AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

download AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

of 78

Transcript of AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    1/78

    MODEL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA

    MELALUI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

    DI SMA NEGERI 1 PARUNG

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)

    Oleh:

    AHMAD BUSYRO

    NIM. 206011000021

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    2/78

    i

    Abstraksi

    Nama : Ahmad Busyro

    Nim : 206011000021

    Jurusan/Fakultas : PAI/ Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Judul skripsi : Model Pembentukan Kepribadian Islami Siswa MelaluiPembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Parung

    Pembinaan dalam lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap

    prilaku anak didik atau siswa kelak dikemudian hari, sebab baik buruknya prilakuseseorang di sekolah ataupun dimasyarakat ditentukan oleh pembinaan yang

    diperoleh dari lingkungan sekolah, karena sekolah memiliki peranan yang sangatpenting.

    Kepribadian yang Islami adalah kepribadian yang merupakan ciri khas danidentitas seseorang dari keseluruhan tingkah laku sebagai orang Islam atau muslim,

    baik yang ditampilkan secara lahiriyah maupun bathiniah. Secara kolektifkepribadian Islami adalah kepribadian yang berserah diri dan patuh terhadap Tuhan

    Yang Maha Esa. Kepribadian yang Islami merupakan tujuan akhir dari setiap usahapendidikan agama Islam.

    Berdasarkan pengetahuan di atas, dalam hal ini penulis mengadakan

    penelitian untuk mengetahui model pembentukan kepribadian Islami siswa melalui

    pembelajaran agama Islam di SMA Negri 1 Parung bogor. Dengan populasi sasaranadalah kelas XII yang berjumlah 250 siswa yang dipilih secara acak atau randomsebanyak 20% atau 50 orang. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan angket dan mewawancarai guru pendidikan agama Islam dan wakilkepala sekolah untuk mengetahui model pembentukan kepribadian siswa yang Islami

    melalui pembelajaran agama di SMA Negri 1 Parung. Kemudian data yang di perolehdari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan cara menggunakan rumus P sama

    dengan F Dikali 100% dibagi N. ( data yang diperoleh dari penyebaran angket kepadasiswa diolah dengan cara statistic deskriptif dipergunakan untuk mengorganisasikan

    dan meringkas data numeric yang nantinya dibuat secara prosentase yang diperolehdari hasil pengumpulan data dilapangan.

    Sedangkan dalam teknis pelaksanaannya atau analisisnya, yaitu dengan

    memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden atau siswa , lalu dijumlahkan danmenghasilkan skor total, di klasifikasikan dan ditabulasikan (di buat tabel), data yang

    didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masing-masing laludiprosentasikan.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    3/78

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah

    SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad

    saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam

    kepada seluruh umat manusia.

    Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit

    mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri

    maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari

    berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan

    terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

    Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta

    4. Dr. H. Akhmad Sodiq, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan

    tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis selama

    menyelesaikan skripsi ini.

    5.

    Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    6. Drs. Ali Gozali MPd, sebagai Kepala SMA Negri 1 Parung beserta guru bidang studi

    Pandidikan Agama Islam, beserta staf yang telah membantu proses penelitian serta

    memberikan data-data yang diperlukan peneliti.

    ii

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    4/78

    7.

    Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

    dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis

    menempuh studi di UIN Jakarta ini.

    8.

    Ayah dan Umi, K Abdul Karim, Mba Azdawati M.Pd, mba Rahmaniyah, mba Siti

    Aisyah, K Jahid, K Zidni K Misbah, dan Adikku tercinta Abd Hafid serta kakak-

    kakakku yang lain yang dengan penuh kasih sayang selalu mendidik, memberikan

    bantuan moril dan materil, menyayangi dan mendoakan penulis, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan studi di UIN.

    9.

    Untuk teman-teman tercinta, Idris Saldi S.Sos.I, Nia Ahmad, Gus Yazid (Thanks

    komputernya) Ihsanuddin S.Pd.I, Gifar S.Pd.I, M. Susanto S.Pd.I, Ach. Hozaini

    S.Pd.I, Darmawan (thanks komputernya), M. Habib Masturi S.Pd.I dan Auliya Sindu

    Muhammad S.Pd.I dan Didi A. Mursidi S.Pd.I yang selalu memberikan semangat

    baru disetiap kejenuhan yang selalu mengiringi penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini dan yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis, semua

    teman-teman (khususnya kelas A dan B PAI Ekstensi 2006) yang telah memberikan

    semangat dan memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dengan

    penuh toleransi ikut serta memberikan sumbangan yang amat berharga dalam

    penyelesaian skripsi ini.

    Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima

    kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya

    peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya

    kepada pembaca.

    Jakarta, 3 Maret 2011

    Penulis

    iii

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    5/78

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .... .................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ........... ..................... ........... .............. ......... ..................... ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B.

    Pembatasan dan Perumusan Masalah ............. ............. ......... .. 7

    1.

    Identifikasi Masalah ........................................................ 7

    2.

    Batasan Masalah .............................................................. 8

    3.

    Perumusan Masalah ......................................................... 8

    C.

    Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ............ ............................. 8

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    A.

    Pembentukan Kepribadian .......... .............. ......... .................... 9

    1.

    Pengertian Pembentukan Kepribadian .......... .............. ...... 9

    2.

    Proses Pembentukan Kepribadian ........... .............. ......... .. 13

    B.

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan

    Kepribadian .......................................................................... 14

    1.

    Faktor Internal ................................................................ 14

    2.

    Faktor Eksternal .............................................................. 15

    C.

    Metode Pembentukan Kepribadian Dalam

    Pendidikan Islam .................................................................. 17

    D. Kerangka Teori .................................................................... 21

    iv

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    6/78

    Bab III METODOLOGI PENELITIAN

    A.

    Jenis penelitian ...................................................................... 23

    B.

    Penentuan sumber data .......................................................... 23

    C.

    Metode Pengumpulan Data ................................................... 24

    D.

    Metode Analisis Data. .......................................................... 25

    BAB IV PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA

    MELALUI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMA

    NEGERI 1 PARUNG

    A.

    Gambaran Umum SMA Negri 1 Parung ........... .............. ...... 28

    1.

    Latar Belakang Berdirinya SMA Negri 1 Parung ........... .. 28

    2.

    Visi dan Misi SMA Negri 1 Parung ................................ . 29

    3. Struktur Organisasi SMA Negri 1 Parung ... .................... 29

    4. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi

    dan Karyawan .................................................................. 31

    5.

    Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Parung ............. ................ 35

    6.

    Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki

    SMA Negeri 1 Parung ..................................................... 36

    7.

    Kegiatan Ekstra Kurikuler ............................................... 37

    B.

    Deskripsi Data .......... .............. ......... ...................................... 37

    C.

    Model Yang Digunakan di SMA Negeri 1 Parung Dalam

    Membentuk Pribadi Yang Islami ........................................... 37

    D. Pengolahan Data ................................................................... 40

    E. Analisis Data ......................................................................... 61

    v

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    7/78

    F.

    Model Pembentukan kepribadian Islami Siswa Melalui

    Pembelajaran Agama ............................................................ 62

    1. Pendidikan Agama Islam ............. ................... ............. ...... 62

    2. kepribadian Islami ............................................................. 63

    3. Proses Pembelajaran Agama ............ .................... ............ .. 63

    a. Pembukaan. ....................................................................64

    b. Kegiatan Belajar..............................................................64

    c.

    Penutupan........................................................................

    65

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ......................................................................... 66

    B. Saran ................................................................................... 67

    vi

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    8/78

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Parung ................................ .......................

    Tabel 4.2 Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi dan Karyawan Tahun Ajaran

    2010-2011 .......................................................................................................

    Tabel 4.3 Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Parung Tahun Ajaran 2010-2011 .....................

    Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana SMA Negeri Parung ................................ .......................

    Tabel 4.5 Siswa Melaksanakan Shalat 5 Waktu ................................ ...............................

    Tabel 4.6 Melaksanakan Shalat Sunnah Rawatib ................................ .............................

    Tabel 4.7 Pelaksanaan Puasa Rhamadan ................................ ..........................................

    Tabel 4.8 Siswa Melaksanakan Puasa Sunnah ................................................................

    Tabel 4.9 Siswa Melaksanakan Zakat Fitrah ................................ ....................................

    Tabel 4.10 Siswa Membaca Al-Quran siang dan malam ................................ ...................

    Tabel 4.11 Siswa Melaksanakan Perintah Shalat dari orang tua .........................................

    Tabel 4.12 Siswa Memberi Salam dan Mencium Tangan Orang Tua .................................

    Tabel 4.13 Siswa Meminta Izin Kepada Orang Tua Jika Pergi Keluar Rumah ...................

    Tabel 4.14 Menyapa dan Memberi Salam Kepada Guru, jika Bertemu Dijalan ..................

    Tabel 4.15 Perhatian Siswa Ketika Guru Sedang Mengajar ...............................................

    Tabel 4.16 Siswa Mengetuk Pintu dan Memberi Salam, ketika Terlambat Masuk Kelas ....Tabel 4.17 Siswa Menyapa Dengan Ramah Jika Bertemu Tetangga dijalan .......................

    Tabel 4.18 Siswa Menghormati Orang Tua, Guru dan Teman ...........................................

    Tabel 4.19 Siswa Menjenguk Teman yang Sedang Sakit ...................................................

    Tabel 4.20 Sikap siswa Saat Menolong Tetangga yang Terkena Musibah ..........................

    Tabel 4.21 Siswa Aktif Mengikuti Kegiatan Pesantren Kilat Disekolah .............................

    Tabel 4.22 Sisawa Aktif Mengikuti Kegaitan Rohis Disekolah .........................................

    vii

    30

    32

    35

    36

    40

    41

    41

    42

    43

    44

    44

    45

    46

    47

    47

    4849

    49

    50

    51

    51

    52

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    9/78

    Tabel 4.23 Sikap Siswa Dalam Menepati Janji dengan teman ................................ ............

    Tabel 4.24 Guru Memerintahkan Siswa Berdoa Sebelum Pelajaran Dimulai .................... .

    Tabel 4.25 Guru Memerintahkan Siswa Untuk Aktif Mengikuti KegiatanPesantren kilat

    Pada Bulan Rhamadan .....................................................................................

    Tabel 4.26 Guru Memerintahkan Siswa Untuk Aktif Mengikuti Pengajian Dirumah

    Tabel 4.27 Guru Agama Aktif Memperaktekkan Materi PAI ................................ .............

    Tabel 4.28 Guru Memerintahkan Siswa Untuk Menghormati Kedua Orang Tua, Guru dan

    teman ...............................................................................................................

    Tabel 4.29 Peran Guru Dalam Mengikuti Kegiatan Rohis Disekolah .................................

    Tabel 4.30 Siswa Aktif Menfikuti Pelajaran PAI ...............................................................

    Tabel 4.31 Guru Hadir Saat Pelajaran Dimulai ..................................................................

    Tabel 4.32 Siswa Memahami Materi Pelajaran PAI yang disampaikan guru .....................

    Tabel 4.33 Guru memberikan bimbingan dan contoh nasehat pada saat belajar .................

    Tabel 4.34 siswa aktif memperingati hari-hari besar Islam ................................................

    viii

    53

    53

    54

    55

    56

    56

    57

    58

    58

    59

    60

    60

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    10/78

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha dari manusia dewasa yang

    telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan

    menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup pada generasi muda,

    agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-

    tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri

    kemanusiaannya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu

    sektor pembangunan yang sangat penting dalam peradaban manusia dan dapat

    memajukan masyarakat. Sebagai bangsa yang sedang membangun, Indonesia

    menyadari betul peran pendidikan terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa.

    Sesuai dengan pentingnya pendidikan tersebut ditegaskan dalam UU Republik

    Indonesia No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

    Pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

    keagamaan, pendidikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

    UU tersebut di atas, menunjukkan bahwa pendidikan dapat menghasilkan

    putra-putri bangsa yang dapat membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab

    atas pembangunan bangsanya. Menurut M.J. Lengeveld yang dikutip oleh Alisuf

    1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006) Cet. Ke-

    5, h. 304.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    11/78

    2

    Sabri bahwa pendidikan adalah Pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi

    yang masih memerlukan. Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh dari orang yang

    telah dewasa kepada orang yang belum dewasa.2

    Istilah lain juga dikatakan bahwa

    pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak

    untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3

    Dalam hal ini pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk menyiapkan potensi-

    potensi yang dimiliki anak untuk berkembang menuju ke arah kedewasaan yang

    diharapkan. Sehingga potensi yang dimiliki anak didik yang berkaitan dengan

    pandangan hidup bila dibimbing melalui berbagai macam proses pendidikan, akan

    dapat melestarikan kehidupan bangsa dan membantu menuju kemajuan dimasa

    yang akan datang.

    Pada dasarnya proses kegiatan pendidikan biasanya berlangsung antara

    pendidik dan anak didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal

    ini anak didik bisa saja berhadapan dengan pendidik yang berupa orang, ataupun

    melalui karya-karyanya yang ia pelajari sendiri. Pendidikan seperti ini seringkali

    disebut pendidikan otodidak, yang dalam prosesnya tidak memerlukan orang

    sebagai pendidik. Disinilah keunikan pendidikan, selain mengandung tanda tanya

    juga mengandung misteri.

    Proses pendidikan tersebut adalah proses yang kontinyu bermula sejak

    seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Rumusan selain itu adalah bahwa

    proses pendidikan tersebut mencakup bentuk-bentuk belajar secara formal

    maupun informal. Baik yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, kehidupan

    sekolah, pekerjaan maupun kehidupan masyarakat.4

    Pendidikan di samping merupakan kebutuhan manusia juga merupakan

    suatu kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anaknya, karena anak adalah

    amanat yang diberikan oleh Allah untuk dipelihara dan dipertanggung jawabkan

    di hadapan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-tahrim ayat 6 yang

    berbunyi:

    2.M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 8.

    3H. Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet. Ke-4, h. 1

    4Abu Ahmadi,Metode Khusus Pendidikan Agama, (MKPAI), Bandung: Amirika, 1986),

    h. 18

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    12/78

    3

    .

    Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

    dari api neraka. (Q:S. At-tahrim: 6).5

    Berdasarkan ayat tersebut berarti Allah memberikan amanat secara

    langsung kepada orang tua untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk

    anak-anaknya dari siksa api neraka. Dalam upayanya mengemban amanat ini,

    orang tua tidak cukup dengan memberikan hak-hak yang bersifat lahiriyah saja

    dalam arti pendidikannya.

    Dengan pendidikan dan pengajaran yang diterima, maka mereka

    memperoleh bekal hidup untuk hidup di tengah masyarakat dan kondisi mereka

    tidak akan selalu menjadi beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat.

    Ditegaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 31:

    Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

    seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu

    berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

    memang benar orang-orang yang benar".6

    Untuk mewujudkan harapan tersebut, seorang guru dituntut untuk

    memiliki dan memahami pengetahuan yang seksama mengenai pertumbuhan dan

    perkembangan peserta didik, memahami tentang tujuan yang akan dicapai,

    penguasaan materi dan penyajiannya dengan metode-metode yang tepat.

    Dalam pelaksanaannya pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan

    yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia;

    5Departemen Agama RI, Al- Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Diponogoro,

    2007), h. 5606Departemen Agama RI,Al- Quran dan Terjemahannya, h. 6

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    13/78

    4

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang

    bertanggung jawab demokratis, dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut.7

    Sebagaimana dirumuskan dalam UU RI tentang tujuan pendidikan Nasional

    No.20 Th. 2003 BAB II Pasal 3 sebagai berikut:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri,

    dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8

    Iman dan dijadikan dasar pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

    budaya. Jadi, proses pendidikan diarahkan pada internalisasi nilai-nilai ajaranIslam serta aktualisasinya sebagai etika sosial dalam kehidupan sehari-hari.

    Demikian juga dengan akhlak yang dimiliki seseorang bukan merupakan sesuatu

    yang dibawa sejak lahir, dan bukan pula sesuatu yang bersifat tetap, akan tetapi

    sesuatu yang berubah, berkembang dan harus dibentuk melalui proses dan waktu

    yang cukup alam, yaitu dengan pendidikan agama. Apabila akhlak yang baik telah

    terbentuk pada diri seseorang, maka akhlak tersebut akan dijaga dengan cara

    diperaktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam kaitanya dengan pendidikan agama dalam kehidupan manusia,

    maka dalam membina dan membentuk pribadi anak didik perlu kiranya dengan

    mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan.

    Karena pendidikan agama menurut Mahmud Yunus mempunyai kedudukan yang

    tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki

    akhlak anak-anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia

    dalam hidup dan kehidupannya.9

    Pendidikan Agama adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam

    membimbing siswa yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar

    diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap,

    7Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI

    Tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 38Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 307.

    9Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

    1983), h. 7.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    14/78

    5

    maupun cara berfikirnya. Melalui pendidikan agama terjadilah proses

    pengembangan aspek kepribadian anak, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan

    aspek psikomotorik. Sehingga ajaran agama diharapkan akan menjadi bagian

    integral dari pribadi anak yang bersangkutan. Dalam arti segala aktifitas anak

    akan mencerminkan sikap Islamiyah.

    Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang

    beriman dan bertaqwa. Manusia dengan kualitas diyakini mampu bertindak

    bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga

    maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional

    dibidang pendidikan, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan

    kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan

    makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik

    berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani.10

    Pendidikan agama Islam adalah

    bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju

    kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.11

    Sebagai suatu usaha membentuk manusia, pendidikan harus mempunyai

    landasan tempat berpijak yang baik dan kuat, karena dengan landasan tersebut

    akan jelaslah arah pelaksanan pendidikan tidak sekedar merupakan inpuls atau

    gejolak sesaat. Itu berarti landasan pendidikan merupakan suatu yang penting

    dalam proses kemajuan pendidikan.

    Dasar pendidikan merupakan masalah yang fundamental, karena dari dasar

    pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dalam pada itu

    kaitannya dengan pendidikan Islam, dasar atau landasan pendidikan Islam itu

    adalah fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam dapat

    tegak berdiri. Oleh karena itu, dasar pendidikan Islam harus diperhatikan secara

    konprehensif dalam mengarungi gerak langkah pendidikan selanjutnya. Al-Quran

    dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam sekaligus juga sebagai sumber ajaran

    syariat, bukan hanya dijadikan sebagai kitab yang harus dibaca saja, akan tetapi

    10M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 75.

    11 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Maarif,

    1974), Cet. Ke-4, h. 23.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    15/78

    6

    lebih dari itu adalah menggali secara maksimal isi yang terkandung di dalamnya

    dan merealisasikan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Al-Quran dan Hadits merupakan sumber hukum Islam dan pengetahuan

    yang lengkap, mencakup keseluruhan hidup manusia, baik dunia maupun akhirat.

    Keduanya menjadi petunjuk yang tak pernah usang bagi manusia dalam

    membentangkan sayap dan derap langkah kehidupannya disegala zaman.

    Islam merupakan agama yang membawa misi agar umatnya

    menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ajaran al-Quran sarat dengan

    nilai-nilai pengetahuan yang menuntut pengikutnya untuk mengetahui berbagai

    fenomena alam yang harus dipikirkan.

    Selain al-Quran, al-Hadits juga merupakan sumber pengetahuan yang

    monumental bagi Islam, yang sekaligus menjadi penafsir dan bagian yang

    komplementer terhadap al-Quran. Menurut Husein Nasr bahwa Hadits Nabi

    membahas berbagai hal, mulai dari metafisika sampai tata tertib di meja makan.12

    Karena pendidikan agama Islam adalah sebagai dasar dalam menjalani

    kehidupan yang berpijak dari al-Quran dan Hadits, agama dapat diibaratkan

    sebagai mata, sedangkan sains sebagai mikroskop atau teleskop yang dapat

    memperjelas daya pengamatan mata atau agama adalah pedoman dan jalan

    kehidupan menuju keselamatan, sedangkan pengetahuan adalah cahaya yang

    menerangi jalan kehidupan itu sendiri.

    Agama Islam mengharuskan umatnya menghayati ajarannya yang

    bersumber pada al-Quran dan al-Hadist misalnya pendidikan agama yang tidak

    hanya bertujuan untuk memperoleh ilmu dan keterampilan semata melainkan

    penanaman pribadi atau sikap yang positif pada diri guru dan siswa. Hal ini

    sejalan dengan pendapat Zakiah Derajat bahwa Pendidikan Agama Islam bukan

    sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan siswa dalam

    melaksanakan ibadah tetapi lebih dari itu ia pertama-tama bertujuan untuk

    membentuk kepribadian siswa, sesuai dengan ajaran agama, pembinaan sikap,

    12 Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: perspektif Islam dan

    Umum,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003) h. 114.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    16/78

    7

    mental dan akhlak, jauh lebih penting daripada pandai menghapal dalil-dalil dan

    hukum-hukum agama, yang tidak diresapkan dan dihayatinya dalam hidup.13

    Dalam hal ini sekolah SMA Negeri 1 Parung adalah sekolah yang berbasis

    umum tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai agama. SMA Negeri 1 Parung hadir

    ditengah masyarakat dengan model pengajaran yang sama seperti sekolah umum

    pada umumnya, namun pada dasarnya pengajaran yang ada di SMA Negeri 1

    Parung bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa yang Islami seperti

    penanaman keagamaan melalui kegiatan rohis, membentuk kepribadian yang

    Islami melalui sholat berjamaah. Pada dasarnya seorang guru tidak hanya

    memberikan pengetahuan atau mengajar semata, melainkan bertujuan untuk

    menciptakan siswa yang agamis dan taat pada agama yang di anutnya.

    Disisi lain yang menarik dari sekolah ini adalah antusiasme siswa untuk

    melaksankan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah setiap hari.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan

    melakukan penelitian dengan judul Model Pembentukan Kepridian Islami

    Siswa Melalui Pembelajaran Agama Di SMA Negeri 1 ParungBogor.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Persoalan yang dapat muncul dari topik ini adalah mengenai siswa

    belajar agama dan dianggap pemerintah sudah efektif, tentu saja dari

    proses belajar mengajar ini memuat banyak aspek nilai mulai dari akhlak,

    ibadah, teologi, dan minat para siswa ikut belajar agama. Namun

    demikian, penulis hanya mengambil Model Pembentukan Kepribadian

    Islami Siswa Melalui Pembelajaran Agama Islam

    2. Batasan Masalah

    Untuk menghindari kesalahan dalam proses penelitian dan

    penulisan skripsi ini, maka penulis sengaja membuat suatu batasan. Ruang

    lingkup masalah yang akan diteliti dibatasi pada: Bagaimana sistem

    belajar-mengajar agama di sekolah SMA Negeri 1 Parung?.

    13Zakiah Derajat,Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet Ke-17, h. 124

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    17/78

    8

    3. Perumusan Masalah

    Adapun perumusan masalah yang menjadi pusat penelitian ini, adalah

    sebagai berikut:

    a. Bagaimana model pembelajaran agama di SMA Negeri 1 Parung?

    b. Bagaimana upaya meningkatkan kepribadian siswa yang Islami?.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,

    maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu: Untuk mengetahui model

    pembentukan kepribadian Islami siswa melalui pembelajaran agama Islam di

    SMA Negeri 1 Parung.

    D. Kegunaan Penelitian

    1.

    Kegunaan Akademis:

    Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi

    pengembangan lembaga keilmuan dan keberlangsungan pendidikan

    nasional.

    2.

    Kegunaan Praktis

    Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru bagi para teorisi, praktisi

    dan pemikir pendidikan dalam mengemas nilai-nilai agama menjadi kajian

    yang menarik. Juga diharapkan dapat memberikan motivasi bagi kepala

    sekolah dan orang tua untuk lebih memperhatikan kepada mata pelajaran

    agama Islam.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    18/78

    9

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Pembentukan Kepribadian

    Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah

    sikap kearah kecendrungan terhadap nilai-nilai ke-Islaman. Perubahan sikap tidak

    terjadi secara spontan, tetapi diantaranya disebabkan oleh adanya hubungan

    dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide dan perubahan sikap harus dipelajari.

    Setiap usaha maupun kegiatan yang dilakukan dalam mencapai suatu

    tujuan harus mempunyai dasar dan landasan tempat berpijak yang kokoh.

    Pendidikan adalah suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai landasan

    keimanan dan kepada landasan itulah semua kegiatan dan semua perumusan

    tujuan pendidikan dihubungkan.

    1.

    Pengertian Pembentukan Kepribadian

    Istilah pembentukan adalah proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan

    secara berdaya guna untuk memperolah yang lebih baik, mendirikan atau

    mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.1

    Sedangkan kepribadian berasal dari katapersonality(bahasa Inggris)yang

    berasal dari kata persona (bahasa Latin), yang artinya kedok atau topeng yaitu

    1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-2,

    h. 39.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    19/78

    10

    tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya

    untuk menggambarkan prilaku, watak atau pribadi seseorang.2

    Menurut Reymond Bernard Cattal yang dikutip oleh Abdul Majid, bahwa

    kepribadian mencakup tingkah laku individu baik yang terbuka (lahiriyah)

    maupun yang tersembunyi (batiniyah).3

    Secara utuh kepribadian mungkin terbentuk melalui pengaruh lingkungan,

    terutama pendidikan. Adapun sasaran utama yang dituju dalam pembentukan

    kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak mulia.

    Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut:

    a.

    Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah laku seseorang

    yang secara terintegrasi merupakan suatu kesatuan.

    b. Manusia karena keturunanya mula-mula hanya merupakan individu,

    dan barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima)

    pengaruh dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar.

    c. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada

    pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang sosial seseorang.

    d.

    Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti

    bentuk badan, ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan

    dan kesatuan tingkah laku seseorang.

    e.

    Kepribadian untuk berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi

    menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri

    kepada lingkungan sosialnya.4

    Lebih tegas lagi Cattel berpendapat bahwa kepribadian adalah apa yang

    dapat kita perkirakan termasuk di dalamnya kelakuan seseorang dalam situasi

    tertentu.

    2Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-9, h.

    103Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta:

    Darul Falah, 1999), Cet. Ke-1, h. 78.4 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan

    Pemikirannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) Cet. Ke-2, h. 90.-91

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    20/78

    11

    Adapun unsur-unsur yang membentuk kepribadian, menurut Cattel antara

    lain:

    Pertama, sifat atau unsur dinamik, yaitu berbagai dorongan dari kelakuan

    yang tujuannya, baik kodrati maupun dipelajari.

    Kedua, sifat watak. Yang berhubungan dengan ciri yang luas yang tidak

    berubah dan ia adalah ciri yang membedakan reaksi individu tanpa memandang

    perasangsang yang menyebabkannya, misalnya cepat memberi reaksi, atau

    kekuatannya, atau kadar kegiatannya.

    Ketiga, kekuatan dan kemapuan mental. Yang menentukan kemampuan

    individu untuk melakukan suatu pekerjaan, yang tercermin dalam kecerdasan,

    kemampuan khusus dan keterampilan.5

    Dari definisi di atas, diketahui bahwa kepribadian adalah suatu totalitas

    yang menjadi ciri khas seseorang, yang meliputi prilaku yang nampak, prilaku

    batin, cara berpikir, falsafah hidupnya dan sebagainya yang menjadi sifat dan

    watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin

    maupun sosial tingkah laku. Dengan kata lain kepribadian merupakan ciri khas

    seseorang dan kepribadian dapat dibentuk melalui bimbingan dari luar.

    Kenyataan ini memberi peluang bagi usaha pendidikan untuk memberi

    andilnya dalam usaha pembentukan kepribadian. Dalam hal ini diharapkan

    pembentukan kepribadian dapat diupayakan melalui pendidikan yang sejalan

    dengan tujuan ajaran Islam.

    Di bawah ini adalah beberapa teori yang merupakan pijakan untuk

    mengetahui lebih rinci tentang kepridian antara lain:

    a. Teori Empirisme

    Teori ini beranggapan bahwa kepribadian didasarkan pada lingkungan

    pendidikan yang didapatnya atau perkembangan jiwa seseorang semata-mata

    bergantung kepada pendidikan dengan segala aktivitasnya, pendidikan merupakan

    salah satu lingkungan anak didik. Dalam hal ini pendidik dapat berbuat

    sekehendak hati dalam pembentukan pribadi anak didik sesuai yang diinginkan.

    Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya seperti pemahat patung kayu atau

    5Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis,h. 78.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    21/78

    12

    patung batu darbahan lainya menurut kesukaan pemahat tersebut. Lingkungan dan

    pendidikan relatif dapat diukur dan dapat dikuasai manusia dan keduanya

    memegang peranan utama menentukan perkembangan kepribadian manusia.

    b. Teori Nativisme

    Teori ini menitik beratkan bahwa kepribadian terbentuk oleh sifat

    bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu timbulnya tingkah laku

    seseorang. Aliran ini dipelopori oleh Arthur Houer. Yang membedakan antara

    aliran emperisme dan nativisme adalah nativisme menitik beratkan penetuan

    dari tingkah laku dari sudut lingkungan (nenek moyang) sebelum anak dilahirkan)

    sedang emperis menitik beratkan setelah anak dilahirkan.

    c. Teori Konvergensi,

    Teori ini menggabungkan dua aliran diatas. Konvergensi adalah interaksi

    faktor intern dan faktor lingkungan dalam faktor pembentukan kepribadian,

    penentuan kepribadian seseorang ditentukan kerja yang integral antara faktor yang

    internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan pendidikan).

    Dengan kata lain bahwa kepribadian menurut aliran konvergensi adalah

    dipengaruhi oleh faktor ajar. (tergantung mana yang lebih dominan) aliran ini di

    pelopori oleh William Stern (1871- 1983).dalam Islampun mengakui bahwa

    kepribadian dapat dipengaruhi oleh faktor dasar dan faktor ajar. Sebagaimana ada

    dalam hadist yang maksudnya adalah manusia lahir mempunyai potensi bawaan

    dan kemudian dapat pula dipengaruhi oleh faktor luar, dalam hal ini adalah orang

    tuanya.6

    Dari pandangan teori konvergensi tersebut, maka dalam hal ini dapat

    disimpulkan bahwa:

    1. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak

    didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah

    pembawaan yang buruk.

    2. Hasil pendidikan adalah tergantung dari pembawaan dan lingkungan.

    6Djunaidatul Munawwaroh Dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan

    Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. Ke-1, h.57-60.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    22/78

    13

    3. Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.7

    Penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah yang menjadi ciri khas

    seseorang, yang meliputi prilaku yang nampak, pada prilaku seseorang secara

    batin, cara berpikir, falsafah hidupnya, dan sebagainya yang menjadi sifat dan

    watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin

    maupun sosial tingkah laku.

    2.

    Proses Pembentukan Kepribadian

    Dalam pembentukan kepribadian proses sangat penting, karena

    pembentukan kepribadian tersebut tidak terjadi secara langsung, tetapi harus

    melalui proses yang bertahap terlebih dahulu. Adapun dalam bentuk kepribadian

    dapat dibagi menjadi dua, yakni:

    1. Pembentukan kepribadian secara perseorangan yang meliputi ciri khas

    seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku serta intelektual sehingga ia

    berbeda dengan orang lain. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi

    bawaan. Dengan demikian secara potensi (pembawaan) akan di jumpai

    adanya perbedaan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Namun

    perbedaan tersebut terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki

    berdasarkan faktor bawaan masing-masing, meliputi aspek jasmani dan

    rohani. Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit dan

    ciri-ciri fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap mental,

    bakat, kecerdasan maupun sikap emosi.

    2.

    Pembentukan kepribadian secara ummah (Bangsa dan Negara) yang meliputi

    sikap dan tingkah laku ummah yang berbeda dengan ummah yang lainnya

    mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk

    mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar baik ideologi maupun

    lainnya dapat yang dapat memberi dampak negatif. Proses pembentukan

    kepribadian secara ummah dilakukan dengan memantapkan kepribadian

    7Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan Umum

    ,h. 61.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    23/78

    14

    individual, juga dapat dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi

    sehingga memungkinkan terbentuknya kepribadian ummah.8

    Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    pembentukan pribadi anak dan dapat mengurangi kemerosotan moral karena

    semua ajaran agama Islam adalah merupakan dasar atau acuan dalam pembinaan

    moral anak dan ajaran agama Islam ini tidak ada yang bertentangan dengan nilai-

    nilai moral yang ada dalam masyarakat. Pendidikan tersebut harus diberikan baik

    kepada keluarga, masyarakat maupun lewat lembaga pendidikan atau sekolah,

    agar siswa dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Bila seseorang

    telah mengamalkan ajaran agamanya dengan keyakinan yang mantap yang

    tentunya dengan kesadaran diri tanpa adanya paksaan dari luar maka bisa

    dikatakan bahwa moral seseorang itu baik.

    B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian

    Dalam suatu usaha pastilah ada faktor-faktor yang mempengaruhi baik

    dari faktor internal maupun ekternal. Berikut ini adalah faktor yang

    mempengaruhi pembentukan kepribadian antara lain: faktor keluarga, faktor

    lingkungan, teman sebaya, pengaruh kebudayaan asing, banyaknya waktu luang

    yang tersedia dan kurangnya mendapat pengetahuan agama.

    1. Faktor Internal

    Faktor ini merupakan indikasi dari diri anak tersebut atau lebih tepatnya

    adalah pembawaan dari sejak lahir. Dalam hal ini seorang anak sangat

    memungkinkan akan mewarisi sifat-sifat yang dominan dari kedua orang tuanya,

    segalanya tergantung pada lingkungan tempat ia hidup, bila lingkungan

    memungkinkan untuk berkembang, maka sifat tersebut akan berkembang juga,

    demikian juga sebaliknya. Menginjak usia 13-16 tahun seorang anak barada pada

    masa peralihan menuju masa remaja.9 Pada masa ini seorang anak mengalami

    8Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan

    Umum, h.167 -175.9Zakiah Darajat, Remaja: Harapan dan Tangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h.

    46.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    24/78

    15

    perubahan yang cepat baik jasmani maupun rohaninya, sehingga bila ia tidak

    mendapatkan perhatian yang intensif, sangat mungkin ia akan melakukan hal-hal

    yang negatif.

    Adapun ciri-ciri anak pada masa usia ini adalah prilaku mereka tidak

    stabil, keadaan emosinya guncang, condong kepada yang ekstrim, mudah

    tersinggung dan sebagainya.

    Pengetahuan tentang ajaran agama sejalan dengan pertumbuhan dan

    kecerdasannya, tetapi seringkali pengetahuan tersebut menjadi sumber konflik

    yang membingungkan, seperti ketika ia mendapatka pelajaran tentang nilai-nilai

    moral dan ini bertentangan dengan sikap orang-orang disekitarnya, maka hal ini

    akan membuatnya bingung dan gelisah bahkan dapat menyebabkan acuh tak acuh

    pada agama, karena itu membutuhkan lingkungan yang mendukung terhadap

    pertumbuhannya.10

    2.

    Faktor Eksternal

    a. Keluarga

    Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan fundamental

    sifatnya. Disitulah anak dibesarkan, memperoleh penemuan penemuan

    dan belajar yang memungkinkan dirinya untuk perkembangan lebih lanjut.

    Disitu pulalah anak pertamatama akan mendapat kesempatan menghayati

    pertemuanpertemuan dengan sesama manusia bahkan memperoleh

    perlindungan yang pertama.

    Dr. Joseph S. Roucek mengatakan bahwa keluarga adalah buaian dari

    kepribadian atau the family is the craddle of the personality 11

    artinya;

    keluarga sebagai pusat ketenangan hidup dan pangkalan yang paling vital.

    Bila salah seorang anggota keluarga menderita gangguan pikiran atau

    frustasi, maka untuk mendapatkan kekuatan kembalai ia pergi pulang

    kampung, dan dengan bernostalgia ia akan mendapatkan kembali gairah

    hidupnya.

    10Ari H. Gunawan, Kebijakan kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), Cet.

    Ke-1, h.17.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    25/78

    16

    Kurang Mendapat Bimbingan Agama

    Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kepribadian, kurang

    mendapat bimbingan agama merupakan faktor yang tidak dapat di anggap

    remeh, karena kurangnya mendapat bimbingan agama dapat menyebabkan

    lemahnya jiwa mereka dalam pengamalan ajaran agama. Akibatnya anak-

    anak bisa berbuat sesuka hatinya tanpa memegang ajaran agama.

    Perlu kita sadari bahwa kepribadian seseorang akan terlihat dari cara

    mereka mengamalkan ajaran agamanya,karena agama dapat menjadi salah

    satu faktor pengendali tingkah laku, hal ini dapat dimengerti karena agama

    memang mewarnai kehidupan masyarakat dalam kehidupannya setiap

    hari.12

    b.

    Faktor Lingkungan

    Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Bila

    lingkungan itu baik, maka kemungkinan besar anak tumbuh dan

    berkembang dengan baik pula, sebaliknya bila lingkungan dimana anak

    tinggal adalah lingkungan yang kurang baik, maka sikap dan tingkah

    lakunya pun akan menunjukkan kurang baik pula. Lingkungan yang di

    maksud adalah lingkungan disekitar anak berada, baik dilingkungan

    keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial masyarakat.

    Pengaruh teman sebaya

    Dalam pergaulan sehari-hari, biasanya anak atau remaja lebih suka

    memilih teman atau bergaul dengan teman yang sebaya daripada memilih

    teman yang umurnya lebih muda tau lebih tua darinya.

    Sering kita jumpai dalam masyarakat kehidupan remaja yang suka

    berkelompok, dan mempunyai toleransi yang tinggi, sehingga mereka

    sering melakukan tindakan beramai ramai demi kata setia kawan,

    walaupun tindakan mereka kurang baik, seperti pengeroyokan, tawuran,

    dan lain sebagainya.

    12Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),

    h. 93.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    26/78

    17

    Kalau kita pernah melihat penelitian yang pernah dilakukan oleh Glueck

    and glueck sebagaimana dikutip oleh H.M. Arifin mengemukakan bahwa

    98,4% dari anak nakal adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya.13

    Dari penelitian itu terlihat sekali bahwa teman sebaya mempunyai peranan

    penting dalam mempengaruhi sikap dan moral seseorang.

    Pengaruh budaya asing

    Remaja dalah manusia yang paling suka meniru hal hal yang di

    anggapnya baru, tak terkecuali hubungannya dengan pengaruh budaya

    asing, karena pada masa ini mereka mengalami pertumbuhan dan

    perkembangan yang pesat.

    Remaja sering kali meniru hal hal dari budaya luar (terutama dari budaya

    barat) agar mereka dianggap sebagi remaja yang modern dan tidak

    ketinggalan zaman mereka tidak lebih dahulu menilai apakah budaya yang

    mereka tiru itu pasif atau negatif, menurut mereka yang paling penting

    adalah mereka dianggap modern dan sesuai dengan selera mereka.

    Pengaruh budaya asing tersebut biasanya lewat film-film, TV, radio, surat

    kabar, majalah, internet dan bisa juga lewat turis asing yang datang

    kenegara ini tentunya pengaruh budaya asing dan pengaruh yang positif

    ada pula yang berpengaruh negatif terhadap jiwa mereka.

    C. Metode Pembentukan Kepribadian Dalam Pendidikan Islam

    Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan

    dalam pembentukan kepribadian. Menurut An-nahlawy metode untuk

    pembentukan kepribadian dan menanamkan keimanan antara lain: Metode

    keteladanan, Metode pembiasaan, Metode perumpamaan (mengambil pelajaran),

    Metode Metode ibrahdan metode kedisiplinan, Metode targhibdan tarhib.14

    Metode ini dapat diimplementasikan guru pada saat melakukan proses

    belajar mengajar. Dengan demikian siswa dapat belajar dengan tenang dan

    13M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:

    Bulan Bintang, 1976), h. 131.14An-Nahlawy Dalam Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung

    : Rosda Karya, hlm.137.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    27/78

    18

    senang. Pada tataran praktis siswa diajarkan untuk membiasakan perbuatan baik

    dan menjauhi keburukan. Dengan melaksanakan shalat seseorang secara otomatis

    ia akan membiasan prilaku terpuji dengan catatan shalat yang ia lakukan

    bermakna dalam kehidupan.

    1. Metode keteladanan

    Teladan ialah tindakan atau perbuatan pendidik yang disengaja dilakukan

    untuk ditiru oleh anak didik.15

    Metode keteladanan, yaitu suatu upaya untuk

    membumikan segenap teori yang telah dipelajari kedalam diri seorang pendidik,

    yang tadinya hanya berupa goresan tinta atau pikiran menjadi terintegrasi dengan

    prilaku kesehariannya.16

    Secara psikilogis manusia memerlukan keteladanan untuk

    mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan lewat keteladanan dengan

    memberi contoh-contoh konkrit kepada para siswa. Dalam pembentukan

    kepribadian, pemberian contoh sangat ditekankan. Guru harus memberikan uswah

    yang baik bagi para siswanya baik dalam ibadah ritual, kehidupan sehari-hari

    maupun yang lainnya, karena nilai mereka dinilai dari aktualisasinya terhadap apa

    yang disampaikan. Semakin konsekwan seorang guru menjaga tingkah lakunya,

    semakin didengar ajaran dan nasihat-nasihatnya.

    2.

    Metode pembiasaan

    Pembiasaan merupakan suatu upaya pengulangan untuk mencapai suatu

    tujuan tertentu.17Pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-

    latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak didik untuk

    melakukannya dalam pembentukan kepribadian, metode ini biasanya diterapkan

    pada ibadah-ibadah amaliah, seperti jamaah shalat kesopanan pada guru,

    pergaulan dengan sesama siswa, sehingga tidak asing di jumpai di sekolah

    sebagaimana seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya; maka

    mereka dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.

    15M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan,(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999). Cet-1.h. 42

    16Fadhilah Suralaga, M.Si, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam,(Jakarta: UIN

    Press, 2005), Cet-1. h. 8917

    Fadhilah Suralaga, M.Si, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam,h. 91

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    28/78

    19

    Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses

    pembentukan kepribadian, bila seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat

    terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek lalu tersimpan dalam sistem

    limbic otak sehingga aktifitas yang dilakuakn oleh siswa tercover secara positif.

    3. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)

    Ibrah ialah kondisi yang memungkinkan orang sampai dari pengetahuan

    yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya adalah perenungan

    dan tafakur.

    Tujuan pedagogis dari Ibrah adalah mengantarkan pendengar kepada suatu

    kepuasan pikir akan salah satu perkara aqidah, yang didalam kalbu

    menggerakkan, atau mendidik perasaan Rabbaniyyah (Ketuhanan), sebagaimana

    menanamkan, mengokohkan dan menumbuhkan akidah tauhid, petunjukkan

    kepada syara Allah dan kepatuhan kepada segala perintah-Nya.18

    4. Mendidik melaluimauidhzah (nasihat)

    Mauidhah adalah pemberian nasehat dan pengingatan akan kebaikan dan

    kebenaran dengan cara yang menyentuh kalbudan menggugah untuk

    mengamalkannya.19

    Metode mauidhzah harus mengandung tiga unsur, yakni: 1). Uraian

    tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang. Hal ini

    siswa, misalnya sopan santun, keharusan kerajinan dalam beramal; 2).motivasi

    untuk melakukan kebaikan; 3). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang akan

    muncul dari adanya larangan, bagi dirinaya sendiri maupun orang lain.

    Penulis menyimpulkan bahwa mendidik melalui nasehat adalah nasihat

    atau peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat

    menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan dalam kehidupan

    sehari-hari.

    18Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:

    CV. Diponegoro. 1992). Cet-2. h. 39019

    Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h.403

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    29/78

    20

    5. Metode mendidik melalui kedisiplinan

    Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan/peraturan-

    peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan tetapi

    kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-

    peraturan itu.20 Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.

    Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa apa yang dilakukan tersebut

    tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.21

    Sanksi pada setiap pelanggar sementara kebijaksanaan mengharuskan sang

    pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi, tidak terbawa emosi atau

    dorongan-dorongan lain. Dengan demikian, sebelum menjatuhkan sanksi, seorang

    pendidik harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:

    a. Perlu adanya bukti yang kuat tentang adanya tindak pelanggaran;

    b. Hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar memberi kepuasan atau

    balas dendam dari si pendidik;

    c. Harus mempertimbangkan latar belakang dan kondisi siswa yang

    melanggar, misalnya frekuensi pelanggaran, perbedaan jenis kelamin atau

    pelanggaran disengaja atau tidak.

    Penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya hukuman atau sanksi tetapi

    hukuman dan sanksi ini sewajarnya dan tidak berbentuk kekerasan.

    6.

    Mendidik melalui targhib dan Tarhib

    Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain;

    al-targhib dan al-Tarhib. al-targhib adalah janji-janji disertai dengan bujukan dan

    membuat senang terhadap suatu maslahat, knikmatan, atau kesenangan akhirat

    yang pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan

    melakukan amal sholeh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung

    bahaya atau perbuatan yang buruk. al-Tarhib adalah ancaman dengan siksaan

    sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah.22

    20M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, h. 40

    21Hadari an-Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), h. 23422

    Al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h. 412.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    30/78

    21

    Kelemahan metode ini adalah tidak mempunyai ikatan atau sanksi yang tegas,

    karena hanya bersifat bujukan dan ancaman yang bersifat moral dan ghaib, tidak

    kongkrit yang diberikan saat itu juga. Karena itu metode ini perlu dibarengi

    dengan metode lain; misalnya kedisiplinan hadiah maupun keteladanan.

    Metode ini dalam teori metode belajar modern dikenal dengan reward dan

    funisment. Yaitu suatu metode dimana hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi

    dari aktifitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka

    ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukum ketika ia tidak

    dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.

    Metode reward dan funishment ini menjadi motifasi eksternal bagi siswa

    dalam proses belajar. Sebab, khususnya anak-anak dan remaja awal ketika

    disuguhkan hadiah untuk yang dapat belajar dengan baik dan ancaman bagi

    mereka yang tidak disiplin, mayoritas siswa termotifasi belajar dan bersikap

    disiplin.

    Hal ini bisa terjadi karena secara psikologi manusia memiliki

    kecenderungan untuk berbuat baik dan mendapatkan balasan dari perbuatan

    baiknya.

    Penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya janji-janji disertai bujukan

    agar seseorang senang melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. al-Tarhib

    adalah ancaman untuk menimbulakan rasa takut berbuat tidak benar, supaya

    melakukan hal-hal yang baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.

    D. Kerangka Teori

    Kepribadian adalah suatu totalitas yang menjadi ciri khas seseorang, yang

    meliputi prilaku yang nampak, prilaku batin, cara berpikir, falsafah hidupnya dan

    sebagainya yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik

    maupun psikis, baik yang tercermin maupun sosial tingkah laku.

    Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan

    dalam pembentukan kepribadian. Menurut An-nahlawy metode untuk

    pembentukan kepribadian dan menanamkan keimanan antara lain: Metode

    keteladanan, Metode pembiasaan, Metode perumpamaan (mengambil pelajaran),

    Metode Metode ibrahdan metode kedisiplinan, Metode targhibdan tarhib.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    31/78

    22

    Dengan pembelajaran agama yang diajarkan di sekolah, maka diharapkan

    dapat mengubah pembentukan kepribadian islami siswa menjadi lebih baik,

    dengan mengunakan metode keteladanan, pembiasaan, perumpamaan dan lain

    sebagainya.

    Metode yang digunakan tersebut brtujuan untuk membiasakan perbuatan

    baik dan menjauhi perbuatan buruk, sehingga siswa dapat terhindar dari

    lingkungan yang tidak baik, demikian juga peran orang tua sebagai pendidik

    utama untuk mengawasi kepribadian siswa.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    32/78

    23

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metodologi Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar

    SMA Negri 1 Parung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel

    bertujuan (random sampling) yaitu dengan penentuan subjek penelitian: guru mata

    pelajaran PAI kelas III. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

    wawancara mendalam, pengamatan (observasi partisipan) dan dokumentasi serta

    angket. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang

    berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.

    1. Jenis penelitian

    Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field

    Research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini

    diperoleh dari lapangan yaitu SMA Negri 1 Parung Bogor. Sedangkan sifat

    penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan

    menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan

    dilapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-

    angka.

    2. Penentuan sumber data

    Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal. Pengertian sumber data

    dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian

    ini penulis menggunakan penelitian populasi. Di mana populasi merupakan

    sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai ciri-ciri yang

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    33/78

    24

    sama. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian.1Adapun populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Parung yang berjumlah 776

    Siswa.

    Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan

    bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang disajikan dalam suatu penelitian

    dan memiliki ciri-ciri yang sama. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa

    SMA Negri 1 Parung, yang terdiri dari 776 siswa, maka yang menjadi populasi

    dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA Negeri 1 Parung yang

    bejumlah 776 siswa.

    Dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan seluruh siswa SMA Negeri

    1 Parung sebagai sasaran objek penelitian, tetapi hanya 20% dari seluruh kelas III.

    Suharsini Arikunto mengemukakan bahwa jika objek penelitian lebih dari 100

    orang maka sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.2

    Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan siswa kelas

    III karena penulis menganggap bahwa kelas III penanaman agamanya lebih

    matang debandingkan dengan kelas I ataupun kelas II. Dengan demikian maka

    peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap siswa untuk memperoleh

    kesempatan untuk dipilih menjadi sampel, sesuai dengan data siswa kelas III yang

    berjumlah 250 siswa, dari populasi tersebut yang dijadikan sampel sebanyak 20%.

    Jadi sampel yang menjadi objek adalah 50 siswa.

    3. Metode Pengumpulan Data

    Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.

    Penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

    a. Observasi

    Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

    fenomena yang diteliti. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati,

    mendengarkan dan mencatat langsung keadaan atau kondisi sekolah, letak

    1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2006), h. 130.2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik, h. 134.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    34/78

    25

    geografis, sistem belajar belajar, sarana dan prasarana di SMA Negri 1

    Parung.

    b. Interview

    Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

    Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewee)

    yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

    memeberikan jawaban atas pertanyaan.3 Metode ini digunakan untuk

    mendapatkan informasi tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, sarana

    prasarana, keadaan siswa. Sedangkan yang menjadi nara sumber adalah

    guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.

    Dokumentasi ini adalah untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa

    buku-buku, transkip, majalah, notulen rapat, catatan harian, agenda.4

    Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah

    berdidrinya SMA Negri 1 Parung, struktur organisasi, keadaan karyawan

    dan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana.

    d.

    Angket

    Angket yaitu sejumlah pertanyaaan yang tertulis yang digunakan untuk

    memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan

    pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya. Hal ini dilakukan untuk

    memperoleh data-data tentang model pembentukan kepribadian Islami

    siswa melalui pembelajaran agama Islam di SMA Negeri 1 Parung.

    4. Metode Analisis Data

    Untuk menganilisis data yang sudah didapatkan, penulis menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    P = F X 100%

    N

    3Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam: Dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

    Rajawali Prers, 2009), Cet. Ke-1, h.350.4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik, h.158.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    35/78

    26

    Keterangan :

    P = Angka persentase (persentase yang dicari)

    F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (jumlah jawaban responden)

    N = Jumlah frekuensi (banyaknya individu)5

    Adapun ketentuan skala persentase yang digunakan adalah :

    76 100% = Termasuk kategori sangat baik

    56 75% = Termasuk kategori baik

    26 55% = Termasuk kategori cukup

    0 25% = Termasuk kategori kurang

    Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    analisis kualitatif.Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang pengolahan

    datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat

    peneliti.6 Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang

    sistem belajar agam yang dihadapi oleh siswa SMA Negri 1 Parung. Karena

    struktur pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, di mana data yang

    dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi serta angket maka,

    dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Selain itu

    dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan tentang belajar agama

    yang dihadapi oleh siswa SMA Negri 1 Parung.

    Proses Analisis data baik ketika pengumpulan data maupun setelah selesai

    pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data, sajian

    data dan refleksi data

    b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami

    hasil-hasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data

    c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya semakin

    jelas

    d. Mengatur data secara menyeluruh. Dan selanjutnya dilakukan penarikan

    kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan masih perlu tambahan data, maka

    5Anas Sudjiono, pengantar statistik pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),

    Cet. Ke-16, h. 406Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik, h. 308.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    36/78

    27

    akan kembali dilakukan tinjauan lapangan untuk kegiatan pengumpulan

    data sebagai pendalaman.

    Dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola pikir Deduktif dan

    Induktif. Deduktif yaitu menarik kesimpulan dari dalil-dalil yang sifatnya

    umum untuk dijadikan kesimpulan yang bersifat khusus. Sedangkan Induktif

    adalah menarik kesimpulan dari yang bersifat khusus untuk kemudian

    dijelaskan secara luas.

    Kesimpulan yang akan diambil oleh peneliti dengan selalu

    mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh selama kegiatan penelitian.

    Kesimpulan merupakan solusi yang akan diberikan kepada objek penelitian.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    37/78

    28

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung

    1. Latar Belakang Berdirinya SMA Negeri 1 Parung

    SMA Negeri Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan SK

    Mendikbud No 0601/O/1985. Awalnya SMA Negeri 1 Parung merupakan filial

    (kelas Jauh) SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru Jaya,

    Desa Waru Jaya, Kec. Parung sejak tahun 1987. Sampai saat ini (tahun 2010)

    telah meluluskan sebanyak 23 angkatan.

    Kepala Sekolah yang telah memimpin di SMAN 1 Parung :

    Drs. Wirya JayaAtmaja tahun 1985-1989

    Djuariman,BA(alm) tahun 1990-1992

    Nana Sutarna,BA tahun 1992-1995

    Drs. Acep Wiharsa tahun 1996-1998

    Dra.Hj. Zuraidah,M.M tahun 1998-2006

    Dra. Hj. Komariah tahun 2006-2009

    Drs. Ali Gozali,M.Pd tahun 2009-sekarang

    SMA 1 Parung memiliki luas Tanah sekitar 5400 Meter serta fasilitas

    yang sangat menunjang diantaranya, lapangan olahraga, Perpustakaan, Lab.

    Komputer, ruang multimedia, Musholah, ruang kepala sekolah, guru, TU dan

    ruang kelas.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    38/78

    29

    2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung

    Unggul dalam prestasi, berakhlak mulia berdasarkan iman dan taqwa

    Indikator :

    a. Berprestasi dalam peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional

    b. Berprestasi dalam Lomba Olympiade

    c.

    Berprestasi dalam Lomba Siswa Berprestasi

    d.

    Berprestasi dalam Lomba Berpidato Bahasa Inggris

    e.

    Berprestasi dalam Lomba Olah Raga dan Seni

    f. Berprestasi dalam Lomba Keagamaan

    Misi SMANegeri 1 Parung

    a.

    Melaksanakan pembelajaran efektif, inovatif dan konsisten

    b. Meningkatkan semangat berprestasi dari semua warga sekolah

    c. Memotivasi siswa untuk mengenali potensi dirinya secara optimal

    d.

    Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang

    dianut

    e. Membentuk peserta didik yang berakhlak mulia

    3.

    Struktur Organisasi SMA Negri 1 Parung

    Kata struktur berasala dari bahasa Inggris, yaitu structure, yang berarti

    susunan.1 Organisasi merupakan hal yang penting dalam menjalankan roda

    administrasi sebab melalui organisasi akan tercapai suatu kerja sama yang baik.

    Dari kerja sama yang baik itu akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.

    Menurut Hadari Nawawi, Organisasi adalah system kerjasama

    sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.2

    Dalam organisasi terdapatberbagai macam ketentuan aturan yang berupa kewajiban, hak dan tanggung

    jawab untuk mencapai maksud dan cita-cita bersama. Oleh karena itu jalannya

    1Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: PT.

    Gramedia,2000), Cet.Ke-10, h. 5632Hadary Nawawi,Administrasi pendidikan, (Jakarta: HJ. Masagung, 1995), Cet. Ke 12,

    h. 25

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    39/78

    30

    proses pendidikan SMAN 1 Parung juga perlu adanya struktur organisasi agar

    tercapai maksud yang dicita-citakan. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi

    SMAN 1 Parung digambarkan dalam table sebagai berikut:

    Tabel 1

    Struktur Organisasi SMA Negeri I Parung3

    3Data ini diambil dari arsip SMAN 1 Parungbagian administrasi.

    Kepala Sekolah

    Wakil Kepala Sekolah

    Wakaur Kurikulum Wakaur Kesiswaan

    Wakaur Humas Bendahara SekolahGuru

    Murid

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    40/78

    31

    4. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi dan Karyawan

    Dalam proses belajar mengajar, faktor pendidik merupakan salah

    satu faktor penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan. Oleh karena itu pendidik harus bertanggungjawab terhadap

    para siswa-siswinya di dalam membimbing mereka untuk mencapai tujuan

    secara optimal faktor dan cara guru mengajar sangat penting pula,

    bagaimana sikap guru, kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan

    yang dimiliki guru dan cara mengajar anak didiknya turut menentukan

    bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai dari para peserta didiknya.

    Keberadaan pegawai dan karyawan juga diperlukan dalam satu

    lembaga pendidikan karena dapat membantu terlaksananya proses belajar

    mengajar yang baik. Seandainya tidak ada orang yang menangani masalah-

    masalah diluar pengajaran secara khusus, maka kegiatan pendidikan di

    suatu sekolah tidak akan berjalan dengan baik. Adapun jumlah tenaga

    pengajar, staf Administrasi dan karyawan SMAN 1 Parung adalah 60

    orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, stap administrasi dan

    karyawan. Jumlah tenaga pengajar di SMAN 1 Parung berjumlah 48

    orang, Staf administrasi 6 orang dan 6 orang karyawan.4 Untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

    4Data ini diambil dari arsip SMAN 1 Parungbagian administrasi.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    41/78

    32

    Tabel 2

    Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi dan Karyawan

    Tahun Ajaran 2011- 20115

    No Nama NIP Pelajaran Pangkat/Golongan

    1Drs. Ali Gozali, M.Pd

    196301301986021002Kepala

    Sekolah

    Pembina Tk I /IV.b

    2 Drs. Jamaludin 195810051992031005 Sosiologi Pembina / IV.a

    3 Badrudin, S.Pd 195706121987031xxx Bhs Inggris Pembina / IV.a

    4 Salmiah, BA 196007031985032010 BP/BK Pembina /IV.a

    5 Heryani Fatmah, S.Pd 196308111988112001 Biologi Pembina /IV.a

    6Dra. Masruah 196309091990102001

    Bhs

    Indonesia

    Pembina /IV.a

    7 Dra. Hj. Th. Ratna A,M.M - Sejarah Pembina /IV.a

    8 Bardah Sondjaja, BA 195204151981031010 Biologi Pembina /IV.a

    9 Dra. Hj. Tuti Aprida 195807161986032005 Sosiologi Pembina /IV.a

    10 Dra. Hj. Iyah Khomsiyah 195810081993032002 BP/BK Pembina /IV.a

    11 Atih Sri Niswati, S.Pd 195902231983032004 Kimia Pembina / IV.a

    12 Drs. Sodikin 196011081986031006 Pend Agama Pembina /IV.a

    13 Dra.Ani Widhiorini.MM 196212081985122002 Bhs Inggris Pembina /IV.a

    14Drs. Dodi Pujiono 196302261989031004

    Bhs

    Indonesia

    Pembina /IV.a

    15Dra. Heni Riswanti 196405261987032003

    Bhs

    Indonesia

    Pembina /IV.a

    16 Hedi Heryana, S.Pd 196496241987031003 Sejarah Pembina /IV.a

    17 Beni Sanigraha, S.Pd.Fis 196609271991031010 Fisika Pembina /IV.a

    18 Dra. Musarofah 196704121988112002 Biologi/PLH Pembina /IV.a

    19 Cony Nugraheni, S.Pd 196812041991012002 Biologi/PLH Pembina /IV.a

    20Dra. Dedeh Mintarsih 196905231994122002

    Kimia/Bhs

    Sunda

    Pembina /IV.a

    5Data ini diambil dari arsip SMAN 1 Parungbagian administrasi.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    42/78

    33

    21 Sugiarti, S.Pd - Matematika Pembina /IV.a

    22

    Dra. Neneng Sumiati

    196601161997022002 BP/BKPembina /IV.a

    23 Dewi Sartika 196803201990022001 Matematika Pembina /IV.a

    24 Tri Susilowati, S.Pd 196903021997022001 Geografi Pembina /IV.a

    25Muchamad

    Gunawan,S.Pd.Fis197001111992011001 Fisika Pembina /IV.a

    26 Hasanudin, S.Pd 197208261998031003 Pend Seni Penata / III.c

    27 Ir. Sri Nendah P 196501292000122001 Matematika Penata Tk I / III.d

    28 Suharti 196704061991032003 Pend Seni Penata Tk I / III.d

    29 Drs.Agus Sukarmawan 196704182000121001 PPKn Penata Tk I / III.d

    30 Arifah, S.Pdi 195201031986082001 Pend Agama Penata / III.c

    31Joko Maryono, S.Pd,M.M

    196909262003121001 FisikaPenata Muda Tk I /

    III.b

    32 Yenni, S.Pd 196601112008012002 Penjaskes CPNS

    33 Puji Rahmawati, S.Si 196801032008012001 Kimia CPNS

    34 Titin Kustini, S.Pd 198103012008012009 PPkn CPNS

    35Sri Mulyani, S.Pd

    197510192006042003 EkonomiPenata Muda Tk I /

    III.b

    36 Momon Darusman. S.IP 197911092009021001 Geografi CPNS

    37 Riono Basuki,S.Pd 198105042009021002 Penjaskes CPNS

    38 Juwita Wulandari,S.Pd 197501242009022001 Bhs Jerman CPNS

    39 Sumiati,S.E GBS Ekonomi G Kontrak

    40 Helga Dwi Maryanti, S.Pd GTT Matematika Guru Honorer

    41 Andi Rohman,S.Pd GTT Bhs Jerman Guru Honorer

    42Dian Falantika,S.Pd GTT

    Bhs

    Indonesia

    Guru Honorer

    43 Atat Artati,S.Pd GTT Bhs Inggris Guru Honorer

    44 Siti Syamsiah,S.Pd GTT Bhs Jerman Guru Honorer

    45 Nova Indriyani,S.Pd GTT Bhs. Inggris Guru Honorer

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    43/78

    34

    46 Dendi Suhendar,S.Kom GTT TI dan K Guru Honorer

    47 Kristinawati,S.Pd GTT Ekonomi Guru Honorer

    48 Fatmayeni,S.Ag GTT Pend Agama Guru Honorer

    49 Hj. Marcia Riyantini, S.Pd 196103181983032006 Ka Ur TU

    50 Harun 196503021994031007Bendahara

    UYHD/TU

    51 Hj. Farida Rustam, SH 195708091978032002 Tata Usaha

    52 Sri yanti Honorer Tata Usaha Tenaga Honorer

    53 Sri Wiyanti Honorer Tata Usaha Tenaga Honorer

    54 Suhandi Honorer Tata Usaha Tenaga Honorer

    55 Nurmariyam Honorer Pustakawan Tenaga Honorer

    56Sopian Honorer

    Pembantu

    Sekolah

    Tenaga Honorer

    57 Mad sani Honorer Satpam Tenaga Honorer

    58 Sumitra Honorer Satpam Tenaga Honorer

    59Kasmin Honorer

    Penjaga

    Sekolah

    Tenaga Honorer

    60Albani Honorer

    Pembantu

    Sekolah

    Tenaga Honorer

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    44/78

    35

    5. Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Parung

    Siswa SMA Negeri 1 Parung pada tahun ajaran 2010-2011 secara

    keseluruhan dari kelas 1 sampai kelas III berjumlah 776 siswa

    Tabel 3

    Keadaan Siswa SMAN 1 Parung Tahun Ajaran

    2010-2011

    NO Kelas Jumlah

    1. I 269

    2. 11 257

    3. III 250

    Jumlah 776

    6. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan formal maupun

    non formal, memiliki peranan penting di dalam menunjang proses belajar

    mengajar, karena sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer bagi suatu

    lembaga pendidikan. Bahkan sarana dan prasarana termasuk dalam salah satu

    komponen belajar mengajar yang turut menentukan atau menunjang dalam

    mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil observasi penulis, SMA

    Negeri 1 Parung memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    45/78

    36

    Tabel 4

    Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung

    JENIS RUANG RUANG LUAS KONDISI RUANG *)

    (JML RUANG)

    KET

    (RUANG) (M2) B R

    R

    RB

    R. TEORI/Kelas 21 1512 21 - -

    LABORATORIUM 3 660 3 - -

    PERPUSTAKAAN 1 135 - 1 -

    Lab.KOMPUTER 1 120 1 - -

    R. MULTIMEDIA 1 120 1 - -

    Lab. Bahasa 1 72 1

    Ruang Guru 1 120 1

    Ruang TU 1 72 1

    Ruang OSIS 1 36 1

    Ruang BP 1 42 1

    Ruang UKS 1 12 1

    2901

    Dengan adanya sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 1 Parungtersebut sudah cukup memadai dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat

    berjalan dengan baik.6

    6Data ini diambil dari arsip SMAN I Parungbagian administrasi, 17 November 2010

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    46/78

    37

    7.

    Kegiatan Ekstra kurikuler

    Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di SMA Negeri 1

    Parung adalah: B. Inggris, karya ilmiah remaja, paskibra, pancak silat, karate,

    rohis, marawis, pramuka, PMR, volly ball, futsal dan basket.7

    B.

    Deskripsi Data

    Data penelitian tentang model pembentukan kepribadian Islami siswa

    melalui pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Parung diperoleh melalui

    observasi, wawancara dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan kepala

    sekolah dan guru pendidikan agama Islam untuk mendapatkan gambaran

    tentang keadaan SMA Negeri 1 Parung. Sedangkan angket diberikan kepada

    siswa kelas III SMA Negeri 1 Parung

    Untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan pendidikan agama

    Islam terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa, maka terlebih dahulu

    angket tersebut dianalisa dalam bentuk tabel prosentase dan kemudian

    diuraikan secara rinci.

    Data yang diambil tentang model Pembentukan Kepribadian IslamiSiswa Melalui Pendidikan Agama Islam, masing-masing jawaban diberikan

    empat alternatif jawaban antara lain; 1) Selalu, 2) Sering, 3) Kadang-kadang, 4)

    Tidak Pernah.

    C.

    Model yang digunakan di SMA Negeri 1 Parung dalam membentuk

    pribadi yang Islami

    Dalam pendidikan Islam banyak model yang diterapkan dan digunakan

    dalam pembentukan kepribadian. Namun demikian, di SMA Negeri 1 Parung

    model yang digunakan dalam membentukan pribadi siswa yang islami antara lain:

    Model keteladanan, model pembiasaan, model kedisiplinan, model mendidik

    7Jamaluddin, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wawancara pribadi, Parung: 16

    November, 2010

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    47/78

    38

    melalui ibrah (mengambil pelajaran), Mendidik melalui mauidhzah (nasihat),

    model mendidik melalui targhib dan Tarhib.8

    Model tersebut digunakan guru pada saat melakukan proses belajar

    mengajar. Dengan demikian; siswa diajarkan untuk membiasakan perbuatan baik

    dan menjauhi keburukan. Dengan melaksanakan shalat seseorang secara otomatis

    ia akan membiasan prilaku terpuji dengan catatan shalat yang ia lakukan

    bermakna dalam kehidupan.

    1. Model keteladanan

    Model keteladanan ini dimaksudkan adalah upaya untuk membumikan

    segenap teori yang telah dipelajari kedalam diri seorang pendidik untuk

    dipraktekkan dalam prilaku sehari-sehari.

    Pendidikan lewat keteladanan dengan memberi contoh-contoh konkrit

    kepada para siswa. Dalam pembentukan kepribadian, pemberian contoh sangat

    ditekankan. Guru harus memberikan uswah yang baik bagi para siswanya baik

    dalam ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lainnya, karena nilai

    mereka dinilai dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan.

    2.

    Model pembiasaanModel pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses

    pembentukan kepribadian, karena model ini adalah mendidik dengan cara

    memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak

    didik untuk melakukannya. model ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah

    amaliah, seperti jamaah shalat kesopanan pada guru, pergaulan dengan sesama

    siswa, sehingga tidak asing di jumpai di sekolah sebagaimana seorang siswa

    begitu hormat pada guru dan kakak seniornya; maka mereka dilatih dan

    dibiasakan untuk bertindak demikian.

    8An-Nahlawy Dalam Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung :

    Rosda Karya, hlm.137.

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    48/78

    39

    3.

    Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)

    Ibrah ialah kondisi yang memungkinkan orang sampai dari pengetahuan

    yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya adalah perenungan

    dan tafakur.

    Tujuan pendidikan dari Ibrah adalah mengantarkan pendengar kepada

    suatu kepuasan pikir akan salah satu perkara aqidah, yang didalam kalbu

    menggerakkan, atau mendidik perasaan Rabbaniyyah (Ketuhanan), sebagaimana

    menanamkan, mengokohkan dan menumbuhkan akidah tauhid, petunjukkan

    kepada syara Allah dan kepatuhan kepada segala perintah-Nya.

    4.

    Mendidik melalui mauidhzah (nasihat)

    Model tersebut harus mengandung tiga unsur antara lain; Uraian tentang

    kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang. Hal ini siswa,

    misalnya sopan santun, keharusan rajin dalam beramal. motivasi untuk melakukan

    kebaikan;, Peringatan tentang dosa atau bahaya yang akan muncul dari adanya

    larangan, bagi dirinaya sendiri maupun orang lain.

    Dengan kata lain mendidik melalui nasehat adalah nasihat atau peringatan

    atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati danmembangkitkannya untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

    5. Mendidik melalui kedisiplinan

    Disiplin adalah kesediaan untuk mematuhi ketentuan dan peraturan-

    peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan tetapi

    kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-

    peraturan itu. Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.

    Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa apa yang dilakukan tersebut

    tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.

    6. Mendidik melalui targhib dan Tarhib

    Model ini adalah janji-janji yang disertai dengan bujukan dan membuat

    senang terhadap suatu maslahat, knikmatan, atau kesenangan akhirat yang pasti

    dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan melakukan

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    49/78

    40

    amal sholeh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung bahaya atau

    perbuatan yang buruk. al-Tarhibadalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat

    melakukan kesalahan yang dilarang oleh Allah.

    Model ini dalam teori belajar modern dikenal dengan reward dan

    funisment. Yaitu suatu model dimana hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi

    dari aktifitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka

    ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukum ketika ia tidak

    dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.

    D. Pengolahan Data

    Setelah data diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada siswa,

    maka terlebih dahulu penulis mengklasifikasikan angket tersebut sesuai model

    yang digunakan, kemudian diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan

    teknik prosentase sebagai berikut:

    1. Model pembiasaan

    Tabel 5

    Siswa Melaksanakan Shalat 5 Waktu

    No Alternatif Jawaban F P

    1. Selalu 30 6 0 %

    2. Sering 9 18 %

    3. Kadang-kadang 8 1 6 %

    4. Tidak Pernah 3 6 %

    Jumlah 50 1 0 0 %

    Dari tabel di atas menunjukkan bahwa, 60 % siswa menjawab selalu

    melaksanakan sholat lima waktu. Hal ini dilakukan karena mereka

    mengetahui bahwa melaksanakan sholat lima waktu adalah kewajiban bagi

    umat muslim, selain itu karena perhatian orang tua terhadap masalah ibadah

    sholat lima waktu lebih besar dan mereka sudah ditanamkan aqidah dan

    penanaman agama sejak kecil, sedangkan 18% siswa menjawab sering

    melaksanakan sholat lima waktu, 16 % siswa menjawab kadang-kadang

    melaksanakan sholat lima waktu,16% tidak pernah melaksanakan sholat lima

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    50/78

    41

    waktu, hal ini diimungkinkan belum mengerti akan pentingnya sholat lima

    waktu bagi dirinya.

    Tabel 6

    Melaksanakan sholat sunnah rawatib

    No Alternatif Jawaban F P

    1 Selalu 0 0%

    2 Sering 2 4%

    3 Kadang-kadang 10 20%

    4 Tidak pernah 38 76%

    50 100%

    Dari table diatas dapat diketahui bahwa 0% siswa menjawab selalu

    melaksanakan sholat lima waktu, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran

    mereka betapa pentingnya sholat sunnah rawatib, 4% siswa menjawab sering

    melaksanakan sholat sunnah rawatib, 20% siswa yang menjawab kaddang-

    kadang melaksanakan sholat sunnah rawatib, 76% siswa menjawab tidak

    pernah melaksanakan sholat sunnah rawatib. Hal ini kemungkinan mereka

    belum ada kesadaran betapa pentingnya sholat sunnah rawatib bagi dirinya.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurangnya pemahaman siswa

    dalam melaksanakan sholat sunnah rawatib. Hal ini menunjukkan bahwa

    kurangnya peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan

    kepribadian Islami dan perlu bimbingan khusus tentang tata cara

    melaksanakan sholat sunnah rawatib baik dari guru maupun orang tua.

    Tabel 7

    Pelaksanaan Puasa Ramadhan

    No Alternatif Jawaban F P

    1. Selalu 45 90 %

    2. Sering 3 6 %

    3. Kadang-kadang 2 4 %

    4. Tidak Pernah 0 0 %

    Jumlah 50 10 0 %

  • 7/24/2019 AHMAD BUSYRO-FITK.pdf

    51/78

    42

    Dari data di atas menunjukan bahwa, 90% siswa menjawab selalu

    melaksanakan puasa ramadhan. Hal dilakukan karena mereka mengetahui

    bahwa puasa ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim, selain itu karena

    perhatian orang tua terhadap masalah ibadah puasa lebih besar dan mereka

    sudah terlatih melaksanakan puasa ramadhan sejak kecil. Sedangkan 6% siswa

    menjawab sering melaksanakan puasa ramadhan, 4% siswa menjawab kadang-

    kadang melaksanakan puasa ramadhan. Hal ini dimungkinkan belum mengerti

    arti dan manfaat ibadah puasa ramadhan, selain itu puasa ramadhan bagi

    mereka merupakan hal yang memberatkan dan tidak ada seorang pun siswa

    yang menjawab tidak pernah melaksanakan puasa ramadhan.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran siswa akan

    kewajiban me