PROGRAM PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP...
Transcript of PROGRAM PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP...
PROGRAM PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP
ROHANI ISLAM (ROHIS)
(Studi Kasus di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan)
Tesis
Oleh:
Dede Munandar
NIM: 21160181000025
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M./ 1439 H.
Dengan Nama Allah Pemberi Kasih Yang Maha Kasih….
Semoga Hasil Penelitian ini Memberikan Pembaharuan
dalam Keilmuan Pendidikan Islam
Menebarkan Manfaat dan Menuai Kebaikan.
Dede Munandar
Lembar Pengesahan Tesis
Tesis dengan judul Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam: Studi Kasus di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan yang ditulis oleh Dede Munandar dengan NIM 21160181000025, telah diujikan pada Ujian Promosi Tesis oleh Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jum'at, 29 Juni 2018. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran dari penguji sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam.
Jakarta, 29 Juni 2018
Ketua Prodi MMPI Nama: Dr. JejenMusfah, M.A. NIP : 19770602 200501 1 004
Tanggal 0'-/ .20l~
10J
Tanda Tangan
Penguji I Tanggal Nama: Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd. NIP : 19650115 198703 1 020 6l.for~~
Penguji II Tanggal Nama : Dr. Zahruddin, Le., M.Pd. Dl/ If'
loY.NIP : 19730602200501 1 002
Penguji III Tanggal Nama : Jejen Jaenudin, M.Ed. Lead., Ph.D. '2. 16/"Ol« NIP : 19701207 199703 1 002
iketahui oleh, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah d~~eguruaI~N.AarifHidayatullah Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
SEMINAR HASIL TESIS
Tesis dengan judul "Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam (Rohis): Studi Kasus Di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan." yang ditulis oleh Dede Munandar dengan NIM 21160181000025, telah diujikan
pada Seminar Hasil oleh Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 05 Juni 2018 dan telah
diperbaiki sesuai saran dari penguji sebagai salah satu syarat pendaftaran Promosi
Tesis.
Penguji I
Nama : Dr. Zahruddin, Le., M.Pd.
NIP : 19730602200501 1 002
Penguji II
Nama : Jejen Jaenudin, M.Ed. Lead., Ph.D.
NIP : 19701207 199703 1 002
Jakarta, 05 Juni 2018
Tnnggnl
~t6 :2/)~
Tnnggal
~")../o"I ~ot€>
LEMBAR PEMBIMBING
UNTUK PENDAFTARAN SEMINAR HASIL TESIS
Nama Mahasiswa : Dede Munandar N1M : 21160181000025 Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam Judul Tesis : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap
Rohani Islam (Rohis): Studi Kasus Di SMK AI Amanah Kota Tangerang Selatan.
Jakarta, 31 Mei 2018
Menyatakan mahasiswa tersebut di atas sudah selesai penulisan bab I, II, III, IV, V dan disetujui untuk pendaftaran seminar hasil tesis.
Dr. Je· D Musfah MA. NIP: 1 770602 200501 1 004
Nama Mahasiswa NJM Prodi Judul Tesis
LEMBAR PEMBIMBING
UNTUK PENDAFTARAN UJIAN TESIS
: Dede Munandar : 21160181000025 : Magister Manajemen Pendidikan Islam : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam (Rohis): Studi Kasus Di SMK AI Amanah Kota Tangerang Selatan.
Jakarta, 31 Mei 2018
Menyatakan mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa Bimbingan Tesis dan disetujui untuk pendaftaran ujian tesis.
Dr. Je· n Musfah MA. NIP: 1 70602 200501 1 004
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dede Munandar
Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang/ 26 Februari 1990
NIM : 21160181000025
Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Judul Tesis : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap
Rohani Islam (Rohis): Studi Kasus Di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan.
Dosen Pembimbing : Dr. Jejen Musfah, MA.
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.).
Jakarta, 31 Mei 2018
Mahasiswa Ybs.
Dede Munandar
i
ABSTRAK
“PROGRAM PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP ROHIS DI SMK
AL AMANAH KOTA TANGERANG SELATAN”
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan dalam pelaksanaan kegiatan Rohani
Islam (Rohis) pada sekolah menengah atas di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisi program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis yang
dilaksanakan di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, mengidentifikasi dampaknya
serta menganalisis faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis untuk mengetahui lebih jauh tentang
pelaksanaan program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan dengan triangulasi teknik pengumpulan
dan pengolahan data. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa program pengawasan
kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, kepala
sekolah membuat program pengawasan yang meliputi: (1) Pengawasan berdasarkan waktu,
kepala sekolah melakukan pengawasan yaitu preventif dalam bentuk mengadakan rapat
dengan guru-guru mengenai jadwal kegiatan Rohis dan pembagian tugas Pembina Rohis,
serta dengan cara represif dalam bentuk membuat program penilaian kegiatan Rohis; (2)
Pengawasan berdasarkan objek, kepala sekolah melakukan pengawasan pada objek yang
diawasinya yaitu Rohis sebagai objek pengawasannya mulai dari aspek perencanaan
kegiatan Rohis, sumber daya manusia (SDM) yang terlibat pada kegiatan Rohis sampai
dengan laporan hasil kegiatan Rohis; (3) Pengawasan berdasarkan subjek, kepala sekolah
melakukan terjun langsung berinteraksi dengan anggota Rohis pada saat aktivitas Rohis
berjalan. Pengawasan tersebut dapat juga disebut dengan pengawasan internal, yaitu
kepala sekolah secara langsung meninjau kegiatan ekstrakulikuler Rohis dilapangan untuk
mengetahui apakah kekurangan dari kegiatan program Rohis; dan (4) Pengawasan
berdasarkan teknik mengawasi, kepala sekolah meminta laporan baik lisan maupun tertulis
serta melakukan observasi terhadap guru Pembina Rohis bertanggungjawab atas kegiatan
Rohis, Selain itu kepala sekolah juga melakukan wawancara dengan guru Pembina Rohis
guna menggali informasi lebih komprehensif terhadap program Rohis. Selanjutnya,
implementasi program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan, tentunya memiliki faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam proses pelaksanaannya. Adapun faktor pendukung tersebut meliputi: (1) Kegiatan
pengawasan terhadap Rohis yang sudah terprogram; (2) Sifat dan karakter bawahan yang
dipimpinnya; (3) Anggota Rohis; (4) Pembina Rohis; dan (5) Keahlian dan pengetahuan
kepala sekolah. Selanjutnya, mengenai faktor penghambat program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan pada pelaksanaanya,
meliputi: (1) Fasilitas; dan (2) Anggaran dana. Selain itu, mengenai dampak daripada
program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis ialah anggota Rohis mempunyai
kesadaran dalam beraqidah, dan beribadah serta mempunyai sikap keberagamaan yang
baik, sehingga paham radikalisme tidak berkembang di lingkungan sekolah.
Kata Kunci: Program Pengawasan, Kepala Sekolah, Rohani Islam (Rohis)
ii
ABSTRACT
"THE PRINCIPAL'S SUPERVISORY PROGRAM ON ROHIS AT SMK AL
AMANAH TANGERANG SELATAN CITY"
This research is based on the divergence in the implementation of Rohani
Islam (Rohis) activity at high school in Tangerang Selatan City. This study aims to
analyze the principal's supervisory program on Rohis conducted at SMK Al
Amanah, Tangerang Selatan City, to identify its impact and to analyze its
supporting and inhibiting factors. This research is a qualitative research with
analytical approach to know more about the implementation of principal
supervision program on Rohis at SMK Al Amanah Tangerang Selatan City. The
research was conducted with triangulation of data collection and processing
techniques. The results obtained from this research that the principal supervisory
program on Rohis in SMK Al Amanah Tangerang Selatan City, the principal makes
a supervision program that includes: (1) Time-based supervision, the principal
conducts preventive surveillance in the form of meeting with teachers on the
schedule of Rohis activities and the division of the task of Pembina Rohis, as well
as in a repressive manner in the form of a program of assessment of the activities
of Rohis; (2) Object-based supervision, the principal supervises the object under
his supervision, Rohis as the object of supervision, starting from the aspect of
planning of Rohis activities, human resources (HR) involved in Rohis activities up
to the report of Rohis activities; (3) Surveillance by subject, principal conducts a
direct jump in interacting with Rohis members while Rohis's activity runs. Such
supervision may also be referred to as internal supervision, ie the principal directly
reviews Rohis's extracurricular activities in the field to determine whether the
shortcomings of the Rohis program activities; and (4) Supervision based on
supervising techniques, the principal requested both oral and written reports and
observed the mentor teacher Rohis responsible for Rohis activities. In addition the
principal also conducted interviews with the Rohis teacher to extract more
comprehensive information on the Rohis program. Furthermore, the
implementation of the principal supervisory program on Rohis in SMK Al Amanah
Tangerang Selatan City, of course has a supporting factor and inhibiting factors in
the implementation process. The supporting factors include: (1) a programmed
Rohis oversight activity; (2) The nature and character of the subordinates he leads;
(3) Members of Rohis; (4) Pembina Rohis; and (5) expertise and knowledge of the
principal. Furthermore, the factors that hinder the principal's supervisory program
on Rohis at SMK Al Amanah Tangerang Selatan City in the implementation,
include: (1) Facilities; and (2) Budget funds. In addition, the impact of the
principal's supervisory program on Rohis is that Rohis members have awareness in
beraqidah, and worship and have good religious attitudes, so that radicalism does
not develop in the school environment.
Keywords: Supervision Program, Principal, Rohani Islam (Rohis)
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalih aksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain.
Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Berikut ini adalah Surat keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 - Nomor: 0543 b/u/1997 tentang Transliterasi
Arab-Latin yang peneliti gunakan dalam penulisan Tesis ini.
A. Konsonan
ARAB NAMA Latin KETERANGAN RUMUS*
- - - Alif ا
- Ba’ B Be ب
- Ta’ T Te ت
Ṡa’ Ṡ Es dengan titk di atas 1e60 & 1e61 ث
- Jim J Je ج
Ḥa’ Ḥ Ha dengan titik di bawah 1e24 & 1e25 ح
- Kha Kh Ka dan ha خ
- Dal D De د
Żal Ż Zet dengan titik di atas 017b & 017c ذ
- Ra’ R Er ر
- Zai Z Zet ز
- Sin S Es س
- Syin Sy Es dan ye ش
Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah 1e62 & 1e63 ص
Ḍaḍ Ḍ De dengan titik di bawah 1e0c & 1e0d ض
Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah 1e6c & 1e6d ط
Ẓa Ẓ ظZet dengan titik di
bawah 1e92 & 1e93
_‘ Ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع
Gain G Ge غ
Fa F Fa ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha’ H Ha ه
’_ Hamzah ’ Apostrof ء
Ya’ Y Ye ي *Rumus hanya dipergunakan untuk font yang tidak ada di kibor komputer gunanya
untuk mempermudah. Rumus dioperasikan dengan cara mengetik kode yang tersedia
lalu klik alt+x (kode pertama untuk huruf kapital dan kode kedua untuk huruf kecil).
iv
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah A A ا
Kasrah I I ا
Ḍammah U U ا
Contoh:
su’ila :سئل kataba dan :كتب
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah dan ya’ sakin Ai A dan I ى ي
Fatḥah dan wau sakin Au A dan U ى و
Contoh:
kaifa dan :كيف ل و ḥaula =ح
3. Vokal Panjang
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan Rumus
Fatḥah dan alif Ā A dengan garis di atas 100 & 101 ى ا
Kasrah dan ya’ Ī I dengan garis di atas 12a & 12b ى ي
Ḍammah dan wau Ū U dengan garis di atas 16a & 16b ى و
Contoh:
ل qīla dan : ق ي ل qāla : ق ال yaqūlu : ي ق و
C. Ta’ Matrbuṭah
1. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah hidup
Ta’ matrbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥah, Kasrah, dan
Ḍammah, transliterasinya adalah “T/t”.
2. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah mati
Ta’ matrbuṭah yang mati atau mendapat harakat sakin, transliterasinya
adalah “h”.
Contoh:
.ṭalḥah : طلحة
3. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah jika diikuti oleh kata yang menggunakan kata
sandang “al-” dan bacaannya terpisah maka ta’ matrbuṭah ditransliterasikan
dengan “h”.
Contoh:
rauḍah al-aṭfāl : روضةاألطفال
al-Madīnah al-Munawwarah : المدينةالمنورة
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydīd ( dalam transliterasi dilambangkan dengan ,(ى
huruf yang sama (konsonan ganda).
Contoh:
rabbanā : رب نا
v
ل nazzala : نز
E. Kata sandang alif-lam “ال”
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurug alif-lam
ma‘rifah “ال”. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf
qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyi yaitu “ال” diganti huruf yang sama dengan huruf yang mengikuti
kata sandang tersebut.
Contoh:
جل ar-rajulu : الر
as-sayyidah : السي دة
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan
aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Huruf sandang
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda
sambung (-). Aturan ini berlaku untuk kata sandang yang diikuti oleh huruf
syamsiyah maupun kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.
Contoh:
al-qalamu : القلم
al-falsafah : الفلسفة
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata,
hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
an-nau’u : النوء umirtu : امرت syai’un : شيئ
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi
huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti
keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak
menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal kalimat.
Contoh:
Wamā Muhammadun illā rasūl : ومامحمدإالرسول
Abū Naṣīr al-Farābīl
Al-Gazālī
Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān
H. Lafẓ al-Jalālah (هللا)
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya,
atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nomina), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Contoh:
dīnullāh : ديناهلل
billāh : باهلل
vi
Adapun ta’ matrbuṭah di akhir kata yang betemu dengan lafẓ al-jalālah,
ditransliterasikan dengan huruf “t”.
Contoh:
hum fī raḥmatillah : همفيرحمةهللا
I. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah, dan kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau
sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara
transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur’an dari al-Qur’ān, Sunah dari sunnah. Kata
al-Qur’an dan sunah sudah menjadi bahasa baku Indonesia maka ditulis seperti bahasa
Indonesia. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur’ān As-Sunnah qabl at-tadwīn
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur panjatkan kehadirat Allah swt. Sang
pemilik langit dan bumi beserta isinya. Sang pemberi limpahan rahmat, hidayah,
inayah, nikmat dan karunia kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada baginda alam, sang revolusioner sejati yang menuntun
umatnya menuju jalan penuh keridhaan Allah swt. dan khotaman nabiyyin yaitu
baginda Nabi Muhammad saw. Dan kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’at
tabi’in, ulama salafussholih, para syuhada, para sholihin dan seluruh kaum
muslimin serta muslimat sampai kepada umatnya saat ini. Mudah-mudahan di
akhirat kelak semua mendapatkan ridho Allah swt. dan syafaat Nabi Muhammad
saw. Amin.
Penyelesaian tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
bahwa tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun berkat
dukungan dan doa dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan tersebut dapat
terlewati. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan berupa
arahan, bimbingan, dan lainnya selama proses penyelesaian tesis ini. Ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya tersebut penulis sampaikan kepada
yang terhormat:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.
Dede Rosyada, M.A beserta jajarannya.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A beserta jajarannya.
3. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Dr. Jejen Musfah,
MA. beserta jajarannya, yang telah memberikan pelayanan akademik
dengan memuaskan.
4. Pembimbing, Dr. Jejen Musfah, MA. yang telah memberikan bimbingan,
arahan, wawasan dan nasehat dengan penuh kesabaran, ketekunan serta
keikhlasan.
5. Seluruh Dosen Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu baik secara tersirat maupun tersurat kepada
penulis.
6. Staff Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muslikh
Amrullah, S.Pd. yang telah membantu dan memberikan layanan akademik
dengan sangat baik dan juga dukungan serta motivasi kepada penulis.
viii
7. Drs. Ahmad Muhroj, selaku Kepala SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan, yang telah bersedia memberikan izin penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Kepada seluruh guru, staff Tata Usaha dan siswa anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan, yang telah bersedia menerima penulis
dengan sangat ramah dan penuh kasih sayang selama penulis berada di
sekolah.
9. Ayahanda H. Sahrudin, Ibunda Hj. Mulhayati, serta seluruh keluarga
tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, pelajaran hidup,
nasehat, dan dukungan lainnya baik dari segi riil maupun materiil.
10. Kepada Bapak Ali Umar berserta keluarga, yang telah banyak memberikan
dukungan dan motivasi dengan sabar serta penuh kasih sayang kepada
penulis.
11. Seluruh sahabat seperjuangan Angkatan Pertama Prodi Magister
Manajemen Pendidikan Islam, yang telah memberikan kenangan indah,
semangat dan motivasi saat berada di bangku perkuliahan kepada penulis.
12. Kepada Drs. Ayan Dahyan, M.Si, selaku Kepala MIN 3 Tangerang, yang
telah senantiasa memberikan izin selama penulis dalam proses penelitian.
13. Seluruh Civitas Akademika MIN 3 Tangerang yang telah memberikan
dukungan kepada penulis selama proses perkuliahan dan penelitian.
14. Kepada semua pihak yang ikut andil dan telah membantu penyelesaian tesis
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya kepada yang telah penulis sebutkan, hanya do’a yang dapat
dipanjatkan kepada Yang Maha Kuasa, semoga Allah swt. yang membalasnya
dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Jakarta, 31 Mei 2018
Penulis,
Dede Munandar
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .................... 6
1. Identifikasi Masalah ............................................................ 6
2. Pembatasan Masalah ........................................................... 7
3. Perumusan Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teoritis ........................................................................... 9
1. Program Pengawasan Kepala Sekolah ................................ 9
a. Pengertian Program Pengawasan Kepala Sekolah ........ 9
b. Tujuan Program Pengawasan ........................................ 12
c. Jenis-jenis Program Pengawasan .................................. 13
d. Prinsip-prinsip Pengawasan .......................................... 15
e. Proses Program Pengawasan ........................................ 17
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) ................. 21
a. Pengertian Ekstrakurikuler Rohis ................................. 21
b. Tujuan dan Fungsi Rohis .............................................. 23
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Terbentuknya Sikap
Keberagamaan Melalui Kegiatan Rohis ....................... 25
B. Penelitian Relevan ..................................................................... 28
C. Kerangka Konseptual ................................................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 33
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................ 33
C. Data dan Sumber Data ............................................................... 33
1. Data ..................................................................................... 33
2. Sumber Data ........................................................................ 34
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 35
E. Teknik Analisa Data .................................................................. 35
F. Uji Keabsahan Data ................................................................... 36
x
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Letak Lokasi Penelitian ....................................................... 38
2. Sejarah Singkat .................................................................... 38
3. Visi dan Misi ....................................................................... 39
4. Keadaan Tenaga Pendidik ................................................... 40
5. Keadaan Peserta Didik ........................................................ 42
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan .......................................... 45
1. Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan ...................................................... 46
2. Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani
Islam di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ........... 49
a. Pengawasan Berdasarkan Waktu ................................... 50
b. Pengawasan Berdasarkan Objek ................................... 53
c. Pengawasan Berdasarkan Subjek .................................. 54
d. Pengawasan Berdasarkan Teknik Mengawasi ............... 56
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pengawasan
Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan ....................................................... 62
4. Dampak Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap
Rohani Islam di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan … 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 71
B. Saran .......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 74
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan…. 41
Tabel 4.2 Data Peserta Didik Kelas X Tahun Pelajaran 2017 - 2018 …. .............. 43
Tabel 4.3 Data Peserta Didik Kelas XI Tahun Pelajaran 2017 - 2018 …. ............ 43
Tabel 4.4 Data Peserta Didik Kelas XII Tahun Pelajaran 2017 - 2018 …. ........... 44
Tabel 4.5 Kategorisasi Program Pengawasan Kepala Sekolah…. ......................... 59
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahapan Proses Pengawasan ................................................................. 19
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ............................................................................ 32
Gambar 4.1 Data Peserta Didik SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ............ 42
Gambar 4.2 Kerangka Hasil Penelitian ..................................................................... 70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Referensi
Lampiran 2 Pedoman Observasi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Pedoman Studi Dokumen
Lampiran 5 Dokumentasi/ Foto-Foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam satuan pendidikan, manusia pada dasarnya dilatih intelektualitasnya
melalui ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam proses pendidikannya pada
jenjang-jenjang yang telah ada dan diatur. Untuk itu pada satuan pendidikan
sangat diperlukan adanya proses manajemen yang tepat guna. Mulai dari aspek
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
program pada satuan pendidikan seperti sekolah formal pada umumnya. Selain
manajemen sebagai cara pengelolaan yang tepat guna, satuan pendidikan pun
harus mempunyai sumber daya manusia yang mampu menjalankan program
pendidikan. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya
pengawasan sebagai suatu rangkaian dari kegiatan manajemen pendidikan
(Mulyasa, 2003: 154).
Dengan demikian, pengawasan sebagai fungsi yang melekat pada
manajemen pendidikan berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan agar
secara serempak bergerak ke arah pencapaian tujuan melalui kesediaan
melaksanakan tugas masing-masing secara bersungguh-sungguh dan
bertanggung jawab atau profesional. Oleh karena itu, segala penyelenggaraan
pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan.
Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program. Oleh sebab
itu, pengawasan haruslah berjalan dengan efisien agar memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan media pengembangan
diri yang dapat membimbing peserta didik berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan memiliki peranan yang sangat besar
karena pendidikan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, 2003: 50).
Harapan yang muncul adalah pendidikan dapat mengembangankan sikap
keagamaan peserta didik sehingga menjadi tumpuan untuk membentuk
moralitas dan kepribadian warga negara yang relegius. Hal ini sesuai dengan
paparan yang ada dalam konteks pendidikan nasional di Indonesia, bahwa
pendidikan agama masih menjadi salah satu prioritas, sehingga menandakan
bahwa agama bagi masyarakat adalah suatu hal yang penting. Seperti yang
tercermin dalam sila pertama Pancasila.
Fajar (2005: 195) mengemukakan bahwa pendidikan agama bukan kegiatan
yang terpisah dari aspek-aspek kehidupan masyarakat luas, sekolah hanya
2
merupakan salah satu wahana yang barangkali bukan utama. Di luar sekolah
banyak pihak yang tidak kalah penting peranannya yang ikut memberikan
pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan seperti keluarga dan lingkungan di
masyarakat. Akan tetapi sekolah sebagai lembaga pendidikan secara terencana
masih menjadi tumpuan untuk pembentukan moralitas dan religiusitas peserta
didik. Pembentukan kepribadian yang bermoral dan keberagamaan
(religiusitas), tidak cukup dengan mengandalkan mata pelajaran agama yang
hanya mempunyai bobot dua jam pelajaran per minggunya di sekolah.
Pembelajaran di sekolah harus memperhatikan kecerdasan peserta didik,
yaitu dengan menyediakan fasilitas yang sesuai dengan pengembangan ragam
kecerdasan peserta didik. Selain fasilitas, budaya dan kegiatan-kegiatan sekolah
akan mengembangkan kecerdasan peserta didik, termasuk kecerdasan dalam
pembentukan moralitas dan religiusitas peserta didik. Kecerdasan ini harus
dikembangkan secara maksimal (Musfah, 2014: 102). Berdasarkan pendapat di
atas diketahui bahwa dalam rangka pemenuhan pengembangan ragam
kecerdasan peserta didik. Maka, sekolah harus menyediakan ekstrakurikuler,
seperti: karya ilmiah, olahraga, kesenian, pramuka, dan rohani islam.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi kecerdasan, pembentukan
moralitas dan religiusitas yang dimiliki oleh peserta didik.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang berada di luar rencana
pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 18A Tahun 2013 dijelaskan
bahwa, ekstrakurikuler ialah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta
didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan
kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk
mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang
lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum (Kemdikbud,
2013: 2). Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di
luar sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah
kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler mampu meningkatkan pemahaman terhadap agama
sehingga mampu mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama,
dan juga mengembangkan sensitifitas peserta didik dalam persoalan-persoalan
sosial-keagamaan sehingga menjadi insan yang proaktif terhadap permasalahan
sosial. Maka, kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) menjadi salah satu
organisasi ekstrakurikuler pilihan bagi peserta didik untuk pembentukan
moralitas dan religiusitas. Rohis adalah organisasi dakwah Islam dikalangan
pelajar dalam lingkungan suatu sekolah. Biasanya dibawah koordinasi
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Tujuan utama Rohis adalah mendidik
peserta didik menjadi lebih islami dan mengenal dengan baik dunia keislaman.
3
Rohis merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diminati oleh
peserta didik. Hal ini dikarenakan Rohis merupakan kegiatan pendukung dari
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bagian integral dari Kurikulum 2013
(Kementerian Agama, 2015: 10). Rohis bisa juga menjadi jalur potensial untuk
dimanfaatkan oleh ajaran kelompok keagamaan tertentu. Meskipun demikian,
keberadaan Rohis yang ada di berbagai sekolah terusik dengan adanya opini
publik yang menyebutkan bahwa adanya gerakan radikalisme agama di
sekolah-sekolah. Sorotan publik pun mengarah pada kegiatan ekstrakurikuler
Rohis, yang bergerak dalam bidang pembinaan keislaman para peserta didik ini
ditenggarai menjadi sarana perekrutan kelompok radikal. Nilai radikalisme
yang dimaksud ialah memiliki stigma negatif terhadap kelompok agama yang
berbeda, membid’ahkan pandangan yang berbeda dan memonopoli kebenaran,
mengusung Khilafah Islamiyah, menolak demokrasi, dan memiliki stigma
negatif terhadap barat.
Temuan beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan hal tersebut
seperti yang dilakukan oleh Wahid Foundation menyebutkan bahaya paham
radikalisme yang tumbuh dari kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) di institusi
pendidikan. Bahkan, hasil survei Wahid Foundation kepada aktivis rohis
terungkap data bahwa mereka siap berjihad di wilayah konflik agama. Hasil
survei tersebut terungkap bahwa 60 persen responden aktivis rohis setuju
berjihad ke wilayah konflik saat ini. Bahkan, 68 persen setuju untuk berjihad
di masa mendatang. Dari jumlah tersebut juga terungkap 37 persen sangat
setuju dan 41 persen responden yang setuju seharusnya umat Islam bergabung
dalam satu kesatuan kekhalifahan. Survei ini dilakukan kepada responden
sebanyak 1.626 aktivis Rohis dalam kegiatan perkemahan rohis seluruh
Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama (Hamdi, 2017: 1).
Pemahaman agama yang sempit dan eksklusif dapat mengarahkan para
peserta didik untuk bertindak dan melakukan aksi kekerasan. Hal ini
ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ciciek Farha (2008),
sebagaimana yang dikutip dari laporan kehidupan beragama CRCS Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian tersebut menemukan, bahwa dalam
kegiatan Rohis atau dalam masing-masing aktivitas individu cenderung
mengembangkan pandangan dan sikap yang eksklusif, yang merupakan
cerminan dari kelompok-kelompok islam tertentu sehingga banyak menarik
peserta didik pada sikap radikalisme agama.
Selain itu, penelitian tentang sikap sosial keagamaan Rohis di Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang dilakukan oleh Habibullah (2014: 398).
Temuannya menunjukkan bahwa pada umumnya aktivis Rohis SMA lebih
4
bersikap terbuka dan toleran dalam kehidupan bertetangga, namun berharap
sistem Islam dapat menjadi landasannya. Terdapat juga kecenderungan aktivis
Rohis mengharapkan Islam menjadi landasan sistem kenegaraan, di mana
sistem pemerintahan Islam (Khilafah Islamiyah) menjadi alternatif terbaik atas
sistem demokrasi yang dipakai yang dinilai terdapat kekurangannya
(mudharat). Terlihat juga kecenderungan aktivis Rohis di SMA yang bersikap
menempatkan perempuan dalam posisi yang subordinatif dari laki-laki baik di
ranah domestik maupun publik.
Adapun penelitian dalam sudut pandang literatur keagamaan atau sumber
bacaan para aktivis Rohis, Iswanto (2015: 387) menyimpulkan bahwa siswa-
siswi melakukan pembacaan model negosiasi. Negosiasi terjadi dalam hal gaya
bahasa. Substansi atau pesan dengan ide-ide apapun akan disenangi jika
disajikan dengan gaya bahasa yang menarik bagi mereka. Adapun afiliasi
literatur keagamaannya ada yang berhaluan moderat dalam arti sesuai dengan
arus utama pandangan keislaman di Indonesia, dan ada yang berhaluan ide-ide
khilafah yang berafiliasi dengan gerakan Islam transnasional. Afiliasi yang
kedua ini lebih banyak diminati karena gaya bahasa yang menarik bagi mereka.
Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Yani (2014: 47)
mengemukakan simpulan bahwa para aktivis Rohis juga cenderung tidak
memiliki pengetahuan tentang penulis bahan bacaan aktivis Rohis (termasuk
latar belakang intelektual dan kehidupannya, juga tidak mengetahui sumber-
sumber yang digunakan sebagai referensi dalam bacaan tersebut).
Berdasarkan data dan penelitian di atas maka peran serta sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat harus mampu
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan cara memperhatikan aspek
perkembangan keberanekaragaman kecerdasan yang dimiliki masing-masing
peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasbullah (2006: 61) sekolah
tersebut di dalamnya tercipta suasana yang humanis, terpeliharannya budaya
dialog, komunikasi latihan bersama, dan adanya validasi teman sejawat.
Dengan kata lain, terpelihara pendidikan humanioranya, religiusitasnya, moral
dan akhlaknya.
Untuk itu pemahaman dan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler Rohis yang
baik, akan membentuk peserta didik yang memiliki pribadi yang bermoral dan
keberagamaan (religiusitas) serta kreatif, inovatif, dan berakhlak mulia.
Memang, pada sekolah tertentu pengelolaan dan pengawasan ekstrakurikuler
Rohis belum menunjukkan hasil yang maksimal. Tentunya hal ini yang perlu
dibenahi. Sekolah yang ada lebih baik menyusun program ekstrakulikuler
kemudian melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Menjadikan
5
ekstrakurikuler seperti Rohis sebagai salah satu andalan sekolah bukanlah
persoalan mudah, banyak hal yang harus dibenahi. Ada banyak alasan untuk
menentukan penyebab kegagalan suatu kegiatan atau keberhasilan kegiatan
lainnya. Tetapi masalah yang selalu berulang dalam semua kegiatan yang gagal
adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang memadai.
Untuk memperoleh hasil maksimal dari kegiatan aktivis Rohis, maka
diperlukan peran kepala sekolah dalam menjalankan salah satu dari fungsi
manajerial yaitu pengawasan terhadap komponen yang ada di sekolah yang
dipimpinnya. Menurut Musfah (2015: 250) kepala sekolah adalah guru yang
terbaik yang dimiliki sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang mampu
menata dirinya dengan baik, kepala sekolah harus mampu menuntun guru, staf,
dan siswa ke pencapaian tertinggi dalam upaya bersama-sama menjadi manusia
yang berbudi luhur. Selanjutnya, mengingat begitu pentingnya peranan
kegiatan ekstrakurikuler Rohis bagi sekolah, maka pengawasan yang efektif
harus dilakukan oleh kepala sekolah, supaya kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan tercapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan diinginkan oleh sekolah yaitu, mengembangkan potensi peserta
didik melalui kegiatan Rohis, baik dari segi sosial kemasyarakatan maupun
relegius.
Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan kontribusi yang komprehensif
mengenai pola program pengawasan kepala sekolah terhadap aktivis Rohis
yang ada di sekolah. Dengan adanya program pengawasan dari kepala sekolah
diharapkan mampu meningkatkan peran serta sekolah sebagai lembaga
pencetak generasi yang dibutuhkan keluarga dan juga masyarakat luas. Dengan
kata lain, terpelihara pendidikan humanioranya, moralitasnya, religiusitasnya,
dan akhlaknya. Ditegaskan juga oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim
Saifuddin, bahwa pentingnya memberikan perhatian yang lebih oleh kepala
sekolah terhadap aktivitas Rohis di sekolah, agar Rohis bisa dilindungi dari
pengaruh negatif dalam bentuk program pengawasan yang komprehensif.
Bentuk pengawasan kepala sekolah misalnya harus mengetahui siapapun yang
menyampaikan ceramah keagamaan kepada siswa, baik dari segi latar
belakangnya, maupun wawasan penceramah tersebut dalam menyampaikan
dakwah-dakwah keagamaannya. Hal ini akan berdampak positif bagi siswa
yang aktif mengikuti kegiatan Rohis di sekolah. (Republika, 2017: 2).
Selanjutnya, penelitian ini akan dilaksanakan pada jenjang pendidikan
menengah yaitu satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
sederajat. Siswa SMA pada umumnya secara psikologis telah memasuki masa
remaja. Pada masa itu menurut Santrock (2007:18) mengemukakan seorang
remaja bisa saja merasa sedang di puncak dunia pada suatu saat merasa tidak
6
berharga sama sekali pada waktu berikutnya. Oleh karena itu, biasanya pada
masa tersebut, remaja jaran memperhatikan dan mempertimbangkan akibat dari
perilaku dan gaya hidupnya serta berperilaku yang tidak sesuai dengan etika,
agama maupun adat kesopanan.
Untuk tempat penelitian peneliti memilih Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Sekolah ini dipilih dengan
beberapa alasan utama. Yaitu, Pertama, sekolah ini mempunyai program
pengawasan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh kepala sekolah,
sehingga fungsi manajerial kepala sekolah berjalan dengan baik. Kedua,
sekolah ini memiliki kegiatan ekstrakurikuler Rohis yang menghasilkan
pemahaman para anggotanya tentang agama Islam yang moderat. Ketiga,
anggota Rohis sekolah ini pernah terpilih sebagai kontingen Provinsi Banten
dalam kegiatan Perkemahan Rohis Nasional (Kemrohisnas) diselenggarakan
oleh Kementerian Agama RI pada tahun 2016. Keempat, sepengetahuan
peneliti belum adanya penelitian tentang program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis, program pengawasan yang dimaksud ialah sebuah program
kerja yang dibuat oleh kepala sekolah secara khusus mengawasi kegiatan siswa.
Demikianlah beberapa alasan peneliti dalam pemilihan tempat penelitian.
Selanjutnya, berdasarkan pemaparan-pemaparan terkait dengan
problematika Rohis baik dari segi konsep kegiatan maupun program
pengawasan kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh aktivitas sumber
daya yang ada di sekolah, serta alasan yang menarik untuk melakukan kajian
penelitian ini, maka penelitian tesis ini akan diberikan judul yaitu Program
Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam (Rohis): Studi Kasus
Di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
B. Indentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diketahui
masalah dasar yang dapat diidentifikasi terdiri dari permasalahan-
permasalahan sebagai berikut:
a. Rendahnya pengawasan kepala sekolah terhadap program
pengembangan diri peserta didik di sekolah. Sehingga tujuan program
pengembangan diri peserta didik belum tercapai secara maksimal.
b. Kegiatan aktivis Rohis cenderung mengembangkan pandangan dan
sikap yang eksklusif, yang merupakan cerminan dari kelompok-
kelompok islam tertentu sehingga banyak menarik peserta didik pada
sikap radikalisme agama.
7
c. Terdapat juga kecenderungan aktivis Rohis mengharapkan Islam
menjadi landasan sistem kenegaraan, di mana sistem pemerintahan
Islam (Khilafah Islamiyah) menjadi alternatif terbaik atas sistem
demokrasi yang dipakai yang dinilai terdapat kekurangannya
(mudharat).
d. Para aktivis Rohis juga cenderung tidak memiliki pengetahuan tentang
penulis bahan bacaan referensi (termasuk latar belakang intelektual dan
kehidupannya, juga tidak mengetahui sumber-sumber yang digunakan
sebagai referensi dalam bahan bacaan).
e. Perhatian kepala sekolah yang masih rendah terhadap aktivitas Rohis di
sekolah, sehingga Rohis bisa dimanfaatkan kelompok tertentu agar
aktivis Rohis memiliki stigma negatif terhadap kelompok agama yang
berbeda, membid’ahkan pandangan yang berbeda, memonopoli
kebenaran, mengusung Khilafah Islamiyah, menolak demokrasi, dan
memiliki stigma negatif terhadap barat.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, nampak bahwa masalah-
masalah tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun permasalahan
tersebut terlalu luas, mengingat keterbatasan waktu, materi, tenaga, dan
kemampuan peneliti, maka diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan
masalah yang akan dikaji dan diteliti secara komprehensif dalam tesis ini
adalah tentang Program Pengawasan Kepala Sekolah terhadap Rohis di
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah pokok dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan?
b. Bagaimana dampak program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis dan memahami beberapa
hal mengenai fokus penelitian, yaitu:
a. Menganalisis program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
b. Mengidentifikasi dampak program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
c. Menganalisis faktor pendukung dan penghambat program pengawasan
kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga tentunya mampu menjadi gambaran bagi peneliti
lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi. Secara
praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rumusan rekomendasi
mengenai pentingnya program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis
yang ada di sekolah. Khususnya di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan dengan terus mengembangkan wawasan kegamaan peserta didik
yang toleran kan inklusif.
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi penulis, satuan
pendidikan terkait, dan lainnya baik secara teori maupun praktis. Secara
teori, penelitian ini diharapkan mampu menambah perbendaharaan
pengetahuan dan wawasan khususnya di bidang akademik tentang program
pengawasan kepala sekolah bagi para peneliti, mahasiswa, dan dosen.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teoritis
1. Program Pengawasan Kepala Sekolah
a. Pengertian Program Pengawasan Kepala Sekolah
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi terciptanya
suatu kegiatan. Solihin (2009: 71) mendefinisikan program adalah
serangkaian kegiatan yang memiliki durasi waktu tertentu serta dibuat
untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi. Artinya, dalam definisi
tersebut program merupakan aktivitas yang memiliki durasi tertentu.
Dengan adanya program dalam organisasi seperti sekolah contohnya,
maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah
untuk dioperasionalkan. Senada dengan pendapat di atas, menurut
Charles O. Jones dalam Shalfiah (2013: 978), bahwa program adalah cara
yang disahkan untuk mencapai tujuan, memiliki beberapa karakteristik
tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu
aktivitas. Hal ini menegaskan bahwa sebuah organisasi seperti sekolah
harus mempunyai program yang tepat untuk mencapai setiap tujuan yang
telah ditentukan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil sebuah pemahaman
bahwa program adalah kumpulan kegiatan yang dirancang dalam waktu
tertentu, untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi secara
keseluruhan. Namun, dalam penyusuan sebuah program hendaknya
didasarkan pada suatu pendekatan yang ilmiah dan model teoritis yang
jelas, agar program mempunyai implikasi yang baik bagi suatu
organisasi.
Selanjutnya, agar program dapat berjalan dengan baik maka
diperlukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Istilah pengawasan
dalam hal ini cenderung mengarah kepada salah satu peran seorang
manajer dalam kegiatan manajemen, atau yang dikenal dengan istilah
controlling. Oleh karena itu, istilah pengawasan dapat dipahami sebagai
bagian kecil dari peran seorang manajer (bagian kecil dari fungsi
kontrol). Artinya bahwa pengawasan merupakan coercion atau
compeling yaitu suatu proses yang bersifat memaksa agar aktifitas dapat
10
disesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan (Fattah, 2008: 102).
Pengawasan adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan/kegiatan
apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
semula. Konsep pengawasan demikian, sebenarnya menunjukkan
pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, dimana
pengawasan dianggap sebagai bentuk pengontrolan dari pimpinan atau
manajerial kepada pihak bawahannya (Manullang, 2015: 173, Samsirin,
2015: 345). Secara lebih lengkap Sule dan Saefullah (2008: 318)
mengemukakan bahwa pada intinya pengawasan tidak hanya berfungsi
untuk menilai apakah sesuatu itu berjalan ataukah tidak, akan tetapi
termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun
penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke
waktu. Konsep pengawasan dari pendapat tersebut menyatakan bahwa
ruang lingkup pengawasan harus lebih komprehensif dalam melakukan
penilaian terhadap kinerja yang telah dilakukan, dengan sistem
berkelanjutan untuk pencapaian tujuan.
Jadi, dapat dipahami bahwa pengawasan adalah suatu usaha
sistematis seorang pimpinan atau manajerial untuk menilai kinerja,
rencana, tujuan yang telah ditentukan dan untuk mengambil tindakan
terhadap masalah yang terjadi dalam organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Fungsi pengawasan dalam manajemen sangat
erat kaitannya dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini
merupakan hal yang saling mengisi, karena tujuan baru dapat diketahui
tercapai dengan baik atau tidak setelah pengawasan dilakukan.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat
signifikan dalam pencapaian serta mengatur potensi baik yang berkaitan
dengan pengelolaan maupun sumber daya yang ada. Pengawasan juga
merupakan bagian dari fungsi yang terkait perencanaan strategis.
Perencanaan strategis ini adalah puncak dari suatu pemikiran untuk
merumuskan tujuan yang akan dicapai organisasi, dan juga
merencanakan berbagai aspek manajemen serta usaha pencapaian tujuan
strategis organisasi. Hal demikian sejalan dengan pendapat Subandi
(2015: 458) mengemukakan bahwa pelaksanaan pengawasan dapat
memperbaiki manajemen mutu pada suatu lembaga pendidikan seperti
sekolah formal pada umumnya.
11
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pendidikan seperti
sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Kepala
sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
siswa yang menerima pelajaran (Permendiknas No. 28, 2010: 3,
Wahjosumidjo, 2010: 83). Karena kepala sekolah sebagai pemimpin
dilembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya ke arah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat
adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan
globalisasi yang lebih baik. Berdasarkan pengertian tersebut, kepala
sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua
urusan pengaturan dan pengelolahan secara formal kepada atasannya atau
informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya. Selain
itu, kepala sekolah merupakan pengatur dari program yang ada di
sekolah.
Kepala sekolah tidak hanya mengelola sekolah dalam makna statis,
melainkan menggerakkan semua potensi yang berhubungan langsung
atau tidak langsung bagi kepentingan pembelajaran para peserta didiknya
(Danim dan Suparno, 2009: 13). Hal demikian dapat dipahami
bahwasanya peningkatan mutu sekolah sangat ditentukan oleh
kemampuan kepala sekolah. Peran utama kepala sekolah ialah
mengembangkan agar sekolah menjadi lembaga pendidikan yang baik
dan mampu mencapai tujuan pendidikan. Bahkan Hoy dan Miskel (2014:
652) menambahkan bahwa kepala sekolah harus mempunyai efektivitas
kepemimpinan.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang
dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel. Oleh
karena itu, kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam
menggerakkan manajemen sekolah agar berjalan sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan kebutuhan zaman (Mulyasa, 2011: 18).
Sejalan dengan pendapat Munir (2010: 110) kepala sekolah juga
diharapkan untuk mengembangkan dan memupuk sikap saling
menghargai, percaya, memupuk rasa persaudaraan serta menghilangkan
rasa saling curiga sesama guru dan warga sekolah lainnya. Berdasarkan
12
deskripsi di atas dapat dipahami bahwa kepala sekolah harus mampu
menjalankan fungsi manajemen. Selanjutnya, Marthur dan Chauhan
(2018: 10) dalam Journal of Human Resource Management, menjelaskan
bahwa “Rude and violent supervision on a regular basis put employees
into a depressive situation and may cause various deviant behaviors. It
is recommended to the supervisors that they should be humble and
cordial towards their employees while supervising”. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kepala sekolah disarankan
dalam melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa harus
mengedepankan sikap rendah hati dan ramah. Hal tersebut dapat
menjadikan manajemen berfungsi untuk menggerakkan pelbagai
kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan, mengembangkan seluruh
potensi sumber daya sekolah, dan mengawasi organisasi sekolah dalam
pencapaian visi sekolah.
Setelah dikemukakan tentang pengertian program, pengawasan, dan
kepala sekolah secara spesifik, maka dapat diambil pemahaman bahwa
program pengawasan kepala sekolah adalah serangkaian kegiatan
sistematis yang dirancang dalam waktu tertentu oleh kepala sekolah,
untuk menilai, rencana, kinerja, tujuan yang telah ditentukan serta
mencapai tujuan dan sasaran sekolah secara komprehensif.
Selain itu, tentunya kepala sekolah dituntut harus menjadi pemimpin
profesional. Adapun ciri kepala sekolah yang professional ialah
bertanggung jawab serta komitmen yang tinggi atas pekerjaannya sesuai
dengan kode etik profesinya.
b. Tujuan Program Pengawasan
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yag
direncanakan menjadi kenyataan, melakukan tindakan perbaikan jika
terjadi penyimpangan-penyimpangan dan tujuan yang dihasilkan sesuai
dengan rencana (Manullang, 2015: 174, Hasibuan, 2016: 242). Oleh
karena itu, agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat
merealisasi tujuannya. Selanjutnya, suatu sistem pengawasan setidak-
tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-
penyimpangan dari rencana. Suatu sistem pengawasan yang efektif harus
dapat segera melaporkan penyimpangan sehingga berdasarkan hal itu
dapat diambil tindakan untuk selanjutnya, benar-benar sesuai atau
13
mendekati apa yang direncanakan sebelumnya. Dalam melaksanakan
pengawasan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus
mempunyai kepemimpinan yang ditunjang dengan integritas, adapun
integritas kepala sekolah dapat ditunjukkan pada ketaatan nilai-nilai
moral dan etika yang berharkat dan bermartabat (Ekosiswoyo, 2007: 80).
Pengawasan kegiatan pendidikan dimaksudkan agar sekolah terarah
pada tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tugas kepala
sekolah sebagai pengawas sekolah diwujudkan dalam kemampuannya
menyusun dan melaksanakan program pengawasan (Danim dan Khairil,
2011: 81). Sesuai dengan pemaparan pendapat tersebut dipahami bahwa
kemampuan menyusun program pengawasan bisa diwujudkan dalam
penyusunan program pengawasan kelas, pengembangan program
supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, perpustakaan, laboratorium,
dan ujian. Kepala sekolah harus mampu membuat sistem pengawasan
yang efektif. Suatu sistem pengawasan dikatakan efektif, apabila dapat
segera melaporkan kegiatan yang salah, dimana kesalahan itu terjadi dan
siapa yang bertanggung jawab akan terjadinya kesalahan tersebut. Hal
demikian sesuai dengan salah satu tujuan pengawasan, yakni untuk
mengetahui kesalahan atau penyimpangan serta kesulitan yang dihadapi.
Sementara itu, Nurochim (2016: 135) menyatakan bahwa tujuan
pengawasan dalam organisasi pendidikan adalah untuk mendeteksi sedini
mugkin segala bentuk penyimpangan serta menindaklanjutinya dalam
rangka mendukung pelaksanaan prioritas pendidikan, prioritas
pendidikan yang dimaksud adalah pemerataan kesempatan belajar,
relevansi, dan peningkatan mutu. Deskripsi tersebut dapat dipahami
bahwa tujuan dari pengawasan organisasi Pendidikan, sesungguhnya
untuk membuat pihak yang diawasi merasa terbantu, sehingga proses
pencapaian visi dan misi dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien.
c. Jenis-jenis Program Pengawasan
Ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan yakni:
1) Pengawasan berdasarkan waktu
Berdasarkan waktu bila pengawasan dilakukan, maka macam
pengawasan itu dibedakan atas: Pertama, pengawasan preventif.
Pengawsan ini dimaksudkan adalah pengawasan sebelum terjadinya
kesalahan agar terhindar dari penyimpangan dalam pelaksanaannya.
14
Kedua, pengawasan repressif. Pengawasan ini dimaksudkan adalah
pengawasan setelah rencana dijalankan, dengan kata lain diukur
hasil-hasil yang telah dicapai dengan alat ukur standar yang telah
ditentukan dengan cara membandingkan antara hasil dan rencana,
kemudian menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan
dan mencari tindakan perbaikannya (Manullang, 2015: 177,
Hasibuan, 2016: 247).
2) Pengawasan berdasarkan objek.
Berdasarkan objek pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan di
bidang-bidang sebagai berikut: produksi, keuangan, waktu, manusia
dan kegiatan-kegiatannya. Dalam bidang produksi, maka
pengawasan itu dapat ditunjukan terhadap kuantitas hasil produksi
ataupun terhadap kualitas. Pengawasan di bidang waktu dimaksudkan
untuk menentukan, apakah dalam menghasilkan sesuatu hasil
produksi sesuai dengan waktu yang direncanakan atau tidak.
Terakhir, pengawasan di bidang manusia dengan kegiatan-
kegiatannya bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan
dijalankan sesuai dengan instruksi, rencana, tata kerja atau standar
operasional prosedur (SOP) kegiatan (Manullang, 2015: 177).
3) Pengawasan berdasarkan subjek
Berdasarkan subjek pengawasan dapat dibedakan atas: Pertama,
pengawasan internal. pengawasan ini dimaksudkan pengawasan yang
dilakukan oleh atasan dari petugas yang bersangkutan, oleh
karenanya pengawasan ini juga disebut pengawasan vertikal atau
formal. Cakupan dari pengawasan ini meliputi hal-hal yang cukup
luas baik pelaksanaan tugas, prosedur kerja, kedisiplinan, dan
lainnya. Kedua, pengawasan eksternal. pengawasan ini dimaksudkan
pengawasan yang dilakukan oleh orang di luar organisasi yang
bersangkutan. Pengawasan inilazim pula disebut pengawasan sosial
atau pengawasan sosial (Manullang, 2015: 178, Hasibuan, 2016: 248)
4) Pengawasan berdasarkan teknik mengawasi
Berbagai teknik yang dapat dilakukan antara lain: Pertama,
pengamatan langsung atau observasi oleh manajerial untuk melihat
sendiri bagaimana caranya petugas operasional menyelenggarakan
kegiatan dalam menyelesaikan tugasnya. Kedua, melalui laporan baik
15
lisan maupun tertulis dari penyelia yang sehari-hari mengawasi secara
langsung kegiatan bawahannya. Ketiga, melalui penggunaan
kuesioner yang respondennya adalah para pelaksanan kegiatan
operasional. Keempat, wawancara. Dalam wawancara harus terjamin
kebebasan pihak yang diwawancarai untuk menyampaikan informasi.
(Siagian, 2007: 259-260)
Berdasarkan pemaparan jenis-jenis program pengawasan yang sudah
dijelaskan di atas, kepala sekolah dapat memilih jenis program
pengawasan yang sesuai dengan keadaan yang ada di lingkungan
sekolahnya. Dikarenakan program pengawasan merupakan salah satu
fungsi dari manajerial kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya
sebagai pimpinan di sekolahnya, orang yang bertanggung jawab penuh
terhadap keseluruhan kegiatan yang ada di sekolahnya. Banyak hal yang
harus diperhatikan seorang kepala sekolah agar pengawasan yang
dilakukannya berjalan dengan baik diantaranya, pengawasan harus
merefleksikan sifat dari kegiatan yang diselenggarakan, pengawasan
harus memperhitungkan pola organisasi, dan pengawasan harus bersifat
membimbing.
d. Prinsip-prinsip Program Pengawasan
Untuk mempunyai suatu program pengawasan kepala sekolah yang
efektif dan efisien maka diperlukan beberapa prinsip pengawasan yang
perlu dipenuhi oleh kepala sekolah.
Terdapat dua prinsip pokok bagi pengawasan adalah adanya rencana
tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi, serta wewenang-
wewenang yang jelas kepada bawahan (Manullang, 2015:173,
Nurochim, 2016: 135). Prinsip pokok pertama merupakan standar atau
alat ukur dari pada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana
tersebut harus dapat dijadikan petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan
pekerjaan berhasil atau tidak. Walaupun demikian, prinsip pokok kedua
merupakan suatu keharusan yang perlu ada agar program pengawasan
kepala sekolah itu memang benar-benar efektif dan efisien. Wewenang
dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada setiap komponen
bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahannya
sudah menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Serta atas dasar
16
intruksi yang diberikan kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan yang
dilakukannya.
Setelah kedua prinsip pokok di atas terpenuhi, maka suatu program
pengawasan haruslah mengandung prinsip-prinsip pengawasan yang
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi sekolah. Adapun
prinsip yang dapat dilakukan, sebagaimana pendapat Koontz dan
O’Donnel yang dikutip oleh Manullang (2015: 174) tentang prinsip-
prinsip pengawasan orgasnisasi sebagai berikut:
1) Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari
kegiatan-kegiatan yang diawasi.
2) Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
3) Fleksibel.
4) Dapat mereflektir pola organisasi.
5) Ekonomis.
6) Dapat dimengerti.
7) Dapat menjadmin diadakannya tindakan korektif.
Prinsip-prinsip di atas digunakan kepala sekolah dalam rangka
melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang manajer pada sekolah
yang dipimpinnya. Menurut Danim dan Khairil (2011: 168) menjelaskan
bahwa prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan kode etik pengawasan satuan pendidikan. Dengan
demikian, program pengawasan kepala sekolah bukanlah semata-mata
untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk memberikan hukuman,
akan tetapi dalam rangka membina dan mengembangkan mutu
pendidikan sehingga secara bertahap kinerja sekolah semakin meningkat
menuju tercapainya sekolah yang efektif.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai kepala
sekolah, maka kepala sekolah harus mempunyai prinsip pengawasan
yang tepat untuk dapat mendayagunakan sumber daya sekolah. Seperti
tenaga pendidik dan kependidikan. Sebagaimana Wahyudi (2009: 64)
menyatakan bahwa kepala sekolah harus mampu mendorong keterlibatan
seluruh tenaga pendidik dan kependidikan dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah. Oleh karena itu, mendorong keterlibatan
seluruh sumber daya sekolah, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus
berusaha untuk mendorong keterlibatan dalam setiap kegiatan di sekolah
17
secara partisipatif. Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada
asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan,
asas empirisme, asas keakraban, dan asas integritas.
Ketepatan dalam prinsip pengawasan akan berdampak pada
perbaikan kinerja personil sekolah. Walaupun pada kenyataannya dalam
praktek pengawasan kepala sekolah, tidak ada yang paling baik dan
lengkap, karena itu penerapan program pengawasan bergantung pada
situasi tempat dan sasaran kegiatan yang dilaksanakan.
e. Proses Program Pengawasan
Dalam hal ini proses pengawasan yang dimaksud yaitu serangkaian
kegiatan kepala sekolah dalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu
tugas atau pekerjaan dalam suatu sekolah yang dipimpinnya. Proses
pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan melalui beberapa tahapan,
dimana tahap-tahap tersebut adalah merupakan rangkaian suatu proses
yang dilakukan dalam pengawasan. Adapun proses dasar pengawasan
menurut Nurochim (2016: 138) yaitu menetapkan standar pelaksanaan,
pengukuran pelaksanaan, dan menentukan deviasi antara pelaksanaan
dan rencana. Secara lebih lengkap proses pengawasan dapat
dikategorikan menjadi tiga tahap yaitu; menentukan alat pengukur
(standard), mengadakan penilaian dan mengadakan tindakan perbaikan
(Aedi, 2016: 238, Manullang, 2015: 69, Tadjudin, 2013: 200, Fattah,
2008: 101)
Secara rinci proses pengawasan tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut: Pertama, penentuan standar. Penentuan standar dalam proses
pengawasan secara tepat memang agak sulit, akan tetapi penentuan
standar terkait waktu dengan perilaku pegawai harus dilakukan. Diantara
standar yang harus ditetapkan dalam melakukan pengawasan adalah
standar waktu, yakni berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam
menghasilkan suatu produk atau memberikan layanan jasa tertentu,
standar produktifitas, yakni jumlah produk dan layanan jasa yang
dihasilkan selama periode waktu tertentu, standar biaya, yakni berapa
biaya yang dikeluarkan untuk semua barang dan jasa, standar kualitas,
yakni tingkat kemampuan yang dikehendaki, standar tingkah laku,
artinya tipe tingkah laku yang dikehendaki terhadap pegawai dalam suatu
organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu dalam
18
penentuan standar dapat menggunakan sumber informasi dari
pengamatan pribadi, laporan statistik, laporan lisan dan laporan tertulis.
Kedua, mengadakan penilaian. Penilaian yang dimaksud pada tahap
ini ialah penilaian tentang unjuk kerja yang dilakukan dengan
pengecekan terhadap penyimpangan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan. Hasil dari penilaian ini kemudian dibandingkan dengan
standar yang ada, oleh karena itu penilaian ini harus dilakukan dengan
menggunakan ukuran yang akurat, dimana instrumennya harus disusun
secara lengkap dan valid. Mengadakan pengukuran ini harus terlebih
dahulu dilakukan, karena tindakan perbaikan dapat dilakukan
berdasarkan dari hasil penilaian yang didahului oleh kegiatan pengukuran
tersebut.
Ketiga, tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan ini dilakukan
apabila, proses dan hasil kerja teradapat penyimpangan dari standar yang
ditentukan, akan tetapi apabila proses dan hasil kerja telah sesuai dengan
standar maka yang harus dilakukan adalah peningkatan. Tindakan
perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan harus dibuatkan skala
prioritas dalam penanganannya. Dalam melakukan perbaikan ada
beberapa kemungkinan yang harus dipertimbangkan, yaitu; tersedianya
alokasi waktu yang memadai, rasionalisasi tambahan pegawai dan atau
peralatan, alokasi waktu yang cukup bagi manajer untuk melakukan
perbaikan manajemen dan adanya usaha extra dari semua komponen
yang ada. Apabila usaha-usaha tersebut gagal dilaksanakan, maka perlu
dilakukan penjadwalan ulang karena mungkin terdapat perubahan pada
semua bidang.
Adapun proses pengawasan dapat digambarkan dalam bagan berikut
ini:
19
Gambar 2.1
Tahapan Proses Pengawasan (Sumber: Munandar, 2017)
Pengawasan merupakan suatu aktifitas yang memungkinkan adanya
intervensi positif dalam memeriksa arah yang diambil dan mengevaluasi
hasil atau penyimpangan dari perencanaan sebelumnya, oleh karena itu
pengawasan harus bersifat komprehensif dan terbuka (Sa’ud, 2006: 228).
Terhadap berbagai hasil kinerja yang dilakukan. Proses pengawasan
terdiri dari beberapa tindakan tertentu yang bersifat fundamental bagi
semua pengawasan manajerial. Untuk itu Robbins dan Coulter (2012:
488) menyatakan proses pengawasan terdiri dari tiga langkah yang
terpisah dan jelas, yaitu:
1) Mengukur kinerja aktual. Sumber yang bisa digunakan untuk
mengukur kinerja aktual adalah observasi personal, laporan statistik,
laporan langsung, dan laporan tertulis.
2) Membandingkan kinerja aktual dengan standar. Langkah ini
menentukan seberapa besar derajat perbedaan antara kinerja aktual
dengan standar yang telah ditetapkan. Beberapa perbedaan tersebut
bisa ditemukan disetiap kegiatan pekerjaan, oleh karena itu penting
untuk menentukan derajat perbedaan yang masih diterima.
3) Mengambil tindakan manajerial dengan mengoreksi penyimpangan
atau standar yang tidak memadai. Adapun tindakan manajerial yang
Mengukur Prestasi
Kerja
Tujuan Organisasi
Perbandingan antara
yang dicapai dengan yang
direncanakan
Tindakan Koreksi
Penentuan
Standar
Mengadakan
Penilaian
Tindakan
Perbaikan
20
dimaksud ialah pertama, mengkoreksi kinerja aktual. Manajer bisa
mengambil tindakan koreksi apabila kinerja aktual tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Tindakan koreksi tersebut dapat berupa
perubahan strategi, organisasi atau pelatihan pegawai. Kedua,
merevisi standar. Ada atau tidak adanya perbedaan kinerja aktual
dengan kinerja standar karena standar yang tidak realistis, standar
tersebut mungkin terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dalam kasus
seperti ini tindakan koreksi dibutuhkan bukan pada kinerja aktual
tetapi pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa proses pengawasan dalam
fungsi manajemen memiliki peran yang penting dalam proses pencapaian
tujuan. Apabila proses pengawasan tidak terjadi secara benar dan
menyeluruh, maka proses pengawasan tidak ada artinya. Hal ini harus
menjadi perhatian bagi setiap pemimpin organisasi, seperti halnya
seorang kepala sekolah. Artinya, jika proses pengawasan dijadikan
sebagai bentuk pengendalian secara efektif, maka akan menjadikan
jaminan bahwa tujuan sekolah yang telah ditetapkan akan dapat tercapai.
Menurut Imron (2013: 139) menjelaskan pengawasan tingkat satuan
pendidikan seperti sekolah, berarti proses yang mengupayakan agar
sesuatu yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan
waktu, biaya, dan tenaga yang tersedia, dengan target yaitu tercapainya
tujuan tingkat satuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Dalam satuan pendidikan, pengawasan mencakup dua kategori, yaitu
pertama, pengawasan yang dilakukan setiap unit manajemen sebagai
langkah prosedural suatu manajemen program. Kedua, pengawasan yang
dilakukan oleh pengawas sekolah sebagai pengawas fungsional dengan
menerapkan konsep supervisi (Nurochim, 2016: 138). Mengingat dengan
fokus penelitian yang diteliti maka dalam konteks penelitian ini lebih
sesuai dengan kategori pengawasan yang pertama. Hal ini dikarenakan
kategori pengawasan tersebut, dilaksanakan sebagai upaya pengendalian
yang dilakukan manajer (kepala sekolah) agar dapat memonitor
efektivitas perencanaan, penggorganisasian, kepemimpinan dan dapat
mengambil tindakan korektif sesuai dengan kebutuhan proses
pengawasan yang dilakukan.
21
2. Kegiatan Ektrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
a. Pengertian Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
Kegiatan pendidikan yang didasarkan pada penjatahan waktu setiap
mata pelajaran dalam kurikulum dinamakan kurikuler. Sedangkan,
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta
didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari
kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan
tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang
dikembangkan oleh kurikulum (Permendikbud No. 18A, 2013: 2). Jadi,
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang bernilai tambah sebagai
proses pengembangan diri dalam rangka menunjang kegiatan
intrakurikuler atau kegiatan di luar struktur kurikulum. Kegiatan
ekstrakurikuler harus dilaksanakan secara komprehensif oleh sekolah,
terutama kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah.
Menurut Minarti (2011: 203) pengelolaan peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler, disamping untuk mempertajam pemahaman terhadap
keterkaitan dengan mata pelajaran kurikuler, para peserta didik juga
dibina ke arah mantapnya pemahaman, kesetiaan, dan pengamalan nilai-
nilai karakter berbudi luhur. Untuk itu, maka diperlukan penyusunan
program ekstrakurikuler oleh sekolah. Penyusunan program
ekstrakulikuler adalah suatu aktifitas yang di maksud memilih kegiatan-
kegiatan yang sudah didefinisi sesuai dengan langkah kebijakan.
Pemilihan demikian harus dilakukan karena tidak semua kegiatan yang
diidentifikasi tersebut nantinya dapat dilaksanakan dengan perkataan
lain, penyusunan program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang
sudah diidentifikasi dalam kebijakan (Imron, 2011: 26). Program
ekstrakurikuler harus lebih ditunjukan terhadap kegiatan yang bersifat
kelompok, sehingga kegiatan ini mempunyai dasar yang bersumber dari
pilihan setiap peserta didik.
Kasan (2007: 82) menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen ekstrakurikuler yaitu peningkatan aspek pengetahuan sikap
dan keterampilan, dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat peserta
didik, penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan
kondisi lingkungan, dan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
disediakan seperti pramuka, olahraga, rohani islam, dan sebagainya. Oleh
karena itu, kegiatan ekstrakurikuler sesungguhnya bagian integral dalam
kurikulum sekolah yang bersangkutan, dimana semua guru terlibat di
22
dalamnya. Jadi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler harus diprogram
sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman kepada para peserta
didik.
Setiap kegiatan ekstrakurikuler tidak lepas dari arahan-arahan atau
tuntunan para pembina yang menguasai atau ahli pada bidang kegiatan,
sehingga dengan melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan peserta
didik dapat menggunakan waktu luang dengan kegiatan positif
(Marriyeni, 2016: 106). Hal demikian, menunjukkan bahwa betapa
pentingnya peran kegiatan ekstrakurikuler bagi peseta didik dalam
menggali potensi, membentuk karakter, membantu mengembangkan
kreatifitas, menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang
kemungkinan besar tidak mereka dapatkan dari kegiatan intrakurikuler.
Selanjutnya, kegiatan Rohani Islam (Rohis) adalah program/kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam berupa pendidikan, pelatihan,
pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik di bidang
Pendidikan Agama Islam agar menjadi insan yang beriman, bertakwa
serta berakhlak mulia (Kementerian Agama, 2015: 26). Berdasarkan
pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa Rohis berperan pada kegiatan
pendidikan, pembinaan, dan pengembangan potensi peserta didik muslim
agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sedangkan menurut Ngaidin (2017: 16) Rohis adalah sub
organisasi dari organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di
SMA/SMK/Sederajat yang merupakan kegiatan penunjang dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam bagian integral dari kurikulum.
Definisi tersebut nampaknya diambil dari sudut pandang Rohis sebagai
organisasi. Rohis layaknya organisasi maka didalamnya terdapat ketua,
wakil, sekretaris, bendahara, dan divisi-divisi tertentu yang bertugas pada
bagiannya masing-masing. Dalam konsep Rohis sebagai suatu organisasi,
maka Rohis juga memiliki program kerja serta anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga. Rohis sebagai organisasi akan mampu
membantu mengembangkan ilmu tentang Islam yang ada di sekolah. Hal
ini sejalan dengan konsep Rohis ialah sekumpulan orang-orang atau
kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-
cita yang sama dalam badan kerohanian sehingga manusia yang
bergabung didalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep
nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian (Zaman,
2017: 149, Noer, dkk, 2017: 26). Berdasarkan konsep tersebut dapat
23
dipahami bahwa kegiatan Rohis dapat memberikan pengalaman belajar
serta memiliki nilai-nilai manfaat yang baik dalam pembentukan karakter
bagi peserta didik. Selain itu Rohis dapat dijadikan sebagai tempat
pembinaan yang efektif terhadap pengembangan kepribadian dan sikap
keberagamaan para peserta didik di sekolah.
Berdasarkan pemaparan pendapat di atas, dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pengertian ekstrakurikuler Rohis adalah kegiatan
yang bernilai tambah sebagai proses pengembangan diri dalam rangka
menunjang kegiatan intrakurikuler atau kegiatan di luar struktur
kurikulum serta peningkata aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan,
untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik, berupa pendidikan,
pelatihan, pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik di bidang
Pendidikan Agama Islam agar menjadi insan yang beriman, bertakwa
serta berakhlak mulia dalam pembentukan karakter bagi peserta didik.
b. Tujuan dan Fungsi Rohis Tujuan kegiatan Rohis meliputi dua hal yakni tujuan umum dan tujuan
khusus. Adapun penjelasan tujuan-tujuan, sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Kegiatan Rohis pada dasarnya bertujuan membina karakter moral
peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak
mulia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu,
diperlukan usaha-usaha yang sistematis, terarah, dan
berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan umum
kegiatan Rohis adalah sebagai berikut:
a) Pendalaman, yaitu pengayaan materi Pendidikan Agama Islam.
b) Penguatan, yaitu peningkatan keimanan dan ketaqwaan.
c) Pembiasaan, yaitu pengamalan dan pembudayaan ajaran agama
serta perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
d) Perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan
dan kemampuan peserta didik di bidang pendidikan agama
(Kementerian Agama, 2015: 23).
24
2) Tujuan Khusus
Secara khusus penyelenggaraan kegiatan Rohis ditunjukkan dalam
rangka, sebagai berikut:
a) Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan peserta didik
tentang Pendidikan Agama Islam yang telah dipelajari dalam
kegiatan intrakurikuler.
b) Meningkatkan pengalaman dan kualitas pengalaman peserta didik
mengenai nilai-nilai ajaran-ajaran agama islam.
c) Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan
peserta didik sehingga menjadi manusia yang cakap dalam
berfikir, arif dalam bersikap dan cekatan dalam berbuat.
d) Memberikan pengalaman pada peserta didik tentang hubungan
antara substansi pembelajaran PAI dengan mata pelajaran
lainnya, serta hubungannya dengan kehidupan di masyarakat
(Kementerian Agama, 2015: 23).
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan kegiatan
Rohis ialah untuk memperdalam pengetahuan peserta didik tentang
Pendidikan Agama Islam serta menyalurkan bakat dan minat dalam
rangka pembinaan sikap dan nilai kepribadian yang pada akhirnya
penerapan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya
kegiatan Rohis di sekolah diharapkan mampu untuk meningkatkan
kualiatas keagamaannya baik ibadah mahdhoh maupun ghairu mahdhoh.
Dengan demikian program kegiatan Rohis harus dibuat dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu menunjang kegiatan kurikuler,
maupun pembentukan karakter yang menjadi inti kegiatan
ekstrakurikuler.
Secara lebih jelas dalam pendapat Musfah (2018: 116) menyatakan
bahwa Rohis sesungguhnya telah membuktikan banyak hal positif
terutama pengamalan ajaran Islam, pertama, Rohis adalah anak baik yang
taat agama, baik hubungan dengan Allah juga pada sesama. Mereka
adalah siswa-siswi yang taat tata tertib sekolah, aktif membantu kegiatan
keagamaan di sekolah, rajin ibadah, dan rutin melakukan kajian
keislaman. Kedua, Rohis adalah penyejuk mata orang tua. Sumbangan
berharga Rohis terhadap orang tua dan guru adalah mengajarkan
pengetahuan agama sekaligus mengamalkan ajaran agama secara
25
konsisten. Peserta didik yang taat menjalankan perintah agama sudah
pasti menjadi anak yang baik karena agama adalah sumber nilai-nilai
kebaikan.
Mengenai fungsi kegiatan Rohis, terdapat beberapa fungsi Rohis
yang berpengaruh dalam proses pengembangan diri peserta didik.
Adapun fungsi kegiatan Rohis adalah sebagai berikut: Pertama,
pengembangan diri (taghyir an-nafs), yakni memotivasi peserta didik
untuk mengembangkan potensi di bidang keagamaan sehingga
prestasinya meningkat baik di sekolah maupun di masyarakat. Kedua,
pemenuhan kebutuhan (irtifa’at at-thalab) bagi guru PAI akan
implementasi Pendidikan Agama Islam sejalan dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan zaman. Ketiga, pembinaan pribadi-
pribadi yang islami (syakhshiyah Islamiyah), yakni membina peserta
didik muslim agar menjadi pribadi yang unggul, baik dalam keimanan,
keilmuan dan pengamalannya. Keempat, pembentukan komunitas
muslim (jam’iyyah al-muslimin), yakni Rohis berfungsi sebagai wadah
bagi peserta didik muslim untuk menjadi komunitas yang islami dan
menjadikan masjid sebagai laboratorium kegiatan keagamaan di sekolah
(Kementerian Agama, 2015: 12).
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa fungsi Rohis ialah sebagai
wadah diskusi, pengajaran, dakwah, dan tempat berbagi pengetahuan
tentang ilmu agama Islam. Kegiatan Rohis juga dapat dijadikan sebagai
pembelajaran nilai-nilai toleransi di sekolah. Sebagaimana pendapat
Apriliani dan Gazali (2016:20) bahwa pembelajaran toleransi dapat
melibatkan berbagai pihak atau komponen dari ekstrakurikuler Rohis,
seperti pembina, mentor, sesama pengurus, seperti pemimpin
organisasinya. Pembelajaran toleransi di Rohis terjadi melalui diskusi,
adanya kepercayaan terhadap orang lain yang lebih berkuasa seperti
pembina, keteladanan dari mentor dan para pemimpinnya, dan adanya
proses saling mempengaruhi antara kelompok kepada anggotanya dan
sebaliknya.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Terbentuknya Sikap
Keberagamaan Melalui Kegiatan Rohis.
Pembentukan sikap keberagamaan melalui kegiatan Rohis di sekolah,
pada kalangan peserta didik pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor pendukung dan penghambat. Oleh karena itu, penulis akan
26
menguraikannya. Pertama, faktor pendukung terbentuknya sikap
keagamaan pada peserta didik, terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Adapun faktor internal yaitu:
1) Kebutuhan manusia terhadap agama. Secara kejiwaan manusia
memeluk kepercayaan terhadap sesuatu yang menguasai dirinya.
Menurut Robert Nuttin, dorongan beragama merupakan salah
satu dorongan yang ada dalam diri manusia, yang menuntut untuk
dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan
ketenangan, selain itu dorongan beragama juga merupakan
kebutuhan insaniyah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai
faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan;
2) Adanya dorongan dalam diri manusia untuk taat, patuh dan
mengabdi kepada Allah Swt. Manusia memiliki unsur batin yang
cenderung mendorongnya kepada zat yang ghaib, selain itu
manusia memiliki potensi beragama yaitu berupa kecenderungan
untuk bertauhid. Faktor ini disebut fitrah beragama yang dimiliki
oleh semua manusia yang merupakan pemberian Tuhan untuk
hamba-Nya agar mempunyai tujuan hidup yang jelas, yaitu hidup
yang sesuai dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri yakni
menyembah (beribadah) kepada Allah Swt. Karena melalui fitrah
dan tujuan inilah manusia menganut agama yang kemudian
diaktualisasikan dalam kehidupan dalam bentuk keberagamaan
(Jalaluddin, 2008: 97-98).
Kedua, faktor eksternal dari sikap keagamaan pada peserta didik,
yaitu:
1) Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga menjadi fase
sosialisasi pertama bagi pembentukan sikap keberagamaan
seseorang karena merupakan gambaran kehidupan sebelum
mengenal dunia luar;
2) Lingkungan sekolah. Sekolah menjadi lanjutan dari
Pendidikan keluarga dan turut serta memberi pengaruh dalam
perkembangan dan pembentukan sikap keberagamaan
seseorang.
27
Selain itu, adapula faktor penghambat terbentuknya sikap
keagamaan, faktor internal dan faktor eksternal. Jalaluddin (2008:
120-121) menjelaskan bahwa penyebab terhambatnya perkembangan
sikap keberagamaan yang bersumber dari dalam diri (faktor internal)
ialah:
1) Tempramen adalah salah satu unsur yang membentuk
kepribadian manusia dan dapat tercermin dari kehidupan
jiwanya;
2) Gangguan jiwa. Orang yang mengalami gangguan jiwa akan
menunjukkan kelainan sikap dan tingkah lakunya; dan
3) Konflik dan keraguan. Konflik kejiwaan pada diri seseorang
dalam hal keberagamaan akan mempengaruhi sikap seseorang
akan agama seperti alat, fanatik atau agnostik sampai pada
ateis.
Sedangkan faktor eksternal yang menghambat terbentuknya sikap
keagamaan pada kalangan peserta didik, terdiri dari:
1) Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang dapat
menghambat yaitu lingkungan keluarga yang didalamnya
tidak terdapat pendidikan agama khususnya dari orang tua.
Hal ini dapat menghambar perkembangan sikap
keberagamaan anak, karena didikan dalam keluarga terutama
pendidikan agama sangat berperan untuk perkembangan
selanjutnya;
2) Lingkungan sekolah. Seperti lingkungan keluarga,
lingkungan juga dapat menghambat pembentukan sikap
keagamaan anak-anak. Misalnya: siswa yang telah salah
memilih teman di sekolah sehingga mereka terjerumus dalam
pergaulan bebas (Zakiyah, 1994: 84).
Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa sikap keberagamaan
itu merupakan keadaan di dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap
keberagamaan ini merupakan integrasi secara kompleks antara
pengetahuan agama, perasaan agama serta tindakan keagamaan dalam
28
diri seseorang. Dalam hal ini mengikuti kegiatan Rohis di sekolah
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sikap keberagamaan
peserta didik. Maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan indikator
sikap keberagamaan peserta didik yang mengikuti Rohis di sekolahnya
adalah sebagai berikut:
1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan
pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan;
2) Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih
banyak diimplementasikan dalam sikap dan tingkah laku;
3) Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman
agama;
4) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan meruapakan
realisasi dari sikap hidup;
5) Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas;
6) Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama lebih didasarkan atas pertimbangan hati
nurani;dan
7) Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial sehingga perhatian terhadap kepentingan
organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
Selanjutnya, mengenai aspek manfaat sikap keberagamaan dalam
kehidupan seseorang berpengaruh pada saat ia sudah mengerti atau
dewasa. Dalam hal ini secara pribadi atau individual diri paham akan
kesehatan sebagai anugerah dari Allah dan harus dijaga, dengan adanya
sikap keberagamaan maka ia akan berpikir untuk tidak merusak
kesehatan atau tubuhnya dengan melakukan hal-hal yang buruk sehingga
mengakibatkan kerusakkan pada dirinya sendiri, serta akan
meningkatkan kualitas kerohaniannya.
B. Penelitian Relevan
Penelitian tentang Rohis telah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa
penelitian terdahulu yang telah dilakukan peneliti lain tentunya relevan terhadap
kajian ini antara lain:
29
Tesis yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter melalui kegiatan
Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dan Kegiatan Pembiasaan Keagamaan
SMA Negeri Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016, karya Ngaidin,
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Pascasarjana IAIN
Salatiga, Nomor Induk Mahasiswa M1.14.027, Tahun 2017.
Pada penelitian ini memberikan pengetahuan tentang implementasi
pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan
kegiatan pembiasaan keagamaan di seluruh SMA Negeri Salatiga sudah
berjalan, hal itu dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu ragam kegiatan,
partisipasi siswa, kesadaran moral kolektif guru, kebijakan sekolah berbasis
pendidikan karakter, pelibatan integratif sekolah-masyarakat, dan nilai-nilai
karakter yang berkembang. Namun pada aspek kesadaran moral kolektif guru
dan pelibatan integratif sekolah-masyarakat, tergolong masih rendah. Hal ini
menjadi garapan yang serius bagi para pemangku kebijakan pendidikan.
(Ngaidin, 2017: iv)
Persamaan kajian tesis ini dengan kajian peneliti yaitu sama-sama meneliti
tentang kegiatan ekstrakurikuler Rohis pada satuan pendidikan SMA/Sederajat.
Namun, penelitian Ngaidin terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti yakni terkait pemaparan implikasi program pengawasan kepala sekolah
terhadap kegiatan Rohis. Selain itu, objek yang diteliti berada dalam kondisi
yang berbeda baik dari segi kelembagaan, lingkungan tempat kegiatan Rohis.
Jurnal berjudul Aktivitas Keagamaan Siswa dan Jaringan Mentoring Rohis
SMA Negeri Di Kabupaten Sukoharjo (Religious Student Activity and Mentoring
Network of Rohis Senior High School in The Sukoharjo District) karya Aji
Sofanudin dalam jurnal “SMaRT” Volume 03 Nomor 01 Juni 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman, sikap, dan
perilaku keagamaan siswa SMA serta jaringan mentoring Rohis SMA. Adapun
hasil dari penelitian ini ialah menunjukkan bahwa pemahaman keagamaan siswa
di Sukoharjo beragam, dari sisi organisasi yang diikuti adanya yang berpaham
Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, MTA, dan LDII. Sikap keagamaan siswa
pada umumnya bersifat inklusif. Perilaku keagamaan yang terefleksi dalam
aktivitas keagamaan siswa tergolong baik.
Persamaan kajian dalam jurnal penelitian di atas dengan penelitian ini adalah
sama-sama mengkaji implikasi Rohis sebagai kegiatan ekstrakurikuler.
Sedangkan perbedaan kajiannya adalah tentang kajian program pengawasan
30
terhadap Rohis di SMA. Sedangkan dalam penelitian ini akan mengkaji dari
aspek konsep program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMA.
Jurnal berjudul Sikap Sosial Keagamaan Rohis di SMA Pada Delapan Kota
di Indonesia karya Achmad Habibullah dalam jurnal “Edukasi” Volume 12
Nomor 3 September – Desember 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap sosial keagamaan Rohis
SMA yang dilihat dari pemahaman aktivis Rohis berkaitan dengan Islam dalam
kehidupan sosial, Islam dalam kehidupan politik kenegaraan, dan Islam dalam
kesetaraan gender. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
umumnya aktivis Rohis SMA lebih bersikap terbuka dan toleran dalam
kehidupan bertetangga, namun berharap sistem Islam dapat menjadi
landasannya. Terdapat juga kecenderungan aktivis Rohis mengharapkan Islam
menjadi landasan sistem kenegaraan, di mana sistem pemerintahan Islam
(Khilafah Islamiyah) menjadi alternatif terbaik atas sistem demokrasi yang
dipakai yang dinilai terdapat kekurangannya (mudharat). Terlihat juga
kecenderungan Rohis di SMA yang bersikap menempatkan perempuan dalam
posisi yang subordinatif dari laki-laki baik di ranah domestik maupun publik.
Jurnal penelitian di atas lebih fokus pada pembahasan kecenderungan sikap
keagamaan Rohis di SMA saja, tetapi belum membahas terkait bentuk
pengawasan sekolah terhadap kegiatan para Rohis di SMA. Hasil jurnal
penelitian inipun semakin menguatkan bahwa kepala sekolah harus memberikan
perhatian yang lebih besar kepada para aktivis Rohis, maka dalam penelitian ini
akan lebih difokuskan pembahasan tentang program pengawasan dari kepala
sekolah terhadap kegiatan para Rohis di sekolah sehingga Rohis tidak dapat
dipengaruhi dengan hal yang negatif.
Tesis yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan
Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah
Mataram, karya Fatimatuzzohrah, Mahasiswa Program Pascasarjana UIN
Maulana Malik Ibrahim, Tahun 2010.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler pendidikan agama islam telag dikelola dengan pengaplikasian
fungsi-fungsi manajemen, namun pengaplikasian fungsi-fungsi tersebut belum
sesuai dengan yang diharapkan siswa. Terutama dalam fungsi pengawasan belum
dilakukan secara maksimal terutama dalam menentukan siapa yang mengawasi,
sehingga terkesan guru yang membina kegiatan ekstrakurikuler itulah yang
31
mengawasi dirinya sendiri dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di
sekolah (Fatimatuzzohrah, 2010: xvi)
Persamaan kajian dalam tesis ini dengan kajian peneliti yaitu sama-sama
meneliti tentang kepala sekolah pada tingkat SMA dan pelaksanaan fungsi
manajemen oleh kepala sekolah dalam mengelola kegiatan ekstrakurikuler.
Namun, penelitian Fatimatuzzohrah terdapat perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu terkait pemaparan fungsi manajemen. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti secara lebih khusus hanya membahas
salah satu fungsi manajemen yaitu pengawasan. Selain itu, objek yang diteliti
berada dalam kondisi yang berbeda baik dari segi kelembagaan dan lingkungan
tempat kegiatan ekstrakurikuler pendidikan agama islam.
C. Kerangka Konseptual
Program pengawasan kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengukur atau memperbaiki terhadap pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
rencana dan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Pengawasan kepala
sekolah memiliki tujuan untuk menjamin setiap komponen yang ada di sekolah
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif, efisien dan bertanggung
jawab. Begitu juga dalam kegiatan kesiswaan dalam bentuk ekstrakurikuler
Rohis, kepala sekolah perlu melakukan pengawasan. Saat ini, kegiatan
ekstrakurikuler Rohis, yang bergerak dalam bidang pembinaan keislaman para
peserta didik ini ditenggarai menjadi sarana perekrutan kelompok radikal. Nilai
radikalisme yang dimaksud ialah memiliki stigma negatif terhadap kelompok
agama yang berbeda, membid’ahkan pandangan yang berbeda dan memonopoli
kebenaran, mengusung Khilafah Islamiyah, menolak demokrasi, dan memiliki
stigma negatif terhadap barat. Untuk itulah program pengawasan kepala sekolah
terhadap aktivis rohis sangat diperlukan, agar kegiatan Rohis di sekolah tidak
dipengaruhi oleh hal-hal negatif dan tidak dimanfaatkan oleh kelompok radikal
tertentu. Sehingga Rohis dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk
pembentukan moralitas dan religiusitas di sekolah.
Program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di sekolah harus
dilaksanakan dengan cara yang tepat. Dalam melakukan pengawasan kepala
sekolah dapat memilih jenis pengawasan yang sesuai dengan keadaan dan
kondisi Rohis. Adapun jenis pengawasan yang bisa dilakukan oleh kepala
sekolah misalkan pengawasan berdasarkan waktu, berdasarkan objek dan subjek,
dan berdasarkan teknik mengawasi. Proses pengawasan kepala sekolah terhadap
aktivis Rohis harus bersifat membimbing. Dengan demikian, diharapkan
32
program pengawasan kepala sekolah dapat dijadikan sebagai kebijakan untuk
menjamin kegiatan Rohis tidak dipengaruhi oleh hal-hal negatif dan dapat
membentuk moralitas dan religiusitas peserta didik. Untuk mempersingkat
kerangka konseptual program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis, maka
di bawah ini akan disajikan gambaran kerangka konseptual.
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Gambar 2.2: Kerangka Konseptual Program Pengawasan Kepala Sekolah
Terhadap Rohis (Siagian, 2007: 259-260, Manullang, 2015: 176-177,
Hasibuan, 2016: 245-246) Sumber: Munandar, 2017.
•Ektrakurikuler Rohis dijadikan sarana perekrutan kelompok radikal
•Aktivis Rohis dipengaruhi paham radikalisme
•Lemahnya pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis
Input
•Program Pengawasan Kepala Sekolah, seperti: 1) Pengawasan berdasarkan waktu; 2) Pengawasan berdasarkan objek; 3) Pengawasan berdasarkan objek subjek; dan 4) Pengawasan berdasarkan teknik mengawasi.
Proses• Ekstrakurikuler Rohis sebagai
wadah pembentukan moralitas dan religiusitas peserta didik
•Aktivis Rohis mempunyai paham keagamaan yang moderat
Output
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan.
Adapun yang menjadi prosedur dalam penelitian ini meliputi jenis penelitian yang
gunakan, sumber data penelitian, Teknik pengumpulan data dan Teknik analisis
data. Berikut ini adalah uraiannya:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Al Amanah yang terletak di Jalan
Raya Puspitek Pocis, Bakti Jaya, Setu, Kota Tangerang Selatan – Banten
15315. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Desember
2017 sampai dengan bulan Mei 2018.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diangkat, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian ini akan menghasilkan
atau menggambarkan suatu keadaan, kondisi, peristiwa atau fenomena-
fenomena yang terjadi di lapangan tentang program pengawasan kepala
sekolah terhadap ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan dengan sebagaimana adanya tanpa rekayasa.
Sebagaimana diketahui bahwa pendekatan kualitatif merupakan field study
dan naturalistic inquiry. Penelitian ini menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
secara holistik dan apa adanya (Mahmud, 2011: 89, Moleong, 2011:6). Dengan
demikian, melalui jenis dan pendekatan ini, penelitian dapat menggambarkan
secara jelas melalui data yang bersumber tertulis dana tau lisan tentang konsep
serta pelaksanaan program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang digali dalam penelitian ini adalah data utama yang meliputi:
1) Penyusunan konsep program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis
di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan; 2) Implikasi program
pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan dalam aktivitas peserta didik di sekolah; 3) Faktor yang
menjadi dukungan dan hambatan dalam program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
34
Selain data utama, peneliti juga membutuhkan data pendukung sebagai
pelengkap, yang meliputi:
a. Profil SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
b. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan.
c. Keadaan tenaga pendidik dan peserta didik SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan.
d. Profil ekstrakurikuler Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan.
e. Jadwal kegiatan Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari sumber primer dan
sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh dari subyek
penelitian yaitu kepala sekolah, pembina Rohis dan aktivis Rohis (peserta
didik yang mengikuti ekstrakurikuler Rohis) di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan. Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan sengaja dan
dianggap paling representative untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkenaan dengan fokus penelitian yaitu tentang program pengawasan
kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan.
Adapun dalam proses penelitian, jumlah subyek penelitian tidak
dilakukan pembatasan yang bersifat mengikat. Akan tetapi, yang menjadi
kunci pembatasan jumlah subyek penelitian adalah apabila dianggap telah
mampu menjawab semua permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian
ini, subyek penelitian yaitu kepala sekolah SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan dikarenakan kepala sekolah mempunyai tanggung
jawab secara keseluruhan atas pelaksanaan kegiatan Rohis disekolahnya,
selanjutnya masing-masing pembina Rohis di kedua sekolah tersebut, dan 6
orang peserta didik yang mengikuti dan mendapatkan pengalaman dalam
kegiatan Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
Selanjutnya, sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu bersumber
dari perpustakaan, terdiri dari buku-buku, literatur, artikel dan dokumen
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
35
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi dan data yang tepat serta sesuai dengan
fokus penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan triangulasi meliputi
observasi, wawancara dan studi dokumen sebagai teknik pengumpulan data.
Secara rinci akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Studi dokumen, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait
penelitian seperti profil lembaga, jadwal kegiatan, dan data lainnya yang
sesuai dengan permasalahan yakni program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Untuk itu,
dalam studi dokumen dalam penelitian ini digunakan pedoman studi
dokumen.
2. Wawancara secara mendalam, yaitu pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab secara langsung dan lisan kepada pihak-pihak
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu kepala sekolah, pembina
Rohis, dan anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukkan mengenai penyusunan konsep
program pengawasan kepala sekolah, implikasi program pengawasan kepala
sekolah, serta faktor pendukung dan penghambat program pengawasan
kepala sekolah terhadap Rohis. Dalam melaksanakan wawancara digunakan
pedoman wawancara, sehingga teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini dapat terukur dengan pelaksanaan yang terfokus pada
pedoman wawancara, namun lebih terbuka terhadap pendapat dan ide-ide
responden. Teknik tersebut bertujuan agar data yang dihasilkan dapat
menjawab permasalahan penelitian secara tepat, komprehensif, dan
mendalam.
3. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dan
mencatat peristiwa, kejadian, serta kegiatan selama proses pelaksanaan
program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan. Maka, pedoman observasi dipergunakan dalam
melaksanakan observasi penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis non statistic yakni analisis
deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa atau fenomena yang terjadi sejak awal kegiatan penelitian sampai
akhir penelitian secara sistematis, komprehensif, dan sederhana.
Beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan
Interactive Model dari Miles dan Huberman. Analisis model ini memiliki tiga
36
komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian
kesimpulan (Miler, 2013: 12-14). Adapun penjelasan dari langkah-langkah
tersebut ialah:
1. Reduksi Data
Reduksi (pengurangan dan pemotongan) data dalam penelitian ini
merupakan analisis data yang melibatkan langkah-langkah pengelompokkan
dan penyederhanaan data sesuai dengan fokus penelitian. Data yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumen akan dipilah
dan diindentifikasi, jika terdapat data yang kurang relevan maka data akan
dibuang. Kemudian data yang relevan akan difokuskan pada hal-hal yang
berkenaan dengan program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
2. Penyajian Data
Pada tahap ini, data dari hasil proses reduksi data akan dikumpulkan,
kemudian disusun dengan cara naratif dan sistematis. Hal ini dilakukan
untuk memahami fenomena apa yang sedang terjadi berkenaan dengan
program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Tahapan ini merupakan penarikan kesimpulan dari hasil analisis penyajian
data yang merupakan jawaban dari fokus penelitian yaitu berkenaan dengan
program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan, baik dari aspek konsep penyusunan, implikasinya
serta faktor pendukung dan penghambat dalam program pengawasan
tersebut.
F. Uji Keabsahan Data
Pada tahap ini digunakan dua metode untuk mengkaji keabsahan data.
Pertama, triangulasi metode yaitu dengan cara membandingkan dan
mencocokkan fenomena yang diperoleh peneliti di lapangan (berupa catatan
selama observasi) dengan data yang diperoleh melalui wawancara dan studi
dokumentasi. Kedua, triangulasi data atau sumber yaitu peneliti
membandingkan data-data dan bukti yang diperoleh dari situasi yang berbeda.
Ada 3 sub jenis yaitu orang, waktu dan tempat. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
37
1. Orang, data-data penelitian yang dikumpulkan dari orang-orang berbeda
yang melakukan aktivitas yang sama.
2. Waktu, data-data penelitian dikumpulkan pada waktu yang berbeda.
3. Tempat, data-data penelitian dikumpulkan di tempat yang berbeda.
Artinya, peneliti akan mengambil dan menggali informasi dari subyek
penelitian (kepala sekolah, pembina rohis dan aktivis rohis) yang telah
mendapatkan program pengawasan kepala sekolah dalam aktivitas sama dan
melaksanakannya di waktu dan tempat yang berbeda.
38
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Letak Lokasi Penelitian
Secara geografis, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al Amanah Kota
Tangerang Selatan terletak di Jalan Amd. Babakan Pocis, Bakti Jaya,
Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Kode Pos 15315.
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ini merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang bernaung pada Yayasan Pondok Pesantren dan
Pendidikan Al Amanah Al Bantani. Lokasi SMK Al Amanah masih berada
dalam satu komplek Pondok Pesantren Al Amanah. Lokasi SMK Al Amanah
tidak berada tepat di samping jalan raya, namun sangat mudah ditemukan
keberadaan lokasinya dan juga lokasi SMK Al Amanah sangat strategis serta
mudah diakses oleh masyarakat yang berada di sekitar Kecamatan Setu, Kota
Tangerang Selatan.
2. Sejarah Singkat SMK Al Amanah
SMK Al Amanah (Al Amanah The Vocatinal School) adalah sebuah
lembaga pendidikan kejuruan di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren
dan Pendidikan Al Amanah Al Bantani.
Pada tahun pelajaran 1996/1997 Yayasan Pondok Pesantren dan
Pendidikan Al Amanah Al Bantani, (dahulu YPP Al Amanah) membuka
Sekolah Menengah Kejuruan dengan program keahlian Sekretaris dan
Akuntansi. Adapun izin operasional diperoleh dari kanwil depdikbud
(sekarang kemendiknas) melalui SK Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa
Barat nomor 325/102.1/Kep/05/1997. Selanjutnya, pada tahun 2000, SMK
Al Amanah meraih status diakui berdasarkan SK Kakanwil Depdiknas
Provinsi Jawa Barat nomor, 068/102.8h/2000.
Minat masyarakat untuk menyekolahkan putera-puterinya di SMK Al
Amanah mendapatkan predikat baik. Menyikapi kepercayaan masyarakat,
maka SMK Al Amanah berusaha mendidik siswa nya agar setelah
menyelesaikan pendidikan di SMK Al Amanah para alumnus benar benar
layak untuk memasuki dunia usaha maupun berwirausaha sendiri. Program
39
pendidkan di SMK Al Amanah ditekankan mengikuti perkembangan
teknologi, misalnya penyesuaian software yang dipelajari dengan software
yang akan digunakan siswa dalam bekerja selepas mereka lulus, penggunaan
alat-alat yang serupa dengan alat yang digunakan di dunia usaha nantinya.
Sampai saat ini SMK Al Amanah sudah memilik beberapa program
keahlian yang dapat dipelajari oleh para siswa, yaitu:
a. Administrasi Perkantoran
b. Akuntansi
c. Pemasaran
d. Rekayasa Perangkat Lunak,
e. Perbankan Syariah
Kurikulum yang digunakan di SMK Al Amanah saat ini adalah
kurikulum perpaduan antara Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013, dan juga
kurikulum yayasan berkenaan dengan mata pelajaran rohani, yaitu
penambahan mata pelajaran seperti Fiqih, Ekonomi Islam, Kajian Al Quran
dan Hadits.
3. Visi dan Misi
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan sebagai satuan pendidikan
tentunya memiliki visi dan misi. Dengan adanya visi dan misi tersebut akan
dijadikan pedoman dalam upaya pengambilan kebijakan sekolah dan
tentunya peningkatan standar kompetensi lulusan sekolah. Berdasarkan studi
dokumen peneliti, berikut akan dideskripsikan visi dan misi SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan.
a. Visi
“Menjadi SMK yang berkualitas dan dapat mewujudkan lulusan yang
beriman dan bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia, berjiwa wirausaha
dan kesatria, berwawasan luas dan berdaya saing tinggi di tengah-tengah
kehidupan multikultural.”
b. Misi
Komitmen untuk mencapai visi sekolah, maka SMK Al Amanah
mempunyai misi dalam rangka upaya pencapaian visi sekolah. Adapun
misi SMK Al Amanah sebagai berikut:
40
1) Membina sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa, jujur,
disiplin dan terpercaya.
2) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki
keunggulan di bidang administrasi perkantoran, pembukuan
keuangan, penjualan dan teknologi informasi.
3) Menghasilkan lulusan yang cakap, mandiri, kreatif, inovatif dan
demokratis.
c. Tujuan Sekolah
Adapun tujuan SMK Al Amanah adalah:
1) Membangun sumber daya manusia yang memiliki keseimbangan dan
keselarasan antara IMTAQ dan IPTEK melalui pembelajaran agama
dan penanaman keimanan dan keyakinan dengan mengedepankan
keteladanan.
2) Mencetak dan membina peserta didik untuk menjadi pelaku ekonomi
yang mampu berkompetisi dilingkungan kerja, berpegang pada
prinsip dan nilai-nilai syariat islam melalui pembelajaran mata diklat
ekonomi islam.
3) Memberikan gambaran kepada masyarakat umum, bahwa Iman,
Ilmu, Akhlak, Ekonomi dan Teknologi tidak terpisahkan dari
kehidupan setiap orang, khususnya bagi peserta didik.
4) Menyiapkan peserta didik yang terampil, mandiri, ulet, kreatif,
produktif, inovatif dan kompotitif di tengah-tengah persaingan pasar
global.
4. Keadaan Tenaga Pendidik
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan saat ini mempunyai tenaga
pendidik yang cukup secara kuantitas bagi kebutuhan proses pembelajaran
peserta didik. Berdasarkan studi dokumen peneliti, tenaga pendidik sudah
memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan materi yang diampunya
dalam pembelajaran di sekolah.
Jumlah tenaga pendidik dan karyawan SMK Al Amanah saat ini terdapat
41 orang. Secara rinci, dapat dikemukakan dalam tabel 4.1 di bawah ini.
41
Tabel 4.1
Daftar Tenaga Pendidik SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
NO NAMA KEPEGAWAIAN TUGAS MATA
PELAJARAN STATUS MASA KERJA
1 Drs. Nahrawi, S.Ag GTY 22 Tahun 9 Bulan 24 Hari Pendidikan Agama Islam
2 Drs. Ahmad Muhroz GTY 25 Tahun 9 Bulan 24 Hari Ekonomi
3 Drs. Edi Mulyadi GTY 21 Tahun 10 Bulan 9 Hari Tata Usaha
4 Mashuri, S.pd. GTY 21 Tahun 9 Bulan 9 Hari Kejuruan Akuntansi
5 Digul Sudirman GTY 21 Tahun 9 Bulan 9 Hari KKPI, Simulasi digital
6 Drs. Nuryaman GTY 26 Tahun 10 Bulan 9 Hari Pendidikan Agama Islam
7 Drs. Ulul Arkham GTY 21 Tahun 9 Bulan 23 Hari PKn
8 Kardiman, SH. GTY 21 Tahun 9 Bulan 9 Hari Kewirausahaan
9 Tarno, SE. GTT 21 Tahun 9 Bulan 9 Hari Kejuruan Pemasaran
10 Drs. Abdul Aziz Rofiq GTT 21 Tahun 9 Bulan 25 Hari Pendidikan Agama Islam
11 Drs. Encep Saepudin GTT 19 Tahun 9 Bulan 27 Hari Bahasa Indonesia
12 Sapto Sudrato, S.Pd GTY 18 Tahun 6 Bulan 20 Hari Penjaskes
13 Drs. Amroni Yahya GTT 17 Tahun 9 Bulan 9 Hari Bahasa Arab
14 Suprih SRM, S Si GTT 23 Tahun 7 Bulan 20 Hari Matematika
15 Dra. Henny GTT 15 Tahun 4 Bulan 2 Hari Kejuruan Adm.
Perkantoran
16 Tuti Maesaroh GTT 13 Tahun 7 Bulan 0 Hari Tata Usaha
17 Hufron Baidlowi GTT 10 Tahun 7 Bulan 18 Hari Tata Usaha
18 Muhamad Mawahib GTY 10 Tahun 10 Bulan 9 Hari Kejuruan Rekayasa
Perangkat Lunak
19 Rini Fathonah, S.Pd GTT 9 Tahun 10 Bulan 8 Hari Bahasa Inggris
20 Sayuti GTT 8 Tahun 10 Bulan 4 Hari Bahasa Inggris
21 Alyn Anjelika, A.Md GTT 7 Tahun 10 Bulan 5 Hari Seni Budaya
22 Ajeng Agustina GTT 8 Tahun 10 Bulan 4 Hari Matematika
23 Indayani, SE GTT 7 Tahun 10 Bulan 3 Hari Kejuruan Pemasaran
24 Nata GTT 8 Tahun 10 Bulan 4 Hari Penjaga Sekolah
25 Tabah Heri S, S.Si GTT 5 Tahun 10 Bulan 8 Hari Matematika
26 Aop Abdillah GTT 5 Tahun 10 Bulan 8 Hari Bahasa Indonesia
27 Imam Saefullah GTT 4 Tahun 9 Bulan 25 Hari Guru Piket
28 Sulaeman GTT 4 Tahun 9 Bulan 25 Hari Penjaga Sekolah
29 Ayrin Rizzky A, S.Pd GTT 4 Tahun 9 Bulan 25 Hari Kejuruan Adm.
Perkantoran
30 Herninta D, SEI GTT 3 Tahun 8 Bulan 26 Hari Kejuruan Perbankan
Syari'ah
31 Fandi Ahmad S, S.Kom GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari Kejuruan Rekayasa
Perangkat Lunak
32 Setianingsih, SE GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari Kejuraan RPL
33 Abu Bakar Pane GM GTT 5 Tahun 10 Bulan 8 Hari Al Qur'an Hadits
34 M. Irfan Sajidin M, S.Pd GTT 4 Tahun 10 Bulan 8 Hari Bahasa Inggris
35 Endah Finatariani, MM GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari Kejuruan Pemasaran
42
36 Eka Azis Hamsiah GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari PKn
37 M. Rahman, Lc. GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari Kewirausahaan
38 Nifta Alfitriana GTT 1 Tahun 9 Bulan 23 Hari Guru BK
39 Viska Adawiyah GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari Bahasa Indonesia
40 Djuliati GTT 1 Tahun 9 Bulan 22 Hari Kejuruan Akuntansi
41 Iqbal Firmansyah GTT 0 Tahun 3 Bulan 9 Hari Perpustakaan
*(Sumber: Hasil studi dokumen, 2018).
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa tenaga pendidik
SMK Al Amanah memiliki latar pendidikan yang berbeda dan sesuai dengan
bidang keilmuan yang diampunya. Selain itu, masa kerja tenaga pendidik
yang relatif sudah lama mengajar di SMK Al Amanah tentunya menjadi
pengalaman yang baik dalam proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya,
terdapat tenaga pendidik SMK Al Amanah yang sudah mendapatkan
tunjungan sertifikasi dari pemerintah.
5. Keadaan Peserta Didik
Perserta didik di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan pada Tahun
Pelajaran 2017-2018 secara kuantitas berjumlah 689 orang. Perserta didik
terdiri dari Kelas X berjumlah 272 orang, Kelas XI berjumlah 250 orang dan
Kelas XII berjumlah 189 orang. Berikut akan dikemukakan secara rinci
keadaan peserta didik pada gambar 4.1 di bawah ini.
(Sumber: Hasil Studi Dokumen, 2018).
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah pesera didik setiap tahunnya. Hal ini diketahui dari tahun masuknya
peserta didik, untuk peserta didik Kelas XII pada tahun 2015, Kelas XI pada
59
94105108
156167
0
50
100
150
200
Kelas XII Kelas XI Kelas X
Gambar 4.1
Data Peserta Didik SMK Al Amanah
Tahun Pelajaran 2017-2018
Laki-laki Perempuan
43
tahun 2016, dan Kelas X pada tahun 2017. Dengan demikian, hal ini menjadi
salah satu indikator bahwa pelaksanaan pembelajaran di SMK Al Amanah
sudah baik, dikarenakan meningkatnya kepercayaan dari masyarakat guna
menyekolahkan anaknya di SMK Al Amanah.
Adapun mengenai distribusi data peserta didik SMK Al Amanah per
kelas dapat di lihat di bawah ini:
Tabel 4.2
Data Peserta Didik Kelas X Tahun Pelajaran 2017 – 2018
No. Nama Wali Kelas Kelas
Jumlah
Siswa JML
L P
01 Fandi Ahmad Saktianto X RPL 1 25 8 33
02 Viska Adawiyah, S.Pd X RPL 2 30 5 35
03 Aop Abdillah, S.Pd X AK 1 6 26 32
04 Indayani, SE X AK 2 6 23 29
05 Setianingsih, SE X PS 3 30 33
06 Ajeng Agustina X AP 1 4 28 32
07 Ahmad Irfan Sajidin Malik, S.Pd X AP 2 0 31 31
08 Endah Finatariani, SE., MM X PM 1 18 6 24
09 Abd. Aziz Rofiq X PM 2 13 10 23
Jumlah 105 167 272
*(Sumber: Hasil studi dokumen, 2018).
Tabel 4.3
Data Peserta Didik Kelas XI Tahun Pelajaran 2017 – 2018
No. Nama Wali Kelas Kelas
Jumlah
Siswa JML
L P
01 Tabah Heri Setiawan, S.Si XI RPL 1 27 7 34
02 Rini Fathonah, SP XI RPL 2 22 6 28
03 Alyn Anjelika, A.Md XI AK 1 10 20 30
04 Djuliati, SE XI AK 2 6 19 25
05 M. Rahman, LC XI PS 4 29 33
44
06 Drs. Amroni Yahya XI AP 1 5 31 36
07 Dra. Henny, M.Pd XI AP 2 0 35 35
08 Eka Azis Hamziah, S.Pd XI PM 20 9 29
Jumlah 94 156 250
*(Sumber: Hasil studi dokumen, 2018).
Tabel 4.4
Data Peserta Didik Kelas XII Tahun Pelajaran 2017 – 2018
No. Nama Wali Kelas Kelas
Jumlah
Siswa JML
L P
01 Muhamad Mawahib, S.Kom XII RPL 26 3 29
02 Sayuti, S.Pd XII AK 8 29 37
03 Abu Bakar GM XII PS 7 31 38
04 Drs. Asep Saepudin XII AP 3 35 38
05 Suprih, SRM XII PM 15 10 25
JUMLAH 59 108 167
*(Sumber: Hasil studi dokumen, 2018).
Keterangan:
- RPL = Rancangan Perangkat Lunak
- AK = Akuntansi
- AP = Administrasi Perkantoran
- PM = Pemasaran
- PS = Perbankan Syariah
Berdasarkan distribusi data peserta didik masing-masing kelas, dapat
diketahui bahwa sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai
dengan Pasal 24 Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017, menyebutkan bahwa
untuk jenjang SMK atau juga bentuk lain yang sederajat, jumlah Rombel
paling sedikit ialah 3 dan paling banyak ialah 72 rombel, setiap tingkat paling
banyak ialah 24 rombel. Dengan masing-masing rombel terdapat minimal 15
peserta didik dan maksimal 36 peserta didik. Walaupun pada tingkat kelas
XII terdapat dua kelas yang melebihi dari jumlah maksimal SPM. Namun,
hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar di kelas,
karena hanya kelebihan dua peserta didik saja. Untuk itu SMK Al Amanah
dalam hal distribusi peserta didik dapat dikatakan sudah baik.
45
Selain itu, peserta didik SMK Al Amanah telah mempunyai prestasi yang
tinggi di tingkat daerah maupun nasional. Prestasi yang telah diraih bukan
hanya di bidang akamdemik, melainkan juga prestasi di bidang olahraga dan
kesenian. Berikut prestasi peserta didik yang telah diraih selama dua tahun
terakhir ini.
a. Juara 3 Lomba Matematika se-Banten 2017
b. Juara 3 O2SN Tk. Kota Tangerang Selatan 2017
c. Juara 3 Taekowondo Putra/I Tk. Kota Tangerang Selatan 2017
d. Juara 3 Kaligrafi MI-FEST 2017 Tk. SMA Se-Jabodetabek 2017
e. Juara 3 Cerdas Cermat MI-FEST Tk. SMA Se-Jabodetabek 2017
f. Juara 2 Lomba Pidato Putri Pentas PAI SMA/SMK Kota Tangerang
Selatan 2017
g. Juara 3 MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) Tk. SMA/SMK HUT
SMAN 12 Tangsel 2017
h. Juara 1 Web Design Lomba Kompetensi Siswa Tk. Kota Tangerang
Selatan 2017
i. Juara 2 Software Application Lomba Kompetensi Siswa Tk. Kota
Tangerang Selatan 2017
j. Juara 3 Lomba Cerdas Cermat ajang MTQ Pelajar ke 2 Kota
Tangerang Selatan 2016
k. Juara 1 MTQ Pelajar tk Kota Tangerang Selatan 2016
l. Juara 1 Pidato Pelajar tk Kota Tangerang Selatan 2016
m. Juara Umum Ajang MTQ Pelajar tk Kota Tangerang Selatan 2016
n. Danton Terbaik Paskibra tk Kota Tangerang Selatan 2016
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan
Pada aspek temuan penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
hasil dari penelitian yang peneliti lakukan di lapangan penelitian, kemudian
dikaji serta ditelaah dengan sedemikian rupa. Untuk itu, penelitian yang
dilakukan terkait dengan program pengawasan Kepala Sekolah terhadap Rohani
Islam (Rohis) di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ini, telah
mendapatkan beberapa temuan penelitian. Adapun data mengenai temuan
penelitian tersebut diperoleh melalui triangulasi Teknik pengumpulan data, yaitu
wawancara, observasi, dan studi dokumen. Selanjutnya, mengenai rincian
temuan penelitian akan dibahas sebagai berikut:
46
1. Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan.
Rohis merupakan kegiatan pengembangan diri siswa di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan dan juga sebagai wadah berorganisasi para siswa
yang bergerak dalam bidang dakwah Islam, dalam lingkup sekolah.
Keberadaan Rohis sangat membantu terwujudnya siswa yang berkarakter
melalui berbagai kegiatan keagamaan yang menjadi program kerjanya
(Muhroj, 2 April 2018). Kegiatan yang dilaksanakan Rohis banyak
memberikan manfaat bagi siswa terutama pembentukan akhlak dan perilaku
siswa di sekolah. Berdasarkan keterangan Pembina Rohis, Mashuri
menjelaskan bahwa di samping pembentukan akhlak dan perilaku siswa
kegiatan Rohis juga membahas dan memperdalam ilmu agama Islam yang
mana materi yang disampaikan berisikan materi fiqih, qiraat, tajwid dan
sejarah Islam (Mashuri, 2 April 2018). Setelah mengamati pemaparan
mengenai konsep Rohis yang disampaikan Kepala Sekolah, nampaknya
konsep Rohis yang ada di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan sesuai
dengan konsep Rohis yang didefinisikan Kementerian Agama, yaitu Rohis
adalah program/kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam berupa
pendidikan, pelatihan, pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik
di bidang Pendidikan Agama Islam agar menjadi insan yang beriman,
bertakwa serta berakhlak mulia (Kementerian Agama, 2015: 26). Sejalan
juga dengan pendapat Ngaidin (2017: 16) Rohis adalah sub organisasi dari
organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di SMA/SMK/Sederajat yang
merupakan kegiatan penunjang dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
bagian integral dari kurikulum.
Selanjutnya, Rohis di SMK Al Amanah juga berperan dalam penanaman
nilai-nilai karakter Islam dalam membentuk siswa berkarakter mulia, serta
menciptakan suasana dan lingkungan sekolah yang religious dengan
menanamkan nilai-nilai karakter Islam dengan memberlakukan kebiasaan-
kebiasaan untuk melaksanakan ajaran Islam. Tujuannya ialah agar para siswa
terbiasa melaksanakannya dengan penuh kesadaran nilai-nilai yang
terkandung di dalam pembiasaan yang diterapkan dapat terinternalisasi ke
dalam diri siswa (Muhroj, 2 April 2018). Hal ini sesuai dengan pendapat
Kasan (2007: 82) menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen ekstrakurikuler yaitu peningkatan aspek pengetahuan sikap dan
keterampilan, dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik,
penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan, dan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat disediakan
47
seperti pramuka, olahraga, rohani islam, dan sebagainya. Oleh karena itu,
kegiatan ekstrakurikuler sesungguhnya bagian integral dalam kurikulum
sekolah yang bersangkutan, dimana semua guru terlibat di dalamnya. Jadi,
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler harus diprogram sedemikian rupa untuk
memberikan pengalaman kepada para peserta didik.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diketahui apabila nilai-nilai
tersebut dapat terinternalisasi ke dalam diri para siswa yang mengikuti Rohis
di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, maka dapat membentuk
karakter atau kepribadian peserta didik yang mulia. Memiliki karakter yang
mulia sangatlah penting, terutama untuk menghadapi zaman modern dan arus
globalisasi, di mana nilai-nilai karakter Islam dapat dijadikan kontrol dan
filter dari nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ajaran agama, sehingga tidak
akan terjadi krisis moral. Hal itu berarti kegiatan yang diselenggarakan Rohis
dapat membantu tujuan pendidikan nasional dapat tercapai yaitu mencetak
generasi bangsa yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negera
yang bertanggung jawab.
Mengenai program-program Rohis saat ini, yaitu melaksanakan shalat
Dhuha bersama, shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah, tadarus al Qur’an,
peringatan Pekan Hari Besar Islam, muhadharah, santunan anak yatim dan
dhuafa, dan bekerjasama dengan organiasi intra sekolah lainnya (Mashuri, 2
April 2018, Selfi, 6 April 2018). Untuk penyusunan program Rohis
nampaknya sudah mengakomodir tujuan Rohis yang terdapat di paduan dari
Kementerian Agama, yakni.
Pertama, tujuan umum. Kegiatan Rohis pada dasarnya bertujuan
membina karakter moral peserta didik menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa dan berakhlak mulia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Untuk itu, diperlukan usaha-usaha yang sistematis, terarah, dan
berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan umum kegiatan
Rohis adalah sebagai berikut:
a. Pendalaman, yaitu pengayaan materi Pendidikan Agama Islam.
b. Penguatan, yaitu peningkatan keimanan dan ketaqwaan.
c. Pembiasaan, yaitu pengamalan dan pembudayaan ajaran agama serta
perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
48
d. Perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan dan
kemampuan peserta didik di bidang pendidikan agama (Kementerian
Agama, 2015: 23).
Kedua, tujuan khusus. Secara khusus penyelenggaraan kegiatan
Rohis ditunjukkan dalam rangka, sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan peserta didik tentang
Pendidikan Agama Islam yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler.
b. Meningkatkan pengalaman dan kualitas pengalaman peserta didik
mengenai nilai-nilai ajaran-ajaran agama islam.
c. Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan peserta
didik sehingga menjadi manusia yang cakap dalam berfikir, arif
dalam bersikap dan cekatan dalam berbuat.
d. Memberikan pengalaman pada peserta didik tentang hubungan antara
substansi pembelajaran PAI dengan mata pelajaran lainnya, serta
hubungannya dengan kehidupan di masyarakat (Kementerian Agama,
2015: 23).
Selanjutnya, untuk struktur organisasi Rohis SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan sebagai berikut:
Penanggung Jawab : Drs. Ahmad Muhroj
Pembina : Mashuri, S.Pd
Ketua : Muhammad Iqbal
Sekretaris : Ayudia Selfi
Bendahara : Annisa Ramadhani
Koord. Bidang PHBI : Rizqi Erlangga
Koord. Bidang Kominfo : Siti Maryam Putri
Koord. Bidang Pelatihan : Andi Hermawan
Masa kepengurusan pada setiap periode ialah satu tahun, setelah itu
dilakukan pergantian kepengurusan yang baru (selfi, 6 April 2018). Pembina
Rohis juga menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan karena masa belajar di
sekolah yang hanya 3 tahun, dan biasanya siswa yang menjadi pengurus inti
merupakan anggota Rohis yang ada di kelas XI (sebelas) (Mashuri, 2 April
2018). Terjadinya pergantian kepengurusan Rohis di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan pada satu tahun periode akan memberikan kesempatan
49
kepada para anggota Rohis yang lainnya untuk mengembangkan dirinya
dalam berorganisasi di lingkungan sekolah. Selain itu, proses regenerasi akan
berjalan dengan baik, sehingga tidak hanya mengandalkan siswa tertentu
saja.
Berdasarkan data dokumentasi diketahui bahwa jumlah siswa yang
mengikuti Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan hanya
berjumlah 35 orang saja. Hal ini dikeranakan selain Rohis masih terdapat
ekstrakurikuler lain yang ada di sekolah. Adapun ekstrakurikuler yang ada
saat ini ialah Pramuka, Paskibra, Tari Saman, Computer Club, Volley,
Basket, Futsal, Taekowondo, dan Seni Musik Marawis. Dengan adanya
berbagai jenis ekstrakurikuler di sekolah dapat memotivasi siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan bakat dan keterampilan
yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan Rohis ini dilakukan di luar jam pelajaran atau diluar
kelas. Kegiatan ini sebaiknya juga dilakukan lintas kelas. Namun untuk hal-
hal tertentu yang berkaitan dengan aplikasi dan praktik materi pelajaran di
kelas, maka kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dan diikuti secara tertib
oleh mereka yang satu kelas dan satu tingkat.
2. Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam (Rohis)
di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
Pengawasan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
organisasi. Pengawasan merupakan yang sangat esensial dalam kehidupan
organisasi untuk menjaga agar kegiatan-kegiatan yang dijalakan agar tidak
menyimpang dalam persencanaan yang telah ditetapkan. Dengan pegawasan
akan diketahui keunggulan dan kelemahan dalam melaksanakan manajemen
sejak dari awal, selama dalam proses dan akhir pelaksanaan manajemen.
Adapun yang bertanggung jawab dalam pengawasan ini adalah Kepala
Sekolah. Walaupun kepala sekolah telah menunjuk guru sebagai pengawas
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kepala sekolah harus menguasai fungsi
pengawasan dalam manajemen sekolah, sangat erat kaitannya dengan fungsi
perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena
tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah.
Selanjutnya, keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pendidikan
seperti sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.
50
Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
siswa yang menerima pelajaran (Permendiknas No. 28, 2010: 3,
Wahjosumidjo, 2010: 83). Karena kepala sekolah sebagai pemimpin
dilembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya ke arah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya
perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi
yang lebih baik. Kepala sekolah tidak hanya mengelola sekolah dalam makna
statis, melainkan menggerakkan semua potensi yang berhubungan langsung
atau tidak langsung bagi kepentingan pembelajaran para peserta didiknya
(Danim dan Suparno, 2009: 13). Hal demikian dapat dipahami bahwasanya
peningkatan mutu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan kepala
sekolah.
Mengenai pengawasan. Pengawasan merupakan coercion atau compeling
yaitu suatu proses yang bersifat memaksa agar aktifitas dapat disesuaikan
dengan rencana yang telah ditetapkan (Fattah, 2008: 102). Pengawasan
adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan/kegiatan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Konsep pengawasan
demikian, sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari
fungsi manajemen, dimana pengawasan dianggap sebagai bentuk
pengontrolan dari pimpinan atau manajerial kepada pihak bawahannya
(Manullang, 2015: 173, Samsirin, 2015: 345).
Aktivitas mengawasi dalam sebuah organisasi seperti Rohis di SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan, harus terkait dengan upaya pencapaian
target dan output organisasi yang telah ditentukan. Pengawasan dalam hal ini
berperan, tidak hanya untuk menjaga kesinambungan kinerja kelembagaan,
tetapi juga berupaya mengevaluasi berbagai pelaksanaan sistem dan prosedur
pelaksanaan tugas dan program. Adapun program pengawasan Kepala
Sekolah sebagai berikut:
a. Pengawasan Berdasarkan Waktu
Setelah peneliti melakukan wawancara dengan informan tentang
bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah SMK Al
Amanah terhadap kegiatan Rohis, sebagaimana yang dikatakan oleh
beliau.
51
“Saya melakukan pengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler ada
dua cara yaitu, pertama dengan melihat kegiatan esktrakurikuler
secara langsung untuk memastikan kegiatan ini terlaksana. Kedua,
dengan cara mengecek laporan bulanan dari Pembina ekstrakurikuler,
apakah terlaksana kegiatan ini dan bagaimana perkembangannya dan
jadwal kegiatan ini saya susun bersama guru Pembina. Pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler yaitu khusus hari Kamis.” (Muhroj, 2 April
2018).
Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan.
“Kepala sekolah melihat secara langsung dan meminta laporan
terhadap kegiatan ini ditanyakan pada rapat bulanan.” (Sudarto, 4
April 2018).
Selain itu, Kepala Sekolah juga menjelaskan bahwa melakukan
tindakan preventif dalam bentuk mengadakan rapat pada awal tahun
dengan guru-guru guna membahas jadwal kegiatan Rohis selama satu
tahun ke depan. Hal ini dilakukan agar setiap komponen tenaga pendidik
di sekolah mengetahui rencana kegiatan Rohis. Selain itu, tenaga
pendidik pun diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran maupun
masukan untuk kegiatan Rohis. Selain itu, Kepala Sekolah juga
mengadakan rapat guna membahas tugas dan wewenang Pembina Rohis
dan juga menentukan sumber daya manusia atau guru yang akan
diberikan tugas sebagai Pembina Rohis.
Untuk memastikan kegiatan berjalan dengan benar. Kepala Sekolah
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan membuat program penilaian
kegiatan Rohis. Hal ini dilakukan guna mengetahui sejak awal potensi
penyimpangan yang terjadi. Adapun teknis penilaian yang dimaksud
ialah Kepala Sekolah membandingkan proposal ajuan kegiatan dengan
pelaksanaan kegiatan Rohis. Selain itu, Pembina Rohis juga selalu
berdiskusi dengan Kepala Sekolah jika terdapat hambatan dengan
aktivitas Rohis di sekolah.
Selain itu, kepala sekolah melakukan pengawasan program Rohis
dengan cara mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat
keberhasilan yang dicapai siswa. Penilaian dapat dilakukan sewaktu-
waktu untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap
52
tertentu dan untuk jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan
hasil kegiatan ekstrakurikuler (Muhroj, 2 April 2018). Hal tersebut
dibenarkan oleh Pembina Rohis, dalam keterangannya, bahwa penilaian
program Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ini
menekankan pada penilaian/tes tindakan yang dapat mengungkapkan
tingkat unjuk perilaku belajar/kerja siswa. Penetapan tingkat
keberhasilan untuk program ekstrakurikuler didasarkan atas standar
minimal tingkat penguasaan kemampuan yang disyaratkan dan bersifat
individual (Mashuri, 2 April 2018).
Berdasarkan data yang telah didapatkan mengenai pelaksanan
program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan, bahwasanya kepala sekolah sudah melaksankan
program pengawasan. Di mulai pada tahap perencanaan program
pengawasan kepala sekolah sudah melakukan dengan maksimal, yaitu
dengan proses melakukan rapat dengan dengan guru-guru pembina
ekstrakurikuler serta membuat jadwal kegiatan dan pembagian tugas
kepada guru pembina ekstrakurikuler sesuai bidangnya masing-masing.
Kepala sekolah juga membuat program penilaian Rohis, program
tersebut namun belum maksimal, dikarenakan jenis penilain yang
digunakan untuk setiap kegiatan belum dirumuskan dengan begitu jelas.
Penilian dalam proses pengawasan terhadap program kegiatan sangat
penting, dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi
mengenai tingkat keberhasilan yang dicapai siswa. Penilaian tersebut
dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk menetapkan tingkat keberhasilan
siswa pada tahap-tahap tertentu dan untuk jangka waktu tertentu
berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler. Penilaian
program ekstrakurikuler menekankan pada penilaian/tes tindakan yang
dapat mengungkapkan tingkat unjuk perilaku belajar siswa. Hal tersebut
harus mengacu pada proses dasar pengawasan. Adapun proses dasar
pengawasan menurut Nurochim (2016: 138) yaitu menetapkan standar
pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan, dan menentukan deviasi antara
pelaksanaan dan rencana. Secara lebih lengkap proses pengawasan dapat
dikategorikan menjadi tiga tahap yaitu; menentukan alat pengukur
(standard), mengadakan penilaian dan mengadakan tindakan perbaikan
(Aedi, 2016: 238, Manullang, 2015: 69, Tadjudin, 2013: 200, Fattah,
2008: 101)
53
Hal ini sesuai dengan jenis pengawasan berdasarkan waktu. Yakni,
Pertama, pengawasan preventif. Pengawasan ini dimaksudkan adalah
pengawasan sebelum terjadinya kesalahan agar terhindar dari
penyimpangan dalam pelaksanaannya. Kedua, pengawasan repressif.
Pengawasan ini dimaksudkan adalah pengawasan setelah rencana
dijalankan, dengan kata lain diukur hasil-hasil yang telah dicapai dengan
alat ukur standar yang telah ditentukan dengan cara membandingkan
antara hasil dan rencana, kemudian menganalisis sebab-sebab yang
menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya (Manullang,
2015: 177, Hasibuan, 2016: 247).
b. Pengawasan Berdasarkan Objek
Dalam indikator program pengawasan kepalas sekolah, aspek
kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam melaksanakan sebuah kegiatan
agar tingkat efesiensi dan efektivitas dari kinerja kelembagaan bisa
berhasil maksimal. Sebagai kepala sekolah kedisiplinan ini harus
diperhatikan oleh kepala sekolah dalam mengontrol bawahannya dan bila
diperlukan dapat diambil tindakan pemberian sanksi sesuai ketentuan
yang ada. Kepala sekolah SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
melakukan tindakan ketika guru pembina ekstrakurikuler tidak disiplin
sebagai mana yang beliau katakan.
“Kalau ada guru Pembina Rohis atau bahkan pembina ekstrakuriuler
lainnya, yang tidak disiplin biasanya saya menghampiri terkadang
memanggil secara individu, menegur dengan sopan, memberikan
nasehat dan akan saya ingatkan lagi pada rapat bulanan sekaligus
mengevaluasi program.” (Muhroj, 2 April 2018).
Sebagai kepala sekolah beliau bisa saja memberikan berupa hukuman
ataupun sangsi ketika ada diantara karyawan bahkan guru Pembina Rohis
atau Pembina Ekstrakuriler lainnya yang tidak menjalankan tugas sebagai
tanggung jawabnya. Peneliti melakukan wawancara dengan guru
Pembina Rohis, beliau mengatakan.
“Kepala sekolah akan menegur dan mengingatkan jika melihat guru
tidak disiplin atau penyimpangan lainnya secara individu. Biasanya
beliau menanyakan kenapa kegiatan esktrakurikuler ini kurang
berjalan, dan beliu tanyakan sebabnya. Seperti kemarin ini ada sarana
ekstrakurikuler yang mengalami kerusakan sehingga Pembina
54
ektrakuriler ini tidak melatih ketika jam eskul, kepala sekolah
menghampiri, setelah melihat hal ini beliau menyuruh memanggil
tukang untuk memperbaiki.” (Mashuri, 2 April 2018).
Hal yang hampir senada juga dikatakan oleh waka kesiswaan ketika
ada diantara guru Pembina yang tidak disiplin. Biasanya kepala sekolah
memberikan nasehat secara sopan dan sering beliau ingatkan pada rapat
bulanan kalau melihat Pembina ekskul yang kurang disiplin (Sudarto, 4
April 2018). Berarti kepala sekolah telah melakukan delegatif tugas.
Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya
mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan
deskripsi tugas, jabatan, serta kemampuan masing-masing.
Berdasarkan pemaparan temuan penelitian di atas. Peneliti dapat
menganalisa bahwa pengawasan yang di terapkan kepala sekolah SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan termasuk pada kategori pengawasan
objek. Pengawasan objek biasanya meliputi di bidang-bidang sebagai
berikut: produksi, keuangan, waktu, manusia dan kegiatan-kegiatannya.
Dalam bidang produksi, maka pengawasan itu dapat ditunjukan terhadap
kuantitas hasil produksi ataupun terhadap kualitas. Pengawasan di bidang
waktu dimaksudkan untuk menentukan, apakah dalam menghasilkan
sesuatu hasil produksi sesuai dengan waktu yang direncanakan atau tidak.
Terakhir, pengawasan di bidang manusia dengan kegiatan-kegiatannya
bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan dijalankan sesuai
dengan instruksi, rencana, tata kerja atau standar operasional prosedur
(SOP) kegiatan (Manullang, 2015: 177)
c. Pengawasan Berdasarkan Subjek
Delegasi wewenang ini disatu sisi akan memudahkan tugas-tugas
kepala sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi untuk menjalankan tugas-
tugas yang strategis dan mendelegasikan tugas-tugas operasional sehari-
hari kepada bawahannya. Disisi lain, delegasi wewenang akan membuat
bawahan merasa dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran
kepemimpinan bagi mereka. Sehingga proses operasional organisasi bisa
berjalan dengan lancar, dalam hal ini wawancara yang peneliti lakukan
dengan kepala sekolah, sebagaimana dikatakan kepala sekolah.
55
“Iya, karena kegiatan ekstrakurikuler ini adalah sejenis kurikulum
pengembangan diri tentunya saya tidak bisa bekerja atau mengawasi
secara terus-menerus untuk itu pendelegasian, ini sangat membantu
saya dalam melakukan pengawasan dan itu sangat penting menurut
saya membentuk organisasi dan penanggung jawab kegiatan ini.”
(Muhroj, 2 April 2018).
Peneliti tak berhenti dan puas sampai di sini kemudian melakukan
wawancara untuk memastikan kebenaran informasi tersebut dengan
mewawancarai informan pendukung yakni Pembina Rohis sebagaimana
yang dikatakannya.
“Kepala sekolah memberikan wewenang penuh kepada Pembina
ekstrakurikuler seperti saya, Pembina Rohis untuk melakukan
pengawasan terhadap kegiatan ini, pembina ekstrakurikuler
melakukan tugas yang diberikan kepala sekolah dan beliau
mengontrol lewat laporan yang diberikan guru Pembina
ekstrakurikuler. (Mashuri, 2 April 2018).
Berdasarkan pemaparan temuan penelitian di atas. Peneliti dapat
menganalisis bahwa pengawasan yang diterapkan kepala sekolah SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan hanya menggunakan cara Internal.
Adapun cara Internal yang dimaksud ialah kepala Sekolah secara
langsung meninjau kegiatan ekstrakulikuler Rohis di lapangan untuk
mengetahui apakah kekurangan dari kegiatan program Rohis di SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan. Kemudian, kepala sekolah mengutus
atau menunjuk guru sebagai Pembina Rohis dalam melakukan fungsi
pengawasan dalam kegitan Rohis di sekolah (Muhroj, 2 April 2018).
Berdasarkan pemaparan kepala sekolah tersebut, dapat diketahui bahwa
kepala sekolah telah melakukan salah satu jenis program pengawasan,
yaitu pengawasan berdasarkan subjek. Namun, memang hanya
menggunakan pihak internal sekolah saja. Hal ini dapat dianalisa
menggunakan beberapa pendapat ahli. Bahwasanya salah satu cara yang
dapat digunakan dalam melakukan pengawasan ialah pengawasan
internal. Cara ini dimaksudkan pengawasan yang dilakukan oleh atasan
dari petugas yang bersangkutan, oleh karenanya pengawasan ini juga
disebut pengawasan vertikal atau formal. Cakupan dari pengawasan ini
meliputi hal-hal yang cukup luas baik pelaksanaan tugas, prosedur kerja,
kedisiplinan, dan lainnya. (Manullang, 2015: 178, Hasibuan, 2016: 248).
Walapun pelaksanaan pengawasan berdasarkan subjek ini belum berjalan
56
maksimal, namun upaya kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan
Rohis sudah dilakukan. Dengan harapan pengawasan semacam ini dapat
mencegah tindakan negatif oleh anggota Rohis di sekolah.
Dalam menerapkan pengawasan terhadap pembina ekstrakurikuler
kepala sekolah sudah melakukannya dengan cara langsung berinteraksi,
yakni dengan cara memberikan nasehat, memberikan teguran dengan
sopan dan akan diingatkan kembali ketika malaksanakan rapat bulanan
hal ini yang membuat para guru-guru selalu menghargai dan
menghormati kepala sekolah sehingga iklim kerja organisasi di SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan ini tetap kondusif. Hal demikian
sejalan dengan pendapat Peluso (2017: 28) dalam Journal of Youth
Development, mengemukakan bahwa “Supervisors of direct-service
workers don’t have control over entire organizations. Still, they can use
their experience and knowledge of quality youth development to
intentionally create safe, relational, and reflective learning environments
to improve the skills and motivation of those youth workers, whoever they
may be. The adults who thrive within this shared, supportive learning
environment can make each moment meaningful for youth” (Peluso,
2017: 28).
Selanjutnya, kepala sekolah juga harus mempunyai keterampilan
mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para bawahan. Delegasi
wewenang ini di satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala sekolah
sehingga bisa berkonsentrasi untuk menjalankan tugas-tugas yang
strategis dan mendelegasikan tugas-tugas operasional sehari-hari kepada
bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan membuat bawahan
merasa dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran kepemimpinan
bagi mereka. Sehingga proses operasional organisasi bisa berjalan
dengan lancar. Dalam pendelegasian ini kepala sekolah sudah
melaksanakan dengan maksimal yaitu, memberikan tugas dan wewenang
kepada guru pembina ekstrakurikuler sesuai bidangnya.
d. Pengawasan Berdasarkan Teknik Mengawasi
Untuk mengetahui apakah kepala sekolah menggunakan teknik atau
cara lain dalam melakukan pengawasan peneliti juga mewawancarai
informan lain, yaitu Pembina Rohis.
57
“Kepala sekolah tidak melakukan penggunaan angket dan tidak ada
meminta kebutuhan siswa tentang kegiatan ekskul atau berdialog
dengan siswa tentang kebutuhan mereka hanya semata-mata
kebijakan yang dilakuka oleh sekolah.” (Mashuri, 2 April 2018).
Proses pengawasan yang berlangsung ditempat kerja sangat
diperlukan karena akan melihat objek yang diawasi secara langsung.
Wawancara peneliti dengan guru Pembina Rohis memperoleh jawaban
sebagai berikut.
“Kepala sekolah melakukan pengawasan ketika kegiatan
dilaksanakan karena hari Kamis tersebut tidak ada kegiatan lain
hanya khusus kegiatan Rohis, karena itu beliau bisa melakukan
pengawasan kalau tidak ada kegiatan dinas di luar sekolah.”
(Mashuri, 2 April 2018).
Peneliti juga mewawancarai salah seorang untuk mendapatkan data
yang lebih kongrit, yakni siswa yang mengikuti Rohis. Menyampaikan
bahwa.
“Kepala sekolah terkadang menghampiri ketika kami malakukan
kegiatan, dan memperhatikan dengan demikian kami akan serius
walaupun terkadang takut saja.” (Selfi, 6 April 2018, Iqbal, 6 April
2018 dan Ramdhani, 6 April 2018).
Dalam mengontrol laporan, kepala sekolah sudah melaksanakan dan
menerapkan pengawasan dengan laporan tertulis maupun lisan namun
belum maksimal karena, laporan tersebut tidak dimiliki oleh kepala
sekolah secara pribadi, artinya belum dirangkap dengan begitu sistematis
dan hanya dimiliki oleh masing-masing pembina ekstrakurikuler.
Idealnya kepala sekolah membuat laporan, baik laporan untuk
keseluruhan program kegiatan ekstrakurikuler dan untuk setiap jenis
kegiatan ekstrakurikuler ataupun untuk pertanggungjawaban keuangan
yang telah dialokasikan serta digunakan untuk kegiatan yang
dimaksudkan.
Untuk laporan kegiatan, hendaknya dibuat format yang sederhana
tetapi cukup komprehensif dan mudah dipahami, misalnya mencakup,
kata pengantar, daftar isi, latar belakang, pengertian dari jenis kegiatan
ekstrakurikuler, tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan. Penyelenggaraan
58
kegiatan yang meliputi persyaratan peserta, bentuk dan materi kegiatan,
organisasi penyelenggaraan, jadwal dan mekanisme pelaksanaan, bentuk
penghargaan, hasil yang diperoleh, kesulitan yang dijumpai dan usaha
mengatasi kesulitan itu, kesimpulan keseluruhan dan saran-saran yang
diajukan, serta lampiran-lampiran yang diperlukan.
Berdasarkan data yang telah didapatkan mengenai pelaksanan
program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan, bahwasanya kepala sekolah sudah melaksankan
program pengawasan. Di mulai pada tahap perencanaan program
pengawasan kepala sekolah sudah melakukan dengan maksimal, yaitu
dengan proses melakukan rapat dengan dengan guru-guru pembina
ekstrakurikuler serta membuat jadwal kegiatan dan pembagian tugas
kepada guru pembina ekstrakurikuler sesuai bidangnya masing-masing.
Selanjutnya, mengenai penetapan tingkat keberhasilan untuk program
ekstrakurikuler didasarkan atas standar minimal tingkat penguasaan
kemampuan yang disyaratkan dan bersifat individual. Penilaian secara
inklusif mempertimbangkan pembentukan kepribadian yang terintegrasi,
jiwa kemandirian atau kewirausahaan, sikap dan etos perilaku belajar dan
disiplin siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Perilaku itu
mempertimbangkan kemahiran dalam pemecahan masalah dan
berkomunikasi, mempertimbangan strandar keadilan dan keragaman
secara individual bagi setiap siswa, dan mempertimbangkan tingkat
partisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan.
Tindakan korektif terhadap program pengawasan yang dilakukan
kepala sekolah masih kurang maksimal kerena menurut hemat peneliti
kepala sekolah harus mempelajari dan menelaah dengan teliti setiap
laporan yang diberikan oleh guru Pembina Rohis, sementara laporan itu
semua hanya ditanyakan dan dilihat tidak dimiliki oleh kepala sekolah
untuk melakukan perbaikan dibidang esktrakurikuler akibatnya kegiatan
ekstrakurikuler belum menunjukkan hasil yang maksimal baik dari segi
pencapaian prstasi, dan tingkat motivasi siswa yang mengikutinya.
Sewajarnya Kepala sekolah secara teratur memberikan umpan balik
kepada elemen-elemen yang turut mendukung proses kegiatan
ekstrakuriluler. Tindakan umpan balik ini bisa dalam bentuk evaluasi atau
penilaian kinerja. Kepala sekolah harus memiliki strategi untuk
memberikan umpan balik ini harus diungkapkan dengan jelas sehingga
59
penerima dapat menerima dan menggunakannya. Tindakan kepala
sekolah tersebut sebenarnya masuk ke dalam kategori jenis pengawasan
berdasarkan teknik mengawasi (Manullang, 2015: 177, Hasibuan, 2016:
247).
Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah terhadap kegiatan Rohis
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan dengan pengamatan secara
langsung ketika diadakan kegiatan dan melaui laporan kegiatan baik
secara lisan dan tulisan dari pembina ekstrakurikuler sudah tergolong
maksimal karena hampir memenuhi semua unsur dari pada teknik
pengawasan.
Seteletah mengamati program pengawasan Kepala Sekolah yang
telah dilakukan di atas. Dapat dibuatkan tabel kategorisasi program
pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan, sebagai berikut:
Tabel 4.5
Kategorisasi Program Pengawasan Kepala Sekolah
No.
Pengawasan
Berdasarkan
Waktu
Pengawasan
Berdasarkan
Objek
Pengawasan
Berdasarkan
Subjek
Pengawasan
Berdasarkan
Teknik
Mengawasi
1
Preventif dalam
bentuk mengadakan
rapat mengenai
jadwal kegiatan
Rohis dan
pembagian tugas
Pembina Rohis
Aspek manajemen
organisasi Rohis,
meliputi:
Planning,
Organizing,
Actuating,
Controling.
Kepala Sekolah
berinteraksi
secara langsung
meninjau
kegiatan Rohis
dilapangan.
Kepala sekolah
melakukan
observasi
2
Represif, dalam
bentuk membuat
program penilaian
kegiatan Rohis
Sumber daya
manusia yg
terlibat di Rohis
─
Kepala sekolah
melakukan
wawancara
3 ─ Laporan hasil
kegiatan ─
Kepala sekolah
meminta laporan
secara tertulis
setiap bulan.
Pada dasarnya upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah adalah untuk
mengawasi proses organiasasi yang terjadi di sekolah yang harus berjalan
dengan efektif. Pengawasan yang efektif harus melibatkan semua tingkat
manajer dari tingkat atas sampai tingkat bawah, dan kelompok-kelompok
60
kerja serta memegang erat prinsip pengawasan. suatu program pengawasan
haruslah mengandung prinsip-prinsip pengawasan yang sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan oleh organisasi sekolah. Adapun prinsip yang dapat
dilakukan, sebagaimana pendapat Koontz dan O’Donnel yang dikutip oleh
Manullang (2015: 174) tentang prinsip-prinsip pengawasan orgasnisasi
sebagai berikut:
a. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-
kegiatan yang diawasi.
b. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
c. Fleksibel.
d. Dapat mereflektir pola organisasi.
e. Ekonomis.
f. Dapat dimengerti.
g. Dapat menjadmin diadakannya tindakan korektif.
Prinsip pengawasan di atas, dapat digunakan kepala sekolah dalam
rangka melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang manajer pada sekolah
yang dipimpinnya. Menurut Danim dan Khairil (2011: 168) menjelaskan
bahwa prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan kode etik pengawasan satuan pendidikan. Dengan demikian,
program pengawasan kepala sekolah bukanlah semata-mata untuk mencari
kesalahan sebagai dasar untuk memberikan hukuman, akan tetapi dalam
rangka membina dan mengembangkan mutu pendidikan sehingga secara
bertahap kinerja sekolah semakin meningkat menuju tercapainya sekolah
yang efektif
Dalam dunia pendidikan dapat efektif jika pada setiap tingkatan
pendidikan mempunyai keterpaduan, kerja sama yang baik antara kelompok
kerja (guru) dan pimpinan dalam melakukan pengawasan. Selain itu,
kerjasama dalam pengembangan program pengawasan terhadap Rohis
tentunya sangat dibutuhkan, sebagai bentuk usaha yang riil bahwa sekolah
benar-benar ingin meningkatkan nilai religius dengan kegiatan dalam
dakwah umum yaitu studi dasar Islam melalui materi pemahaman dasar-
dasar keislaman, bimbingan baca Al-Quran selain melakukan perintah agama
juga adanya prestasi yang didapat oleh salah satu siswa dengan mengikuti
perlombaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Dalam hal ini kegiatan
Rohis di sekolah dapat berkembang dengan baik dan maksimal harus ada
61
kerjasama yang kuat dan peningkatan kesepahaman dari semua stakeholder
yang ada.
Dampak dengan adanya program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ialah terciptanya
pemahaman Islam Moderat pada setiap anggota Rohis dan meningkatnya
sikap keberagamaan. Hal ini Dari segi ibadah siswa juga tetap dalam
menjalankan ibadah wajib dan sunnah. Terbukti dengan adanya pelaksanaan
sholat berjamaah, membaca al Qur’an dan puasa sunnah, selain itu hal ini
dapat dilihat dari hormatnya para siswa/anggota Rohis terhadap guru, patuh
terhadap orang tua, dan peduli terhadap teman sebaya yang mengalami
kesulitan (Selfi, 6 April 2018, Iqbal, 6 April 2018 dan Ramdhani, 6 April
2018). Selain itu, dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh kepala
sekolah, siswa yang mengikuti kegiatan Rohis tidak merasa terintimidasi
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Rohis. Hal ini sejalan dengan konsep
pengawasan yang dikemukakan oleh Marthur dan Chauhan (2018: 10) dalam
Journal of Human Resource Management, menjelaskan bahwa “Rude and
violent supervision on a regular basis put employees into a depressive
situation and may cause various deviant behaviors. It is recommended to the
supervisors that they should be humble and cordial towards their employees
while supervising”. Maka dalam hasil temuan penelitian ini dapat
disimpulkan indikator sikap keberagamaan siswa yang mengikuti Rohis
sebagai berikut:
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan;
b. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih
banyak diimplementasikan dalam sikap dan tingkah laku;
c. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman agama;
d. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan meruapakan
realisasi dari sikap hidup;
e. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas;
f. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama lebih didasarkan atas pertimbangan hati
nurani;dan
62
g. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi
sosial keagamaan sudah berkembang.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pengawasan Kepala
Sekolah Terhadap Rohani Islam di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa
narasumber termasuk kepala sekolah, diperoleh analisis jawaban mengenai
faktor pendukung program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, yaitu:
a. Kegiatan pengawasan terhadap Rohis yang sudah terprogram
Pengembangan program dan pelaksanaan pengawasan kepala sekolah
yang baik dan teratur, akan membawa hasil yang baik pula. Sebagaimana
Solihin (2009: 71) mendefinisikan program adalah serangkaian kegiatan
yang memiliki durasi waktu tertentu serta dibuat untuk mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Artinya, dalam definisi tersebut program
merupakan aktivitas yang memiliki durasi tertentu. Senada dengan
pendapat tersebut, menurut Charles O. Jones dalam Shalfiah (2013: 978),
bahwa program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan,
memiliki beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang
untuk mengindentifikasi suatu aktivitas. Maka, program pengawasan
kepala sekolah dalam hal ini dapat dicermati dengan adanya tahap
perencanaan sebelum melakukan pengawasan terhadap Rohis di SMK Al
Amanah. Pengawasan dapat dilakukan dengan waktu yang telah
ditentukan atau sewaktu-waktu tanpa dijadwalkan, hal ini untuk
menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan
untuk jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan
ekstrakurikuler (Muhroj, 2 April 2018). Hal tersebut dibenarkan oleh
Pembina Rohis, dalam keterangannya, bahwa pengawasan program
Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan ini sudah ada jadwal
kegiatan pengawasan dari kepala sekolah. Namun terkadang kepala
sekolah secara tiba-tiba datang untuk melihat kegiatan Rohis (Mashuri, 2
April 2018).
63
Penyampaian program pengawasan yang baik, dapat memotivasi
siswa untuk lebih responsif dalam mengikuti kegiatan Rohis di sekolah.
Selain pembimbingan dari kepala sekolah juga dapat membimbing dan
mengarahkan siswa untuk mengembangkan potensi diri.
b. Sifat dan karakter bawahan yang dipimpinnya.
Diantara faktor pendukung pengawasan kepala sekolah ialah sifat dan
karakter bawahan yang dipimpinnya. Pengalaman dan keterampilan
bawahan juga menjadi faktor pendukung lainnya seperti yang dialami
oleh kepala sekolah SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, yaitu
memiliki sifat dan karakter bawahan atau guru Pembina Rohis bersifat
kekeluargaan dan memiliki keterampilan yang baik serta guru Pembina
yang mempunyai pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang keilmuan
agama Islam. Selain itu, dukungan dari kepala sekolah baik itu dari segi
materi maupun non materi. Sebagai guru yang mendapat tugas tambahan,
kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap
kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekolah.
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berusaha
menjalankan tugas dengan baik, untuk melaksanakan pengembangan
pendidikan yang diembannya. Kompleksitas tugas yang diemban oleh
kepala sekolah menuntutnya untuk memiliki keterampilan pada taraf
tinggi dalam bidang konsep keadministrasian, kemampuan melakukan
hubungan manusiawi dengan staf secara perseorangan dan kelompok.
Hubungan dalam organisasi menunjukkan kaitan antara tanggung jawab,
wewenang dan pelaporan atau akuntabilitas. Akuntabilitas adalah
keharusan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang mengacu
kepada sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Oleh karena itu,
kepala sekolah membutuhkan kerjasama dengan guru dan staf lainnya
dalam menjalankan setiap kegiatan eksrakurikuler. Seperti yang peneliti
paparkan pada penyajian data bahwa kepala sekolah telah berupaya
memberikan kesempatan kepada guru Pembina Rohis untuk mengikuti
berbagai penataran dan pelatihan.
c. Anggota Rohis
Hal yang menjadi pendukung selanjutnya dalam program
pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis ialah anggota Rohis itu
64
sendiri. Anggota Rohis merupakan siswa yang aktif mengikuti kegiatan
Rohis serta menjadi bagian kepengurusan Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan. Selain itu minat anggota Rohis juga termasuk di
dalamnya.
Munculnya minat pada siswa yang menjadi anggota Rohis di SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan dalam mengikuti kegiatan Rohis
tidak ada yang tidak memiliki alasan. Alasan-alasan tersebut
sebagaimana dikemukakan diantaranya ingin menambah pengalaman
berorganisasi dalam pengembangan diri di sekolah, menambah
pengetahuan tentang ilmu agama Islam yang sesuai kaidah al Qur’an,
hadist dan sunnah Nabi Muhammad Saw., meningkatkan kualitas dalam
melaksanakan ibadah, dan meningkatkan toleransi dalam kehidupan
keberagamaan di lingkungan sekolah serta masyarakat (Selfi, 6 April
2018, Ramadhani, 6 April 2018, Iqbal 6 April 2018, dan Erlangga, 6 April
2018).
Alasan-alasan di atas sesuai dengan pendapat pakar tentang beberapa
hal yang mempengaruhi insting kecintaan belajar siswa bisa menjadi
sirna sebagaimana dikemukakan oleh Klien yang dikutip oleh
Megawangi (2013:43-44) karena meliputi: (1) suasana belajar yang tidak
mendukung; (2) pelajaran yang disajikan hanya sebagai persiapan
menjawab tes dan lain sebagainya; dan (3) lebih mengharapkan
keberhasilan akademik dengan diukur nilai angka dan rangking.
Keselarasan antara teori dan praktik tersebut terlihat dari adanya
pengaruh lingkungan. Sebagaimana dikemukakan bahwa alasan anggota
Rohis sangat berminat mengikuti kegiatan Rohis adalah notabene
dikarenakan ingin mempunyai nilai toleransi keberagamaan di
lingkungan sekolah dan masyarakat.
Selain itu, berdasarkan pemaparan di atas telah didapatkan beberapa
hal yang memotivasi anggota Rohis itu menumbuhkembangkan minatnya
dalam mengikuti setiap kegiatan Rohis, diantaranya:
Pertama, diri sendiri. Rasa ingin tahu yang tercipta membuat setiap
anggota Rohis termotivasi semangat belajar serta pengembangan diri di
sekolah. Untuk itu hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses maupun
hasil daripada kegiatan Rohis yang ada.
65
Kedua, lingkungan. Lingkungan menjadi salah satu aspek yang dapat
mempengaruhi proses Pendidikan. Adapun lingkungan yang dimaksud
sebagai sekolah juga masyarakat di sekitarnya. Telah banyak teori yang
menyatakan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pembelajaran
khususnya dalam minat. Kondisi lingkungan yang tercipta dengan positif,
tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi siswa itu sendiri.
d. Pembina Rohis
Sebagaimana diketahui bahwa Pembina Rohis ialah guru yang
diberikan tugas tambahan oleh kepala sekolah untuk membina,
membimbing, dan melatih siswa yang mengikuti kegiatan Rohis di SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Guru dalam Pendidikan Islam
menurut Tafsir (2014: 74) adalah sama dengan teori pada umunya yakni
siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.
Pembina Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan hanya
terdapat satu orang saja. Sedangkan secara kualitas, Pembina Rohis
sudah bagus. Sebagaimana dipaparkan oleh anggota Rohis bahwa
Pembina Rohis saat ini sudah menguasai materi tentang ilmu agama
Islam dan juga memiliki pengalaman yang banyak dalam hal
pengembangan diri siswa, selain itu cara penyampaian yang sangat
mudah dipahami oleh anggota Rohis ketika kegiatan Rohis sedang
berlangsung (Selfi, 6 April 2018, Ramadhani, 6 April 2018, Iqbal 6 April
2018, dan Erlangga, 6 April 2018).
Selain itu, guru Pembina Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang
Selatan telah memiliki kompetensi pedagogik. Hal ini ditunjukkan
melalui sikap dalam penyampaian materi kepada anggota Rohis sehingga
membuat kondisi menjadi nyaman. Kenyamanan juga dirasakan peneliti
pada saat melakukan wawancara dan observasi kegiatan Rohis di SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Pembina Rohis juga sangat akrab
dengan anggota Rohis baik pada saat kegiatan berlangsung maupun di
luar kegiatan Rohis yang sudah terjadwalkan. Saat bertemu di lingkungan
sekolah misalnya, dengan nada tidak serius Pembina Rohis menyapa
dengan salam dan menanyakan kabar serta lainnya kepada setiap siswa
yang ditemuinya. Bahkan secara spontanitas terkadang memberikan
nasihat maupun motivasi kepada siswa meskipun siswa tersebut bukan
dari anggota Rohis.
66
Dengan adanya kemampuan dan kompetensi guru Pembina Rohis
yang sesuai dengan bidang keilmuan agama Islam. Hal ini menjadi faktor
pendukung kepala sekolah dalam menerapkan program pengawasan
terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Selain itu,
kepala sekolah juga biasanya berdiskusi dengan guru Pembina Rohis
untuk menentukan materi yang akan diberikan kepada anggota Rohis
(Mashuri, 2 April 2018).
Dengan demikian program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan menjadi lebih mudah
diimplementasikan oleh kepala sekolah.
e. Keahlian dan pengetahuan kepala sekolah
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk
dan memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, pengalaman
dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader
dapat diananlisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi. Kepala sekolah SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan mempunya masa kerja selama 25 tahun yakni dari
tahun 1992 sampai sekarang ini merupakan sebuah pengalaman yang
beliau dapatkan untuk menganalisis perkembangan kegiatan-kegiatan
yang ada disekolahnya termasuk kegiatan Rohis. Hal ini memungkinkan
kepala sekolah untuk melakukan pengawasan secara lebih maksimal lagi.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat ahli bahwa kepala sekolah
memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen
sekolah agar berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan kebutuhan zaman (Mulyasa, 2011: 18).
Selain faktor pendukung yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini
terdapat pula faktor penghambat program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Adapun
beberapa faktor penghambat tersebut sebagai berikut:
67
a. Fasilitas
Fasilitas belajar atau sarana penunjang kegiatan merupakan
bagian yang tak dapat dipisahkan dalam proses pengembangan diri
siswa dalam kegiatan Rohis maupun kegiatan ekstrakurikuler
lainnya. Terlepas dari mewah atau tidaknya fasilitas tersebut, namun
fasilitas tersebut harus terpenuhi.
Berdasarkan hasil observasi peneliti dan wawancara dengan
anggota Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
Diketahui bahwa fasilitas untuk kegiatan Rohis nampaknya masih
kategori kurang terpenuhi. Hal ini terlihat dari tidak adanya ruangan
khusus untuk Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan,
saat ini untuk ruangan masih digabung dengan ruang OSIS. Sehingga
dalam pelaksanaannya dapat mengganggu ketika secara bersamaan
ruangan tersebut digunakan baik oleh anggota Rohis maupun anggota
OSIS (Muhroj, 2 April 2018, Mashuri, 2 April 2018, dan Erlangga 6
April 2018).
Hal tersebut menjadi penghambat, dikarenakan menurut Tafsir
(2014: 90-91), bahwa fasilitas dalam proses pembelajaran itu
sangatlah penting. Dengan demikian, kurangnya fasilitas Rohis akan
menjadi faktor penghambat program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
b. Anggaran Dana
Anggaran dana memang menjadi faktor penghambat yang
tergolong cukup sensitif. Dalam melaksanakan program pengawasan
kepala sekolah memang sudah merencanakan terlebih dahulu dalam
program kerja tahunan. Namun, untuk berjalannya program tersebut
dibutuhkan anggaran dana.
Berdasarkan pemaparan kepala sekolah, bahwa mengeluhkan
mengenai anggaran dana dikarenakan program pengawasan terhadap
Rohis masih disatukan dengan kegiatan supervisi pendidikan
(Muhroj, 2 April 2018). Hal ini menjadi hambatan bagi kepala
sekolah karena belum adanya anggaran khusus untuk pengawasan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh
Tafsir (2014: 98) bahwa peningkatan mutu sekolah memerlukan
68
sekurang-kurangnya dua syarat yakni penguasaan teori Pendidikan
yang modern dan ketersediaan dana yang cukup.
Dengan demikian, guna meningkatkan kualitas program
pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis diperlukan anggaran dana
khusus, dan tidak lagi disatukan dengan program atau kegiatan
sekolah lainnya. Sehingga program pengawasan tersebut dapat
terlaksana secara komprehensif.
4. Dampak Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani Islam
di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
Suatu program tentunya akan menghasilkan dampak terhadap organisasi
yang menjalankan program tersebut. Begitu juga dengan program
pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan ini yang telah menjalankan programnya tentunya
mempunyai dampak tersendiri. Dampak sangat erat kaitannya dengan adanya
sebuah implementasi. Implementasi yang tentunya ditentukan oleh berbagai
faktor, sehingga akan dapat memberikan pengaruh positif atau negatif
sebagai hasil dari pelaksanaanya.
Setelah diadakan program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis di
SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Maka, anggota Rohis mempunyai
kesadaran dalam beraqidah sudah baik yang dapat dibuktikan dengan
banyaknya kegiatan keagamaan disekolah yang dilakukan oleh anggota
Rohis bersama pembina Rohis seperti pengajian rutin, dhuha bersama,
membaca al Qur’an, dan muhadhorah (Selfi, 6 April 2018, Ramadhani, 6
April 2018, Iqbal 6 April 2018, dan Erlangga, 6 April 2018). Selain itu
kesadaran dalam ibadah, tampak pula dalam komitmen siswa untuk
membiasakan diri melakukan sholat dzuhur dan ashar berjamaah (Mashuri,
2 April 2018). Selain itu, Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
tidak terkontaminasi nilai radikalisme. Adapun nilai radikalisme yang
dimaksud ialah memiliki stigma negatif terhadap kelompok agama yang
berbeda, membid’ahkan pandangan yang berbeda dan memonopoli
kebenaran, mengusung Khilafah Islamiyah, menolak demokrasi, dan
memiliki stigma negatif terhadap negara barat. Maka ini akan menjadikan
sekolah sebagai pusat memperoleh pengetahuan keagamaan dan tentu saja
dijadikan pusat pembiasaan dalam pembinaan sikap keberagamaan.
69
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diketahui, para siswa yang
mengikuti Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, dapat
membentuk karakter atau kepribadian peserta didik yang mulia. Memiliki
karakter yang mulia sangatlah penting, terutama untuk menghadapi zaman
modern dan arus globalisasi, di mana nilai-nilai karakter Islam dapat
dijadikan kontrol dan filter dari nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ajaran
agama, sehingga tidak akan terjadi krisis moral serta tidak berkembang
paham radikalisme di kalangan siswa.
Hal itu berarti program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis dapat
membantu tujuan pendidikan nasional dapat tercapai yaitu mencetak generasi
bangsa yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negera yang
bertanggung jawab.
Berdasarkan paparan temuan penelitian di atas, berikut akan disajikan
bagan 4.2 tentang temuan penelitian.
70
Gambar 4. 2
Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohis
di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
(Sumber: Hasil penelitian, 2018) Sumber: Munandar, 2018.
Masalah Rohis:
• Ektrakurikuler
Rohis dijadikan
sarana perekrutan
kelompok radikal
• Aktivis Rohis
dipengaruhi paham
radikalisme
• Lemahnya
pengawasan kepala
sekolah terhadap
Rohis
Kepala Sekolah
membuat Program
Pengawasan Rohis,
meliputi:
1. Pengawasan
berdasarkan waktu;
2. Pengawasan
berdasarkan objek;
3. Pengawasan
berdasarkan subjek;
dan
4. Pengawasan
berdasarkan Teknik
mengawasi.
Dampak Program
Pengawasan Kepala
Sekolah:
• Rohis dijadikan
sebagai pusat
memperoleh
pengetahuan
keagamaan dan
tentu saja dijadikan
pusat pembiasaan
dalam pembinaan
sikap keberagamaan
serta tidak
berkembang paham
radikal.
Faktor Pendukung:
1. Pengawasan terprogram.
2. Sifat dan karakter
3. Anggota Rohis
4. Pembina Rohis
5. Keahlian kepala sekolah
Faktor Penghambat:
1. Fasilitas
2. Anggaran dana
71
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan hasil temuan penelitian pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Program pengawasan Kepala Sekolah terhadap Rohis di SMK Al Amanah
Kota Tangerang Selatan merupakan bentuk upaya Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kualitas terhadap kegiatan pengembangan diri siswa khususnya
Rohis. Selanjutnya, program pengawasan terhadap kegiatan Rohis telah
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
dengan cara membuat program pengawasan sebagai berikut: Pertama,
pengawasan berdasarkan waktu. Kepala Sekolah melakukan pengawasan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan tersebut
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesalahan agar terhindar dari
penyimpangan dalam pelaksanaannya. Selain itu, Kepala Sekolah pun
melakukan pengawasan terhadap Rohis pada waktu yang tak terduga atau
dadakan. Dengan kata lain pengawasan ini mengukur hasil-hasil yang telah
dicapai dengan alat ukur standar yang telah ditentukan dengan cara
membandingkan antara hasil dan rencana, kemudian menganalisis sebab-sebab
yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya. Kedua,
pengawasan berdasarkan objek. Kepala Sekolah melakukan pengawasan pada
objek yang diawasinya yaitu Rohis sebagai objek pengawasannya mulai dari
aspek perencanaan kegiatan Rohis, sumber daya manusia (SDM) yang terlibat
pada kegiatan Rohis sampai dengan laporan hasil kegiatan Rohis. Ketiga,
pengawasan berdasarkan objek. Hal ini dapat diketahui pada aspek guru Pembina
Rohis dan Anggota Rohis sebagai subjeknya. Pengawasan ini dilakukan Kepala
Sekolah dengan cara terjun langsung berinteraksi dengan anggota Rohis pada
saat aktivitas Rohis berjalan. Pengawasan tersebut dapat juga disebut dengan
pengawasan internal, yaitu Kepala Sekolah secara langsung meninjau kegiatan
ekstrakulikuler Rohis dilapangan untuk mengetahui apakah kekurangan dari
kegiatan program Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Keempat,
pengawasan berdasarkan teknik mengawasi. Pada pengawasan jenis ini Kepala
Sekolah meminta laporan baik lisan maupun tertulis serta melakukan observasi
terhadap guru Pembina Rohis bertanggungjawab atas kegiatan Rohis di SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan. Selain itu Kepala Sekolah juga melakukan
wawancara dengan guru Pembina Rohis guna menggali informasi lebih
komprehensif terhadap kegiatan Rohis.
72
Implementasi program pengawasan Kepala Sekolah terhadap Rohis di SMK
Al Amanah Kota Tangerang Selatan, tentunya memiliki faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam proses pelaksanaannya. Adapun faktor pendukung
tersebut meliputi: (1) Kegiatan pengawasan terhadap Rohis yang sudah
terprogram; (2) Sifat dan karakter bawahan yang dipimpinnya; (3) Anggota
Rohis; (4) Pembina Rohis; dan (5) Keahlian dan pengetahuan Kepala Sekolah.
Selanjutnya, mengenai faktor penghambat program pengawasan Kepala Sekolah
terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan pada
pelaksanaanya, meliputi: (1) Fasilitas; dan (2) Anggaran dana.
Dampak yang ditimbulkan dalam program pengawasan Kepala Sekolah
terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, yaitu anggota
Rohis mempunyai kesadaran dalam beraqidah sudah baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya kegiatan keagamaan di sekolah yang dilakukan
oleh anggota Rohis bersama guru Pembina Rohis seperti pengajian rutin, dhuha
bersama, membaca al Qur’an, dan muhadhorah. Selain itu kesadaran dalam
ibadah, tampak pula dalam komitmen siswa untuk membiasakan diri melakukan
sholat dzuhur dan ashar berjamaah. Selain itu, Rohis di SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan tidak terkontaminasi nilai radikalisme. Adapun nilai
radikalisme yang dimaksud ialah memiliki stigma negatif terhadap kelompok
agama yang berbeda, membid’ahkan pandangan yang berbeda dan memonopoli
kebenaran, mengusung Khilafah Islamiyah, menolak demokrasi, dan memiliki
stigma negatif terhadap negara barat. Dengan demikian, Rohis yang ada di
sekolah akan menjadikan sebagai pusat memperoleh pengetahuan keagamaan
dan tentu saja dijadikan pusat pembiasaan dalam pembinaan sikap
keberagamaan. Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diketahui apabila
nilai-nilai tersebut dapat terinternalisasi ke dalam diri para siswa yang mengikuti
Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan, serta dapat membentuk
karakter atau kepribadian peserta didik yang mulia, sehingga paham radikalisme
tidak berkembang di lingkungan sekolah.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan di atas, beberapa saran dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Bagi Kepala Sekolah, saran secara umum yaitu diharapkan untuk mampu
mengembangkan program pengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler Rohis
yang ada di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian, target
pengembangan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat tercapai dengan
efektif dan efisien. Selain itu, Kepala Sekolah diharapkan mampu memenuhi
fasilitas ekstrakurikuler khususnya Rohis serta membuat anggaran dana untuk
73
pengembangan kegiatan Rohis. Terakhir, diharapkan Kepala Sekolah
mempunyai kerjasama dengan organisasi eksternal sekolah, sehingga akan
memberikan kesempatan bagi anggota Rohis meningkatkan pengetahuan dan
penguatan sikap keberagamaan.
Bagi anggota Rohis, diharapkan agar dapat meningkatkan komitmen diri
dalam belajar, meningkatkan rasa ingin tahu dan meningkatkan minat serta bakat
yang dimiliki, sehingga tujuan untuk mengembangkan kompetensi dapat
tercapai. Selain itu, hendaknya senantiasa untuk menjaga nilai keberagamaan
yang sudah tercapai. Apabila mempunyai masalah tentang implementasi ilmu
agama Islam diharapkan untuk senantiasa bertanya atau meminta penjelasan
dengan guru Pembina Rohis atau guru Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat
terhindar dari pemahaman yang negatif bahkan radikal.
Bagi pemerintah dan masyarakat, diharapkan untuk senantiasa ikut andil
memberikan pengawasan terhadap kegiatan Rohis sekolah maupun di luar
sekolah. Selain itu, diharapkan mampu kerjasama dalam penciptaan kondisi
lingkungan yang mempunyai nilai toleransi keagamaan, ramah, aman, dan
nyaman bagi sekolah maupun masyarakat secara lebih luas. Peran tersebut sangat
dibutuhkan dikarenakan keterbatasan kemampuan pihak sekolah yang hanya
mampu mengawasi di dalam lingkungan sekolah. Maka pengawasan di luar
sekolah itu menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. (2016). Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Apriliani, Ismi dan Gazali, Hatim. “Toleransi Remaja Islam kepada Pemeluk Agama
yang Berbeda: Studi Ekstrakurikuler Rohani Islam (ROHIS) SMA di Bekasi,
Jawa Barat”. Dalam jurnal At Tarbawi Volume 01 Nomor 01 Januari-Juni 2016.
Danim, Sudarman dan Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Adi Mahasatya.
Danim, Sudarwan dan Khairil, H. (2011). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Darajat, Zakiyah. (1994). Remaja, Harapan dan Tantangan. Jakarta: CV. Ruhma.
Ekosiswoyo, Rasdi. “Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif Kunci
Pencapaian Kualitas Pendidikan”. Dalam jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 14 Nomor
02 Juni 2017.
Fajar, A. Malik. (2005). Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindopersada.
Fatimatuzzohrah. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Mataram.
Tesis. Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahihm, 2010.
Fattah, Nanang. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Habibullah, Achmad. “Sikap Sosial Keagamaan Rohis di SMA pada Delapan Kota
Di Indonesia”, dalam Jurnal Edukasi, Volume 12 No. 3 September-Desember
2014.
Habullah. (2006). Otonomi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindopersada.
Hamdi, Imam. (2017). Wahid Foundation Lebih dari 60 persen Aktivis Rohis Siap
Jihad. https://nasional.tempo.co/read/847299/wahid-foundation-lebih-60-
persen-aktivis-rohis-siap-jihad (Diakses pada tanggal 8 Oktober 2017)
Hasibuan, S.P, Malayu. (2016). Manajemen; Dasar. Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hoy, K. Wayne dan Miskel, G. Cecil. (2014). Administrasi Pendidikan; Teori, Riset,
dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
75
Imron, Ali. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Imron, Ali. (2013). Proses Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Iswanto, Agus. “Literatur Keagamaan Aktivis Rohani Islam Di SMA; Studi Kasus
Di Kota Serang Provinsi Banten”, dalam Jurnal Edukasi, Volume 13 No. 3
Desember 2015.
Jalaluddin. (2008). Psikologi Agama (Memahami Perilaku Keagamaan dengan
Mengasplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kasan, Tholib. (2007). Teori dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Studia Press.
Kemdikbud (2010). Permendiknas No. 28 tentang Standar Kepala Sekolah
Kemedikbud. (2013). Permendikbud Nomor 18A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum.
Kementerian Agama RI. (2015). Panduan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis).
Jakarta: Direktorat Pais.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Manullang, M. (2015). Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Mathur, Garima and Chauhan, Abhijeet S. “Analyzing The Relationship Between
Depression, Abusive Supervision & Organizational Deviance: An SEM
Approach”. In Journal of Human Resource Management Volume XXI No. 1
March 2018.
Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. (2013). Analisa Data Kualitatif,
(diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Musfah, Jejen. (2015). Manajemen Pendidikan; Teori, Kebijakan & Praktik.
Jakarta: Prenadamedia Group
76
Musfah, Jejen. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan; Mengurai Krisis Karakter
Bangsa. Jakarta: Prenadamedia Group.
Ngaidin. Implementasi Pendidikan Karakter melalui kegiatan Ekstrakurikuler
Rohani Islam (Rohis) dan Kegiatan Pembiasaan Keagamaan SMA Negeri Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Tesis. Program Studi Pendidikan Agama
Islam, Sekolah Pascasarjana IAIN Salatiga, 2017.
Noer, Ali, dkk. “Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) dalam
Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Ibnu Taimiyah Pekanbaru”.
Dalam jurnal Al Thariqah Volume 02 Nomor 01 Juni 2017.
Nurochim. (2016). Administrasi Pendidikan. Bekasi: Granata Publishing.
Peluso, Angel. “Practice What We Preach: Supervisory Practice for Youth Worker
Professional Development”. In Journal of Youth Development Volume 12 Issue
1 DOI 10.5195/jyd.2017.481.
Robbins, P. Stephen, and Coulter, Mary. Management (Eleventh Edition). New
Jersey: Pearson.
Sa’ud, Saifudin, Udian. (2006). Perencanaan Pendidikan; Suatu Pendekatan
Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Samsirin. “Konsep Manajemen Pengawasan Dalam Pendidikan Islam”. Dalam
Jurnal At-Ta’dib Volome 10 Nomor 02 Juni 2015.
Santrock, John W. (2007). Child Development, Eleventh Edition. Diterjemahkan
oleh Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti, Perkembangan Anak. Edisi Ketujuh.
Jakarta: Erlangga.
Shalfiah, Ramandita. “Peran Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Dalam Mendukung Program-Program Pemerintah Kota Bontang”, dalam Jurnal
Ilmu Pemerintahan, Volume 1 No. 3 Maret 2013.
Siagian, P. Sondang. (2007). Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sofanudin, Aji. “Aktivitas Keagamaan Siswa dan Jaringan Mentoring Rohis SMA
Negeri Di Kabupaten Sukoharjo”. Dalam jurnal SMaRT Volome 03 Nomor 01
Juni 2017.
Solihin, Ismail. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Subandi. “Supervision Implementation In Management Quality: An Attempt to
Improve The Quality of Learning at Madrasah Aliyah Darul A’mal Metro”. In
Journal IPI State Islamic Institute of Raden Intan, Volume 1 No. 3 June 2015.
77
Sule, T. Ernie dan Saefullah, Kurniawan. (2008). Pengantar Manajemen. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Tadjudin. “Pengawasan dalam Manajemen Pendidikan”. Dalam jurnal Ta’allum
Volume 01 Nomor 02 Nomvember 2013.
Tafsir, Ahmad. (2009). Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2014). Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: PT.
Rosdakarya.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar
Grafika.
Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Rajargafindo Persada.
Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar
(Learning Organization). Bandung: Alfabeta.
Yani, Zulkarnain. “Bacaan Keagamaan Aktivis Rohis; Studi Kasus di SMA Negeri
3 dan 4 Kota Medan”, dalam Jurnal Edukasi, Volume 12 No. 3 September-
Desember 2014.
Zaman, Badrus. “Pelaksanaan Mentoring Ekstrakurikuler Rohani Islam (ROHIS)
dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas X di SMA Negeri 3
Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016”. Dalam jurnal Inspirasi Volume 01 Nomor
01 Januari-Juni 2017.
Wawancara
Muhroj, Ahmad. Kepala SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 2 April 2018.
Kantor Kepala Sekolah.
Mashuri. Guru Pembina Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 2 April
2018. Ruang Guru.
Sudarto, Sapto. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Al Amanah Kota
Tangerang Selatan. 4 April 2018. Ruang Wakil Kepala Sekolah.
Selfi, Ayudia. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6 April
2018. Ruang Guru.
Iqbal, Muahmmad. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6 April
2018. Ruang Guru.
78
Ramadhani, Annisa. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6
April 2018. Ruang Guru.
Erlangga, Rizqi. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6 April
2018. Ruang Guru.
79
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
UJI REFERENSI
Nama : Dede Munandar
NIM :21160181000025
Judul Tesis : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohis di SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan.
I No. Indentitas Buku, Jurnal. Tesis, dan Lainnya. p Pt1~~abf.
". . em(fm mg
1 Aedi, Nur. (2016). Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. AI Y ogyakarta: Gosyen Publishing.j '\. Apriliani, Ismi dan Gazali, Hatim. "Toleransi Remaja! \ Islam kepada Pemeluk Agama yang Berbeda: Studi·
2 Ekstrakurikuler Rohani Islam (ROHIS) SMA di Bekasi, I i Jawa Barat". Dalam jumal At Tarbawi Volume 01 Nomor /
01 Januari-Juni 2016. Danim, Sudarman dan Supamo. (2009). Manajemen dan )
3 Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan. ~
! Jakarta: Adi Mahasatya. Il\
· 4 Danim, Sudarwan dan Khairil, H. (2011). Profest III Kependidikan. Bandung: Alfabeta. /I
· 5 Darajat, Zakiyah. (1994). Remaja, Harapan dan ~ I
I Tantangan. Jakarta: CV. Ruhma. /1 Ekosiswoyo, Rasdi. "Kepemimpinan Kepala Sekolah yang • \
6 Efektif Kunci Pencapaian Kualitas Pendidikan". Dalam • / jumalIlmu Pendidikan Jilid 14 Nomor 02 Juni 2017. I
i 7 Fajar, A. Malik. (2005). Holistika Pemiki;an Pendidikan. ! \
· Jakarta: Raja Grafindopersada. ) • Fatimatuzzohrah... Kepemimpihan Kepala Sekolah dalam \ ") i
! 8 Mengembangkan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Mataram. Tests. Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahihm, 2010. J \
· 9 Fattah, Nanang. (2008). Landasan Manajemen • i
I Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. I Habibullah, Achmad. "Sikap Sosial Keagamaan Rohis di ~' i 10 SMA pada Delapan Kota Di Indonesia", dalam Jurnal )
Edukasi, Volume 12 No.3 September-Desember 2014.
• 1~ ~;~~~S~~e;s2~._~_a~)· _O_ton..o._mi Pendidikan. Jakarta: Raja ..1\
I Paraf ! No. Indentitas Buku, Jurnal, Tesis, dan Lainnya.
Pembimbing
Hamdi, Imam. (2017). Wahid Foundation Lebih dart 60
1persen Aktivis Rohis Slap Jihad. 12 https:llnasional.tempo.co/read/847299/wahid-foundation
lebih-60-persen-aktivis-rohis-siap-jihad (Diakses pada tanggal 8 Oktober 2017)
13 Hasibuan, S.P, Malayu. (2016). Manajemen; Dasar. ~ Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Hoy, K. Wayne dan Miskel, G. Cecil. (2014). Administrasi
14 Pendidikan; Teort, Riset, dan Praktik. Y ogyakarta: U Pustaka Pelajar.
15 ImIOn, Ali. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis
I \
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
16 Imron, Ali. (2013). Proses Manajemen Tingkat Satuan ,/Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Iswanto, Agus. "Literatur Keagamaan Aktivis Rohani \
17 Islam Di SMA; Studi Kasus Di Kota Serang Provinsi Banten", dalam Jurnal Edukasi, Volume 13 No. 3 /Desember 2015.
.II
Jalaluddin. (2008). Psikologi Agama (Memahami Perilaku \ 0 18 Keagamaan dengan Mengasplikasikan Prinsip-prinsip
Psikologi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. n,) 19 Kasan, Tholib. (2007). Teori dan Aplikasi Pendidikan. · / }
Jakarta: Studia Press. . \ (
20 Kemdikbud (2010). Permendiknas No. 28 tentang Standar (\),Kepala Sekolah
21 Kemedikbud. (2013). Permendikbud NomoI' 18A Tahun \ 2013 tentang Implementasi Kurikulum. \ )
22 Kementerian Agama RL (2015). Panduan Eksifakurikuler
~i Rohani Islam (Rohis). Jakarta: Direktorat Pais.
I 23 Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. ../ \ Bandung: Pustaka Setia. r
24 Manullang, M. (2015). Dasar-dasar Manajemen. \! Y ogyakarta: Gajah Mada University Press. 1'\
Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. (2013). ./) \ 25 Analisa Data Kualitatif, (diterjemahkan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. \ n . 26
Moleong, Lexy J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. \ J
i Bandung: PT. Remaj a Rosdakarya. fll
I 27 Mulyasa, E. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan V \ KepaZa Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. ~
\
No. Indentitas Buku, Jurnal, Tesis, dan Lainnya. Paraf
Pembimbing ~
28 Musfah, Jejen. (2015). Manajemen Pendidikan; Teori, v1Kebijakan & Praktik. Jakarta: Prenadamedia Group. Musfah, Jejen. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan; VI
29 Mengurai Krisis Karakter Bangsa. Jakarta: Prenadamedia ~ Group. Ngaidin. Implementasi Pendidikan Karakter melalui 1\kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dan
30 Kegiatan Pembiasaan Keagamaan SMA Negeri Kota /Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Pascasarjana lAIN Salatiga, 2017. Noer, Ali, dkk. "Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam
31 (ROHIS) dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan /Siswa di SMK Thnu Taimiyah Pekanbaru". Dalam jumal Al Thariqah Volume 02 Nomor 01 Juni 2017.
32 Nurochim. (2016). Administrasi Pendidikan. Bekasi:
~Granata Publishing. ~
33 Robbins, P. Stephen, dan Coulter, Mary. Management
~(Elevent Edition). New Jersey: Pearson. Sa'ud, Saifudin, Udian. (2006). Perencanaan Pendidikan; ~
34 Suatu Pendekatan KomprehensiJ. Bandung: Remaja ./ i Rosdakarya.
Samsirin. "Konsep Manajemen Pengawasan Dalam \ J
35 Pendidikan Islam". Dalam jumal At-Ta'dib Volome 10 / i Nomor 02 Juni 2015.
I Santrock, John W. (2007). Child Development, elevent j\
36 edition. Diterjemahkan oleh Mila Rachmawati da11 Anna ./Kuswanti, Perkembangan Anak. Edisi Ketujuh. Jakarta:
i Erlangga. i
Shalfiah, Ramandita. "Peran Pemberdayaan Dan . Kesej ahteraan Keluarga (PKK) Dalam Mendukung 1/
37 Program-Program Pemerintah Kota Bontang", dalam / Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 1 No.3 Maret 2013. \ 0
38 Siagian, P. Sondang. (2007). Fungsi-fungsi Manajerial. .-/Jakarta: PT. Bumi Aksara.
" Sofanudin, Aji. "Aktivitas Keagamaan Siswa dan Jaringan 11
39 Mentoring Rohis SMA Negeri Di Kabupaten Sukoharjo". Dalamjumal SMaRT Volome 03 NomorOI Juni 2017.
/
No. Indentitas Buku, Jurnal, Tesis, dan Lainnya. Paraf Perbirnbing
40 Solihin, Ismail. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: ~ Penerbit Erlangga. II
Sule, T. Ernie dan Saefullah, Kurniawan. (2008). \ I) 41 Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenadamedia /
Group. Tadjudin. "Pengawasan dalam Manajemen Pendidikan".
J 42 Dalamjurnal Ta'allum Volume 01 Nomor 02 Nomvember ./
2013. 44 ! Tafsir, Ahmad. (2009). Materi Pendidikan Agama Islam. )Bandung: PT. Rosdakarya. ()
45 Tafsir, Ahmad. (2014). Ilmu Pendidikan dalam Prespektif II Islam. Bandung: PT. Rosdakarya. ():,;
46 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 j , Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika. 1..-"
Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah; )47 Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT
Rajargafindo Persada. ~ Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam /
48 Organisasi Pembelajar (Learning Organization). ! /
Bandung: Alfabeta. \ Yani, Zulkarnain. "Bacaan Keagamaan Aktivis Rohis; \ U Studi Kasus di SMA Negeri 3 dan 4 Kota Medan", dalam
49 Jurnal Edukasi, Volume 12 No.3 September-Desember ./2014. ,
Zaman, Badrus. "Pelaksanaan Mentoring Ekstrakurikuler Rohani Islam (ROHIS) dalam Meningkatkan Kecerdasan
50 Spiritual Siswa Ke1as X di SMA Negeri 3 Boyolali Tahun /1Ajaran 2015/2016". Dalam jurnal Inspirasi Volume' 01 Nomor 01 Januari-Juni 2017. A
51 Muhroj, Ahmad. Kepala SMK Al Amanah Kota Tangerang )Selatan. 2 April 2018. Kantor Kepala Sekolah. ./' A Mashuri. Guru Pembina Rohis SMK Al Amanah Kota )
52 Tangerang Selatan. 2 April 2018. Ruang Guru. I
Sudarto, Sapto. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ~ \
53 SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 4 April 2018. Ruang Wakil Kepala Sekolah /
54 Selfi, Ayudia. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota
\Tangerang Selatan. 6 April 2018. Ruang Guru.
No. Indentitas Buku, Jurnal, Tesis, dan Lainnya. Paraf Perbimbing
I
.
i I
55
56
57
Iqbal, Muahmmad. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6 April 2018. Ruang Guru. Ramadhani, Annisa. Anggota Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6 April 2018. Ruang Guru. Erlangga, Rizqi. Anggota Rohis SAlK Al Amanah Kota Tangerang Selatan. 6 Apri1 2018. Ruang Guru.
!}
/
y
~
1
\
\
.. "
PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI
Judul Penelitian : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani
Islam (ROHIS)
Tempat Penelitian : SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
Hari, Tanggal :
NO ELEMEN PENELITIAN CHECKLIST
ADA TIDAK
1. Data letak geografis sekolah
2. Data sejarah pendirian sekolah
3. Visi dan misi sekolah
4. Data struktur organisasi sekolah
5. Data tentang tenaga pendidik
6. Data tentang peserta didik
7. Data tentang jadwal kegiatan
8. Data keadaan sarana dan prasarana sekolah
9. Data program kerja kepala sekolah
10. Data tentang pengawasan kegiatan ekstrakurikuler ROHIS
11. Data struktur kepengurusan ekstrakurikuler ROHIS
12. Data tentang Materi esktrakurikuler ROHIS
13. Data tentang prestasi yang diraih ekstrakurikuler ROHIS
14. Data tentang keanggotaan esktrakurikuler ROHIS
PEDOMAN OBSERVASI
Judul Penelitian : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani
Islam (ROHIS)
Tempat Penelitian : SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
Hari, Tanggal Observasi :
NO ELEMEN
PENELITIAN
PERNYATAAN/
KRITERIA
PENILAIAN KETERANGAN
4 3 2 1
1. Letak Sekolah Mudah terjangkau
dan strategis
2.
Kondisi fisik bangunan
sekolah dan sarana
prasarana pendukung
proses belajar mengajar
- Bangunan kokoh
dan luas;
- Sarana prasarana
lengkap,
mendukung
dalam kondisi
baik.
3. Proses pembelajaran
secara umum
- Interaksi guru
dan siswa bersifat
formal;
- Memiliki jadwal
kegiatan
pembelajaran
rutin.
4.
Aktivitas proses
pengawasan Kepala
Sekolah terhadap
kegiatan ekstrakurikuler
ROHIS
- Manajemen
Kesiswaan yang
baik oleh Kepala
Sekolah
- Aktivitas Kepala
Sekolah dalam
pengawasan
dimulai dari
Perencanaan
Program sampai
Evaluasi Program
5.
Kelengkapan dokumen
pendukung program
pengawasan Kepala
Sekolah terhadap
kegiatan ekstrakurikuler
ROHIS
Dokumen
perencanaan dan
pendukung
program
pengawasan Kepala
Sekolah terhadap
kegiatan
ekstrakurikuler
ROHIS
6. Aktivitas kegiatan - Aktivitas
ekstrakurikuler ROHIS interaksi anggota
ROHIS dengan
warga sekolah;
- Siswa memiliki
semangat dan
kecintaan dalam
mengikuti
kegiatan ROHIS;
- Siswa mengikuti
pembelajaran
ROHIS dengan
aktif, tertib dan
displin.
7.
Kelengkapan dokumen
pendukung kegiatan
ekstrakurikuler ROHIS
- Memiliki jadwal
kegiatan ROHIS;
- Memiliki
kurikulum/
materi yang
berkaitan dengan
ROHIS;
- Memiliki
Pembina/
pengajar khusus
pengembangan
ROHIS.
8.
Teknik pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap
ekstrakurikuler ROHIS
Teknik pengawasan
yang digunakan
bervariasi, dapat
meningkatkan
semangat aktivitas
anggota
ekstrakurikuler
ROHIS
9.
Media yang digunakan
dalam proses
pengawasan Kepala
Sekolah terhadap
ekstrakurikuler ROHIS
- Terdapat buku
pedoman
pengawasan
- Media
pengawasan yang
digunakan
10.
Tindak lanjut program
pengawasan Kepala
Sekolah terhadap
ekstrakurikuler ROHIS
- Terdapat laporan
kegiatan
ekstrakurikuler
ROHIS;
- Rekomendasi
hasil laporan
pengawasan
11. Situasi dan kondisi Situasi dan kondisi
lingkungan sekolah lingkungan sekolah
yang aman,
nyaman, dan
mendukung
terciptanya proses
pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif,
dan menyenangkan.
Keterangan Kriteria Penilaian:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Apa saja program kerja tahunan kepala sekolah pada tahun ajaran ini?
2. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
3. Adakah program pengawasan khusus untuk ekstrakurikuler Rohis?
4. Bagaimana proses penyusunan program pengawasan terhadap Rohis?
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program pengawasan terhadap
Rohis?
6. Bagaimana tahap implementasi program pengawasan terhadap Rohis
tersebut?
7. Mengenai materi yang akan disampaikan kepada anggota Rohis, bagaimana
cara pembuatan materi tersebut?
8. Adakah hambatan pada tahap implementasi program pengawasan terhadap
Rohis tersebut?
9. Apa yang Bapak lakukan ketika terjadi hambatan implementasi program
pengawasan tersebut?
10. Apa saja faktor pendukung program pengawasan terhadap Rohis?
11. Bagaimana bentuk laporan pengawasan yang telah dilaksanakan?
12. Adakah umpan balik dari terhadap hasil laporan pengawasan?
13. Bagaimana pendapat bapak tentang Islam Radikal?
14. Adakah anggota Rohis atau siswa di sekolah ini yang pernah atau sedang
mengikuti gerakan Radikalisme?
15. Bagaimana peranan orang tua atau masyarakat terkait kegiatan Rohis di
sekolah ini?
16. Adakah bentuk kerjasama dengan pihak luar guna melakukan pengawasan
kegiatan Rohis?
PEDOMAN WAWANCARA
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
2. Adakah program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis?
3. Apakah kepala sekolah mengajak Bapak guna menyusun program
pengawasan tersebut?
4. Bagaimana cara kepala sekolah menyusun program pengawasan terhadap
Rohis?
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program pengawasan terhadap
Rohis?
6. Bagaimana tahap implementasi program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis tersebut?
7. Siapa yang membuat materi kegiatan untuk anggota Rohis?
8. Apakah Bapak pernah menganalisis materi kegiatan Rohis?
9. Adakah hambatan pada tahap implementasi program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis tersebut?
10. Apakah Bapak ikut menyelesaikan hambatan tersebut?
11. Apa saja faktor pendukung program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis?
12. Apakah bapak membuat laporan pengawasan kepada kepala sekolah terhadap
program yang telah dilaksanakan?
13. Bagaimana umpan balik dari kepala sekolah terhadap hasil laporan
pengawasan?
14. Bagaimana pendapat bapak tentang Islam Radikal?
15. Adakah anggota Rohis atau siswa di sekolah ini yang pernah atau sedang
mengikuti gerakan Radikalisme?
16. Bagaimana peranan orang tua atau masyarakat terkait kegiatan Rohis di
sekolah ini?
17. Adakah upaya kepala sekolah untuk kerjasama dengan pihak luar guna
melakukan pengawasan kegiatan Rohis?
PEDOMAN WAWANCARA
GURU PEMBINA ROHIS
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
2. Adakah program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis?
3. Apakah kepala sekolah mengajak Bapak guna menyusun program
pengawasan tersebut?
4. Bagaimana cara kepala sekolah menyusun program pengawasan terhadap
Rohis?
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program pengawasan terhadap
Rohis?
6. Mengenai materi yang akan disampaikan kepada anggota Rohis, bagaimana
Bapak menyusun atau membuat materi tersebut?
7. Bagaimana tahap implementasi program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis tersebut?
8. Adakah hambatan pada tahap implementasi program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis tersebut?
9. Apakah Bapak ikut menyelesaikan hambatan tersebut?
10. Apa saja faktor pendukung program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis?
11. Apakah bapak membuat laporan pengawasan kepada kepala sekolah terhadap
program yang telah dilaksanakan?
12. Bagaimana umpan balik dari kepala sekolah terhadap hasil laporan
pengawasan?
13. Bagaimana pendapat bapak tentang Islam Radikal?
14. Adakah anggota Rohis atau siswa di sekolah ini yang pernah atau sedang
mengikuti gerakan Radikalisme?
15. Bagaimana peranan orang tua atau masyarakat terkait kegiatan Rohis di
sekolah ini?
16. Adakah upaya kepala sekolah untuk kerjasama dengan pihak luar guna
melakukan pengawasan kegiatan Rohis?
PEDOMAN WAWANCARA
ANGGOTA ROHIS
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
2. Apakah kepala sekolah pernah melakukan pengawasan pada saat kegiatan
Rohis?
3. Bagaimana cara kepala sekolah melakukan pengawasan?
4. Apakah kepala sekolah pernah mengajak diskusi mengenai materi kegiatan
Rohis?
5. Apakah kepala sekolah selalu berinteraksi dengan ramah kepada anggota
Rohis?
6. Dengan adanya pengawasan kepala sekolah, apakah merasa terganggu ketika
melaksanakan kegiatan Rohis?
7. Bagaimana kesan selama mengikuti kegiatan Rohis di sekolah?
8. Apa saja program Rohis yang saat ini dilaksanakan?
9. Sejauh mana peran Rohis dalam peningkatan pemahaman ilmu agama Islam?
10. Apakah pernah mendengar tentang gerakan Radikalisme?
11. Bagaimana tanggapan kamu terhadao gerakan Radikalisme?
12. Adakah upaya kepala sekolah untuk kerjasama dengan pihak luar guna
melakukan pengawasan kegiatan Rohis?
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto 1: Wawancara dengan
Anggota Rohis Putera. Foto 2: Wawancara dengan
Anggota Rohis Puteri.
Foto 3: Wawancara dengan Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Foto 4: Wawancara dengan
Kepala Sekolah dan Guru.
Foto 5: Kegiatan Bakti Sosial
yang di Inisiasi oleh Rohis.
Foto 6: Panitia Kegiatan PHBI
Foto 7: Kegiatan Dhuha dan
Dzikir Bersama.
Foto 8: Anggota Rohis Menjadi
Juara dalam Ajang MTQ.
Foto 9: Anggota Rohis yang Mengikuti Kemah
Rohis Tk. Nasional
HASIL OBSERVASI
Judul Penelitian : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani
Islam (ROHIS)
Tempat Penelitian : SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
Hari, Tanggal Observasi : 9 April 2018
NO ELEMEN
PENELITIAN
PERNYATAAN/
KRITERIA
PENILAIAN KETERANGAN
4 3 2 1
1. Letak Sekolah Mudah terjangkau
dan strategis √
Mudah ditemukan
lokasinya melalui
aplikasi GPS maupun
bertanya kepada
masyarakat sekitar
sekolah dan tidak jauh
dari jalan raya.
2.
Kondisi fisik
bangunan sekolah
dan sarana
prasarana
pendukung proses
belajar mengajar
- Bangunan kokoh
dan luas;
- Sarana prasarana
lengkap,
mendukung
dalam kondisi
baik.
√
Mempunyai Gedung
yang luas, indah dan
nampak kokoh.
Memiliki ruang kelas
dan prasarana lainya
seperti mushola,
laboratorium, lapangan
olahraga, dan
perpustakaan yang
nyaman dalam
mendukung proses
pembelajaran.
3.
Proses
pembelajaran
secara umum
- Interaksi guru
dan siswa
bersifat formal;
- Memiliki jadwal
kegiatan
pembelajaran
rutin.
√
Guru memberikan
pembelajaran yang baik
kepada siswa. Terjadi
interaksi saat proses
pembelajaran di kelas
maupun ketika di luar
kelas.
Tersedia jadwal
pembelajaran yang
sesuai dengan
kompetensi keahlian
para guru.
Dukungan media
pembelajaran yang
disiapkan oleh guru
membuat pembelajaran
tidak berjalan secara
monoton.
4.
Aktivitas proses
pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap kegiatan
ekstrakurikuler
Rohis
- Manajemen
Kesiswaan yang
baik oleh Kepala
Sekolah
- Aktivitas Kepala
Sekolah dalam
pengawasan
dimulai dari
Perencanaan
Program sampai
Evaluasi
Program
√
Kepala sekolah
berinteraksi dengan
siswa dan memberikan
motivasi belajar saat
bertemu di luar
pembelajaran.
Kepala sekolah
berkoordinasi dengan
wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan
terutama kegiatan
ekstrakurikuler.
Kepala sekolah
melakukan pengawasan
secara langsung, dalam
bentuk berinteraksi
dengan siswa yang
sedang melaksanakan
ekstrakurikuler,
membuat Analisa
laporan Pembina
ekstrakurikuler setiap
bulan.
5.
Kelengkapan
dokumen
pendukung
program
pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap kegiatan
ekstrakurikuler
Rohis
Dokumen
perencanaan dan
pendukung
program
pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap kegiatan
ekstrakurikuler
Rohis
√
Masih belum
terinventarisir dengan
baik setiap dokumentasi
berkaitan dengan
program pengawasan
kepala sekolah.
6.
Aktivitas kegiatan
ekstrakurikuler
Rohis
- Aktivitas
interaksi
anggota Rohis
dengan warga
sekolah;
- Siswa memiliki
semangat dan
kecintaan dalam
mengikuti
kegiatan Rohis;
- Siswa mengikuti
pembelajaran
Rohis dengan
aktif, tertib dan
displin.
√
Siswa atau anggota
Rohis merasa nyaman
dengan adanya kegiatan
yang diselenggaran oleh
Rohis.
Interaksi antar anggota
Nampak berjalan
dengan baik, begitu juga
interaksi dengan
Pembina Rohis.
Anggota Rohis terlihat
antusias mengikuti
kegiatan Rohis dan
tidak merasa diawasi
oleh pihak sekolah.
7.
Kelengkapan
dokumen
pendukung
kegiatan
ekstrakurikuler
Rohis
- Memiliki jadwal
kegiatan Rohis;
- Memiliki
kurikulum/
materi yang
berkaitan
dengan Rohis;
- Memiliki
Pembina/
pengajar khusus
pengembangan
Rohis.
√
Sudah tersedia jadwal
kegiatan Rohis berserta
program kerja Rohis
selama satu tahun ke
depan.
Mempunyai daftar
materi kegiatan Rohis
yang sudah di susun
oleh Pembina Rohis.
Kemampuan Pembina
Rohis terlihat
menguasai materi yang
berkaitan dengan ilmu
agama dan
pengembangan diri
siswa serta tidak
mengajarkan paham
tentang radikalisme.
8.
Teknik
pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap
ekstrakurikuler
Rohis
Teknik
pengawasan yang
digunakan
bervariasi, dapat
meningkatkan
semangat aktivitas
anggota
ekstrakurikuler
Rohis
√
Kepala sekolah
melakukan observasi
langsung kepada
anggota Rohis saat
berlangsungnya
kegiatan.
Kepala sekolah meminta
Pembina Rohis
membuat laporan hasil
kegiatan selama satu
bulan.
Kepala sekolah
membuat forum diskusi
jika ada masalah yang
berkaitan dengan Rohis
yang dihadiri Wakil
Kesiswaan, guru, dan
Pembina Rohis.
Kepala sekolah
melakukan wawancara
ysng bersifat non formal
kepada anggota Rohis.
9.
Media yang
digunakan dalam
proses pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap
ekstrakurikuler
Rohis
- Terdapat buku
pedoman
pengawasan
- Media
pengawasan
yang digunakan
√
Sudah terdapat pedoman
pengawasan namun
dalam aspek inventarisir
dokumen hasil belum
tersimpan rapih, dan
media yang digunakan
sudah cukup baik pada
proses pengawasan.
10.
Tindak lanjut
program
pengawasan
Kepala Sekolah
terhadap
ekstrakurikuler
Rohis
- Terdapat laporan
kegiatan
ekstrakurikuler
Rohis;
- Rekomendasi
hasil laporan
pengawasan
√
Terdapat laporan
pengawasan dari
Pembina Rohis dan
Wakil bidang kesiswaan
mengenai kegiatan
ekstrakurikuler setiap
bulan. Kemudian,
Kepala sekolah
melakukan diskusi guna
menindak lanjuti
mengenai laporan
tersebut.
Kepala sekolah
membrikan catatan
khusus jika terjadi
masalah dan mencoba
mengatasi permasalahan
yang ada.
11.
Situasi dan kondisi
lingkungan
sekolah
Situasi dan
kondisi
lingkungan
sekolah yang
aman, nyaman,
dan mendukung
terciptanya proses
pembelajaran
aktif, inovatif,
kreatif, dan
menyenangkan.
√
Kondisi sekolah terasa
nyaman dan ramah. Hal
tersebut karena
dipengaruhi lokasi yang
berdekatan dengan
pondok pesantren,
sehingga kondisi
lingkungan kondusif
untuk pembelajaran.
Keterangan Kriteria Penilaian:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
HASIL STUDI DOKUMENTASI
Judul Penelitian : Program Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Rohani
Islam (Rohis)
Tempat Penelitian : SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
Hari, Tanggal : 9 April 2018
NO ELEMEN PENELITIAN CHECKLIST
ADA TIDAK
1. Data letak geografis sekolah √
2. Data sejarah pendirian sekolah √
3. Visi dan misi sekolah √
4. Data struktur organisasi sekolah √
5. Data tentang tenaga pendidik √
6. Data tentang peserta didik √
7. Data tentang jadwal kegiatan √
8. Data keadaan sarana dan prasarana sekolah √
9. Data program kerja kepala sekolah √
10. Data tentang pengawasan kegiatan ekstrakurikuler Rohis √
11. Data struktur kepengurusan ekstrakurikuler Rohis √
12. Data tentang Materi esktrakurikuler Rohis √
13. Data tentang prestasi yang diraih ekstrakurikuler Rohis √
14. Data tentang keanggotaan esktrakurikuler Rohis √
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH
A. Indentitas Narasumber
Nama : Drs. Ahmad Muhroj
Tanggal Wawancara : 2 April 2018 (09.10 – 11.00 WIB)
Tempat : Ruang Kepala SMK Al Amanah Kota Tangsel
B. Daftar Pertanyaan
1. Apa saja program kerja tahunan kepala sekolah pada tahun ajaran ini?
Jawab:
2. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
Jawab: Rohis merupakan kegiatan pengembangan diri siswa di SMK Al
Amanah Kota Tangerang Selatan dan juga sebagai wadah berorganisasi para
siswa yang bergerak dalam bidang dakwah Islam, dalam lingkup sekolah.
Keberadaan Rohis sangat membantu terwujudnya siswa yang berkarakter
melalui berbagai kegiatan keagamaan yang menjadi program kerjanya.
Rohis di SMK Al Amanah juga berperan dalam penanaman nilai-nilai
karakter Islam dalam membentuk siswa berkarakter mulia, serta menciptakan
suasana dan lingkungan sekolah yang religious dengan menanamkan nilai-
nilai karakter Islam dengan memberlakukan kebiasaan-kebiasaan untuk
melaksanakan ajaran Islam. Tujuannya ialah agar para siswa terbiasa
melaksanakannya dengan penuh kesadaran nilai-nilai yang terkandung di
dalam pembiasaan yang diterapkan dapat terinternalisasi ke dalam diri siswa.
Mengenai program-program Rohis saat ini, yaitu melaksanakan shalat Dhuha
bersama, shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah, tadarus al Qur’an, peringatan
Pekan Hari Besar Islam, muhadharah, santunan anak yatim.
3. Adakah program pengawasan khusus untuk ekstrakurikuler Rohis?
Jawab: Saya melakukan pengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler ada
dua cara yaitu, pertama dengan melihat kegiatan esktrakurikuler secara
langsung untuk memastikan kegiatan ini terlaksana. Kedua, dengan cara
mengecek laporan bulanan dari Pembina ekstrakurikuler, apakah terlaksana
kegiatan ini dan bagaimana perkembangannya dan jadwal kegiatan ini saya
susun bersama guru Pembina. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yaitu
khusus hari Kamis. Selanjutnya, jika ada guru Pembina Rohis atau bahkan
pembina ekstrakuriuler lainnya, yang tidak disiplin biasanya saya
menghampiri terkadang memanggil secara individu, menegur dengan sopan,
memberikan nasehat dan akan saya ingatkan lagi pada rapat bulanan
sekaligus mengevaluasi program.
4. Bagaimana proses penyusunan program pengawasan terhadap Rohis?
Jawab: Iya, karena kegiatan ekstrakurikuler ini adalah sejenis kurikulum
pengembangan diri tentunya saya tidak bisa bekerja atau mengawasi secara
terus-menerus untuk itu pendelegasian, ini sangat membantu saya dalam
melakukan pengawasan dan itu sangat penting menurut saya membentuk
organisasi dan penanggung jawab kegiatan ini.
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program pengawasan terhadap
Rohis?
6. Bagaimana tahap implementasi program pengawasan terhadap Rohis
tersebut?
7. Mengenai materi yang akan disampaikan kepada anggota Rohis, bagaimana
cara pembuatan materi tersebut?
8. Adakah hambatan pada tahap implementasi program pengawasan terhadap
Rohis tersebut?
9. Apa yang Bapak lakukan ketika terjadi hambatan implementasi program
pengawasan tersebut?
10. Apa saja faktor pendukung program pengawasan terhadap Rohis?
11. Bagaimana bentuk laporan pengawasan yang telah dilaksanakan?
12. Adakah umpan balik dari terhadap hasil laporan pengawasan?
13. Bagaimana pendapat bapak tentang Islam Radikal?
14. Adakah anggota Rohis atau siswa di sekolah ini yang pernah atau sedang
mengikuti gerakan Radikalisme?
15. Bagaimana peranan orang tua atau masyarakat terkait kegiatan Rohis di
sekolah ini?
16. Adakah bentuk kerjasama dengan pihak luar guna melakukan pengawasan
kegiatan Rohis?
PEDOMAN WAWANCARA
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
2. Adakah program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis?
3. Apakah kepala sekolah mengajak Bapak guna menyusun program
pengawasan tersebut?
4. Bagaimana cara kepala sekolah menyusun program pengawasan terhadap
Rohis?
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program pengawasan terhadap
Rohis?
6. Bagaimana tahap implementasi program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis tersebut?
Jawab: Kepala sekolah melihat secara langsung dan meminta laporan
terhadap kegiatan ini ditanyakan pada rapat bulanan.
7. Siapa yang membuat materi kegiatan untuk anggota Rohis?
8. Apakah Bapak pernah menganalisis materi kegiatan Rohis?
9. Adakah hambatan pada tahap implementasi program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis tersebut?
10. Apakah Bapak ikut menyelesaikan hambatan tersebut?
11. Apa saja faktor pendukung program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis?
12. Apakah bapak membuat laporan pengawasan kepada kepala sekolah terhadap
program yang telah dilaksanakan?
13. Bagaimana umpan balik dari kepala sekolah terhadap hasil laporan
pengawasan?
14. Bagaimana pendapat bapak tentang Islam Radikal?
15. Adakah anggota Rohis atau siswa di sekolah ini yang pernah atau sedang
mengikuti gerakan Radikalisme?
16. Bagaimana peranan orang tua atau masyarakat terkait kegiatan Rohis di
sekolah ini?
17. Adakah upaya kepala sekolah untuk kerjasama dengan pihak luar guna
melakukan pengawasan kegiatan Rohis?
PEDOMAN WAWANCARA
GURU PEMBINA ROHIS
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
2. Adakah program pengawasan kepala sekolah terhadap Rohis?
3. Apakah kepala sekolah mengajak Bapak guna menyusun program
pengawasan tersebut?
4. Bagaimana cara kepala sekolah menyusun program pengawasan terhadap
Rohis?
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program pengawasan terhadap
Rohis?
6. Mengenai materi yang akan disampaikan kepada anggota Rohis, bagaimana
Bapak menyusun atau membuat materi tersebut?
7. Bagaimana tahap implementasi program pengawasan kepala sekolah
terhadap Rohis tersebut?
Jawab: Kepala sekolah tidak melakukan penggunaan angket dan tidak ada
meminta kebutuhan siswa tentang kegiatan eskul atau berdialog dengan
siswa tentang kebutuhan mereka hanya semata-mata kebijakan yang dilakuka
oleh sekolah. Kepala sekolah melakukan pengawasan ketika kegiatan
dilaksanakan karena hari Kamis tersebut tidak ada kegiatan lain hanya khusus
kegiatan Rohis, karena itu beliau bisa melakukan pengawasan kalau tidak ada
kegiatan dinas di luar sekolah
8. Adakah hambatan pada tahap implementasi program pengawasan kepala
sekolah terhadap Rohis tersebut?
Jawab: Kepala sekolah akan menegur dan mengingatkan jika melihat guru
tidak disiplin atau penyimpangan lainnya secara individu. Biasanya beliau
menanyakan kenapa kegiatan esktrakurikuler ini kurang berjalan, dan beliu
tanyakan sebabnya. Seperti kemarin ini ada sarana ekstrakurikuler yang
mengalami kerusakan sehingga Pembina ektrakuriler ini tidak melatih ketika
jam eskul, kepala sekolah menghampiri, setelah melihat hal ini beliau
menyuruh memanggil tukang untuk memperbaiki..
9. Apakah Bapak ikut menyelesaikan hambatan tersebut?
Jawab: Kepala sekolah memberikan wewenang penuh kepada Pembina
ekstrakurikuler seperti saya, Pembina Rohis untuk melakukan pengawasan
terhadap kegiatan ini, pembina ekstrakurikuler melakukan tugas yang
diberikan kepala sekolah dan beliau mengontrol lewat laporan yang diberikan
guru Pembina ekstrakurikuler.
10. Apa saja faktor pendukung program pengawasan kepala sekolah terhadap
Rohis?
11. Apakah bapak membuat laporan pengawasan kepada kepala sekolah terhadap
program yang telah dilaksanakan?
12. Bagaimana umpan balik dari kepala sekolah terhadap hasil laporan
pengawasan?
13. Bagaimana pendapat bapak tentang Islam Radikal?
14. Adakah anggota Rohis atau siswa di sekolah ini yang pernah atau sedang
mengikuti gerakan Radikalisme?
15. Bagaimana peranan orang tua atau masyarakat terkait kegiatan Rohis di
sekolah ini?
16. Adakah upaya kepala sekolah untuk kerjasama dengan pihak luar guna
melakukan pengawasan kegiatan Rohis?
PEDOMAN WAWANCARA
ANGGOTA ROHIS
A. Indentitas Narasumber
Nama : ……………………………….
Tanggal Wawancara : ……………………………….
Tempat : ……………………………….
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan Rohis di sekolah ini?
2. Apakah kepala sekolah pernah melakukan pengawasan pada saat kegiatan
Rohis?
3. Bagaimana cara kepala sekolah melakukan pengawasan?
4. Apakah kepala sekolah pernah mengajak diskusi mengenai materi kegiatan
Rohis?
5. Apakah kepala sekolah selalu berinteraksi dengan ramah kepada anggota
Rohis?
6. Dengan adanya pengawasan kepala sekolah, apakah merasa terganggu ketika
melaksanakan kegiatan Rohis?
7. Bagaimana kesan selama mengikuti kegiatan Rohis di sekolah?
8. Apa saja program Rohis yang saat ini dilaksanakan?
9. Sejauh mana peran Rohis dalam peningkatan pemahaman ilmu agama Islam?
10. Apakah pernah mendengar tentang gerakan Radikalisme?
11. Bagaimana tanggapan kamu terhadao gerakan Radikalisme?
12. Adakah upaya kepala sekolah untuk kerjasama dengan pihak luar guna
melakukan pengawasan kegiatan Rohis?
Program Kerja Rohis SMK Al Amanah Kota Tangerang Selatan
Program Kerja Rohis Jangka Pendek:
Jenis Kegiatan Deskripsi Tujuan
Tahsin dan Tadarus
Al Qur’an
Berisi kegiatan belajar
membaca al Qur’an dengan
baik dan benar. Serta
mendengarkan kajian yang
berisi pelajaran ilmu
Aqidah, Akhlak, Kisah,
Fiqih ataupun Tafsir
Qur’an.
Anggota Rohis bisa
membaca al Qur’an
dengan baik dan benar
serta mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-
hari. Dan mendapatkan
ilmu yang jarang
didapatkan dipelajaran
sekolah.
ODOL (One Day One
Lembar)
Kegiatan pembiasaan
membaca al-Qur’an 1 hari 1
lembar
Agar anggota Rohis
SMK Al Amanah Kota
Tangsel terbiasa bersama
al Qur’an, belajar
mencintai dan
memahami isi al Qur’an
dimulai dari pembiasaan
sederhana. Serta anggota
bisa menjadi suri
tauladan bagi siswa-siswi
yang tidak pernah
membaca al Qur’an.
Rohis GO! Kegiatan di akhir bulan
yang berisi mengunjungi
masjid terdekat untuk
mentoring, olahraga
bersama, mengikuti kajian
dari sekolah lain,
menjenguk anggota yang
tertimpa musibah
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel
mendapatkan suasana
belajar agama yang
menyenangkan dan
mudah namun tetap
dalam aturan syari’at.
Mengadakan
pembinaan tilawah al-
Qur’an
Kegiatan ini berisi
pembelajaran qira’at dan
menghapal al Qur’an
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel
dapat menghapal al
Qur’an dengan cara
mudah, dan belajar
melagamkan al Qur’an
dengan indah agar orang
lain yang mendengarnya
termotivasi.
Mengadakan
pelatihan public
speaking/muhadoroh
Berisi kegiatan pembinaan
cara berbicara didepan
umum,
ceramah/tausiyah/khutbah
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel
dapat tampil dimuka
umum dan mengamalkan
ilmu mereka dengan cara
Tausiyah
Mengadakan Bersih-
Bersih Musholla Rapi
Berisi kegiatan
membersihkan, mencuci
mukena, serta mengelola
musholla
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel
dapat mencintai
Musholla, menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan
kerja sama
Program Jangka Panjang :
Jenis Kegiatan Deskripsi Tujuan
Merayakan Hari
Besar Islam
Kegiatan ini berisi tentang
pengadaan/perayaan hari
besar Islam. Contohnya :
Maulid Nabi Muhammad
SAW, Tahun Baru Islam,
Isra’ Miraj, Idul Adha,
dsb.
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel dapat
melestarikan budaya Islami
dan menumbuhkan rasa
tanggung jawab serta kerja
sama.
Mengadakan
seminar keIslaman
Berisi kegiatan membuat
seminar Islami yang
mengundang pembicara
dan ROHIS/ Murid dari
sekolah lain
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel dapat
belajar berkoordinasi
dengan baik, berkreatifitas,
juga agar SMK Negeri 2
dapat terkenal dengan citra
Islami yang baik.
Bakti Sosial Berisi kegiatan saling
membantu sesama
Anggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel
mempunyai jiwa empati
yang tinggi dan rasa saling
menyayangi sesama
Muslim.
LDKI (Latihan
Dasar
Kepemimpinan
Islam)
Berisi kegiatan pelatihan
kader-kader Muslim yang
cerdas dan berakhlak
mulia
Aggota Rohis SMK Al
Amanah Kota Tangsel dapat
menjadi pemimpin bagi
dirinya sendiri dan
pemimpin bagi orang
disekitarnya.