Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir
Embed Size (px)
description
Transcript of Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh seluk-beluk
kehidupan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme sudah sejak lama diketahui
disegala aspek kehidupan manusia antara lain di pertanian, perikanan, kesehatan,
farmasi, dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna
wawasan baru bagi kehidupan terutama dalam perkembangan bioteknologi
modern yang melibatkan ilmu mikrobiologi.
Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme heterotrofik, mereka
memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda
organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-
sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia
yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat menguntungkan bagi
manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka
membusukkan kayu, makanan, dan bahan-bahan lainnya.
Banyak kapang dan jamur ini digunakan dalam industri fermentasi, seperti
pembuatan asam-asam organik, pembuatan antibiotika, pembuatan alkohol dan
lain sebagainya. Beberapa kapang dan jamur yang digunakan untuk memberi rasa
bagi keju yang baik, pembuatan bir, minuman anggur, peragian adonan, dan
produksi antibiotika seperti penisilin.
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Pada umumnya bahan-bahan yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi
jamur atau cendawan, misalnya pada buah-buahan. Jamur atau cendawan tersebut
biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahan-bahan tersebut.
Untuk mengetahui ciri spesifik biakan mikroorganisme, maka perlu
dilakukan identifiksi, dimana untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu
dilakukan pengenalan terhadap ciri-ciri morfologi mikroorganisme tersebut.
Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara makroskopik maupun
mikroskopik secara langsung maupun tidak langsung.
B. Tujuan Percobaan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengamati morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik
langsung dan mikroskopik tidak langsung.
C. Manfaat Percobaan
Berdasarkan tujuan di atas maka manfaat dari percobaan ini adalah dapat
mengamati morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik
langsung dan mikroskopik tidak langsung.
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Mikroorganisme adalah jasad mikro yang tidak dapat dilihat oleh mata
karena ukurannya yang sangat kecil. Dunia mikrooraganisme melibatkan ribuan
spesies dari beberapa golongan diantaranya bakteri, protozoa, virus, dan jamur.
Mikroba ada dimana-mana, diudara yang kita gunakan bernapas, di bahan
makanan, bahkan dikulit manusia (Novizan,2002).
Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa
sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur
mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati
(Widyastuti & Tjokrokusumo, 2008).
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat
memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara
fotosintesis. Oleh karena itu, di dalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat
organik seperti selulosa, pati, lignin, dan glukosa. Penyedian nutrien bagi jamur
kuping sangat diperlukan untuk mendukung proses pertumbuhannya (Irianto dkk,
2008).
Berdasarkan penampakannya fungi dikelompokkan kedalam: kapang
(moulds or molds), khamir (yeasts), dan cendawan (mushrooms). Adapun menurut
analisis molekuler, kapang dan khamir adalah mikroorganisme yang secara
filogenetik bersifat diverse. Artinya, baik kapang dan khamir terdapat dalam
setiap kelompok besar dari Askomikota dan Basidiomikota. Khamir adalah
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
kelompok fungi yang memiliki sel vegetatif uniseluler yang sering pula dapat
membentuk miselium sejati atau meselium palsu (Gandjar dkk, 2006).
Khamir bereproduksi secara aseksual, dengan cara pembelahan sel
sederhana atau dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir
bereproduksi secara seksual dengan cara membentuk aski atau basidia, dan
dikelompokkan ke dalam Askomikota dan Basidiomikota.
Kapang adalah fungi yang tumbuh cepat dan bereproduksi secara aseksual.
Meselium fungi ini tumbuh sebagai parasit pada berbagai jenis substrat. Salah satu
contoh kapang yaitu kapang roti (Rhizopus). Kapang dapat mengalami
serangkaian tahapan produktif yang berbeda. Pada awal kehidupannya, kapang
menghasilkan spora aseksual (Campbell, 2002).
Khamir merupakan organisme utama yang melakukan fermentasi dalam
pembuatan minuman-minuman beralkohol seperti bir, ale, dan sejumlah jenis
anggur. Kapang terutama berguna dalam fermentasi yang menyertai pengolahan
keju. Kapang ergot merupakan sumber ergonovin dan beberapa derivat lain, yang
digunakan untuk mengontrol perdarahan, menyebabkan kontraksi rahim, dan
melawan sakit kepala migren (Fried & Hademenos, 2006).
Kehadiran mikroorganisme di lingkungan terutama di perairan dapat
bersifat menguntungkan, karena kemampuannya dalam merombak senyawa
organik komplek menjadi senyawa sederhana yang sangat dibutuhkan tanaman
sebagai sumber nutriennya. Fungsi lain dari fungi adalah menghasilkan berbagai
jenis enzim, vitamin, hormon tumbuh, asam-asam organik dan antibiotik.
Sementara itu dari segi merugikan, kehadiran fungi ini dapat menimbulkan
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
berbagai jenis penyakit yang membahayakan bagi organisme lain terutama
manusia. Beberapa contoh kapang dan khamir penyebab penyakit yang dapat
ditemukan di perairan, baik pada kolam, sungai, danau maupun laut adalah;
Aspergillus sp, Penicillium sp, Pythiopsis, Saprolegnia parasitica, Isoachlya,
Leptolegnia, Candida sp, dan Rhodotorulla sp (Noverita, 2009).
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
B. Uraian Bahan
1. Akuades ( Ditjen Pom Edisi III, 1979 : 96)
Nama resmi : Aqua Destilatta
Nama lain : Air suling / aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Etanol (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 65)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol, etil alkohol
RM : C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah menguap, bau
khas, rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala
biru
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta dalam
kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya
Kegunaan : Sebagai Pelarut
3. Agar (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 74)
Nama resmi : Agar
Nama lain : Agar-agar
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan
berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran;
jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai
kuning pucat atau tidak berwarna, tidak berbau atau
berbau lemah; rasa berlendir, jika lembab liat, jika kering
rapuh
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan larut dalam air mendidih
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Beef Extract (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 9)
Nama resmi : Beef Extract
Nama lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef
Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi
konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi
segar tanpa lemak, dengn cara merebus dalam air dan
menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa udara
sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa
berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai
coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam
Kelarutan : Larut dalam air dingin
Kegunaan : Sumber protein untuk pertumbuhan mikroorganisme
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
5. Parafin cair (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 475)
Nama resmi : Paraffinum Liquidum
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai
rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
6. Asam tartrat (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53)
Nama resmi : Tartrat acid
Nama lain : Asam tartrat
RM : C4H6O6
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau,
rasa sangat asam
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol
(95%) P,sukar larut dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat pemberi suasana asam
7. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554)
Nama resmi : Metylen blue
RM / BM : C37H27N3Na2O9S3 / 799,80
Pemerian : Serbuk biru gelap
Kelarutan : Larut dalam air
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pewarna
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 maret 2015 pada pukul
13.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi lantai II Fakultas
Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
No.
Nama Bahan Fungsi
1. Mikroskop Untuk mengamati mikroorganisme.
2. Kaca objekUntuk meletakkan objek yang akan diamati.
3. Kaca penutupUntuk menutup objek yang akan diamati.
4. Jarum inokulum/ose
Untuk mengambil dan menggores mikroorganisme, terdiri dari ose lurus dan ose bulat. Ose lurus untuk menanam mikroorganisme dan ose bulat untuk menggores mikroorganisme yang biasanya berbentuk zig-zag.
5. Bunsen Memanaskan dan mensterilkan alat.
6. Cawan petri
Tempat untuk membiakan (kultivasi) mikroorganisme pada medium yang dituangkan diatas cawan ini.
7. Gelas kimiaSebagai tempat cairan dengan volume yang diketahui.
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
8. Pipet tetes
Untuk mengambil dan memindahkan cairan.
9. Erlenmeyer Sebagai wadah membuat media.
10. Tabung reaksiTempat membiakkan mikroorganisme untuk media tegak dan miring.
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
No.
Nama Alat Fungsi
1. Aluminium voil Untuk membuat batan V
2. Media Potato Dextrose Agar (PDA)
Sebagai tempat tumbuhnya jamur dan sumber nutrisi.
3. Sampel roti Sebagai media tumbuhnya jamur.
4. Akuades Sebagai bahan pelarut.
Tisu Untuk membersihkan kaca objek serta membersihkan pinggir kaca objek yang telah terkena zat warna.
5. Asam tartarat 10 % Untuk memberikan suasana asam pada media cawan petri yang diinkubasi.
6. Kertas saring Diletakkan di dasar cawan petri dan ditetesi gliserol agar member suasana lembab dalam media cawan petri.
C. Cara Kerja
Ada pun cara kerja dalam percobaan ini adalah :
1. Penyiapan bahan praktikum
a. Disiapkan semua alat
b. Cawan petri dibungkus dengan kertas
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
c. Disterilkan di dalam oven
2. Pengamatan koloni jamur
a. Mikroskopis secara langsung
1.)Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti Dhiba
2.)Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek
3.)Diberikan 1 tetes metilen blue
4.)Ditutup dengan menggunakan dek gelas
5.)Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor,
spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan
pembesaran terkecil
b. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)
1.) Dibuat susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan kertas saring
pada wadah cawan porselin dan disterilisai
2.) Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti Dhiba
3.) Diletakkan perlahan pada objek gelas
4.) Ditambahakan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tartarat
pada preparat
5.) Preparat ditutup dengan dek gelas
6.) Cawan petri ditutup, dibungkus dengan kertas
7.) Diinkubasi pada suhu kamar8.)
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1. Nasi Perbesaran 4 X
2 1
1. Serat-serat seperti
benang halus yang
disebut hifa
2. Sporangium yang
berukuran besar
2. Nasi Perbesaran 10 X
1 2
1. Serat-serat seperti
benang halus yang
disebut hifa
2. Sporangium yang
berukuran besar
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
3. Nasi Perbesaran 40X
1 2
1. Serat-serat seperti
benang halus yang
disebut hifa
2. Sporangium yang
berukuran besar
4. Nasi Perbesaran 100 X
1 2
1. Serat-serat seperti
benang halus yang
disebut hifa
2. Sporangium yang
berukuran besar
5. Kelapa Perbesaran 4 X
1 2
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangium (sebagai
penghasil spora)
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
6. Kelapa Perbesaran 10 X
1 2
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangium (sebagai
penghasil spora)
7. Kelapa Perbesaran 40 X
1 2
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangium (sebagai
penghasil spora)
8. Roti Frees House Perbesaran 4 X
1 2 3
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
9. Roti Frees House Perbesaran 10 X
1 2 3
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
10. Roti Frees House Perbesaran 40 X
1 2 3
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
11. Roti Diba Perbesaran 4 X
1 2 3
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
12. Roti Diba Perbesaran 10 X
1 2 3
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
13. Roti Diba Perbesaran 40 X
1 3 2
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
14. Roti Diba Perbesaran 100 X
1 2 3
1. Hifa tipis dan bercabang
2. Sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti
sel)
3. Sporangium (sebagai
penghasil spora) yang
terdapat diujung
sporangiofor
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
B. Pembahasan
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual
atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri,
karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik
lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas
benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam
jala yaitu miselium.
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang (mold) dan khamir
(yeast). Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,
sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen. Kapang
merupakan fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai
miselium atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali
dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula–mula berwarna putih, tetapi
bila tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung
dari jenis kapang. Sifat–sifat kapang baik penampakan mikroskopis ataupun
makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang.
Fungi dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan yang
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
berbeda bersentuhan, kemudian melebur membentuk zigot. Perkembangbiakan
secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau
dengan menyebarkan spora haploid. Kapang adalah golongan fungi yang
membentuk lapisan jaringan miselium dan spora yang tampak, tetapi tidak dapat
membentuk badan buah yang makroskopis.
Misselium terdiri dari filamen tubular yang tumbuh yaitu hifa. antara satu
hifa dengan hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki pori-
pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus, untuk lewat.
Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak memiliki septa.
Hifa dapat memiliki beberapa modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk
berkembang biak), hifa nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk
menempel ke inang atau substrat), bahkan pada spesies tertentu, hifa predasi
(berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber
nutrisi).
Pengamatan morfologi kapang dan khamir dilakukan secara makroskopis
dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati
morfologi sampel yang ditumbuhi jamur secara berkala selama 3 minggu.
Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengamatan mikroskopis secara langsung dilakukan
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
dengan cara mengamati dibawah mikroskop biakan jamur yang tumbuh pada
sampel yang telah ditetesi metilen blue sedangkan pengamatan mikroskopis secara
tidak langsung dilakukan dengan cara sampel jamur yang tumbuh pada roti
diambil sedikit kemudian diletakkan pada gelas objek yang telah disterilkan
bersama dengan cawan petri sebagai wadahnya. Kemudian diteteskan dengan
larutan PDA (potatoes dekstrose agar) yang telah ditambahkan asam tartrat dan
ditutup dengan deck gelas. Penambahan asam tartrat bertujuan untuk memberikan
suasana asam karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Setelah itu
disimpan di dalam enkas hingga 3–5 kali 24 jam lalu diamati dibawah mikroskop.
Penambahan PDA bertujuan sebagai sumber nutrisi yang berguna sebagai media
tumbuhnya jamur atau sebagai tempat melekatnya jamur yang akan diamati.
Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop pada pengujian
mikroskopis secara langsung terlihat spora, sporangium dan hifa pasa sampel
jamur roti sedangkan pada pengujian mikroskopis secara tidak langsung dimana
jamur pada roti diinkubasi selama 3-5 hari lalu diamati dibawah mikroskop.
Terlihat bagian-bagian dari fungi yang lebih spesifik dibandingkan dengan
pengujian mikroskopis secara langsung. Dari hasil pengamatan terlihat spora,
sporangium, rhizoid dan stolon.
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jamur roti memiliki morfologi, spora, stolon, sporangium, dan rhizoid.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan diharapkan lebih memahami prinsip
percobaan dan prosedur kerja pada percobaan.
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A dan Reece, J.B, 2002, Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fried, G.H., dan Hedemenos, G.J, 2006, Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gandjar, Indrawati., Sjamsuridzal, Wellyzar., Oetary, Ariyanti, 2006, Mikologi Dasar dan Terapan, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Irianto,Yuli., Susilowati, Ari., Wiryanto, 2008, Pertumbuhan, Kandungan Protein, dan Sianida Jamur Kuping (Auricularia Polytricha) pada Medium Tumbuh Serbuk Gergaji dan Ampas Tapioka dengan Penambahan Pupuk Urea, Bioteknologi. Vol. 5 (2): 43-50.
Noverita, 2009, Identifikasi Kapang dan Khamir Penyebab Penyakit Manusia pada Sumber Air Minum Penduduk Pada Sungai Ciliwung dan Sumber Air Sekitarnya, Vis Vitalis, Vol.2 (2).
Novizan, 2002, Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan, Penerbit PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
Widyastuti, Netty dan Tjokrokusumo, Donowati, 2008, Aspek Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus Sp), J. Tek. Ling, Vol. 9 (3).
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
LAMPIRAN
1. Pengamatan koloni jamur
a. Mikroskopis secara langsung
- Diambil 1 ose pada sampel roti Dhiba
- Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek.
- Diberikan 1 tetes metilen blue.
- Ditutup dengan menggunakan dek gelas.
- Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia,
konidiofor, spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan
rhizoid dimulai dengan pembesaran terkecil.
Hasil pengamatan..?
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)
Biakan jamur

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
b. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)
- Dibuat susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan
kertas saring pada wadah cawan porselin dan
disterilisasi
- Diambil 1 ose pada sampel roti Dhiba
- Diletakkan perlahan pada objek gelas
- Ditambahakan 1 tetes campuran medium PDA dan
asam tartarat pada preparat
- Preparat ditutup dengan dek gelas
- Cawan petri ditutup dibungkus dengan kertas.
- Diinkubasi pada suhu kamar.
Hasil pengamatan…?
Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)
Biakan Jamur