PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

83
PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA (Study Kasus Pendirian Gereja Santa Bernadet Di Kelurahan Sudimara Pinang, Kota Tangerang) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud) Disusun oleh: PAJRI AKROMAN Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 M.

Transcript of PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

Page 1: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT

DI INDONESIA

(Study Kasus Pendirian Gereja Santa Bernadet Di Kelurahan Sudimara Pinang,

Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)

Disusun oleh:

PAJRI AKROMAN

Jurusan Perbandingan Agama

Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 M.

Page 2: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT

DI INDONESIA (Studi Kasus Pendirian Geraja Santa Bernadet Di Kelurahan

Sudimara Pinang, Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Th,i)

Disusun Oleh:

NIM: 106032101072 PAJRI AKROMANI

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 3: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji bagi Allah SWT penulis panjatkan sebagai

ungkapan rasa syukur atas segala limpahan hidayah, rahmat dan nikmat-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga Allah

SWT limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia

untuk mengikuti petunjuk dengan risalahnya yakni Agama Islam, yang akan

menyelamatkan dan menghantarkan pemeluknya menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Penulis sadari bahwa tidak ada manusia di bumi ini dapat melakukan sesuatu tanpa

bantuan manusia lainnya termasuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Banyak pihak yang membimbing dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh

karena itu ucapan terima kasih yang sedalam- dalamnya penulis sampaikan kepada pihak-

pihak tersebut, terutama kepada :

1. Drs. M. Nuh HS, M.A sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah

banyak meluangkan waktu dan tenaganya serta kesabaran memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis sehingga membuka cakrawala berpikir dan nuansa

keilmuan yang baru.

2. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih;

Ketua Jurusan Perbandingan Agama, Drs. M. Nuh HS, M.A; Sekretaris Jurusan,

Maulana, MA; serta seluruh civitas akademika Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 4: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

ii

3. Sekretaris Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang,

Ahmad Tribuana, Ustadz Sugeng, Ketua Panitia Pembangunan gereja Santa

Bernadet Antonius Tumidjo, yang telah memberikan banyak sumber utama skripsi

ini serta meluangkan waktunya kepada penulis untuk dapat berdiskusi secara

langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Pimpinan Perpustakaan Utama dan FUF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

dalam penulisan skripsi ini memberikan andil dalam hal penyediaan bahan pustaka

dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

5. Ayahanda Zaenal Arifin dan Ibunda Nasiroh yang penulis cintai dan hormati

sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah

mengurus, membesarkan dan mendidik penulis hingga sekarang ini. Dan selalu

memberikan motivasi penulis dalam hidup ini. Munajat doanya di setiap waktu

telah memberikan kekuatan lahir dan batin dalam mengarungi bahtera kehidupan.

6. Semua Kakak-kakak penulis Ahmad Wada Sobari, Wildan Faturrahman, Masrur

Muzakir, Husnah Fadlianah, Uswah Rizkiah, Nuki Khalfiah, dan juga kakak ipar

penulis Elianah, Wiwin Winarsih, Muhamad Nur, Dirmayanto, tidak lupa juga

keponakan penulis yang lucu-lucu Alifda Nur Rajabiah, Zikri Mauladi, Januar

Fatih, Sadam Lazuardi Nur, Fatan Ataya Nur tercinta yang tak pernah henti

memberikan semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 5: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

iii

7. My best friend in my live, Lisma Aprida beserta keluarga, yang tak pernah henti

memberikan motivasi, dan juga menemani penulis dalam menyelesaikan proses

skripsi ini.

8. Anak-anak Blok Tuhan bang Fahmi, Akiv, Doni, Agus, Rasid, Aidin, Ruly, Mule

dan lain-lain tercinta yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Teman-teman mahasiswa Juruasan PA angkatan 2006 (Adi , Iskandar, Ikbal, Subhi,

Syahid, Jabar, Samsul, Jaya, Ghofur, Yuda, Ai, Yuni, Thari, Enung, Hikmah, Riri,

Syarifah dll)

10. Pihak-pihak lain yang mungkin belum penulis sebutkan, namun tidak mengurangi

rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga dukungan, bimbingan, perhatian, dan

motivasi dari semua pihak kepada penulis selama perkuliahan sampai selesainya skripsi ini

menjadi amal ibadah dan bisa memberikan manfaat pada penulis khususnya dan para

pembaca karya ini pada umumnya. Amin.

Jakarta, Dzul hijjah 1431 H

November 2010 M

Penulis

Page 6: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

Bab I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

D. Metode Peneilitian ..................................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10

Bab II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 12

A. Agama dan Konflik Sosial ........................................................................ 12

1. Pengertian Konflik ............................................................................. 12

2. Bentuk Konflik .................................................................................... 14

3. Penyebab Konflik ................................................................................ 19

B. Kebebasan Beragama ................................................................................. 19

1. Pandangan Islam dan Kristen tentang Kebebasan Beragama ............. 24

2. Kebijakan Pemerintah tentang Kebebasan Beragama dan Pendirian

Rumah Ibadat ....................................................................................... 27

Bab III RENCANA PENDIRAN GER EJA SANTA BERNADET………….31

A. Latar Belakang Didirikannya Gereja Santa Bernadet ................................ 31

B. Prosedur Pendirian Gereja Santa Bernadet ............................................... 33

C. Problema Izin Mendirikan Gereja Santa Bernadet .................................... 36

Bab IV REALITAS PROBLEMA PENDIRIRAN RUMAH IBADAT.…….40

A. Respons Tokoh Islam terhadap Pendirian Gereja ..................................... 40

B. Respons Kelurahan Terhadap Pendirian Gereja ....................................... 44

Page 7: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

vi

C. Respons Tokoh Gereja Terhadap Pendirian Gereja......................................47

Bab V PENUTUP……………………………………………………………….50

A. Kesimpulan ............................................................................................... 50

B. Saran dan Rekomendasi ............................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, agama diturunkan sebagai jalan dan pedoman hidup

umat manusia agar tercipta harmoni di muka bumi ini. Agama mampu

mengkondisikan pemeluknya menjadi insan sempurna yang mampu mengemban

fungsi agama tersebut. Hal ini dapat diwujudkan apabila agama tidak hanya

ditempatkan sebagai kekuatan simbolik, melainkan juga difungsikan sebagai

bagian yang menyatu dengan pikiran, ucapan dan tindakan pemeluknya dan

diintegrasikan sebagai pendorong berbuat kebajikan bagi kehidupan di dunia ini.

Kendati penghayatan agama bersifat individual, kenyataannya terdapat

kecendrungan bersifat sosial. Artinya, agama dan keberagamaan seseorang tidak

bisa lepas dari realitas sosial dan dinamika zaman yang mengitarinya. Ketegangan

dan konflik kekerasan tidak jarang mewarnai hubungan antara individu dengan

masyarakat atau antara kehidupan pribadi dan kehidupan sosial. Demikian pula

dalam hal beragama, meskipun tidak sama persis dapat dipahami apabila O'dea

mengatakan, "Agama teiah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang

paling sublime sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat

dan perdamaian bathin individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan membuat

manusia beradab. Tetapi, agama telah pula dituduh sebagai penghambat

kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sifat tidak toleran,

pengacuhan, pengabaian, tahayul dan kesia-siaan.

1

Page 9: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

2

Tampaknya agama dan permasalahannya mempunyai daya tarik tersendiri

untuk diungkap dan dikaji. Seperti telah disinggung oleh O'dea, Dari perspective

funsionalisme, agama memang menjadi salah satu unsur social basic needs atau

collective consciens (istilah dari Durkheim) untuk menjaga ketertiban sosial.1

Adapun dari perspektif konflik, agama dinilai sebagai salah satu faktor

penyebab timbulnya pertentangan dan ketegangan sosial. Terlebih lagi jika

dikaitkan dengan perihal kemajemukan atau pluralisme, agama akan semakin

dianggap telah memberikan corak kehidupan yang rumit. Beberapa aksi

kerusuhan dan konflik kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah tanah air, di

antaranya terkait dengan persoalan agama dan kemajemukan. Akhir-akhir ini kita

merasakan betapa mudahnya masyarakat tersulut untuk berbuat keributan,

kerusuhan, dan kekerasan yang hanya disebabkan oleh hal-hal kecil dan sepele.

Sulit dinyatakan bahwa konflik kekerasan itu terjadi dengan sendirinya

tanpa ada yang melatarbelakangi. Di balik peristiwa itu, terasa adanya gerakan

terencana dan upaya provokasi yang dilakukan oleh pihakpihak tertentu yang

tidak bertanggung jawab. Mereka memanfaatkan potensi konflik yang ada pada

masyarakat yang mejemuk, misalnya, agama. Semuanya itu amat mengganggu

stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa serta keselamatan dan keamanan hidup

bermasyarakat. Oleh karenanya, kita perlu melakukan tindakan apermsi agar

dampak dari peristiwa-peristiwa tersebut tidak semakin meluas. Tindakan ini

perlu diambil oleh masyarakat luas terutama organisasi-organisasi

1 Ahmad Syafi'i Ma'arif, Agama dan Harmoni Kebangsaan dalam Perspektif Islam,

Kristen-Katholik, Hindu, Budha, Konghucu, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Nasyiatul `Aisyiah,

2000), Cet. Ke-1, h. V-VI

Page 10: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

3

kemasyarakatan dan keagamaan yang memiliki perhatian tentang masalah-

masalah sosia.2

Keragaman budaya, suku bangsa, ideologi politik, dan terutama agama

merupakan fenomena yang khas dalam masyarakat Indonesia. Keragaman ini

tentu saja positif kalau saja setiap subjek dalam keragaman tersebut dapat

mensinergikan potensi masing-masing dan mengartikulasikannya ke dalam

realitas masyarakat Indonesia secara konstruktif. Satu realitas yang dapat

diimajinasikan sebagai realitas ideal di mana toleransi dan keharmonisan menjadi

bekal bagi pembangunan masyarakat madani negara ini. Namun, justru dengan

keragamaan ini masyarakat Indonesia tidak jarang terlibat dalam pertikaian di

ladang-ladang konflik dan kekerasan. Pengalaman sejarah yang tentu saja malah

mendorong nilai kemanusiaan kita terjerembab dan jatuh ke dasar yang paling

hina.

Salah satu aspek keragaman yang dimiliki masyarakat Indonesia adalah

beragamnya anutan agama yang mereka yakini. Baik sebagai penganut agama-

agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu maupun agama-

agama kecil dalam berbagai bentuk tradisi religi dan kepercayaan lokal.

Sejatinya, keragaman agama-agama diharapkan dapat menjadi dasar

pembangunan kemanusiaan Indonesia sebab agama-agama memiliki nilai-nilai

yang bisa mendorong pada terciptanya harmoni hidup umat manusia. Namun

justru keragaman ini tidak dapat dikreasikan secara positif oleh mayarakat agama-

agama di negara ini. Masyarakat justru seringkali terlibat dalam ketegangan,

2 Ahmad Syafi'I Ma'arif, Agama dan Harmoni Kebangsaan dalam Perspektif Islam,

Kristen-Katholik, Hindu, Budha, Konghucu, h. VI-VIII

Page 11: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

4

kecurigaan, konflik bahkan kekerasan secara fisik. Eksklusvisme dan fanatisme

tidak jarang mewamai hubungan masyarakat agama-agama. Dua agama, Kristen

dan Islam, yang memiliki potensi besar bagi pembangunan masyarakat agama-

agama di Indonesia ini masih seringkali terlibat dalam kecurigaan, konflik,

bahkan kekerasan.3

Belakangan ini di berbagai tempat di Jakarta khususnya dan di Pulau Jawa

umumnya, banyak muncul penolakan terhadap keberadaan gereja. Yang menolak

adalah kelompok yang mengatasnamakan muslim. Uniknya penolakan ini muncul

tiba-tiba. Padahal, sebelumnya keberadaan gereja dan warga setempat akur-akur

saja. Di beberapa perumahan di Jawa Tengah, banyak masjid dan gereja berdiri

berdampingan dan tidak ada masalah. Kedua umat beragama tersebut saling

menghormati dan bahu membahu membangun lingkungannya. Sayang, suasana

seperti itu kini mulai ternoda karena (seakan-akan) ada gelombang penolakan

kehadiran gereja di tengah komunitas muslim. Benarkah komunitas muslim yang

mayoritas itu menolak gereja?

4

Ketegangan yang terus meningkat ini mendorong terjadinya konflik

terbuka di beberapa tempat. Pada akhir 1967, kelompok-kelompok pemuda

Muslim membakar beberapa gereja di Ujung Pandang, Jawa Tengah, dan Aceh.

Sebaliknya, di Sulawesi Utara dan Ambon terjadi pembakaran masjid oleh para

penganut Kristen. Semua rentetan ketegangan dan konflik ini memberi implikasi

3 Leo Suryadinta, Penduduk Indonanesia: Etnis dan Agama dalam Era Perubahan Politik

(Jakarta: LP3ES, 2005), h. 102-103 4 Syaefudin Simon, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat, artikel diakses tanggal 15-

08-2010 dari http://gpibkinasih.net63.net/index.php?p=2 12/ , Gereja, Tukang Becak, dan

Pembelaan Kaum Awam

Page 12: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

5

berupa pencabutan keputusan dewan gereja-gereja sedunia pada 1974 tentang

Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan sidang Majelis umumnya, dewan

gereja ini kemudian memindahkan tempat penyelenggaraannya ke Afrika.5

Sebagaimana dimaklmi bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku,

bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, sehingga bangsa Indonesia merupakan

bangsa yang mejemuk. Mereka hidup tersebar dalam ribuan pulau. Persebaran

penduduk di pulau-pulau tersebut tidak merata, ada pulau yang relatif kecil

dengan penduduk yang sangat padat seperti pulau Jawa, yang luasnya hanya

sekitar 6,89% dihuni oleh penduduk 59,99%; dan sebaliknya pulau Irian (Irian

jaya) yang luasnya 21,99% dihuni hanya oleh 0,92% penduduk Indonesia.

Kepadatan penduduk di pulau jawa per kilometer persegi 814 jwa, sedangkan

Irian Jaya, untuk luas yang sama hanya dihuni oleh 4 jiwa saja.

Di samping keanekaragaman suku bangsa dan tidak meratanya pesebaran

penduduk, bangsa Indonesia juga menganut berbagai agama dengan Islam sebagai

mayoritas. Persebaran penganut agama di Indonesia menurut sensus Biro Pusat

Statistik (BPS) tahun 2005 tediri atas: Islam 182.083.594 jiwa (87,20%); Kristen

12.964.795 jiwa (6,20%); Katolik 6.941.884 jiwa (3,32%); Hindu 4.586.7546ktr`

jiwa (2,20%); Budha 2.242.833 jiwa (1.07%). Jumlah penduduk Indonsia tahun

2005 sebanyak 208.819.860 jiwa.

Keanekaragaman suku, bahasa, adat-istadat dan agama tersebut merupakan

suatu kenyataan yang harus kita syukuri sebagai kekayaan bangsa. Namun di

samping itu kemajemukan atau keanekaragaman juga dapat mengandung

5 Leo Suryadinta, Penduduk Indonanesia: Etnis dan Agama dalam Era Perubahan Politik

(Jakarta: LP3ES, 2005), h. 102-103

Page 13: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

6

kerawanan-kerawanan yang dapat memunculkan kepentingan antar kelmpok yag

berbeda-beda tersebut. Berbagai upaya telah dilkukan pemerintah untuk

menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Di antara upaya tersebut adalah

pembinaan kerukunan antar umat beragama melalui Program Peningkatan Hidup

Umat Beragama.

Tindakan perusakan terhadap rumah ibadat tidak dapat dibenarkan apapun

alasannya. Sebagai bagian dari pelaksanaan ajaran agama, umat beragama

membutuhkan tempat melaksanakan ibadat yang secara khusus didirikan untuk

keperluan itu. Akan tetapi, kehadiran rumah ibadat di suatu tempat atau

lingkungan sosial yang kurang tepat dapat mengundang rasa tidak nyaman atau

gangguan dari pihak lain. Rasa tidak nyaman yang berlarut-larut dapat

berkembang menjadi kebencian yang pada gilirannya melahirkan tindakan

permusuhan.

Sesuai dengan tujuannya, kehadiran Surat Keputusan Bersama (SKB) pada

tahun 1969 itu dipandang sebagai salah satu solusi yang tepat untuk memelihara

kerukunan antar umat beragama . Pada satu sisi umat beragama berhak untuk

mendirikan rumah ibadat, namun implementasikan hak tersebut perlu diatur agar

tidak menimbulkan masalah yang dapat mengganggu hubungan antar umat

beragama.6

Seperti yang terjadi di Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang Kota

Tangerang, berdasarkan keterangan Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet,

yaitu, Bapak Antonius Turmijo, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan

6 Hasil Kajian Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama

Tentang Keputusan Bersama Menteri Agama No. : 01/Ber/Mdn-Mag/1969.

Page 14: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

7

pemerintah tentang kebebasan beragama terkait pendirian rumah ibadah belum

terealisasi sebagaimana mestinya. Izin Mendirikan rumah ibadah Gereja Santa

Bernadet sampai saat ini belum direkomendasi oleh pemerintah setempat, padahal

persyaratan untuk mendirikan rumah ibadah sudah terpenuhi.

Meski dalam konteks ini kita mesti secara jernih menimbang siapakah

aktor di balik segala konflik, apakah agama sebagai doktrin yang memunculkan

diri dengan kekuatan klaim teologisnya ataukah masyarakat penganutnya yang

menjadikan agama sebagai dalih yang membungkus motif kemanusiaannya?

Oleh karena itulah, skripsi ini mencoba meneliti tentang problema

pendirian rumah ibadah (gereja) Santha Bernadet, yang terjadi di Kelurahan

Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang Kota Tangerang.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Skripsi ini akan mengangkat atau menyoroti mengenai Problema Pendirian

Rumah Ibadah Gereja Santa Bernadet di Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan

Pinang Kota Tangerang. Tanpa bermaksud mengabaikan keberagamaan agama

lain yang ada di negri ini, yakni, Islam dan Kristen, sebab kedua agama tersebut,

di samping agama yang serumpun (Abrahamic Religion), juga merupakan agama

yang sama-sama dikenal sebagai “agama misionaris”. Di samping itu pula, kedua

agama tersebut mempunyai pengikut yang lebih besar bila dibandingkan dengan

agama lain di Indonesia.

Berdasarkan dari latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam kajian skripsi ini terumus pada pertanyaan:

Page 15: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

8

1. Bagaimana Problem Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia, khususnya

dalam kasus rencana pendirian Gereja Santa Bernadet?

2. Apakah kebijakan pemerintah tentang pendirian rumah ibadat tersebut

dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya?

C. Tujuan Penelitian

Atas perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui problema pendirian rumah ibadah yang terjadi di

Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang

2. Mungkinkah terjadi pelanggaran terhadap kebijakan pemerintah?

D. Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian

Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati terhadap

orang-orang yang berkompeten dengan masalah yang sedang diteliti di Kota

Tangerang, ditambah dengan literatur yang menunjang sebagai pelengkap dalam

penulisan. Deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan situasi atau

peristiwa sebenarnya. Dengan metode penelitian tersebut di atas, diharapkan

mendapat data-data sehingga penelitian ini dapat ditemukan kesimpulan yang

tepat dan objektif.

Page 16: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

9

b. Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data sebagai sumber penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer : Yaitu data yang didapat langsung oleh peneliti dari

sumbernya yaitu berupa:

a. Interview (wawancara), yakni penulis mengumpulkan data dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada

pemuka agama Islam maupun Katolik yang berada di Kelurahan

Sudimara Pinang Kota Tangerang, serta Pemerintah daerah, dalam

hal ini pihak Kelurahan Sudimara Pinang Kota Tangerang, tentang

segala sesuatu yang menyangkut dan berkitan dengan penulisan

skripsi ini.

b. Observasi yaitu penulis langsung datangi Kantor Kelurahan

Sudimara Pinang Kota Tangerang dan lokasi rencana pedirian

Gereja Santa Bernadet guna memperoleh data yang konkrit tentang

hal-hal yang menjadi objek penelitian.

c. Dokumentasi yaitu penulis mendapat data-data dari dokumentasi

yang ada di Kantor Kelurahan Sudimara Pinang Kota Tangerang,

data dari FOKUS (Forum Komunikasi Umat Islam Sudimara

Pinang) . Saperti berkas, arsip-arsip yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

2. Data Sekunder, yang didapat melalui literatur kepustakaan.

Page 17: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

10

3. Data komplementer, yaitu data pelengkap dari data primer yang

didapat melalui website.

E. Sitematika Penulisan

Laporan penulisan penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Bab mengenai pendahuluan ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan penelitian dan, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab mengenai tinjauan teori ini membahas tentang agama dan konflik

sosial, yang terdiri dari pengertian, bentuk penyebab konflik sosial.

Dan juga dibahas tentang pandangan kebebasan beragama menurut

Agama Islam dan Kristen.

BAB III : Bab mengenai Rencana pendirian gerja Santa Bernadet ini terdiri dari

latar belakang, prosedur. dan problem izin mendirikan gereja Santa

Bernadet

BAB IV : Bab mengenai realitas problem mendirikan gereja ini terdiri dari respon

tokoh Islam dan aparat pemerintah (kelurahan) terkait rencana izin

mendirikan gereja

Page 18: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

11

Page 19: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Agama dan Konflik Sosial

1. Pengertian Konflik Sosial

Konflik secara etimologi berasal dari kata configere-conflictum, yang

kurang lebih berarti saling berbenturan, jadi konflik dapat dipahami sebagai

semua bentuk benturan, tabrakan, perkelahian, dan interaksi-interaksi yang

berlawanan.1 Dalam Kamus Umum Bahasa Idonesia, Konflik adalah

pertengkaran, perselisihan, benturan.2 Menurut Simon Fisher, konflik adalah

hubungan antara dua pihak atau (individu atau kelompok) yang memiliki atau

yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Konflik adalah suatu

kenyataan hidup, tidak dihindarkan dan sering bersifat kreatif.3

Konflik secara terminologi adalah fenomena perbedaan pandangan yang

secara umum dapat terjadi. Bentuk perbedaan pandangan itu dapat berupa sekedar

1 Ignatius Induko, Management Konflik dalam Organisasi, BINA DARMA: (Edisi

khusus), Januari, 2001 2 Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia 3 Rusmin Tumanggor, et.all., Konflik dan Modal Kedamaian Sosial Dalam Konsepsi

Masyarakat Di Tanah Air: Studi Penelusuran Idea di Kawasan Komunitas Krisis integrasi

bangsa Dalam Merambah Kebijakan, (Jakarta: Lemlit dan LPM UIN Syarif Hidayatullah dan

Balatbangsos DEPSOS RI, ISBN,2004), hal.4

12

Page 20: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

13

perbedaan pendapat, perang mulut, perkelahian, hura-hura, pembunuhan, sampai

suatu bentuk peperangan antar-bangsa.4

Konflik sebagai kategori sosiologis bertolak belakang dengan pengertian

perdamaian dan kerukunan. Yang terakhir ini merupakan hasil dari proses

asosiatif, sedangkan yang pertama dari proses dissosiatif. Proses assosiatif adalah

proses yang mempersatukan, dan proses dissosiatif sifatnya menceraikan atau

memecah. Fokus kita kita tertuju kepada masalah atau bentrokan yang berkisar

pada agama.

Menurut Coser, yaitu: “Konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai

atau tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang

persediaannya tidak mencukupi dimana pihak-pihak yang sedang berselisih tidak

hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan, melainkan juga

memojokkan, merugikan, atau menghancurkan lawan mereka.” Dikatakan pula

oleh Coser, bahawa perselisihan atau konflikk dapat berlangsung antara individu-

individu, kumpulan-kumpulan (Collecivies), atau antara individu dengan

kelompok lain (intern), konflik selalu ada di tempat orang yang hidup bersama.

Konflik disebut sebagai unsur interaksi yang paling penting, dan sama sekali

tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau selalu memecah belah

4 Weinata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bunga Rampai Pemikiran, cet 1,

(Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2002), h. 85

Page 21: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

14

atau merusak, justru konflik dapat menyumbang banyak pada kelestarian

kelompok dan mempererat hubungan antar anggotanya.5

Berdasarkan definisi konflik yang kemukakan oleh para ahli sosiologi di

atas, bahwa penulis dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat terjadi adanya

perbedaan kebutuhan. Kebutuhan berbeda-beda dan bersamaan antara dua pihak

(atau lebih) secara profesional dapat menyebabkan konflik. Konflik sosial dapa

terjadi karena perbedaan pandangan, sikap, dan sebagainya.

2. Konflik Agama

Sebagaimana dipahami oleh pemeluknya, pada dasarnya agama

merupakan pegangan hidup umat manusia agar mereka hidup secara damai,

teratur dan saling menghargai demi terciptanya keharmonisan dan keseimbangan.

Agama mendudukan manusia sebagai makhluk yang sempurna yang memiliki

dimensi kehidupan lahiriah dan dimensi batiniah dengan pendekatan terpadu dan

seimbang. Oleh karenanya, pada dasarnya agama memiliki potensi yang sangat

kuat untuk menjadi perekat sosial dan lebih dari itu menjadi peredam bagi setiap

kemungkinan terjadinya konflik dan ketegangan. Akan tetapi, ide-ide dasar dari

setiap ajaran agama yang mengandung potensi perekat dan kohesi sosial tersebut

seringkali mengalami kekaburan dan pengamalan ketika harus berbenturan

dengan berbagai kepentingaxn manusia yang bahkan dapat mewarnai penafsiran

5 K..J.Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu

Masyarakat Dalam Sejarah Cakrawala Sosiologi, (Jakarta: PT Gramedia pustaka Utama,1993)

h.211

Page 22: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

15

atas ajaran agama tersebut. Dalam hal ini agama dianggap sebagi pemicu atau

dijadikan kambing hitam dalam konflik kemanusiaan.6

Dalam pembahasan ini akan dibahas beberapa bentuk konflik sosial yang

bersumber dari agama.

a.) Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Bahwa perbedaan iman (dan doktrin) de fakto menimbulkan bentrokan

tdak perlu kita persoalkan, tetapi kita menerimanya sebagai fakta dan mencoba

untuk memahami, dan mengambil hikmahnya. Semua pihak umat beragama

yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru

perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab utama dari bentrokan itu. Entah

sadar atau tidak setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya,

membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian dengan

ajaran sendiri dan agama lawannya. Masyarakat kita yang terkenal sebagai

masyarakat beragama memang tidak dengan sendirinya menjadi masyarakat

yang ideal, karena tidak ditempati oleh penghuni-penghuni yang ideal, mereka

belum sanggup mengekang hawa nafsunya, belum saling mencintai sebagaimana

dituntut oleh agamanya.Yang sering ada justru sikap-sikap mental yang negatif

itu, yang sering terjadi justru ketegangan, katakutan dan kecemasan. Syahadat

kepercayaan dan rukun iman adalah perkara yang berharga, tetapi oleh karena

sikap sombong dan prasangka maka bentrokan antara umat beragama bukannya

6 Syafi'i Ma'arif, Agama dan Harmoni Kebangsaan dalam Perspektif Islam, Kristen-

Katholik , Hindu, Budha, Konghucu (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Nasyiatul `Aisyiah, 2000), Cet.

Ke-1, h. ix

Page 23: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

16

merupakan hal yang asing, sebaliknya merupakan yang banyak menghiasi buku-

buku sejarah dan kesustraan dari berbagai bangsa.

b.) Masalah Mayoritas dan Golongan Minoritas Golongan Agama

Untuk Indonesia harus diakui bahwa agama sebagai sumber perselisihan

secara prinsip sudah dibendung oleh Pancasila sebgaai haluan negara serta

Undang-Undang Dasar 1945. Setiap warga negara diberi kebebasan menganut

agama yang dipilihnya dan diberi hak untuk melaksanakannya, baik sendiri

maupun bersama-sama, bahkan untuk menyebarluaskannya. Namun akibat dari

kelemahan dan keterbatasan manusia,seperti dalam bidang yang lain pun,

pelaksanaan tidak selalu sesuai dengan prinsipnya. Sifat-sifat negatif mayoritas

muncul bukan hanya dibidang politik (kenegaraan), tetapi juga dalam bidang

keagamaan. Di lain pihak minoritas bukan hanya menjadi korban tetapi tidak

jarang juga menjadi penyebab dari timbulnya perbenturan.

Dalam masalah konflik mayoritas-minoritas ada beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian ; Agama diubah menjadi suatu ideologi, Prasangka mayoritas

dan minoritas dan sebaliknya, Mitos dari mayoritas.

Dalam mayoritas keagamaan yang mengembangkan suatu ideologi yang

bercampur dengan mitos yang penuh emosi, dimana kepentingan keagamaan dan

kepentingan politik luluh dalam suatu kesatuan, disitu akan bertumbuh suatu

keyakinan bahwa kelompok mayoritas inilah yang dipanggil sebagai suatu

kekuatan yang tak terkalahkan dan satu-satunya yang berkuasa untuk menentukan

dan menjaga jalannya masyarakat. Semua minoritas hars ditundukkan kepada

keinginan minoritas. Usaha-usaha yang berkepentingan dengan minoritas harus

Page 24: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

17

minta persetujuan dari mayoritas, tetapi kelompok mayoritas boleh bertindak

semaunya tanpa diperlakukan izin dari minoritas, jika mayoritas hendak

mengadakan usaha untuk kepentingan sendiri. Misalnya, dalam hal mengadakan

sarana-sarana dasar (pembangunan rumah ibadat, gedung sekolah, rumah ibadah

dll.) golongan minoritas mengalami hambatan-hambatan yang berat.7

3. Penyebab Konflik Agama dan Sosial

Bentuk-bentuk konflik yang secara rasional dan moral keagamaan masih

dapat diterima, bila konflik tersebut tidak sampai kepada suatu bentuk yang

merugikan orang lain, diantaranya adalah perusakan, penjarahan, pembunuhan

atau peperangan. Dengan demikian, bentuk-bentuk konflik yang bersifat

destruktif, tindakan yang merugikan pihak lain, jelas tidak dapat ditolerir dan

tidak dibenarkan, apalagi kalau bentuk yang bersifat destruktif tersebut dilakukan

dengan mengatasnamakan agama. Hal yang paling mengerikan adalah bahwa

tindakan-tindakan itu kemudian mengabaikan dan menghilangkan bentuk-bentuk

kemanusiaan dalam beragama. Melalui bentuk konflik yang bersifat destruktif

tersebut, hakikat keberagamaan agama sudah diingkari. Di dalam hal ini Firman

Tuhan mungkin harus dikaji dan ditafsir ulang melalui pendekatan kemanusiaan

seperti pendapat ulama pascamodernis Aljazair, Malik bin Nabi, yang menyatakan

bahwa kebenaran tafsir Firman Tuhan diukur dari manfaat praktis dan fungsional

bagi penyelesaian problem kemanusiaan, seperti kemisknan, keidakadilan dan

penindasan.

7 Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Jakarta:B.P.K Gunung Mulia, 1984), Cet. Ke-2, hal. 151-166.

Page 25: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

18

Konflik bisa muncul hanya karena salah pengertian tentang suatu hal yang

tidak penting. Namun bisa juga karena adanya perbedaan salah paham yang

fundamental. Bedasarkan kenyataan kemajemukan masyarakat Indonesia inilah,

kita harus menyadari bahwa konflik dapat terjadi antar-individu atau kelompok-

kelompok dari satu komunitas yang homogen atau heterogen (sealiran, sesuku,

seagama, segolongan). Dengan demkian konflik adalah suatu fenomena yang

tidak harus dihindari. Sebab, konflik bisa terjadi kapanpun, di mana pun.

Permasalahannya adalah bagaimana kita bisa mengendalikan konflik demi

kepentingan bersama dalam suatu kerangka kesatuan, kemanusiaan, keadilan, dan

keberpihakan kepda kelompok yang tertindas.8

Pembahasan konflik gereja dengan agama-agama di Indonesia sebenarnya

tidak dapat dipisahkan dari adanya konflik pertama antara kelompok Islam dan

kelompok non-Islam saat penyusunan dasar Negara Indonesia. Konflik terjadi

pada perumusan Sila Pertama dari Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang

Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya. Usaha dari kelompok non-Islam untuk menghapus anak kalimat

yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya”, sebenarnya membutuhkan perjuagan, penjelasan, dan perdebatan

yang panjang. Namun demkian, dalam Sidang PPKI (Panitia Persiapan

Kemerdekaan) tanggal 18 Agustus tersebut hanya diputuskan hanya dalam waktu

sekitar dua jam.

8 Weinata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bunga Rampai Pemikiran, cet 1,

(Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2002), h. 85-87.

Page 26: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

19

Pestiwa sejarah tentang konflik pertama antara kelomopok Kristen dengan

Islam di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa konflik tidak harus

dihindari.9

B. Kebebasan Beragama

1. Pandangan Islam Tentang Kebebasan Beragama

Pada bab ini akan dibahas pandangan Islam yang berkaitan tentang

kebebsan beragama. Dalam hal sikap mukmin terhadap orang kafir Allah

berfirman,

“Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada seluruh kaum,

yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-

orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan

untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah

menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap

kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan

kamu, dan memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu

maka Allah tidak memberijalan bagimu (untuk menawan dan membunuh)

mereka” (an-Nissa’: 90)

“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan

orang-orang yang kamu musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah

Mahakuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah

tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-

9 Weinata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bunga Rampai Pemikiran, cet 1,

(Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2002), h. 87-88.

Page 27: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

20

orang yang tiada memerangimu karena agama dan tiada (pula) mengusir

kamu dari negerimu. Seusungghnya Allah menyukai orang-orang yang

berlaku adil.” (al-Mumtahanah : 7-8)

Pada ayat pertama, yakni firman-Nya, “atau orang-orang yang datang

kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan,” Ibn Katsir menyatakan

mereka yang termaktub dalam ayat itu ialah kelompok lain yang tidak

diperkenankan untuk dibunuh. Mereka ini adalah orang-orang yang ikut serta

dalam barisan menentang mukmin, namun dadanya terasa sesak; dalam arti,

jiwanya terdesak karena enggan membunuhmu (kaum mukmin). Dan mereka

tidak pula berkeingnan membunuhmu kaum merek yang bersmamu, namun

sebaliknya mereka tidak pernah berniat berbuat baik dan tidak pula buruk

kepadamu. Atas dasar itu, engkau tidak layak memeranginya selama meraka

berpikir demikian.

Sedangkan pada ayat kedua, Allah memberikan kemudahan bagi kaum

mukmin guna melakukan kebaikan dan kebajikan kepada orang kafir yang

bersikap baik kepada mereka serta tidak memiliki kebencian kepada mereka. Juga

tidak mengusir kaum mukmin dari negaranya. Sesungguhnya Allah tidak

melarang kaum mukmin untuk menyelesaikan permasalahan secara adil tanpa

memandang perbedaan agama. Lebih dari itu, Allah menginstruksikan hamba-Nya

mengedepankan nilai-nilai keadilan dalam interaksinya dengan seluruh manusia.10

10 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, cet.1, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2006), h. 243-244.

Page 28: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

21

Untuk memaparkan elaborasi tentang sikap orang kafir muhayyid , kita

akan mendapati segmentasi bahwa Allah mengintruksikan umat Islam

menumbuhkembangkan budaya toleransi dengan musuh-musuh Allah.

Allah berfirman,

“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka

memaafkan orang-orqng yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia

akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Baragsiapa yang mengerjakan amal shaleh, maka ia adalah untuk dirinya

sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan

menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu

dikembalikan.” (al-Jaatsiyah: 14-15)

Menurut ibn Katsir, ayat di atas menyatakan menegaskan kepada kaum

Muslimin untuk bisa memaafkan kesalahan orang kafir dan sabar dalam

menanggung beranekaragam siksaan mereka. Perintah ini turun diawal

perkembangan Islam.

Dalam menafsirkan ayat di atas, Sayyid Quthb mengungkapkan bahwa

ayat tersebut merupakan penekanan perintah bagi orang-orang yang beriman

untuk memaklumi prilaku orang-orang yang tidak meyakini datangnya hari

kiamat. Memaklumi dengan memaafkan atas ketidaktahuan mereka, memaklumi

demi tingginya agama Allah, dan memaklumi demi mendapatkan derajat yang

tinggi di sisi-Nya.

Ini dilakukan untuk melatih setiap Mukmin berlapang dada,

mengendalikan laju emosi, dan tabah menghadapi sikap buruk setiap individu

Page 29: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

22

dengan egoisme orang bodoh yang tertutup mata hatinya namun tidak karena

lemah dan tidak pula terpaksa. Sebaliknya, ini menunjukkan ia lebih dewasa,

tegar, dan kuat dan karenaya ia adalah pembawa obor hidayah bagi yang belum

mendapat petunjuk, dan juga penawar racun. Maka ia memperoleh balasan

amalannya, tidak terkena dosa makar, tetapi semua urusan diserahkan kepada

Allah, karena kepadanya tempat kenbali dan mengadu.

Sepanjang sejarah, belum pernah ada dasar hidup bertoleransi dan

bertindak adil dengan pihak lawan sebagaimana dalam Islam. Ini bukan sekedar

formalitas belaka, namun berdasar pada realitas sejarah. Teks perjanjian antara

Rasulullah saw dan bangsa Yahudi mengindikasikan klaim Islam mengenai

anjuran bersikap adil dengan Ahli Kitab. Teks Nabi yang menggambarkan jalinan

kuat anatara kaum Muhajirin dan kaum Anshar dan ungkapan perpisahan dengan

Rasulullah saw, pada bangsa Yahudi, “Kaum Yahudi mempunyai agama sendiri

sendiri, demikian halnya umat Islam. Dalam kerangka agamanya terdapat doktrin

keharusan meraih kemenangan atas pihak lawan. Diantara mereka pun terdapat

kewajiban untuk bisa saling menasihati, serta berbuat kebajikan, namun tidak

dalam keburukan. Sesungguhnya, yang turut berperang maka ia dalam posisi

aman, dan barangsiapa yang tidak ikut (peperangan karena alasan syar’i) maka ia

pun dalam posisi aman, kecuali ia yang berbuat zalim atau dosa.” Aturan ini

diratifikasi pasca pembentukan daulah Islam di Madinah.11

Patut diketahui, toleransi terhadap non muslim bukan dalam koenteks

muwalah ‘perwalian’ meski kami tidak melarangnya, tetapi sebaliknya kami

11 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, cet.1, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2006), h. 244-246.

Page 30: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

23

menganjurkan berbuat baik dan adil dalam berinteraksi dengan mereka, namun ini

berlaku selama mereka tidak melancarkan serangan. Sehubungan dengan hal ini

Allah berfirman,

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama

dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-

Mumtahanah: 8)

Kesalahan menginterpretasikan ayat bukan tidak mungkin menjadi faktor

utama kerancuan membedakan toleransi dengan persaudaraan. Kerancuan ini

timbul karena fanatisme dan juga niat yang buruk. Kebenaran yang semestinya

terpatri ialah bahwa toleransi terjalin antara beberapa individu, sementara itu

persaudaraan terbina karena usaha bersama menciptakan hawa perdamaian dan

sikap saling menolong. Diakui, perbedaan ini hanya dapat disentuh oleh individu

yang hidup dalam nuansa Islam dengan segenap jiwa dan hati tetapi tidak bagi

mereka yang mengklaim menganut Islam namun tidak mengaktualisasikannya.

Oleh karena itu, mereka disebut sebagi kaum Muslim, tetapi bukan Muslim.12

Kautsar Azhari Noer dalam buku yang berjudul, Membela Kebebasan

Beragama, mengatakan:

“Kebebasan beragama bersifat mutlak dan harus mendapat jaminan dari

Negara. Tanpa kebebasan tidak dimungkinkan iman yang tulus.

Kebebasan beragama itu menurut saya mutlak dan, karena itu, harus

12 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, cet.1, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2006), h. 246-247.

Page 31: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

24

dijamin. Kebebasan itu adalah karunia Tuhan, maka kita tidak berhak

mengungkung dan merampas kebebasan itu. Alasan mengapa Tuhan

menganugerahi manusia kebebasan, supaya manusia tulus dalam beriman

dan beragama.” 13

2. Pandangan Katolik Tentang Kebebasan Beragama

Konsili vatikan II dapat dikatakan merupakan titik tolak hidup Gereja yang

dialogis . Dengan titik tolak, tidak dimaksudkan bahwa, seakan-akan hidup Gereja

yang dialogis tidak pernah ada-ada sebelumnya. Dialog, sebagaimana dicetuskan

Vatikan II mempnyai akar pada Tradisi hidup Gereja .14

Sidang Raya XII Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) 1994

menegaskan, bahwa Gereja berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan

nasional sebagai pengamalan Pancasila dengan menghadirkan tanda-tanda

Kerajaan Allah, yaitu kesejahteraan, keadilan, kebebasan, persaudaraan,

perdamaian, dan kemanusiaan yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dunia ini

dengan kedatangan kerajaan-Nya. Dalam menghadapi tantangan untuk

Gereja-gerja dan umat

Kristen Indonesia memahami dan menyadari benar, bahwa ia hadir dan diutus

dalam masyarakat majemuk Indonesia yang berdasarkan Pancasila di tengah-

tengah kemajemukan denominasi (aliran) gerejawi yang ada di Indonesia.

13 Budy Munawar Rachman, Membela Kebebasan Beragama : Percakapan tentang

Sekularisme, Liberalisme, dan Plurarilsme, cet.1, (Jakarta: Lembaga Study Agama dan Filsafat,

2010), h. 855-869.

14 Armada Riyanto, Dialog Agama dalam Pandangan Ger eja Katolik, ( Jogjakarta,

Kansius, 1995) h.23

Page 32: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

25

berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan nasional secara bersama-sama

dengan melihat seluruh Nusantara sabagai satu wilayah bagi kesaksian dan

pelayanan bersama, Gereja-gereja terpanggil untuk membarui, membangun dan

mempersatukan Gereja serta mengusahakan kemandirian dibidang teologi, daya,

dan dana. Gereja-gereja di Indonesia dengan berpedoman kepada injil yang

memberitakan bahwa Tuhan menghendaki keadilan Kesejahteraan, persaudaraan,

kemanusiaan, kelestariaan, alam bagi dunia dengan kedatangan Kerajaan-Nya,

berpartisipasi dan melayani secara positif, Kreatif, kitis, dan realistis.15

Seluruh manusia diciptakan dengan gambar dan rupa Tuhan yang sama.

Tuhan memelihara dan mengasihi seluruh umat manusia di bumi ini. Maka oleh

karena itu seorang Kristen yang baik adalah mengasihi sesama manusia tanpa

melihat ras, golongan, agama, budaya, atau apapun bentuk perbedaan yang ada.

Dengan mengasihi sesama, umat Kristani dapat mengasihi Tuhan. Ada sebuah

kisah yang sangat menarik untuk disimak tentang perintah yang pertama dalam

Matius.

“Pada waktu orang Farisi mendengar bahwa Yesus sudah membuat orang-

orang Saduki tidak bisa berkata-kata lagi, mereka berkumpul. Seorang dari

mereka, yaitu seorang guru agama, mencoba menjebak, Yesus dengan

satu pertanyaan, “Bapak Guru” katanya, Perintah manakah yang paling

utama di dalam hokum agama?” Yesus menjawab, “cintailah Tuhan

Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan

15 Weinata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Bar: Bunga rampai Pemikiran, cet 1,

(Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2002), h. 163-164

Page 33: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

26

segenap akalmu. Itulah perintah pertama dan terpenting! Perintah kedua

yang sama dengan perintah itu: Cintailah sesamamu seperi engkau

mencintai dirimu sendiri”. (Matius 22: 34-39)

Kasih anak manusia harus berdasarkan kasih kepada Allah:

“Inilah tandanya bahwa kita mengasihi anaanak Allah, yaitu bahwa kita

menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yoh. 5:3).

Surat Yohanes yang pertama, yang berkata kasih kepada Allah adalah

tanda bahwa umat Kristian mengasihi saudaranya sesama manusia. Juga berkata

bahwa kekurangan kasih kepada sesama adalah tanda bahwa kita kurang

mengasihi Allah.16

Kerajaan Allah artinya Allah yang meraja. Dan kalau Allah meraja, maka

orang-orang kecil dan tertindas mendapat perhatian istimewa, karena Allah

menghendaki persaudaraan semua orang. Persaudaraan dan kekeluargaan tidak

ada, kalau di satu pihak ada yang menindas dan di lain pihak ada yang ditindas,

kalau ada yang berkelimpahan dan ada yang kelaparan.

Keterlibatan dalam masyarakat berarti pelaksanaan hidup beriman, jadi

bukan hanya tuntutan dari luar, melainkan kebutuhan atau dorongan dari dalam.

Dengan demikian orang-orang yang kita layani bukanlah obyek cinta kasih

kristiani, melainkan subjek yang memungkinkan cinta kasih itu terwujud.17

16 Molcom Mrownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis bagi

Pekerjaan Orang Kristen Dalam Masyarakat, ( Jakarta BPK Gunung Mulia, 2004), h. 24

17 Banawiratma, Gereja dan Masyarakat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1985), h. 7.

Page 34: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

27

Dari penjelasan di atas, dalam ajaran Katolik tentang hubungan antar umat

beragama, khususnya kebebasan memeluk agama, toleransi, dan sebagainya

terlihat jelas bahwa gereja berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan

nasional sebagai pengalaman Pancasila dengan menghadirkan tanda-tanda

kerajaan Allah, yait kesejahteraan, keadilan, kebebasan, persaudaran, perdamaian,

dan kemanusiaan yang dikehendaki oleh Tuhan.

Penulis berpendapat bahwa ajran Katolik khususnya Gereja sangat

mementingkan persaudaraan oleh sesama umat beragama, ajaran Katolik tidak

mengajarkan tentang permusuhan antar sesama umat beragama dan sesama

manusia, menurut ajaran Katolik, seluruh manusia diciptakan dengan gambar dan

rupa Tuhan yang sama. Maka oleh karena itu ajaran Katolik mengajarkan setiap

manusia untuk mengasihi sesama manusia tanpa melihat ras, golongan, agama,

budaya, ataupuin bentuk perbedaaan yang ada.

3. Kebijakan Pemerintah Tentang Pendirian Rumah Ibadat

Sesuai dengan tujuannya, kehadiran Surat Keputusan Bersama (SKB) pada

tahun 1969 itu dipandang sebagai salah satu solusi yang tepat untuk memelihara

kerukunan antar umat beragama. Pada satu sisi umat beragama berhak untuk

mendirikan rumah ibadat, namun implementasian hak tersebut perlu diatur agar

tidak menimbulkan masalah yang dapat mengganggu hubungan antar umat

beragama.18

18 Hasil Kajian Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama

Tentang Keputusan Bersama Menteri Agama No. : 01/Ber/Mdn-Mag/1969.

Page 35: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

28

Berikut beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kebebasan

beragama dan juga prosedur pendirian rumah ibadat :

• Kebebasan beragama dalam peraturan perundang-undangan telah dijelaskan,

khususnya dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 29 tentang agama

disebutkan,

a) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Negara menjmin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.19

• Dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. :

01/Ber/Mdn-Mag/1969 Tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah

Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan

Ibadat oleh Pemeluk-pemeluknya dijelaskan, Pasal 3 ayat 1 yang berbunyi :

“Kepala Departemen Agama memberikan bimbingan, pengarahan dan

pengawasan terhadap mereka yang memberikan

penerangan/penyuluhan/ceramah agama/khotbah-khotbah di rumah-rumah

ibadat, yang sifatnya menuju kepada persatuan antara semua golongan

masyarakat dan saling pengertian antara pemeluk-pemeluk agama yang

berbeda”.

20

19 Untuk lebih lengkap, lihat pada lembar lampiran, Peraturan perundang-undangan

tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia, (lampiran).

20 Lihat, Dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. :

01/Ber/Mdn-Mag/1969 Tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah Dalam Menjamin

Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat oleh Pemeluk-pemeluknya,

(lampiran).

Page 36: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

29

• Selanjutnya, kebijakan pemerintah yang terkait dengan prosedur pendirian

rumah ibadat dijelaskan dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No. : 9 dan 8 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Tugas

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama, Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah

Ibadat, pasal 14 ayat, disebutkan:

Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:

a. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling

sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat

sesuai dengan tingkat batas wilyah.

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang ayng

dissahkan oleh lurah/kepala desa.

c. Rekomendasi tertulis oleh kepala kantor departemen agama

kabupaten/kota; dan,

d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.21

• Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri No: 1 Tahun

1979 Tentang Tata Cara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada

Lembaga Keagamaan di Indonesia, pasal 3 dijelaskan sbb:

”Pelaksanaan penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan,

tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati sesama umat

21 Lihat, dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. : 9

dan 8 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama, dan

Pendirian Rumah Ibadat, (lampiran).

Page 37: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

30

beragama serta dengan dilandasankan kepada penghormatan terhadap hak

dan kemerdekaan seseorang untuk memeluk/menganut dan melakukan ibadat

menurut agamanya.”22

22 Lihat, Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri No: 1 Tahun

1979 Tentang Tata Cara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga

Keagamaan di Indonesia, (lampiran).

Page 38: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

31

BAB III

RENCANA PENDIRIAN GEREJA SANTA BERNADET

A. Latar Belakang Didirikannya Gereja Santa Bernadet

Paroki Santa Bernadet – Ciledug, pada mulanya merupakan bagian wilayah

pelayanan Paroki Santa Maria, Kota Tangerang. Karena daya tamping Gereja Santa

Maria di Kota Tangerang tidak mampu lagi ditambah, apalagi jarak yang terlalu jauh

bagi umat Katolik di Ciledug dan sekitarnya maka, pada tanggal 11 Februari 1990

dibentuk wilayah paroki sendiri dengan badan hukumnya bernama Pengurus Gereja

dan Papa Roma Katolik Paroki Santa Bernadet-Cailedug, dibawah naungan

Keuskupan Agung Jakarta. Selama dua tahun sejak pembentukan paroki, kegiatan

ibadat hari Minggu dan hari-hari raya dilaksanakan dengan berpindah-pindah, di

tempat-tempat yang cukup untuk waktu itu:

1. Gedung Pertemuan Peruru di Kompleks Peruri, Sudimara Timur, Ciledug

2. Lapangan Sepak Bola Galapuri di Kompleks Peruri, Sudimara Timur, Ciledug

3. Gedung Tinggi Asrama Polri, Jl. K.H. Hasyim Ashari, Ciledug

4. Lokagenta di Kompleks Departemen Keuangan, Karang Tengah

5. Gedung Arsip di Kompleks Departemen Keuangan, Karang Tengah1

1 Dikutip dari Proposal Permohonan Rekomendasi, Panitia Pembangunan Gereja Paroki Santa

Bernadet, 2010, h. 2

31

Page 39: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

32

Tiadanya sarana ibadat umat Katolik di kecamatan-kecamatan lain di sekitar

Ciledug, menjadikan umat Katolik di wilayah-wilayah itu juga menjadi pelayanan

PGDP Paroki Santa Bernadet – Ciledug. Dengan demikian diperlukan sarana ibadat

yang mampu menampung mereka.

Pada tahun 1992 PGDP Paroki Santa Bernadet – Ciledug memperoleh izin

untuk menyelenggarakan ibadat di bangunan sementara Sekolah Sang Timur di

Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Ciledug (sebelum pemekaran kecamatan).

Setelah berjalan 12 tahun, pada bulan Oktober 2004 kegiatan ibadat diminta

diberhentikan oleh kelompok massa tertentu.

Semenjak kegiatan beribadat dilakukan di bangunan sementara Sekolah Sang

Timur dihentikan, maka kegiatan ibadat pada hari Minggu dilakukan secara tersebar

dan berpindah-pindah di rumah-rumah dengan daya tamping sebatas rumah tinggal,

di wilayah pemukiman yang kondusif. Sedangkan sebagian besar yang lain beribadat

di berbagai di lokasi gereja Katolik di wilayah DKI Jakarta dan Kabupaten

Tangerang.

Adapun ibadat pada hari-hari Natal dan Paskah diselenggarakan di berbagai

tempat yang memungkinkan pelaksanaannya seperti:

1. Gedung Olahraga, Tangerang

2. Gedung Serba Guna Palem Ganda Asri, Karang Tengah

3. Gedung Pertemuan Lemigas, Cipulir, Jakarta Selatan

Page 40: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

33

4. Gedung Biru Universitas Budi Luhur, Pesanggrahan, Jakarta Selatan2

B. Prosedur Pendirian Gereja Santa Bernadet

Berdasarkan Akta Notaris Aloysius M. Jasin, SH, No. 83 Tanggal 29 Agustus

2008 mengenai perubahan anggaran dasar, nama badan hukum yang mengelola

Paroki Santa Bernadet menjadi Pengurus Gereja dan Papa Roma Katolik Paroki

Santa Bernadet, disingkat dan selanjutnya disebut PGDP Santa Bernadet,

berkedudukan di Kota Tangerang, dengan wilayah pelayanan di tujuh kecamatan:

1. Kecamatan Cipondoh

2. Kecamatan Pinang

3. Kecamatan Karang Tengah

4. Kecamatan Ciledug

5. Kecamatan Larangan

6. Kecamatan Pondok Aren

7. Kecamatan Serpong Selatan

Kini umat Katolik di tujuh kecamatan tersebut di atas berjumlah 10.486 jiwa

(per 28 Mei 2009). Peribadatan yang terselenggara dilayani oleh dua orang pastor,

yaitu:

1. Pastor Kepala: Pastor Derikson Alverius Turnip, CICM.

2 Dikutip dari Proposal Permohonan Rekomendasi, Panitia Pembangunan Gereja Paroki Santa

Bernadet, 2010, h. 3

Page 41: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

34

2. Pastor Rekan : Pastor Juvensius Jemdi, CICM.

Dalam hal diperlukan, dimintakan pastor dari Jakarta.

Saat ini domisili PGDP Paroki Santa Bernadet di Kompleks Barata, Jl. Barata

Raya No. 32, Karang Tengah, Tangerang 15157. PGDP Paroki Santa Bernadet telah

memiliki tanah bersertifikt Hak Milik seluas 6050 m2 berlokasi di RT 07/RW 04

Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinag dan bermaksud membangun tempat

ibadat/gereja Katoli di tanah tersebut.3

Setelah terbit Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

No. 9 Tahun 2006 / No. 8 Tahun 2006, yang antara lain mengatur tentang syarat

pembangunan tempat ibadat, maka PGDP Paroki Santa Bernadet berusaha memenuhi

ketentuan tersebut.

Dalam rangka memenuhi butir-butir ketentuan dalam peraturan bersama

tersebut, PGDP Paroki PGDP Paroki Santa Bernadet telah menunjuk kami sebagai

Panitia Pembangunan Gereja Paroki Santa Bernadet. Selama masa kerja periode

pertama, kami telah melakukan sosialisai meliputi perkenalan, pendekatan, kegiatan

kemasyarakatan lingkup RT/RW, bakti sosial, pemahaman dan penyampaian

kehendak kepada para pihak, seperi:

1. Warga Sekitar

2. Ketua RT. 01 s.d RT. 07 di RW. 04

3 Dikutip dari Proposal Permohonan Rekomendasi, Panitia Pembangunan Gereja Paroki

Santa Bernadet, 2010, h. 5

Page 42: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

35

3. Ketua RW. 04 dan Ketua RW. 03

4. Tokoh-tokoh Masyarakat

5. Ulama Setempat

6. Lurah Sudimara Pinang

7. Camat Sudimara Pinang

8. MUI Kecamatan Pinang

9. Walikota Tangerang

10. FKUB Kota Tangerang

11. Kandepag Kota Tangerang

12. Kanwil Kota Tangerang

Sesungguhnya, jauh sebelum panitia dibentuk, komunikasi atau sosialisasi

telah dilakukan oleh umat Katolik setempata/sekitar lokasi, sebagai konsekuensi logis

masyarakat. Saat ini kami telah mendapat dukungan sebagian anggota masyarakat

/sekitar yang menyatakan tidak berkeberatan atas pembangunan gereja Katolik,

sebanyak 186 orang.4

Jika di lihat dari Proposal Permohonan Rekomendasi Panitia Pembangunan

Gereja Paroki Santa Bernadet tahun 2010, penulis berpendapat bahwa persyaratan

yang dipenuhi oleh panitia pembanguna gereja Santa Bernadet dalam mendirikan

rumah ibadah, sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang pendirian rumah

4 Dikutip dari Proposal Permohonan Rekomendasi, Panitia Pembangunan Gereja Paroki Santa

Bernadet, 2010, h. 6

Page 43: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

36

ibadah. Hanya saja pihak pemerintah, dalam hal ini Kelurahan belum merekomendasi

permohonan tersebut. Pihak kelurahan harus mengkaji ulang mengenai tanda bukti

warga yang mendukung didirikannya Gereja Santa Bernadet melalui tanda tangan

warga (muslim) yang mendukung pendirian rumah ibadat, hal ini untuk membuktikan

apakah tanda tangan itu asli ataukah rekayasa. Dan agar tidak ada pihak yang

menuduh atau mengklaim bahwa tanda tangan itu hasil rekayasa atau tidak. Akan

tetapi berdasarkan pengamatan dan dan penelitian penulis, bahwa pihak panitia

pembangunan Gereja telah melakukan pelanggaran peraturan pemerintah, yaitu telah

memberikan uang kepada warga sebagai tanda untuk mendukung rencana pendirian

Gereja.

C. Problem Mendirikan Gereja Santa Bernadet

Dalam pembahasan ini, penulis mendapatkan data-data yang bersumber dari

hasil wawncara penulis dengan Ketua Pembangunan Gereja Paroki Santa Bernadet,

yaitu dengan Antonius Turmijo.

Dalam hasil wawancara penulis, Antonius Turmijo selaku ketua

pembangunan Gereja Santa Bernadet mengungkapkan bahwa sejauh pengalaman

hidupnya sebagai orang yang beragama, bapak Antonius Turmijo selalu merenung,

mengapa di diri manusia selalu tertanam konflik itu selalu ada?, bapak Antonius

Turmijo pada waktu kecil sudah menjadi “korban” konflik agama, hanya berbeda

agama, lalu menjadi ”musuh”. Beliau (Antonius Turmijo) perihatin, kenapa perasaan

memusuhi itu tertanam terus. Dan jujur saja, di sini (Sudimara Pinang), kenapa anak

Page 44: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

37

kecil sepertinya sudah tertanam bahwa “kita” (Muslim) harus jauh dengan orang yang

berbeda agama, entah Kristen ataupun Katolik, dalam diri mereka (anak kecil

muslim) terdapat sifat kebencian terhadap umat Kristen maupun Katolik.

Selanjutnya Antonius Turmijo juga mengungkapkan dan berpendapat bahwa

orang tua merekalah (anak kecil muslim) yang memberikan doktrin tentang

hubungan menjauhi terhadap umat Kristen atau Katolik. Kenapa “yang katanya”

secara doktrinial, manusia tidak harus saling membenci sesama manusia maupun

agama, tapi malah tertanam terus perasaan saling membenci terhadap manusia atau

antarumat beragama?5

Kemudian selain itu juga, diakui oleh Antonis Turmijo warga Sudimara

Pinang mempunyai perasaan curiga yang sudah tertanam tentang persyaratan

mendirikan rumah ibadat yang telah terpenuhi semua. Tanda tangan sebagai bukti

tidak berkeberatan atau mendukung atas pendirian rumah ibadat Gereja Santa

Bernadet, dianggap rekayasa oleh warga yang menolak didirikannya Gereja. Bahkan

ada isyu yang berkembang pada masyarakat khususnya warga di Sudimara Pinang

banwa setiap orang atau warga yang tanda tangan diberikan uang oleh Panitia

Pembangunan Gereja agar warga mendukung pendirian gereja. Jika memang tanda

tangan itu dianggap rekayasa, Antonius Turmijo selaku Panitia Pembangunan Gereja

siap untuk bertanggung jawab dan membuktikan bahwa tanda tangan itu asli dan

bukan rekayasa. Jadi, ada beberapa isyu yang sudah tersebar di Sudimara Pinang ,

5 Antonius Tumidjo, Wawancara Pribadi, Sudimara Pinang, 3 November 2010

Page 45: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

38

yang pertama adalah masalah tanda tangan yang sudah dijelaskan , kedua adalah

masalah Kristenisasi.

Dalam wawancara berikutnya, Antonius Turmijo mengungkapkan, Memang,

umat Katolik mempunyai program kemasyarakatan, seperti bakti sosial yaitu

pengobatan gratis kepada warga Sudimara Pinang, pendidikan dan lain sebagainya.

Dan itu kemudian malah dianggap sebagi usaha Kristenisasi. Ketiga adalah masalah

dana. Isyu yang berkembang pada warga Sudimara Pinang, dana untuk pendirian

rumah ibadah Gereja Santa Bernadet adalah dari Amerika, itu tidak benar.6

Menurut Antonius Turmijo, bahwa pada dasarnya dalam hubungan antar

agama, bersosialisasi jika tidak ada gangguan sama sekali seratus persen, tidaklah

manusia dapat hidup bersama, berdampingan, lalu sesuatu itu bisa mengganggu atau

tidak, sangat personal. Pada salah satu masalah, orang merasa terganggu dan tidak

terganggu, itu sangat personal. Tetapi secara umum, mugkin ada yang secara sosial

ada masalah yang bisa menganggu. Jadi batasannyna memang hak oarang lain.

Selama masih hidup di dunia ini, proses sosial itu bukan hanya menyangkut masalah

agama saja. Agama menyangkut proses psikolog sosial. Sejauh menyangkut

hubungan antara Islam dan Kristen, mengapa hal-hal yang menurut Antonius Turmijo

tidak mengganggu malah diangap megganggu.

7

6 Antonius Tumidjo, Wawancara Pribadi, Sudimara Pinang, 3 November 2010

7 Antonius Tumidjo, Wawancara Pribadi, Sudimara Pinang, 3 November 2010

Page 46: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

39

Selanjutnya dalam hasil wawancara penulis dengan Antonius Turmijo

mengungkapkan, baru-baru ini beliau sempat kecewa terhadap aparat pemerintah

Kelurahan Sudimara Pinang sampai saat ini Pemerintah belum merekomendasi surat

permohonan Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet. Pihak Pemerintah

berpendapat, bahwa permasalahannya adalah mayoritas dan minoritas keagamaan di

Tangerang, khususnya di Sudimara Pinang. Pihak Pemerintah meengatakan bahwa,

warganya banyak yang menganut agama Islam dibandingkan dengan Katolik.

Padahal sepengatahuan saya (Antonius Turmijo) tentang persyaratan mendirikan

rumah ibadat, tidak tercantum atau tertulis mengenai mayoritas dan minoritas, itu

tidak ada. Sampai sekarang saya masih bingung, tapi saya diajarkan oleh orang

terdekat dan juga menurut ajaran kami (katolik) agar selalu sabar. Ketua RW

Sudimara Pinang juga tidak akan menanda tangani rencana persetujuan pembanguan

gereja, selain tidak setuju, Ketua RW juga khawatir akan digencet (diancam) oleh

warga jika ia mendukung. Itulah yang menurut Antonius Turmijo, menjadi

penghambat kebebasan dalam hal mendirikan rumah ibadat.8

8 Antonius Tumidjo, Wawancara Pribadi, Sudimara Pinang, 3 November 2010

Page 47: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

40

BAB IV

REALITAS PROBLEM KEBEBASAN BERAGAMA

A. Respons Tokoh Islam terhadap Rencana Pendirian Gereja

Dalam pembahasan ini, penulis mendapatkan data-data yang bersumber dari

hasil wawncara penulis dengan Ketua FOKUS (Forum Komunikasu Umat Isalam

Sudimara Pinang), yaitu dengan Bapak H. Sidih.

Terbentuknya FOKUS (Forum Komunikasi Umat Islam Sudimara Pinang)

dilatar belakangi oleh keresahan warga Sudimara Pinang dan juga kekhawatiran

Tokoh Masyarakat Sudimara Pinang atas tindakan Panitia Pembangunan Gereja

Santa Bernadet yang selalu berupaya mendirikan Gereja. Selain itu juga para Tokoh

Masyarakat khawatir akan adanya Kristenisasi di Sudimara Pinang, terkait rencana

pendirian rumah ibadah. Dalam proses rencana pendirian Gereja Santa Bernadet, dari

mulai tahun 2001 sampai dengan saat ini tahun 2010 ada beberapa kejadian yang

mengarah ke arah konflik antara umat Islam dan umat Katolik. Salah satu contohnya

yaitu, umat Katolik pernah melakukan kebaktian di gedung kecil serbaguna yang

berada di kompleks Tarakanita, yaitu kompleks umat Katolik yang berdekatan dengan

rumah warga Sudimara Pinang.1

1 Wawancara Pribadi, Bapak Sidih, Sudimara Pinang, 28 November 2010

Warga merasa terganggu dengan kendaraan yang

parkir dekat halaman rumah warga. Selain itu juga, umat Katolik telah melanggar

perjanjian antara tokoh warga Sudimara Pinang dan Panitia Pembangunan Gereja,

40

Page 48: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

41

bahwa umat Katolik tidak akan melakukan peribadatan di lokasi tersebut. Tapi pada

akhirnya segera dilakukan sosialisasi dan musyawarah antar tokoh agama Sudimara

Pinang dengan umat Katolik. Dan emosi warga dapat direda oleh para tokoh

Sudimara Pinang.

Oleh karena itulah, pada awal tahun 2010 dengan pertimbangan di atas, Tokoh

Islam, Tokoh Masyarakat dan Warga Sudimara Pinang membentuk FOKUS (Forum

Komunikasi Umat Islam Sudimara Pianang). FOKUS (Forum Komunikasi Umat

Islam Sudimara Pinang) bertujuan untuk melindungi warga dari aksi Kristenisasi,

menghalangi warga jika terjadi konflik, menggalang aksi penolakan atas rencana

pendirian Gereja Santa Bernadet, dan sebagainya.

Sebagai ketua FOKUS (Forum Komunikasi Umat Islam Sudimara Pinang)

yang ditunjuk oleh warga dan tokoh Sudimara Pinang, H. Sidih mengungkapkan

bahwa ia menolak rencana didiriknnya Gereja Santa Bernadet. Ada beberapa alasan

yang menyebabkan warga dan pengurus FOKUS (Forum Komunikasi Umat Islam

Sudimara Pinang) menolak,2

1. Sebagian besar warga Kelurahan Sudimara Pinang, memeluk agama Islam.

Sangat tidak wajar ada pembangunan Gereja Katolik di tengah-tengah

pemukiman umat Islam.

diantaranya:

2. Rencana pembangunan Gereja Katolik, jaraknya kurang lebih 100 m - 150 m,

dari Masjid As-Shabirin, Mushalah Al-Azhar, dan Mushalah Al-Muhajirin.

2 Wawancara Pribadi, Bapak Sidih, Sudimara Pinang, 28 November 2010

Page 49: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

42

3. Penduduk Kelurahan lain yang berbatasan dengan langsung dengan Kelurahan

Sudimara Pinang di sebelah Selatan Kelurahan Paku Jaya, di sebelah Utara

Kelurahan Pinang, di sebelah Barat Kelurahan Kunciran, dan di sebelah

Timur Kelurahan Pedurenan, yang mayoritas penduduknya memeluk agama

Islam.

4. Mengantisipasi misi Kristenisasi umat islam di lingkungan Kelurahan

Sudimara Pinang dan sekitarnya.3

Selanjutnya, dalam hasil wawancar H. Sidih mengakui bahwa pernah di bujuk

dan dijanjikan akan diberikan uang yang besar jika H. Sidih menandatangani atau

mendukung rencana pembangunan Gereja Santa Bernadet. H. Sidih juga mengatakan

bahwa ada sebagian warga Sudimara Pinang yang menandatangani izin mendirikan

Gereja tersebut dan diberikan uang sebesar Rp. 500.000; per orang, menurut H. Sidih

tindakan tersebut adalah salah dan menyalahi peraturan pemerintah.

Selama pihak Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet terus melakukan

upaya mendirikan Gereja tersebut, maka FOKUS (Forum Komunikasi Umat Islam

Sudimara Pinang) dan sebagai warga Sudimara Pinang akan terus berupaya menolak

izin pembangunan Gereja Katolik tersebut. Karena menurut H. Sidih, Panitia

Pembangunan Gereja Santa Bernadet juga telah menyalahi atau melanggar perjanjian

yang menyatakan bahwa Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet yaitu

3 FOKUS (Forum Komunikasi Umat Islam Sudimara Pinang), Proposal Penolakan Gereja

Santa Bernadet, h. 1

Page 50: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

43

Antonius Turmijo tidak akan meneruskan rencana pembangunan Gereja Santa

Bernadet tersebut, tapi malah dilanggar.4

Dalam pembahasan ini, dan untuk melengkapi data-data, penulis juga

melakukan wawancara dengan Bapak Ustadz Sugeng selaku Tokoh Masyarakat dan

diapandang sebagi Ustandz oleh warga Sudimara Pinang.

Terkait kebebasan beragam , sebagai warga Negara Indonesia, meyakini

bahwa di dalam Undang-Undang terdapat enam agama yaitu Budha, Hindu, Kristen,

Konghucu, Katolik dan termasuk Islam di dalamnya dan ada juga kepercayaan, jadi

Ksebagai warga Negara Indonesia bebas memilih. Dan dalam Al-Qur’an dijelaskan,

lakum dinukum waliyadin, antara elu-elu ya gua-gua (bagimu agamamu dan bagiku

agamaku). Jadi kebebasan beragama yah silahkan saja, tapi kan ada patokan

(batasan). Terkait rencana pendirian gereja Santa Bernadet, Ustadz Sugeng termasuk

yang menolak. Karena ustadz Sugeng sebagai Tokoh Masyarakat dan dianggap

Ustadz, jadi sikap Usatdz Sugeng menjadi panutan bagi masyarakat di Sudimara

Pinang. Jika Ustadz Sugeng mendukung rencana pendirian gereja Santa Bernadet, apa

nanti kata warga Sudimara Pinang?

Kalau di kampung Sudimara Pinang memang banyak yang memeluk agama

Islam, dan seharusnya Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet jangan membuat

Gereja terlebih dahulu, karena belum saatnya. Karena ada persyaratan yang harus

dipenuhi, sesuai dengan peraturan pemerintah.

4 Wawancara Pribadi, Bapak Sidih, Sudimara Pinang, 28 November 2010

Page 51: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

44

Sebagai tokoh Islam dan juga tokoh masyarakat di Sudimara Pinang, Usatdz

Sugeng telah melakukan musyawarah dengan berbagai ulama yang berada di

Sudimara Pinang. Dari hasil musyawarah tersebut telah dibentuk FOKUS (Forum

Komunikasi Umat Islam Sudimara Pinang) telah sepakat dan kompak akan terus

menolak rencana pendirian gereja tersebut. Jadi menurut Ustadz Sugeng, selama

warga Sudimara Pinang dan pengurus FOKUS masih menyikapi dengan menolak

Gereja tersebut tidak akan berdiri.5

B. Respons Pemerintah terhadap Rencana Pendirian Gereja

Di Kelurahan sudimara Pinang memang ada rencana pembangunan Gereja

Santa Bernadet, jika dlihat dari persyaratan yang dipenuhi, memang sudah lengkap,

tetapi memang ada pihak-pihak atau warga di Sudmara Pinang yang yang menolak

terhadap rencana pembangunan tempat ibadah (gereja), warga yang menolak lebih

banyak dibandingkan oleh pihak-pihak yang mendukung. Bahkan, pada waktu panitia

Pembangunan Gereja akan mengajukan proposal permohonan rekomendasi, warga

Sudimara Pinang yang menolak didirikannya Gereja Santa Bernadet telah datang ke

Kelurahan terebih dahulu membawa surat dan bukti penolakan terhadap izin

pembangunan Gereja tersebut. Dan setelah dibandingkan ternyata warga yang

menolak lebih banyak dibandingkan dengan warga yang mendukung.

5 Wawancara Pribadi, Bapak Sugeng, Sudimara Pinang, 4 November 2010

Page 52: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

45

Pada awalnya, sepuluh tahun yang lalu memang pihak Panitia Pembangunan

Gereja Santa Bernadet membeli tanah dengan luas 6050 m2. Tanah akan digunakan

untuk mendirikan sarana ibadah umat Katolik (gereja) yang berada di komleks

Tarakanita di Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang Kota Tangerang.

Proses pembelian tanah dlakukan sesuai peraturan. Tapi sayangnya pada waktu itu ,

warga tidak mengetahui jika di atas tana itu akan dibangun Gereja. Tidak lama

kemudian, maka warga mengetahui bahwa di atas tanah tersebut akan dibangun

Gereja dan warga kemudian melakukan aksi penolakan kepada Pemerintah.6

Sebagai pihak Pemerintah, harus toleransi, hormat menghormati dengan

agama yang lain. Begitupun masyarakat, terkait izin mendirikan tempat ibadah

(Gereja Santa Bernadet ) yang berada di Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan

Pinang Kota Tangerang, warga Sudimara Pinang masih tinggi paham fanatisme

terhadap agama yang di anutnya, jadi dengan faham fanatisme yang masih tinggi

tersebut, sikap penolakan waraga terhadap rencana pembanguan Gereja akan terus

dilakukan. Dan sebaliknya, dari pihak Gereja juga akan terus berusaha mendaptkan

izin dari warga dan Pemerintah terkait pebangunan Gereja Santa Bernadet.

7

Pihak pemerintah, dalam hal ini Kelurahan Sudimara Pinang khawatir jika

rencana pembangunan Gereja Santa Bernadet diizinkan, maka akan terjadi konflik

yang besar anatar umat Bergama di Sudimara Pinang. Bahkan dari FKUB (Forum

6 Wawancara Pribadi, Ahamad Tribuana, Kantor Kelurahan Sudimara Pinang, 4 November

2010

7 Wawancara Pribadi, Ahamad Tribuana, Kantor Kelurahan Sudimara Pinang, 4 November 2010

Page 53: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

46

Kerukunan Umat Beragama) Kota Tangerang, telah datang ke lokasi, telah

musyawarah, mereka mengatakan bahwa, agar proposal permohonan Gereja Santa

Benadet segera di rekomendasi. Tapi pihak Kelurahan tidak bisa semudah itu

merekomendasi, karena khawatir terjadi konflik, kritikan, dari warga Sudimara

Pinang yang mayoritas menolak rencana pendirian Gereja Santa Bernadet dan hal-hal

yang tidak diinginkan. Karena memang warga yang menolak lebih banyak daripada

warga yang mendukung. Pihak Kelurahan tidak ingin warga di Sudimara Pinang

terjadi konflik, seperti yang telah terjadi di Karang Tengah Kota Tangerang terkait

kasus Yayasan Sang Timur, kasus di Bekasi, Ambon dan masih banyak lagi.

Pihak Kelurahan menginginkan warga Sudimara Pinang dapat hidup damai,

tenang, nyaman. Oleh karena itu, pihak kelurahan berada di tengah-tengah, yaitu

tidak boleh melarang, menganjurkan, mendukung, menolak karena tergantung dari

warga itu sendiri. Pihak Kelurahan lebih mementingkan masyarakat banyak,

dibandingkan sekelompok orang, dengan tujuan yaitu agar tidak terjadi konflik.

Harapan Pemerintah, kepada Kapolsek, Kecamatan, Kelurahan, tidak boleh

terprofokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertangung jawab. Dan kepada Panitia

Pembangunan Gereja Santa Bernadet, jangan terlalu memaksakan diri utnuk terus

membangun rencana mendirikan Gereja Santa Bernadet , karena sebagai makhluk

sosial juga harus memikirkan warga yang menolak dengan jumlah yang lebih

banyak.8

8 Wawancara Pribadi, Ahamad Tribuana, Kantor Kelurahan Sudimara Pinang, 4 November

2010

Page 54: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

47

C. RESPONS TOKOH GEREJA TERHADAP PENDIRIAN GEREJA

Dalam pembahasan ini, penulis mendapatkan data-data dari Ketua Panitia

Pembangunan Gereja Santa Bernadet, yaitu Antonius Turmijo.

Dalam hasil penelitian penulis dengan Antonius Turmijo dan juga sebagai

tokoh Katolik diakui oleh bahwa warga Sudimara Pinang mempunyai perasaan curiga

yang telah tertanam tentang persyaratan mendirikan rumah ibadat yang telah

terpenuhi semua. Tanda tangan, sebagai bukti tidak berkeberatan atau mendukung

atas pendirian rumah ibadat Gereja Santa Bernadet, dianggap rekayasa oleh warga

yang menolak didirikannya Gereja. Bahkan ada isyu yang berkembang pada

masyarakat khususnya warga di Sudimara Pinang banwa setiap orang atau warga

yang tanda tangan diberikan uang oleh Panitia Pembangunan Gereja agar warga

mendukung pendirian Gereja. Jika memang tanda tangan itu dianggap rekayasa,

Antonius Turmijo selaku Panitia Pembangunan Gereja siap untuk bertanggung jawab

dan membuktikan bahwa tanda tangan itu asli dan bukan rekayasa. Jadi, ada

beberapa isyu yang sudah tersebar di Sudimara Pinang , yang pertama adalah masalah

tanda tangan yang sudah dijelaskan , kedua adalah masalah Kristeinsasi. Warga

Sudimara Pinang khawatir tentang bantuan yang sudah kami berikan dan menjadi

salah satu program Gereja, seperti pengobatan gratis, bantuan sosial, pendidikan di

Sudimara Pinang ini adalah misi Kristenisasi.

Selaku Ketua Panitia Gereja, Antonius Turmijo merasa heran kepada sebagian

warga Sudimara Pinang. Kami selaku uamt Katolik tidak pernah melakukan aksi

Page 55: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

48

Kristenisasi, terbukti sampai saat ini tidak pernah dari warga Sudimara Pinang yang

telah masuk Kristen atau Katolik.9

Antonius Turmijo berasumsi, bahwa aparat Pemerintah, dari mulai RT, RW,

dan Kelurahan tidak ingin merekomendasi permohonan Kami (panitia pembanguan

Gereja Santa Bernadet) dengan alasan telah diancam oleh sebagian warga Sudimara

Pinang. Oleh karena itulah Kami panitia pembanunan Gereja Santa Bernadet) merasa

kesulitan untuk mendapatkan izin dari aparat Pemerintah. Selain itu, Pemerintah

dalam hal ini Kelurahanrahan, beralasan bahwa kasus ini adalah masalah warga

Sudimara Pinang mayoritas memeluk agama Islam. Menuru Antonius Turmijo,

masalah mayoritas adalah bukan alasan untuk tidak merekomendasi permohonan

rencana pendirian Gereja Santa Bernadet, karena masalah mayoritas keagamaan tidak

ada di peraturan pemerintah.

Sebagai warga Negara Indonesia yang taat hukum, Antonius Turmijo

mengucapkan terimaksih kepada Pemerintah yang telah membuat Peraturan

Pemerintah terkait persyaratan mendirikan rumah ibadat. Karena tidak semudah yang

difikirkan, penuh perjuangan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

membuat peraturan tersebut. Pada akhirnya, selaku Ketua Pembangunan Gereja

Santa Bernadet yang berada di Kelurahan Sudimara Pinang, mengharapkan kepada

warga Sudimara Pinang, Pemerintah segera merekomendasi permohonan rencana

9 Antonius Tumidjo, Wawancara Pribadi, Sudimara Pinang, 3 November 2010

Page 56: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

49

pendirian Gereja Santa Bernadet. Karena tidak ada maksud apapun, selain untuk

beribadat seperti umat-umat agama lain yang berada di Indonesia dan di dunia ini.10

Dari beberapa respon berbagai pihak yang terkait dengan problem rencana

pendirian rumah ibadat Gereja Santa Bernadet di Kelurahan Sudimara Pinang,

Kecamatan Pinang Kota Tangerang, kesimpulan sementara penulis adalah bahwa

umat Katolik dalam hal ini Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet akan terus

memaksakan keinginannya yaitu mendirikan Gereja di lokasi Sudimara Pinang,

walaupun telah banyak warga yang menolak, salah satu upaya Panitia Pembangunan

Gereja Santa Bernadet untuk membangun Gereja Santasa Bernadet adalah salah, yaitu

telah memberikan uang kepada sebagian warga Sudimara Pinang, dengan tujuan

untuk mendukung rencana pendirian Gereja tersebut. Tindakan tersebut, penulis

dapatkan dari hasil wawancara dengan berbagai pihak yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Warga Sudimara Pinang yang menolak rencana Pembangunan Gereja tersebut

juga terus berupaya untuk melakukan aksi dan sikap penolakan terhadap rencana

pembangunan Gereja di lokasi Sudimara Pinang. Tindakan ini dapat dibuktikan

dengan diajukannya surat atau proposal penolakan yang diajukan oleh FOKUS

(Forum Komunikasi Umat Islam Sudimara Pinang) kepada pihak Pemerintah.

10 Antonius Tuminadedjo, Wawancara Pribadi, Sudimara Pinang, 3 November 2010

Page 57: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil uraian pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kebebasan memeluk agama baik itu Islam, Budha, Hindu, Kristen, Katolik,

Konghucu, dan aliran kepercayaan yang berada di Sudimara Pinang Kecamatan

Pinang Kota Tangerang menunjukkan tidak terjadi masalah dan bebas memeluk

agama apapun. Hanya saja selama kegiatan-kagiatan yang dilakukan umat beragama

tersebut tidak menggangu kenyamanan, ketentraman warga. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh berbagai pihak yaitu

Sekretaris Kelurahan, Ketua Pembangunan Gereja Santa Benadet, dan Tokoh Islam.

Hubungan keberagamaan antara Islam dan Katolik di Sudimara Pinang adalah

semu, artinya jika terlihat dalam kehidupan bermasyarakat cukup baik , akan tetapi

ada perasaan saling mencurigai dengan adanya isyu Kristenisasi yang sudah

berkembang di masyarakat. Walaupun pernah terjadai indikasi-indikasi konflik,

namun dapat segera selesai. Hal ini disebabkan karena hilangnya kepercayaan dan

adanya sikap saling mencurigai antara umat Islam dan Katolik yang berada di

Sudimara Pinang. Perbedaan pendapat yang didasarkan oleh pemahaman agama yang

dianut juga menjadi salah satu penyebab kecurigaan.

50

Page 58: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

51

Penolakan warga terhadap rencana pendirian gereja diawali setelah warga

mengetahui bahwa tanah kosong yang dibeli oleh pihak Katolik akan dijadikan

bangunan tempat ibadat (gereja santa bernadet). Pada awal proses pembelian tanah

dengan luas tanah 6050 m2, pihak RW, dan Kelurahan tidak melakukan sosialisasi

kepada warga terkait pendirian Gereja. Hal ini menyebabkan mayoritas warga

Sudimara Pinang dan sekitarnya menolak, sehingga Ketua RW dan Kelurahan pada

waktu itu dituntut dan diminta diberhentikan oleh warga. Hal ini pula yang

menyebabkan permasalahan ini terus berlangsung.

Peran pemerintah (RW, Kelurahan) dalam mengambil kebijakan tampaknya

agak sedikit timpang dan kurang tegas. Hal ini dikarenakan pemerintah merasa

khawatir apabila rencana pendirian gereja tersebut diizinkan untuk dibangun akan

mendapat ancaman dari warga yang menolak. Kebijakan seperti ini bila dibiarkan

terus menerus maka akan merugikan piahak lain yang seharusnya memperoleh hak

yang sama sebagai warga negara yang beragama.

Sampai dengan saat ini, pihak Katolik, dalam hal ini Panitia Pembangunan

Gereja akan terus melakukan pendekatan, sosialaisai, pemahaman, kepada pihak yang

bersangkutan agar rencananya dapat berhasil. Begitupun denngan warga yang

menolak, akan terus menolak rencana pendirian di Sudimara Pinang gereja tersebut.

Page 59: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

52

B. Saran dan Rekomendasi

1. Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, Walikota, FKUB, Kelurahan

perlu malakukan upaya dan langkah-langkah yang serius, Agar perbedaan

pendapatat terkait rencana pendirian Gereja Santa bernadet di Kelurahan

Sudimara Pinang Kota Tangerang yang sudah berlansung selama kurang lebih

sepuluh tahun tersebut dapat segera diselesaikan dan tidak terjadi konflik

antar agama seperti yang telah terjadi di wilayah Indonesia. Dan pemerintah

juga harus tegas untuk mengambil keputusan, jangan membiarkan masalah ini

terus berlarut. Karena apabila tidak ada ketegasan, maka pastii akan terjadi

keresahan yang berkepanjangan antar umat beragama yang berujung pada rasa

mencurigai dan terjadi konflik.

2. Kebijakan Pemerintah tentang persyaratan pendirian rumah telah memberikan

rasa keadilan khususnya bagi warga Sudimara Pinang termasuk umat Katolik.

Tetapi implemntasi kebijakan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

Perlu adanya kesadaran kepada semua pihak, bahwa sebagai warga negara

yang taat hukum harus menaati segala bentuk peraturan, apalagi mengenai hak

beribadat.

3. Panitia Pembangunan Gereja jangan terlalu memaksakan kehendaknya untuk

mendirikan rumah ibadat gereja di Sudimara Pinang, karena warga yang

menolak lebih dominan dibanding yang mendukung. Hal ini dilakukan agar

tidak terjadai konflik antar umat beragama. Pemahaman yang menganggap

semua agama adalah salah dan harus dilawan dan hilangkan atau bahkan

Page 60: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

53

dihancurkan adalah salah, maka faham seperti itu harus dihilangkan demi

terciptanya kerukunan antar umat beragama.

4. Membangun budaya dialog antar umat beragama pada semua lapisan

masyarakat. Dialog ini dharapakan mencairkan sikap fanatisme keagamaan

yang berlebihan oleh komunitas pemeluknya.

5. Warga jangan mudah terprofokasi dan mudah menerima imbalan, hadiah,

ajakan, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah atau problem

kebebasan beragama.

Page 61: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

56

DAFTAR PUSTAKA

Banawiratma. Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1985

Hasil Kajian Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama :

Tentang Keputusan Bersama Menteri Agama No. : 01/Ber/Mdn-

Mag/1969

Hendropuspito. Sosiologi Agama. Cet. 2, Jakarta : B.P.K Gunung Mulia, 1984. Jazuli, Ahzami Samiun . Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, Cet.1. Jakarta:

Gema Insani Press, 2006.

Ma’arif, Ahmad Syafi'i . Agama dan Harmoni Kebangsaan dalam Perspektif Islam,

Kristen-Katholik, Hindu, Budha, Konghucu. Yogyakarta: Pimpinan

Pusat Nasyiatul `Aisyiah, 2000. Cet. Ke-1, hal. V-VIII

Mrownlee, Molcom , Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis

bagi Pekerjaan Orang Kristen Dalam Masyarakat, Jakarta BPK

Gunung Mulia, 2004

Rachman, Budy Munawar . Membela Kebebasan Beragama : Percakapan tentang

Sekularisme, Liberalisme, dan Plurarilsme. Cet.1. Jakarta: Lembaga

Study Agama dan Filsafat, 2010

Riyanto, Ahmad. Dialog Agama dalam Pandangan Gereja Katolik. Jogjakarta :

Kansius, 1995

Page 62: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

55

Sairin, Weinata , Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bunga Rampai Pemikiran,

Cet. 1, Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2002.

Sidih. Surat Penolakan Pembangunan Gereja. FOKUS (Forum Komunikasu Umat

Islam Sudimara Pinang). 2010

Suryadinta, Leo. Penduduk Indonanesia: Etnis dan Agama dalam Era Perubahan

Politik, Jakarta : LP3ES, 2005.

Syaefudin Simon, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat, artikel diakses tanggal

15-08-2010 dari http://gpibkinasih.net63.net/index.php?p=2 12/

,

Gereja, Tukang Becak, dan Pembelaan Kaum Awam

Tumanggor, Rusmin . Konflik dan Modal Kedamaian Sosial Dalam Konsepsi

Masyarakat Di Tanah Air: Studi Penelusuran Idea di Kawasan

Komunitas Krisis integrasi bangsa Dalam Merambah Kebijakan.

Jakarta: Lemlit dan LPM UIN Syarif Hidayatullah dan Balatbangsos

DEPSOS RI, 2004.

Turmijo, Antonius. Proposal Permohonan Rekomendasi. Panitia Pembangunan

Gereja Paroki Santa Bernadet. 2010

Veeger, K.J. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu

Masyarakat Dalam Sejarah Cakrawala Sosiologi. Jakarta: PT

Gramedia pustaka Utama, 1993.

Turmijo, Antonius. Wawancara Pribadi. Tangerang. 3 November 2010

Page 63: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

56

Sugeng. Wawancara Pribadi. Tangerang. 3 November 2010

Tribuana, Ahmad. Wawancara Pribadi. Tangerang. 4 November 2010

Sidih. Wawancara Pribadi. Tangerang. 28 November 2010

Page 64: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 65: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN I

Tentang

KEBEBASAN BERAGAMA

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pasal 28 UUD 1945…

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.

Memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wliayah Negara dan

meninggalkannya, serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikian dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebbasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

pendapat.

Pasal 73 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia…

Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi

oleh dan berdasarkan undand-undang, semata-mata untuk menjamin

pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia sera kebebasan

dasar orang lain. Kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.

Pasal 70 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia…

Dalam menjalankan hak dan kewajiban, setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-Undang dengan maksud untuk menjamin

Page 66: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

pengakuan serta pengormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan

ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 29

a) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Negara menjmin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Ketetapan Majelis Permusyawarata Rakyat (MPR) No. II / MPR / 1978

a) Kebebasan Beragama

Dengan rumusan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak berarti bahwa Negara

memaksa suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebab agama

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan keyakinan,

hingga tidak dapat dipaksakan dan memang agama da kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk

memeluk dan menganutnya.

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduktnuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu. Kebebasan beragama adalah merupakan

salah satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena

kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada martabat mausia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian Negara

atau buka pemberian golongan.

Page 67: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN II

Tentang Persyaratan Pendirian Rumah Ibadat

PERATURAN BERSAMA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR : 9 TAHUN 2006

NOMOR : 8 TAHUN 2006

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA

DAERAH DAAM PEMELIHARAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT

Pasal 9 ayat 2

FKUB kabupaten/kota mempunyai tugas:

a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat

b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat

c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan msayarakat dalam bentuk

rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota.

d. Melakukan sosialisasi peraturan perundan-undangan dan kebujakan di

bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama

dan pemberdayaan masyarakat, dan

Page 68: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

e. Memberikan rekomedasi tertulis atas permohonan pendirian rumah

ibadat.

Pasal 13

(1) Pendirian rumah ibadat didasrkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh

berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang

bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.

(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakuan dengan

tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketentraman dan

ketertiban umum, serta mematuhhi perundang-undangan.

(3) Dalam hal keerluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah

keluahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan

komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamaan atau

kabupaten/kota atau provinsi.

Pasal 14

(1) Pendirian rumah ibadat haru memenuhhi persyaratan admnistratif dan

persyaatan teknis bangunan gedung.

(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian

rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:

a. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling

sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat

sesuai dengan tingkat batas wilyah.

Page 69: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang

yang disahkan oleh lurah/kepala desa.

c. Rekomendasi tertulis oleh kepala kantor departemen agama

kabupaten/kota; dan,

d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal persyratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi

sedangkan persyaratan hurf b belum tepenuhi, peemrintah daerah wajib

memfasilitasi tersedianya lokasi pembangnn rumah ibadat.

Pasal 15

Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam pasal dalam 14 ayat (2)

huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB ,

dituangkan dalam bentuk tertulis.

Pasal 16

(1) Permohonan pendirian tempat ibaat kepada bupati/walikota untuk

memperoleh IMB rumah ibadat.

(2) Bupati/walikota mememberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh)

hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana di

maksud pada ayat (1)

Pasal 17

Pemerintah daerah memfasilitasi pentediaan lokasi baru bagi bangunan

gedung rumah ibadat yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena

perubahan rencana tata ruang wilyah.

Page 70: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

Pasal 21

(1) Perselisihan akibat pemdirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah

oleh masyarakat setempat.

(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai,

penyelesaian perselisihan dilakkan oleh bupati/walikota dibantu kepala

kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang

dilakukan scara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat

atau saran FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak dicapai, penyelsaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan

Setempat.

Page 71: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN III

Tentang Tata Cara Penyiaran Agama

KEPUTUSAN BERSAMA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMR : 1 TAHUN 1979

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENYIARAN AGAMA

DAN BANTUAN LUAR NEGERI KEPADA LEMBAGA KEAGAMAAN I

INDONESIA

Pasal 3

Pelaksanaan penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan,

tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati antar sesama umat

beragama serta dengan dilandaskan kepada penghormatan terhadap hak dan

kemerdekaan seseorang untuk memeluk / menganut dan melakukan ibadat menurut

agamanya.

Pasal 4

Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan untuk ditujkan tehadap orang

atau kelompok orang yang telah memeluk / menganut agama lain dengan cara:

a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang,

pakaian, makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan, dan

Page 72: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

bentuk-bentuk pemberian lainnya agar orang yang telah

memeluk/menganut agama yang disiarkan tersebut.

b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk

barang penerbitan cetakan lainnya kepada orang lain atau kelompok orang

yang telah memeluk/mengaut agama yang lain;

c. Melakukan kunjungan dari rumah ke rumah umat yang telah

memeluk/menganut agama yang lain.

Page 73: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN IV

Tentang Respon Tokoh Islam dan Masyarakat Sudimara Pinang terhadap Pendirian

Rumah Ibadat Gereja

Interview : Bapak Ustadz Sugeng

Jabatan : Tokoh Agama Islam Sudimara Pinang

Tempat : Rumah Kediaman Bapak Ustadz Sugeng

1. Menurut bapak apa arti kebebasan beragama?apakah ada batasannya?

Jawab: Kebebasan beragama itu sudah tercantum dalam Undang Undang yang

terdiri dari enam, ada Katolik, Budha, Hindu, Kristen, Konghucu dan

termasuk Islam juga, dan ada juga Kepercayaan. Jadi memang kebebasan

beragama kembali…”lakum dinukum waliyadiin” (bagimu agamamu,

bagiku agamaku) / “antara ya..elu-elu, gua ya gua”, tergantung iman

manusianya, jadi kebebasan silahkan saja, tapi kan ada patokan (batasan).

Kalau di kampug ini (sudimara pinag) banyak orang islamnya, seharusnya

dia (panitia pembangunan gereja) jangan bikin dulu, karena ada peraturan

pemerintah.

2. Apakah bapak mengetahui peraturan tentang mendirikan rumah ibadah?

Jawab: Yah…kalau saya bukan orang politik, jadi awam aja, ga tau banyak.

3. Apakah bapak mendukung atau menolak, jika gereja didirikan di Sudimara

Pinang?Apa alasan bapak?

Page 74: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

Jawab: Ooh...saya termasuk yang menolak. Karena khususnya warga Sudimara

Pinang ini tidak setuju, apalagi saya dipandang sebagai tokoh agama, karena

kita punya pedoman sebagai orang Islam. Dan belum waktunya ada gereja

di sini

4. Apa yang bapak khawatirkan jika pembangunan gereja jadi didirikan?

Jawab: Saya khawatir anak cucu kita menjadi orang Kristen,.walaupun semua itu

Allah yang punya urusan, tapi kan kita berusaha, dan semua kembali kepada

Allah. Jadi yang saya khawatirkan adanya kristenisasi, dan itu sudah

menjadi program dia dalam dewan gereja.

5. Apakah dari warga (islam) sudah ada yang mendukung melalui tanda tangan?

Jawab: Ooh… banyak tapi saya tidak tahu pasti. Memang katanya ada yang sudah

ada tangan dan dikasih uang.Yang penting kita berusaha supaya tdak ada

kristenisasi.

6. Apakah dari pihak panitia gereja sudah melakukan sosialisasi dengan bapak?

Jawab: Kalau dari dulu, memang sosialisasinya pertama sama bapak. Saya bilang

silahkan saja, tapi saya khawatir ada konflik. Saya lebih mementingkan

warga sini, karena saya orang Islam dan khawatir terjadi kristenisasi.

7. Sebagai Tokoh Islam, usaha apa yang sudah bapak lakukan terkait penolakan

warga?

Jawab: Saya sudah melakukan musyawarah dengan ulama-ulama yang ada di sini,

membicarakan bagaimana agar tidak terjadi konflik, semua sudah kompak,

jadi tidak mungkin ada pembangunan gereja di sini.

Page 75: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN V

Tentang Respon Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet terhadap

Pendirian Rumah Ibadat Gereja

Interview : Antonius Tumidjo

Jabatan : Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet

Tempat : Rumah Kediaman Bapak Antonius Tumidjo

1. Menurut bapak apa arti kebebasan beragama?apakah ada batasannya?

Jawab: Menurut saya, kebebasan beragama, sebagai warga negara mempunyai hak

dan hak itu sebagai keputusan yang harus diwujudkn dilaksanakan,

diimplementasikan tanpa ada yang harus tidak toleransi, dan tanpa ada yang

menolak. Ada batasannya, secara hakiki tidak mengganggu akidah, hidup

sosial, hak orang lain, hak beragama orang lain juga.

2. Apakah bapak mengetahui peraturan tentang mendirikan rumah ibadah?

Jawab: Ya, Saya cukup mengetahui.

3. Apa yang bapak khawatirkan jika pembangunan gereja tidak jadi didirikan?

Jawab: Emmm…Saya bingung harus di mana lagi kami umat katolik melaksanakan

ibadat, sementara Aula yang rencana kami akan gunakan untuk hari Natal saja

sampai sekarang belum mendapatkan izin.

4. Apakah dari warga (islam) sudah ada yang mendukung melalui tanda tangan?

Page 76: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

Jawab: Oia…sebagian warga di sini sudah ada yang mendukung atas pendirian

gereja.

5. Apakah benar ada isyu kristenisasi?

Jawab: Memang benar , di sini ada isyu yang berkembang tentang kristenisasi. Jadi,

seperti ini De, asal Ade tahu, kami mempunyai kegiatan setipa bulan, yaitu

memberikan bakti sosial kepada warga Sudimara Pinang, dalam bentuk

kesehatan, yaitu pengobatan gratis. Dan itu dianggap oleh sebagian warga

sebagai usaha kristenisasi. Tapi bagi kami bakti sosial itu adalah tugas gereja,

bukan suatu bentuk usaha untuk kristenisasi.

6. Apakah dari pihak panitia gereja sudah melakukan sosialisasi kepada tokoh

Islam?

Jawab: Ya, kami sudah melakukan sosialisai kepada ustadz yang ada di sini. Dan

responnya menolak.

7.Apa harapan bapak kepada semua pihak yang terkait?

Jawab: Ya, harapan kami agar warga menyetujui rencaana pendirian gereja Santa

Bernadet. Memang , secaara psikologis saya memahami apa yang

dirarasakan warga si, dengan penolakannya. Tapi kami juga sebagi warga

negara Indonesia juga ingin mendapatkan hak yang sama, yaitu mendirikan

rumah ibadat untuk kami beribadat dengan tenang. Saama seperti umat-umat

yang lain, dan kami tidak ada maksud dan tujuan seperti isyu yang

berkmbang, dengan adanya kristenisasi, itu tidak ada.

Page 77: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

LAMPIRAN VII

Tentang Respon Pemerintah terhadap Pendirian Rumah Ibadat Gereja Santa Berndet

Interview : Ahmad Tribuana

Jabatan : Sekretaris Kelurahan Sudimara Pinanag Kota Tangerang

Tempat : Kantor Kelurahan Sudimara Pinanag

1. Menurut bapak apa arti kebebasan beragama?apakah ada batasannya?

Jawab : Sebagai pihak pemerintah, kita harus toleransi, hormat menghormati dengan

agama yang lain. Ya, ada batsannya, yaitu peraturan pemerintah.

2. Apakah bapak mengetahui peraturan tentang mendirikan rumah ibadah?

Jawab : Ya saya mengetahui, apalagi setelah FKUB datang ke kantor Kelurahan

Sudimara Pinang, kami diberi pengarahan mengenai peraturan tersebut.

3. Apa yang bapak khawatirkan jika pembangunan gereja tidak jadi didirikan?

Jawab : Saya khawatir jika nanti saya izinkan maka akan terjadi konflik yang besar

anatar umat bergama. Saya tidak ingin warga kami terjadi konflik, seperti

yang terjadi di Karang Tengah Kota Tangerang terkait kasus Yayasan

Sang Timur, kasus di Bekasi, Ambon dan masih banyak lagi.

4. Apakah dari warga (islam) sudah ada yang mendukung melalui tanda tangan?

Jawab : Oh, ia, jika saya lihat dari proposal permohonan yang diajukan oleh pihak

gereja, dari pihak warga Muslim suda ada yang mendukung melalui tanda

tangan.

Page 78: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

5. Apakah tanda tangan tersebut rekayasa?

Jawab: Pihak Kelurahan belum mengkaji lebih jauh mengenai hal itu.

6. Apakah dari pihak panitia gereja sudah melakukan sosialisasi kepada tokoh Islam?

Jawab : Ia, pihak panitia pembangunan gereja sudah melakukan sosialisasi kepada

pihak kelurahan, terkait rencana pendirian rumah ibadah gereja.

7. Apa harapan bapak kepada semua pihak yang terkait?

Jawab : Harapan kami, kepada Kapolsek, Kecamatan, Kelurahan, tidak boleh

terprofokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertangung jawab. Dan dari

Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet, jangan terlalu memaksakan

diri utnuk terus membangunnya, karena kita juga haarus memikirkan waraga

yang menolak lebih banyak.

Page 79: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

Lampiran VI

Tentang Respon Ketua FOKUS (Forum Kominikasi Umat Islam Sudimara Pinang)

terhadap pendirian Gereja Santa Bernadet

Interview : Sidih

Jabatan : Ketua FOKUS (Forum Kominikasi Umat Islam Sudimara

Pinang)

Tempat : Rumah Bapak Sidih (Sudimara Pinang)

1. Bagaimana respon bapak tentang rencana Pendirian Gereja Santa Bernadet?

Jawab: Saya selaku warga Sudimara Pinang dan Ketua FOKUS (Forum

Komunikasi Umat Islam Sudimara Pinang) menolak atas

didirikannya rencana Gereja tersebut.

2. Apa upaya bapak yang dilakukan untuk menolak rencana pembangunan

Gereja tersebut?

Jawab: kami beserta pengurus telah mengajukan surat penolakan dan tanda

tangan warga Sudimara Pinang yang menolak. Kami sudahajukan

sampai kepada tingkat DPRD.

3. Apa alasan bapak menolak rencana pembangunan Gereja tersebut?

Jawab: Karena Warga di Sudimara Pinang mayoritas memeluk agama Islam.

Dan masih banyak lagi alasan kami menolaknya. Salah satunya juga,

pihak Panitian Pembangunan Gereja Santa Bernadet telah melanggar

Page 80: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

perjanjian, bahwa umatnya tidak akan melakukan kebaktian di lokasi

tersebut, tapi perjanjian tersebut dilanggar.

4. Apakah bapak mengetahui persyaratan pendirian rumah ibadah di Indonesia.

Jawab: Ya, saya cukup mengetahuinya.

5. Apakah menurut bapak kebijakan Pemerintah tentang persyaratan mendirikan

rumah ibadah sudah adil bagi umat beragama?

Jawab: Kalau masalah adil, hanya Tuhan yang punya rsaa adil. Peraturan

tersebut sudah adil menurut pemerintah saja.

6. Apa harapan bapak kepada Panitia Pembangunan Gereja Santa Bernadet?

Jawab: Saya berharap agar umat Katolik atau Panitia Pembangunan Gereja

Santa Bernadet, jangan melanjutkan rencana mendirikan rumah

ibadat tersebut, karena mayoritas warga Sudimara Pinang sudah

menolak.

Page 81: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua FOKUS (Forum Komunikasi Umat

Islam Sudimara Pinang), dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : Pajri Akromani

Nim : 106032101072

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan : Perbandingan Agama

Telah mengadakan wawancara dengan :

Nama : Sidih

Usia : 54 Tahun

Alamat : Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang

Demikianlah surat ini dibuat sebagai bukti bahwa benar yang tersebut di atas telah

mengadakan wawancara.

Tangerang, 28 November 2010

Interviewee Interviewer

Sidih Pajri Akromani

Page 82: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Tokoh Agama Sudimara Pinang,

dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : Pajri Akromani

Nim : 106032101072

Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat

Jurusan : Perbandingan Agama

Telah mengadakan wawancara dengan :

Nama : Ustadz. Sugeng

Alamat : Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang

Demikianlah surat ini dibuat sebagai bukti bahwa benar yang tersebut di atas telah

mengadakan wawancara.

Tangerang, 4 November 2010

Interviewee Interviewer

Ustadz Sugeng Pajri Akroma ni 106032101072

Page 83: PROBLEMA PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI INDONESIA

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Ketua Pantia Pembangunan (PPG)

Gereja Paroki Santa Bernadet. dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : Pajri Akromani

Nim : 106032101072

Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat

Jurusan : Perbandingan Agama

Telah mengadakan wawancara dengan :

Nama : Antonius Turmdjio (Tokoh Katolik)

Alamat : Komplek Tarakanita, Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan

Pinang, Kota Tangerang

Demikianlah surat ini dibuat sebagai bukti bahwa benar yang tersebut di atas telah

mengadakan wawancara.

Tangerang, 3 November 2010

Interviewee Interviewer

Antonius Turmidjo Pajri Akroma ni