PROGRAM FIX Dari Anas pad

download PROGRAM FIX Dari Anas pad

of 96

description

program fix

Transcript of PROGRAM FIX Dari Anas pad

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar BelakangDalam rangka mewujudkan Visi Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan dan 4 Misi, yaitu (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan, (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, dan (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Departemen Kesehatan menyelenggarakan perannya dengan menempuh enam strategi utama, yaitu: (1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global, (2) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif, (3) Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional, (4) Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu, (5) Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, dan (6) Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab. (Depkes, 2014)

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan visi misi Departemen Kesehatan dan mewujudkan Indonesia sehat. Untuk itu, puskesmas dituntut untuk selalu mengupayakan program-program kesehatan baik yang merupakan program dasar ataupun program pengembangan. Program-program tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan atau upaya kesehatan.Sebagai hakekatnya kesehatan di definisikan menurut undang-undang No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu pembangunan kesehatan sangatlah diperlukan dalam suatu pembangunan nasional. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah puskesmas dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah rumah sakit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu pembangunan kesehatan sangatlah diperlukan dalam suatu pembangunan nasional (Hartoyo, 2011)Pada tahun 1999, pemerintah menetapkan sebuah paradigma baru dalam kesehatan yang dikenal dengan PARADIGMA SEHAT yang kemudian dikonversikan dalam visi atau pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 (Setyawan, 2010). Sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita, konsep sehat dalam upaya penanganan kesehatan penduduk sudah mengalami banyak perubahan. Banyak negara berkembang termasuk Indonesia, sampai saat ini melakukan penanganan kesehatan masih berupa program-program konvensional yang masih menekankan pada pengembangan rumah sakit, penanganan penyakit secara individual, spesialis, terutama penanganan peristiwa sakit secara episodik. Program kesehatan jangka panjang tidak menguntungkan karena akan berkumpul di tempat yang banyak uang yaitu kota-kota besar, dari segi ekonomi upaya kesehatan yang berorientasi kuratif bersifat konsumtif tidak produktif. (Fadillah, 2007)

Paradigma sehat tersebut merupakan penyempurnaan dari paradigma sebelumnya yang lebih bersifat mengobati pada orang yang sakit saja tanpa melakukan intervensi pada orang yang sehat agar terhindar dari suatu penyakit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paradigma sehat adalah: (Suparyanto, 2009)

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan bersifat holistik.

Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor.

Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.

Bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Dengan kata lain, dalam paradigma sehat berarti: (Hartoyo, 2011)

Mencegah lebih baik daripada mengobati

Pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku hidup sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat

Untuk dapat mewujudkan suatu Paradigma Sehat, diperlukan intervensi kesehatan yang tidak hanya terbatas pada manusia saja. Sesuai dengan konsep sehat menurut Gordon & Le Richt (1950), timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: (Hartoyo, 2011)

a. Host (Pejamu)

b. Agent (Bibit penyakit)

c. Environment (Lingkungan)

Gambar 1.1. Konsep sehat menurut Gordon & Le RichtPemanfaatan konsep tersebut adalah untuk dapat melakukan pencegahan penyakit, penularan penyakit, pemberantasan penyakit, pengobatan penyakit yaitu dengan cara mengintervensi ketiga faktor tersebut. Sedangkan menurut H.L. Bloem, status kesehatan dari seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : (Hartoyo, 2011)

a. Lingkungan.b. Perilaku.c. Pelayanan kesehatan.d. Biologik / keturunan

Gambar 1.2. Konsep sehat menurut H.L. BloemPemanfaatan konsep tersebut adalah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan memenuhi standar pelayanan minimal yaitu dengan memperhatikan keempat faktor yang mempengaruhi tersebut.

Secara arti luas, bahwa untuk menghilangkan atau mengurangi kesakitan atau kematian, harus meningkatkan derajat atau status kesehatan masyarakat, perlu kerjasama banyak pihak, perlu pendekatan kemasyarakatan, peningkatan peran serta masyarakat dan sektor terkait di bidang kesehatan.

Majelis Umum PBB telah melegalkan ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa disebut Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari :Goal 1 : Memberantas Kemiskinan dan KelaparanGoal 2 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk semuaGoal 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan PerempuanGoal 4 : Menurunkan Kematian Anak Goal 5 : Meningkatkan Kesehatan IbuGoal 6 : Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan TBGoal 7 : Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup Goal 8 : Mengembangkan Kemitraan Pembangunan Di Tingkat GlobalDalam meningkatkan pembangunan kesehatan berdasarkan MDGs dan sebagai salah satu program pelayanan kesehatan strata pertama, Puskesmas merupakan ujung tombak untuk mencapai Indonesia Sehat dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan wajib puskesmas terdiri dari :

1. Promosi Kesehatan.

2. Kesehatan Lingkungan.

3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB.

4. Perbaikan Gizi Masyarakat.

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.

6. Pengobatan.

Dalam suatu kegiatan agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik agar tujuan tiap kegiatan/program itu tercapai dengan baik. Seperti Puskesmas pada umumnya, Puskesmas Secang I juga memiliki kendala dan permasalahan dalam upaya memenuhi target standar pelayanan minimal. Oleh karena itu dilakukan evaluasi manajemen pelayanan di Puskesmas Secang I yang akan dibahas pada laporan ini. I. 2. Perumusan Masalah

Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen pelayanan Puskesmas Secang I dan permasalahannya. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan pokok di Puskesmas Secang I apabila disesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berlaku.I. 3. Tujuan Penulisan

I. 3. 1. Tujuan umum :Mengetahui, menganalisa dan mendeskripisikan pelaksanaan manajemen program dan mutu pelayanan di Puskesmas Secang I pada bulan Januari Desember 2014 dalam rangka upaya perbaikan kinerja puskesmas.I. 3. 2. Tujuan khusus :a. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Secang I.

b. Mengetahui hasil pencapaian upaya kesehatan Puskesmas Secang I pada bulan Januari Desember 2014.

c. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang terjadi di Puskesmas Secang I pada bulan Januari Desember 2014.

d. Menganalisa berbagai faktor yang menyebabkan masalah pencapaian upaya kesehatan Puskesmas Secang I.

e. Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Secang I.

f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang terpilih di Puskesmas Secang I.

g. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas Secang I

I. 4. Manfaat Kegiatan

I. 4. 1. Bagi Mahasiswa :a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan Masyarakat.

b. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.

c. Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang di puskesmas.

d. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan didalam program puskesmas.I. 4. 2. Bagi Puskesmas :

a. Mengetahui masalah atau upaya puskesmas yang belum memenuhi target standar pelayanan minimal (SPM).

b. Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas yang belum memenuhi target standar SPM.

c. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap masalah tersebut.

d. Membantu puskesmas dalam mewujudkan program Indonesia sehat.I. 5. Metodologi

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang didapatkan bulan Januari 2015 di Puskesmas Secang I. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1/Perencanaan, P2/ Penggerakkan dan Pelaksanaan, P3/Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian) diperoleh dari wawancara dengan petugas atau pegawai puskesmas serta pengamatan langsung tentang pelaksanaan manajemen. Data sekunder diperoleh dari SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas) dan laporan hasil kegiatan setiap bulannya untuk memperoleh dimensi mutu Puskesmas.

Data yang sudah diperoleh dari pemegang program kemudian diolah berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) sehingga akan didapatkan skor pencapaian. Data dari skor pencapaian yang kurang dari 100% dan kurang dari target merupakan masalah yang ada. Data yang bermasalah dianalisa untuk dipecahkan dengan metode pendekatan sistem, dengan melihat ketiga fungsi manajemen baik P1/perencanaan, P2/pelaksanaan dan pengendalian, P3/pengawasan dan pertanggung jawaban, dengan tujuan mengetahui permasalahan secara menyeluruh terutama fungsi manajemen Puskesmas Secang I. Evaluasi program dilakukandengan menerapkan problem solving cycle setelah dilakukan identifikasi masalah ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Kemudian dilakukan analisa penyebab masalah dengan mencari kemungkinan penyebabnya dengan diagram fish bone berdasarkan pendekatan sistem dan jaminan mutu dengan simple dan complex problem. Penyebab masalah kemudian dikonfirmasi kepada petugas untuk mencari penyebab masalah yang paling mungkin. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks dengan rumus (M x I x V)/C. Setelah di dapatkan pemecahan masalah lalu disusun rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih.I. 6. Batasan Judul

Kami memilih judul Evaluasi Hasil Peninjauan Manajemen Program Puskesmas Secang I di Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Periode Januari Desember 2014. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan bagaimana manajemen program dan mutu pelayanan Puskesmas Secang I, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang melalui penilaian berdasarkan Standar Pelayanan Minimal selama 1 tahun yaitu periode Januari Desember 2014.

I. 7. Batasan Masalah

Batasan masalah dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman agar lebih terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam penelitian ini kami membatasi hanya membahas tentang hasil peninjauan Manajemen Program dan Mutu Pelayanan Puskesmas Secang I, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Periode Januari Desember 2014. Kinerja suatu puskesmas dilihat dari manajemen program dan mutu pelayanan puskesmas yang dapat diukur secara kuantitatif melalui indikator Standar Pelayanan Minimal.

BAB II

DATA UMUM

II. 1. LingkunganII. 1. 1.Data Wilayah

a. Batas Wilayah

Wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Secang I Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, meliputi batas-batas wilayah sebagai berikut: (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014) Sebelah Barat

: Kecamatan Windusari

Sebelah Timur

: Wilayah Puskesmas Secang II

Sebelah Utara

: Kabupaten Temanggung

Sebelah Selatan

: Kota Magelang

b. Luas Wilayah Kerja

Luas wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah 27 km2, luas wilayah tersebut kegunaannya untuk berbagai macam kebutuhan, dengan perincian penggunaannya sebagai berikut : (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014) Tanah kering seluas15 km2 Ttanah sawah seluas 12 km2c. Jumlah Desa atau Kelurahan

Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah: (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014) Desa

: 10 (sepuluh) desa. Kelurahan: 1 (satu) kelurahand. Peta Wilayah

Kecamatan Secang Kabupaten Magelang terbagi dua wilayah kerja Puskasmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Secang I dan wilayah kerja Puskesmas Secang II, adapun untuk wilayah kerja Puskesmas Secang I keadaan daerahnya 20% pegunungan sedangkan 80% dataran dengan ketinggian 467 m diatas permukaan laut. Adapun peta wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Secang I Kecamatan Secang Kabupaten Magelang seperti tersebut di bawah ini : (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kecamatan Secang

Gambar 2.2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Secang Ie. Transportasi

Transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Secang I dapat dicapai dengan roda 4 (empat) dan roda 2 ( dua ). Kendaraan umum yang ada untuk mencapai kota kabupaten adalah Angkutan Desa (Colt) dan bus, untuk mencapai ke desa-desa adalah Angkutan Desa (Colt) dan ojek. Jarak Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan ke kota kabupaten 28 km. Jarak Puskesmas ke desa-desa di wilayah kerja, sebagai berikut : (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)

Tabel 2.1. Jarak Desa-Desa Ke Puskesmas Secang I

NoDesaJarak Ke Puskesmas

1Karangkajen7 km

2Payaman6 km

3Jambewangi 6 km

4Ngadirojo 4 km

5Donorejo4 km

6Madyocondro3 km

7Kalijoso 3 km

8Ngabean3 km

9Krincing2 km

10Madusari 2 km

11Secang 1 km

Sumber : Statistik Kecamatan Secang, (2013)

f. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Wilayah kerja Puskesmas Secang 1 Kecamatan Secang secara administrasif dibagi menjadi 10 desa dan 1 kelurahan yang terdiri dari 64 dusun dengan luas wilayah Kecamatan Secang kurang lebih 27,8 Ha. Luas wilayah kerja Puskesmas Secang 1 Kecamatan Secang yang paling luas yaitu Desa Krincing sebesar 3,50 kilometer persegi dan yang paling kecil yaitu Desa Donorejo yaitu 1,34 kilometer persegi. Tiap desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan jarak tempuh dari desa ke Puskesmas 0 7 km. Wialayah kerja Puskesmas Secang 1 Kecataman Secang merupakan kawasan pertanian dan merupakan daerah yang tidak memiliki hutan,oleh karena itu mata pencaharian sebagaian besar penduduknya adalah pertanian. (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)g. Kondisi Demografi

Jumlah keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah sebanyak 12.564 Kepala Keluarga dan jumlah penduduk per jenis kelamin adalah laki-laki 22.748 jiwa, perempuan 23.335 jiwa. Dengan kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah 1.658 jiwa/km2. (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)II. 2. VISI, MISI, STRATEGI DAN MANAJEMEN PUSKESMAS

II. 2. 1.Visi

Menjadi Puskesmas pilihan utama dalam pelayanan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat sehat. II. 2. 2.Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan prima yang bermutu.

b. Mengelola sumber daya yang ada secara optimal.c. Memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan di wilayah kerja.d. Mengembangkan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kepuasaan pelanggan.II. 2. 3.Strategi

a. Meningkatkan proses pelayanan, tertib, rapi dan cepat.

b. Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas untuk kepuasan pelanggan.

c. Proses pelayanan yang berstandar nasional atau international.

d. Peningkatan SDM dengan pelatihan di dalam dan di luar puskesmas dengan RCD, seminar, pendidikan formal dan informal.

e. Pembenahan sarana fisik, sarana medis dan non medis.

f. Peningkatan sistem informasi Puskesmas.g. Menjunjung tinggi nilai dan mutu pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

II. 2. 4.Manajemen Puskesmas

a. Manajemen Puskesmas :Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI no. 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Sistem Manajemen Puskesmas adalah Perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2), serta Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3). P1 diselenggrakan melalui mekanisme perencanaan mikro (micro planning) yang kemudian menjadi perencanaan tingkat Puskesmas. P2 diselenggarakan melalui mekanisme lokakarya mini (mini workshop). P3 diselenggarakan melalui mekanisme stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi penilaian kinerja Puskesmas, dengan berlakunya prinsip ekonomi perlu disesuaikan.b. Kegiatan dalam fungsi manajemen :

Berdasarkan wawancara dan pengamatan mengenai proses manajemen di Puskesmas Secang I, diperoleh data sebagai berikut:

1. Perencanaan (P1)

Di dalam perencanaan, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemimpin Puskesmas ialah sebagai berikut:

a) Mengetahui kebijaksanaan Pusat (SKN).

b) Mengetahui kebijaksanaan Kantor Wilyah, Dinkes propinsi Jateng, dan Dinas Kesehatan Dati I setempat.

c) Mengetahui kebijaksanaan Dinas Kesehatan Dati II.

d) Menentukan tujuan dan sasaran.e) Melakukan analisa situasi.f) Menemukan masalah dan menentukan prioritas masalah.g) Menyusun rencana operasional.h) Pengaturan sumber daya.Hasil dari program perencanaan adalah rencana kerja tahunan.2. Penggerakkan Pelaksanaan (P2)Kegiatan dalam fase ini adalah:a) Pengorganisasian.b) Pengurusan staf.c) Kerja sama lintas program dan lintas sektoral.d) Bina peran serta masyarakat.3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3)

a) Pengawasan

Dilakukan dengan mengamati seluruh proses upaya kesehatan untuk menjamin agar semua kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bila terjadi penyimpangan dapat memberi saran tindakan koreksi yang perlu dilakukan.b) Pengendalian

Tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara berhasilguna dan berdayaguna. Ada keewenangan melakukan tindakan koreksi.

c) Penilaian

Meningkatkan hasil guna serta dayaguna perencanaan dan pelaksanaan program dan memberikan petunjuk dalam pengelolaan tenaga, dana dan fasilitas untuk program yang ada sekarang dan yang akan datang.Proses ini pada dasarnya terdiri dari:1) Menetapkan standar performance/indicator.2) Mengukur performance yang sesungguhnya.3) Membandingkan performance yang sesungguhnya dengan standar yang diharapkan.4) Mencari alasan-alasan terjadinya penyimpangan.5) Menetapkan cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan tersebut.6) Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut.II. 3. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS SECANG I

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Puskesmas Secang III. 4.DESKRIPSI KERJA

II. 4. 1. Dokter/Kepala Puskesmas

Tugas Pokok: Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara dengan baik.Fungsi :

A. Sebagai Manager :

1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.

2. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

3. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.

B. Sebagai seorang Dokter :

1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita.

2. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi.

3. Melakukan penyuluhan kesehatan pada pasien dan masyarakat.II. 4. 2. Dokter Umum

Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah

kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Fungsi:

1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.

2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di Puskesmas, Pustu atau Pusling.

3. Bimbingan dan suervisi pada pasien dan masyarakat.

4. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat.

5. Melakukan pencatatan dan pelaporan.II. 4. 3. Dokter Gigi

Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Fungsi:

1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.

2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas secara teratur.

3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.

4. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

5. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta masyarakat.

6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.II. 4. 4. Perawat Gigi

Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.

Fungsi:

1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi yang sakit.

3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.

4. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).

5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.II. 4. 5. Tata Usaha

Tugas Pokok: Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk dan semua laporan kegiatan Puskesmas>Fungsi:

1. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.2. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.3. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.

4. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.II. 4. 6. Petugas Perkesmas

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.

Fungsi

:

1. Melaksanakan kegiatan Puskesmas baik di dalam dan luar gedung.2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas.3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.5. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.

II. 4. 7. Petugas Pengobatan

Tugas Pokok :

a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi dari dokter.

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.f. Melakukan kegiatan Puskesmas.g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.II. 4. 8. Petugas P2P

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi:

1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.

2. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.

3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.

4. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.

5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter.

6. Melakukan kunjungan rumah.7. Ikut dalam kegiatan terpadu yang terkait P2P.8. Melakukan pencatatan dan pelaporan.II. 4. 9. Petugas KIA

Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.Fungsi :

1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak.2. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.

3. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.

4. Melakukan pembinaan dukun bayi.5. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.

6. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA.

7. Melakukan penyuluhan kesehatan.8. Melakukan pencatatan dan pelaporan.9. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

II. 4. 10. Petugas Gizi

Tugas Pokok:Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi:

1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.2. Memantau keadaan gizi di masyarakat.3. Membantu meningkatkan kerjasama lintas sektoral di bidang gizi.4. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.

5. Melakukan pencatatan, pelaporan dan rujukan kasus gizi.6. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.7. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.

8. Melakukan pembinaan Posyandu.II. 4. 11. Petugas Sanitarian

Tugas Pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.Fungsi :1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban dan rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan.

2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya,

3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat-tempat umum.

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan.5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.

6. Ikut serta dalam kegiatan yang terkait dengan H.S.

7. Memberikan penyuluhan kesehatan.8. Pengawasan dan penyehatan perumahan dan pembuangan sampah.9. Pengawasan makanan dan minuman.10. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah).

II. 4. 12. Pelayanan Imunisasi

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi: 1. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.

2. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.

3. Melakukan pencatatan dan pelaporan.4. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.5. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.

6. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.

7. Memberikan penyuluhan kesehatan.II. 4. 13. Petugas Trauma Center

Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan untuk mengatasi kasus gawat darurat di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

1. Menyiapkan ruang gawat darurat untuk pelayanan.2. Melakukan pencatatan dan pelaporan.3. Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke Puskesmas yang lebih maju.4. Melakukan penanganan kasus gawat darurat sesuai standar dan prosedur.II. 4. 14. Petugas Apotek

Tugas Pokok : Memeriksa, meracik dan membungkus obat.Fungsi :

1. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.2. Membantu penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotik.3. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu dan PKD.4. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.5. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.II. 4. 15. Petugas Laboratorium

Tugas Pokok: Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi:

1. Membantu menegakkan diagnosa dengan pemeriksaan spesimen.

2. Membantu rujukan spesimen.

3. Membantu kegiatan yang berhubungan dengan laboratorium.

4. Memberikan penyuluhan kesehatan.

5. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

II. 4. 16. Petugas Pendaftaran

Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung Puskesmas.

Fungsi:

1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.

2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.

3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.

4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.

5. Menata kembali status yang sudah dipergunakan hari tersebut.

6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

II. 4. 17. Petugas Gudang Obat

Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas

Fungsi

:

1. Membantu dalam penyimpanan dan pengelolaan obat di Puskesmas.

2. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas.

3. Mengatur administrasi dan distribusi obat.

4. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam penyimpanan obat.II. 5. SUMBER DAYA PUSKESMASII. 5. 1. Tenaga

Tabel 2.2. Tenaga di Puskesmas Secang I

No.JENIS KETENAGAANJUMLAHSPESIFIKASI

1.Kepala UPT1S 1

2.Kepala Sub Bagian TU1SMA

3.Dokter Umum1S 2

1S 1

4.Dokter Gigi2S 1

5.Perawat1S 1

2D 3

3SPK

6.Perawat Gigi1SPRG

7.Bidan3D 3

10PPB

8.Rekam Medis3SMA

9.PKM1D3

10.Laboran1D 3

11.Nutrisionis1D 3

12.Sanitarian1D 3

13.Kefarmasian1AA

14.Penjaga Malam1SMA

Jumlah Tenaga Kerja35

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Secang I, 2014II. 5. 2. Sarana Fisik

Tabel 2.3. Sarana Fisik di Puskesmas Secang I

No.Jenis SaranaJumlah

1.Puskesmas Induk1

2.Rumah dinas dokter1

3.Puskesmas pembantu2

4.Mobil puskesling1

5.Sepeda motor5

6.Container drum2

7.Lemari es puskesmas dan pustu1

8.Freezer1

9.Kompor1

10.Mesin tulis2

11.Kalkulator2

12.Rak kartu1

13.Filling cabinet2

14.Sound system1

15.Meja, kursi tulis13

16.Almari Kaca11

Sumber : Buku Inventaris Puskesmas Secang I, 2014II. 5. 3. Perlengkapan Medis

Tabel 2.4. Perlengkapan Medis Puskesmas Secang I

No.Jenis SaranaJumlah

1.Strilisator uap2

2.Vaksin karier8

3.Termos30

4.Tas imunisasi2

5.Object gelas580

6.Sarana laboratorium1

7.Bilik hitung-

8.Tabung Hematokrit-

9.Sentrifuse listrik-

10.Timbangan bayi35

11.Bidan kit3

12.Alat Hb Sahli1

13.Timbangan injak3

14.Dukun kit67

15.Tabung oksigen2

16.Resuscitator-

17.Incubator-

18.Reagen tes Iodium-

19.KMS ibu hamil1654

20.KMS bayi1504

21.KMS murid2431

22.KMS tumbuh kembang7914

23.Spuit disposseable5712

24.Jarum26745

25.Tensimeter3

26.Stetoskope6

27.Diagnostic set-

28.Poliklinik set2

29.Isihara set1

30.THT set1

31.Stelisator listrik-

32.PHN kit1

33.Dental unit1

34.Diamond bor-

35.Perawatan gigi kit-

36.Sterilisator tang-

37.UKGMD kit-

38.Comb test-

39.PP test10

40.Reagen Gol. Darah2

41.Hb kit1set

42.Trauma senter kit1

Sumber : Buku Inventaris Puskesmas Secang I, 2014II. 5. 4. Dana

Setiap pelaksanaan kegiatan Puskesmas Secang I mendapatkan dana dari APBD II dan Dinas kesehatan. Dana dari APBD II terbagi menjadi dua yaitu dana rutin untuk menunjang kegiatan dan operasional puskesmas dan dana BBM untuk biaya transportasi. Sedangkan dana lain juga dari dana BOK dan BPJS.II. 5. 5. Sumber Daya Manusia, Jumlah Dan SpesifikasinyaJumlah sumber daya manusia (SDM) di puskesmas secang 1 adalah sebanyak 35 tenaga. Jenis tenaga yang digunakan, jumlah maupun nama pegawai Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.5. Nama dan Spesifikasi Kerja Pegawai Puskesmas Secang INoJenis tenagaJumlahNama

1Dokter umum3dr. Heri Muchdiyono M.Kesdr. Sunaryo

dr. Benjamin

2Dokter gigi2drg. David Handoko

drg. Ruri

3Bidan13Aida Sofianti

Titik Sulistiowati

Triatmi Pudjiastuti, Amd.Keb

Lis Barokah E L, Amd.Keb

Dani Margawasti

Siti Mariyah

Alri Andhiani

Endang Purwanti, Amd.Keb

Sumaryati

Yeti Sukarsih

Utik Hariani

MarniFajar Hidayati

4Perawat6Budi Waluyo, S.Kep

Sri Andoko Woro, Amd.Kep

Misdi Purwati

Sri Haryati

Esti Mularti

Asliyah

5Perawat gigi1Sih Widiyawati

6Sanitarian HS1Darkam, AMKL

7Petugas Gizi1Dyah Heradiyati, Amd.Gizi

8Asisten Apoteker1Slamet Riyono

NoJenis tenagaJumlahNama

9Petugas Laboratorium 1Umiyati

10Penjaga Malam1Suyatno

11Staf3Taryono

Endah Mulyani

Tri Hestiningsih

12PKM1Rini Indriati

13Rekam Medik1Anastasya Widi

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Secang I, 2014II. 6. SARANA PELAYANAN PUSKESMASII. 6. 1. Tugas Puskesmas Secang I

Terdapat 6 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Secang I, yaitu :

1. KIA dan KB

2. Gizi

3. Kesehatan Lingkungan.

4. P2M

5. Promosi Kesehatan

6. Pengobatan

Terdapat 3 Upaya Kesehatan Tambahan Puskesmas Secang I, yaitu:

1. Perawatan Kesehatan Masyarakat

2. Usaha Kesehatan Sekolah

3. Kesehatan Jiwa

II. 6. 2. Jaringan Pelayanan Puskesmas Secang I

Dalam memenuhi tugas pokok tersebut, sarana pelayanan yang dimiliki oleh puskesmas adalah :

Pustu (puskesmas pembantu) terdapat 2, yaitu :

a. Karangkajen

b. Kalijoso

Puskesling (puskesmas keliling) terdapat 5, yaitu :

a. Ngadirojo

b. Payaman

c. Ngabean

d. Jambewangi

e. Donorejo

Polindes (Pondok Bersalin Desaa) terdapat 5, yaitu :

a. Karangkajen

b. Madusari

c. Secang

d. Krincing

e. Kalijoso

Poliklinik kesehatan Desa (PKD) terdapat 4, yaitu :

a. Payaman (setiap legi)

b. Donorojo (setiap Rabu)

c. Madiyacondro (setiap rabu & sabtu)

d. Jambewangi ( setiap Senin )Posyandu balita dan lansia terdapat 94 posyandu balita yaitu :

a. Jambewangi :14b. Payaman

:11c. Kalijoso

: 6d. Ngadirojo : 7e. Madyocondro: 11f. Madusari

: 6

g. Secang

:12

h. Ngabean

: 8

i. Krincing

: 10

j. Donorejo

: 4

k. Karangkajen: 5

Posyandu lansia terdapat 41.

UKS & UKGSII. 6. 3. Pelayanan Dalam Gedung Puskesmas Secang I

Pelayanan di dalam gedung yang ada di Puskesmas Secang I :

a. Poliklinik Umum

b. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana)c. Pengobatan Gigi

d. Klinik Gizi

e. Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual)

f. Laboraturium

g. Apotik

h. Trauma CenterBAB III

DATA KHUSUS PROGRAM POKOK PUSKESMAS

III.I Program PuskesmasIII.1.1. Upaya Kesehatan wajib Puskesmas adalah

1. KIA dan KB

2. Gizi

3. Kesehatan Lingkungan

4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P)

5. Promosi kesehatan

6. Pengobatan

III.1.2. Upaya kesehatan pengembangan adalah1. Upaya Kesehatan Sekolah

2. Upaya Kesehatan Jiwa

III.2.Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

III.2.1. Kesehatan Ibu-Anak serta KB

Pelayanan KIA dan KB di Puskesmas Secang I dikelola oleh 2 orang bidan, pelayanan dilaksanakan setiap hari senin sampai sabtu, pukul 7.30-12.00. Pada hari kamis untuk pelayanan KB, dilakukan pemasangan IUD. Pelayanan imunisasi Hepatitis b dilakukan setiap hari, imunisasi campak dilaksanakan setiap hari jumat.

KB secara umum adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian lupasehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut dan secara khusus pengertian KB adalah merupakan berkisar pencegahan kontrasepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita akibat persetubuhan.

Tujuan Gerakan Keluarga Berencana :

1.Kuantitatif: menurunkan dan mengendalikan pertumubuhan penduduk

2.Kualitatif: menciptakan atau mewujudkan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

Tujuan Keluarga Berencana menurut UUD No.36 tahun 2009 mengenai Kesehatan pada Pasal 78 menyatakan KB dimaksudkan untu kpengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat, cerdas dan pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB yang aman dan bermutu serta terjangkau oleh masyarakatTabel 3.1. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB Puskesmas Secang I Periode Januari-Desember 2014

IndikatorTargetCakupanPencapaian

%Kegiatan%%

Cakupan Kunjungan bumil K1*100%1030114%114%

Cakupan Kunjungan bumil K4 95%88698%103,17%

Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil*100%236131%131,11%

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes95%75988%92,50%

tenaga kes

Cakupan Kn1*) ( 6 jam sd 48 jam)100%69484%84,43%

Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) ( hari ke 3 s/d hari ke 7 )95%69484%88,87%

Cakupan kunjungan neonatus (Kn3) ( 8 hr - 28 hr)95%71287%91,18%

Cakupan kunjungan Bayi90%847103%114,49%

Neonatal resti yg ada / ditemukan*100%3226%26,45%

Pembinaan dukun bayi*

a.Jumlah dukun bayi yg terlatih100%3195%95,38%

b.Frekuensi pembinaan dukun100%3195%95,38%

Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia100%10120%120,00%

Sekolah

Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan95%126744%46,83%

pra sekolah

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat100%1703100%100%

oleh tenkes atau terlatih/guru UKS/dokter kecil*

(Penjaringan kelas 1)

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK,80%62,39100%125%

kelas 1 SLTP,SLTA dan setingkat

Cakupan pelayanan kesehatan remaja80%107638%47%

(penjaringan kelas 1 SLTP,SLTA/sederajat)

Pembinaan TK

- Jumlah TK yang dibina*100%16252%523%

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Jumlah seluruh peserta aktif 80%745378%98%

PELAYANAN USILA jml posyandu pra usila dan Usila yg ada*100%11100%100%

cakupan pelayanan pra usila dan Usila 70%659870%100%

III.2.2. Gizi

Pelayanan ini dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan. Tujuan dari program perbaikan gizi adalah untuk menurunkan angka penyakit akibat kurang gizi ynag umunya diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah terutama balita dan wanita.kegiatan gizi terdiri dari konseling gizi, monitoring garam di pasar/masyarakat, pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita dan ibu hamil, pemberian kapsul iodium pada wanita nifas dan anak, kunjungan rumah BGM dan gizi buruk.

Jenis kegiatan :

1. Pemantauan dan pertumbuhan balita

a. Balita ynag datang dan ditimbang (D/S) (80%)

b. Balita yang naik berat badannya (N/D) (80%)

c. Balita BGM ( 15 th140/1000 pddk1370,32,10%

Kebutaan1,47%110,021%

Diabetes MelitusSKRT 1993: 1.6/1000 pddk3310,72450%

UPAYA KESEHATAN GIGI

UKGS tahap 3*50%133774%

Jml kunjungan gilut di rawat jalan (dlm/luar gedung)*5%26926120%

BAB IV ANALISIS MASALAH

Dari hasil kegiatan Puskesmas Secang I pada bulan Januari Desember 2014, berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang terlampir telah didapatkan beberapa permasalahan yang perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut :

Gambar 4.1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

Cakupan masalah terdapat pada output dimana hasil kegiatan atau cakupan kegiatan tidak sesuai dengan standar minimal. Hal yang terpenting pada upaya pemecahan masalah adalah bahwa kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, yakni berdasarkan pendekatan sistem penyebab masalah yang terjadi pada input, proses maupun lingkungan.IV. 1. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan fisik yang diharapkan dengan kenyataan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan dan keinginan untuk memecahkannya. Ciri-ciri sebuah masalah diantaranya adalah :

Menyatakan hubungan dua variabel atau lebih

Dapat diukur

Dapat diatasi

Berikut ini merupakan urutan siklus pemecahan suatu masalah, yaitu :

1. Identifikasi atau Inventarisasi Masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Kemudian membandingkan antara kedaan nyata yang terjadi (cakupan) dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan (target).

a. Penentuan Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah ditentukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dan lain-lain.

b. Penentuan Penyebab Masalah

Penentuan penyebab masalah dilihat berdasarkan data ataupun kepustakaan. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.

c. Memilih Penyebab Yang Paling Mungkin

Penyebab masalah paling mungkin terjadi harus dipilih berdasarkan sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.

d. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah apabila penyebab masalah sudah dapat teridentifikasi dengan baik namun dalam pemecahan masalah harus memiliki berbagai macam alternatif pemecahan masalah.e. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih

Setelah alternatif pemechan masalah ditentukan maka dilakukan pemilihan pemecahan masalah terpilih (paling efektif dan efisien) apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan masalah terbaik.f. Penyusunan Rencana Penerapan

Rencana penerapan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plain Of Action) atau rencana kegiatan.

g. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan dari pemecahan suatu masalah dilakukan monitoring pada saat proses penyelesaiaan masalah tersebut berlangsung dan evaluasi setelah seluruh permasalahan selesai.

Gambar 4.2. Siklus Pemecahan MasalahIV. 2. Analisis Hasilberdasarkan hasil analisa pada Standar Pelayanan Minimal terbaru tahun 2011 dari data sekunder, masalah di Puskesmas Secang I yang ditemukan adalah:Tabel 4.1. Masalah Kegiatan Puskesmas Secang I Bulan Januari Desember 2014NOMasalahSkor Pencapaian < 100 (%)

1Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th0,20

2Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan1

3Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th2

4Cakupan suspek TB Paru5.52

5Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)9

6Jumlah kader terlatih17

7Neonatal resti yang ditemukan26,45

8Balita gizi buruk mendapat perawatan40

9Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah46,83

10Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar47

11Cakupan pelayanan kesehatan remaja47

12Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi 48

13Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan51

14Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)53

15Rumah tangga sehat 74

16Balita yang naik BB80

17Jumlah bumil yang mendapat TT 283

18Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)84,43

19Jumlah bumil yang mendapat TT 185

20Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)88,87

21Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 190

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)91,18

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti92

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan92,58

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 393

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun96

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 497

28Jumlah seluruh peserta kb aktif98

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 198

30Balita yang datang dan ditimbang99

31Jumlah bayi yang mendapat BCG99

32Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total99

33UKGS Tahap 374

IV. 3. Prioritas Masalah

Dari sekian permasalahan yang ada di Puskesmas Secang I ditentukan prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut :IV.3.1. Penentuan Kriteria A (besar masalah)Langkah 1 :

Menentukan besar masalah dengan cara mengukur selisih presentasi pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.Tabel 4.2. Besar Masalah Kegiatan Puskesmas Secang 1 Bulan Januari Desember 2014NOMasalahPencapaian

(%)Besar Masalah

100 (%) (%) Pencapaian (%)

1Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th0,2099,80

2Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan199

3Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th298

4Cakupan suspek TB Paru5.5294,48

5Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)991

6Jumlah kader terlatih1783

7Neonatal resti yang ditemukan26,4573,55

8Balita gizi buruk mendapat perawatan4060,00

9Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah46,8353,17

10Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar4753

11Cakupan pelayanan kesehatan remaja4753,00

12Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi4852

13Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan5149

14Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)5347

15Rumah tangga sehat7426

16Balita yang naik BB8020,00

17Jumlah bumil yang mendapat TT 28317

18Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)84,4315,57

19Jumlah bumil yang mendapat TT 18515

20Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)88,8711,13

21Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 19010

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)91,188,82

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti928,00

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan92,587,42

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 3937

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun964,00

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4973

28Jumlah seluruh peserta kb aktif982

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1982

30Balita yang datang dan ditimbang991,00

31Jumlah bayi yang mendapat BCG991

32Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total991

33UKGS Tahap 37426

Langkah 2 :

Menentukan kolom interval dengan rumus Sturgess :

k= 1 + 3,3 Log n

= 1 + 3,3 Log 33

= 1 + 3,3 (1,51)

= 6,011

= 6Keterangan :

k = jumlah kolom

n = jumlah masalahLangkah 3 :

Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan terkecil, kemudian dibagi dengan kolom.

Besar masalah terbesar = 99,8Besar masalah terkecil = 1Interval= nilai terbesar nilai terkecil

kolom

= 99,8 1

6

= 16,47Langkah 4 :

Menentukan skala interval dan nilai setiap interval sesuai jumlah kolom.

Tabel 4.3. Skala interval besar masalah

KolomSkala intervalNilai

Skala 11,00-16,471

Skala 216,48-32,952

Skala 332,96-49,433

Skala 449,44-65,914

Skala 565,92-82,395

Skala 682,40-98,876

Langkah 5 :

Menentukan nilai besar masalah berdasarkan skala interval.

Tabel 4.4. Penilaian besar masalahNOMasalahRANGENILAI

1 (1 - 16,47)2 (16.48 - 32.95)3 (32.96 - 49.43)4 (49.44 - 65.91)5 (65.92 - 82.39)6 (82.40 -98.87)

1Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14thx6

2Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaanx6

3Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15thx6

4Cakupan suspek TB Parux6

5Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)x6

6Jumlah kader terlatihx6

7Neonatal resti yang ditemukanX5

8Balita gizi buruk mendapat perawatanx4

9Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolahx4

10Balita dengan diare yang ditangani sesuai standarx4

11Cakupan pelayanan kesehatan remajax4

12Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi x4

13Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalanX3

14Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)X3

15Rumah tangga sehat x2

16Balita yang naik BBx2

17Jumlah bumil yang mendapat TT 2x2

18Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)x1

19Jumlah bumil yang mendapat TT 1x1

20Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)x1

21Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1x1

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)x1

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegyptix1

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatanx1

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 3x1

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahunx1

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4x1

28Jumlah seluruh peserta kb aktifx1

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1x1

30Balita yang datang dan ditimbangx1

31Jumlah bayi yang mendapat BCGx1

32.Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 totalx1

33UKGS Tahap 3x2

IV.3.2.Penentuan Kriteria B (kegawatan masalah)Penilaian berdasarkan tingkat keganasan, tingkat urgensi dan tingkat penyebaran dengan menggunakan nilai skala 1 5.Tabel 4.5. Skor Penilaian Kriteria B

SkorKeganasanTingkat UrgensiTingkat Penyebaran

1Tidak berbahayaTidak mendesakTidak menyebar

2Kurang berbahayaKurang mendesakKurang menyebar

3Cukup berbahayaCukup mendesakCukup menyebar

4BerbahayaMendesakMenyebar

5Sangat berbahayaSangat mendesakSangat menyebar

Tabel 4.6. Kegawatan Masalah

Kriteria B. kegawatan masalah :

NoMasalahKeganasanTingkat UrgensiTingkat PenyebaranNilai

1.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th2316

2.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan1113

3.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th2316

4.Cakupan suspek TB Paru33410

5.Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)44513

6.Jumlah kader terlatih1315

7.Neonatal resti yang ditemukan45110

8.Balita gizi buruk mendapat perawatan1416

9.Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah2327

10.Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar35210

11.Cakupan pelayanan kesehatan remaja1135

12.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi4419

13.Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan2216

14.Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)34411

15.Rumah tangga sehat1113

16.Balita yang naik BB2417

17.Jumlah bumil yang mendapat TT 22316

18.Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)2417

19.Jumlah bumil yang mendapat TT 12417

20.Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)2215

21.Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 154110

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)2215

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti3249

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan45110

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 31225

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun1214

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 41326

28Jumlah seluruh peserta kb aktif1124

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 135412

30Balita yang datang dan ditimbang1113

31Jumlah bayi yang mendapat BCG1337

32Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total1146

33UKGS tahap 31113

IV.3.3. Penentuan Kriteria C (kemudahan dalam penanggulangan masalah)

Penilaian kemudahan dalam penanggulangan masalah-masalah diukur dengan menggunakan nilai skala 1 5.Kemudahan dalam penanggulangan masalah dinilai dengan bobot 5, dimana :

Sangat mudah

: 5

Mudah

: 4

Cukup mudah

: 3

Sulit

: 2

Sangat sulit

: 1

Tabel 4.7. Kemudahan dalam penanggulanagan masalah

NoMasalahNilai

1.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th2

2.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan1

3.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th2

4.Cakupan suspek TB Paru3

5.Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)4

6.Jumlah kader terlatih4

7.Neonatal resti yang ditemukan2

8.Balita gizi buruk mendapat perawatan3

9.Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah3

10.Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar3

11.Cakupan pelayanan kesehatan remaja3

12.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi3

13.Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan2

14.Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)3

15.Rumah tangga sehat4

16.Balita yang naik BB2

17.Jumlah bumil yang mendapat TT 23

18.Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)3

19.Jumlah bumil yang mendapat TT 13

20.Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)3

21.Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 14

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)3

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti5

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan3

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 34

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun4

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 44

28Jumlah seluruh peserta kb aktif3

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 14

30Balita yang datang dan ditimbang4

31Jumlah bayi yang mendapat BCG4

32Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total4

33UKGS tahap 34

IV.3.4. Penentuan Kriteria D (faktor PEARL)

Penilaian menggunakan beberapa faktor yang saling menentukan, dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor tersebut adalah :

a. Kesesuaian (Propriety)

b. Murah secara ekonomis (Economic)

c. Dapat diterima (Acceptable)

d. Tersedianya sumber (Resource availability)

e. Legalitas terjamin (Legality)

Faktor PEARL dinilai dengan menggunakan skor sebagai berikut :

1 = setuju atau ada

0 = tidak setuju atau tidak ada

Tabel 4.8. Penilaian masalah berdasarkan faktor PEARL

NoMasalahPEARLHASIL

KALI

1.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th000000

2.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan000000

3.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th000000

4.Cakupan suspek TB Paru111111

5.Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)111111

6.Jumlah kader terlatih111111

7.Neonatal resti yang ditemukan100010

8.Balita gizi buruk mendapat perawatan111111

9.Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah111111

10.Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar111111

11.Cakupan pelayanan kesehatan remaja111111

12.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi111111

13.Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan111111

14.Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)111111

15.Rumah tangga sehat111111

16.Balita yang naik BB111111

17.Jumlah bumil yang mendapat TT 2111111

18.Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)111111

19.Jumlah bumil yang mendapat TT 1111111

20.Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)111111

21.Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1111111

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)111111

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti111111

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan111111

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 3111111

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun111111

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4111111

28Jumlah seluruh peserta kb aktif111111

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1111111

30Balita yang datang dan ditimbang111111

31Jumlah bayi yang mendapat BCG111111

32Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total111111

33UKGS tahap 3111111

IV.4. Penilaian Prioritas Masalah

Setelah penilaian berdasarkan kriteria A, B, C dan D, hasil tersebut dimasukkan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD) serta niali prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi.NPD = (A + B) x C

NPT = (A + B) x C x D

3

Tabel 4.9. Urutan prioritas masalahNoMasalahABCDNPDNPTURUTAN PRIORITAS

1.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th6620240XXX

2.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan631090XXXI

3.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th6620240XXXII

4.Cakupan suspek TB Paru610314816IV

5.Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)613417625,33I

6.Jumlah kader terlatih65414414,67V

7.Neonatal resti yang ditemukan51020640XXXIII

8.Balita gizi buruk mendapat perawatan46313612X

9.Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah47313311XI

10.Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar410314214VII

11.Cakupan pelayanan kesehatan remaja4531279XVI

12.Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi49313913IX

13.Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan3521165,33XXVII

14.Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)311314214VIII

15.Rumah tangga sehat2341206,67XXI

16.Balita yang naik BB2721186XXIV

17.Jumlah bumil yang mendapat TT 22631248XVII

18.Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)1731248XVIII

19.Jumlah bumil yang mendapat TT 11731248XIX

20.Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)1531186XXV

21.Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1110414414,67VI

22Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)1531186XXVI

23Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti19515016,67III

24Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan110313311XII

25Jumlah bayi yang mendapat DPT 31541248XX

26Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun1441206,67XXII

27Jumlah bayi yang mendapat POLIO 41641289,33XIV

28Jumlah seluruh peserta kb aktif1431155XXIX

29Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1112415217,33II

30Balita yang datang dan ditimbang1341165,33XXVIII

31Jumlah bayi yang mendapat BCG17413210,67XIII

32Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total1641289,33XV

33UKGS tahap 32341206,67XXIII

Dari hasil penghitungan menggunaan hanlon kuantitatif, didapatkan urutan prioritas masalah sebagai berikut :

1 Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)

2 Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1

3 Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti

4 Cakupan suspek TB Paru

5 Jumlah kader terlatih

6 Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1

7 Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar

8 Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)

9 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi

10 Balita gizi buruk mendapat perawatan

11 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah

12 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

13 Jumlah bayi yang mendapat BCG

14 Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4

15 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total

16 Cakupan pelayanan kesehatan remaja

17 Jumlah bumil yang mendapat TT 2

18 Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)

19 Jumlah bumil yang mendapat TT 1

20 Jumlah bayi yang mendapat DPT 3

21 Rumah tangga sehat

22 Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun

23 UKGS Tahap 3

24 Balita yang naik BB

25 Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)

26 Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)

27 Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan

28 Balita yang datang dan ditimbang

29 Jumlah seluruh peserta kb aktif

30 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th

31 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan

32 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th

33 Neonatal resti yang ditemukan

BAB VANALISIS PEMECAHAN MASALAH

V. 1. Kegiatan/Indikator Kegiatan yang Bermasalah

Indikator program yang bermasalah adalah selisih antara target yang diharapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai, dimana muncul apabila hasil yang dicapai kurang dari 100% target yang diharapkan.

Kami menemukan terdapat 32 kegiatan program dengan hasil pencapaian kurang dari 100%. Pencarian prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif sehingga didapatkan masalah prioritas utama yaitu penemuan kasus Cakupan TB paru dengan BTA (+). Pada hasil cakupan program SPM Secang I, hasil pencapaian penemuan kasus cakupan TB paru BTA (+) adalah 9.14% yang seharusnya mencapai 70%. Hasil ini menunjukkan penemuan kasus TB paru BTA (+) pada bulan Januari-Desember 2014 belum mencapai target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2014.

V. 2. Analisis Penyebab Masalah

Hal yang mendasari timbulnya antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan penyebab masalah dilakukan dengan membuat diagram fishbone berdasarkan kedekatan sistem. Dalam menganalisis penyebab masalah secara menyeluruh digunakan pendekatan sistem meliputi input, proses, output, outcome serta environment. Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang menjadi kemungkinan menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan tersebut.Tabel 5.1. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah Tahap Analisis Pendekatan Sistem

INPUTKelebihanKekurangan

Man Tersedia tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan bidan) dalam mendiagnosis TB BTA (+).

Tersedianya petugas laboratorium yang kompeten dalam melakukan pemeriksaan sputum Penyampaian informasi yang tidak lengkap dari petugas ke pasien.

Money Tersedianya dana dalam pengelolaan program TB Paru

Kebijakan puskesmas untuk menyediakan biaya transportasi pegawai puskesmas saat kegiataan di luar gedung. Tidak adanya dana penyuluhan

Beban biaya transportasi yang ditanggung pasien menuju sarana pelayanan kesehatan.

Method Tersedia protab pemeriksaan sputum BTA.

Terdapat prosedur tetap sebagai acuan diagnosa TB paru sesuai standar WHO.

Terdapat buku pedoman program TB paru. Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar.

Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan standar WHO.

Material Tersedia laboratorium untuk pemeriksaan BTA.

Tersedianya poliklinik, pustu dan PKD dalam menemukan kasus TB. Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran sputum.

Machine Tersedia alat-alat pemeriksaan dalam kasus TB.

Tersedianya reagen untuk pemeriksaan ziel nielsen

Tersedia OAT. Sulit mendapatkan spesimen dahak yang baik untuk pemeriksaan sputum

Lingkungan Puskesmas terletak di pinggir jalan sehingga mudah diakses oleh pasien.

Pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru cukup baik khususnya tentang bahaya penyakit TB Paru. Pasien kurang mengerti cara pengeluaran sputum.

Kurangnya kepatuhan pasien dalam menyerahkan sputum ke laboratorium.

Kesadaran penderita untuk berobat.

Berobat ketempat lain (BKPN)

Wilayah kerja puskesmas luas selain masalah jarak, terdapat masalah biaya transportasi yang menjadi hambatan penderita datang ke unit pelayanan kesehatan.

ProsesKelebihanKekurangan

P1 Tersedianya jadwal pelayanan di puskesmas, pustu dan PKD

Perencanaan pembiayaan kegiatan tidak berjalan dengan baik.

.

P2 Petugas Kesehatan bersifat kooperatif terhadap kegiatan pemberantasan TB

Telah tersedia pemeriksaan BTA sebagai standar dalam mendiagnosa TB paru tanpa memungut biaya kepada pasien

Telah tersedia alat dan bahan dalam pemeriksaan BTA Kurangnya koordinasi lintas program dalam menanggulangi kasus TB Paru.

Kurangnya pemahaman tentang tekhnik anamnesis / pemeriksaan fisik untuk kasus TB Paru

Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien suspek TB Paru, sehingga sulit mendapatkan sputum dengan kualitas yang baik. Sputum yang baik itu adalah sputum mukopurulen dengan volume 3-5 ml setiap pengambilan.

Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai penanganannya.

P3 Terdapat evaluasi setiap 3 bulan dari Dinkes Wasor TB Paru.

Ada Jejaring DOTS TB Paru. Kurangnya pengawasan peran serta pustu, polindes, PKD dan posyandu dalam deteksi TB.

Kurangnya koordinasi pencatatan laporan mengenai kasus TB

Tidak ada pencatatan pasien yang melakukan penyerahan sputum < 3x.

Berdasarkan analisis sistem di atas, maka dapat diketahui beberapa kemungkinan penyebab masalah, yaitu :

1. Penyampaian informasi yang tidak lengkap dari petugas ke pasien.2. Tidak adanya dana penyuluhan3. Beban biaya transportasi yang ditanggung pasien menuju sarana pelayanan kesehatan.

4. Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar.5. Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan standar WHO.6. Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran sputum.7. Sulit mendapatkan spesimen dahak yang baik untuk pemeriksaan sputum8. Pasien kurang mengerti cara pengeluaran sputum.9. Kurangnya kepatuhan pasien dalam menyerahkan sputum ke laboratorium.10. Kesadaran penderita untuk berobat.11. Berobat ketempat lain (BKPN) 12. Wilayah kerja puskesmas luas selain masalah jarak, terdapat masalah biaya transportasi yang menjadi hambatan penderita datang ke unit pelayanan kesehatan.13. Perencanaan pembiayaan kegiatan tidak berjalan dengan baik.14. Kurangnya koordinasi lintas program dalam menanggulangi kasus TB Paru.15. Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien suspek TB Paru, sehingga sulit mendapatkan sputum dengan kualitas yang baik. Sputum yang baik itu adalah sputum mukopurulen dengan volume 3-5 ml setiap pengambilan.16. Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai penanganannya.17. Kurangnya pengawasan peran serta pustu, polindes, PKD dan posyandu dalam deteksi TB.18. Kurangnya koordinasi pencatatan laporan mengenai kasus TB19. Tidak ada pencatatan pasien yang melakukan penyerahan sputum < 3x.

Gambar 5.1 . Diagram Fish Bone

V.3.Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah melakukan konfirmasi kepada koordinator program pemberantasan penyakit menular khususnya mengenai cakupan kasus TB paru dengan BTA (+), dari kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan masalah yang paling mungkin yaitu :

1. Kurangnya kerjasama lintas program untuk diagnosis dan penanganan TB Paru BTA (+)

2. Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar3. Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien TB paru.

4. Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan standar WHO5. Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran sputum.6. Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai penanganannya.V.4.Penggabungan Alternatif Pemecahan MasalahTabel 5.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab MasalahAlternatif Pemecahan Masalah

Kurangnya kerjasama lintas program untuk diagnosis dan penanganan TB Paru BTA (+)

Menjalin komunikasi dan koordinasi untuk penyamaan persepsi

Penyampaian informasi tentang tekhnik dan waktu pengeluaran sputum secara lengkap

Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli

Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien TB paru. Konseling dilakukan oleh petugas kesehatan yang kompeten pada setiap pasien yang akan dilakukan pemeriksaan sputum tentang teknik pengeluaran sputum dan kualitas sputum yang baik untuk diperiksa.

Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan standar WHO Dilakukan pengarahan atau penyuluhan kembali tentang standar diagnosa TB Paru yang benar kepada seluruh petugas ataupun kader puskesmas yang akan berperan langsung dalam membantu diagnosa TB Paru

Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran sputum. Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk pengeluaran sputum

Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai penanganannya. Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru

Hasil penggabungan alternative pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

1. Menjalin komunikasi dan koordinasi untuk penyamaan persepsi

2. Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli

3. Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk pengeluaran sputum.

4. Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta tentang tekhnk pengeluarn sputum.

V.5. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks menggunakan Rumus (MxIxV) / C

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matrix dengan rumus: Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :

1. Efektivitas program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

a. Magnitude ( m ) ( Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

Semakin banyak penyebab masalah yang teratasi maka nilainya semakin efektif

b. Importancy ( I ) ( Pentingnya cara penyelesaian masalah

Semakin penting masalah diselesaikan maka nilainya semakin efektif

c. Vulnerability ( v ) ( Sensitifitas cara penyelesaian masalah

Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5

Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5.

Bila makin importancy maka nilai nya makin besar, mendekati 5.

Bila makin vulnerability maka nilai nya makin besar, mendekati 5.2. Efisiensi pogram

Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah ( cost )

Kriteria cost ( c ) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matrix.

Tabel 5.3. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Penyelesaian

MasalahNilaiKriteriaHasil akhirUrutan

MIVC(M x I x V) / C

Menjalin komunikasi dan koordinasi untuk penyamaan persepsi

444232I

Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli

23234III

Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk pengeluaran sputum.

22352.4IV

Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta tentang tekhnk pengeluaran sputum 443412II

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matrix maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah rendahnya penemuan TB paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah sebagai berikut :

1. Menjalin komunikasi dan koordinasi lintas program. Ketika hal ini dilakukan diharapkan dari masing-masing program dapat bekerja sama dalam menjaring pasien-pasien TB paru.

2. Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta tentang tekhnik pengeluaran sputum Penyuluhan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum yang benar kepada pasien TB perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat mendukung dan berperan aktif dalam penemuan kasus TB. Selain itu diharapkan kualitas sputum yang diberikan memenuhi standar.3. Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli. Hal ini dilakukan untuk mempertajam tekhnik dalam mendiagnosis TB paru.

4. Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk pengeluaran sputum. Umumnya pasien merasa malu dan rishi jika harus mengeluarkan dahak di tempat umum. Maka dari itu jika terdapat ruangan khusus diharapkan pasien akan merasaa lebih nyaman dalam mengeluarkan dahak. V.6.PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN TENTANG PENANGGULANGAN TB DI MASYARAKATTabel 5.4. Plan of ActionKegiatanTujuan

(Tolak Ukur Hasil)SasaranTempatPelaksanaWaktuBiayaMetodeTolak Ukur Proses

Melakukan sosialisasi terhadap petugas kesehatan tentang deteksi dini TB

Mensinergiskan kerja sama antar lintas programStaf medis puskesmas Secang bidan PKD, perawat pustuPuskesmas Secang IKepala Puskesmas secang 16 bulan/xAnggaran rutinDiskusi tatap muka mengenai deteksi dini kasus TBTerlaksanannya sosialisasi untuk petugas kesehatan

Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta tentang tekhnik pengeluaran sputumPeningkatan jumlah pasien yang berobat ke puskesmasmasyarakatdesaDokter, perawat, kader.3 bulan /xAnggaran rutinPenyuluhanTerlaksananya penyuluhan

Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli

Petugas kesehatan dapat melakukan anamnesis dan tekhnik pemeriksaan secara lengkapPerawat, bidan, kaderPuskesmas Secang 1Dokter1 tahun/ xAnggaran rutinworkshopTerlaksananya workshop

Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk pengeluaran sputum.

Peningkatan jumlah pemeriksaan sputum sewaktu di puskesmasPasien TBPuskesmas Secang 1Struktural PuskesmasSetiap hariAnggaran khususPembangunanTersedianya fasilitas ruangan isolasi untuk pengeluaran sputum

Tabel 5.5. Gann Chart

KegiatanJanFebMarAprMeiJunJulAgustSeptOktoNovDes

123412341234123412341234123412341234123412341234

1*

2*

3*

*Keterangan :

1. Penyuluhan kepada msyarakat tentang gejala gejala dan bahaya penyakit TB serta tata cara pengeluaran sputum dan pentingnya pemeriksaan sputum2. Melakukan sosialisasi dan sinergisasi terhadap petugas kesehatan tentang deteksi dini TB3. Workshop tentang anamnesis dan tekhnik pemeriksaan TBBAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1.Kesimpulan

Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukkan hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari - Desember 2014, didapatkan masalah dengan prioritas masalah penemuan kasus TB (+). Pada hasil cakupan program SPM Puskesmas Secang I, pencapaian cakupan penemuan kasus TB (+) pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014 adalah 9,14% yang seharusnya mencapai 70%. Hal ini menunjukkan penemuan kasus TB paru BTA (+) pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014 belum mencapai target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2014.

Kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan masalah yang paling mungkin yaitu :

1. Kurangnya kerjasama lintas program untuk diagnosis dan penanganan TB paru BTA (+)2. Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien TB paru.Alternatif pemecahan masalah yang akan diterapkan antara lain dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengobatan dan pencegahan penyakit TB. Dengan alternatif kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

5. Menjalin komunikasi dan koordinasi lintas program. Ketika hal ini dilakukan diharapkan dari masing-masing program dapat bekerja sama dalam menjaring pasien-pasien TB paru.

6. Penyampaian informasi tentang tekhnik dan waktu pengeluaran sputum secara lengkap

Alternatif tersebut di atas berdasarkan metode hanlon kuantitatif, maka didapatkan kegiatan yang paling bermanfaat adalah penyuluhan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum yang benar kepada pasien TB perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat mendukung dan berperan aktif dalam penemuan kasus TB.

VI. 2.Saran

VI. 2. 1.Terhadap Puskesmas Secang I

a. Meningkatkan frekuensi penyuluhan pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum yang benar kepada pasien TB yang tinggal di Wilayah Puskesmas Secang I.b. Meningkatkan sosialisasi terhadap petugas kesehatan tentang deteksi dini TB.VI. 2. 2.Terhadap Masyarakat

a. Masyarakat diharapkan untuk lebih mawas diri terhadap gejala-gejala TB.b. Lebih aktif untuk memeriksakan diri di Puskesmas bila di curigai terdapat gejala TB.c. Penderita TB diharapkan untuk kontrol dan berobat secara teratur ke Puskesmas.d. Diharapkan peran serta dan dukungan keluarga dalam pengobatan penyakit TB.

BAB VII

PENUTUP

Demikian laporan dan pembahasan tentang manajemen dan permasalahan yang terdapat di Puskesmas Secang I, Kabupaten Magelang. Dengan meninjau puskesmas dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban sehingga ditemukan penyebab masalah yang ditinjau dari segi manajemen dan ditentukannya prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah.

Manajemen puskesmas sangat penting karena puskesmas sebagai unit pelaksana tekhnis dari dinas kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan kesehatan sehingga perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar tercipta hasil yang maksimal. Dimensi mutu juga penting karena pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus memperhatikan mutu. Kedua kegiatan tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan karena cakupan atau kuantitas yang tinggi belum tentu disertai dengan mutu atau kualitas yang baik begitu pula sebaliknya.

Kami menyadari kegiatan ini penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun ke puskesmas sebagai health provider, manager, decision maker, dan communicator sebagai wujud peran serta dalam pembangunan kesehatan.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat bagi masukan dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Secang I.DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. Definisi, fungsi, tujuan, dan tugas Puskesmas. Available from: http://wikimedya.blogspot.com/2011/03/defini-fungsi-tujuan-dan-tugas.html. Tanggal akses: 12 Januari 2015.Anonymous. 2008. Indonesia Sehat 2010. Available from: http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/04/02/indonesia-sehat-2010/. Tanggal akses: 12 Januari 2015..

Depkes. 2006. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan PedomanPenetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Available from: http://www.depkes.go.id/. Tanggal akses: 12 Januari 2015.Fadilah. 2007. Paradigma Sehat. Available from: http://fadilhafiz.multiply.com/reviews/item/14?&show_interstitial=1&u=%2Freview%2Fitem. Tanggal akses: 12 Januari 2015.

Hartoyo. 2011. Handout : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Survey Mawas Diri dan Intervensi Masyarakat dalam Bentuk Pendekatan Masyarakat. Magelang.

Puskesmas Secang I Kabupaten Magelang, 2012. Job Description. MagelangPuskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2014. Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang I. Magelang

Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2013. Statistik Kecamatan Secang. Magelang

Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2014. Data Kepegawaian Puskesmas Secang I. Magelang

Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2014. Buku Inventaris Puskesmas Secang I. Magelang

Setyawan B, 2010. Paradigma Sehat. Jurnal Saintika Medika Volume 6 No. 12. Malang. Available from :http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1012. Diakses tanggal : 16 Januari 2015Soehadi R, Karneni, Widjojo T, dkk. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas. Bapelkas Salaman: Magelang; 2000.

Suparyanto. 2009. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010 (Health Paradigm Towards Healthy Indonesia 2010). Available from: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2009/11/paradigma-sehat-menuju-indonesia-sehat.html. tanggal akses: 12 Januari 2015.

Sutanto. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Available from : http://sutanto.staff.uns.ac.id/files/2010/03/prop-simpus.pdf. Diakses tanggal 13 Januari 2015.PUSTU KALIJOSO

Asliyah, Amd.Kep

GIZI

Diah Heradiati N, A.Md.Gizi

PKM

Rini Indriati, A.Md.

MUATAN LOKAL

Perkesmas:Esti M

UKS/UKSG:Sih Widayati

P2P

P2B2/P2M:Misdi P

Imunisasi:Asliyah,Amd.Kep

KESGA

KIA:Aida S. Amd.Keb

KB:Titik S, Amd.Keb

PENY. LINGKUNGAN

Darkam S. ST

UNIT PEMBANGUNAN MASY + KELUARGA

Aida Sofiati, AM.Keb

(Koordinator)

UNIT P2

KESEHATAN

Darkam S. ST

(Koordinator)

UNIT PELAYANAN

KESEHATAN

Dr. BENYAMIN TD

( Koordinator )

ADM. UMUM

Taryono

KEUANGAN

Endah Mulyani

KEPALA PUSKESMAS

Dr. SUNARYO

Ka. Subag TATA USAHA

ASYHARI,S,SOS,Msi

RAWAT JALAN

BP.Umum :SA Woro,

Amd.Kep

BP. Gigi:drg. David H

Trauma Center:Budi

Waluyo

UNIT PENUNJANG

Lab. Kes:Umiyati

Gudang Farmasi :Slamet Riyono

Apotik:Slamet Riyono

Loket:Anastasia W

SP3:Darkam,S.ST

PUSTU KARANGKAJEN

Esti Mularti

OUTPUT

Cakupan

Program

INPUT

Man

Money

Method

Matrial

Machine

PROSES

P1

P2

P3

LINGKUNGAN

Fisik

Kependudukan

Sosial Budaya

Sosial Ekonomi

Kebijakan

P2

Kurangnya koordinasi lintas program dalam menanggulangi kasus TB Paru.

Kurangnya pemahaman tentang tekhnik anamnesis / pemeriksaan fisik untuk kasus TB Paru

Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien suspek TB Paru

Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai penanganannya.

P1

Perencanaan pembiayaan kegiatan tidak berjalan dengan baik.

P3

Kurangnya pengawasan peran serta pustu, polindes, PKD dan posyandu dalam deteksi TB.

Kurangnya koordinasi pencatatan laporan mengenai kasus TB

Tidak ada pencatatan pasien yang melakukan penyerahan sputum < 3x

PROSES

MASALAH

Penemuan kasus TB paru BTA (+) (Januari-Desember 2014) sebesar 9.14% dari target sebesar 70%

Method

Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar.

Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan standar WHO

Man

.

Penyampaian informasi yang tidak lengkap

Material

Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran sputum di puskesmas

Machine

.

Sulit untuk mendapatkan specimen dahak yang baik untuk pemeriksaan

LINGKUNGAN

Pasien kurang mengerti cara pengeluaran sputum.

Kurangnya kepatuhan pasien dalam menyerahkan sputum ke laboratorium.

Kesadaran penderita untuk berobat.

Berobat ketempat lain (BKPN)

Wilayah kerja puskesmas luas selain masalah jarak, terdapat masalah biaya transportasi yang menjadi hambatan penderita datang ke unit pelayanan kesehatan

Money

Tidak ada dana khusus unutk penyuluhan dan kurangannya dana untuk transportasi pasien

INPUT

Menjalin komunikasi dan koordinasi untuk penyamaan persepsi

Kurangnya kerjasama lintas program untuk diagnosis dan penanganan TB Paru BTA (+)

Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli

Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar

Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk pengeluaran sputum

Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien TB paru.

Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta tentang tekhnk pengeluarn sputum

Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan standar WHO

Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran sputum.

Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai penanganannya.

Gambar 5.2. Kerangka alternatif pemecahan masalah

92

KONSEP HL BLUM.

STATUS KESEHATAN

LINGKUNGAN

PERILAKU

PELAYANANKESEHATAN

KETURUNAN/KEPENDUDUKAN

INTERVENSI

12

Problem Solving Cycle :

1. Identifikasi Masalah

2. Penentuan Prioritas Masalah

3. Penentuan Penyebab Masalah

4. Memilih Penyebab yang paling mungkin

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

7. Penyusunan rencana penerapan

8. Monitoring & Evaluasi