Problem Solving Fisika

14
ISSN : 1858-330X PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TIPE CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-E SMPN 1 MA’RANG KABUPATEN PANGKEP Dewi Hikmah & Muhammad Natsir Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar fisika melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah tipe Creative Problem Solving (CPS) pada siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang Kabupaten Pangkep. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 24 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan observasi. Hasil analisis data memperlihatkan bahwa: (1) pada siklus I, skor rata-rata hasil belajar siswa mencapai 62,12 dari skor ideal 100, dan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 66,67% (2) pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar siswa mencapai 79,74 dari nilai ideal 100 dan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 91,30%. (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. KATA KUNCI: ketuntasan belajar, pembelajaran berbasis masalah, problem solving I. PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang kreatif tidak mungkin tumbuh secara alami melainkan harus melalui suatu proses yang dilakukan secara sistematis, konsisten, profesional dan berkesinambungan. salah satu diantaranya dengan melatih mereka kreatif dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran yang membuka peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya sekaligus mengasah keterampilan berpikirnya adalah mata pelajaran sains (fisika). Untuk menciptakan teknologi baru agar tidak terbelakang dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka fisika pun memegang peranan sangat penting dalam hal tersebut, bahkan dapat dikatakan teknologi takkan ada tanpa fisika. Peluang itu ada karena Fisika merupakan suatu ilmu yang empiris, dan mempunyai konsep yang bersifat abstrak sehingga sehingga diperlukan kreativitas berpikir untuk mempelajarinya. JSPF Vol. 10, September 2009 | 1

description

bhn untuk kuliah

Transcript of Problem Solving Fisika

Page 1: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TIPE CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-E

SMPN 1 MA’RANG KABUPATEN PANGKEP

Dewi Hikmah & Muhammad Natsir Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar fisika melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah tipe Creative Problem Solving (CPS) pada siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang Kabupaten Pangkep. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 24 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan observasi. Hasil analisis data memperlihatkan bahwa: (1) pada siklus I, skor rata-rata hasil belajar siswa mencapai 62,12 dari skor ideal 100, dan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 66,67% (2) pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar siswa mencapai 79,74 dari nilai ideal 100 dan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 91,30%. (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

KATA KUNCI: ketuntasan belajar, pembelajaran berbasis masalah, problem solving

I. PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang kreatif tidak

mungkin tumbuh secara alami melainkan harus

melalui suatu proses yang dilakukan secara

sistematis, konsisten, profesional dan

berkesinambungan. salah satu diantaranya

dengan melatih mereka kreatif dalam setiap

kegiatan pembelajaran di sekolah.

Salah satu mata pelajaran yang membuka

peluang bagi siswa untuk mengembangkan

kreativitasnya sekaligus mengasah keterampilan

berpikirnya adalah mata pelajaran sains (fisika).

Untuk menciptakan teknologi baru agar tidak

terbelakang dari dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), maka fisika pun memegang

peranan sangat penting dalam hal tersebut,

bahkan dapat dikatakan teknologi takkan ada

tanpa fisika.

Peluang itu ada karena Fisika merupakan

suatu ilmu yang empiris, dan mempunyai

konsep yang bersifat abstrak sehingga sehingga

diperlukan kreativitas berpikir untuk

mempelajarinya.

Oleh karena itu, idealnya dalam belajar

fisika fakta, konsep dan prinsip-prinsip tidak

boleh diterima begitu saja oleh siswa tanpa

melalui pemahaman dan penalaran karena tidak

akan mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Tetapi kenyataannya, dalam proses

pembelajaran di kelas lebih banyak diarahkan

kepada kemampuan untuk menghafal informasi.

Akibatnya siswa akan kaya dengan teori tetapi

sangat miskin dalam aplikasi.

Berdasarkan observasi dan informasi yang

diperoleh dari salah seorang guru fisika SMP

Negeri 1 Ma’rang tentang proses pembelajaran

yang dilaksanakan selama ini di sekolah

tersebut mengungkapkan bahwa pembelajaran

fisika yang dilakukan di sekolah itu masih

berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih

banyak didominasi oleh guru. Pengembangan

potensi siswa khususnya kreativitas berpikir

selama pembelajaran belum optimal, sehingga

berakibat pada perolehan hasil belajar siswa

yang tidak optimal pula. Kategori ketuntasan

belajar untuk mata pelajaran IPA Fisika di

sekolah tersebut adalah 60, meskipun demikian

JSPF Vol. 10, September 2009 | 1

Page 2: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

masih banyak siswa memperoleh nilai di bawah

standar ketuntasan tersebut. Biasanya hanya

sekitar 30% dari jumlah siswa yang memenuhi

standar tersebu.

Untuk meningkatkan jumlah siswa yang

memenuhi standar ketuntasan tersebut,

diperlukan suatu upaya nyata salah satu

diantaranya adalah memperbaiki proses

pembelajaran yang terjadi di kelas melalui

penggunaan model pembelajaran yang berbeda

dari sebelumnya. Penggunaan model

pembelajaran itu diharapkan dapat membuat

siswa menggunakan konsep fisika dan

mengingatnya lebih lama.

Penggunaan model pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik materi yang

diajarkannya akan membuat guru dapat

berkomunikasi baik dengan siswanya, membuka

wawasan berpikir yang beragam dari seluruh

siswa, sehingga siswa dapat mempelajari

seluruh konsep dengan baik Jika hal itu

tercapai, maka siswa tidak lagi bosan belajar

fisika, bahkan siswa yang tadinya membenci

pelajaran ini menjadi bersemangat dan mulai

menyukai fisika sedikit demi sedikit.

Salah satu model pembelajaran yang

dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan

kreatif, dalam menyelesaikan soal-soal fisika,

menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam

belajar, adalah model pembelajaran berbasis

masalah. Tipe Creative Problem Solving (CPS) .

Penggunaan model pembelajaran ini diharapkan

dapat menjawab permasalahan berikut ini;

Apakah jumlah siswa yang memenuhi standar

ketuntasan belajar minimal dalam matapelajaran

fisika dapat ditingkatkan melalui penggunaan

model pembelajaran berbasis masalah. Tipe

Creative Problem Solving (CPS) .

II. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar diartikan sebagai proses

seseorang memperoleh berbagai kecakapan,

keterampilan, dan sikap. Belajar dapat diartikan

pula sebagai suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan perilaku

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara

umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relative menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan sehingga

menimbulkan perubahan dari aspek kognitif,

psikomotorik, dan afektif.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai

setelah melakukan sesuatu usaha dalam

menguasai pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan dalam mata pelajaran

lazimnya yang ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka yang diberikan pada mata pelajaran

tertentu.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Arends (Trianto, 2007: 1), model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau tutorial. Model pembelajaran mengacu

pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas.

Menurut Arends (1997), pengajaran

berbasis masalah merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang otentik dengan maksud

untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

JSPF Vol. 10, September 2009 | 2

Page 3: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

mengembangkan inkuiri dan keterampilan

berpikir tingkat tinggi, mengembangkan

kemandirian dan kepercayaan diri. Sejalan

dengan pendapat di atas, Muhammad Natsir

(2004) menambahkan, pengajaran berbasis

masalah adalah kegiatan pembelajaran yang

dilakukan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah dan keterampilan

intelektual, belajar berbagai peran orang

dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi

pebelajar siswa yang mandiri.

Ciri-ciri khusus model pembelajaran

berbasis masalah atau Problem Based

Instruction (PBI) yaitu :

Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Penyelidikan autentik. PBI mengharuskan

siswa melakukan penyelidikan autentik

untuk mencari penyelesaian nyata

terhadap masalah nyata.

Menghasilkan produk atau karya dan

memamerkannya.

Kerja sama. Seperti halnya model

pembelajaran kooperatif, PBI dicirikan

oleh siswa yang bekerja sama satu

dengan yang lainnya.

3. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Trianto (2007), manfaat khusus

yang diperoleh dari metode Dewey adalah

metode pemecahan masalah. Tugas guru

adalah membantu para siswa merumuskan

tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas

pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari

buku, tetapi dari masalah yang ada di

sekitarnya.

Pengajaran berbasis masalah terdiri dari 5

langkah utama yang dimulai dengan

memperkenalkan siswa kepada suatu situasi

masalah dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah

tersebut dijelaskan berdasarkan pada langkah-

langkah di bawah ini :

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku GuruTahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2Mengorganisasika

n siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untukmendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(Sumber: Trianto, 2007:72)

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tipe Creative Problem Solving (CPS)

Creative Problem Solving (CPS) merupakan

variasi pembelajaran berbasis masalah melalui

teknik sistematik dalam mengorganisasikan

gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari

fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar

melalui Tanya jawab lisan, identifikasi

permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran

JSPF Vol. 10, September 2009 | 3

Page 4: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

sehingga muncul gagasan orisinil untuk

menentukan solusi, persentase, dan diskusi.

Pada dasarnya sintaks CPS ini sama dengan

sintaks pembelajaran berdasarkan masalah,

hanya saja pada CPS ini masalah yang

disajikan telah disusun secara sistematik dan

terorganisir.

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe CPS

Tahap Tingkah Laku GuruTahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan fenomena atau fakta berupa demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam penyelesaian masalah yang dipilih (fase-1 CPS)

Tahap-2Mengorganisasika

n siswa untuk belajar

Guru membimbing siswa melakukan identifikasi masalah dan merumuskan sebuah masalah autentik sesuai dengan materi yang diajarkan (fase-2 CPS)

Tahap-3Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen sehingga muncul gagasan orisinil untuk menemukan solusi (penyelesaian masalah) (fase-3 CPS).

Tahap-4Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu dan mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan persentase atau menyelesaiakn soal-soal yang relevan dengan materi (fase-4 CPS)

Tahap-5Menganalisi dan

mengevaluasi proses

penyelesaian masalah

Guru membimbing siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah (fase-5 CPS)

(Dimodifikasi dari model pembelajaran

berbasis masalah)

3. Kerangka Pikir

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas dengan tahapan-tahapan pelaksanaan

yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan atau observasi, analisis,

dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa

kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang Kabupaten

Pangkep.

1. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel

Berdasarkan rumusan masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka variable

penelitiannya ada dua, yaitu pembelajaran

berbasis masalah tipe Creative Problem Solving

(CPS) dan ketuntasan belajar fisika.

Pembelajaran berbasis masalah tipe Creative

Problem Solving (CPS) adalah kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan pola

orientasi siswa pada masalah,

mengorganisasikan siswa untuk belajar,

membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok, mengembangkan dan menyajikan

hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi

proses penyelesaian masalah.

JSPF Vol. 10, September 2009 | 4

KEGIATAN BELAJAR MENGAJARKEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TIPE CPSPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TIPE CPS

SISWASISWAGURUGURU

ORIENTASI SISWA PADA MASALAHORIENTASI SISWA PADA MASALAH

BERPIKIR TINGKAT TINGGI

KOLABORASI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

AKTIVITAS SISWA MENINGKATAKTIVITAS SISWA MENINGKAT

Page 5: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

Ketuntasan belajar yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penguasaan konse% yang

ditunjukkan melalui skor tes hasil belajar.

2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus

memiliki tahapan sebagai berikut: 1) tahap

perencanaan, 2) tahap pelak-sanaan tindakan,

3) tahap pengamatan dan pengumpulan data, 4)

tahap refleksi. Siklus I dan II berlangsung

sebanyak empat kali pertemuan (8 jam

pelajaran).

Adapun desain model penelitian yang

akan digunakan selama penelitian ini, adalah :

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Tahap perencanaan :

a. Menelaah kurikulum SMPN 1 Ma’rang kelas

VIII mata pelajaran fisika.

b. Melakukan diskusi dengan guru mata

pelajaran fisika pada sekolah tempat

penelitian untuk membahas materi yang akan

diajarkan.

c. Menentukan pokok bahasan yang akan

diajarkan pada pelaksanaan siklus I melalui

pembelajaran berbasis masalah tipe Creative

Problem Solving (CPS).

d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran

untuk delapan kali pertemuan.

e. Menyusun format lembar observasi dan.

f. Menyiapkan tes hasil belajar untuk

digunakan pada akhir pelaksanaan kegiatan.

Tahap pelaksanaan tindakan

Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pola

berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah, meliputi

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar :

c. Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok :

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses

penyelesaian masalah :

f. Melakukan evaluasi sebagai hasil akhir dari

pelaksanaan siklus.

Tahap pengamatan atau observasi

Tahap observasi dilaksanakan pada saat

pemberian tindakan berlangsung. Adapun aspek

yang diobservasi untuk aktivitas siswa, yaitu :

a. Orientasi siswa pada masalah, meliputi

1. Mencatat tujuan pembelajaran yang

disampaikan oleh guru.

2. Membaca buku paket.

3. Berdiskusi dengan temannya.

4. Memberikan jawaban sementara ketika

diberikan masalah di awal

pembelajaran.:

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar :

1. Berkelompok dengan temannya

2. Aktif dalam merumuskan sebuah

masalah

c. Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok :

JSPF Vol. 10, September 2009 | 5

Perencanaan Tindakan I

Pengamatan dan pengumpulan data

Refleksi

SIKLUS I

Perencanaan tindakan II

Tindakan II

Pengamatan/Pengumpulan

Data II

Refleksi II

SIKLUS II

Hasil

Page 6: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

1. Menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh guru

2. Menanggapi jawaban dari siswa lain

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya

1. Aktif dalam mengerjakan LKS

2. Aktif berdiskusi dengan

kelompoknya

3. Menuliskan hasil diskusi atau

mengerjakan soal di papan tulis

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses

penyelesaian masalah :

1. Memberikan jawaban permasalahan

yang diberikan oleh guru

2. Memperhatikan jawaban permasalahan

dari guru

3. Mencatat informasi yang diberikan oleh

guru.

Tahap refleksi

Refleksi dilakukan pada setiap siklus,

berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh

pada tahap observasi, Hasil refleksi selanjutnya

dijadikan pertimbangan untuk membuat

perencanaan untuk siklus II

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis

Data

Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes

hasil belajar dalam bentuk essay tes, data

aktivitas siswa dan aktifitas guru dikumpulkan

melalui observasi. Data yang terkumpul

dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

deskriptif dan kualitatif. Indikator keberhasilan

dari penelitian ini adalah minimal 85 persen

siswa mencapai skor tes hasil belajar minimal

60.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Ketuntasan Belajar Siswa

Adapun analisis persentase skor

perolehan hasil belajar fisika siswa setelah

penerapan model pembelajaran berbasis

masalah tipe Creative Problem Solving (CPS)

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1.Perbandingan hasil belajar tiap siklus

Siklus Skor Perolehan SiswaSkor

tertinggiSkor

terendahRata-rata

1 88,00 40,00 62,122 100,00 48,00 79,74

Tabel 4.2 Perbandingan ketuntasan belajar fisika siswa tiap siklus

Siklus Frekuensi Persentase (%)

Tuntas Tidak tuntas

Tuntas Tidak tuntas

1 16 8 66,67 33,332 21 2 91,30 8,70

Dari tabel 4.1, tampak bahwa dari 24

orang siswa SMPN 1 Ma’rang Kab. Pangkep

yang menjadi subjek penelitian dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. 66,67 % siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang

Kab. Pangkep dikategorikan tuntas pada

siklus 1 dan meningkat menjadi 91,30 %

pada siklus 2.

b. 33,33 % siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang

dikategorikan tidak tuntas dan menurun

menjadi 8,70 % pada siklus 2.

Hasil ini menunjukkan bahwa

ketuntasan belajar fisika siswa kelas VIII-E

SMPN 1 Ma’rang dalam mempelajari materi IPA

Fisika melalui penerapan pembelajaran berbasis

masalah tipe CPS pada siklus 2 telah mencapai

target indikator keberhasilan dalam penelitian

yaitu 91,30 % yang memiliki nilai di atas KKM

dari 85 % yang ditargetkan. Hal ini menunjukkan

bahwa pembelajaran fisika dengan menggu-

JSPF Vol. 10, September 2009 | 6

Page 7: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

nakan pembelajaran berbasis masalah tipe CPS

pada siklus 2 berhasil meningkatkan hasil

belajar fisika siswa kelas VIII-E SMPN 1

Ma’rang Kab. Pangkep.

Dari perbandingan hasil observasi

pada siklus I dan siklus II jika dilihat dari

persentase perolehan maka dapat dikatakan

bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa.

Keberhasilan tersebut antara lain disebabkan

oleh. Usaha yang dilakukan oleh peneliti adalah

untuk membuat LKS siswa lebih menarik

dibandingkan dengan LKS yang biasa ia

gunakan dan penggunaan media power point

untuk mendukung praktikum pada siklus II. Hal

ini membuat siswa kreatif dan berusaha mencari

sendiri jawaban dari permasalahan yang

dimunculkan, sehingga siswa dapat lebih

memahami materi fisika karena mereka yang

menemukannya sendiri (bermakna).

Dari hasil evaluasi kegiatan di siklus 1

menunjukkan bahwa ketuntasan belajar fisika

siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang Kab.

Pangkep belum mencapai target yang

diharapkan, yakni baru 66,67 % yang

memperoleh nilai 60 ke atas dari 85% yang

ditargetkan.

2. Gambaran Kegiatan siswa dalam Pembelajaran

Tabel 4.7 Hasil observasi siswa kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang Kab. Pangkep pada siklus 1 dan 2.

Indikator PenilaianSiklus 1 Siklus 2

Ket.Rerata %

Rerata

%

Tahap-1: Orientasi Siswa pada MasalahMencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

15,33 63,89 22,00 91,67 Meningkat

Membaca buku paket 17,00 70,83 18,33 76,39 MeningkatBerdiskusi dengan temannya 5,67 23,61 5,67 23,61 TetapMemberikan jawaban sementara ketika diberikan masalah di awal pembelajaran

2,33 9,72 6,33 26,39 Meningkat

Tahap-2: Mengorganisasikan Siswa untuk BelajarBerkelompok dengan temannya 22,67 94,44 24,00 100 MeningkatAktif dalam merumuskan sebuah masalah 7,33 30,56 8,67 36,11 MeningkatTahap-3: Membimbing Penyelidikan Individual Maupun KelompokMenjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 3,67 15,28 7,67 31,94 MeningkatMenanggapi jawaban dari siswa lain 2,33 9,72 8,33 34,72 MeningkatTahap-4: Mengembangkan dan Mengevaluasi Proses Penyelesaian MasalahAktif dalam mengerjakan LKS 13,33 55,56 17,33 72,22 MeningkatAktif berdiskusi dengan kelompoknya 12,33 51,39 16,00 66,67 MeningkatMenuliskan hasil diskusi atau mengerjakan soal di papan tulis

7,00 29,17 9,00 37,50 Meningkat

Tahap-5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Penyelesaian MasalahMemberikan jawaban terhadap permasalahan yang dimunculkan.

4,33 18,06 6,33 26,39 Meningkat

Memperhatikan jawaban permasalahan dari guru 15,67 65,28 23,67 98,61 MeningkatMencatat informasi yang diberikan oleh guru. 16,00 66,67 24,00 100 Meningkat

JSPF Vol. 10, September 2009 | 7

Page 8: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

Hasil analisis data observasi

merekomendasikan beberapa hal yang perlu

diperbaiki pada siklus kedua yaitu:

1. Kesiapan siswa saat orientasi masalah,

2. Keberanian siswa untuk menjawab

pertanyaan.

3. Kemampuan siswa bekerja sama

mengerjakan LKS nya.

Upaya untuk memperbaiki hal tersebut

di siklus II dilakukan dengan cara sebagai

berikut: Pada saat orientasi masalah guru tidak

berdiri di depan kelas (di depan kelompok 1 dan

2), tetapi di tengah kelas untuk mengontrol

seluruh kelompok. Untuk membangkitkan

keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan dan bekerjasama dalam kelompok,

Guru memberikan motivasi dan arahan kepada

kelompok yang terdeteksi kurang berani dan

kurang kerjasama di siklus 1.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah

dilakukan pada bagian sebelumnya,maka

secara deskriptif penelitian ini dapat

menunjukkan perbedaan hasil belajar yang

diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II hal ini

berarti bahwa penerapan pembelajaran berbasis

masalah tipe CPS dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Keberhasilan ini tercapai antara

lain karena dalam pembelajaran berbasis

masalah tipe CPS, siswa diberi kesempatan

untuk mengalami sendiri, berkreasi

menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan Pepkin (2004), yaitu ketika siswa

dihadapkan pada permasalahan, siswa diberi

kesempatan untuk memilih dan

mengembangkan tanggapannya, sehingga

siswa tidak hanya menghafal tanpa pikir.

Pembelajaran berbasis masalah tipe

CPS memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar

sehingga pengetahuan dapat diserapnya

dengan baik.

2. Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan

siswa lain.

3. Siswa memiliki keterampilan dan cara

berpikir sesuai konsep IPA.

Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran, yaitu pada saat

mereka diorientasikan pada masalah, baik pada

siklus I maupun pada siklus II. Mereka pada

umumnya mulai mandiri untuk mencari tahu

masalah yang dikemukakan oleh guru.

Selain keuggulannya, pembelajaran

berbasis masalah tipe CPS memiliki kelemahan,

yaitu, membutuhkan banyak waktu tatap muka.

Membutuhkan persiapan yang matang oleh

seorang guru. Untuk mengatasi hal ini, guru

terlebih dahulu menyiapkan segala perangkat

pembelajaran, termasuk LKS serta kebutuhan

praktikum.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa penggunaan Model pembelajaran

berbasis masalah tipe Creative Problem Solving

(CPS). dalam pembelajaran Fisika di kelas VIII-

E SMP Negeri 1 Ma’rang Kab. Pangkep dapat

meningkatkan jumlah siswa yang memenuhi

standar ketuntasan belajar minimum (KKM)

Saran-saran

Untuk meningkatkan ketuntasan belajar

fisika dengan menerapkan pembelajaran

berbasis masalah tipe Creative Problem Solving

(CPS) direkomendasikan untuk menempuh

langkah-langkah sebagai berikut :

JSPF Vol. 10, September 2009 | 8

Page 9: Problem Solving Fisika

ISSN : 1858-330X

a. Dalam mengorganisasikan siswa untuk

belajar, sebaiknya guru membagi siswa

ke dalam kelompok kecil, 4-5 orang

(adanya kerja sama antara siswa dapat

memperbanyak peluang siswa untuk

saling berdialog dalam mengembangkan

keterampilan sosial dan keterampilan

berpikir).

b. Untuk memaksimalkan keaktifan siswa

dalam belajar dan mengembangkan

keterampilan sosial dan keterampilan

berpikir, LKS yang dibuat oleh guru

sebaiknya hanya mencantumkan alat

dan bahan yang dibutuhkan. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa

untuk melaksanakan praktikum dengan

prosedur kerja mereka sendiri.

c. Guru bertindak sebagai fasilitator yang

baik bagi siswa sehingga mereka dapat

lebih kreatif dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anonim, 2008, Filosofi Belajar Tuntas (Mastery Learning), http://www.bandono.web.id, 24 juli 2008, diakses 24 agustus 2009.

Anonim, 2009, Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Video Compact Disk dalam Pembelajaran Matematika, http://rmakoe.wordpress.com, 29 januari 2009, diakses 06 Mei 2009.

Anonim, 2009, Membuat Belajar Matematika

Bahri Djamarah, Syaiful & Zain, Aswar. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, Haji. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Pratama.

Lutfizulfi, 2008, Model-model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru, http://www.infogue.com, 06 Agustus 2009.

Nasution, S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Natsir, Muhammad. 2004. Stategi Pembelajaran Fisika. Makassar : Laboratorium Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar.

Peterkambey, 2007, Kreativitas adalah benih kesuksesan, http://www. Sabdaspace.org, 23 Juli 2007, diakses 24 agustus 2009.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tiro, Muhammad Arif. 1999. Dasar-dasar Statistika. Makassar: State University of Makassar Press.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

JSPF Vol. 10, September 2009 | 9