Profil Alfi Rusin

5
PROFIL ALFI RUSIN Nama : Alfi Rusin Tempat dan Tanggal Lahir : Padang, 1 Oktober 1965 Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Menikah dengan 3 anak Agama : Islam A. ORGANISASI 1. IATMI Ketua Umum 2014-2016 Ketua Bidang Teknologi 2012 - 2014 Dewan Pakar 2010 - 2012 2. SPE Asia Pacific Drilling Technology 2009 B. PENGALAMAN PROFESI General Manager Pertamina Hulu Energi Metana Suban 2012 - 2014 Technical Support PT Pertamina Hulu Energi, PHE (Holding) 2012 – 2012 General Manager Drilling (Pertamina Representative) PT. ELNUSA.Tbk 2011 – 2012 Deputy Eng.Manager (Pertamina Representative), Mobile Cepu ltd 2008 – 2011 Drilling Superintendent Proyek Gas Jawa, Pertamina EP 2004 – 2008 Senior Drilling Engineer Proyek Gas Sumatera, Pertamina EP 2002 – 2004 Chief Drilling SOPA Development Project, Pertamina EP 1998 – 2002

description

Profil Alfi Rusin

Transcript of Profil Alfi Rusin

Page 1: Profil Alfi Rusin

PROFIL ALFI RUSIN

Nama : Alfi RusinTempat dan Tanggal Lahir : Padang, 1 Oktober 1965Jenis Kelamin : Laki-lakiStatus : Menikah dengan 3 anakAgama : Islam

A. ORGANISASI1. IATMI

Ketua Umum 2014-2016 Ketua Bidang Teknologi 2012 - 2014 Dewan Pakar 2010 - 2012

2. SPE Asia Pacific Drilling Technology 2009

B. PENGALAMAN PROFESI General Manager Pertamina Hulu Energi Metana Suban 2012 - 2014 Technical Support PT Pertamina Hulu Energi, PHE (Holding) 2012 – 2012

General Manager Drilling (Pertamina Representative) PT. ELNUSA.Tbk 2011 – 2012

Deputy Eng.Manager (Pertamina Representative), Mobile Cepu ltd 2008 – 2011

Drilling Superintendent Proyek Gas Jawa, Pertamina EP 2004 – 2008 Senior Drilling Engineer Proyek Gas Sumatera, Pertamina EP 2002 – 2004 Chief Drilling SOPA Development Project, Pertamina EP 1998 – 2002 Drilling Engineer / Drilling Supervisor Pertamina EP 1990 – 1998

C. TUGAS KHUSUSPertamina Persero, Komite Drilling SKKMIGAS, Team Member to Set Up National Capability Building for Drilling Engineering & Drilling Supervisor Pertamina Hulu (Persero), Team Leader ‘Drilling Effectiveness and Production Acceleration’ Pertamina Hulu (Persero), Team Leader for Pertamina Drilling Way, Drilling Quality Management D. PENDIDIKAN

S2, Magister Management Universitas Sriwijaya Palembang 2003 Insinyur Teknik Perminyakan ITB Bandung, Indonesia 1984 - 1989

E. PENGALAMAN HIDUP

Page 2: Profil Alfi Rusin

Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Alfi Rusin telah bertahun-tahun mengeluti dunia pengeboran minyak di Indonesia. Karirnya dimulai sebagai drilling engineer di PT Pertamina (Persero) hingga menjadi general manager di Pertamina Hulu Energi Metana Suban.

Alfi juga meyakini, tanpa doa sang ibu, dirinya tidak akan bisa meniti jenjang karir hingga seperti sekarang ini.

Ia maengatakan bahwa semakin lama saya mempelajari sumur migas, semakin lama saya sadar benar bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya. Seperti syair lagu Bimbo, ketika kita mencelupkan jari ke lautan, lalu dari jari kita air menetes, hanya itulah ilmu kita. Sampai tahun ke tiga bekerja di drilling, saya merasa sombong karena merasa jago. Tapi makin lama saya makin merasa tidak ada apa-apanya.

Pada 1994, saya pernah melakukan pengeboran di daerah Karawang. Setelah 8 hari melakukan pengeboran hingga sekian ribu meter atau 90 persen, tinggal 200 meter lagi selesai. Pada Jumat jam 09.00, saya bicara dengan orang geologi, “Sebentar lagi sudah selesai. Apaan nih sumur? Tidak ada tantangannya. Dua hari lagi saya sudah bisa pulang”.

Tapi jam 11, perasaan saya tidak enak. Saya jalan bolak-balik dari unit monitoring ke sumur. Saya bilang ke teman-teman kalau tidak pergi Jumatan dan tinggal di lokasi sumur saja.

Ternyata perasaan saya benar. Jam 12.00 sumurnya meledak. Bunyi ledakannya sangat besar akibat tendangan gas dari dalam bumi. Setelah meledak, sumur mengeluarkan suara seperti pesawat jet F16 yang terdengar dari dekat.

Kawan-kawan yang tidak biasa mengalami kejadian seperti itu bisa kencing di celana karena suaranya memang sangat menakutkan. Melihat kejadian itu, saya menangis dan memutuskan untuk tidur di unit monitoring. Akhirnya sumur tersebut baru selesai 6 bulan kemudian setelah hingga bor dan segala macamnya diganti.

Saya yang awalnya sudah merasa jago menangani pengeboran, dihajar oleh berbagai problem. Selesai satu problem, muncul problem yang sama sekali berbeda. Banyak lagi dan kasusnya jauh berbeda. Semakin terlibat dengan apa yang ada di dalam bumi, saya semakin merasa tidak ada apa-apanya.

Di dalam bumi itu aneh-aneh. Saya menemukan  problem-problem bawah tanah yang sulit dijelaskan secara teknis .

Saya yang awalnya merasa sudah jago, pada akhirnya setiap ke lokasi sumur, saya jadi seperti orang yang tidak mengerti apa-apa. Saya hanya bisa berdoa, “Ya Allah, mohon diberi kemudahan agar lancar-lancar saja”.

Jika biasanya kantor menelepon dan menanyakan kapan selesai, yang tadinya selalu saya jawab, dua atau tiga hari lagi selesai, sejak kejadian itu, saya tidak menjawab seperti itu lagi. Setelah berbagai kejadian itu, saya hanya bisa menjawab “Insha Allah, kalau tidak ada apa-apa bisa cepat. Doain saja supaya lancar.”

Saya sudah beberapa kali mengalami kejadiah hampir meninggal di lokasi seperti tadi. Namun hingga kini saya selamat.  Saya yakin, yang membuat saya selamat adalah doa ibu.

Setiap ke lokasi, saya telepon ibu saya, minta didoakan agar selamat. Dan setiap ada masalah di lapangan, yang pertama kali saya telepon adalah ibu. Saya minta doa dari ibu, bukan lapor ke atasan terlebih dahulu. Walaupun ibu saya itu hanya tamat SD dan tidak mengerti apa-apa, saya percaya dengan doa beliau.

Page 3: Profil Alfi Rusin

Saya percaya sekali dengan doa ibu berdasarkan pengalaman di masa lalu saya. Ayah saya meninggal saat  saya berumur 4 bulan. Saya kemudian tinggal bersama ibu di tempat adik ayah saya karena keluarga ayah adalah orang-orang berpendidikan. Harapannya, supaya saya di sana menjadi orang terdidik. Ibu saya ingin agar menjadi anak sekolahan karena ibu tidak tamat SD. Sejak SMP saya sudah biasa melakukan apa-apa sendiri, dari mencuci hingga menyetrika saya lakukan sendiri.

Saat kelas 2 SMA, saya bicara ke ibu saya, bahwa setelah tamat SMA, ingin mencari pekerjaan saja karena ibu tidak punya uang untuk melanjutkan pendidikan. Ibu hanya terdiam. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya, hanya air matanya yang menetes. Saya bilang dalam hati, saya harus kuliah.

Kebetulan, SMA saya tiap tahun didatangi alumni-alumni yang sudah kuliah di berbagai pergurunan tinggi. Setiap alumni yang datang mempresentasikan perguruan tinggi masing-masing. Saya tertarik dengan presentasi kakak kelas dari ITB karena salah satu keistimewaannya adalah mahasiswanya yang belum lulus kuliah sudah ditawarin kerja. Selesai kuliah langsung kerja. Jadi motivasi saya ingin kuliah di ITB bukan karena ITB hebat.Pada waktu itu, ketika saya katakan ke teman-teman tentang keinginan saya ingin kuliah di ITB, semua menertawakan saya. Pasalnya, ranking saya hanya berputar pada 40 sampai 35 dari jumlah anak satu kelas 42 orang. Saya tetap bertekad dan mulai semester 5, saya mengurung diri di kamar untuk terus belajar dan akhirnya diterima di ITB.

Dari Padang, saya berangkat ke ke Jakarta hanya membawa dua celana dan dua baju. Tiket Garuda pun iuran dari keluarga besar. Di Bandung saya indekos dengan tempat tidurnya hanya beralaskan tikar berlapis karton.

Selama kuliah lima tahun, pernah satu tahun tidak punya tempat tinggal tetap karena tidak ada uang untuk bayar kos. Saya menitipkan barang-barang di teman. Kadang saya tidur di posko Resimen Mahasiwa (Menwa), di atas tali temali karena saya ikut organisasi itu. Kadang saya tidur di perpusatakaan sambil duduk, dan kadang-kadang saya numpang di tempat teman.

Tidak tiap hari saya bisa makan.  Kalau makan pun terkadang hanya makan dengan singkong. Punya uang Rp50 pun rasanya sudah senang. Saya tidak pernah merasa sebagai orang miskin dan tidak pernah melamun meratapi hidup. Yang terpenting, tiap hari saya bisa tertawa dan saya merasa senang. Dengan kondisi seperti ini, anehnya, banyak perempuan naksir saya.

Baju kotor saya cuci dan saya peras hingga nyaris kering dan langsung dipakai lagi. Baju itu kering karena panas tubuh sendiri. Di masyarakat Padang ada istilah “baju kering di badan”, yang menggambarkan betapa miskinnya orang itu. Dan itu yang terjadi dengan saya. Saya memakai baju basah dengan sendal jepit untuk pergi ke kampus.Saya berpikir, seharusnya selama kuliah saya sakit-sakitan dan kuliah tidak lancar. Tidur dan makan tidak terurus. Namun, kuliah saya lancar dan lulus nilai bagus.

Selama di Pertamina, saya sering bicara dengan ibu, kenapa selama pergi ke lokasi saya selalu meneleponnya. Saya ceritakan pengalaman-pengalaman susah saya, tapi saya merasa tetap senang, hingga kuliah dan kerja, semua berjalan lancar.

Saya bilang “ini berkat doa ibu”. Ibu langsung menangis dan berkata “Ya Allah, anak saya mengakui doa-doa saya”.

Page 4: Profil Alfi Rusin

Pengakuan saya itu lebih berharga dibandingkan dengan pemberian berbagai macam barang ke beliau. Ibu saya tidak memberi nasihat, tidak memberi makan, dan ibu saya jauh dari tempat saya. Tetapi kekuatan doanya begitu dasyat.