dan setengah

bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada bagian yang dilapisi oleh epitel kolumnar tersebut

membentuk lajur mukosa (lajur morgagni). Suplai darah bagian atas anal canal berasal dari

pembuluh rektal superior sedangkan bagian bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior.

Kedua pembuluh tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal dari arteri

Page 6: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka interna. Arteri-arteri tersebut

akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.

Anatomi anal canal yang memperlihatkan pleksus hemoroid internal dan eksternal ( Penninger

dan Zainea, 2001).

Klasifikasi Hemoroid

Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi batas histologis.

Klasifikasi hemoroid yaitu:

a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh epitel

skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut saraf nyeri somatik

b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.

Derajat Hemoroid Internal

Menurut Person (2007), hemoroid internal diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yakni:

a. Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.

b. Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat pemeriksaan

tetapi dapat masuk kembali secara spontan.

Page 7: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk kembali secara

manual oleh pasien.

d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski

dimasukkan secara manual

Anamnesis Hemoroid

Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya darah segar pada saat buang

air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Pada

derajat II hemoroid internal pasien akan merasakan adanya masa pada anus dan hal ini

membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid derajat IV yang telah

mengalami trombosis (Canan, 2002).

Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya trombosis hemoroid

eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid internal biasanya timbul gejala hanya

ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan, atau trombosis. Hemoroid

eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau

perdarahan akibat ulserasi dan trombosis ( Wexner, Person, dan Kaidar-person, 2006)

Pemeriksaan Fisik Hemoroid

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang mengindikasikan

hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang mengalami prolaps. Hemoroid internal derajat I

dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit membedakannya dengan lipatan

mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami trombosis

(Canan, 2002).

Page 8: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip, atau tumor.

Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga harus dinilai (Nisar dan

Scholefield, 2003).

Gambar 2. menunjukkan hemoroid yang mengalami trombosis (Schubert, Schade, dan wexner,

2009).

Pemeriksaan Penunjang Hemoroid

Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan sigmoidoskopi. Anoskopi

dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid

(Halverson, 2007). Side-viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat

untuk mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person,

Person, dan Wexner (2007) menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi

fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.

Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan derajat berbeda.

Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain

sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal

dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema

X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada

pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan,

2002).

Page 9: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

Pembedahan

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:

1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil,

quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi adalah

submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi

dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan

fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurangi prolapsus

jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007). Senapati (1988) dalam Acheson dan

Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang

dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.

2. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan

nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke

dinding rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.

3. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi

panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah

kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan

hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal.

4. Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid

dan pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid internal

derajat rendah.

5. Laser haemorrhoidectomy.

6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini dilakukan dengan

menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi

arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi

menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan akan

mengurangi ukuran hemoroid.

7. Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah

untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di dalam sel,

menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan banyak

waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang paling

jarang dilakukan untuk hemoroid (American Gastroenterological Association, 2004).

Page 10: Proposal Penyuluhan Hemoroid Baru

8. Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid

pada bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah

berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai

standar hemorrhoidectomy (Halverson, 2007).