Laporan Hukuman Mikdas- Kapang dan Khamir
-
Upload
iyon-hinometal -
Category
Documents
-
view
1.933 -
download
2
Transcript of Laporan Hukuman Mikdas- Kapang dan Khamir
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.1.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami struktur dan morfologi kapang dan khamir
dalam medium Potato Dextrosa Agar (PDA).
I.1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui struktur dan morfologi biakan jamur Saccharomyces
cereviceae secara makroskopik dan mikroskopik tidak langsung, serta jamur
dari sampel roti secara mikroskopik langsung.
I.2 Prinsip Percobaan
1. Metode Makroskopik
Pengamatan morfologi biakan jamur Saccharomyces cereviceae
dengan menggunakan medium Potato Dextrosa Agar (PDA) yang
ditambahkan asam tartrat 10% kemudian diinkubasi pada suhu kamar
selama 3 x 24 jam.
2. Metode Mikroskopik
a. Secara langsung
Pengamatan morfologi biakan jamur Saccharomyces cereviceae serta
kapang dari sampel roti yang diletakkan pada objek gelas kemudian
ditetesi dengan metilen biru serta diamati pada mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10.
b. Secara tidak langsung
Pengamatan morfologi biakan jamur Saccharomyces cereviceae
dengan metode mikroskopik tidak langsung, dimana biakan diletakkan di
atas objek gelas kemudian ditetesi dengan medium Potato Dextrosa Agar
(PDA), kemudian ditetesi asam tartrat 10%, serta gliserol 10% pada kertas
saring, kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam, serta
diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Fungi (jamak) atau fungus (tunggal) adalah suatu organisme eukariotik
yang mempunyai ciri-ciri spesifik sebagai berikut (1:180) :
1. Mempunyai inti sel
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis
4. Dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual
5. Beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan
dinding sel yang mengandung selulosa atau khitin, atau keduanya.
Perbedaan utama antara organisme yang tergolong fungi, misalnya
antara kapang dan khamir, yaitu kapang adalah fungi yang mempunyai
filamen (miselium), sedangkan khamir merupakan fungi sel tunggal tanpa
filamen. Beberapa fungi disebut fungi dimorfik karena dapat tumbuh dalam
bentuk filamen seperti kapang, atau berbentuk sel tunggal seperti khamir
(1:180).
Fungi sebenarnya merupakan organisme yang menyerupai tanaman,
tetapi mempunyai beberapa perbedaan sebagai berikut (1:181) :
a. Tidak mempunyai klorofil
b. Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda
c. Berkembang biak dengan spora
d. Tidak mempunyai batang/cabang, akar, atau daun
e. Bersifat multiseluler tetapi tidak mempunyai pembagian fungsi masing-
masing bagian seperti pada tanaman
Fungi dapat bersifat parasit, yaitu memperoleh makanan dari benda
hidup, atau bersifat saprofit, yaitu memperoleh makanan dari benda mati.
Fungi yang bersifat saprofit obligat hanya dapat hidup pada benda mati,
tetapi tidak dapat hidup atau melakukan infeksi pada benda hidup. Kapang
semacam ini sering tumbuh pada makanan dan menyebabkan kerusakan
pada makanan. Fungi bersifat parasit/saprofit fakultatif dapat hidup pada
benda organik yang hidup maupun yang mati dan menyebabkan penyakit.
Fungi jarang yang bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup pada
organisme (protoplasma) yang masih hidup (1:181).
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,
tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari
jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun
dari filamen yang bercabang yang disebut hifa (tunggal = hypha, jamak =
hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium (tunggal = mycelium, jamak =
mycelia) (1:182).
Ada 3 macam morfologi hifa, yaitu (2;192) :
1. Aseptat (senosit). Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum.
2. Septat dengan sel-sel nukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nukleus tunggal.
3. Septat dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam satu ruang.
Sifat-sifat fisiologi kapang (1:195) :
1. Kebutuhan air
Kebutuhan kapang akan air lebih rendah jika dibandingkan dengan khamir
dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang dari 14-14%.
2. Suhu pertumbuhan
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu
kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar
25o-30°C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35o-37°C atau lebih
tinggi, misalnya Aspergillus. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik, yaitu
dapat tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat
tumbuh lambat pada suhu di bawah suhu pembekuan, misalnya suhu -5°C
sampai 10°C. Beberapa kapang juga bersifat termofilik, yaitu dapat tumbuh
pada suhu tinggi.
4. Kebutuhan oksigen dan pH
Semua kapang bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh pada kisaran pH yang
luas, yaitu pH 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada
kondisi asam atau pH rendah.
5. Makanan
Kebanyakan kapang dapat tumbuh pada makanan-makanan yang
mengandung pati, pektin, protein, atau lipid.
Penyebaran jamur atau kapang dialam sangat luas, jamur terdapat
dalam tanah, pada buah-buahan, dalam air, air laut, bahan makanan,
sebagai saprofit dan ada yang bersifat parasit pada tanaman dan manusi.
Spora jamur berterbangan di udara, spora tersebut akan berkecambah
menjadi sel vegetatif, jika jatuh pada tempat yang memungkinkan untuk
hidup. Sedangkan jamur yang hidup di air mempunyai suatu alat
perkembangbiakan yang dapat aktif bergerak (3:28).
Khamir (yeast) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa
genera ada yang membentuk miselium dengan percabangan. Khamir
hidupnya sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang parasitik (1:52).
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang
1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-10 μm. Khamir dapat melakukan
reproduksi atau perkembangbiakan dengan beberapa cara yaitu (1:236) :
a. Pertunasan
b. Pembelahan
c. Pembelahan tunas, yaitu kombinasi antara pertunasan dan pembelahan
d. Sporulasi atau pembentukan spora yang dapat dibedakan atas 2 macam
yaitu spora aseksual dan spora seksual
II.2 Uraian Bahan
1. Aquades (FI III : 96)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling, aquades
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Alkohol (FI III : 65)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai antiseptik
3. Asam tartrat (FI III : 53)
Nama resmi : Acidum tartaricum
Nama lain : Asam tartrat
RM/BM : C4H6O6 / 150,09
Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur
halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa
asam dan stabil di udara
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam
6. Gliserol 10% (FI III : 271)
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol, Gliserin
RM/BM : C3H8O3 / 92,10
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika
dismpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat mebentuk massa hablur tidak berwarna yang
tidak melebur hingga suhu mencapai lebh kurang 20o
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%),
praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P
dan dalam minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana lembab
7. Metilen Biru (6:554)
Nama resmi : Methylthionini chloridum
Nama lain : Metilen biru
RM / BM : C₁₆H₁₈CIN₃S.3H₂O / 373,90
Pemerian : Hablur atau serbuk hijau tua, berkilauan seperti
perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil
di udara, larut dalam air dan dalam etanol. Berwarna
biru tua
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform, agak sukar
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pemberi warna
8. Dextrosa (FI IV : 300)
Nama resmi : Dextrosa monohydrat
Nama lain : Gula jagung, dextrosa
RM/BM : C6H1206H2O / 198,17
Pemerian : Hablur, tidak berwarna, sel granul putih, serbuk hablur,
rasa manis, dan tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai komposisi medium
9. Kentang (Solanum tuberosum)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum
II.3 Uraian Mikroba
1. Saccharomyces cereviceae
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Schizophyta
Class : Ascomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Pseudomonadaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cereviceae
Morfologi : Termasuk dalam genus Saccharomyces. Termasuk khamir
dan dalam klasifikasi termasuk Ascomycetes
2. Candida albicans
Kingdom : Eucaryotae
Divisi : Eumycophyta
Class : Ascomycycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Morfologi : Terjadi pembentukan askus yang merupakan tempat
dihasilkannya askospora. Beberapa askomiset membentuk
tubuh buah atau askokarp yang melindungi askus bersama
askosporanya. Khamir ini memperbanyak diri secara
aseksual dengan bertunas.
3. Aspergillus niger
Kingdom : Eucaryotae
Divisi : Eumycophyta
Class : Ascomycycetes
Ordo : Aspergillales
Famili : Aspergillaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
Morfologi : Kapang ini memiliki kepala konidium yang khas dan mudah
dibedakan. Bersifat saprofit. Koloni yang sudah
menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-
kuningan, kehijau-hijauan atau kehitam-hitaman. Miselium
yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, jarum
preparat, kertas saring, lampu spiritus, mikroskop, objek glass dan deck
glass, ose bulat, pinset, spoit, dan tabung reaksi, batang V, botol semprot,
dan cawan petri steril.
III..1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 70%,
aquades, asam tartrat, biakan jamur Saccharomyces cereviceae, gliserol
10%, kertas label, medium Potato Dextrosa Agar (PDA), metilen biru, tisu,
kertas saring, dan roti berjamur.
III.2 Cara Kerja
1. Metode makroskopik
a. Metode Gores
i. Dimasukkan medium Potato Dextrosa Agar (PDA) yang telah berisi
asam tartrat di dalamnya ke dalam cawan petri dan dibiarkan
memadat.
ii. Dipijarkan ose lurus di atas lampu spiritus lalu digoreskan ke biakan
jamur Saccharomyces cereviceae.
iii. Digoreskan ose yang mengandung biakan jamur ke permukaan
medium secara zig-zag.
iv. Cawan petri diinkubasikan pada suhu 37o C selama 3 x 24 jam.
v. Diamati bentuk morfologinya dan digambar.
b. Metode tuang
i. Disuspensikan biakan jamur Saccharomyces cereviceae dengan
aquades steril.
ii. Diambil 1 ml suspensi jamur Saccharomyces cereviceae dengan
spoit dan dimasukkan ke dalam cawan petri lalu ditambahkan
medium Potato Dextrosa Agar (PDA) ± 10 ml yang telah ditambahkan
asam tartrat, lalu dihomogenkan.
iii. Diinkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu 37o C.
iv. Diamati bentuk pertumbuhannya dan digambar.
2. Metode Mikroskopik
a. Secara tidak langsung (Slide culture)
i. Disiapkan cawan petri, kertas saring, batang V, objek glass, dan deck
glass lalu disterilkan.
ii. Diteteskan sebanyak 1 tetes medium Potato Dextrosa Agar (PDA)
dan asam tartrat ke atas objek glass, lalu diinokulasikan 1 ose biakan
jamur Saccharomyces cereviceae.
iii. Ditutup objek glass dengan deck glass.
iv. Diteteskan gliserol 10% di kertas saring secara merata.
v. Ditutup cawan petri dan diinkubasi selama 3 X 24 jam pada suhu 37o
C.
vi. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X 10.
vii. Diamati bentuk pertumbuhannya dan digambar.
b. Mikroskopik secara langsung
i. Diambil jamur pada roti dengan menggunakan jarum preparat
kemudian diletakkan di atas objek glass.
ii. Ditambahkan metilen biru sebanyak 1 tetes.
iii. Preparat ditutup dengan deck glass.
iv. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X 10 dan
digambar bentuk morfologinya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
1. Secara Makroskopik
Klp SampelHasil Pengamatan
Bentuk Warna Eksudat Bau
1. Kelapa Kapas Hijau tua,
hitam,
putih,
orange,
krem
Sedikit Khas
2. - Kelapa
Aspergillus
niger
Kapas
Serabut,
butir
Kuning,
kuning
kehijau-
hijauan
Hitam
Ada
Sedikit
Khas
Khas
3. Tempe Berserabut
dan kapas
Krem - Khas
4. - Tempe Kapas dan
berserabut
Hijau tua,
orange,
kuning,
- Khas
S.
cereviceae
Serabut
krem
Hijau tua,
titik orange,
krem
- Khas
5. - Roti
Aspergillus
niger
Kapas
Berserabut
Hijau,
kuning,
orange
Hitam,
kuning,
putih
-
-
≠ bau
Khas
6. - Roti
- S. cereviceae
Serabut
Bergerombol
Krem
Krem,
hitam,
kuning
-
Sedikit
-
Asam
IV.2 Gambar Pengamatan
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Medium : Potato Dextrosa Agar
(PDA) + asam tartrat
Sampel : S. cereviceae
Metode : tuang
Medium : Potato Dextrosa Agar (PDA)
+ asam tartrat
Sampel : S. cereviceae
Metode : gores
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Sampel = Roti
Metode = Mikroskopik Langsung
BAB V
PEMBAHASAN
Jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang,
multiseluler, tidak berklorofil, dan belum mempunyai diferensiasi dalam
jaringannya. Sedangkan khamir adalah fungi bersel satu atau uniseluler, ada
beberapa di antaranya mempunyai miselium dengan percabangan. Khamir
hidupnya sebagian saprofit dan ada pula yang bersifat parasit.
Pada percobaan ini akan akan dilihat bentuk morfologi dari khamir
Saccharomyces cereviceae dan morfologi dari jamur pada roti yang telah
dibusukkan, melalui metode makroskopik dan mikroskopik meliputi
makroskopik langsung dan makroskopik tidak langsung.
1. Metode makroskopik
Metode ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan metode tuang dan
metode gores. Pada metode gores, terlebih dahulu dimasukkan medium
Potato Dextrosa Agar (PDA) yang sudah terdapat di dalamnya asam tartrat
ke dalam cawan, kemudian dibiarkan memadat lalu digoreskan biakan
Saccharomyces cereviceae dengan ose lurus.
Pada metode tuang, terlebih dahulu dibuat suspensi jamur, kemudian
dimasukkan ke dalam cawan lalu dimasukkan medium Potato Dextrosa Agar
(PDA) yang juga sudah terdapat di dalamnya asam tartrat. Panambahan
asam tartrat ini bertujuan untuk memberikan suasana asam dalam medium,
sebab jamur tumbuh dengan baik pada suasana asam. Jamur dapat tumbuh
pada kisaran pH 2-8,5 tetapi akan tumbuh lebih baik pada kondisi asam atau
pH rendah. Kemudian cawan diinkubasi pada suhu 37o C selama 3 x 24 jam
lalu diadakan pengamatan.
Dari hasil pengamatan diperoleh koloni Saccharomyces cereviceae yang
berwarna krem, hitam, kuning, bentuknya bergerombol, sedikit eksudat, serta
berbau asam.
2. Metode Mikroskopik Tidak Langsung
Pada metode ini digunakan objek glass dan deck gelas, cawan petri,
kertas saring, dan batang V. Objek gelas berfungsi untuk menempatkan
medium dan suspensi khamir untuk nantinya diamati di bawah mikroskop dan
deck gelas untuk menutupi objek gelas. Batang V berfungsi sebagai
penyangga objek gelas.
Terlebih dahulu alat-alat tersebut disterilkan. Dibuat suspensi
Saccharomyces cereviceae, lalu medium Potato Dextrosa Agar (PDA) yang
sudah terdapat di dalamnya asam tartrat dipipet dan diteteskan pada kaca
objek kemudian diambil suspensi Saccharomyces cereviceae dengan ose
bulat dan dicampur bersama medium yang sudah terdapat di objek gelas.
Preparat lalu ditutup dengan deck gelas, kemudian kertas saring dalam
cawan dibasahi dengan gliserol 10%. Gliserol ini berfungsi untuk
melembabkan lingkungan dalam cawan sebab jamur tumbuh baik dalam
keadaan lembab. Kemudian cawan diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada
suhu 37o C. Lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10. Dari
hasil pengamatan diperoleh koloni yang berbentuk serabut berwarna krem.
3. Metode Mikroskopik Langsung
Pada metode ini digunakan sampel roti yang telah dibusukkan.
Pembusukan ini dimaksudkan untuk memperoleh jamur dari roti tersebut
yang kemudian akan diamati morfologinya. Terlebih dahulu diambil jamur
pada roti tersebut lalu diletakkan di atas objek gelas, kemudian ditetesi
dengan metilen biru yang berfungsi untuk memberikan warna pada sel jamur
agar mudah diamati. Lalu preparat diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jamur pada sampel roti yang dibusukkan memiliki bentuk seperti serabut,
berwarna krem, dan tidak berbau.
2. Saccharomyces cereviceae yang diamati memiliki bentuk yang
bergerombol, berwarna krem, kuning, dan hitam, sedikit eksudat, dan
berbau asam.
VI.2 Saran
Sebaiknya mikroskop yang digunakan tidak hanya satu, agar praktikum
tidak memakan waktu lama dan praktikan tidak lama mengantri mikroskop.
LAMPIRAN
1. Komposisi Medium
a. Nutrient Agar (NA)
Ekstrak beef 3 gram
Pepton 5 gram
Agar 5 gram
Aquades 1000 ml
b. Potato Dextrosa Agar (PDA)
Potato 200 gram
Dekstrosa 15 gram
Agar 15 gram
Aquades 1000 ml
o
2. Skema Kerja
a. Makroskopik
cawan petri
PDA Asam tartrat
biakan/sampel
inkubasi 3 x 24 jam
amati
b. Mikroskopik langsung
sampel/ objek glassbiakan
tetesi metilen biru
tutup dengan deck glass
amati di mikroskop
o
c. Mikroskopik tidak langsung
kertas saring batang V
cawan petri objek glass deck glass
sampel/biakan asam tartrat + PDA (tetes-tetes)
gliserol 10% (1 tetes)
inkubasi 3 x 24 jam
amati di bawah mikroskop
DAFTAR PUSTAKA
1. Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
2. Pelczar, J.M dan Chan, E. C. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta :
Universitas Indonesia
3. Djide M, Natsir dan Sartini. 1999. Mikrobiologi Farmasi. Makassar :
Universitas Hasanuddin
4. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
5. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR
OLEH :
KELOMPOK 6
IDAR SUNANDAR
SYARIFAH RATNASARI PUTRI
ERWINDA DESRIANI A. RASAK
TIARA AYU PERMATA
DINI AYU ARIASTIWI B.
M. HUSBAN
NUR MUTMAINNA
PATRI JUNIPRI
GOLONGAN : SABTU PAGI
ASISTEN : SURYADI
MAKASSAR
2011