PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

5
Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014 181 PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL LIMBAH PABRIK KECAP DENGAN METODE CO-CULTURE Chintya Corin 1) dan Tri Ardyati 2) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 1) [email protected] dan 2) [email protected] ABSTRAK Limbah pabrik kecap terdiri limbah cair dan ampas kecap. Ampas kecap masih mengandung nutrisi yang cukup tinggi sehingga memungkinkan khamir dapat hidup pada limbah tersebut. Isolat khamir yang berasal dari limbah kecap berpotensi sebagai sumber protein sel tunggal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui isolat-isolat khamir yang dapat digunakan untuk produksi protein sel tunggal secara co-culture dan mengetahui pengaruh metode co-culture terhadap kadar protein yang dihasilkan. Isolat yang digunakan yaitu I 2 YP 5 K 1 , I 2 YP 5 K 2 , KYP 6 K 1 , KYP 3 K 2 , AYP 6 K 1 , AYP 6 K 2 , dan AYP 5 K 4 . Tahapan penelitian meliputi perbanyakan khamir pada media Yeast Malt Broth, uji interaksi antar isolat yang didapatkan, produksi protein sel tunggal, dan identifikasi isolat dengan API 20C AUX. Parameter yang diamati meliputi biomassa, jumlah sel, dan kadar protein yang dihasilkan selama proses inkubasi. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan tiga kali ulangan. Isolat yang digunakan untuk metode co-culture dalam produksi protein sel tunggal adalah isolat yang tidak bersifat antagonis dengan isolat lainnya, yaitu isolat KYP 3 K 2 ( Saccharomyces cereviseae), AYP 6 K 1 , AYP 6 K 2 , dan AYP 5 K 4 . Penggunaan metode co-culture tidak meningkatkan biomassa dan jumlah sel, namun dapat meningkatkan kadar protein. Produksi protein sel tunggal oleh co-culture isolat KYP 3 K 2 dan AYP 6 K 2 menghasilkan kadar protein tertinggi yaitu sebesar 1,31 mg/g. Kata kunci : Ampas kecap, co-culture, khamir, protein sel tunggal ABSTRACT Nutrient content in soy sauce waste able to allow growth of yeasts. Yeast isolates have potency to be used in the production of single cell protein. The research was carried out to study isolates for production of single cell protein using co-culture method and to determine the effect of co-culture method in protein content obtained. The isolates used were I 2 YP 5 K 1 , I 2 YP 5 K 2 , KYP 6 K 1 , KYP 3 K 2 , AYP 6 K 1 , AYP 6 K 2 , and AYP 5 K 4 . Steps used in this research were grown the yeast isolates in Yeast Malt Broth, assay of antagonist among yeast isolates, single cell protein production, and identification using API 20C AUX. Parameters measured were biomass, number of cells, and protein content. Design of research using two-way ANOVA with three replications. Isolates able to be used for co-culture method in the production of single cell protein were KYP 3 K 2 (Saccharomyces cereviseae), AYP 6 K 1 , AYP 6 K 2 , and AYP 5 K 4 . Co-culture methods does not increase biomass and number of cells, however able to increase the protein content. Protein production by co-culture isolates KYP 3 K 2 and AYP 6 K 2 is highest than other co-culture isolates with protein content 1.31 mg / g. Key words : Co-culture, single cell protein, soy sauce waste, yeast PENDAHULUAN Industri kecap di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat. Hal tersebut berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan dari produksi kecap. Limbah padat (ampas) dari industri kecap mengandung 27,26 % protein, 10,06 % lemak, dan 28,83 % karbohidrat (Lubis, 2006). Ampas kecap mengandung protein sebesar 24,9 %, kalsium 0,39 %, dan 0,33 % fosfor (Widyati & Yanti, 1996). Kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada limbah kecap memungkinkan sebagai media pertumbuhan bagi khamir. Isolat khamir dari limbah pabrik kecap juga berpotensi sebagai sumber protein sel tunggal. Isolat khamir yang telah diisolasi dari limbah pabrik kecap sebanyak tujuh isolat, yaitu I 2 YP 5 K 1 , I 2 YP 5 K 2 , KYP 6 K 1 , KYP 3 K 2 , AYP 6 K 1 , AYP 6 K 2 , dan AYP 5 K 4 (Sidauruk dkk., 2013). Sejak perang dunia I dan II, khamir telah dikembangkan sebagai sumber protein

Transcript of PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

Page 1: PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014 181

PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL LIMBAH PABRIK

KECAP DENGAN METODE CO-CULTURE

Chintya Corin1) dan Tri Ardyati2)

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 1) [email protected] dan 2)[email protected]

ABSTRAK

Limbah pabrik kecap terdiri limbah cair dan ampas kecap. Ampas kecap masih mengandung nutrisi yang cukup tinggi sehingga memungkinkan khamir dapat hidup pada limbah tersebut. Isolat khamir yang berasal dari limbah kecap berpotensi sebagai sumber protein sel tunggal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui isolat-isolat khamir yang dapat digunakan untuk produksi protein sel tunggal secara co-culture dan mengetahui pengaruh metode co-culture terhadap kadar protein yang dihasilkan. Isolat yang digunakan yaitu I2YP5K1, I2YP5K2, KYP6K1, KYP3K2, AYP6K1, AYP6K2, dan AYP5K4. Tahapan penelitian meliputi perbanyakan khamir pada media Yeast Malt Broth, uji interaksi antar isolat yang didapatkan, produksi protein sel tunggal, dan identifikasi isolat dengan API 20C AUX. Parameter yang diamati meliputi biomassa, jumlah sel, dan kadar protein yang dihasilkan selama proses inkubasi. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan tiga kali ulangan. Isolat yang digunakan untuk metode co-culture dalam produksi protein sel tunggal adalah isolat yang tidak bersifat antagonis dengan isolat lainnya, yaitu isolat KYP3K2 (Saccharomyces cereviseae), AYP6K1, AYP6K2, dan AYP5K4. Penggunaan metode co-culture tidak meningkatkan biomassa dan jumlah sel, namun dapat meningkatkan kadar protein. Produksi protein sel tunggal oleh co-culture isolat KYP3K2 dan AYP6K2 menghasilkan kadar protein tertinggi yaitu sebesar 1,31 mg/g.

Kata kunci : Ampas kecap, co-culture, khamir, protein sel tunggal

ABSTRACT

Nutrient content in soy sauce waste able to allow growth of yeasts. Yeast isolates have potency to be used in the production of single cell protein. The research was carried out to study isolates for production of single cell protein using co-culture method and to determine the effect of co-culture method in protein content obtained. The isolates used were I2YP5K1, I2YP5K2, KYP6K1, KYP3K2, AYP6K1, AYP6K2, and AYP5K4. Steps used in this research were grown the yeast isolates in Yeast Malt Broth, assay of antagonist among yeast isolates, single cell protein production, and identification using API 20C AUX. Parameters measured were biomass, number of cells, and protein content. Design of research using two-way ANOVA with three replications. Isolates able to be used for co-culture method in the production of single cell protein were KYP3K2 (Saccharomyces cereviseae), AYP6K1, AYP6K2, and AYP5K4. Co-culture methods does not increase biomass and number of cells, however able to increase the protein content. Protein production by co-culture isolates KYP3K2 and AYP6K2 is highest than other co-culture isolates with protein content 1.31 mg / g.

Key words : Co-culture, single cell protein, soy sauce waste, yeast

PENDAHULUAN

Industri kecap di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat. Hal tersebut berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan dari produksi kecap. Limbah padat (ampas) dari industri kecap mengandung 27,26 % protein, 10,06 % lemak, dan 28,83 % karbohidrat (Lubis, 2006). Ampas kecap mengandung protein sebesar 24,9 %, kalsium 0,39 %, dan 0,33 % fosfor (Widyati & Yanti,

1996). Kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada limbah kecap memungkinkan sebagai media pertumbuhan bagi khamir. Isolat khamir dari limbah pabrik kecap juga berpotensi sebagai sumber protein sel tunggal. Isolat khamir yang telah diisolasi dari limbah pabrik kecap sebanyak tujuh isolat, yaitu I2YP5K1, I2YP5K2, KYP6K1, KYP3K2, AYP6K1, AYP6K2, dan AYP5K4 (Sidauruk dkk., 2013).

Sejak perang dunia I dan II, khamir telah dikembangkan sebagai sumber protein

Page 2: PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014 182

sel tunggal (PST) untuk memenuhi kebutuhan protein dunia. Sumber PST dapat berasal dari spesies khamir Saccharomyces cerevisiae, Candida arborea, dan Candida utilis. Sel khamir mengandung protein lebih tinggi dibandingkan kapang, kandungan asam nukleat lebih rendah daripada bakteri, dan ukuran sel lebih besar dibandingkan bakteri sehingga lebih mudah dipanen untuk digunakan sebagai PST (Waites dkk., 2001). Proses produksi protein sel tunggal dapat dilakukan secara mono-culture maupun co-culture. Produksi PST secara co-culture lebih menguntungkan karena penggunaan sumber karbon lebih efisien, sehingga meningkatkan biomassa dan mengurangi waktu fermentasi serta mengurangi biaya produksi (Tesfaw & Assefa, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isolat khamir yang dapat digunakan untuk co-culture dalam produksi protein sel tunggal serta pengaruh metode co-culture terhadap biomassa, jumlah sel, dan kadar protein yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN

Sumber Isolat Khamir. Isolat yang digunakan diperoleh dari penelitian sebelumnya, yaitu I2YP5K1, I2YP5K2, KYP6K1, KYP3K2, AYP6K1, AYP6K2, dan AYP5K4 (Sidauruk dkk., 2013). Setiap isolat diremajakan pada media Yeast Malt Agar (YMA) dengan komposisi ekstrak khamir 0,3 %, ekstrak malt 0,3 %, pepton 0,5 %, glukosa 3 %, agar 1,5 % dalam 100 ml akuades, kemudian diinkubasi pada suhu 30° C selama 48 jam.

Uji Interaksi Antar Isolat. Uji interaksi menggunakan metode Disk Diffusion. Isolat dengan densitas sel 1-2x108 CFU/ml dalam media YMB (Yeast Malt Broth) berumur 48 jam, diinokulasikan secara spread method pada permukaan media YMA, lalu ditunggu hingga mengering. Paper disk 6 mm direndam dalam media YMB yang berisi 1-2x108 CFU/ml sel isolat khamir lainnya, kemudian diletakkan pada permukaan YMA, diinkubasi pada suhu 30° C selama 48 jam. Setelah itu diamati ada tidaknya zona bening di sekitar paper disk (Jiang, 2009).

Produksi Protein Sel Tunggal dan Pengukuran Kadar Protein. Satu oose isolat yang terpilih diinokulasikan dalam 60 ml

YMB, diinkubasi dalam shaker suhu 30° C, kecepatan 120 rpm, selama 48 jam, kultur ini digunakan sebagai starter. Jumlah sel dihitung hingga mencapai 1x108 CFU/ml. Starter sebanyak 20 ml dari masing-masing isolat (1:1) diinokulasikan dalam 360 ml media YMB untuk produksi PST. Inokulum diinkubasi dalam shaker suhu 30° C, kecepatan 120 rpm, selama 10 jam.

Biakan khamir disentrifugasi pada 5000 rpm, 4° C selama 5 menit. Supernatan dibuang dan pelet dicuci dengan PBS (Phosphat Buffer Saline) sebanyak tiga kali. kemudian ditimbang untuk menentukan berat basah pelet. Biomassa dihitung dengan rumus

� =��

��

Keterangan: B : Biomassa (µg/sel) BP : Berat basah pelet (µg/ml) JS : Jumlah sel (sel/ml)

Satu gram pelet digerus dengan ditambahkan nitrogen cair dan 2 ml buffer ekstrak protein (Bhima dkk., 2011). Supernatan diambil sebanyak 20 µl dan ditambahkan 780 µl akuabides kemudian dihomogenasi. Homogenat ditambahkan 200 µl reagen Bradford. Suspensi diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 595 nm (Sidauruk dkk., 2013). Data absorbansi isolat co-culture dimasukkan dalam rumus kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin). Kadar protein dihitung dengan rumus

(2) Keterangan: K : konsentrasi protein (µg/g) BEP : volume buffer ekstrak protein (µL) PS : volume supernatan (µL) KP : konsentrasi protein BP : berat pelet (g)

Rancangan Percobaan. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga kali ulangan. Hasil dianalisis menggunakan uji two-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey.

Identifikasi Isolat Khamir dengan API 20C AUX. Isolat khamir dimurnikan pada media YMA dengan spread method dan diinkubasi selama 48 jam. Satu koloni

(1)

Page 3: PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014

diambil, diinokulasikan pada 2 ml NaCl dan disamakan kekeruhannya dengan McFarland. Sebanyak 100 µl biakan kultur diinokulasikan ke dalam medium APIAUX, diteteskan pada 20 cupulediinkubasi pada suhu ruang. Perubahan terjadi diamati pada 48 dan 72 jam. Hasil yang diperoleh dimasukkan ke dalam program analisis API 4.0 (Abulhamd dkk2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Khamir yang digunakan untuk produksi protein sel tunggal adalah khamir yang tidak bersifat patogen (tidak menghasilkan zona bening pada media Blood agarmemiliki pseudohifa, dan tidak memiliki germ-tubes) yaitu isolat I2YP5KKYP6K1, KYP3K2, AYP6K1, AYPAYP5K4 (Sidauruk dkk., 2013)isolat khamir yang dapat digunakan untuk produksi protein sel tunggal dengan metode co-culture adalah isolat khamir bersifat antagonis, yaitu isolat khamir tidak membentuk zona bening disekitar koloni tumbuh. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa isolat I2YP5Kterhadap isolat I2YP5K2 dan KYPsinergis terhadap isolat KYP3KAYP6K2, dan AYP5K4. Isolat KYPdiketahui antagonis terhadap isolat namun sinergis terhadap isolat yang lainnya (Gambar 1). Adanya interaksi negatif dapat dilihat dari adanya zona bening paper disk. Zona bening dapat terbentuk karena adanya metabolit isolat khamir yang mampu menghambat pertumbuhan isolat khamir lainnya. Beberapa jenis khamir mampu mensintesis protein atau glikoprotein dengan efek toksik terhadap jenis yang sensitif dan kejadian tersebut sering disebut dengan killer system 2008).

Pertimbangan lain yang digunakan dalam pemilihan isolat untuk produksi PST adalah kadar protein masing-masing isolat khamir. Berdasarkan Sidauruk dkk. (2013) terdapat empat isolat khamir yang menunjukkan kadar protein yang lain isolat KYP3K2, AYP6K1, AYPAYP5K4, sehingga keempat isolat tersebut digunakan dalam produksi PST dengan metode co-culture.

urnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014

diinokulasikan pada 2 ml 0,85% disamakan kekeruhannya dengan 2

biakan kultur medium API 20C

cupules API kit, Perubahan yang

48 dan 72 jam. Hasil masukkan ke dalam

Abulhamd dkk.,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Khamir yang digunakan untuk produksi protein sel tunggal adalah khamir yang tidak

(tidak menghasilkan zona Blood agar, tidak

, dan tidak memiliki K1, I2YP5K2,

, AYP6K2, dan (Sidauruk dkk., 2013). Selain itu

isolat khamir yang dapat digunakan untuk produksi protein sel tunggal dengan metode

adalah isolat khamir yang tidak , yaitu isolat khamir tidak

ng disekitar koloni Berdasarkan hasil uji interaksi,

K1 antagonis KYP6K1, namun

K2, AYP6K1, KYP6K1 juga

terhadap isolat KYP3K2, hadap isolat yang lainnya

). Adanya interaksi negatif dapat dilihat dari adanya zona bening di sekitar

. Zona bening dapat terbentuk isolat khamir yang

mampu menghambat pertumbuhan isolat eberapa jenis khamir

mampu mensintesis protein atau glikoprotein dengan efek toksik terhadap jenis khamir yang sensitif dan kejadian tersebut sering

(Baeza dkk.,

Pertimbangan lain yang digunakan dalam pemilihan isolat untuk produksi PST

masing isolat Sidauruk dkk. (2013)

isolat khamir yang menunjukkan kadar protein yang tinggi antara

AYP6K2, dan isolat tersebut

digunakan dalam produksi PST dengan

Gambar 1. Uji antagonisme A) isolat terhadap isolat isolat I2YP5K2

dan kontrol; C) isolat KYPterhadap isolat lainnya dan kontrol; D) isolat KYPlainnya dan kontrol; E) isolat AYPterhadap isolat lainnya dan kontrol; F) isolat AYP6K2 dan kontrol

Pemanenan biomassa

pada fase logaritmik akhir10. Biomassa khamir memilikiyang berbeda-beda (Tabel 1tabel tersebut dapat diketahui bahwa biomassa sel tertinggi dihasilkan oleh isolat mono-culture AYP5K4 yaitu seb0,93 x 10-6 µg/sel. Biomassa isolat culture ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan biomassa isolat culture. Hal tersebut disebabkan waktu pengambilan sampel pada media tidak berada pada fase logaritmik sehingga dimungkinkan telah terjadi pengurangan kadar protein dalam sel. Selain itu adanya kompetisi nutrisi antar isolat pada media YMB juga dapat mempengaruhi biomassa yang dihasilkan.

A

E F

B

C D

183

Gambar 1. Uji antagonisme A) isolat I2YP5K1 lainnya dan kontrol; B)

2 terhadap isolat lainnya dan kontrol; C) isolat KYP6K1 terhadap isolat lainnya dan kontrol; D) isolat KYP3K2 terhadap isolat lainnya dan kontrol; E) isolat AYP6K1

terhadap isolat lainnya dan kontrol; F) terhadap isolat lainnya

Pemanenan biomassa khamir dilakukan akhir yaitu pada jam ke-

miliki berat biomassa (Tabel 1). Berdasarkan

tabel tersebut dapat diketahui bahwa tinggi dihasilkan oleh isolat

yaitu sebesar 2,81 ± Biomassa isolat mono-

ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan biomassa isolat co-

. Hal tersebut disebabkan waktu pada media produksi

tidak berada pada fase logaritmik sehingga dimungkinkan telah terjadi pengurangan kadar protein dalam sel. Selain itu adanya kompetisi nutrisi antar isolat pada media YMB juga dapat mempengaruhi biomassa

F

B

D

Page 4: PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014 184

Tabel 1. Biomassa khamir isolat mono-culture dan co-culture

Metode Isolat Biomassa

(x 10-6 µg / sel)

Mono-culture

KYP3K2 1,77 ± 0,12bc

AYP6K1 2,21 ± 0,62c

AYP6K2 0,68 ± 0,07a

AYP5K4 2,81 ± 0,93d

Co-culture

KYP3K2 dan AYP6K1 1,31 ± 0,05b

KYP3K2 dan AYP6K2 1,04 ± 0,01b

KYP3K2 dan AYP5K4 2,02 ± 0,49c

AYP6K1 dan AYP6K2 0,89 ± 0,16ab

AYP6K1 dan AYP5K4 2,14 ± 0,45c

AYP6K2 dan AYP5K4 1,14 ± 0,14b

Kadar protein isolat mono-culture

digunakan sebagai kontrol atau pembanding terhadap kadar protein isolat co-culture. Perbedaan waktu pengukuran tidak mempengaruhi kadar protein dengan nilai signifikansi 0,67 > 0,05, sedangkan perbedaan isolat mempengaruhi kadar protein dengan nilai signifikansi 0,00 < 0,05.

Pada Gambar 2 juga dapat dilihat bahwa kadar protein tertinggi dihasilkan oleh isolat co-culture KYP3K2 dan AYP6K2 sebesar 1,31 mg/g dan kadar protein terendah dihasilkan oleh isolat co-culture AYP6K2 dan AYP5K4 sebesar 0,57 mg/g. Isolat co-culture KYP3K2 dan AYP6K1, KYP3K2 dan AYP5K4, serta AYP6K1 dan AYP6K2 menghasilkan kadar protein yang tidak berbeda dengan kontrol, sedangkan isolat AYP6K1 dan AYP5K4 serta AYP6K2 dan AYP5K4 menghasilkan kadar protein yang lebih rendah daripada kontrol. Penurunan kadar protein dapat dikarenakan waktu pengambilan sampel untuk produksi protein sel tunggal tidak berada pada fase logaritmik isolat khamir melainkan saat memasuki fase stasioner. Hal tersebut menyebabkan jumlah sel kurang optimal karena saat fase stasioner sel khamir tidak lagi berkembang biak dan mengalami autobiodegradasi protein dalam sel yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, sehingga kadar protein dalam sel berkurang (Lay & Sugyo, 1992).

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah sel tertinggi 23,69 x 109 sel/g dihasilkan oleh isolat mono-culture AYP6K2

dan jumlah sel terendah 2,96 x 109 sel/g dihasilkan oleh isolat mono-culture AYP5K4.

Isolat co-culture KYP3K2 dan AYP6K2 yang memiliki kadar protein tertinggi ternyata juga tidak memiliki jumlah sel yang tinggi pula, yaitu sebanyak 12,56 x 109 sel/g. Hal tersebut dapat terjadi karena substansi nutrisi pada co-culture lebih digunakan untuk menghasilkan metabolit dibandingkan untuk pertumbuhan sel (Lay & Sugyo, 1992). Selain itu, pada proses produksi isolat mono-culture AYP6K1

dan AYP5K4 terbentuk banyak buih (foam) pada permukaan media produksi. Buih dalam kultur khamir merupakan hasil metabolit dari sel yang tumbuh. Buih dapat terjadi karena adanya kecepatan agitasi yang kurang optimal sehingga mempengaruhi ketersediaan oksigen yang menyebabkan pertumbuhan khamir tidak optimum (Lee & Kyun, 2001).

Gambar 2. Kadar protein pada isolat khamir mono-culture dan co-culture

Gambar 3. Korelasi antara kadar protein dan

jumlah sel pada isolat mono-culture dan co-culture

Co-culture isolat khamir KYP3K2 dan AYP6K2 berpotensi menjadi sumber protein sel tunggal karena memiliki kadar asam

1,13

±0,34 0,99

±0,25

1,17

0,221,10

±0,22

1,10

±0,22

1,31

±0,13 1,03

±0,11

1,03

±0,3 0,83

±0,26 0,57

±0,13

0.00.20.40.60.81.01.21.41.6

Ka

da

r p

rote

in (

mg

/g)

Isolat

bcab

bcbc

bcbcbc

bcc

a

0

5

10

15

20

25

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4Ju

mla

h s

el

(se

l x 1

09

/ g

)

Ka

da

r p

rote

in (

mg

/g)

Isolat

Kadar protein

Page 5: PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL …

Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 3 | 2014 185

nukleat yang lebih rendah daripada isolat lainnya yaitu sebesar 15,80 % dan memiliki kandungan asam amino yang seimbang. Isolat KYP3K2 memiliki nilai kemiripan dengan Saccharomyces cereviseae 1 sebesar 99,6 % (Sidauruk dkk., 2013). Isolat khamir AYP6K2

diketahui memiliki nilai kemiripan dengan Candida glabrata sebesar 99,3 %. Produksi protein sel tunggal menggunakan co-culture antara Saccharomyces cerevisiae dan Candida glabrata tidak dapat diaplikasikan langsung sebagai pakan ternak, meskipun memiliki kadar protein yang tinggi dikarenakan Candida glabrata merupakan salah satu jenis khamir patogen.

KESIMPULAN

Isolat yang dapat digunakan secara co-culture dalam produksi PST yaitu isolat KYP3K2 (Saccharomyces cereviseae), AYP6K1, AYP6K2, dan AYP5K4. Penggunaan metode co-culture tidak meningkatkan biomassa dan jumlah sel, namun meningkatkan kadar protein. Produksi PST co-culture isolat KYP3K2 dan AYP6K2 menghasilkan kadar protein tertinggi sebesar 1,31 mg/g, namun kurang disarankan sebagai sumber PST.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abulhamd, A. T., M. M. Mokhtar, & F. R. Mohame. 2007. Biochemical and Molecular Characterization of Some Yeast Isolates. J. of Agric. Sci. 15(2):315-324.

[2] Baeza, M. E., M. A. Sanhueza, & V. H. Cifuentes. 2008. Occurrence of Killer Yeast Strains in Industrial and Clinical Yeast Isolates. Biol. Res. 41(1): 173-182.

[3] Bhima, B., T. A. Devi, M. S. Reddy, Y. R. Reddy, & L.V. Rao. 2011. Optimized protein extraction from yeast (Saccharomyces cerevisiae) for 2-D gel electrophoresis. J. of Theo. & Exp. Biol. 8(1):77-84.

[4] Jiang, L. 2009. Comparison of Disk Diffusion, Agar Dilution, and Broth Microdilution for Antimicrobial Susceptibility Testing of Five Chitosans. Fujian Agricultural and Forestry University. Fujian. Tesis.

[5] Lay, B.W. & H. Sugyo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta.

[6] Lee, B.K. & K. J. Kyun. 2001. Production of Candida utilis biomass on molasses in different culture types. Aquacultural Engineering, 25(1):111-124.

[7] Lubis, H. 2006. Pengolahan Limbah Pabrik Kecap Menjadi Etanol. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tesis.

[8] Sidauruk, H., T. Ardyati, & O. Sjofjan. 2013. The Amino Acid Profile of Yeast from Ketchup Factory Waste as a Candidate of Single Cell Protein (SCP). Int. J. Biosci. 3(9): 36-43.

[9] Tesfaw, A. & F. Assefa. 2014. Co-culture: A Great Promising Method in Single Cell Protein Production. Biotech. & Mol. Biol. Review. 9(2): 12-20.

[10] Waites, M. J., N. L. Morgan, J. S. Rockey, & G. Higton. 2001. Industrial Microbiology: Introduction. Blackwell Science. USA.

[11] Widyati, E. & W., Yanti. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Agrisarana. Surabaya.