Problema Tiga Titik
-
Upload
gilar-antasya-muharam -
Category
Documents
-
view
1.052 -
download
63
description
Transcript of Problema Tiga Titik
PROBLEMA TIGA TITIK
1. Pendahuluan
Seringkali singkapan yang ada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi
tertutupi oleh soil yang tebal dan vegetasi yang lebat sehingga sulit untuk
mendapatkan singkapan yang segar. Namun dari minimal tiga singkapan yang
terpisah-pisah dengan ketinggian yang berbeda dapat dicari kedudukan
perlapisan batuan. Metoda untuk mencari kedudukan lapisan dari batuan
tersebut dikenal dengan metoda problema tiga titik. Metoda ini dapat juga
digunakan untuk mencari kedudukan lapisan bawah permukaan dari data lubang
bor, dengan syarat lapisan tersebut belum terganggu oleh struktur geologi.
Dalam metode problema tiga titik ini, dimaksudkan untuk mengetahui dan
menentukan bidang dari 3 titik yang diketahui posisinya dan ketinggian yang
terletak pada bidang yang sama, untuk menentukan penyebaran dari singkapan
yang telah diketahui dari suatu titik dan juga digunakan untuk menentukan besar
jurus dari kemiringan dari pola penyebaran singkapan .
Gambar 1Pengukuran tiga titik
Dalam metode pengukuran tiga titik ini ditujukan untuk menentukan batas
satuan batuan, menentukan ketebalan lapisan batuan yang bernilai ekonomis
dan juga bertujuan untuk menentukan urutan lapisan batuan.
2. Problema Tiga Titik
Problema tiga titik dapat digunakan apabila data-data memenuhi syarat :
Ketiga titik singkapan yang telah diketahui lokasi dan ketinggiannya terletak
pada satu bidang,
Bidang tersebut belum terpatahkan atau terlipat.
Cara yang digunakan untuk menentukan kedudukan bidang dengan
metoda problema tiga titik ada tiga, yaitu:
a. Cara proyeksi
Gambar 2Cara Penggambaran dengan proyeksi
Tentukan letak ketiga titik A, B dan C yang sudah diketahui.
Buat garis k yang berarah timur-barat (0 meter). Proyeksikan titik A, B, C
pada k, diperoleh A’, B’ dan C’.
Dengan menggunakan garis k sebagai garis rebahan tentukan titik A”, B”
dan C”, jarak dan ketinggian sesuai sekala.
Buat garis l sejajar k melalui titik C” (titik yang berada diantara dua
ketinggian) hingga berpotongan A”B” di titik D”, kemudian proyeksikan
balik titik D” ini ke garis AB sehingga didapat D.
Hubungkan titik D dan C sebagai garis DC, yang merupakan jurus
perlapisan. Arah dari jurus ini belum diketahui. Untuk mengetahui dengan
memperhatikan ketinggian relatifnya.
Buat garis tegak lurus DC sebagai garis m dengan ketinggian 175 meter
(titik tertinggi).
Pada garis DC buat titik C’’’ dengan jarak sama dengan ketinggian A
dikurangi ketinggian C.
Buat melalui B sejajar jurus (DC) dan buat titik B’’’ dengan jarak sama
dengan ketinggian A dikurangi ketinggian B.
Hubungkan titik C’’’ dan B’’’ hingga berpotongan dengan garis m di A’’’.
Sudut yang dibentuk antara garis tersebut dengan garis m, merupakan
sudut kemiringan lapisan batuan (dip = α).
Maka kedudukan lapisan batuan Nβ0E/α0.
b. Cara grafis I
Gambar 3Cara Penggambaran dengan cara grafis I
Plot ketiga titik A, B dan C.
Tarik garis sembarang melalui A (tertinggi) sebagai garis t. Jarak
ketinggian sesuai skala.
Tarik garis melalui D (ketinggian 50 m) dan B (garis DB). Sejajar garis DB
buat garis yang melalui ketinggian 100 m dan berpotongan dengan garis
AB di titik F. Garis yang menghubungkan C dan F sebagai garis CF, yang
merupakan jurus perlapisan.
Buat garis tegak lurus CF (jurus) sebagai garis m dengan ketinggian 175 m
(tertinggi).
Pada garis CF buat titik C’ dengan jarak = ketinggian A dikurangi
ketinggian C.
Buat garis sejajar CF melalui B dan buat titik B’ dengan jarak = ketinggian
(A-B).
Hubungkan titik B’ dan C’. Garis B’C’ ini akan berpotongan dengan garis m
di A’.
Sudut yang dibentuk antara garis B’C’ dengan garis m, merupakan
kemiringan lapisan batuan (α).
c. Cara grafis II
Gambar 4Cara Penggambaran dengan cara grafis II
Plot lokasi ketiga titik.
Tentukan D dengan menggunakan rumus perbandingan jarak:
Ketinggian A-Ketinggian BKetinggian C-Ketinggian B
-Jarak ABJarak BD
Titik D mempunyai ketinggian yang sama dengan C. Garis yang
menghubungkan kedua titik tersebut adalah jurus perlapisan.
Buat garis tegak lurus DC sebagai garis m dengan ketinggian 175 m
(tertinggi).
Pada garis DC buat titik C’ dengan jarak dari garis m sebesar selisih
ketinggian A dan C.
Buat garis sejajar DC (jurus) melalui A dan berpotongan dengan garis m di
titik A’.
Hubungkan titik A’ dan C’ sebagai garis A’C’. Sudut yang dibentuk oleh
garis A’C’ dengan garis m merupakan kemiringan lapisan batuan.
KESIMPULAN
Dari resume kali ini yaitu tentang “Problema tiga titik”, dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan konsep atau metode pengukuran tiga titik ini,
dapat menentukan batas satuan batuan dan ketebalan lapisan pada suatu
perlapisan batuan, penggunaan metode ini dilakukan saat kedudukan lapisan
batuan sulit untuk diketahui besarannya karena factor alam dan sebagainya.
Penggunaan metode pengukuran tiga titik ini dilakukan dengan mengeplot
elevasi singkapan di tiga tempat yang berbeda dengan asumsi bahwa
pengeplotan elevasi ditiga tempat yang berbeda tersebut memiliki suatu bidang
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Gabriel, Victor, 2008, “Panduan Praktikum Geologi Struktur”.
http://www.scribd.com/doc/143454931/Panduan-Geologi-Struktur-TGL-
FT-UGM. Diakses tanggal 30 April 2014 (pdf, online).
Polifes, 2012, “Problema Tiga Titik Dan Pola Penyebaran Singkapan”.
http://www.scribd.com/doc/117672011/Geostruktur-problema-Tiga-Titik.
Diakses tanggal 30 April 2014 (pdf, online).