Print Sindrom Down
-
Upload
erni-panjaitan -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of Print Sindrom Down
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
1/16
BAB I
PENDAHULUAN
Anak-anak dengan sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental karena adanya penambahan materi genetik dari
kromosom 21. 5 Kelainan tersebut ditemukan pertama kali oleh John Longdon
Down pada 1866. Pada tahun 1970-an, lebih dari 100 tahun berselang, untuk
menghormati sang penemu, para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama kelainan
tersebut dengan sindrom Down. 4
Di Indonesia, dari hasil penelitian studi cross-sectional yang dilakukan pada
bulan desember 2010 sampai maret 2011, dari 111 anak-anak dengan sindrom down
yang terdaftar dalam program intervensi yang diambil sebagai subyek penelitian
60 orang anak-anak dengan sindrom down yang berusia 2 6 tahun di departemen
rehabilitasi medik, rumah sakit cipto mangunkusumo dan pertumbuhan dan
pembangunan klinik harapan kita ini. Sampel 60 orang ini terdiri dari 36 laki-laki dan
24 perempuan ini di dapatkan 55 % dengan mikrosephali, IQ rata-rata adalah 52,8.
Analisis menunjukan pada anak-anak perempuan didapatkan memiliki kelebihan
berat badan dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan berada pada resikotertinggi untuk keterbelakan mental yang berat. 4
Referat ini dibuat untuk mengingatkan kembali tentang sindrom down
dengan mengetahui aspek psikologis orangtua, insidensi di Indonesia, deteksi dini
pada sindrom down dan terapi jangka panjang pada sindrom down.
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
2/16
BAB II
LANDASAN TEORI
ETIOLOGI
Sindrom down disebabkan oleh berikut 3 varian cytogenic:
1. Trisomi 21
2. Translokasi kromosom
3. Mosaicism 2
Sebuah trisomi 21 hasil dari nondisjunction selama meiosis di salah satu orang
tua. Kejadian ini berkorelasi dengan ibu dan ayah dengan lanjut usia. Kesalahan yang
paling umum adalah nondisjunction ibu di pembelahan meiosis pertama, dengan I
kesalahan meiosis terjadi 3 kali sesering meiosis II kesalahan. Kasus-kasus yang
tersisa berasal dari ayah, dan meiosis II kesalahan mendominasi. 2
Ibu lanjut usia tetap satu-satunya terdokumentasi dengan faktor risiko untuk
nondisjunction meiosis ibu. Namun, pemahaman tentang mekanisme dasar di balik
efek ibu yang lanjut usia kurang diketahui. Faktor risiko umur ibu adalah sebagai
berikut:
Dengan usia ibu 35 tahun, resikonya adalah 1 dalam 385
Dengan usia ibu 40 tahun, resikonya adalah 1 dalam 106
Dengan usia ibu 45 tahun, resikonya adalah 1 dalam 30
Translokasi terjadi ketika materi genetik dari kromosom 21 menjadi melekat
pada kromosom lain, mengakibatkan 46 kromosom dengan 1 kromosom memiliki
bahan tambahan dari kromosom 21 melekat. Ini dapat terjadi de novo atau ditularkan
oleh salah satu orang tua. Translokasi biasanya dari jenis fusi sentris. Mereka sering
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
3/16
melibatkan kromosom 14 (14/21 translokasi), kromosom 21 (21/21 translokasi), atau
kromosom 22 (22/21 translokasi). 2
Mosaicism dianggap sebagai peristiwa postzygotic (yaitu satu yang terjadi
setelah pembuahan). Sebagian besar kasus terjadi akibat zigot trisomi dengan
hilangnya mitosis dari satu kromosom. Akibatnya, 2 baris sel ditemukan: satu dengan
trisomi 21 dan yang lainnya dengan kariotipe normal. Temuan ini menyebabkan
variabilitas fenotipik yang besar, mulai dari mendekati normal dengan klasik trisomi
21 fenotipe. 2
Studi sitogenetika dan molekuler menunjukkan bahwa dup 21 (q22.1-22.2)
cukup untuk menyebabkan sindrom Down. Down syndrome critical region (DSCR)
mengandung gen dengan kode untuk enzim, seperti superoksida dismutase 1 (SOD1),
cystathionine beta-synthase (CBS), glycinamide ribonucleotide synthase-
aminoimidazole ribonucleotide synthase-glycinamide formil transferase (GARS-
mengudara-GART). 2
PATOFISIOLOGI
Pada kromosom 21 hampir mempengaruhi semua sistem organ dan hasil
dalam spektrum yang luas dari konsekuensi fenotipik. Ini termasuk komplikasi yang
mengancam jiwa, perubahan klinis yang signifikan (misalnya retardasi mental) dan
ciri-ciri fisik dismorfik. Sindrom down prenatal mengalami kelangsungan hidup
menurun dan meningkatkan prenatal dan postnatal pada morbiditas. Anak dengan
sindrom down mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, pematangan,
perkembangan tulang dan erupsi gigi. 2
Dua hipotesis yang berbeda telah diusulkan untuk menjelaskan mekanisme
kerja gen dalam sindrom down yaitu ketidakstabilan perkembangan ( misalnya,
kehilangan keseimbangan kromosom) dan apa yang disebut efek gen-dosis. Menurut
hipotesis efek gen-dosis, gen yang terletak pada kromosom 21 telah diekspresikan
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
4/16
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
5/16
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
6/16
6
MANIFESTASI KLINIK
1. Hipotonia
2. Muka datar
3. Fisur palpebra keatas dan miring dan lipatan epikantus, iris bernod (bintik brushfield);4. Berbagai tingkat retardasi mental
5. Dysplasia pelvis
6. Malformasi jantung
7. Lipatan simian ; tangan pendek dan lebar, hipoplasia falanks tengah jari ke lima, atresia
intestinum, lengkungan langit-langit . 6
Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak
sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda yang khas
sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala
yang relatif kecil dari normal ( microchephaly ) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. 10
Sifat pada kepala, muka dan leher : mereka mempunyai paras muka yang hampir sama
seperti muka orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar.
Pangkal hidungnya pesek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut
yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar ( macroglossia ). Pertumbuhan gigi lambat dantidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala biasanya lebih kecil dan agak lebar dari
bahagian depan ke belakang. Lehernya agak pendek. 6
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
7/16
7
Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan ( epicanthal
folds ) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar iris mata (60%), medial
epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak (2%) dan retinal detachment. Gangguan
penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea. Manifestasi mulut : gangguan
mengunyah menelan dan bicara. scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla),
keterlambatan pertumbuha gigi, hypodontia, juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir
sumbing. Hypogenitalism (penis, scrotum dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan
keterlambatan perkembangan pubertas. 6
Manifestasi kulit yaitu kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis
(50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%) dan seborrheic dermatitis (31%), Premature
wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria infections, fungal infections(tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia
areata (6-8.9%), Vitiligo dan Angular cheilitis. 6
Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-
jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput ( dermatoglyphics ).6
Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada
sistem organ yang lain.Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease .
Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Masalah
jantung yang paling kerap berlaku ialah kebocoran jantung seperti Ventricular Septal Defect
(VSD) yaitu kebocoran jantung diantara bilik jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect
(ASD) yaitu kebocoran jantung diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur
ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi anak-anak dengan sindrom
down dapat mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan (cynotic spell) dan susah
bernafas. 6
Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus
(esophageal atresia ) atau duodenum ( duodenal atresia ). Saluran esofagus yang tidak terbuka
(atresia) ataupun tiada saluran sama sekali pada bagian esofagus. Biasanya ia dapat timbul
semasa usia 1 2 hari dimana bayi mengalami masalah tertelan air liurnya. Saluran usus kecil
duodenum yang tidak terbuka terjadi penyempitan yang dinamakan Hirshprung Disease.
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
8/16
8
Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan
mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran dengan klinis perut
membuncit dan susah untuk buang air besar. Saluran usus rectum atau bagian usus yang paling
akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung atau penyempitan yang dinamakan Hirshprung
Disease. Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ -organ tersebut biasanya akan
diikuti dengan gejala muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan
awal kehamilan. Terlebih melalui ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down
atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. 6
Sifat pada tangan dan lengan pada anak-anak dengan sindrom down adalah mereka
mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tanganmereka biasanya hanya terdapat satu g arisan urat dinamakan simian crease. Tampilan kaki :
Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari telunjuk di kaki agak jauh terpisah dan
telapak kaki. Tampilan klinis otot ialah mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka
menjadi lembik dan menghadapi masalah lewat dalam perkembangan motor kasar. Masalah-
masalah yang berkaitan anak-anak dengan sindrom down mungkin mengalami masalah kelainan
organ-organ dalam terutama sekali jantung dan usus. 6
Sindrom down mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon tairoid.
Masalah ini berlaku sekitar 10 % anak-anak dengan sindrom down. Sindrom down mempunyai
ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher yang menyebabkan berlakunya penyakit
lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini berlaku di kalangan 10 % anak-anak dengan sindrom
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
9/16
9
down. Sebagian kecil mereka mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu
leukimia. Pada bagian otak anak-anak dengan sindrom down, ditemukan peningkatan rasio APP
(amyloid precursor protein ) seperti pada penderita alzheimer. 6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada usia kehamilan 11-14 minggu, dilakukan skrining awal dengan USG.
Pemeriksaan nuchal translucency (NT) mengukur penebalan cairan bawah kulit leher belakang
bayi pada kehamilan 10 - 13 minggu. Angka deteksi dan false positif pemeriksaan NT pada
kehamilan 12 minggu sebesar 69% dan 20%; pemeriksaan Serum Biochemistry and Fetal Nuchal
Translucency Screening Study (BUN) 69% dan 15% yang lebih baik. Namun, pemeriksaan NT
yang lebih teliti memperlihatkan angka deteksi dan angka false positif yang lebih baik yaitu 70-
80% dan 5%. Pada usia kehamilan 15-20 minggu dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat
berbagai penanda human chorionic gonadotrophin (hCG), alpha fetoprotein (AFP),
estriol (uE3), dan Inhibin-A yang mudah. Namun, pada trimester pertama, uji ganda hanya
mampu mendeteksi 59% dan uji kuadrupel 75%. Untuk memastikannya, perlu dilakukan
amniosentesis. 5
Hasil ujian sonogram akan dibandingkan dengan uji darah. Pada darah ibu hamil yang
disuspek bayinya sindrom Down, apa yang diperhatikan adalah plasma protein-A dan hormon
human chorionic gonadotropin (HCG). Hasil yang tidak normal menjadi indikasi bahwa
mungkin adanya kelainan pada bayi yang dikandung. 7
Terdapat beberapa uji diagnostik yang boleh dilakukan untuk mendeteksi sindrom Down.
Amniocentesis dilakukan dengan mengambil sampel air ketuban yang kemudiannya diuji
untuk menganalisa kromosom janin. Kaedah ini dilakukan pada kehamilan di atas 15
minggu. Risiko keguguran adalah 1 per 200 kehamilan.
Chorioni c vill us sampli ng (CVS) dilakukan dengan mengambil sampel sel dari plasenta.
Sampel tersebut akan diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik ini dilakukan pada
kehamilan minggu kesembilan hingga 14. Resiko keguguran adalah 1 per 100 kehamilan.
Percutaneous umbilical blood sampling (PUBS) adalah tehnik di mana darah dari
umbilikus diambil dan diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik dilakukan pada
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
10/16
10
kehamilan diatas 18 minggu. Tes ini dilakukan sekiranya tehnik lain tidak berhasil
memberikan hasil yang jelas. Resiko keguguran adalah lebih tinggi. 7
PENELITIAN ASPEK SIKAP PSIKOLOGIS IBU TERHADAP ANAK DENGAN SINDROM
DOWN. 1
Pengumpulan data dilakukan bulan februari 2011. Populasi penelitian ini adalah seluruh
ibu-ibu yang mempunyai anak down sindrom yang terletak di ISDI dan SLBN 01 Jakarta
Selatan. Sampel penelitian ini adalah total sampel ibu yang mempunyai anak dengan sindrom
down sejumlah 105 orang.
Distribusi responden berdasarkan umur, paritas, riwayat reproduksi, riwayat penyakit ibu,
marital, genetik, pengetahuan, penyakit anak dan tumbuh kembang. Hasil penelitian didapatkan
bahwa ibu yang berumur lebih 35 tahun lebih banyak menyatakan sikap malu terhadap kejadian
sindrom down (29,5%) dibanding dengan ibu yang berumur 20-35 tahun (17,6%). Dari riwayat
aborsi ibu yang mengalami abortus (32,4%) yang menyatakan malu terhadap kejadian sindrom
down dan (25,4%) ibu yang tidak mengalami abortus menyatakan malu. Kemudian riwayat yang
pernah diderita oleh ibu (35,8%) ibu tidak mempunyai riwayat penyakit menyatakan malu
terhadap kejadian sindrom down sedangkan ibu yang pernah menderita penyakit menyatakan
sikap malu terhadap kejadian sindrom down hanya sebesar (13,2%). Ibu yang mempunyai
riwayat marital dengan keluarga dekat (25%) menyatakan sikap malu terhadap kejadian sindrom
down, ibu yang tidak mempunyai riwayat marital dengan keluarga dekat (28,1%) menyatakan
sikap malu.
Berdasarkan riwayat genetik dalam keluarga ibu yang mempunyai riwayat genetik
sindrom down lebih banyak menyatakan sikap malu terhadap kejadian tersebut (37,9%) riwayatgenetik sindrom down hanya (10,3%) yang menyatakan sikap malu terhadap kejadian sindrom
down. Pengetahuan kurang sebagian besar menyatakan sikap malu terhadap kejadian sindrom
down (52,5%) dan pengetahuan baik hanya (12,3%), malu terhadap kejadian sindrom down,
berdasarkan riwayat penyakit anak menyatakan sikap malu terhadap sindrom down (44,7%)
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
11/16
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
12/16
12
70-80% anak dengan sindrom Down dilaporkan terdapat gangguan pendengaran. Oleh
karenanya diperlukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupannya, serta dilakukan tes
pendengarannya secara berkala oleh THT.
b. Penyakit jantung bawaan
30-40% anak dengan sindrom Down disertai dengan penyakit jantung bawaan. Mereka
memerlukan penanganan jangka panjang oleh seorang ahli jantung anak.
c. Penglihatannya
Anak dengan kelainan ini sering mengalami gangguan penglihatan atau katarak.
Sehingga perlu evaluasi secara rutin oleh ahli mata.
d. Nutrisi
Beberapa kasus, terutama yang disertai kelainan kongenital yang berat lainnya, akan
terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/prasekolah. Sebaliknya ada juga kasus justru
terjadi obesitas pada masa remaja atau setelah dewasa. Sehingga diperlukan kerjasama
dengan ahli gizi.
e. Kelainan tulang
Kelainan tulang juga dapat terjadi pada sindrom Down, yang mencakup dislokasi patela,
subluksasio pangkal paha atau ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan yang terakhir ini
sampai menimbulkan depresi medula spinalis, atau apabila anak memegang kepalanya dalam
posisi seperti tortikolis, maka diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina
servikalis dan diperlukan konsultasi neurologis.
f. Lain-lain
Aspek medis lainnya yang memerlukan konsultasi dengan ahlinya, meliputi masalah
imunologi, gangguan fungsi metabolisme.
Kelainan neurologis dapat menyebabkan retardasi mental, hipotonia, kejang dan stroke.
Pastikan juga perbaikan kemampuan berkomunikasi dan terapi bicara diteruskan, dengan
memberi perhatian pada aplikasi bahasa nonverbal dan kecerdasan otak.
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
13/16
13
Bagi pasien sindrom Down, baik anak atau dewasa harus sentiasa dipantau dan dievaluasi
gangguan prilaku, seperti fobia, ketidak mampuan mengatasi masalah, prilaku streotipik,
autisme, masalah makanan dan lain-lain. Tatalaksana terhadap kondisi mental yang timbul
pada penderita sindrom Down harus dilakukan (National Down Syndrome Society, 2007).
Pada akhir-akhir ini dengan kemajuan dalam bidang biologi molekuler, maka memungkinkan
dilakukan pemeriksaan secara langsung kelainan genetik yang mendasari sindrom Down.
2. Pendidikan
Ternyata anak denagn sindrom Down mampu berpartisipasi dalam belajar melalui program
intervensi dini, Taman kanak-kanak, dan mulai pendidikan khusus yang positif akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
a. Intervensi dini
Dengan intervensi dini yang dilakukan pada bayi dengan sindrom Down dan
keluarganya, menyebabkan kemajuan yang tidak mungkin dicapai oleh mereka yang tidak
mengikuti program tersebut. Pada akhir-akhir ini, terdapat sejumlah program intervensi dini
yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan yang memadai
bagi anak dengan sindrom Down makin meningkat. Anak akan mendapat manfaat dari
stimulasi sensoris dini, latihan khusus yang mencakup aktivitas motorik kasar dan halus, dan
petunjuk agar anak mampu berbahasa. Demikian pula dengan mengajari anak agar mampu
menolong diri sendiri, seperti belajar makan, belajar buang air besar atau kecil, mandi,
berpakaian, akan memberi kesempatan anak untuk belajar mandiri. Telah disepakati secara
umum bahwa kualitas rangsangan lebih penting daripada jumlah rangsangan, dalam
membentuk perkembangan fisik maupun mental anak. Oleh karena itu perlu dipergunakan
stimuli-stimuli yang spesifik.
b.
Taman bermain/ Taman kanak-kanak
Taman bermain/taman kanak-kanak juga mempunyai peranan yang cukup penting pada
awal kehidupan anak. Anak akan memperoleh manfaat berupa peningkatan keterampilan
motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya. Anak juga dapat melakukan
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
14/16
14
interaksi sosial dengan temannya. Dengan memberikan kesempatan bergaul dengan
lingkungan diluar rumah, maka memungkinkan anak berpartisipasi dalam dunia yang luas.
c. Pendidikan khusus (SLB-C)
Program pendidikan khusus pada anak dengan sindrom Down akan membantu anak
melihat dunia sebagai suatu tempat yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
Pengalaman yang diperoleh disekolah akan membantu mereka memperoleh perasaan tentang
identitas personal, harga diri dan kesenangan. Lingkungan sekolah memberikan anak dasar
kehidupan dalam perkembangan keterampilan fisik, akademis, dan kemampuan sosial.
Sekolah hendaknya memberi kesempatan anak untuk menjalin hubungan persahabatan
dengan orang lain, serta mempersiapkannya menjadi penduduk yang produktif. Kebanyakan
anak dengan sindrom Down adalah mampu di didik. Selama dalam pendidikan anak diajari
untuk biasa bekerja dengan baik dan menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya.
Sehingga anak akan mengerti mana yang salah dan mana yang benar, serta bagaimana harus
bergaul dengan masyarakat. Banyak masyarakat yang menerima anak dengan sindrom Down
dengan apa adanya.
d. Penyuluhan pada Orang tuanya
Begitu diagnosis sindrom Down ditegakkan, para dokter harus menyampaikan hal ini
secara bijaksana dan jujur. Penjelasan pertama sangat menentukan adaptasi dan sikap orang
tua selanjutnya. Dokter harus menyadari bahwa pada waktu memberi penjelasan pertama
kali, reaksi orang tua sangat bervariasi. Penjelasan pertama sebaiknya singkat, oleh karena
pada waktu itu mungkin orang tua masih belum mampu berpikir secara nalar. Dokter
hendaknya memberi cukup waktu, sehingga orang tua telah lebih beradaptasi dengan
kenyataan yang dihadapi. Akan lebih baik apabila kedua orang tua hadir pada waktu
memberi penjelasan yang pertama kali, agar mereka dapat saling meberikan dukungan.
Dokter harus menjelaskan bahwa anak dengan sindrom Down adalah individu yang
mempunyai hak yang sama dengan anak normal, serta pentingnya makna kasih sayang dan
pengasuhan orang tua. Pertemuan lanjutan perlu dilakukan untuk memberikan penjelasan
yang lebih lengkap. Waktu yang diluangkan dokter untuk membicarakan berbagai pokok
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
15/16
15
masalah, akan menyadarkan orang tua tentang ketulusan hati dokter dalam menolong mereka
dan anaknya. Orang tua harus diberi penjelasan apa itu sindrom Down, karakteristik yang
diketemukan dan antisipasi masalah tumbuh kembangnya. Orang tua harus diberi tahu bahwa
fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa biasanya terlambat pada sindrom Down.
Demikian pula kalau ada hasil analisa kromosom, harus dijelaskan dengan istilah yang
sederhana. Informasi juga menyangkut tentang resiko terhadap kehamilan berikutnya. Hal
yang penting lainnya adalah menekankan bahwa bukan ibu ataupun ayah yang dapat
dipersalahkan dalam kasus ini. Akibat terhadap kehidupan keluarga ataupun dampak pada
saudara-saudaranya mungkin pula akan muncul dalam diskusi. Mungkin orang tua tidak mau
untuk menceritakan keadaan anaknya ini pada anggota keluarga lainnya. Untuk itu mereka
harus dibesarkan hatinya agar mau terbuka tentang masalah ini. Walaupun menyampaikan
masalah sindrom Down akan menyakitkan bagi orang tua penderita, tetapi ketidak terbukaan justru akan dapat meningkatkan isolasi atau harapan-harapan yang tidak mungkin dari orang
tuanya. Akan lebih baik, kalau kita dapat melibatkan orang tua lain yang juga mempunyai
anak dengan sindrom Down, agar berbincang-bincang dengan orang tua yang baru punya
anak dengan kelainan yang sama tersebut. Mendengar sendiri tentang pengalaman dari orang
yang senasib biasanya lebih menyentuh perasaannya dan lebih dapat menolong secara
efektik. Sehingga orang tua akan lebih tegar dalam menghadapi kenyataan yang dihadapinya
dan menerima anaknya sebagaimana adanya.
B. PENCEGAHAN SINDROM DOWN
Konseling genetik, maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai, akan sangat
membantu mengurangi angka kejadian sindrom Down. Saat ini dengan kemajuan biologi
molekuler, misalnya dengan gene targeting atau yang dikenal juga sebagai homologous
recombination sebuah gen dapat di non -aktifkan. Tidak terkecuali suatu saat nanti, gen-gen
yang terdapat diujug lengan panjang kromosom 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya
fenotip sindrom Down dapat dinon-aktifkan.
Prognosis
Prognosisnya sangat bergantung pada adanya dan keparahan dari cacat jantung.
Kemungkinan pasien untuk mengalami penyakit saluran napas meningkat dan dapat terjadi akut
-
8/13/2019 Print Sindrom Down
16/16
16
leukemia. Apabila sindroma ini mengenai laki-laki maka akan menjadi infertil. Hampir 80%
pasien tanpa cacat jantung dapat mencapai umur 30 tahun; 60% dari semua pasien masih hidup
pada usia 50 tahun. Tinggi badan pada umur 18 tahun antara 136-145 cm untuk wanita dan 140-
162 cm untuk laki-laki. Dari usia dekade keempat, penyakit Alzheimer harus diperhatikan. 6,7
DAFTAR PUSTAKA
1. Asmijati dkk. Karakteristik sikap ibu dengan kejadian anak sindrom down [serial online]
nov 2012. Didapat dari : Jurnal Health Quality ac.id
2. Buchler Brucher. Practice Essenstials Down Syndrome. Jul. 2013. Didapat dari :
http://emedicine.medscape.com/article/
3. Genetic P. Health Supervision for Children with Down Syndrome. Feb. 2010. Didapat
dari : http://paediatricaindonesiana.org
4. Hendarto, dkk. Factors associated with inttigence in young children with Down
Syndrome. Nov. 2013. Didapat dari : http://paediatricaindonesiana.org
5. Kodym N. Skrining sindrom down : Sisi Mulia profesi Medis. Sept. 2009. Didapat dari :
http://www.jurnalmedika.com/
6. Needlman RD. Pertumbuhan dan perkembangan. Dalam : Behrman, Klegman, Arvin,
editor ahli bahasa : Samik WAhab. Nelson Text book of Pediatric. Edisi ke lima.
Philadelpia : WB Saunders Co ; 1996 h.393-394.
7. Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) Am J Med Genet 2010
Nov 16;80(3):213-7, Department of Genetics, Emory University, Atlanta, Georgia, USA.Down Syndrome Abstract of the Month: Dec 2010
8. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC, 2012 hal.211-211
http://emedicine.medscape.com/article/http://emedicine.medscape.com/article/http://paediatricaindonesiana.org/http://paediatricaindonesiana.org/http://paediatricaindonesiana.org/http://paediatricaindonesiana.org/http://paediatricaindonesiana.org/http://paediatricaindonesiana.org/http://www.jurnalmedika.com/http://www.jurnalmedika.com/http://www.jurnalmedika.com/http://paediatricaindonesiana.org/http://paediatricaindonesiana.org/http://emedicine.medscape.com/article/