PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN...

87
i PERSEPSI IBU TENTANG KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA KECAMATAN KEMUSUBOYOLALI SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan” Oleh : Nuning Puspitoningsih NIM. S10031 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKESKUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Transcript of PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN...

Page 1: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

i

PERSEPSI IBU TENTANG KARIES GIGI PADA ANAK USIA

PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA KECAMATAN

KEMUSUBOYOLALI

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Nuning Puspitoningsih

NIM. S10031

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKESKUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi

Keperawatan yang berjudul :

PERSEPSI ORANG TUA

TENTANG KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK DHARMA

WANITA KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI

Oleh :

Nuning Puspitoningsih

NIM S1 0031

Telah diuji pada tanggal 17 Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbingutama

Ns. Wahyuningsih Safirti, M.Kep.

NIK. 200679022

Pembimbing Pendamping

Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep.

NIK. 201087055

Penguji,

Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep.

NIIK. 201284113

\

Surakarta, ....................2014

Ketua Program Studi,

Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep.

NIK. 201279102

Page 3: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nuning Puspitoningsih

NIM : S10031

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik ( sarjana ), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta maupun di

perguruan tinggi lain.

2) Skripsi adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

Penguji.

3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang

berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

Nuning Puspitoningsih

NIM. S.10031

Page 4: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Ibu Tentang Karies Gigi Anak Usia

Prasekolah di TK Darma Wanita Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali”.

Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh

mata ajar skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,

arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus,

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku ketua program Studi

S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku pembimbing utama

yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan

skripsi.

4. Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku pembimbing pendamping

yang telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses

penyusunan skripsi.

Page 5: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

v

5. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku penguji yang telah

memberikan bimbingannya.

6. Ibu Parti, Spd. Aud selaku Kepala sekolah TK Dharma Wanita Kemusu

yang telah bersedia memberi izin agar institusinya dijadikan tempat

penelitian.

7. Semua partisipan yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian

skripsi ini.

8. Orang tuaku tercinta Bapak Wardoyo, Ibu Karsinah, kakakku Susanto dan

yang tercinta Eko Yulianto yang selalu memberikan dukungan, doa, materi

dan kasih sayangnya sepanjang waktu.

9. Teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2010 yang selalu

mendukung dan membantu dalam proses pembuatan proposal skripsi ini.

10. Teman-teman kos mawar berduri (melly, rita, luciana, priska, nuri, muvi,

siti) atas dukungan dan semangat yang diberikan.

11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material

dalam penyusunan proposal ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu

persatu.

Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan

mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah

SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Surakarta, Juni 2014

Penulis

Page 6: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAAN .......................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 5

1.3. Tujuan penelitian ...................................................................... 6

1.4. Manfaat penelitian .................................................................... 7

1.5. Keaslian penelitian ................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11

2.1 Konsep teori ............................................................................. 11

2.2 Kerangka Berfikir .................................................................... 29

2.3 Fokus penlitian ......................................................................... 30

Page 7: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 31

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 31

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 31

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 32

3.4 Definisi Istilah ........................................................................... 32

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................ 33

3.6 Validitas Data ............................................................................ 35

3.7 Pengolahan Datadan Analisa Data ............................................ 37

3.8 Etika Penelitian.. ........................................................................ 40

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. ... 41

4.1 Karakteristik Partisipan ............................................................. 41

4.2 Penyajian Data ........................................................................... 42

4.3 Analisa Tematik ......................................................................... 45

4.4 Skematik .................................................................................... 55

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 56

5.1 Pengetahuanibutentangkariesgigianakusiaprasekolah ............... 56

5.2 Perawatangigianakusiaprasekolah ............................................. 61

5.3 Penyebabkariesgigi .................................................................... 66

BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian 8

3.1 Definisi Istilah 32

Page 9: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

ix

DAFTAR GAMBAR

NomorGambar JudulGambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir 29

2.2 Fokus Penelitian 30

3.1 Langkah-langkah content analysis 39

4.1 Skematik hasil penelitian 55

Page 10: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Lampiran

1 F 01 usulan topik penelitian

2 F 02 Pengajuan Persetujuan Judul

3 F 04Pengajuan ijin studi pendahuluan

4 Suratijin studipendahuluan

5 Surat balasan ijin studi pendahuluan

6 Surat ijin penelitian

7 Surat balasan ijin penelitian

8 Surat permohonan menjadi Informan

9 Surat persetujuan menjadi Informan

10 Pedoman wawancara

11 Transkip Wawancara

12 Skema kata kunci

13 Dokumentasi

14 Lembar Konsultasi

15 Jadwal penelitian

Page 11: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

xi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

Nuning Puspitoningsih

Persepsi ibu tentang karies gigi pada anak usia prasekolah sekolah di TK

Darma Wanita Kecamatan Kemusu Boyolali

Abstrak

Kesehatan gigi dan mulut bagi usia prasekolah merupakan hal yang perlu

mendapat perhatian serius. Penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak

usia prasekolah antara lain karies gigi, yaitu rusaknya jaringan keras gigi yang

disebabkan oleh asam dalam karbohidarat melalui perantara mikroorganisme yang

ada dalam saliva .Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi

persepsi ibu terhadap karies gigi anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita

Kecamatan Kemusu Boyolali.

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif fenomenologis dengan

teknik purposive sampling yang melibatkan 5 informan. Pengumpulan data

dilakukan dengan in-depth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karies

gigi merupakan rusaknya jaringan gigi yang ditandai gigi berlubang,hitam dan

geropos. Perawatan karies gigi yang dilakukan yaitu gosok gigi, namun ibu tidak

menerapkan kedisiplinan pada anak dalam melakukan gosok gigi. Karies gigi

disebabkan oleh konsumsi makanan manis.

Kesimpulan dari penelitian ini, ibu mempersepsikan penyebab utama karies

gigi yaitu konsumsi makanan manis seperti permen dan coklat. Dampak karies gigi

yaitu anak merasakan sakit, susah makan, berat badan menurun, perubahan warna

gigi dan terganggunya kegiatan belajar. Berdasarkan hal tersebut diharapkan para

tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan gigi pada

masyarakat dan memberikan pengobatan bagi anak yang mengalami karies gigi.

Kata Kunci : persepsi, ibu, karies gigi, usia prasekolah

Daftar Pustaka : 44 (2003-2013)

Page 12: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

xii

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

2014

Nuning Puspitoningsih

MOTHERS’ PERCEPTION OF DENTAL CARIES ON THEIR PRESCHOOL

AGE CHILDREN AT DHARMA WANITA KINDERGARTEN SCHOOL OF

KEMUSU SUB-DISTRICT, BOYOLALI

ABSTRACT

Oral health of the pre-school children needs a special attention. An oral disease

which frequently attacks them is dental caries, that is, demineralization and destruction of

the hard tissues of the teeth due to acids and carbohydrates through intermediary organisms

in the saliva. The objective of this research is to identify the mothers’ perception of dental

caries on their preschool age children at Dharma Wanita Kindergarten School of Kemusu

subdistrict, Boyolali.

This research used the qualitative phenomenological research method. The samples

of the research were taken by using the purposive sampling technique. They consisted of 5

informants. The data of the research were gathered through in-depth interview.

The result of the research shows that dental caries is demineralization and

destruction of the hard tissues of the teeth marked by black cavity and porous teeth. The

care for the dental caries is done brushing the teeth. Yet, the mothers do not apply discipline

on their children to brush their teeth. The dental caries occurs due to their consumption of

sweet food.

Thus, a conclusion is drawn that the mothers perceive that the cause of the dental

caries is the consumption of sweet food such as candy and chocolate bar. The impact of the

dental caries is that the children feel painful in their mouth, they are difficult to eat, they

suffer from body weight loss, the color of their teeth changes, and their learning activities

are hampered. Therefore, the health practitioners should extend a health education on the

oral health to the communities and medication to the children suffering from the dental

caries.

Keywords: Perception, dental caries, and preschool age

References: 44 (2003-2013)

Page 13: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut bagi usia prasekolah masih merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter maupun

perawat, sebab karies gigi masih merupakan masalah utama kesehatan mulut

di berbagai negara. Negara industri misalnya di Amerika, Eropa dan Australia

mencapai 60-90% anak usia prasekolah mengalami karies gigi (WHO 2010).

Berdasarkan data dari kantor publikasi Brazil pada tahun 2006 diketahui bahwa

81,9% anak usia prasekolah tidak pernah memeriksakan kesehatan giginya, hal

tersebut mengakibatkan tingginya resiko terjadinya karies gigi pada anak

(Ardhegi 2012).

Gigi merupakan fungsi penting dalam mulut, sehingga perlu dijaga sejak

awal masa pertumbuhan agar selalu sehat dan kuat untuk menjalankan

fungsinya sebagai salah satu alat pencernaan manusia untuk mengunyah dan

menghaluskan makanan serta sebagai estetika yaitu untuk membentuk wajah

(Machfoedz 2006). Siswa sekolah dasar yang menderita karies gigi mencapai

63,6%. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak, mereka

merasakan sakit, ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, gangguan makan

dan tidur. Karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko untuk dirawat di

rumah sakit sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi

proses pembelajaran anak (Anwar 2011).

Page 14: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

2

Perawatan gigi yang terbatas atau tidak adekuat menyebabkan masalah

yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan gigi pada masa kanak-

kanak. Gigi berlubang (karies gigi), maloklusi dan penyakit periodontal,

trauma, terutama tanggalnya gigi juga merupakan masalah yang penting bagi

kesehatan gigi anak (Edwina 2013). Penyakit gigi dan mulut merupakan

penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia, namun perilaku

masyarakat Indonesia didalam menjaga kesehatan rongga mulut masih rendah

karena pengetahuan yang masih kurang mengenai pentingnya menjaga

kesehatan gigi sejak dini. Kurangnya informasi dan pemahaman yang

didapatkan mengenai karies gigi, menyebabkan orang tua keliru dalam

mempersepsikan tentang karies gigi. Mereka beranggapan bahwa karies gigi

merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak kecil dan cenderung tidak

dihiraukan karena dianggap tidak membahayakan jiwa (Wong 2009).

Penyakit gigi masih sering diabaikan oleh banyak orang tua, mereka

mempersepsikan kerusakan gigi merupakan hal yang biasa terjadi dan akan

sembuh dengan sendirinya (Edwina 2013). Orang tua seharusnya memiliki

pengetahuan untuk kesehatan anaknya, karena pengetahuan mempengaruhi

persepsi dari orang tua itu sendiri mengenai kesehatan anakya, khususnya

dalam menjaga kebersihan gigi dan upaya pencegahan karies gigi (Nugraha,

dkk 2011).

Faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu mikroorganisme,

bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri dan permukaan gigi yang

rentan, kurangnya kebersihan mulut, makanan manis dan lengket yang bersifat

Page 15: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

3

kariogenesis (Edwin 2013). Berbagai faktor penyebab tersebut dapat dilakukan

tindakan menggosok gigi yang merupakan salah satu tindakan dalam rangka

pencegahan karies gigi. Kegiatan menggosok gigi merupakan salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi walaupun dalam

pelaksanaanya masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam

pelaksanaannya (Anwar 2011).

Penelitian yang berkaitan dengan karies gigi yang pernah dilakukan yaitu

dari 150 responden 97,33 % responden memiliki pengetahuan yang baik

mengenai menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya namun dalam

pelaksanaanya masih kurang yaitu belum dilaksanakan dengan baik cara

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki. Hal tersebut dibuktikan dengan 71,33 % ibu tidak pernah

memeriksakan anak ke dokter gigi dan hanya 38% ibu yang menyikat gigi anak

setelah sarapan dan sebelum tidur serta 14,67% tidak menyikat gigi anak

balitanya (Gultom 2009). Penelitian lain yang pernah dilakukan didapatkan

hasil bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku

menjaga kesehatan gigi anak usia prasekolah yaitu anak yang memiliki relasi

baik dan nyaman dengan ibunya maka akan harga diri, perkembangan

emosional dan psikosoial yang lebih baik (Wahyu 2013).

Hasil penelitian lain didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara tingkat partisipasi orang tua dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut

anak dengan pengetahuan p = 0.001 dan ada hubungan antara tingkat

partisipasi orang tua dalam merawat kesehatan gigi dan mulut anak dengan

Page 16: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

4

motivasi p = 0.028 (Sumanti 2013). Penelitian yang pernah dilakukan

didapatkan hasil bahwa perawat dalam pengalamannya menemukan bahwa

masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah utama pada anak

prasekolah dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai “apa” dan

“bagaiamana” makanan yang dikonsumsi anak mereka serta persepsi orang tua

mengenai mahalnya biaya pemeriksaan gigi (Arora 2011). Hasil penelitian lain

yang mendukung yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan persepsi ibu terhadap kejadian karies gigi dengan nila p=0.000 dan

terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan persepsi ibu terhadap

kejadian karies gigi dengan nilai p=0.000 (Hermita 2010).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21 sampai 23

November 2013 dengan menyebarkan 50 kuesioner pada 50 ibu yang memiliki

anak usia 3-5 tahun di TK Dharma Wanita Kemusu Boyolali didapatkan data

64% (32) ibu yang menyatakan anaknya mengalami karies gigi karena ibu

menganggap karies gigi bukan merupakan masalah serius bagi kesehatan mulut

anak, ibu tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi anak ke puskesmas atau

dokter gigi dan anak tidak diajarkan untuk menggosok gigi 2 kali sehari. Data

lainnya didapatkan 36% (18) ibu menyatakan anaknya tidak menderita karies

gigi karena ibu berusaha selalu menjaga kebersihan mulut anak dengan rutin

menggosok gigi 2 kali sehari, ibu selalu mengawasi anaknya saat menggosok

gigi, ibu memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke Puskesmas. Presentase ibu

yang menyatakan tidak tahu mengenai karies gigi ataupun kesehatan gigi

Page 17: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

5

adalah 60% (30) karena ibu tidak pernah memperhatikan masalah kesehatan

mulut anaknya dan 40% (20) ibu menyatakan tahu tentang kesehatan gigi.

Hasil wawancara dari 5 ibu yang anaknya mengalami karies gigi

menyatakan tidak pernah memeriksakan gigi anaknya ke dokter gigi atau

Puskesmas karena ibu beranggapan bahwa karies gigi tidak merupakan

masalah serius bagi kesehatan gigi anaknya, karies gigi merupakan hal yang

wajar terjadi pada anak-anak, ibu mempersepsikan karies gigi tidak berdampak

buruk bagi kesehatan mulut anak, ibu tidak mengajarkan anaknya untuk

menggosok gigi 2 kali sehari, ibu tidak melakukan pencegahan karies gigi

seperti menjaga kebersihan mulut anak. Hasil observasi secara insidental pada

tanggal 28 Nopember 2013 terhadap 10 anak didapatkan data 70% (7) anak

mengalami karies gigi yang berupa bercak kuning dan coklat di sepanjang

permukaan email gigi dan 30% (3) anak tidak mengalami karies gigi dimana

gigi putih, bersih tidak ada bercak berwarna kuning atau coklat kehitaman pada

permukaan email.

1.2 Rumusan Masalah

Karies gigi merupakan penyakit kesehatan gigi dan mulut tertinggi ke-6

yang dialami anak Indonesia. Karies gigi dapat mengganggu sistem

pengunyahan dan menjadi infeksi vokal sehingga mengganggu tumbuh

kembang anak (Wong 2009). Fenomena di TK Dharma Wanita didapatkan data

bahwa ibu belum mengetahui tentang karies gigi yaitu penyebab karies gigi,

dampak karies gigi, pencegahan karies gigi dan pentingnya kebersihan mulut

Page 18: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

6

anak. Ibu mempersepsikan bahwa karies gigi merupakan hal yang wajar terjadi

pada anak-anak dan tidak menganggap karies gigi sebagai masalah kesehatan

mulut anak, sehingga penulis ingin mengidentifikasi bagaimanakah persepsi

ibu terhadap karies gigi anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita

Kecamatan Kemusu Boyolali.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengidentifikasi persepsi ibu terhadap karies gigi anak usia pra

sekolah di TK Dharma wanita Kecamatan Kemusu Boyolali.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak usia

pra sekolah.

2. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam menerapkan perawatan gigi

yang benar pada anak usia pra sekolah.

3. Mengidentifikasi tingkat kedisiplinan ibu dalam menjaga kebersihan

gigi anak usia pra sekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

Page 19: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

7

1. Manfaat bagi TK Dharma Wanita

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi TK Darma Wanita

mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pencegahan karies gigi pada anak

usia prasekolah.

2. Manfaat bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kemusu untuk meningkatkan

status kesehatan gigi dan mulut anak dengan melakukan pemeriksaan karies

gigi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada para orangtua mengenai

kesehatan gigi dan mulut anak.

3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang persepsi orang

tua pada kejadian karies gigi anak usia prasekolah agar dapat dilakukan

pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat merencanakan program-

progam misalnya diadakan kegiatan dokter kecil atau sikat gigi masal untuk

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak prasekolah di taman

kanak-kanak maupun sekolah dasar.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-

penelitian selanjutnya terkait karies gigi misalnya faktor yang dapat

meningkatkan motivasi ibu menjaga kesehatan gigi anak.

5. Manfaat bagi peneliti

Page 20: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

8

Penelitian ini bermanfaat sebagai proses belajar untuk mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh dari program studi ilmu keperawatan terkait kesehatan

anak.

1.3 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuan jurnal, didapatkan

penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilkukan peneliti, sebagai

berikut :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

Vivin

Sumanti

2013

Faktor yang berhubungan

dengan partisipasi arang

tua dalam perawatan

kesehatan gigi anak di

Puskesmas Tegallalang I

Kuantitatif

dengan desain

Cros sectional

a. Ada hubungan secara

signifikan antara tingkat

partisipasi orang tua dalam

perawatan kesehatan gigi

dan mulut anak dengan

pengetahuan p = 0.001

Ada hubungan antara tingkat

partisipasi orang tua dalam

merawat kesehatan gigi dan

mulut anak dengan motivasi

p = 0.028

Page 21: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

9

Nama

Peneliti

Meinarly

Gultom 2009

Judul Penelitian

Pengetahuan, sikap dan

tindakan ibu-ibu rumah

tangga terhadap

pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak

balitanya

Metode

Penelitian

Kuantitatif

dengan desain

Cros sectional

Hasil Penelitian

Hasil dari 150 responden

97,33 % responden memiliki

pengetahuan yang baik

mengenai menjaga

kesehatan gigi dan mulut

anaknya namun dalam

pelaksanaanya masih kurang

yaitu belum dilaksanakan

dengan baik cara menjaga

kesehatan gigi dan mulut

anak sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki

dibuktikan dengan 71,33 %

ibu tidak pernah

memeriksakan anak ke

dokter gigi dan hanya 38%

ibu yang menyikat gigi anak

setelah sarapan dan sebelum

tidur serta 14,67% tidak

menyikat gigi anak balitanya

Amit Arora

2011

Child and family health

nurses’ experiences of

oral health of preschool

children: a qualitative

approach

Kualitatif

dengan study

cohort

Perawat dalam

pengalamanya menemukan

bahwa masalah kesehatan

gigi dan mulut merupakan

masalah utama pada anak

prasekolah karena

kurangnya pengetahuan

orang tua mengenai “apa”

dan “bagaiamana” makanan

yang dikonsumsi anak

mereka serta persepsi orang

tua mengenai mahalnya

biaya pemeriksaan gigi.

Liberty

Nadya

Hermita

2010

Hubungan antara Tingkat

pendidikan dan sikap

dengan persepsi ibu

tentang kejadian karies

gigi pada anak pra sekolah

di desa Sumberjo

Rembang

Kuantitatif

dengan desain

cross sectional

a. Terdapat hubungan yang

bermakna antara pendidikan

dengan persepsi ibu terhadap

kejadian karies gigi dengan

nila p =0.000

b. Terdapat hubungan yang

bermakna antara sikap

dengan persepsi ibu terhadap

kejadian karies gigi dengan

nilai p =0.000

Page 22: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

10

Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

Indra Wahyu

2013

Hubungan dukungan

keluarga terhadap perilaku

menjaga kesehatan gigi

anak usia prasekolah

Kuantitatif

dengan desain

cross sectional

Terdapat hubungan antara

dukungan keluarga terhadap

perilaku menjaga kesehatan

gigi anak usia prasekolah

yaitu anak yang memiliki

relasi baik dan nyaman

dengan ibunya maka harga

diri, perkembangan

emosional dan psikosoial

akan lebih baik dengan nilai

p= 0.523

Page 23: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Pengertian karies gigi

Karies gigi merupakan infeksi jaringan gigi yang terjadi akibat

berbagai faktor penyebab yaitu waktu interaksi antara substansi gigi

dengan mikroorganisme serta konsumsi karbohidrat secara berlebih yang

mengandung asam sehingga bakteria kariogenik berkoloni pada

permukaan gigi (Arora 2011). Karies gigi juga merupakan rusaknya

jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam dalam karbohidarat

melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva (Muryani

2010). Lapisan email gigi sulung pada anak-anak prasekolah lebih tipis

dari pada gigi tetap sehingga gigi sulung lebih rawan terhadap karies gigi.

Karies gigi ini diawalai dengan proses demineralisasi yang nampak

sebagai lesi white spot pada gigi sulung rahang atas (Maulana 2005).

Pengertian karies gigi berdasarkan pernyataan dapat disimpulkan

bahwa keries gigi merupakan rusaknya gigi yg disebabkan oleh bakteri

dan penumpukan plak pada gigi karena jarang dibersihkan sehingga

menjadi tempat kolonisasi bakteri Streptococcus Mutans (SM).

Bakteri dan penumpukan plak yang lama tidak dibersihkan

mengakibatkan terjadinya karies gigi pada anak, maka orangtua harus

Page 24: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

12

lebih memperhatikan kebersihan mulut anaknya, apabila dibiarkan dan

tidak mendapatkan penanganan cepat dapat mengakibatkan

pembengkakan pada wilayah gigi yaitu abses periodontal. Kondisi ini

ditandai dengan adaanya nanah di dalam gusi yang semakin lama akan

menembus jaringan tulang sehingga penanganan yang dilakukan adalah

pencabutan gigi karena jaringanya sudah rusak (Suryawati 2010).

2.1.2 Mekanisme karies gigi

Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Faktor

tersebut yaitu, bakteri kariogenik, permukaan gigi yang rentan dan

tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri.

Faktor-faktor tersebut sangat berperan dalam proses terjadinya karies.

Ketiga faktor tersebut akan bekerjasama dan saling mendukung satu

sama lain (Edwina 2010).

Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat misalnya sukrosa

kemudian hasil dari fermentasi tersebut menghasilkan asam, sehingga

menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-

5.0. pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30-60 menit,

dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan

menyebabkan demineralisasi email gigi. Kondisi asam seperti ini sangat

disukai oleh bakteri kariogenik yang berada di rongga mulut dikenal

dengan nama Streptococcus Mutans (SM) yang merupakan

mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi.

Bakteri tersebut bersifat menempel pada email, dapat hidup di

Page 25: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

13

lingkungan asam, berkembang pesat di lingkungan yang kaya sukrosa

dan menghasilakan bakteriosin substansi yang dapat membunuh

organisme kompetitornya (Suyuti 2010).

Karies gigi terbentuk dengan tanda pertama kali yang muncul yaitu

White spot pada permukaan email kemudian proses ini akan berjalan

secara perlahan-lahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang dan

berlanjut pada kerusakan dentin, apabila tidak dilakukan pencegahan

proses karies berlanjut ke pulpa dan infeksi bakterinya sampai kejaringan

periapeks yang dapat menimbulkan nyeri (Yulia 2009).

2.1.3 Macam-macam karies gigi

Jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya yaitu terdiri dari

karies insipiens, superfisialis, media, dan profunda. Karies insipiens

terjadi pada lapisan email gigi dan tidak menimbulkan rasa sakit, karies

superfisialis terjadi pada bagian yang lebih dalam dari email dan

terkadang timbul rasa sakit, karies media terjadi pada bagian dentin dan

timbul rasa sakit apabila terkena rangsang dingin, asam serta manis,

sedangkan karies profunda yaitu karies yang telah mencapai pulpa

sehingga mengakibatkan terjadinya peradangan (Edwina 2010).

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi terjadinya karies pada anak

Page 26: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

14

Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak meliputi

riwayat pasien, analisis gizi dan analisis saliva. Faktor dari riwayat

meliputi usia, jenis kelamin, pemajanan fluroide, pola makan dan

konsumsi sukrosa yang berlebihan. Anak-anak biasanya memiliki resiko

karies lebih tinggi karena rendahnya pemajanan fluroide yang berfungsi

meningkatkan ketahanan struktur gigi (Putri 2010).

Faktor analisis gizi merupakan hal sangat penting meliputi asupan

sukrosa melalui coklat, makanan manis dan lengket serta gula-gula yang

dapat meningkatkan pertumbuhan organisme Streptococcus Mutans

(SM) (santoso 2009). Faktor lainnya yaitu dari analisis gizi, faktor

analisis saliva juga berperan penting untuk memperoleh informasi jumlah

Streptococcus Mutans (SM) yang ada di dalam mulut (Adyatmaka 2008).

2.1.5 Faktor-faktor penyebab karies gigi anak

Penyebab karies gigi pada anak adalah faktor dari morfologi gigi

sulung, bakteri pada anak, diet, lingkungan dan pengetahuan orang tua.

Faktor dari morfologi gigi sulung yaitu tipisnya bagian email dan dentin

pada gigi sulung sehingga daerah proksimal lebih rentan terhadap

penjalaran karies gigi. Faktor bakteri pada anak juga merupakan

penyebab utama terjadinya karies, karena bakteri pada gigi anak

didominasi oleh spesies yang tahan asam dan asidogenik seperti

Streptococcus Mutans (SM) (Adyatmaka 2008).

Penyebab karies gigi lainnya yaitu pola diet yang dipengaruhi oleh

jenis-jenis makanan yang dikonsumsi yaitu karbohidrat yang merupakan

Page 27: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

15

sumber energi bagi tubuh dan salah satu kandunganya adalah sukrosa

atau gula, konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya pembentukan plak (Mudanijah 2004). Faktor lingkungan juga

dapat meningkatkan terjadinya karies gigi, misalnya makanan yang

menyebabkan karies seperti permen, coklat dapat dengan mudah

ditemukan di lingkungan rumah ataupun sekolah karena kebiasaan

lingkungan yang menganggap konsumsi makanan manis yang berlebih

pada anak tidak mempengaruhi kesehatan anak (santoso 2009).

Faktor lainnya yang sangat penting yaitu pengetahuan orang tua

mengenai perannya terhadap kesehatan anak, karena peran orang tua

sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan anak terutama dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulut. Orang tua yang dominan dalam hal

ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan sebagai guru pertama anaknya,

ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kesehatan gigi dan

mulut anaknya akan mengabaikan hal tersebut sehingga mengakibatkan

tingginya resiko anak mengalami karies gigi (Maharani 2012).

2.1.6 Pencegahan karies gigi pada anak

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi

pada anak adalah :

1. Kesehatan Umum

Penurunan kesehatan anak dapat mengakibatkan penurunan

sistem imun yang dapat meningkatkan sistem perusakan oleh bakteri

Page 28: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

16

dan dapat meningkatkan resiko terjadinya karies. Tanda-tanda awal

berkembangnya resiko karies meliputi bertambahnya plak, gusi

bengkak atau berdarah, mulut kering dengan mukosa berwarna

merah, terjadinya demineralisasi gigi dan penurunan saliva yang

mengakibatkan peningkatan plak pada gigi dengan jumlah yang

sangat tinggi (Edwina 2013).

2. Pemajanan Fluoride

Fluoride dalam jumlah yang sedikit yang terkandung dalam pasta

gigi mampu meningkatkan ketahanan struktur gigi anak terhadap

demineralisasi yang berfungsi sebagai pencegahan karies. Kadar

flour dalam pasta gigi anak yang baik yaitu 500-1000 ppm (Whelton

2009). Fluroide yang terkandung dalam pasta gigi ini dapat diberikan

pada anak-anak setelah mereka bisa berkumur dan membuang air

kumurnya yaitu ketika anak berusia 2 tahun keatas, karena anak yang

berumur dibawah 2 tahun reflek menelan masih sangat tinggi

sehingga kemungkinan menelan pasta gigi juga sangat tinggi

(Suryawati, 2010). Flour yang tertelan dalam jumlah banyak dapat

menimbulkan bercak ringan pada lapisan email gigi (Edwina 2013).

Fluroede memberikan pengaruh antikaries melalui tiga mekanisme,

yaitu:

a. Keberadaan ion Fluroide pada struktur gigi meningkatkan

terjadinya fluorapaptite dari ion kalsium dan fosfat yang ada pada

saliva. Ion tersebut tidak larut sehingga berfungsi menggantikan

Page 29: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

17

garam yang larut dan mengandung mangan serta karbonat yang

hilang disebabkan oleh demineralisasi dengan diperantarai oleh

bakteri.

b. Lesi karies baru yang tidak mengalami kavitasi diremineralisai

melalui proses yang sama.

c. Saat terjadi mekanisme yang ketiga fluoride telah memiliki

aktivitas antimikroba dan dapat menghambat produksi enzim dari

glukosiltransferase yang menghasilkan glukosa untuk polisakarida

ekstraseluler yang dapat meningkatkan terjadinya adhesi bakteri.

Pembentukan polisakarida juga dihambat oleh fluoride sehingga

dapat mencegah penyimpana karbohidrat dengan membatasi

metabolisme mikroba.

3. Fungsi Saliva

Saliva sangat berpengaruh dalam pencegahan karies gigi.

Kurangnya produksi saliva dapat meningkatkan resiko karies, karena

saliva berfungsi dalam melindungi jaringan lunak mulut, mencegah

terjadinya dehidrasi dan proteksi terbaik untuk melawan terjadinya

serangan asam pada permukaan gigi. Produksi saliva pada anak

sangat rendah atau sedikit dapat diberikan stimulan misalkan permen

karet xylitol atau pengganti saliva seperti sialogen yang dapat

diresepkan oleh dokter (Putri 2010).

4. Pola Diet

Page 30: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

18

Salah satu upaya pencegahan karies gigi adalah membatasi

pemberian makan kariogenik pada anak, namun usaha untuk

mengedukasi orang tua mengenai hal tersebut tidak banyak

membuahkan hasil (Sachwarz, 2008). Berdasarkan penelitian terkini

menyebutkan bahwa untuk mencegah terjadinya karies gigi

dilakukan usaha penggantian sukrosa dengan penggunaan silitol yang

terkandung dalam permen karet yang tidak dapat dimetabolisme oleh

bakteri sehingga tidak terbentuk asam, dikonsumsi sebanyak 3-5 kali

perhari selama minimun 5 menit sesudah makan dapat

mengakumulasi pembentukan plak (Burt 2008).

5. Kebersihan Mulut

Karies gigi dapat dicegah dengan mengajarkan anak cara

menggosok gigi yang benar yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum

tidur. Cara menjaga kebersihan mulut juga dapat dilakukan dengan

pemeriksaan gigi rutin setiap 3-6 bulan sekali serta pembersihan plak

juga sangat penting untuk mencegah terjadinya karies pada anak

(Whelton 2009).

2.1.7 Penanggulangan karies secara operatif

Anak yang telah mengalami karies gigi dapat dilakukan beberapa cara

antara lain preparasi kavitas dan pencabutan gigi. Preparasi kavitas yaitu

pengembalian integritas jaringan secara permanen yang berfungsi untuk

Page 31: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

19

menutup lubang pada gigi sehingga sisa-sisa makanan tidak dapat masuk

ke dalam lubang yang sulit dijangkau oleh alat pembersih gigi (Edwina

2013).

Cara kedua yaitu pencabutan gigi, apabila kerusakan gigi telah

mencapai pulpa maka harus dilakukan pengangkatan pulpa atau

pencabutan gigi yang rusak. Cara ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya proses inflamasi pulpa yang mengakibatkan rasa nyeri

(Edwina 2013).

2.2 Anak Usia Prasekolah

2.2.1 Pengertian

Anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia 3 sampai 5 tahun.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan biologis, kognitif, psikososial dan

spiritual serta mengalami banyak perubahan fisik dan mental (Betz

2002). Anak usia prasekolah biasanya mengikuti program prasekolah

misalnya kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak (Padmonodewo

2003).

Anak usia prasekolah memainkan peranan penting mengenai citra

tubuhnya. Mereka mengenali perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan

ras. Mereka menyadari makna kata “ cantik”, ataupun “ jelek “. Anak

mulai membandingkan postur tubuh dengan teman sebaya dan bisa

membandingkan apakah mereka tinggi, pendek, kecil atau terlalu besar,

Page 32: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

20

anak yang memiliki citra tubuh tidak sempurna akan merasa malu

(Wong 2008).

2.2.2 Tugas perkembangan anak usia prasekolah

2.2.2.1 Pengertian

Perkembangan adalah rangkaian perubahan atau peningkatan

kapasiatas yang teratur menuju tahap perkembangan selanjutnya

misalnya berfikir, berperasaan dan bertingkah laku (Santoso

2009). Perkembangan adalah peningkatan kapasitas untuk

berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi (Mary 2005). Pengertian-

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas

perkembangan anak adalah suatu proses rangkaian perubahan

yang dialami anak meliputi perubahan tingkah laku, cara berfikir

dan fungsi motorik. Fungsi motorik yang dapat dilakukan oleh

anak sesuai dengan usia.

2.2.2.2 Tugas perkembangan anak prasekolah

Tugas perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak

mampu memakai pakaianya sendiri, naik turun tangga,

memasang manik-manik besar, membuka kancing depan dan

samping, memanjat dan melompat, bermain lompat tali dengan

cukup baik, melempar bola dengan cukup baik, menggunting

gambar sederhana, mengikat tali sepatu, memukul kepala paku

dengan palu, dapat menulis namanya sendiri dan orang lain,

Page 33: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

21

bermain bersama teman sebaya, mampu menggunakan garpu dan

pisau (Betz 2002).

Perkembangan perilaku sosialisasi pada anak usia prasekolah

yaitu anak selalu memandang orang tua sebagai figur yang

terpenting, bersifat posesif : ingin maunya sendiri, mampu

bekerjasama dengan teman sebaya dan orang dewasa sehingga

dalam melakukan kebiasaan sehari-hari anak selalu menirukan

kebiasaan orang tua dan model peran dewasa lainnya. Sementara

perkembangan moral anak usia prasekolah yaitu anak melihat

aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi

negatif dilihat sebagai hukuman terhadap perilaku yang tidak

sesuai dan anak selalu melihat orang tua sebagai otoritas tertinggi

untuk menetapkan benar dan salah sehingga anak mulai

mendalami proses pengertian benar dan keliru (Padmonodewo

2003).

2.2.3 Pertumbuhan gigi anak usia prasekolah

Gigi tetap pada anak prasekolah akan muncul ketika anak berusia 6

tahun (Maulani, 2005). Pada saat inilah gigi akan beresiko tinggi

mengalami karies gigi, apabila tidak dilakukan perawatan sejak dini

dapat berdampak dilakukannya pencabutan gigi karena pertumbuhan

gigi berikutnya mengalami gangguan atau bahkan tidak dapat

digantikan dengan gigi yang baru (Suryawati 2010).

Page 34: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

22

Pada usia ini anak-anak menyukai makanan manis misalnya, es

krim, cokelat, permen. Konsumsi makanan yang banyak mengandung

sukrosa tersebut dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies gigi

pada anak, sehingga orang tua perlu mengawasi makanan yang

dikonsumsi anak untuk menjaga kesehatan giginya (Santoso 2009).

2.2.4 Dampak karies pada anak usia prasekolah

Umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena

perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Adanya karies

gigi dapat mengganggu sistem pengunyahan pada umumnya dan dapat

menjadi infeksi fokal sehingga mengganggu kesehatan dan tumbuh

kembang anak. Negara Amerika, Inggris, Kanada terbukti bahwa karies

gigi pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kualitas hidup

mereka. Karies merupakan penyakit nomor 5 yang sering terjadi pada

anak-anak Aborigin di Australia barat ( usia 1-4 tahun) yang

menyebabkan anak harus dirawat di Rumah sakit (Anwar, 2011).

Negara Indonesia 62,4 % penduduk merasa terganggu pekerjaan

atau sekolahnya karena mengalami sakit gigi. Lebih dari 50 juta jam

sekolah pertahun hilang sebagai akibat dari timbulnya karies gigi pada

anak-anak, selain itu karies gigi dapat mengurangi kualitas hidup

seorang anak. Anak merasakan sakit, ketidak nyamanan, infeksi akut

serta kronik, gangguan makan dan tidur, bahkan karies yang parah juga

dapat meningkatkan risiko untuk di rawat di rumah sakit sehingga anak

tidak hadir ke sekolah. Semakin sering anak tidak hadir ke sekolah,

Page 35: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

23

dapat mempengaruhi proses pembelajaran anak pada kehidupan dewasa

nanti (Adyatmaka 2009).

2.3 Peran orang tua pada anak usia prasekolah

Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga

kesehatan anggota keluarganya. Orangtua harus selalu memperhatikan

perkembangan anak baik makanan dan kebersihan serta kesehatan anak. Orang

tua memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku anak, sebab

orang tua merupakan figur pertama yang menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Orang tua berkewajiban memberikan dan mengajarkan hal-hal positif serta

kasih sayang bagi anak-anaknya (Nurnahdiaty, 2010). Hal yang dapat

dilakukan antara lain membantu anak dalam kegiatan menggosok gigi terutama

pada anak dibawah usia 10 tahun, karena anak belum memiliki kemampuan

motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama pada bagian belakang

(Halimsyah, dkk 2008).

Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat

diperlukan terutama pada saat anak berusia dibawah lima tahun. Orang tua

yang paling dominan pada anak usia balita yaitu ibu sebagai tokoh sentral

dalam tahap perkembangan seorang anak, sehingga ibu perlu menguasai

berbagai pengetahuan ketrampilan (Wahyu, 2013). Peran ibu sangatlah penting

untuk perkembangan anak, dengan ketrampilan ibu yang baik maka diharapkan

pemantauan anak dapat dilakukan dengan baik. Kurangnya peran ibu dalam

pemenuhan kebutuhan dasar anak akan memberikan dampak yang kurang baik

bagi perkembangan anak itu sendiri (Werdiningsih 2012).

Page 36: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

24

Faktor dan sikap orang tua sangat berpengaruh terhadap status kesehatan

anak, terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena pada masa ini

orang tua memiliki berbagai peran bagi anaknya yaitu orang tua sebagai guru

pertama anaknya, sebagai relawan untuk mengajarkan anak cara menjaga

kesehatan serta sebagai pembuat keputusan. Peran orang tua dalam membuat

keputusan mengenai kesehatan gigi dan mulut anaknya yaitu perawatan gigi

dan mulut sebaiknya dilakukan sejak dini oleh para orang tua, karena hal

tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan gigi anak pada usia dewasa

(Padmonodewo 2003).

2.4 Persepsi

2.4.1 Pengertian

Persepsi merupakan suatu proses pengintegrasian terhadap

penerimaan suatu rangsang oleh organisme atau individu sehingga

rangsang tersebut menghasilkan sesuatu yang berarti dalam diri individu

(Walgito 2001 dalam Sunaryo 2004). Persepsi juga dapat diartikan

pengamatan suatu hal oleh individu secara global untuk

mengelompokan, membedakan dan memfokuskan pengamatannya

(Sunaryo 2004).

Kesimpulan dari berbagai pengertian mengenai persepsi yaitu

persepsi merupakan suatu rangsang yang diterima melalui pancaindara

yaitu dengan penglihatan maupun pendengaran sehingga individu

Page 37: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

25

mampu merasakan, mengartikan tentang suatu hal atau objek yang

diamati baik dari dalam individu maupun dari luar.

2.4.2 Macam - macam persepsi

Persepsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu persepsi internal dan

persepsi eksternal. Persepsi internal merupakan persepsi yang terjadi

karena adanya rangsang dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan

persepsi eksternal yaitu rangsang yang didapatkan dari luar atau

lingkungan (Sunaryo 2004).

2.4.3 Syarat – syarat terjadinya persepsi

Persepsi dapat terjadi karena adanya rangsangan melalui pancaindra.

Adapun beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu adanya objek,

perhatian dan saraf sensorik. Objek berperan sebagai stimulus

sedangkan pancaindra sebagai reseptor untuk meneruskan rangsangan

ke otak kemudian diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Syarat

yang ke dua yaitu adanya perhatian dan kemauan untuk mengadakan

persepsi dari rangsangan yang diterima. Syarat terakhir yaitu saraf

sensorik yang bertugas untuk meneruskan stimulus ke otak atau pusat

saraf kemudian dibawa oleh saraf motorik untuk menciptakan suatu

respon (Sunaryo 2004).

Kesimpulan dari syarat-syarat terjadinya persepsi yaitu persepsi

terjadi melalui tiga proses yaitu proses fisik, fisiologis dan psikologis.

Proses fisik melalui pancaindra yang berperan menerima stimulus dari

suatu objek agar dapat diartikan. Proses fisiologis yaitu melalui

Page 38: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

26

rangsang yang dihantarkan melalui saraf sensorik dan di artikan oleh

otak. Proses psikologis merupakan proses yang terjadi pada otak atau

cara berfikir manusia sehinggai pada memberikan arti pada suatu

rangsang. Ketiga syarat tersebut sangat diperlukan agar tercipta suatu

persepsi.

Persepsi ibu mengenai karies gigi pada anak yaitu mereka

beranggapan bahwa karies gigi merupakan suatu hal yang wajar dialami

pada anak kecil dan cenderung tidak dihiraukan karena dianggap tidak

membahayakan jiwa (Wong 2009). Penyakit gigi masih sering

diabaikan oleh banyak orang, mereka mempersepsikan kerusakan gigi

merupakan hal yang biasa terjadi dan akan sembuh dengan sendirinya

(Edwina 2013).

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu karakteristik

individu meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa

lalu dan harapan-harapan sesorang. Karakteristik target yang

diobservasi dapat mempengaruhi apa yang diartikan, misalnya individu

yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam kelompok daripada

individu yang diam (Robbins, P.S & Timothy 2008).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi antara lain ukuran,

intensitas, frekuensi, gerakan, perubahan dan keunikan suatu objek

sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda sesuai dengan apa yang

dilihat dari objek tersebut (Gitosudarmo 1997 dalam Khaerul 2010).

Page 39: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

27

Persepsi terhadap objek juga dipengaruhi oleh pengalaman,

pengetahuan dan kebudayaan seseorang yang meliputi keyakinan, nilai-

nilai, simbol-simbol dan tingkah laku kelompok yang terbagi dalam

masyarakat (Suprapto 2009).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi

manusia dapat dikembangkan berdasarkan apa yang mereka yakini.

Asumsi-asumsi yang dibuat oleh individu serta karakteristik individu

akan mempengaruhi interpretasi mereka terhadap penilaian dan persepsi

terhadap objek dan penjelasan tentang mengapa mereka berperilaku

dalam cara-cara tertentu.

2.4.5 Pola pengelompokan persepsi

Pola pengelompokan mencakup prinsip kedekatan, kesempurnaan

dan kesamaan. Prinsip kedekatan yaitu objek digunakan sebagai

pengelompokan dalam pengamatan yang saling mendekat dan berdiri

sendiri. Tidak berbeda jauh dengan prinsip kesempurnaan yang juga

menggunakan pola pengelompokan objek sehingga dalam pengamatan

ada objek yang saling mendekat dan membentuk gambaran yang sama

namun ada objek tertentu yang yang membentuk gambaran yang

berbeda. Prinsip ketiga yaitu kesamaan, persepsi menggunakan

pengelompokan objek terhadap hal-hal yang sama, pengamatan pada

gambar cenderung mengelompokan bulatan besar dengan bulatan besar

dan bulatan kecil dengan bulatan kecil (Sarwono dalam Sunaryo 2004).

2.4.6 Gangguan persepsi

Page 40: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

28

Gangguan persepsi biasanya disebut dengan disperpepsi yaitu

gangguan atau kesalahan yang terjadi pada persepsi individu. Penyebab

dispersepsi dikarenakan adanya gangguan otak misalnya keracunan,

kerusakan otak, gangguan jiwa dan emosi tertentu yang dapat

mengakibatkan ilusi yang mempengaruhi lingkungan sosial budaya

sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap suatu objek.

Ilusi itu sendiri merupakan interpretasi yang salah atau menyimpang

tentang persepsi yang sebenarnya terjadi (Sunaryo 2004).

2.5 Kerangka Berfikir

3

Faktor penyebab karies gigi :

· Morfologi gigi sulung

· Bakteri

· Diet

· Lingkungan

· Pengetahuan orang tua

Karies gigi

anak

· Pencegahan

· Pengobatan

· perawatan

Page 41: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

29

4

5

6

7

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

(Adyatmoko 2008, Suprapto 2009, Muryani 2010, Sunaryo 2004)

2.6 Fokus Penelitian

Persepsi

Karies gigi anak usia

prasekolah :

· Pengetahuan

· Perawatan

· Penyebab

Persepsi ibu

Pendidikan Pengalaman Kebudayaan

Pengetahuan

Sikap

Page 42: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

30

Gambar 2.2 Bagan Fokus Penelitian

Page 43: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan penelitian deskriptif

studi fenomenologi. Pendekatan deskriptif fenomenologi dinilai dapat

menjelaskan fokus permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan

lengkap karena peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-

kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo

2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi

yang meliputi pengetahuan, perilaku, sikap dan tingkat kedisiplinan ibu

terhadap pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi anaknya yang mengalami

karies gigi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu-ibu yang mempunyai anak

usia 3-5 tahun di TK Dharma Wanita Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali

sejumlah 50 orang. Sampel sebanyak 5 orang hingga tercapai saturasi (Saryono

dan Anggraeni 2010). Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan

metode purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yaitu pengambilan

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam 2009). Teknik

purposive sampling juga dinilai mampu memenuhi kelengkapan dan kedalaman

Page 44: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

32

data didalam realitasnya. Sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang

memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti

(Sutopo 2006). Sampel berasal dari orang tua murid TK Dharma Wanita

Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali dengan kriteria :

1. Ibu-ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun di TK Dharma Wanita

Kecamatan Kemusu Boyolali

2. Ibu yang anaknya menderita karies gigi dengan kriteria gigi berwarna coklat

kehitaman pada lapisan email dan gigi berlubang.

3. Ibu yang berpendidikan dengan jenjang maksimal hingga Sekolah

Menengah Atas (SMA).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Dharma Wanita Kecamatan

Kemusu Kabupaten Boyolali pada bulan Desember hingga Juni 2014.

3.4 Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah

Istilah Definisi

Persepsi

a. Suatu rangsang yang diterima melalui

pancaindara yaitu dengan penglihatan

maupun pendengaran sehingga individu

mampu merasakan, mengartikan tentang

suatu hal atau objek yang diamati baik dari

dalam individu maupun dari luar.

Karies gigi

a. Keries gigi merupakan rusaknya gigi yg

disebabkan oleh bakteri dan penumpukan plak

pada gigi karena jarang dibersihkan sehingga

menjadi tempat kolonisasi bakteri

Streptococcus Mutans (SM).

Page 45: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

33

b. Dampak karies gigi adalah akibat yang akan

terjadi pada anak yang mengalami karies gigi

yaitu akan mengganggu sistem pengunyahan,

sehingga mengganggu kesehatan dan tumbuh

kembang anak, mengurangi kualitas hidup

seorang anak, mereka merasakan sakit,

ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik,

gangguan makan dan tidur, meningkatkan

risiko untuk di rawat di rumah sakit,

mempengaruhi proses pembelajaran anak.

c. Pencegahan adalah tindakan yang dapat

dilakukan untuk mencegah atau menghindari

terjadinya karies gigi.

d. Pengobatan/penanggulangan karies gigi

adalah tindakan untuk mengobati karies gigi

baik itu menggunakan obat maupun tindakan

medis.

Anak usia prasekolah a. Anak yang berusia 3 sampai 5 tahun. Pada

masa ini terjadi pertumbuhan biologis,

kognitif, psikososial dan spiritual serta

mengalami banyak perubahan fisik dan

mental.

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen/ alat dalam

penelitian, karena peneliti berperan sebagai perencana, penafsir data dan

pengevaluasi hasil penelitian. Alat bantu dalam pengumpulan data yang

digunakan yaitu lembar alat pengumpul data (meliputi nama, umur, alamat,

pendidikan), alat tulis (buku dan bolpoin), alat perekam dengan menggunakan

handphone dan pedoman wawancara semi terstruktur yang terdiri dari 20

pertanyaan mengenai karies gigi.

Pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik yaitu :

Page 46: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

34

1. Wawancara mendalam

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif

adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau

informan. Informasi dari sumber data ini dikumpulkan dengan teknik

wawancara, dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam

bentuk yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing )

yaitu wawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka dimana informan yang diwawancara diminta

pendapat dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang dikemukakan

oleh informan (Sugiyono 2013). Wawancara akan dihentikan oleh

peneliti ketika semua jawaban dari partisipan jenuh (Sutopo 2006).

2. Observasi tersamar

Teknik observasi tersamar yaitu peneliti melakukan observasi

tanpa diketahui oleh informan sehingga data yang didapatkan lebih

natural (Sugiyono 2013). Teknik ini digunakan untuk menggali data

dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat

atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat

dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung (Sutopo 2006).

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistis perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan

dan untuk evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Sumantri

2011).

Page 47: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

35

Peneliti menggunakan teknik observasi terus terang atau tersamar

yaitu peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa

peneliti sedang melakukan penelitian sehingga sumber mengetahui

sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti, namun dalam suatu

saat peneliti juga tidak berterus terang atau tersamar dalam observasi

untuk menghindari adanya suatu data yang masih dirahasiakan

(Sugiyono 2013).

3. Dokumen

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan

mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data. Dokumen tertulis

merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian

kualitatif (Sutopo 2006). Sumber data dan dokumen pada penelitian ini

diperoleh dari buku dan jurnal yang membahas mengenai persepsi ibu

tentang karies gigi anak usia prasekolah. Data dari sumber tersebut

kemudian dianalisis sehingga dapat memperkuat hasil penelitian

peneliti.

3.6 Validitas Data

Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi

(triangulation) yaitu :

1. Triangulasi data

Teknik triangulasi data juga disebut sebagai teknik triangulasi

sumber. Teknik ini mengarahkan peneliti agar didalam

Page 48: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

36

mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang

berbeda dari yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis, akan

lebih mantap kebenarannya bila diganti dari beberapa sumber data

yang berbeda. Data yang diperoleh dari sumber bisa lebih teruji

kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh

dari sumber yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis atau sumber

yang berbeda jenisnya (Sutopo 2006).

2. Triangulasi Metode

Teknik triangulasi ini lebih menekankan pada penggunaan

metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk

diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji

kemantapan informasinya, kemudian dilakukan wawancara

mendalam pada informan yang sama, dan hasilnya diuji dengan

pengumpulan data sejenis menggunakan teknik observasi pada saat

orang tersebut melakukan kegiatan atau perilakunya (Sutopo 2006).

3. Triangulasi peneliti

Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun

simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji

validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Pandangan dan tafsir

yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang

berhasil digali dan dikumpulkan yang berupa catatan, dan bahkan

sampai dengan simpulan sementara, diharapkan bisa terjadi

Page 49: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

37

pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan

hasil akhir penelitian (Sutopo 2006).

4. Triangulasi Teori

Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang

dikaji. Beberapa perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan

yang lebih lengkap dan mendalam, tidak hanya sepihak, sehingga bisa

dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh

(Sutopo 2006).

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

Prinsip pokok dari teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan

menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur

dan terstruktur serta memiliki makna. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah content analysis, ada empat langkah proses kognitif

dengan pendekatan yang integral dalam penelitian kualitatif, yaitu

comprehending, sintetizing, teorism, recontrextualizing (Moleong 2006).

1. Comprehending (membandingkan)

Peneliti akan memberi label data yang diperlukan dari data-data yang sudah

terkumpul, kemudian membandingkan dengan teori-teori yang sudah ada

dalam referensi. Pada tahap ini peneliti akan mengenali data-data baru dan

menarik data yang sudah ada sebelumnya. Adapun tahap comprehending

dimulai dari :

Page 50: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

38

a. Rekaman yang kemudian dicatat

b. Peneliti membaca dan kemudian ditelaah

c. Mencermati hasil rekaman

d. Memberikan kode untuk menentukan tema, kategori maupun kata kunci

2. Synthesizing (mensintesa)

Synthesizing merupakan bagian dari data yang telah dianalisa informasinya

atau dibandingkan dengan beberapa informasi yang ada, untuk kemudian

dilakukan analisa kategori yang terdiri dari bagian transkip atau catatan

yang dikombinasikan dengan bebrapa transkip dari semua informan yang

ada.

3. Theorizing (teori)

Tahap ini dilakukan dengan mencocokan atau memisahkan secara

sistematik dari model-model yang sudah ada ke dalam data.

4. Recontextializing (pengembangan)

Mengembangkan dari teori pembuktian menjadi teori yang dapat

diaplikasikan pada tempat dan populasi yang berbeda.

Lebih jelasnya langkah-langkah content analysis digambarkan dalam

bagan sebagai berikut :

Pertanyaan penelitian

Page 51: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

39

Gambar 3.1 langkah-langkah content analysis Philipp Mayring (Moleong 2013).

3.6 Etika Penelitian

3.7.1 Informed consent (lembar persetujuan)

Penentuan definisi kategori dan

tingkat abstraksi untuk kategori

induktif.

Formulasi langkah demi langkah kategori

induktif dari materi dengan

mempertimbangkan definisi kategori dan

tingkat abstraksi. Mengurutkan kategori

lama atau formulasi kategori baru.

Revisi kategori sesudah

10-15% materi

Pengecekan reliabilitas

secara formatif ( evaluasi

setiap informasi dari satu

informan)

Pekerjaan akhir dari

keseluruhan teks

Interpretasi hasil

definisi

se

se

demi

rpretasi

Pengecekan reliabilitas

secara sumatif (evaluasi

hasil secara keseluruhan

pada semua informan)

aan akhi

Page 52: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

40

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya

agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data. Jika informan setuju, maka

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.

3.7.2 Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama informan

pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti

oleh peneliti.

3.7.3 Confidentially (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi

yang diberikanoleh informan. Peneliti hanya melaporkan kelompok

data tertentu saja.

Page 53: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Partisipan

Tabel 4.1 karakteristik Informan di TK Dharma Wanita Kecamatan

Kemusu Boyolali

NO Nomor

Kode

Pendidikan

Terakhir

Usia

Anak

Nama

Partisipan

Nama

Anak

1 Partisipan 1 SLTP 5 Tahun Ny. S An. M

2 Partisipan 2 SMA 4 Tahun Ny. L An. A

3 Partisipan 3 SMP 4 Tahun Ny. I An. S

4 Partisipan 4 SMP 5 Tahun Ny. Y An. F

5 Partisipan 5 SMU 5 Tahun Ny. R An. Z

Tabel 4.1 menjelaskan tentang karakteristik Partisipan dalam penelitian

ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun yang mengalami karies gigi

di TK Dharma Wanita Kecamatan Kemusu Boyolali. Partisipan berjumlah

5 orang. Karakteristik Partisipan terdiri atas nomor kode Partisipan,

pendidikan terakhir, usia, nama Partisipan, nama anak.

Page 54: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

42

4.2 Penyajian Data

Setelah semua data terkumpul, maka didapatkan data-data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Kategorisasi dan Tema

No. Kata Kunci Indikator Kategori Tema

1. Informan 1 :

· Gigis, hitam- hitam

Informan 2 :

· Rusaknya jaringan luar

gigi, gigi berlubang.

Informan 3 :

· Gigi berlubang

Informan 4 :

· gigi geropos, gigi ompong

· Gigi berlubang

Informan 5 :

· Rusaknya jaringan gigi

1. Kerusakan gigi Pengertian

karies gigi

Pengetahuan

ibu tentang

karies gigi

anak usia

prasekolah

Informan 1 :

· Perlu kalau melihat teman-

temanya itu sakit gigi.

· kalau kata orang karies itu

berbahaya

· Sikat gigi 2 kali sehari

Informan 2 :

· Sikat gigi 1 kali sehari

Informan 3 :

· penyakit yang perlu

dicegah

· sikat gigi 2 kali sehari

Informan 4 :

· Jane nggeh perlu

(pencegahan karies gigi)

· Rutin sehari 2 kali

Informan 5 :

· Sebenarnya perlu dicegah

· Nggak rutin

1. Perlu (dilakukan

pencegahan

karies gigi)

2. Kedisiplinan

gosok gigi

a. Disiplin

b. Tidak

disiplin

Pencegahan

karies gigi

Page 55: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

43

Informan 1 :

· Cuma suruh gosok gigi

Informan 2 :

· Belum pernah

(melakukan pemeriksaan

kesehatan gigi ke pelayanan

kesehatan)

Informan 3 :

· obat apotek

Informan 4 :

· Dibiarkan

Informan 5 :

· Belum pernah ke dokter,

nggak ada keluhan

1. Gosok gigi

2. Dibiarkan

3. Obat

Penatalaksan

aan karies

gigi

Informan 1 :

· Seperempat dari sikat gigi

Informan 2 :

· Kalau banyak-banyak

nggak mau

Informan 3 :

· Sebesar biji jagung

Informan 4 :

· Setengah dari sikat gigi

Informan 5 :

· Dikit aja yang tipis itu

1. Sedikit

(penggunaan

pasta gigi)

Pemajanan

Fluroide

Informan 2 :

· Susah makan

· Berat badan turun

Informan 3 :

· Kesakitan

Informan 5 :

· Kalau ada kariesnya

kelihatan item terus kuning

1. Susah makan

2. Berat badan

turun

3. Sakit

4. Perubahan

warna gigi

Dampak

2 Informan 1 :

· Sikat gigi

Informan 2 :

· Sikat gigi

Informan 3 :

· sikat gigi

Informan 4 :

· gosok gigi aja

Informan 5 :

· Cuma gosok gigi aja

1. Individu

a. Gosok gigi

Kebiasaan

merawat gigi

Perawatan

gigi anak usia

prasekolah

3 Informan 1 : 2. Orang tua

Page 56: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

44

· Saya bantu (menggosok

gigi)

Informan 2 :

· Mendampingi (menggosok

gigi)

Informan 3 :

· Mendampingi, tapi dia

melakukan sendiri

Informan 4 :

· Saat gosok gigi saya yang

gosok

Informan 5 :

· Mendampingi gosok gigi

·

a.Mengajarkan

b.Mendampingi

4

Informan 1 :

· sering suruh gosok gigi

Informan 2 :

· paling cuma gosok gigi

Informan 3 :

· cuma dirumah aja sikat gigi

Informan 4 :

· ya cuma gosok gigi

Informan 5 :

· Cuma gosok gigi

3. Lingkungan

a. Gosok gigi

Informan 1:

· Pengaruh susu atau coklat

Informan 2 :

· Permen, coklat

Informan 3:

· Mengkonsumsi makanan

manis

Informan 4 :

· Permen

Informan 5 :

· Makanan manis sama susu

1. Makanan manis Asupan

makanan

Penyebab

karies gigi

4.3 Analisa Tematik

Page 57: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

45

4.3.1 Pengetahuan ibu tentang karies gigi anak usia prasekolah

1.1 Pengertian Karies gigi

a. Kerusakan gigi

“...gigis itu ya..kata ibu guru gigis itu ya, ya seperti ada hitam-

hitam di depan kayak grepes...”

(Informan 1)

“...Rusaknya jaringan luar gigi, yang menimbulkan hitam-

hitam, warna hitam pada gigi, gigi berlubang, itu menurut

saya...”

(Informan 2)

“... kerusakan gigi mbak. Giginya berlobang...”

(Informan 3 )

“....karies gigi niku ya gigi geropos, gigis, ompong niku to..”

(Informan 4)

“...rusaknya jaringan gigi...”

(Informan 5)

Karies gigi merupakan rusaknya jaringan gigi yang ditandai

oleh gigi berlubang, gigi hitam dan gigi ompong.

1.2 Pencegahan karies gigi

1. Perlu

“...Sebenarnya sih perlu kalau melihat teman-temanya itu sakit

gigi, tapi itu nggak pernah ngeluh itu...”

(Informan 1)

Page 58: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

46

“...perlu. ya..dibilang berbahaya sih ya kalau bagi anak

berbahaya mbak. Soale kan kasihan ngelihat anak kecil udah

ngrasain sakit gigi...”

(Informan 3)

“... Jane nggeh perlu, tapi bocahe ndelul niku, pripun leh

nyegah...”

(Informan 4)

“...ya..kalau ini sih kayaknya berbahaya, kan kalau udah tebal

lama-lama gigi keropos, cuma giginya yang depan ini kayak

lobang tau-tau patah sendiri, nggak tau patahnya kapan.

sebenarnya sih perlu dicegah...”

(Informan 5)

Informan mempersepsikan bahwa karies gigi merupakan

penyakit yang berbahaya dan perlu dicegah berdasarkan

pengalaman yang pernah mereka temui dan pengalaman yang

pernah mereka alami sendiri.

2. Kedisiplinan gosok gigi

a. Disiplin

“...Dua kali mau tidur itu ia, bangun tidur juga...”

(Informan 1)

“...Di rumah aja gosok gigi dua kali sehari, sehabis makan

sama sebelum tidur...”

(Informan 3)

“...Rutinya sih rutin mbak, sehari dua kali...”

Page 59: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

47

(Informan 4)

b. Tidak disiplin

“...gosok giginya dua kali sehari, tapi kalau mau tidur itu

susah. Cuma pas mandi sore aja gosok gigi...”

(Informan 2)

“...sebenarnya dua kali tapi kan kadang anaknya susah juga

disuruh gosok giginya. Ya tergantung maunya dia. Namanya

anak kecil kan nggak rutin, kadang hari ini gosok gigi sehari

sekali besok udah nggak lagi...”

(Informan 5)

Kebiasaan ibu dalam merawat gigi anak yaitu dengan

gosok gigi dua kali sehari dan satu informan menyatakan

bahwa gosok gigi hanya satu kali sehari saja tidak rutin dua

kali sehari.

1.3 Penatalaksanaan karies gigi

a. Gosok gigi

“...Ya paling cuma suruh gosok gigi aja, nggak pernah dibawa

ke dokter gigi, sebenarnya penting...”

(Informan 1)

b. Dibiarkan

Page 60: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

48

“...belum pernah. Itu bidan kan dulu pernah ada pemeriksaan ke

TK terus saya di tegur, e...dek itu si Aufa kena karies gigi tapi

dari ibu bidan nggak ada ngasih obat atau apa...”

(Informan 2)

“...penting. Tapi mboten dilakukan. Belum ke dokter gigi atau

pelayanan kesehatan...”

(Informan 3)

”...belum. orang nggak ada keluhan, nggak apa , ya kayaknya

kalau di kampung kan mau ke dokter gigi kalau cuman masalah

gigi cuman karies gitu ya kayaknya kan belum ini banget, masih

sepele jadi mendingan yang lain...”

(Informan 5)

c. Obat

“...ya ngasih obatlah, kasih obat buat sementara. Apotek, beli di

apotek

belum, belum dibawa...”

(Informan 4)

Penatalaksanaan untuk karies gigi yaitu gosok gigi dan

konsumsi obat dari apotek. Apabila tidak ada keluhan sakit pada

anak yang menderita karies gigi maka orang tua tidak

melakukan pengobatan apapun.

1.4 Pemajanan Fluroide

Page 61: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

49

a. Sedikit

“...paling cuma seperempatnya ( pemberian pasta gigi)...”

(Informan 1)

“...kalau banyaak-banyak itu nggak mau. Kalau pasta giginya

terlalu penuh itu nggak mau. Jadi saya olesi sitik tok, nggak

sampai penuh (pemberian pasta gigi)...”

(Informan 2)

“...Sebesar biji jagung (pemberian pasta gigi)...”

(Informan 3)

“...ia, mung sitik mbak separo kurang dari sikat giginya itu...”

(Informan 4)

“...ia. dikit aja yang tipis itu, pastanya yang manis itu...”

(Informan 5 )

Pemberian pasta gigi pada anak saat gosok gigi hanya

sedikit yaitu seperempat atau setengah dari sikat giginya dan

sebesar biji jagung.

1.5 Dampak karies gigi

a. Susah makan

“...Ya itu jadi susah makan, maeme jadi susah. Sering ngeluh

sakit gigi gitu. Berat badannya ada kenaikan tapi nggak seperti

temen-temennya. Temen-temene kan gemuk-gemuk terus berat

Page 62: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

50

badane naik drastis gitu kalau si Aufa nggak. Biasanya kalau

habis makan itu bilang sakit gigi gitu...”

(Informan 2)

b. Berat badan menurun

“...Ya itu jadi susah makan, maeme jadi susah. Sering ngeluh

sakit gigi gitu. Berat badannya ada kenaikan tapi nggak seperti

temen-temennya. Temen-temene kan gemuk-gemuk terus berat

badane naik drastis gitu kalau si Aufa nggak. Biasanya kalau

habis makan itu bilang sakit gigi gitu...”

(Informan 2)

c. Sakit

“...Yo berbahaya kalau bagi anak-anak mbak, kasihan ngelihatnya

kalau sakit gigi. Ia (riwayat sakit gigi). Waktu ada semesteran dia sakit

gigi karena itu dia masuk sekolah, kalau nggak semesteran ya nggak

masuk sekolah. Soale nangis terus anaknya (dampak karies gigi). ia

mbak, sangat terganggu sekali...”

(Informan 3)

d. Perubahan warna gigi

“...ya cemasnya kalau lihatin itu kan kalau yang nggak ada kariesnya

kelihatan putih bersih, kalau yang ada kariesnya kan item-item gimana

terus jadinya kuning...”

(Informan 5 )

Page 63: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

51

Dampak dari karies gigi yaitu anak mengalami susah makan,

penurunan berat badan, merasakan sakit serta perubahan warna pada

gigi dari bersih menjadi kehitam-hitaman.

4.3.2 Perawatan gigi anak usia prasekolah

1.1 Kebiasaan merawat gigi

1. Individu

a. Gosok gigi

“...Sudah saya biasakan sejak kecil sikat gigi sehari dua kali mau

tidur itu ia, bangun tidur juga...”

(Informan 1)

“...setiap hari gosok gigi terus, tiap mandi gosok gigi tapi kok

masih kena karies ya...”

(Informan 2)

“...gosok gigi dua kali..”

(Informan 5)

“...ya sementara cuma dirumah aja sikat gigi dua kali sehari

sehabis makan sama sebelum tidur...”

(Informan 3)

“...gosok gigi aja semenjak bisa gigit mbak, sikat dicokoti itu lho

dereng saget digosok.”

(Informan 4)

Page 64: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

52

2. Lingkungan

a. Gosok gigi

“...Belum pernah itu, belum. di sekolah juga belum (penyuluhan

kesehatan gigi di lingkungan sekitar). Ia, sering suruh gosok gigi

(kebiasaan di lingkungan)...”

(Informan 1)

“...ya paling cuma gosok gigi, udah. Makan-makanan yang itu

dihindarkan. Ia sekarang, dulu kan pas waktu kecil itu giginya

bersih, pas waktu usia PAUD masuk sekolah itu kan jajannyaa

meningkat gitu, jajan terus jadi mulai ada karies-karies gigi

tadi...”

(Informan 2)

“... ya sebenernya peduli, tapi kan gimana ya pengetahuannya

nggak luas, udah nggak ngerti aja gitu. paling ya cuma gosok gigi

( kebiasaan di lingkungan tempat tinggal). ya..kalau ini sih

kayaknya berbahaya, kan kalau udah tebal lama-lama gigi

keropos...”

(Informan 5)

“...Nggak, kayaknya mereka nggak memperdulikan kesehatan

gigi. Ya sementara cuma dirumah aja sikat gigi 2 kali sehari...”

(Informan 3)

“...Ia, ya cuma gosok gigi...sudah, dari puskesmas...”

(Informan 4)

Page 65: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

53

1.2 Orang tua

a. Mengajarkan

“...Saya bantu (menggosok gigi anak)...”

(Informan 1)

“...Rutin sehari dua kali, saya gosokke ngoten. Jane nggeh sebenere

rutin sejak dua tahun...”

(Informan 4)

b. Mendampingi

“...Mendampingi, soalnya kan mandinya masih dimandiin, gosok

giginya masih ditungguin. Sejak dia mulai bisa ngomong saya ajari,

sekitar dua tahun lah...”

(Informan 2)

“...ia, mendampingi saat sikat gigi...”

(Informan 3)

“...Ia ( mendampingi saat anak gosok gigi), tapi dia sendiri yang

melakukan udah bisa...”

(Informan 5)

Peran orang tua dalam perawatan gigi anak yaitu mengajarkan

dan mendampingi saat anak melakukan gosok gigi.

4.3.3 Penyebab karies gigi

3.1 Asupan makanan

a. Makanan manis

Page 66: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

54

“...Ya karena pengaruh susu atau coklat atau apa itu katanya...”

(Informan 1)

“... Anak saya suka itu jajan permen, coklat, permen. hoo, hampir.

Dulu itu waktu sekitar umur 2 atau 3 tahun sering banget makan

permen karena setiap hari jajanya permen. Nggak ada , kadang kan

waktu ikut siapa, mbahnya atau kakaknya kan suka jajan permen

atau apa kan saya kurang tahu. Kadang kan ke mbah sana, mbah

sisni gitu...”

(Informan 2)

“... Ia. lha pripun bocahe ndelul kok, lha pripun jajane malah permen,

coklat (tidak ada pembatasan konsumsi makanan)...”

(Informan 4)

“... Ini suka makan yang manis- manis sama minum susu...”

(Informan 5)

Penyebab dari karies gigi yaitu seringnya anak mengkonsumsi

makanan manis seperti permen, coklat dan susu.

“... Ia (anak Ny. I suka mengkonsumsi makanan manis seperti coklat,

permen). Ya sekarang dibatasi mbak, setelah giginya berlubang itu

tak batesin makanan, minumanya. “...Nggak (tidak ada pembatasan

makanan sebelum anak mengalami karies gigi )...”

(Informan 3)

Page 67: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

55

4.4 Skematik

Gambar 4.1 Skematik hasil penelitian

1. Pengetahuan karies gigi

a. Kerusakan gigi

b. Pencegahan karies gigi

- Perlu (dilakukan pencegahan)

- Kedisiplinan gosok gigi

c. Penatalaksanaan karies gigi

- Gosok gigi

- Dibiarkan

- Obat

d. Pemajanan fluroide

- Sedikit (pemberian pasta gigi)

e. Dampak karies gigi

- Susah makan

- Berat badan menurun

- Sakit

Karies gigi

2. Penyebab karies gigi

Makanan

manis

3. Perawatan karies gigi

Individu Orang tua Lingkungan

Gosok gigi Mengajarkan mendampingi gosok gigi

Page 68: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

56

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan ibu tentang karies gigi anak usia prasekolah

5.1.1 Pengertian karies gigi

Hasil penelitian menyatakan bahwa karies gigi merupakan rusaknya

jaringan gigi yang ditandai oleh gigi berlubang, gigi hitam, gigi geropos

dan gigi ompong. Definisi karies gigi berdasarkan teori yaitu karies gigi

merupakan rusaknya jaringan keras gigi (Muryani 2010).

Pernyataan mengenai karies gigi yang diungkapkan oleh partisipan

sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu

mengungkapkan bahwa karies gigi merupakan rusaknya jaringan gigi.

5.1.2 Pencegahan karies gigi

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa karies

gigi merupakan penyakit yang berbahaya, namun para orang tua tidak

mengetahui cara pencegahan karies gigi. Ibu menyatakan kebiasaan

melakukan gosok gigi yaitu dua kali sehari, namun satu partisipan

menyatakan bahwa gosok gigi hanya satu kali sehari saja tidak rutin dua

kali sehari.

Mengajarkan anak cara menggosok gigi yang benar yaitu setelah

sarapan pagi dan sebelum tidur dapat mencegah terjadinya karies pada

anak (Whelton 2009).

Page 69: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

57

Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu mengetahui tentang karies

gigi dan penyebabnya namun tidak tahu cara pencegahannya. Hasil

penelitian sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa dari 150 responden

(97,33 %) responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai

menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya namun dalam pelaksanaanya

masih kurang yaitu belum dilaksanakan dengan baik cara menjaga

kesehatan gigi dan mulut anak sesuai dengan pengetahuan (wahyu

2013). Hal ini menunjukkan ibu berada pada tahap “ tahu (know) “ yaitu

ibu mengetahui rangsangan yang diterima dan merupakan tingkat yang

paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang

dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan

menyatakan suatu hal (Notoatmodjo 2005). Sehingga ibu hanya sebatas

tahu dan belum melaksanakan apa yang telah diketahuinya.

5.1.3 Penatalaksanaan karies gigi

Hasil penelitian yang telah dilkukan menyatakan gosok gigi

merupakan pengobatan karies gigi. Gosok gigi rutin dua kali sehari

dapat mengurangi resiko karies gigi karena kotoran-kotoran yang

menempel dapat terangkat apabila tepat dalam melakukannya.

Konsumsi obat dari apotek juga merupakan penatalaksanaan untuk

karies gigi, namun selama anak tidak mengeluh sakit maka pengobatan

karies gigi tidak dilakukan. Orang tua juga tidak pernah membawa

anaknya memeriksakan kebersihan gigi ke dokter gigi atau pelayanan

kesehatan.

Page 70: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

58

Pernyataan dari partisipan tidak sesuai dengan teori yang ada

bahwa Penatalaksanaan karies gigi yaitu dilakukan dengan cara

pencabutan gigi dan preparasi kavitas yaitu pengembalian integritas

jaringan secara permanen yang berfungsi untuk menutup lubang pada

gigi. Tertutupnya lubang pada gigi membuat sisa-sisa makanan tidak

dapat masuk ke dalam lubang yang sulit dijangkau oleh alat pembersih

gigi (Edwina 2013). Hal ini menunjukkan bahwa informan tidak

mengetahui cara penatalksanaan karies gigi pada anak

Penyakit gigi masih sering diabaikan oleh banyak orang tua,

mereka mempersepsikan kerusakan gigi merupakan hal yang biasa

terjadi dan akan sembuh dengan sendirinya (Edwina 2013). Persepsi ibu

mengenai karies gigi pada anak yaitu mereka beranggapan bahwa karies

gigi merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak kecil dan

cenderung tidak dihiraukan karena dianggap tidak membahayakan jiwa

(Wong 2009). Persepsi tersebut membuat orang tua tidak melakukan

pengobatan terhadap kerusakan gigi yang dialami oleh anak.

Persepsi terhadap objek juga dipengaruhi oleh pengalaman,

pengetahuan dan kebudayaan seseorang yang meliputi keyakinan, nilai-

nilai, simbol-simbol dan tingkah laku kelompok yang terbagi dalam

masyarakat (Suprapto 2009). Sehingga dapat disimpulkan persepsi

manusia dapat dikembangkan sesuai apa yang mereka yakini. Karies

gigi yang dialami oleh dua anak dari lima informan termasuk karies

insipiens yaitu terjadi pada lapisan email gigi dan tidak menimbulkan

Page 71: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

59

rasa sakit sehingga para informan tidak melakukan pengobatan terhadap

karies gigi karena anak tidak mengalami keluhan. Karies gigi yang

dialami oleh anak lainnya merupakan karies superfisialis yang terjadi

pada bagian yang lebih dalam dari email dan terkadang timbul rasa sakit

sehingga informan berusaha melakukan pengobatan terhadap karies

yang dialami anak mereka.

Persepsi partisipan yang menganggap karies gigi tidak perlu

dilakukan pengobatan diperkuat oleh penelitian terdahulu yang

menyatakan ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai menjaga

kesehatan gigi dan mulut anaknya. Walaupun pengetahuan ibu baik,

namun dalam pelaksanaanya masih kurang yaitu belum dilaksanakan

dengan baik cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki dan ibu juga tidak pernah membawa anak ke

dokter gigi (Gultom 2009).

5.1.4 Pemajanan Fluroide

Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian pasta gigi pada anak

saat gosok gigi hanya sedikit yaitu seperempat atau setengah dari sikat

giginya dan sebesar biji jagung. Data lain didapatkan bahwa pemberian

pasta gigi pada anak juga dilakukan setelah anak berusia lebih dari dua

tahun.

Pernyataan dari partisipan tersebut sesuai dengan teori bahwa

pemberian pasta gigi dalam jumlah sedikit yang terkandung dalam pasta

gigi mampu meningkatkan ketahanan struktur gigi anak terhadap

Page 72: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

60

demineralisasi yang berfungsi sebagai pencegahan karies. Kadar flour

dalam pasta gigi anak yang baik yaitu sebesar biji jagung (Whelton

2009). Fluroide yang terkandung dalam pasta gigi ini dapat diberikan

pada anak-anak setelah mereka bisa berkumur dan membuang air

kumurnya yaitu ketika anak berusia 2 tahun keatas, karena anak yang

berumur dibawah 2 tahun reflek menelan masih sangat tinggi sehingga

kemungkinan menelan pasta gigi juga sangat tinggi (Suryawati, 2010).

Fluroide yang tertelan dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan

keracunan pada anak dengan tanda mual muntah (Megananda 2010).

5.1.5 Dampak

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa dampak

dari karies gigi yaitu anak mengalami susah makan karena

ketidaknyamanan saat mengunyah makanan, anak mengalami

penurunan berat badan karena anak mengalami kesulitan saat

mengunyah, merasakan sakit karena gigi berlubang yang

mengakibatkan terganggunya proses belajar disekolah serta perubahan

warna pada gigi dari bersih menjadi hitam.

Teori yang ada menyatakan bahwa karies gigi dapat mengurangi

kualitas hidup seorang anak, mereka merasakan sakit, ketidak

nyamanan, infeksi akut serta kronik, gangguan makan dan tidur, bahkan

karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko untuk dirawat di

rumah sakit sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat

mempengaruhi proses pembelajaran anak (Maulana 2005). Adanya

Page 73: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

61

karies gigi dapat mengganggu sistem pengunyahan pada umumnya dan

dapat menjadi infeksi lokal sehingga mengganggu kesehatan dan

tumbuh kembang anak (Putri 2010).

Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

Hal ini diperkuat oleh teori yang menyatakan bahwa karies gigi dapat

menyebabkan rasa sakit pada anak sehingga mengganggu kegiatan

belajar (Anwar 2011). Terganggunya kegiatan belajar pada anak dapat

berpengaruh pada prestasi anak di sekolah serta berkurangya waktu

bermain dengan teman sebayanya.

5.2 Perawatan gigi anak usia prasekolah

5.2.1 Orang tua

Hasil penelitian ini menyatakan peran orang tua dalam

perawatan gigi anak yaitu mengajarkan dan mendampingi saat anak

melakukan gosok gigi. Kelima partisipan tersebut dua diantaranya

mengajarkan anak untuk menggosok gigi karena anak belum

mampu melakukannya sendiri.

Orang tua memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

perilaku anak, sebab orang tua merupakan figur pertama yang

menjadi contoh bagi anak-anaknya. Orang tua berkewajiban

memberikan dan mengajarkan hal-hal positif serta kasih sayang

bagi anak-anaknya (Nurnahdiaty 2010). Hal yang dapat dilakukan

antara lain membantu anak dalam kegiatan menggosok gigi terutama

pada anak dibawah usia 10 tahun, karena anak belum memiliki

Page 74: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

62

kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama pada

bagian belakang (Halimsyah dkk 2008).

Hasil penelitian yang didapat yaitu sesuai dengan teori yang ada

bahwa peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya

sangat diperlukan terutama pada saat anak berusia dibawah lima

tahun. Orang tua yang paling dominan pada anak usia balita yaitu

ibu sebagai tokoh sentral dalam tahap perkembangan seorang anak,

sehingga ibu perlu menguasai berbagai pengetahuan ketrampilan

(Wahyu 2013). Pengetahuan yang harus dimiliki oleh orang tua

yaitu mengenai kesehatan gigi dan mulut yang meliputi perawatan,

pencegahan, pengobatan serta pentingnya kesehatan gigi bagi anak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu berperan aktif dalam

perawatan gigi pada anak yaitu mendampingi dan mengajari anak

gosok gigi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang

pernah dilakukan bahwa ada hubungan antara tindakan ibu tentang

perawatan kebersihan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak

prasekolah (Madyastuti 2011). Hal ini semakin memperkuat bahwa

peran ibu pada anak yang masih berusia dini sangatlah penting dan

berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak.

5.2.2 Lingkungan

Hasil penelitian menyatakan bahwa kebiasaan dalam merawat

kesehatan gigi di lingkungan tempat tinggal mereka yaitu dengan

gosok gigi saja. Selama ini belum ada kegiatan khusus lainnya

Page 75: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

63

seperti periksa kesehatan gigi setiap enam bulan sekali ataupun

memeriksakan gigi ke dokter karena penyakit tersebut masih sepele,

sehingga para ibu juga melakukan hal yang sama seperti kebiasaan

dilingkungannya tinggal.

Gigi yang telah rusak tidak dapat dikembalikan pada keadaan

normal, sehingga perlu dilakukan perawatan dengan membuang

jaringan gigi yang telah rusak dan menggantinya dengan

penambalan atau pemasangan gigi baru (Basuki 2008). Kerusakan

gigi yang tidak dirawat akan menjalar dan merusak jaringan

sekeliling gigi yang dapat menimbulkan abses dan gigi tersebut

harus dicabut (Bechal 2013).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang tua tidak

mengetahui cara perawatan gigi pada anak yang telah mengalami

karies. Pada penelitian terdahulu didapatkan hasil adanya hubungan

secara signifikan antara tingkat partisipasi orang tua dalam

perawatan kesehatan gigi dan mulut anak dengan pengetahuan

(Sumanti 2013). Orang tua seharusnya memiliki pengetahuan untuk

merawat gigi anak dan melakukan tindakan perawatan gigi pada

anak yang telah mengalami karies sehingga karies tidak menjalar ke

jaringan sekeliling gigi.

5.3 Penyebab karies gigi

5.3.1 Asupan makan

Page 76: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

64

Hasil dari penelitian menyatakan penyebab dari karies gigi yaitu

seringnya anak mengkonsumsi makanan manis seperti permen,

coklat dan susu . Tidak ada penyebab lain yang dapat menimbulkan

karies gigi.

Teori yang ada menyebutkan bahwa penyebab karies gigi pada

anak adalah faktor dari morfologi gigi sulung, bakteri pada anak,

diet, lingkungan dan pengetahuan orang tua. Faktor dari morfologi

gigi sulung yaitu tipisnya bagian email dan dentin pada gigi sulung

sehingga daerah proksimal lebih rentan terhadap penjalaran karies

gigi (Maulana 2005). Faktor bakteri pada anak juga merupakan

penyebab utama terjadinya karies, karena bakteri pada gigi anak

didominasi oleh spesies yang tahan asam dan asidogenik seperti

Streptococcus Mutans (SM) (Suyuti 2010).

Kebiasaan buruk di lingkungan antara lain tidak pernah

melakukan pemeriksaan gigi ke pelayanan kesehatan juga

mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak karena, hal tersebut

juga dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua mengenai pencegahan

gigi. Penyebab karies gigi lainnya yaitu pola diet yang dipengaruhi

oleh jenis-jenis makanan yang dikonsumsi yaitu karbohidrat yang

merupakan sumber energi bagi tubuh dan salah satu kandunganya

adalah sukrosa atau gula, konsumsi karbohidrat yang berlebihan

dapat menyebabkan terjadinya pembentukan plak (Mudanijah

2004). Sehingga orang tua harus selalu mengawasi apa yang

Page 77: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

65

dikonsumsi anak (makanan manis, permen dan coklat) untuk

menjaga kesehatan gigi anak.

Hasil penelitian menyatakan Partisipan belum mengetahui

penyebab karies gigi secara keseluruhan. Partisipan hanya dapat

menyebutkan satu penyebab karies gigi yaitu asupan makanan

manis. Berdasarkan data tersebut para ibu belum mengetahui secara

keseluruhan mengenai penyebab karies gigi pada anak.

Page 78: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

66

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu mengenai karies gigi yaitu rusaknya jaringan gigi yang

ditandai dengan adanya gigi berlubang, gigi hitam, gigi geropos dan gigi

ompong. Gosok gigi, pemberian obat dan pemajanan fluroide dilakukan oleh

sebagian orang tua sebagai penatalaksanaan karies pada anak, beberapa orang

tua tidak melakukan tindakan pengobatan atau penatalaksanaan karies gigi.

Ibu juga tidak menerapkan kedisiplinan menggosok gigi pada anak sebagai

upaya pencegahan karies gigi. Dampak karies gigi pada anak adalah rasa

sakit, susah makan, penurunan berat badan, perubahan warna gigi dan

terganggunya kegiatan belajar.

2. Perawatan gigi anak usia prasekolah yang dilakukan oleh para ibu dan

lingkungan sekitar mereka tinggal yaitu gosok gigi dua kali sehari namun

tidak rutin dilakukan setiap harinya.. Ibu tidak melakukan pemeriksaan

kesehatan gigi ataupun penambalan gigi pada anak yang mengalami karies ke

pelayanan kesehatan karena merasa belum ada keluhan dan mereka

mengganggap penyakit karies gigi tidak harus segera diobati karena nantinya

akan sembuh sendiri.

Page 79: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

67

3. Penyebab utama karies gigi yang dialami oleh anak usia prasekolah adalah

makanan manis. Sisa makanan manis yang tidak dibersihkan akan

menimbulkan plak pada gigi sehingga menyebabkan karies gigi, namun para

ibu tidak melakukan pembatasan konsumsi makanan manis pada anak mereka

karena tidak ada waktu yang cukup untuk selalu mengawasi anak.

6.2 SARAN

1. Bagi TK Dharma Wanita

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada para orang tua

untuk memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke pelayanan kesehatan atau

dokter gigi untuk dilakukan pengobatan karies gigi.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan Puskesmas Kemusu untuk meningkatkan status

kesehatan gigi dan mulut anak dengan melakukan pemeriksaan karies gigi

dan memberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada para orangtua

mengenai kesehatan gigi dan mulut anak secara rutin yaitu satu kali setiap

bulannya.

3. Bagi institusi pendidikan

Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang persepsi orang

tua pada kejadian karies gigi anak usia prasekolah agar dapat dilakukan

pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat merencanakan

program-progam misalnya diadakan seminar mengenai kesehatan gigi

Page 80: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

68

anak dan diadakannya praktek keperawatan komunitas di taman kanak-

kanak.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-

penelitian selanjutnya terkait karies gigi misalnya faktor yang dapat

meningkatkan motivasi ibu menjaga kesehatan gigi anak. Selain itu dapat

dilakukan penelitian kuantitatif terkait faktor yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah.

Page 81: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

69

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu mengenai karies gigi yaitu rusaknya jaringan gigi yang

ditandai dengan adanya gigi berlubang, gigi hitam, gigi geropos dan gigi

ompong. Gosok gigi, pemberian obat dan pemajanan fluroide dilakukan

oleh sebagian orang tua sebagai penatalaksanaan karies pada anak, beberapa

orang tua tidak melakukan tindakan pengobatan atau penatalaksanaan karies

gigi. Ibu juga tidak menerapkan kedisiplinan menggosok gigi pada anak

sebagai upaya pencegahan karies gigi. Dampak karies gigi pada anak adalah

rasa sakit, susah makan, penurunan berat badan, perubahan warna gigi dan

terganggunya kegiatan belajar.

2. Perawatan gigi anak usia prasekolah yang dilakukan oleh para ibu dan

lingkungan sekitar mereka tinggal yaitu gosok gigi dua kali sehari namun

tidak rutin dilakukan setiap harinya.. Ibu tidak melakukan pemeriksaan

kesehatan gigi ataupun penambalan gigi pada anak yang mengalami karies ke

pelayanan kesehatan karena merasa belum ada keluhan dan mereka

mengganggap penyakit karies gigi tidak harus segera diobati karena nantinya

akan sembuh sendiri.

Page 82: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

70

3. Penyebab utama karies gigi yang dialami oleh anak usia prasekolah adalah

makanan manis. Sisa makanan manis yang tidak dibersihkan akan

menimbulkan plak pada gigi sehingga menyebabkan karies gigi, namun para

ibu tidak melakukan pembatasan konsumsi makanan manis pada anak mereka

karena tidak ada waktu yang cukup untuk selalu mengawasi anak.

6.2 SARAN

1. Bagi TK Dharma Wanita

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada para orang tua

untuk memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke pelayanan kesehatan atau

dokter gigi untuk dilakukan pengobatan karies gigi.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan Puskesmas Kemusu untuk meningkatkan status

kesehatan gigi dan mulut anak dengan melakukan pemeriksaan karies gigi

dan memberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada para orangtua

mengenai kesehatan gigi dan mulut anak secara rutin yaitu satu kali setiap

bulannya.

3. Bagi institusi pendidikan

Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang persepsi orang

tua pada kejadian karies gigi anak usia prasekolah agar dapat dilakukan

pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat merencanakan

program-progam misalnya diadakan seminar mengenai kesehatan gigi

Page 83: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

71

anak dan diadakannya praktek keperawatan komunitas di taman kanak-

kanak.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-

penelitian selanjutnya terkait karies gigi misalnya faktor yang dapat

meningkatkan motivasi ibu menjaga kesehatan gigi anak. Selain itu dapat

dilakukan penelitian kuantitatif terkait faktor yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah.

Page 84: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

72

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Fitriyadu Umayani 2011, Hubungan anatara kebiasaan menggosok gigi

dengan kejadian anak karies gigi pada siswa SD Negeri 01 Pasagadang di

wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan, skripsi, Diakses 04

November 2013, http://apps.um-surabaya.ac.id

Ardeghi, Thiago M 2012, Age of first dental visit and predictor for oral healtcare

utilisation in preshcool children, Vol.10, No.1, Diakses pada 27 November

2013, http://www.ebsco.quintpud.com

Arora, A 2011, ‘Child and family health nurses experiences of oral health of

preschool children : aqualitatif approach’, Journal of England Depatment

Public Health,

diakses pada 27 November 2013,

www.dh.gov.uk/en/publicationandstatistics/legislation/dh_090515

Basuki, Hargo, 2008, Penelitian kebutuhan karies gigi pada anak-anak usia 12 dan

15 tahun di SD Negeri 060924 dan SLTP Negeri 36 Kecamatan Medan

Johor, skripsi, Universitas Sumatra Utara, diakses pada 24 Juni 2014,

http://USU-e-Repository.ac.id

Betz, Cecili 2002, buku saku keperawatan pediatri Ed.3, EGC, Jakarta.

Burt,B.A 2008, ‘The use of sorbitol and xylitol-sweetened chewing gum in caries

control’. Journal of American Dental Association, diakses pada 27 November

2013 http://ebsco.dentalhaelth.ie

Dawani, Narendar 2012, ‘Prevalence and factors related to dental caries among pre-

school children of saddar town’, Journal of Biomed central, diakses pada 17

Juni http://www.boimedcentral.com

Edwina, sally Joyston 2013, Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangan,

EGC, Jakarta.

Gultom, Meinarly 2009, ‘Pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga

terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya’, skripsi,

Universitas Sumatra Utara, diakses pada 17 November 2013, http://apps.um-

surabaya.ac.id

Hermita, Liberty Nadya 2010, ‘Hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap

dengan persepsi ibu tentang kejadian karies gigi pada anak pra sekolah de

desa Sumberjo Rembang’, skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang,

Diakses pada 16 November 2013, http://jtptunimus-gdl-libertynad.ac.id

Page 85: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

73

Khaerul, Umam 2010, Perilaku organisasi, Pustaka Setia, Bandung.

Machfoedz I 2006, Menjaga kesehatan gigi & mulut anak-anak dan Ibu Hamil,

Fitramaya, Yogyakarta.

Madyastuti, Lina 2011, ‘Hubungan perilaku ibu tentang perawatan kebersihan gigi

dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah’, Jurnal of nursing

comunity, diakses pada 23 Juni 2014, http://journal-gdl-nursingcomunity-

jpy.com

Maulana, C, 2005, Ilmu kedokteran gigi, Buku Kedokteran, Bandung.

Maharani, Diah Ayu 2012, ‘Mothers dental health behaviors and mother-child’s

dental caries experiences :study of a suburb area in Indonesia’, Universitas

Indonesia, Jakarta, Vol.16, No.2, diakses pada 15 maret 2014, http://pasca-

ui-ac.id

Mary, Muscari 2005, Keperawatan pediatrik edisi 3, EGC, Jakarta.

Moleong, J Lexy 2006, Metodologi penelitian kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Maulani, Caherita 2005, Kiat merawat gigi anak, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Mudanijah, Siti 2004, Pengantar Pangan dan Gizi : Pola Konsumsi Pangan,

Penebar Swadaya Jakarta

Muryani, Anik 2010, Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan, Trans Info Media,

Jakarta.

Nugraha, Ali, dkk 2011, Program pelibatan orang tua dan masyarakat, Ed.1,

Universitas terbuka, Jakarta.

Nurnahdiaty, dkk 2010, ‘Peran perempuan sebagai provider dalam upaya

meningkatkan taraf kesehatan keluarga di kelurahan Banta-Bantaeng

Makasar’, skripsi, Stikes Panakkukang Makasar, diakses pada 19 november

2013, http://pasca.unhas.ac.id

Nursalam 2009, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu kesehatan,

Salemba Medika, Jakarta.

Padmonodewo, Soemiarti 2003, Pendidikan anak prasekolah, PT Rineka Cipta,

Jakarta.

Putri, Megananda, dkk 2010, Ilmu pencegahan panyakit jaringan keras dan

jaringan pendukung gigi, EGC, Jakarta.

Page 86: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

74

Robbins, Stephen P & Timothy, J 2008, Perilaku Organisasi Ed.12, Salemba

Empat, Jakarta.

Santoso, Soegeng 2009, Materi pokok kesehatan dan gizi, Universitas terbuka,

Jakarta.

Sarchwarz,E 2008, ‘Global Aspects of preventive dental care’, Journal of Oral

Health, diakses pada 27 November, http://www.international-Dental-

journal.com

Saryono, Anggraeni 2010, Metodologi penelitian kualitatif dalam bidang

kesehatan, Nuha Madika, Yogyakarta.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. 2013.

Sumanti, Vivin, dkk 2013, ‘Faktor yang berhubungan dengan partisipasi orangtua

dalam perawatan kesehatan gigi anak di Puskesmas Tegallalang’, Vol. 1, No.

1, skripsi, Universitas Udayana, diakses pada 27 November 2013,

http://ojs.unud.ac.id

Sumantri, A 2011, Metodologi penelitian kesehatan Edisi 1, Kencana prenada

media group, Jakarta.

Sunaryo 2004, Psikologi untuk keperawatan, EGC, Jakarta

Suyuti, Moh 2010, ‘Pengaruh makanan serba manis dan lengket terhadap terjadinya

karies gigi pada anak usia 9-10 tahun di SD Negeri Monginsidi II Makasar’,

skripsi, Universitas Sumatra Utara, diakses 11 November 2013, http://old.fk.ub.ac.id

Suryawati, Ni Putu 2010, Perawatan gigi anak, Dian Rakyat, Jakarta.

Suprapto, Tommy 2009, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Cetakan 2,

Mdpress, Yogyakarta.

Sutopo, H.B 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Wahyu, dkk 2013, ‘Hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku menjaga

kesehatan gigi anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Ar-Ridlo

Kecamatan Blimbing kota malang’, skripsi, Universitas Brawijaya, diakses

pada 22 November 2013, http://old.fk.ub.ac.id

Page 87: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-nuningpusp... · 2.3 Fokus penlitian ... ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, ... masyarakat

75

Wediningsih, Ayu 2012, ‘Peran Ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak

terhadap perkembangan anak usia prasekolah’, Skripsi, Stikes RS Baptis

Kediri, diakses pada 19 November 2013, http://journal.unsil.ac.id

World Health Organization 2010, Future Use Materials for Dental Restoration,

World Health Organization, Switzerland, diakses 14 November 2013,

http://www.who.int.dental-material-com

Worotitjan, Indry 2013, ‘Pengalaman karies gigi serta pola makan dan minum pada

anak sekolah dasar di desa kiawa kecamatan karangkoan utara’, Jurnal e-gigi

volume 1, nomor 1, diakses pada 20 Juni 2014, http://e-jurnal.gigi.ac.id

Whelton, Hellen 2009, ‘Strategis to Prevent Dental Caries in Children and

Adolescents’, Journal of Dental Caries Ireland, diakses pada 27 November

2013, http://www.dental health.ie

Wong, et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik Ed.6, EGC, Jakarta.