Makalah Kemampuan Problem Solving
-
Upload
yusi-sabrida -
Category
Documents
-
view
99 -
download
8
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah Kemampuan Problem Solving

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu usaha manusia untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber dan tempat. Sekolah merupakan salah
satu wadah pendidikan formal yang melaksanakan serangkaian kegiatan proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan jantung dari pendidikan dalam suatu instansi
pendidikan yang bersifat kompleks dan dinamis, sehingga tenaga-tenaga pendidikan
terutama guru perlu menerapkan strategi pembelajaran yang efektif yang diharpakan
mampu menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan bermakna.
Selama ini proses pembelajaran yang ditemui masih secara konvensional, seperti
ekspositori, drill atau bahkan ceramah, terutama dalam pembelajaran matematika. Proses
ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual
semata dari pada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu.
Sehingga sebagian besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan. Untuk itu perlu dilakukan inovasi dalam penggunaan metode
pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode Problem Solving.
Metode Problem Solving adalah metode pembelajaran yang berpusat pada
keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Problem
Solving pertama kali ditemukan oleh G. Polya, seorang matematikawan generalis, pada
tahun 1945 melalui buku yang diterbitkan dengan judul “How to Solve It”. Di dalam buku
tersebut Polya menyebutkan ada 4 langkah dalam menerapkan metode Problem Solving,
yaitu: 1) Understanding, 2) Devising a plan, 3) Carrying out the plan, 4) Looking back.
Dengan menggunakan metode Problem Solving para siswa dibimbing dan
diarahkan untuk lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran matematika
berlangsung.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Problem Solving?
1

2. Bagaimana proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Problem
Solving di kelas?
3. Apa kelebihan dan kekurangan Problem Solving?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan adalah :
1. Untuk mengetahui mengenai Problem Solving.
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
Problem Solving di kelas.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Problem Solving.
2

BAB II
PEMBAHASAN
PROBLEM SOLVING
2.1. How to Solve It, Second Edition (Oleh George Polya)
Standford University, California,
Princeton University Pres,United State, 1973
Polya menyebutkan ada 4 langkah penyelesaian yang disebut Heuristik. Heuristik
adalah langkah-langkah umum yang memandu pemecahan masalah dalam menemukan
solusi masalah. Heuristik tidak menjamin solusi yang tepat tetapi hanya memandu dalam
menemukan solusi dan tidak menuntut langkah berurutan. Adapun langkah-langkah
penyelesaian masalah tersebut antara lain:
1. Understanding (memahami masalah)
2. Devising a plan (merancang perencanaan)
3. Carrying out the plan (melaksanakan perencanaan)
4. Looking back (melihat kembali ke belakang)
Pada langkah yang pertama, siswa harus dapat memahami suatu masalah. Untuk
dapat memahami masalah tersebut yang harus dilakukan adalah pahami bahasa atau istilah
yang digunakan dalam masalah tersebut, merumuskan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, apakah informasi yang diperoleh cukup, kondisi/syarat apa saja yang
diketahui, kemudian nyatakan atau tuliskan masalah tersebut ke dalam bentuk yang lebih
operasional sehingga mempermudah masalah tersebut untuk dipecahkan. Ketertarikan
dalam menghadapi tantangan dan kemauan untuk menyelesaikan masalah merupakan
modal utama dalam pemecahan masalah.
Kemudian pada langkah yang kedua, memilih rencana pemecahan masalah
berdasarkan pemahaman masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk merencanakan
pemecahan masalah kita dapat mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
atau mengingat kembali masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan
sifat/pola dengan masalah yang akan dipecahkan. Kemudian barulah menyusun prosedur
penyelesaiannya.
3

Langkah yang ketiga lebih mudah dari langkah sebelumnya, karena yang harus
dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan ketekunan dan
ketelitian untuk memperoleh penyelesaian.
Dan selanjutnya langkah terakhir, lakukan analisis dan evaluasi terhadap strategi
penyelesaian yang telah diterapkan, apakah hasil yang diperoleh telah benar, apakah ada
strategi lain yang lebih efektif, apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya.
Tujuannya adalah untuk menetapkan keyakinan dan memantapkan pengalaman dalam
mencoba masalah baru yang akan datang.
2.2. Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition, and
Sense-making in Mathematics (Oleh Alan H. Schoenfeld)
Education University of California, USA, 1992
Matematika adalah subjek hidup yang berusaha untuk memahami pola yang
menembus kedua dunia di sekitar kita dan pikiran dalam diri kita. Meskipun bahasa
matematika berdasarkan aturan yang harus dipelajari, penting untuk memotivasi siswa
bergerak di luar aturan agar dapat mengungkapkan hal-hal dalam bahasa matematika.
Transformasi ini menunjukkan perubahan baik dalam isi kurikulum dan gaya pengajaran.
Ini melibatkan upaya baru untuk fokus pada:
mencari solusi, bukan hanya menghafal prosedur,
menjelajahi pola, bukan hanya menghafal rumus,
merumuskan dugaan, bukan hanya melakukan latihan.
Pembelajaran matematika adalah memberdayakan siswa. Secara sistematis siswa
mampu menfsirkan sejumlah besar data kuantitaif yang mereka hadapi setiap hari dan
membuat penilaian seimbang atas dasar interpretrasi. Mereka menggunakan matematika
secara praktis dari aplikasi sederhana seperti menggunakan penalaran proporsional untuk
resep atau model skala, proyeksi anggaran yang kompleks, analisis statistik dan
pemodelan komputer. Mereka analitis, baik dalam berpikir masalah melalui diri mereka
sendiri dan dalam memeriksa argumen yang diajukan oleh orang lain.
Masalah telah menduduki tempat sentral dalam kurikulum matematika sekolah
sejak jaman dahulu, namun tidak untuk pemecahan masalah. Tetapi sekarang pendidik
matematika menerima gagasan bahwa perkembangan kemampuan pemecahan masalah
4

layak mendapat perhatian khusus. Pemecahan masalah jangka telah menjadi slogan
meliputi pandangan yang berbeda tentang apa itu pendidikan, apa itu sekolah, apa yang
ada dalam matematika, dan mengapa kita harus mengajar matematika dengan pemecahan
masalah secara umum. Adapun tujuan penggunaan pemecahan masalah dalam
matematika, antara lain :
a. Melatih siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan kemampuan
memecahkan suatu masalah.
b. Mempersiapkan siswa untuk kometisi Olimpiade nasional atau internasional.
c. Mempelajari teknik-teknik standar dalam domain tertentu, paling sering dalam
pemodelan matematika.
d. Mendorong keterampilan berpikir kritis atau penalaran analitis siswa.
Agar tujuan pembelajaran dengan menggunakan pemecahan masalah dapat
tercapai, perlu diperhatikan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
SebelumKegiatan Mengajar Tujuan
1. Baca masalah. Diskusikan kata-kata atau frasa yang siswa tidak mengerti
2. Gunakan diskusi seluruh kelas untuk
fokus pada pentingnya memahami masalah
3. (pilihan) diskusi kelas untuk seluruh strategi yang mungkin untuk memecahkan masalah masalah
1. Menggambarkan pentingnya membaca dengan hati-hati; fokus pada kosa kata khusus
2. Fokus pada data penting, proses klarifikasi
3. Mendatangkan kemungkinan cara untuk menyelesaikan masalah
Selama BerlangsungKegiatan Mengajar Tujuan
4. Amati dan tanyakan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka
5. Memberikan petunjuk yang diperlukan
6. Menyediakan tambahan masalah yang diperlukan
7. Mengharuskan siswa yang memperoleh solusi untuk "menjawab pertanyaan"
4. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa
5. Bantulah siswa menangani kesulitannya
6. Tantangan awal untuk menyelesaikan masalah
7. Mengharuskan siswa untuk melihat lebih pekerjaan mereka dan pastikan dapat mereka terima
SetelahKegiatan Mengajar Tujuan
8. Menunjukkan dan mendiskusikan solusi masalah
9. Berkaitan dengan masalah yang
8. Menunjukkan dan menamakan strategi yang berbeda
9. Menunjukkan penerapan umum
5

diselesaikan sebelumnya atau siswa memiliki cara penyelesaian yang lain
10.Membahas fitur khusus, seperti gambar
strategi pemecahan masalah 10.Tampilkan bagaimana fitur dapat
mempengaruhi pendekatan
2.3. The Effects of Problem Solving Strategies on Students’ Achievement, Attitude
and Motivation (OLeh Gok, T & Silay, I)
University of Dokuz Eylul, Izmir, Turkey, 2010.
Pembelajaran pemecahan masalah mengacu pada upaya yang diperlukan dalam
mencapai suatu tujuan atau mencari solusi dari suatu masalah. Sebagian besar peneliti
memeriksa pada umumnya strategi pemecahan masalah yang spesifik. Gok, T & Silay, I,
mengatakan hal yang utama yaitu langkah-langkah pemecahan masalah dikutip menurut
George Polya dan Dewey terdapat 4 langkah (lokasi masalah, dan definisi, saran dan
solusi, solusi pengembangan dan penalaran,dan observasi lebih lanjut, percobaan untuk
penerimaan dan penolakan pada strategi pemecahan masalah.
Menurut George Polya yaitu untuk pemecahan masalah meliputi 4 langkah strategi
pemecahan masalah :
1. Mengidentifikasi masalah yaitu mengidentifikasi data, kondisi, menggambar, dan
mencari masalahnya.
2. Perencanaan yaitu pemecahan masalah dengan menghubungkan data. Jika
koneksi langsung tidak ditemukan pemecahan masalahnya maka menggunakan
menyusun rencana untuk menyelesaikan masalahnya.
3. Pelaksanaan yaitu melaksanakan hasil dari perencaaan yang telah didapatkan dan
melihat kembali hasil dari kebenaran.
4. Memeriksa kembali yaitu memeriksa hasil dari yang telah didapatkan setelah
mengetahui solusi dari pelaksanaan.
Masalah biasanya digunakan dengan menginstruksikan dan diarahkan pada
tujuan. Dengan diarahkan pada tujuan, hal ini dimaksudkan bahwa siswa diberikan
masalah tujuan yang sangat spesifik, bahwa masalah dapat diselesaikan dengan aplikasi
langsung dari satu prinsip, definisi, atau prosedur. Hal ini dimaksudkan bahwa masalah-
masalah yang saling terkait erat dengan topik dan contoh baru-baru ini tercakup dalam
kuliah atau ditugaskan bacaan, dan tidak mengintegrasikan sebelumnya mendapat
pengetahuan.
6

2.4. The Effect of Alternative Solutions on Problem Solving Performance (Oleh
Shin Yi Lee)
Taipei Municipal University of Education, Taiwan.
Dalam metode Problem Solving, guru memegang peranan penting dalam mengajar.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum menggunakan
metode ini, antara lain :
a. Memutuskan aspek tugas apa yang akan dipakai.
b. Bagaimana mengatur pekerjaan siswa.
c. Apa yang akan ditanyakan agar dapat menantang siswa dengan tingkat keahlian
yang bervariasi.
d. Bagaimana mendukung siswa tanpa mengambil alih proses berpikir mereka yang
dapat menghilangkan tantangan. (NCTM 2000)
Oleh karena itu dikembangkanlah Lembar Kerja Alternatif Solusi (Alternative
Solution Worksheet) untuk mendukung keterlibatan siswa dengan alternatif pemecahan
masalah matematika selama pembelajaran. ASW terdiri dari dua bagian yaitu Solusi Awal
dan Solusi Alternatif. Bagian dari Solusi Awal adalah untuk solusi pertama yang
ditemukan siswa dan bagian-bagiannya, sedangkan Alternatif Solusi adalah solusi lain
yang mungkin mereka temukan kemudian.
Prosedur instruksional yang mendukung penggunaan ASW dikembangkan
berdasarkan “Pendekatan Open-Ended” yang mempromosikan instruksi dalam solusi
alternatif di Jepang (Shimada & Becker, 1997). Elemen penting dari prosedur
instruksional dengan memanfaatkan teknik ASW adalah memberikan waktu yang cukup
bagi siswa untuk mengeksplorasi masalah sepenuhnya, membahas solusi dengan seluruh
kelas, membandingkan solusi yang diperoleh dengan yang lain, dan meringkas apa yang
telah dipelajari.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mendorong keterlibatan siswa
dalam menghasilkan solusi yang berbeda dalam masalah ASW antara lain :
a. Menjelaskan bahwa lembar kerja akan dievaluasi.
b. Memotivasi siswa untuk menuliskan semua hasil pekerjaan mereka, karena
penilaian berdasarkan keakuratan dan kelengkapan jawaban.
c. Memfasilitasi siswa yang mengalami kesulitan saat memecahkan masalah.
7

d. Memberikan petunjuk yang dibutuhkan, kepada seluruh kelas, bukan untuk
individu.
Alternatif Solusi Lembar Kerja (Alternative Solution Worksheets) dikembangkan
untuk mendorong keterlibatan siswa dengan alternatif pemecahan masalah matematika
selama proses pembelajaran. Data yang digunakan adalah hasil pemecahan masalah siswa
pada pretest, posttest dan ASW. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa meningkatkan
kinerja pemecahan masalah mereka setelah instruksi dalam solusi alternatif memanfaatkan
teknik ASW dan kinerja pemecahan masalah siswa lebih baik pada saat menggunakan
ASW.
2.5. The Cultivation of Problem Solving and Reason in NCTM and Chinese
National Standards (Oleh Xuehui Xie)
School of Education, Nanjing Normal University, China.
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) dan Ministry of
Education of China (MOE), kemampuan pemecahan masalah dalam matematika harus
mencakup kedua aspek intelektual dan non intelektual. Aspek intelektual antara lain
meliputi : a) kemampuan untuk merumuskan, (b) kemampuan menyelediki masalah
matematika, (c) kemampuan untuk mencari strategi yang tepat, (d) kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, (e) kemampuan untuk
mencerminkan dan memantau proses berpikir matematis. Dan aspek non intelektual antara
lain : (a) budidaya disposisi positif, seperti ketekunan, rasa ingin tahu dan percaya diri, (b)
pemahaman tentang peran matematika dalam kenyataan, (c) kecenderungan untuk
mengeksplorasi pengetahuan baru dari perspektif matematika. Dan keduanya juga melihat
penalaran sebagai proses dugaan, penjelasan dan pembenaran. Dan pendidikan matematika
harus mendorong penalaran induktif dan deduktif siswa.
Namun ada beberapa perbedaan pendapat antara NCTM dengan MOE, antara lain :
a. Dalam NCTM, istilah Problem Solving digunakan untuk dua hal yaitu sebuah
akhir dan sebuah pendekatan, sementara dalam MOE, Problem Solving adalah
tujuan utama dalam pendidikan matematika.
b. NCTM meyakini bahwa siswa B
secara alami mengembangkan kemampuan memecahkan masalah mereka melalui
eksplorasi pengetahuan mereka sendiri. Sedangkan secara umum MOE mengikuti
8

urutan menguasai pengetahuan dan keterampilan matematika dan
menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan tersebut dengan membentuk
kemampuan berfikir dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam matematika di
bawah bimbingan guru.
c. Menurut MOE , siswa belajar matematika di bawah bimbingan guru sehingga trial
and error tidak dianjurkan sebagai strategi belajar matematika di MOE. Di sisi lain
NCTM membuat penggunaan trial and error sebagai strategi pembelajaran karena
siswa ditempatkan dalam situasi percontohan di kelas dari awal.
d. NCTM percaya bahwa kemampuan matematika berasal dari siswa sedangkan
MOE melihat imitasi dan internalisasi sebagai dasar penting untuk
mengembangkan proses mental siswa.
e. NCTM mengusulkan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dengan mengekspos mereka dalam situasi masalah, mendorong mereka
untuk memanipulasi objek, menggunakan trial and error. Di sisi lain MOE
mengusulkan untuk mengembangkan pemecahan masalah dan penalaran melalui
instruksi dimana guru menunjukkan proses berpikir dengan mengembangkan
kemampuan dan membantu siswa untuk mengusai metode matematika.
f. NCTM mendukung masalah terbuka karena dianggap sebagai pendekatan masalah
yang terjadi dalam situasi kehidupan nyata. Dalam MOE, sebagian besar masalah
hanya memiliki satu jawaban, meskipun masalah mungkin memiliki beberapa
pendekatan untuk mencapai jawabannya. Dalam kerangka ini masalah disajikan
dengan kondisi yang ketat, dimana siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan.
g. Proses pembelajaran utama dalam NCTM dan MOE berbeda. Dalam NCTM
proses pembelajaran diawali dengan dugaan, memantau, mencerminkan dan
memvalidasi. Sedangkan dalam MOE, proses pembelajaran adalah perbandingan
dan kontras, analisis dan sintesis, abstraksi dan generalisasi (dari khusus ke umum
dan dari empiris ke teori).
2.6. Implementing Problem Solving in Mathematics Classrooms: What Support do
Teachers Want? (Oleh Judy Anderson)
The University if Sydney, Australia.
9

Menurut Guskey (2002), model perubahan guru akan terjadi jika guru telah
disediakan dengan pengembangan profesional yang relevan untuk mendukung pembaruan
mereka, dan jika mereka menanggapi saran yang diberikan salah satunya dengan
mempraktekkannya di dalam kelas, maka kita akan berharap siswa memperbaiki hasil
pemecahan masalah mereka. Hal ini dapat terlihat pada gambar berikut :
Gambar Model dari Perubahan Guru menurut Guskey (2002)
Untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang dirasakan oleh guru sekolah dasar
dengan guru di sekolah menengah, dilakukan analisis tanggapan guru matematika
sekunder yang diberikan pertanyaan yang sama. Adapun hasil analisis terhadap guru
sekolah dasar dapat disajikan sebagai berikut :
Pengetahuan kepercayaan dan keyakinan dan kompetensi
Model Pendekatan sumber pendekatan
Kegiatan rencana tipe umum masalah
Klasifikasi komentar guru Sekolah Dasar mengenai kebutuhan pengembangan professional Problem Solving
Keyakinan guru matematika terhadap Problem Solving dan peran Problem Solving
dalam belajar matematika disarankan oleh beberapa responden, dimana guru di sekolah
10
Perubahan dalam praktek ruang kelas
guru
Perubahan dalam hasil belajar siswa
Perubahan dalam
keyakinan dan sikap guru
Pengembangan Profesional
Pengembangan Profesional Problem
Solving
Guru SiswaLatihan saran mengajar

harus memikirkan kembali metode mereka untuk mengajar matematika dan mengubah
metode yang lebih formal menjadi inovatif dan kreatif. Di samping itu guru juga harus
lebih sadar akan manfaat dari Problem Solving dalam kurikulum matematika, karena
dalam masalah Problem Solving tidak dilihat sebagai kegiatan matematika yang sah.
Keyakinan dan kompetensi guru menunjukkan bahwa guru membutuhkan dukungan dan
dorongan. Hilangnya kontrol terkait dengan kurangnya kepercayaan diri untuk
meyakinkan siswa dalam mengeksplorasi dan menyelidiki secara bebas menjadi isu
penting dalam persiapan menggunakan metode Problem Solving, terutama jika Problem
Solving dianggap sebagai proses penyelidikan.
Ada tiga kunci dalam latihan saran mengajar antara lain : mendekatkan model
Problem Solving, meningkatkan sumber daya sekolah, dan memberikan informasi tentang
menggabungkan Problem Solving dalam pengajaran matematika melalui kegiatan yang
sesuai, perencanaan yang relevan dan penggunaan berbagai jenis masalah.
Untuk hasil analisis terhadap guru tingkat sekolah menengah dapat disajikan
sebagai berikut :
Pengetahuan Motivasi Akuntabilitas Kurikulum Pengetahuan Tingkah
laku
Klasifikasi komentar guru Sekolah Menengah mengenai kebutuhan pengembangan professional Problem Solving
Responden menyebutkan bahwa selain pengetahuan dan keyakinan, ternyata guru
juga membutuhkan motivasi untuk mengajar dengan menggunakan metode baru. Hal ini
terkait dengan kredibilitas penggunaan Problem Solving yang disarankan. Hal itu juga
diakui bahwa buku teks sering menentukan cara apa yang sebaiknya digunakan guru.
Banyak guru sekolah menengah yang menikmati metode tradisional ketika di kelas dan
tidak memahami mengapa siswa tidak mempehatikan. Guru menyebutkan bahwa perilaku
11
Profesional Problem Solving
Guru SiswaLatihanWaktu

dan pemahaman siswa adalah contoh kendala dalam mengajar. Hal ini jelas bahwa
pengetahuan dasar mengenai matematika sangat diperlukan guru sebelum siswa dapat
terlibat dalam penyelidikan dan pemecahan masalah.
2.7. Using Manipulatives in Mathematical Problem Solving : A Performance
Based Analysis (Oleh Catherine A. Kelly)
University of Colorado, United State.
Anak-anak tenggelam dalam suatu pemecahan masalah karena mereka
bereksperimen dengan intuisi dalam merenungkan bagaiman segala sesuatu itu terjadi, apa
yang membuat hangat dan dingin di luar, bagaimana memanipulasi tangan untuk mengikat
tali pada sepasang sepatu, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang muncul dalam pikiran
anak. Jika guru dan orang tua dapat memfasilitasi jenis eksperimen mereka dengan model,
diagram atau dengan angka, maka akan terlihat ada sebuah garis tipis antara pemecahan
masalah sehari-hari dengan alat atau manipulatif dengan menggunakan pemecahan
masalah matematika.
Pertama-tama guru perlu mengetahui kapan, mengapa dan bagaimana
menggunakan manipulatif di dalam kelas serta peluang untuk mengamati dan mengetahui
dampak yang memungkinkan belajar melalui eksplorasi dengan benda-benda konkret.
Konstruktivisme telah berkembang dari teori Piaget hingga Vygotsky. Piaget mendekati
pembangunan pengetahuan melalui pertanyaa dan membangun jawaban anak-anak ketika
mereka mendirikan pengetahuan, sementara Vygotsky merasa bahwa anak-anak dapat
dibimbing untuk pemahaman matematika yang lebih kuat dengan guru di dekatnya sebagai
fasilitator .
Guru yang konsisten dan efektif memodelkan manipulatif di depan semua siswa
akan secara otomatis menawarkan semua keyakinan siswa bahwa menggunakan benda-
benda konkret untuk memahami konsep-konsep abstrak dapat diterima dan diharapkan.
Seperti penggunaan diagram Venn, diagram alur, atau matriks dapat membantu
memperluas dan meningkatkan pembelajaran matematika yang kompleks.
Mempersiapkan siswa untuk menggunakan benda-benda konkret dalam eksplorasi
matematika dan pemecahan masalah sering diabaikan, tetapi benar-benar merupakan salah
satu elemen penting dari keberhasilan pelaksanaan program matematika berbasis
12

manipulatif. Berikut sepuluh langkah penting yang dapat membantu mendirikan sebuah
standar manipulasi dalam kelas :
a. Mengatur dan memelihara dengan jelas standar perilaku untuk manipulatif
Siswa harus memiliki kriteria jelas yang diterapkan untuk secara efektif menangani
dan menggunakan manipulasi dalam kelas. Aturan untuk kegiatan-kegiatan khusus
yang menggabungkan manipulasi harus diungkapkan guru secara jelas, diposting
di kelas dan kembali menegaskan secara konsisten apa saja yang diperlukan selama
pelajaran manipulasi.
b. Menyatakan dan mengatur dengan jelas tujuan dari manipulatif dalam pelajaran
Matematika
Jika siswa tahu mengapa guru memiliki harapan tertentu dalam pelajaran, maka
siswa akan mungkin mengerjakan tugas mereka. Sebagian besar manipulatif
matematika yang berwarna-warni dan menarik dikenal dengan sebutan “mainan”
oleh siswa. Untuk itu guru perlu menyadari memfasilitasi pemahaman tentang
perbedaan antara matematika menggunakan alat manipulatif dengan mainan.
c. Memfasilitasi kerjasama dan mitra kerja untuk meningkatkan pengembangan
bahasa matematika
Sifat penggunaan manipulatif mendorong interaksi tidak hanya dengan objek tetapi
juga dengan orang-orang sekitar karena biasanya melibatkan tindakan pada objek.
Mampu belajar dengan menggunakan bahasa matematika secara efektif dapat
membantu meletakkan dasar yang kuat untuk mengkonsep dan menggunakan
keterampulan matematika abstrak dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan
mitra kerja juga dapat memungkinkan siswa yang pendiam mendapat kesempatan
untuk mengeksplorasi strategi baik dari sudut pandang pengamat dan peserta.
d. Mengizinkan siswa mengenal tata waktu untuk mengeksplorasi secara bebas
Setelah tujuan dan perilaku harapan telah ditetapkan, siswa perlu diberi
kesempatan untuk menjadi akrab dengan manipulatif, menemukan sifat dan
keterbatasan, dan bereksperimen dalam berbagai konteks. Ini juga dapat
mendorong kerjasama, pengembangan bahasa dan pengambilan resiko. Eksplorasi
secara bebas juga memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang aktif untuk
membangun makna mereka sendiri dan mengembangkan kepercayaan diri dalam
13

menggunakan manipulatif untuk memperkuat dan meningkatkan pemahaman
matematika mereka.
e. Model manipulatif yang jelas dan sering digunakan
Pemodelan dalam kelompok besar atau kecil akan membantu siswa melihat
bagaimana manipulatif tertentu dapat memfasilitasi pemahaman. Misalnya, ketika
siswa mulai belajar tentang pengukuran , mereka akan mengukur benda yang biasa
digunakan (meja, tepian papan tulis, kusen jendela, dll). Dengan demikian siswa
akan mengembangkan bilangan real tentang pengukuran. Guru mencakup
pengukuran sebanyak mungkin dalam matematika karena merupakan fondasi yang
kuat dalam pemahaman matematika yang akan dibangun.
f. Memasukkan beragam cara dalam menggunakan tiap manipulatif
Menawarkan siswa cara yang berbeda untuk melihat masalah yang sama akan
memastikan bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan
lebih kaya dari matematika.
g. Mendukung dan menghormati manipulatif yang digunakan siswa
Harapan yang tinggi dan dukungan yang kuat bagi harus jelas untuk keunggulan
dalam pendidikan matematika. Pastikan dengan jelas dan positif “panggung” di
kelas untuk memasukkan semua siswa dalam penggunaan manipulatif. Jika guru
menggunakan model dan manipulatif, model mental, dan bahan lainnya untuk
memecahkan masalah, siswa akan jauh lebih cenderung untuk melakukan hal yang
sama.
h. Membuat manipulatif tersedia dan dapat diakses
Dalam rangka memfasilitasi penggunaan manipulatif dalam setiap tingkat kelas,
manipulatif yang dipilih atau dibutuhkan harus disimpan sedemikian rupa sehingga
dapat dijangkau oleh semua siswa, memungkinkan setiap siswa untuk memiliki
akses dan diberi label dengan benar dengan instruksi yang jelas sesuai kebutuhan
berdasarkan tujuan yang dimaksud.
i. Dukungan pengambilan resiko dan inventif oleh siswa dan koleganya
Mendukung pengambilan resiko dan keahlian pada siswa menyebabkan mereka
untuk mengeksplorasi dan berusaha untuk mencapai pertanyaan yang belim
terjawab karena diberikan fasilitas untuk terbuka dan kreatif. Siswa harus didukung
14

dalam mencari dan menggunakan proses mereka sendiri dalam memecahkan
masalah.
j. Membentuk proses penilaian berbasis kinerja
Karena penggunaan manipulatid didasarkan pada membangun atau melakukan
suatu tindakan dengan benda nyata, mencari tahu apa yang siswa ketahui juga
harus didasarkan pada kriteria penilaian observasi guru yang diharapkan.
2.8. Lesson Study: Problem Solving Approaches in Matematics Education as a
Japanese Experience (Oleh Masami Isoda)
University of Tsukuba, Japan, 2010
Pendekatan Problem Solving telah dikenal sebagai pendekatan pengajaran bahasa
Jepang. Ini adalah salah satu teori bersama untuk mengembangkan anak-anak yang belajar
matematika dengan atau untuk diri mereka sendiri di Jepang. Ini termasuk mengajarkan
tentang belajar cara belajar, yang artinya bagaimana mengembangkan matematika dengan
atau untuk diri mereka sendiri. Lesson Study di Jepang dikenal sebagai berikut :
Proses/siklus : rencana (persiapan), melaksanakan (observasi) dan melihat
(Diskusi dan refleksi) kegiatan yang melibatkan guru lain.
Berbagai dimensi kelas terbuka: personal (oleh guru master), keseluruhan sekolah,
regional dan Lesson Study nasional tapi sistematis.
Tema Lesson Study: topik pembelajaran dan tujuan berbeda. Topik pembelajaran
seperti mengembangkan berpikir matematika, belajar untuk sendiri dalam
kaitannya dengan pengembangan, reformasi atau perbaikan. Tujuan ditentukan di
masing-masing kelas yang berkaitan dengan kurikulum. Dalam kasus Jepang,
tujuannya sering digambarkan oleh kalimat 'Melalui A, siswa belajar/mengerti/
memungkinkan untuk melakukan B' karena kurikulum Jepang meminta guru untuk
mengajar “bagaimana untuk melakukan” dan prestasi sebagai hasilnya.
Rencana Pelajaran: Format A tidak tetap, biasanya dikembangkan/ditingkatkan
tergantung pada topik pembelajaran. Beberapa negara merekomendasikan satu set
pelajaran nasional berencana sebagai bagian dari kurikulum, namun pembelajaran
diimplementasikan untuk tantangan baru dan mendorong format baru rencana
pelajaran dan cara pendekatan pengajaran.
15

Pemikiran guru: Lesson Study dilakukan untuk mengembangkan siswa di kelas dan
membuat setiap siswa mengembangkan dirinya sendiri.
Hasil: tujuan perubahan dalam Lesson Study tergantung pada siswa dan tidak selalu
sama seperti yang terlihat sebagai berikut: model pendekatan pengajaran, ide-ide
baru untuk pendekatan tradisional, tujuan memahami, siswa belajar apa di depan
kelas, siswa belajar apa dan bisa tidak belajar di kelas, nilai-nilai, pengembangan
profesional, ide untuk reformasi kurikulum, teori pendidikan matematika, dan
sebagainya.
Pengalaman logis untuk berbagi: siklus belajar mengajar berlanjut dari generasi ke
generasi. Pada konteks ini, pengalaman yang sama biasanya diakui sebagai
pengalaman baru dengan tantangan. Itulah alasan mengapa Lesson Study
mengembangkan komunitas belajar.
Setiap sekolah dasar Jepang biasanya menetapkan tema proyek lesson study pada
tingkat sekolah sepanjang tahun tergantung pada tuntutan gerakan reformasi nasional, guru
dan distrik sekolah. Tema utama dari proyek studi pelajaran di sekolah dasar adalah
Jepang, Matematika atau topik umum.
Pada tahun 1910-an, Jingo Shimizu menulis sebuah buku 'Pengajaran Sekolah
Dasar Matematika melalui problem posing' dalam bahasa Jepang (1924), yang
menjelaskan pendekatan pengajaran yang inovatif termasuk fakta bahwa kegiatan
pembelajaran matematika dimulai dari masalah anak-anak. Prinsip pengajaran Jepang
'Belajar dengan / Sendiri' telah dijelaskan oleh guru dan pendidik yang menulis buku
pedoman guru untuk mengajar. Pendekatan Problem Solving di Jepang, yang dikenal
sebagai proses melalui 'problem posing', 'pemecahan independen,' perbandingan dan
diskusi ', dan' ringkasan dan aplikasi ', dikenal di AS melalui studi banding pada
pemecahan masalah di tahun 80-an.
Pendekatan Problem Solving adalah salah satu pendekatan bersama di Jepang dan
berkembang seperti pendekatan sharable sendiri. Lesson study dikenal di dunia dengan
pendekatan Problem Solving. Pendekatan Problem Solving dikombinasikan dengan studi
pelajaran dan telah menyebar ke seluruh dunia dari Jepang melalui studi banding dan
program pelatihan guru untuk negara-negara berkembang di 1980-an.
Di Jepang, pendekatan problem solving dibagi untuk mengembangkan kemampuan
anak untuk berpikir dan belajar sendiri. Untuk mengetahui prestasi mereka, ada dua set
16

masalah penilaian nasional. Jenis pertama berfokus pada pemahaman dan keterampilan
dan jenis kedua berfokus pada pemikiran matematika termasuk argumentasi matematika.
Kedua tes masalah dikembangkan pada standar kurikulum nasional dan masalah tipe
kedua yang sangat terkait dengan masalah pendekatan pemecahan sendiri.
2.9. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving
Beberapa kelebihan dari penggunaan Problem Solving dalam pembelajaran
Matematika, antara lain :
a. Problem Solving merupakan salah satu metode yang menarik sehingga dapat
menciptakan suasana belajar matematika yang menyenangkan.
b. Problem Solving melatih siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah.
c. Problem Solving dapat mendorong keterampilan berpikir kritis atau penalaran
analitis siswa.
d. Problem solving menghasilkan sikap positif siswa terhadap matematika;
e. Problem solving membuat siswa menjadi peneliti matematika sejak dini;
f. Problem solving mendorong keterampilan bekerjasama/kerja kelompok;
Beberapa kelemahan dari penggunaan Problem Solving dalam pembelajaran
Matematika, antara lain :
a. Problem Solving sulit diterapkan pada siswa berkemampuan rendah.
b. Problem solving membutuhkan banyak persiapan.
c. Guru harus menguasai materi ajar dengan sangat baik karena harus menghadapi
berbagai pertanyaan yang mungkin muncul dari siswa.
17

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Mengapa Anda harus menyertakan pemecahan masalah dalam program
matematika Anda? Beberapa alasan mendasar dari pertanyaan ini adalah:
a. Pengembangan matematika siswa didasari pada pengetahuan mereka saat ini;
b. Problem solving merupakan cara yang menarik dan menyenangkan untuk
belajar matematika;
c. Problem solving memberikan cara belajar matematika baru dengan pemahaman
yang lebih besar;
d. Problem solving menghasilkan sikap positif siswa terhadap matematika;
e. Problem solving membuat siswa menjadi peneliti matematika sejak dini;
f. Problem solving mengajarkan siswa berpikir secara fleksibel dan kreatif;
g. Problem solving mengajarkan keterampilan pemecahan masalah secara umum;
h. Problem solving mendorong keterampilan bekerjasama/kerja kelompok;
i. Problem solving berguna untuk melatih kemampuan matematika siswa
menciptakan cara lain dalam menyelesaikan permasalahan;
j. Problem solving menjadi pendekatan yang mirip dengan mata pelajaran lain
yang diajarkan di sekolah dasar.
2. Secara umum, sejumlah anggapan kelemahan pengajaran pemecahan masalah di
kelas, adalah sebagai berikut:
a. Problem solving membuat ketidaknyamanan guru;
b. Problem solving menghasilkan ketidaknyamanan siswa;
c. Problem solving menempatkan kendala pada kurikulum dan waktu terlalu lama
untuk mengajar;
d. Problem solving sulit diterapkan bagi siswa berkemampuan rendah;
18

e. Problem solving membutuhkan banyak persiapan.
3.2. Saran
Problem solving hendaknya menjadi salah satu metode pembelajaran matematika
yang mampu memberikan pemecahan terhadap masalah matematika yang dialami siswa.
Penerapan problem solving dalam proses pembelajaran harus memperhatikan waktu
belajar yang cukup, kesiapan guru dan siswa, tingkat kemampuan matematika siswa, dan
strategi yang tepat. Problem solving digunakan tidak mutlak pada soal-soal cerita, namun
pendekatan penyelesaian soal-soalnya lebih cenderung membentuk model matematika
yang didasari pada soal cerita itu sendiri.
19

DAFTAR PUSTAKA
Google. (2014, 2 September). Learning to think mathematically:Problem solving, metacognition, and Sense-making in mathematics. Diperoleh 2 September 2014, dari AH Schoenfeld - … research on mathematics teaching and learning, 1992 - gse.berkeley.edu
Google. (2014, 26 September).The Effect of Alternative Solutions on Problem Solving Performance. Diperoleh 26 September 2014 dari www.lajpe.org/jan10/02_Tolga_Gok.pdf
Google. (2014, 26 September). Using Manipulatives in MathematicalProblem Solving: A PerformanceBased Analysis. Diperoleh 26 September 2014 dari www.math.umt.edu/tmme/.../tmmevol3no2_colorado_pp184_193.pdf
infotrac.galegroup.com/itmeb. (2014, 23 September). The Cultivation of Problem-solving and Reason in NCTM and Chinese National Standards. Diperoleh 23 September 2014 dari http://find.galegroup.com/menu/commonmenu.do?userGroupName=ptn060&action=updateCspList&searchTerm=The%20Cultivation%20of%20Problem-solving%20and%20Reason%20in%20NCTM%20and%20Chinese%20National%20Standards&DB=SPJ.SP02_SPJ.SP01_SPJ.SP03_
infotrac.galegroup.com/itmeb. (2014, 23 September).The Effect of Alternative Solutions on Problem Solving Performance. Diperoleh 23 September 2014 dari http://go.galegroup.com/ps/i.do?action=interpret&ty=bs&v=2.1&u=ptn060&it=search&s=DASORT&source=gale&p=GPS&dblist=SPJ.SP02_SPJ.SP01_SPJ.SP03_&qt=KE_ST~The+Effect+of+Alternative+Solutions+on+Problem+Solving+Performance+&sw=w&authCount=1
Sciencedirect. (2014, 18 September). Lesson Study: Problem Solving Approaches in Mathematics Education as a Japanese Experience. Diperoleh 18 September 2014, dari M Isoda - Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2010 – Elsevier
Yahoo. (2014, 2 September). How To Solve It A New Aspect of Mathematical Method G Polya. Diperoleh 2 September 2014, dari http://www.ebookchip.com/freepdf/how-to-solve-it-pdf-george.html
Yahoo. (2014, 26 September). Implementing Problem Solving in Mathematics Classrooms: What Support do Teachers Want?. Diperoleh 26 September 2014, dari www.merga.net.au/documents/RP42005.pdf
20

Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : ______________________________________________
Kelas / Semester : VII (tujuh) / I (satu)
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
Waktu : 2 x 40 menit
A. Materi Pokok : Persamaan Linier Satu Variabel
B. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan mengahayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan mengahayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleransi), santun diri dalam berintekrasi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena .
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pengamatan, tanya jawab, penugasan kelompok, siswa dapat mengembangkan
rasa ingin tahu dan tanggung jawab kelompok dalam:
21

1. Menunjukkan ingin tahu selama proses pembelajaran
2. Bertanggung jawab terhadap kelompok dalam menyelesaikan tugas
3. Menyusun persamaan linier satu variabel yang melibatkan konsep matematika
4. Menyelesaikan suatu persamaan linier satu variabel
D. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
1.1 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai, pendapat dan karya teman
dalam interaksi kelompok maupun aktifitas sehari-hari.
1.1.1 Membiasakan sikap berani bertanya, berpendapat, mau mendengarkan
orang lain, bekerja sama dalam tim
1.2 Menjelaskan persamaan dan menentukan nilai variabel dalam persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel
1.2.1 Mengenal persamaan linier satu variabel dalam berbagai bentuk dan
variabel
1.2.2 Menentukan nilai variabel dan suatu persamaan linier satu variabel
1.3 Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang
berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel
1.3.1 Membuat model matematika dengan persamaan linier satu variabel
1.3.2 Menyelesaikan model matematika dengan persamaan linier satu variabel
E. Materi Pembelajaran
1. Konsep persamaan linier satu variabel
2. Bentuk setara persamaan linier satu variabel.
F. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Model : Cooperative Learning
Metode : Problem solving
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
22

WaktuPendahuluan 1. Berdoa sebelum mengajar
2. Guru memeriksa kehadiran siswa 3. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya
memahami persamaan linier satu variabel sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis, peserta didik diberikan suatu permasalahn
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
10 menit
Inti Mengamati1. Guru membagi kelompok yang terdiri dari 2 orang2. Guru menyajikan materi dan masalah mengenai persamaan
linier satu variabelMenanya3. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang
telah diberikan 4. Siswa memikirkan masalah yang diberikan guru
(memahami masalah)Mencoba/mengeksplorasi5. Siswa bersama dengan teman satu kelompok
mendiskusikan penyelesaikan masalah (merancang perencanaan)
Menalar6. Siswa bekerjasama menyelesaikan masalah yang diberikan
guru (melaksanakan perencanaan).7. Perwakilan beberapa kelompok diminta untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan penuh percaya diri, dan peserta didik kelompok lain diminta menanggapi dengan penuh rasa tanggungjawab (melihat kembali ke belakang).
15 menit
15 menit
10 menit
20 menit
Penutup 1. Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang persamaan linier satu variabel.
2. Peserta didik melakukan refleksi bersama guru.3. Guru memberikan tugas / PR beberapa soal mengenai
persamaan linier satu variabel.4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan
pesan untuk tetap semangat belajar.
10 menit
H. Alat/Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja
23

2. Sumber : Buku Panduan Guru Matematika Kelas VII
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Pengamatan, tes tertulis
2. Prosedur Penilaian
Tes Tertulis
Kerjakan soal berikut:
1. Tentukan penyelesaian dari 4(x + 6) = 3(x + 2) dan 2(5x – 6) = 3(3x – 7)!
2. Jumlah dua bilangan ganjil berurutan adalah 36. Tentukanlah :
a. Bilangan kedua jika bilangan pertama dinyatakan dengan n!
b. Susunlah persamaan dalam n, kemudian selesaikan!
c. Tentukan kedua bilangan tersebut!
Kunci jawaban Skor1. - ) 4(x + 6) = 3(x + 2)
4x + 24 = 3x + 6 4x – 3x = 6 – 24 x = - 18
- ) 2(5x – 6) = 3(3x – 7) 10x – 12 = 9x – 21 10x – 9x = -21 + 12 x = -9
2. a. Bilangan pertama = n Bilangan kedua = n + 2
b. Jumlah dua bilangan ganjil berurutan adalah 36Bilangan 1 + bilangan 2 = 36n + (n + 2) = 36n + n + 2 = 36 2n + 2 = 36 2n = 36 – 2 2n = 34
n = 17
1222
1222
121
1112222
2
24

c. Bilangan pertama = n = 17Bilangan kedua = n +2 = 17+ 2 = 19
11
Jumlah 33Nilai = Skor perolehan x 100
Skor maksimal
J. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar
1. Prosedur Penilaian:
No Aspek yang Dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian1 Berani bertanya Pengamatan2 Berpendapat Pengamatan3 Mau mendengar orang lain Pengamatan4 Bekerjasama Pengamatan
2. Instrumen Pengamatan Sikap
Aspek sosial yang dinilai Tally Frekuensi SkorMengemukakan ide atau pendapat
Pada saat diskusi kelompok atau kelassiswa mengemukakan pendapatnya
BertanyaPada saat diskusi kelompok atau kelasSiswa bertanya pada teman atau guru
MendengarPada saat diskusi kelompok atau kelasSiswa mendengarkan danmemperhatikan jika orang lain berbicara
KerjasamaSiswa senantiasa bekerjasama dengananggota kelompok siswa yang lain
Total skorRubrik PenskoranSkor 0 tidak melakukan sama sekali aspek yang diamatiSkor 1 melakukan aspek yang diamati 1 kaliSkor 2 melakukan aspek yang diamati 2 kaliSkor 3 melakukan aspek yang diamati 3 kaliSkor 4 melakukan aspek yang diamati 4 kaliNilai = Total skor
9
25

Klasifikasi sikap yang diamati0 ≤ nilai < 1 sikap sosial tidak baik1 ≤ nilai < 2 sikap sosial cukup baik2 ≤ nilai < 3 sikap sosial baik3 ≤ nilai < 4 sikap sosial sangat baik
Medan, ________________ 2014
Mengetahui,
Kepala. SMP N ______________________ Guru Matematika
___________________________________ Kelompok 5
26

Lampiran 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Nama Kelompok : 1.__________________
2.___________________
Kelas : ____________________
Soal
1. Koko dan inem bermain tebak-tebakan dengan menggunakan beberapa bungkus plastik
hitam, beberapa buah kelereng dan sebuah timbangan. Koko memasukkan beberapa
kelerang dalam jumlah sama ke dalam dua bungkus plastik. Kemudian meletakkanya di
atas sisi kanan timbangan yang sudah diletakkan pula 3 buah kelereng secara terpisah.
Di sisi kiri, Koko meletakkan sebuah bungkus plastik berisi kelereng yang jumlahnya
sama dengan masing-masing plastik di sisi kanan. Agar seimbang, ternyata Koko perlu
menambahkan 7 kelereng lagi di sisi kiri. Dari cerita di atas, diskusikan pertanyaan-
pertanyaan berikut dan isikan jawaban di dalam kotak
a. Berapa banyak kelereng yang ada di dalam kantong tersebut?
b. Jika di sebelah kiri ditambah 1 kantong lagi, maka berapa kelereng yang harus ada
ditambahkan di sebelah kanan?
c. Jika Koko mengambil 7 buah kelereng yang ada di sebelah kiri, berapa kelereng
dan berapa kantong yang harus diambil di sebelah kiri agar timbangan tersebut
seimbang?
d. Bagaimana model matematika dari cerita di atas?
27

2. Suatu ketika Rico dan Ayahnya bermain bola di taman depan rumah mereka, mereka
terlihat sangat bahagia. Saat Rico dan Ayahnya bermain bola, Rico mempunyai 2
kantong bola, masing-masing kantong isinya sama. Ayahnya memberi lagi 10 bola,
ternyata banyak bola Rico sekarang lebih dari 30 bola. Namun, di saat Rico dan
ayahnya pulang, kantong bola Rico tertinggal 1 kantong di taman tersebut. Dari cerita
di atas, diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut dan isikan jawabanmu di dalam
kotak!
a. Berapakah banyak bola yang ada di dalam tiap-tiap kantong Rico?
b. Berapa jumlah bola Rico sebelum Rico diberi bola oleh Ayahnya?
c. Jika adik Rico meminta bola Rico sebanyak kurang dari 5 bola. Berapa jumlah bola
Rico sekarang?
d. Karena bola Rico tertinggal di taman, maka jumlah bola Rico sekarang adalah......
3. Dua ekor katak, Komo dan Dodo sedang dikejar oleh seekor ulat yang hendak
memangsa mereka. Pada saat mulai dikejar, Komo berada 3 meter di depan ular,
sedangkan Dodo berada 1 meter di belakang Komo. Mengetahui mereka sedang dalam
bahaya, kedua katak itu melompat menjauh dari ular. Komo melompat sebanyak 12 kali
dan Dodo melompat 17 kali sebelum akhirnya mereka bertemu di titik yang sama dan
akhirnya ular itu pergi.
a. Jika masing-masing jarak setiap lompatan kedua katak tersebut sama, berapakah
jarak setiap lompatan tersebut!
b. Jika ular itu berhasil menangkap mereka, berapa jarak yang ditempuh ular tersebut
selama pengejaran!
c. Jika ular itu tidak berhasil menangkap mereka, berapa jarak yang ditempuhkan ular
tersebut selama pengejaran!
d. Jika lompatan yang dilakukan oleh Komo sama dengan Dodo, apakah mereka akan
bertemu disatu titik!
28