Print Posisi Kasus

16
1.1 POSISI KASUS Dalam pembuatan artikel ini saya mengambil refrensi dari kasus perusahaan PT Lapindo di Porong sidoarjo, Jawa Timur. Menurut saya artikel ini melanggar kode etik dan etika profesi dalam kaitannya dengan etika ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu dengan adanya posisi kasus kita dapet mengetahui secara jelas permasalahan yang terjadi. PT. Lapindo Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan parah pada lingkungan dan sosial. Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT. Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk melindungi aset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan. Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip – prinsip etika yang ada. Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan kontraktor pengeboran PT.

description

hjg

Transcript of Print Posisi Kasus

Page 1: Print Posisi Kasus

1.1 POSISI KASUS

Dalam pembuatan artikel ini saya mengambil refrensi dari kasus perusahaan PT

Lapindo di Porong sidoarjo, Jawa Timur. Menurut saya artikel ini melanggar kode etik dan

etika profesi dalam kaitannya dengan etika ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu dengan

adanya posisi kasus kita dapet mengetahui secara jelas permasalahan yang terjadi.

PT. Lapindo Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di

Sidoarjo, akan tetapi pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab.

Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas telah

melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi

yang berlebihan dan melakukan kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar

yang mengakibatkan kerusakan parah pada lingkungan dan sosial.

Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT. Lapindo rela

menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT. Lapindo

untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk melindungi

aset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan

dan sosial yang mereka timbulkan.

Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip – prinsip etika yang ada.

Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan kontraktor pengeboran

PT. Medici Citra Nusantara yang merupakan perusahaan afiliasi Bakrie Group. Kontrak itu

diperoleh Medici dengan tender dari Lapindo Brantas Inc. senilai US$ 24 juta. Namun dalam

hal perijinannya telah terjadi kesimpang siuran prosedur dimana ada beberapa tingkatan ijin

yang dimiliki oleh lapindo. Hak konsesi eksplorasi Lapindo diberikan oleh pemerintah pusat

dalam hal ini adalah Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS), sementara ijin

konsensinya diberikan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur sedangkan ijin kegiatan aktifitas

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sidoarjo yang memberikan

keleluasaan kepada Lapindo untuk melakukan aktivitasnya tanpa sadar bahwa Rencana Tata

Ruang (RUTR) Kabupaten Sidoarjo tidak sesuai dengan rencana eksplorasi dan eksploitasi

tersebut.

Dalam artikel ini saya akan membahas tentang PT Lapindo yang tidak bertanggungjawab dan

melanggar etika ekonomi dan bisnis. Yang mengakibatkan banyak kerusakan, dan merugikan

banyak pihak seperti masyarakat, lembaga pemerintah, serta perekonomian negara.

Page 2: Print Posisi Kasus

1.2 RUMUSAN MASALAH

Manusia berperan paling aktif dalam mengubah tatanan Lingkungan. Manusia bisa

dengan cepat mengubah Lingkungan, namun karena perbuatan manusia pula lah Lingkungan

menjadi berubah bahkan dapat berdampak merusak bagi Lingkungan maupun ekosistem

didalamnya. Hubungan manusia dengan lingkungan tidak dapat dipisahkan, karena manusia

bergantung kepada alam, pun sebaliknya, alam pun membutuhkan campur tangan manusia

untuk dipelihara sehingga tercipta satu bentuk simbiosis.

Dalam hubungan manusia dan alam, terdapat etika – etika yang perlu diperhatikan.

Namun pada kenyataannya manusia masih menyalahi etika dalam mengelola lingkungan.

Seperti halnya bencana Lumpur Lapindo yang terjadi di Porong Sidoarjo pada tahun 2007

silam. PT Lapindo Brantas dianggap melakukan pelanggaran etika dalam eksplorasi dan

eksploitasi minyak bumi dan gas.

Maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam artikel ini adalah :

1. Bagaimana pandangan etika terhadap kasus mengenai eksploitasi lingkungan hidup

yang berlebihan ?

2. Bagaimana etika PT Lapindo Brantas dalam eksploitasi dan eksplorasi migas

khususnya di Porong Sidoarjo ?

3. Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan PT Lapindo Brantas agar permasalahan

selesai sesuai dengan etika ekonomi dan bisnis ?

Page 3: Print Posisi Kasus

1.3 ANALISA

Dari Uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo

Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi pihak

Lapindo malah enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang

dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana

PT. Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian

hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan parah pada

lingkungan dan sosial.

Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.

Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT.

Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk

melindungi aset-aset mereka daripada menyelamatkan dan perbaikan atas kerusakan

lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan.

Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip – prinsip etika yang

ada. Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan kontraktor

pengeboran PT. Medici Citra Nusantara yang merupakan perusahaan afiliasi Bakrie Group.

Kontrak itu diperoleh Medici dengan tender dari Lapindo Brantas Inc. senilai US$ 24 juta.

Namun dalam hal perijinannya telah terjadi kesimpang siuran prosedur dimana ada beberapa

tingkatan ijin yang dimiliki oleh lapindo. Hak konsesi eksplorasi Lapindo diberikan oleh

pemerintah pusat dalam hal ini adalah Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS),

sementara ijin konsensinya diberikan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur sedangkan ijin

kegiatan aktifitas dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sidoarjo yang

memberikan keleluasaan kepada Lapindo untuk melakukan aktivitasnya tanpa sadar bahwa

Rencana Tata Ruang (RUTR) Kabupaten Sidoarjo tidak sesuai dengan rencana eksplorasi dan

eksploitasi tersebut.

Dampak dari luapan lumpur yang bersumber dari sumur di Desa Renokenongo,

Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur sejak 29 Mei 2006 ini telah

mengakibatkan timbunan lumpur bercampur gas sebanyak 7 juta meter kubik atau setara

dengan jarak 7.000 kilometer, dan jumlah ini akan terus bertambah bila penanganan terhadap

semburan lumpur tidak secara serius ditangani. Lumpur gas panas Lapindo selain

mengakibatkan kerusakan lingkungan, dengan suhu rata-rata mencapai 60 derajat celcius juga

Page 4: Print Posisi Kasus

bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan fisik masyarakat yang tinggal disekitar semburan

lumpur. Rusaknya lingkungan fisik tersebut sudah dirasakan berbagai pihak selama ini antara

lain

1. Lumpuhnya sektor industri di Kabupaten Sidoarjo. Sebagai mana diketahui Sidoarjo

merupakan penyangga Propinsi Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya dalam sektor

industri. Hingga kini sudah 25 sektor usaha tidak dapat beroperasi yang berakibat

hilangnya mata pencaharian ribuan karyawan yang bekerja pada sektor industri

tersebut.

2. Lumpuhnya sektor ekonomi sebagai akibat rusaknya infrastruktur darat seperti

rusaknya jalan, jalan tol dan jalur ekonomi darat lainnya seperti jalur transportasi

kereta api dll.

3. Kerugian di sektor lain seperti pertanian, perikanan darat dll. Sejauh ini sudah

diidentifikasi luas lahan pertanian berupa lahan sawah yang mengalami kerusakan,

menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian Soetarto Alimoeso

mengatakan area pertanian di Sidoarjo, Jawa Timur, yang terkena luapan lumpur

Lapindo seluas 417 hektare. Lumpur telah menggenangi duabelas desa di tiga

kecamatan, tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur, menggenangi sarana dan

prasarana publik, Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas

produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja

yang terkena dampak lumpur ini, serta memindah paksakan sebanyak lebih dari 8.200

jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi.

4. Dampak sosial kehidupan masyarakat disekitar seperti sarana tempat tinggal,

pendidikan, kesehatan, sarana air bersih dll. Bahwa efek langsung lumpur panas

menyebabkan infeksi saluran pernapasan dan iritasi kulit. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa lumpur tersebut juga mengandung bahan karsinogenik yang bila berlebihan

menumpuk dalam tubuh dapat menyebabkan kanker dan akumulasi yang berlebihan

pada anak-anak akan mengakibatkan berkurangnya kecerdasan.

5. Hasil uji laboratorium juga menemukan adanya kandungan Bahan Beracun dan

Berbahaya yaitu kandungan (B3) yang sudah melebihi ambang batas. Hasil uji

kualitas air lumpur Lapindo pada tanggal 5 Juni 2006 oleh Dinas Pekerjaan Umum

Propinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa uji laboratorium dalam air tersebut

terdapat kandungan fenol. Kontak langsung dengan kulit dapat mengakibatkan kulit

seperti terbakardan gatal-gatal. Fenol bisa berakibat menjadi efek sistemik atau efek

Page 5: Print Posisi Kasus

kronis jika fenol masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Efek sistemik fenol bisa

mengakibatkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia),

dan gangguan ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa selain dampak kerusakan

lingkungan fisik, lumpur panas tersebut juga mengakibatkan ancaman lain yaitu efek

kesehatan yang sangat merugikan dimasa yang akan datang dan hal ini justru tidak

diketahui oleh masyarakat korban pada umumnya.

Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributif juga dilanggar oleh PT. Lapindo, karena

perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip penghematan adil, dan keadilan

sosial. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki kepedulian terhadap sesama manusia atau

lingkungan, karena menganggap peristiwa tersebut merupakan bencana alam yang kemudian

dijadikan alasan perusahaan untuk lepas tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang

dilakukan oleh PT. Lapindo secara otomatis juga berarti telah melanggar etika kebajikan.

Menurut saya praktik ekonomi selama ini cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan

sering diwarnai praktik-praktik bisnis tidak terpuji. Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang

semakin meluas di masyarakat yang sebelumnya hanya di tingkat pusat dan sekarang meluas

sampai ke daerah-daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat kita telah

terjadi krisis moral dengan menghalalkan segala mecam cara untuk mencapai tujuan, baik

tujuan individu memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok untuk eksistensi

keberlanjutan kelompok. Terapi ini semua adalah pemahaman, implementasi dan investasi

etika dan nilai-nilai moral bagi para pelaku ekonomi / bisnis dan para elit politik.

Epistemologi Etika Ekonomi

Etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya

memiliki makna dan arti yang berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang

memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memiliki etika

ekonomi pasti semua pihak perusahaan memiliki moral yang baik.

Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan santun) berasal

dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama

menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan

cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Jika kata etika dikaitkan

dengan kata bisnis akan menjadi Etika Ekonomi.

Page 6: Print Posisi Kasus

Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah

tertentu, sepert etika kedokteran, etika ekonomi, etika profesional (advokat, akuntan) dan

lain-lain. Disni ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis.

Dalam pengertian ini “etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari

perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good) atau buruk (bad)”. Sebenarnya etika

ekonomi dan bisnis di indonesia sudah baik, mungkin pelaksaannya yang kurang baik.

Pentingnya Etika dalam Dunia Ekonomi

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan

ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?. Didalam

ekonomi tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang

berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian,

pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang

ekonomi. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak

memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir

contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika ekonomi. Padahal, jika sebuah perusahaan

menaati etika ekonomi dan bisnis yang ada, maka perusahaan itu akan bertahan lama dan

sukses, dari pada perusahaan yang korupsi dan menghalalkan segala cara, masyarakat tidak

akan percaya lagi bahkan enggan untuk melakukan kerjasama kembali.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu ekonomi tunduk pada norma-norma yang ada

pada masyarakat. Tata hubungan ekonomi dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu

membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama

pelaku ekonomi maupun etika ekonomi terhadap masyarakat dalam hubungan langsung

maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat

dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat

interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang

terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang kini telah berubah. Perubahan dunia itu

menuntut segera dibenahinya etika ekonomi .

Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari

pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-

pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada

pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia

usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.

Page 7: Print Posisi Kasus

Menurut saya Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alam seperti

minyak bumi, gas batu bara, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan potensi yang

sangat melimpah jika sumberdaya tersebut di eksploitasi. namun bukan eksploitasi besar-

besaran yang dimaksudkan tetapi eksploitasi yang berwawasan dengan lingkungan dan sesuai

etika.

Sebaiknya kepada mereka yang berkecimpung dalam dunia industri terutama dalam bidang

pengeksploitasian sumber daya alam agar lebih berhati-hati dalam mengeksploitasi dan

memperhatikan dampak dari eksploitasi dan eksplorasi yang dilakukannya itu. Karena dapat

merugikan diri sendiri, perusahaan, masyarakat, serta negara.

Dari berbagai uraian di atas tentang kasus eksplorasi lingkungan secara berlebihan yang

dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas dapat disimpulkan bahwa :

1. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain.

2. Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.

Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan,

3. Kasus Lumpur lapindo ditinjau dari segi etika baik teori deontologi, utilitarisme, serta

keadialan, dinilai sangat tdk beretika karena merugikan masyarakat Porong Sidoarjo.

Page 8: Print Posisi Kasus

Sistem Ekonomi Pancasila (SEP)

Gagasan ekonom Prof. Mubyarto (UGM) sekitar tahun 1980-an.

Sebutan SEP sudah dilontarkan sebelumnya oleh Prof. Emil Salim (UI) sekitar tahun 1966

SI LA Emil Salim Mubyarto SumitroDjojohadikusumo

I

Mengenal Etika & Moral Agama

Roda perekonomian digerakkan rangsangan ekonomi, sosial, & moral

Berupaya senantiasa dekat dengan Tuhan dengan ibadah

II

Titik berat pada nuansa manusiawi dalam menggalang hub. Ekonomi dlm perkemb. masyarakat

Ada kehendak kuat dari masyarakat untuk mewujudkan pemerataan sosial (egalitarian)

Berupaya mengurangi & memberantas kemiskinan dlm penataan ekonomi masyarakat

III

Membuka kesempatan ekonomi secara adil bagi semua

Nasionalisme menjiwai setiap kebijakan ekonomi

Pola kebijakan ekonomi & cara penyelenggaraannya tdk menimbulkan kekuatan yg menggangu persatuan bangsa

IV

Bermuara pada pelaksanaan demokrasi ekonomi & politik

Koperasi merupakan sokoguru perekonomian & bentuk konkret usaha bersama

Rakyat berperan & berpartisipasi aktif dalam usaha pembangunan

V

Memberi warna egalitarian &social equitydlm proses pembangunan

Imbangan yg tegas antara perencanaan di tingkat nasional & desentralisasi

Pola pembagian hasil produksi lebih merata antar golongan, daerah, kota-desa.

Dalam menciptakan etika ekonomi, seharusnya perusahaan PT Lapindo harus memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengendalian Diri

Artinya, PT Lapindo mampu mengendalikan diri untuk tidak memperoleh apapun dari

siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan

keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan

keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis,

Page 9: Print Posisi Kasus

tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika

bisnis yang "etik".

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Pelaku ekonomi disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam

bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya,

terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll. Apalagi

kerusakan alam yang ditimbulkan PT lapindo sangatlah kompleks, seharusnya pihak

perusahaan mengganti dan memperbaiki kerusakan yang ada.

3. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan"

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu

memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis

dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin

tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang

merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar. Pengeboran besar – besaran

yang dilakukan PT Lapindo merupakan eksploitasi yang berlebihan, perusahaan harusnya

memikirkan masa depan anak cucu bangsa, bukan malah menghabiskan sumber daya alam

bahkan sampai mengakibatkan bencana.

4. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi

lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang

dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara. Jika

pihak perusahaan bisa menghindari 5k dengan tidak melibatkan pemerintah dalam

penggantian kerusakan yang dialami masyarakat sidoarjo, maka perekonomian bangsa akan

lebih baik. Jadi apa yang dilakukan perusahaan sudah melanggar etika, dengan melimpahkan

sebagian kesalahan pada pemerintah dan lari dari masalah yang mreka perbuat. Akibatnya

perekonomian negara menurun.

Page 10: Print Posisi Kasus

5. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap

orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya

semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun

pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas

semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu. PT lapindo harusnya konsekuen

dan konsisten dengan apa yang sudah mereka lakukan, dan harus ada itikat baik untuk tidak

melanggar etika profesi dan kode etik yang berlaku.

6. Memelihara Kesepakatan

PT Lapindo harus dapat Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran

dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan

etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu

ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://pelangianggita.blogspot.com/2012/01/contoh-pelanggaran-kasus-kode-etik.html

http://adityacrosmogear.blogspot.com/2013/10/artikel-kasus-pelanggaran-etika-bisnis.html

http://adey-am20.blogspot.com/2010/11/contoh-kasus-ptikpp-dinilai-melanggar.html

http://marsellabenifa16.blogspot.com/2013/11/contoh-kasus-pelanggaran-etika-bisnis.htmlhttp://kesmasuh.blogspot.com/2013/05/makalah-etika-bisnis-kasus-pt-lapindo.htmlhttp://restieokti.blogspot.com/2012/10/kasus-lapindo-sebagai-suatu-bisnis-tak_26.html