Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

38
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh seluk-beluk kehidupan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme sudah sejak lama diketahui disegala aspek kehidupan manusia antara lain di pertanian, perikanan, kesehatan, farmasi, dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna wawasan baru bagi kehidupan terutama dalam perkembangan bioteknologi modern yang melibatkan ilmu mikrobiologi. Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm (O1A1 14 080)

description

morfologi

Transcript of Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

Page 1: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh seluk-beluk

kehidupan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme sudah sejak lama diketahui

disegala aspek kehidupan manusia antara lain di pertanian, perikanan, kesehatan,

farmasi, dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna

wawasan baru bagi kehidupan terutama dalam perkembangan bioteknologi

modern yang melibatkan ilmu mikrobiologi.

Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme heterotrofik, mereka

memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda

organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-

sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia

yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan

selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat menguntungkan bagi

manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka

membusukkan kayu, makanan, dan bahan-bahan lainnya.

Banyak kapang dan jamur ini digunakan dalam industri fermentasi, seperti

pembuatan asam-asam organik, pembuatan antibiotika, pembuatan alkohol dan

lain sebagainya. Beberapa kapang dan jamur yang digunakan untuk memberi rasa

bagi keju yang baik, pembuatan bir, minuman anggur, peragian adonan, dan

produksi antibiotika seperti penisilin.

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 2: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

Pada umumnya bahan-bahan yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi

jamur atau cendawan, misalnya pada buah-buahan. Jamur atau cendawan tersebut

biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahan-bahan tersebut.

Untuk mengetahui ciri spesifik biakan mikroorganisme, maka perlu

dilakukan identifiksi, dimana untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu

dilakukan pengenalan terhadap ciri-ciri morfologi mikroorganisme tersebut.

Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara makroskopik maupun

mikroskopik secara langsung maupun tidak langsung.

B. Tujuan Percobaan

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari percobaan ini adalah

untuk mengamati morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik

langsung dan mikroskopik tidak langsung.

C. Manfaat Percobaan

Berdasarkan tujuan di atas maka manfaat dari percobaan ini adalah dapat

mengamati morfologi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik

langsung dan mikroskopik tidak langsung.

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 3: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikroorganisme adalah jasad mikro yang tidak dapat dilihat oleh mata

karena ukurannya yang sangat kecil. Dunia mikrooraganisme melibatkan ribuan

spesies dari beberapa golongan diantaranya bakteri, protozoa, virus, dan jamur.

Mikroba ada dimana-mana, diudara yang kita gunakan bernapas, di bahan

makanan, bahkan dikulit manusia (Novizan,2002).

Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa

sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur

mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati

(Widyastuti & Tjokrokusumo, 2008).

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat

memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara

fotosintesis. Oleh karena itu, di dalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

organik seperti selulosa, pati, lignin, dan glukosa. Penyedian nutrien bagi jamur

kuping sangat diperlukan untuk mendukung proses pertumbuhannya (Irianto dkk,

2008).

Berdasarkan penampakannya fungi dikelompokkan kedalam: kapang

(moulds or molds), khamir (yeasts), dan cendawan (mushrooms). Adapun menurut

analisis molekuler, kapang dan khamir adalah mikroorganisme yang secara

filogenetik bersifat diverse. Artinya, baik kapang dan khamir terdapat dalam

setiap kelompok besar dari Askomikota dan Basidiomikota. Khamir adalah

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 4: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

kelompok fungi yang memiliki sel vegetatif uniseluler yang sering pula dapat

membentuk miselium sejati atau meselium palsu (Gandjar dkk, 2006).

Khamir bereproduksi secara aseksual, dengan cara pembelahan sel

sederhana atau dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir

bereproduksi secara seksual dengan cara membentuk aski atau basidia, dan

dikelompokkan ke dalam Askomikota dan Basidiomikota.

Kapang adalah fungi yang tumbuh cepat dan bereproduksi secara aseksual.

Meselium fungi ini tumbuh sebagai parasit pada berbagai jenis substrat. Salah satu

contoh kapang yaitu kapang roti (Rhizopus). Kapang dapat mengalami

serangkaian tahapan produktif yang berbeda. Pada awal kehidupannya, kapang

menghasilkan spora aseksual (Campbell, 2002).

Khamir merupakan organisme utama yang melakukan fermentasi dalam

pembuatan minuman-minuman beralkohol seperti bir, ale, dan sejumlah jenis

anggur. Kapang terutama berguna dalam fermentasi yang menyertai pengolahan

keju. Kapang ergot merupakan sumber ergonovin dan beberapa derivat lain, yang

digunakan untuk mengontrol perdarahan, menyebabkan kontraksi rahim, dan

melawan sakit kepala migren (Fried & Hademenos, 2006).

Kehadiran mikroorganisme di lingkungan terutama di perairan dapat

bersifat menguntungkan, karena kemampuannya dalam merombak senyawa

organik komplek menjadi senyawa sederhana yang sangat dibutuhkan tanaman

sebagai sumber nutriennya. Fungsi lain dari fungi adalah menghasilkan berbagai

jenis enzim, vitamin, hormon tumbuh, asam-asam organik dan antibiotik.

Sementara itu dari segi merugikan, kehadiran fungi ini dapat menimbulkan

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 5: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

berbagai jenis penyakit yang membahayakan bagi organisme lain terutama

manusia. Beberapa contoh kapang dan khamir penyebab penyakit yang dapat

ditemukan di perairan, baik pada kolam, sungai, danau maupun laut adalah;

Aspergillus sp, Penicillium sp, Pythiopsis, Saprolegnia parasitica, Isoachlya,

Leptolegnia, Candida sp, dan Rhodotorulla sp (Noverita, 2009).

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 6: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

B. Uraian Bahan

1. Akuades ( Ditjen Pom Edisi III, 1979 : 96)

Nama resmi : Aqua Destilatta

Nama lain : Air suling / aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Etanol (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 65)

Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain : Etanol, etil alkohol

RM : C2H5OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah menguap, bau

khas, rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala

biru

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta dalam

kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya

Kegunaan : Sebagai Pelarut

3. Agar (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 74)

Nama resmi : Agar

Nama lain : Agar-agar

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 7: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan

berlekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran;

jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai

kuning pucat atau tidak berwarna, tidak berbau atau

berbau lemah; rasa berlendir, jika lembab liat, jika kering

rapuh

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan larut dalam air mendidih

Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Beef Extract (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 9)

Nama resmi : Beef Extract

Nama lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef

Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi

konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi

segar tanpa lemak, dengn cara merebus dalam air dan

menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa udara

sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa

berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai

coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam

Kelarutan : Larut dalam air dingin

Kegunaan : Sumber protein untuk pertumbuhan mikroorganisme

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 8: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

5. Parafin cair (Ditjen POM Edisi III, 1979 : 475)

Nama resmi : Paraffinum Liquidum

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak

berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai

rasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut

dalam kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

6. Asam tartrat (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53)

Nama resmi : Tartrat acid

Nama lain : Asam tartrat

RM : C4H6O6

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau,

rasa sangat asam

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol

(95%) P,sukar larut dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat pemberi suasana asam

7. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554)

Nama resmi : Metylen blue

RM / BM : C37H27N3Na2O9S3 / 799,80

Pemerian : Serbuk biru gelap

Kelarutan : Larut dalam air

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 9: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pewarna

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 10: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 maret 2015 pada pukul

13.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi lantai II Fakultas

Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

No.

Nama Bahan Fungsi

1. Mikroskop Untuk mengamati mikroorganisme.

2.  Kaca objekUntuk meletakkan objek yang akan diamati.

3.  Kaca penutupUntuk menutup objek yang akan diamati.

4.  Jarum inokulum/ose

Untuk mengambil dan menggores mikroorganisme, terdiri dari ose lurus dan ose bulat. Ose lurus untuk menanam mikroorganisme dan ose bulat untuk menggores mikroorganisme yang biasanya berbentuk zig-zag.

5.  Bunsen Memanaskan dan mensterilkan alat.

6.  Cawan petri

Tempat untuk membiakan (kultivasi) mikroorganisme pada medium yang dituangkan diatas cawan ini. 

7.  Gelas kimiaSebagai tempat cairan dengan volume yang diketahui. 

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 11: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

8. Pipet tetes

Untuk mengambil dan memindahkan cairan. 

9. Erlenmeyer Sebagai wadah membuat media.

10. Tabung reaksiTempat membiakkan mikroorganisme untuk media tegak dan miring.

2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

No.

Nama Alat Fungsi

1. Aluminium voil Untuk membuat batan V

2. Media Potato Dextrose Agar (PDA)

Sebagai tempat tumbuhnya jamur dan sumber nutrisi.

3. Sampel roti Sebagai media tumbuhnya jamur.

4. Akuades Sebagai bahan pelarut.

Tisu Untuk membersihkan kaca objek serta membersihkan pinggir kaca objek yang telah terkena zat warna.

5. Asam tartarat 10 % Untuk memberikan suasana asam pada media cawan petri yang diinkubasi.

6. Kertas saring Diletakkan di dasar cawan petri dan ditetesi gliserol agar member suasana lembab dalam media cawan petri.

C. Cara Kerja

Ada pun cara kerja dalam percobaan ini adalah :

1. Penyiapan bahan praktikum

a. Disiapkan semua alat

b. Cawan petri dibungkus dengan kertas

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 12: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

c. Disterilkan di dalam oven

2. Pengamatan koloni jamur

a. Mikroskopis secara langsung

1.)Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti Dhiba

2.)Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek

3.)Diberikan 1 tetes metilen blue

4.)Ditutup dengan menggunakan dek gelas

5.)Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor,

spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan

pembesaran terkecil

b. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)

1.) Dibuat susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan kertas saring

pada wadah cawan porselin dan disterilisai

2.) Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti Dhiba

3.) Diletakkan perlahan pada objek gelas

4.) Ditambahakan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tartarat

pada preparat

5.) Preparat ditutup dengan dek gelas

6.) Cawan petri ditutup, dibungkus dengan kertas

7.) Diinkubasi pada suhu kamar8.)

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 13: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan

1. Nasi Perbesaran 4 X

2 1

1. Serat-serat seperti

benang halus yang

disebut hifa

2. Sporangium yang

berukuran besar

2. Nasi Perbesaran 10 X

1 2

1. Serat-serat seperti

benang halus yang

disebut hifa

2. Sporangium yang

berukuran besar

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 14: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

3. Nasi Perbesaran 40X

1 2

1. Serat-serat seperti

benang halus yang

disebut hifa

2. Sporangium yang

berukuran besar

4.   Nasi Perbesaran 100 X

1 2

1. Serat-serat seperti

benang halus yang

disebut hifa

2. Sporangium yang

berukuran besar

5.   Kelapa Perbesaran 4 X

1 2

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangium (sebagai

penghasil spora)

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 15: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

6.   Kelapa Perbesaran 10 X

1 2

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangium (sebagai

penghasil spora)

7.   Kelapa Perbesaran 40 X

1 2

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangium (sebagai

penghasil spora)

8. Roti Frees House Perbesaran 4 X

1 2 3

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 16: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

9. Roti Frees House Perbesaran 10 X

1 2 3

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

10. Roti Frees House Perbesaran 40 X

1 2 3

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

11. Roti Diba Perbesaran 4 X

1 2 3

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 17: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

12. Roti Diba Perbesaran 10 X

1 2 3

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

13. Roti Diba Perbesaran 40 X

1 3 2

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

14. Roti Diba Perbesaran 100 X

1 2 3

1. Hifa tipis dan bercabang

2. Sporangiofor (hifa yang

mencuat ke udara dan

mengandung banyak inti

sel)

3. Sporangium (sebagai

penghasil spora) yang

terdapat diujung

sporangiofor

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 18: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

B. Pembahasan

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel

tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual

atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri,

karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik

lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas

benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam

jala yaitu miselium.

Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang (mold) dan khamir

(yeast). Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,

sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen. Kapang

merupakan fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai

miselium atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali

dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula–mula berwarna putih, tetapi

bila tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung

dari jenis kapang. Sifat–sifat kapang baik penampakan mikroskopis ataupun

makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang.

Fungi dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual.

Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan yang

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 19: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

berbeda bersentuhan, kemudian melebur membentuk zigot. Perkembangbiakan

secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau

dengan menyebarkan spora haploid. Kapang adalah golongan fungi yang

membentuk lapisan jaringan miselium dan spora yang tampak, tetapi tidak dapat

membentuk badan buah yang makroskopis.

Misselium terdiri dari filamen tubular yang tumbuh yaitu hifa. antara satu

hifa dengan hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki pori-

pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus, untuk lewat.

Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak memiliki septa.

Hifa dapat memiliki beberapa modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk

berkembang biak), hifa nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk

menempel ke inang atau substrat), bahkan pada spesies tertentu, hifa predasi

(berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber

nutrisi).

Pengamatan morfologi kapang dan khamir dilakukan secara makroskopis

dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati

morfologi sampel yang ditumbuhi jamur secara berkala selama 3 minggu.

Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Pengamatan mikroskopis secara langsung dilakukan

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 20: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

dengan cara mengamati dibawah mikroskop biakan jamur yang tumbuh pada

sampel yang telah ditetesi metilen blue sedangkan pengamatan mikroskopis secara

tidak langsung dilakukan dengan cara sampel jamur yang tumbuh pada roti

diambil sedikit kemudian diletakkan pada gelas objek yang telah disterilkan

bersama dengan cawan petri sebagai wadahnya. Kemudian diteteskan dengan

larutan PDA (potatoes dekstrose agar) yang telah ditambahkan asam tartrat dan

ditutup dengan deck gelas. Penambahan asam tartrat bertujuan untuk memberikan

suasana asam karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Setelah itu

disimpan di dalam enkas hingga 3–5 kali 24 jam lalu diamati dibawah mikroskop.

Penambahan PDA bertujuan sebagai sumber nutrisi yang berguna sebagai media

tumbuhnya jamur atau sebagai tempat melekatnya jamur yang akan diamati.

Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop pada pengujian

mikroskopis secara langsung terlihat spora, sporangium dan hifa pasa sampel

jamur roti sedangkan pada pengujian mikroskopis secara tidak langsung dimana

jamur pada roti diinkubasi selama 3-5 hari lalu diamati dibawah mikroskop.

Terlihat bagian-bagian dari fungi yang lebih spesifik dibandingkan dengan

pengujian mikroskopis secara langsung. Dari hasil pengamatan terlihat spora,

sporangium, rhizoid dan stolon.

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 21: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 22: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

jamur roti memiliki morfologi, spora, stolon, sporangium, dan rhizoid.

B. Saran

Diharapkan kepada praktikan diharapkan lebih memahami prinsip

percobaan dan prosedur kerja pada percobaan.

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 23: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A dan Reece, J.B, 2002, Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Fried, G.H., dan Hedemenos, G.J, 2006, Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gandjar, Indrawati., Sjamsuridzal, Wellyzar., Oetary, Ariyanti, 2006, Mikologi Dasar dan Terapan, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Irianto,Yuli., Susilowati, Ari., Wiryanto, 2008, Pertumbuhan, Kandungan Protein, dan Sianida Jamur Kuping (Auricularia Polytricha) pada Medium Tumbuh Serbuk Gergaji dan Ampas Tapioka dengan Penambahan Pupuk Urea, Bioteknologi. Vol. 5 (2): 43-50.

Noverita, 2009, Identifikasi Kapang dan Khamir Penyebab Penyakit Manusia pada Sumber Air Minum Penduduk Pada Sungai Ciliwung dan Sumber Air Sekitarnya, Vis Vitalis, Vol.2 (2).

Novizan, 2002, Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan, Penerbit PT Agro Media Pustaka, Jakarta.

Widyastuti, Netty dan Tjokrokusumo, Donowati, 2008, Aspek Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus Sp), J. Tek. Ling, Vol. 9 (3).

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Page 24: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

LAMPIRAN

1. Pengamatan koloni jamur

a. Mikroskopis secara langsung

- Diambil 1 ose pada sampel roti Dhiba

- Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek.

- Diberikan 1 tetes metilen blue.

- Ditutup dengan menggunakan dek gelas.

- Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia,

konidiofor, spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan

rhizoid dimulai dengan pembesaran terkecil.

Hasil pengamatan..?

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Biakan jamur

Page 25: Laporan 7 Morfologi Kapang Khamir

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

b. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)

- Dibuat susunan batang v, objek gelas, dek gelas dan

kertas saring pada wadah cawan porselin dan

disterilisasi

- Diambil 1 ose pada sampel roti Dhiba

- Diletakkan perlahan pada objek gelas

- Ditambahakan 1 tetes campuran medium PDA dan

asam tartarat pada preparat

- Preparat ditutup dengan dek gelas

- Cawan petri ditutup dibungkus dengan kertas.

- Diinkubasi pada suhu kamar.

Hasil pengamatan…?

Risna Yuliani Hendra Sendana, S.Farm(O1A1 14 080)

Biakan Jamur