Presus Mioma Isi

28
BAB I PENDAHULUAN Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh (Guyton, 2002) Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 – 45 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. 1,2 Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak masalah termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas. Perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk dilakukan histerektomi. Hal ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. 1,2,3,4 1

description

mioma uteri

Transcript of Presus Mioma Isi

Page 1: Presus Mioma Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan

jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarkhe,

sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh (Guyton,

2002)

Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada usia

diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 – 45 tahun, menunjukkan

adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri

ditemukan 2,39% - 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat.1,2

Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak masalah

termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas. Perdarahan uteri yang

sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk dilakukan histerektomi. Hal ini

menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling efektif belum

didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri.1,2,3,4

1

Page 2: Presus Mioma Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan jaringan ikat

uteri, sering juga disebut sebagai fibromioma, leiomioma, fibroid.1 Dapat bersifat tunggal dan

multiple. Konsistensinya keras dengan batas kapsul yang jelas sehingga dapat dilepaskan dari

sekitarnya.

Etiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri banyak

ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause, dan

belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri

paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.1

Esterogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator masih

menimbulkan silang pendapat. Telah ditemukan banyak sekali mediator didalam mioma uteri,

seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 (IGF-1). Awal mulanya

pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini

mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun secara

keseluruhan.2,5

Faktor Predisposisi Mioma Uteri

a. Umur

Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati angka

40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause

hampir tidak pernah ditemukan (Wiknjosastro, 2005). Pada usia sebelum menarche kadar

estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause

(Ganong, 2008). Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Jodosapoetro,

2005).

b. Riwayat Keluarga

2

Page 3: Presus Mioma Isi

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai

2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis

keturunan penderita mioma uteri (Parker, 2007).

c. Obesitas

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan

konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak

(Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini

dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma

uteri (Parker, 2007).

d. Paritas

Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya

perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil.

Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil

atau hanya hamil satu kali ( Schorge et al., 2008 ).

e. Kehamilan

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ditemukan

sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena

tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus (Scott,

2002). Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri

(Manuaba, 2003).

Kehamilan dapat juga mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron

lebih dominan.

Klasifikasi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari

korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma

uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan

mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),

subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).1,2

1. Mioma submukosa

3

Page 4: Presus Mioma Isi

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai

6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,

tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan

waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,

terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis

mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke

vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah

mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami

anemia dan sepsis karena proses di atas.6

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi

tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai

bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding

depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,

sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi

oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum

menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum

atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu

macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu

saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma

dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang

tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari

jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.

4

Page 5: Presus Mioma Isi

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri

Gambaran Mikroskopik

Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada

pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai sel-sel otot polos panjang, yang membentuk

bangunan yang khas sebagai kumparan. Inti sel juga panjang dan bercampur dengan jaringan

ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral dengan sitoplasma yang banyak

mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya

mast cells diantara serabut miometrium sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel

raksasa (giant cells).1,3,4

Perubahan Sekunder

1. Atrofi.

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil.

2. Degenerasi hialin.

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan

struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil

tumor yang seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik.

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga

terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi

pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan

konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

5

Page 6: Presus Mioma Isi

4. Degenerasi membatu.

Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam

sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma

menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5. Degenerasi merah.

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan

karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat

sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin

dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang

disertai emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri

pada perabaan. Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma

bertangkai.

6. Degenerasi lemak.

Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang lanjut,

dikenal dengan sebutan fibrolipoma.6

Diagnosis

Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.

- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.

- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

2. Pemeriksaan fisik

- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut

menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.

- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

3. Gambaran Klinis

Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang terjadi

berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :

a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)

b. Perut terasa penuh dan membesar

c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)

6

Page 7: Presus Mioma Isi

Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi

penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran

leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya

adalah:

- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih

menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)

- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi

(sulit BAB) atau sumbatan usus

- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan

infeksi

- Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis

sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)7

4. Pemeriksaan luar

Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas

atau bebas.

5. Pemeriksaan dalam

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas

dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini

disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang

mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.

Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma

terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian

menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan

keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan

ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus

sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat

membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.

Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa

bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus

membesar dan berbentuk tak teratur.

7

Page 8: Presus Mioma Isi

Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta

menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai

pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi untuk mengevaluasi

massa pada pelvis.

Komplikasi

1. Perdarahan sampai terjadi anemia.

2. Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 –

0,6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua sarkoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah

diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan

apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.2,3

3. Torsi. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi

akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma

tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.

Diagnosis Banding

Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor ovarium yang solid, atau

kehamilan uterus gravidus. Sedangkan pada mioma submucosum yang dilahirkan diagnosa

bandingnya adalah inversio uteri. Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa bandingnya

adalah adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau sarcoma uteri. 1,2,3,4

Penatalaksanaan

Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan

untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis

mioma uteri itu sendiri.

1. Konservatif

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa

terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.

Penanganan konservatif, bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.

Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

- Pemberian zat besi.

8

Page 9: Presus Mioma Isi

- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap

minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan

menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan

hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek

maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.

- Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan

beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat

mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.

- Baru-baru ini, progestin dan antiprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik.

Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan

levonorgestrol intrauterin.

2. Pengobatan Operatif

Penanganan operatif, bila:

- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.

- Pertumbuhan tumor cepat.

- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

- Hipermenorea pada mioma submukosa.

- Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :

a. Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau

mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif,

dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada

kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada

masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang

dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang

menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus

dilahirkan dengan seksio sesarea.

Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG)

adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.

9

Page 10: Presus Mioma Isi

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan

keguguran yang berulang.

b. Histerektomi

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki

leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi

adalah sebagai berikut:

Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan

dikeluhkan olah pasien.

Perdarahan uterus berlebihan :

Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.

Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

Nyeri hebat dan akut.

Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.

Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak disebabkan

infeksi saluran kemih.

c. Penanganan Radioterapi

- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).

- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

- Bukan jenis submukosa.

- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.

- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.

- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.

Mioma Uteri dan Kehamilan

Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah :

- Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada mioma

submukosum.

- Dapat menyebabkan kelainan letak janin

- Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta

- Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik

dalam fungsi miometrium

- Dapat menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas

10

Page 11: Presus Mioma Isi

- Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan

menghalangi jalan lahir.

Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah :

- Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang

meningkat

- Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah

diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna

mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang

menyebabkan perdarahan.

- Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda

sindrom akut abdomen.

Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada kehamilan

sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan

abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala

akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir, dilakukan SC

(Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan dilakukan miomektomi lebih baik

ditunda sampai sesudah masa nifas.

Prognosis

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif

dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka

diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah

miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.11

11

Page 12: Presus Mioma Isi

BAB III

KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 45 tahun

Paritas : P2A0

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Suami : Bp. S

Umur : 54 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Purnawirawan TNI

Alamat : Paten Sumberagung Jetis Bantul

Tanggal Masuk : 19 Maret 2015

No Rekam Medis : 299237

B. Anamnesa

1. Keluhan Utama : Darah saat haid yang lebih banyak dari biasanya.

2. Keluhan Tambahan : Benjolan pada perut sejak 6 bulan terakhir.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

P2A0 datang dengan keluhan utama terdapat benjolan pada perut sejak sekitar 6

bulan yang lalu, benjolan terasa semakin membesar. Nyeri saat haid sering dirasakan

disertai perdarahan yang banyak. Pasien merasa badannya lemas dan mudah lelah.

Pusing (-), mual (-), muntah (-). Makan minum seperti biasa. BAK dan BAB tidak ada

keluhan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita keluhan yang serupa sebelumnya seperti sekarang.

Riwayat penyakit jantung, asma, diabetes melitus, hipertensi disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama.

Riwayat penyakit jantung, asma, hipertensi, diabetes melitus tidak ada.

6. Riwayat haid

12

Page 13: Presus Mioma Isi

- Menarche : 14 tahun

- Lama Haid : 6 hari

- Siklus Haid : 28 hari

- Disertai rasa sakit : (+)

7. Riwayat Pernikahan

Menikah 1x saat usia 19 tahun dengan suami sekarang selama 27 tahun.

8. Riwayat Obstetri

- Anak I : 19-09-1988/ Sectio Caesarian/ Dokter/ Sehat

- Anak II : 29-11-1999/ Spontan/ Bidan/ Sehat

9. Riwayat Ginekologi

- Keluarga Berencana (KB) : Suntik selama 1 tahun dan Pil selama 2 tahun

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD = 110/70 mmHg ; N=80x/menit ; R=20x/menit ; T=37°C

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 97 kg

Status Gizi : Obese

Kepala :bentuk mesosefal, simetris, tak tampak adanya tumor, tanda

peradangan (-)

Rambut : hitam, distribusi merata, tidak rontok, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, edema palpebra -/-

Telinga : otorhea -/-, tanda peradangan -/-

Hidung : nafas cuping hidung -/-, deformitas-/-, rinorhea-/-, deviasi

septum-/-

Mulut : bibir kering (-), hiperemis (-), lidah tremor (-), lidah kotor (-)

Leher : trachea di tengah, mobilitas normal, limfonodi tidak teraba

Payudara : simetris, tak tampak adanya massa, tanda peradangan (-),

Jantung : S1S2 reguler, bising (-)

Paru : Simetris kanan kiri, retraksi -/-, vesikuler +/+

Hepar/Lien/Ren : tidak teraba

Rectum/Anus : haemorrhoid (-), massa (-)

Ekstremitas : akral hangat, nadi terba cukup, tidak edema

13

Page 14: Presus Mioma Isi

Kulit : turgor dan elastisitas baik

2. Status Ginekologi

Pemeriksaan luar : massa tumor (+), nyeri tekan (-), darah (+)

Pemeriksaan dalam : V/U tenang, dinding vagina licin, serviks utuh, mecucu

dibelakang, OUE tertutup, teraba massa padat, massa ukuran kira-

kira 12x10x11 cm³, jika massa digerakkan rahim ikut bergerak,

parametrium kanan kiri lemas, STLD (+)

D. Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap

Hb : 10,2 g/dL

AL : 7,78 10³/uL

AT : 270 10³/uL

Hmt : 34,5 vol%

PPT : 14,0 detik

APTT : 29,1 detik

Control PPT : 14,5 detik

Control APTT : 31,1 detik

Kimia Darah

GDS : 109 mg/dL

Ureum : 11 mg/dL

Kreatinin : 0,50 mg/dL

SGOT : 13 U/L

SGPT : 11 U/L

Protein Total : 7,01 g/dL

Albumin : 3,57 g/dL

Globulin : 3,44 g/dL

Hbs-Ag : negatif

Elektrolit

Na : 140,9 mmol/l

K : 4,08 mmol/l

Cl : 105,0 mmol/l

USG tampak uterus membesar padat, ukuran 15x12x10 cm³.

Kesan : myoma uteri

14

Page 15: Presus Mioma Isi

EKG Normal Sinus rythme

Ro thorax Cor dan pulmo dalam batas normal

E. Diagnosa

Myoma Uteri

F. Terapi

Rencana Histerektomi (20-03-2015)

15

Page 16: Presus Mioma Isi

BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter ataupun multiple.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.

Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.

Pada Laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 45 tahun, P2A0

datang dengan keluhan utama terdapat benjolan sejak 6 bulan yang lalu, semakin lama

semakin membesar. Nyeri saat haid kadang dirasakan disertai perdarahan yang lebih banyak

dibanding biasanya. Pasien merasakan badannya lemas dan mudah lelah.

Dalam pemeriksaan, tak terlihat adanya massa pada abdomen, abdomen supel, tidak

didapatkan nyeri tekan, massa tumor berupa massa padat tidak berbenjol-benjol. Dari

pemeriksaan dalam didapatkan hasil vulva urethra tenang, dinding vagina licin, serviks utuh,

mecucu dibelakang, ostium uteri eksternus tertutup, teraba massa padat, massa ukuran kira-

kira 15x10x12 cm³., jika massa digerakkan rahim ikut bergerak, parametrium kanan-kiri

lemas, didapatkan sarung tangan lendir darah. Dari hasil pemeriksaan penunjang berupa

Ultrasonografi didapatkan hasil tampak uterus membesar padat, ukuran 15x10x12 cm³.

Setelah dilakukan pemeriksaan pasien ini didiagnosa mioma uteri.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan

penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien tersebut kemungkinan karena usia 45

tahun dimana tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara usia 35-45 tahun.

Diperkirakan ada korelasi antara hormon esterogen dengan pertumbuhan mioma, dimana

mioma uteri muncul seteah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi

setelah menopause.

Diagnosa mioma uteri ditegakkan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada

tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukous, subserous), besarnya

tumor, perubahan dan komplikasi terjadi.

Pemeriksaan patologi anatomi (PA) direncanakan dilakukan setelah miomektomi,

karena bagaimanapun diagnosis definitive dari perdarahan uterus adalah dengan biopsy atau

dilatasi dan kuretase partial. Pemeriksaan PA dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan

yang paling mematikan dan penting seperti adenokarsinoma endometrium atau sarcoma

uterus dan karsinoma ovarium.

16

Page 17: Presus Mioma Isi

Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri melalui hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Penatalaksanaan

mioma uteri bisa berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umur, dan paritas

penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif yang bertujuan agar massa pada perut

tidak semakin membesar. Direncanakan Total Abdominal Histerektomi (TAH) elektif karena

untuk mencegah bertambah besarnya tumor, pasien juga sudah tidak punya keinginan untuk

hamil lagi sehingga tidak perlu mempertahnkan fungsi dari rahim. Miomektomi bisa dipilih

untuk pasien yang masih menginginkan anak, sehingga perlu mempertahankan fungsi uterus.

Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma

servisis uteri.

17

Page 18: Presus Mioma Isi

BAB V

KESIMPULAN

1. Penegakan diagnosis pada kasus mioma uteri adalah dengan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan dalam, pemeriksaan penunjang dan USG.

2. Faktor penyebab Mioma uteri pada pasien tersebut adalah usia pasien yang tergolong

dalam resiko tinggi.

3. Penatalaksanaan kasus ini adalah dengan tindakan operatif karena untuk mencegah

pembesaran dari mioma uteri dan mencegah timbulnya karsinoma serviks uteri.

18

Page 19: Presus Mioma Isi

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds. Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 – 8. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003; 151 – 156. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

3. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie Chesmy, Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 2001 ; 314 – 315. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

4. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomiomata. In : Chesmy M, Heather, Whary eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia : Lippincott Williams and Willkins, 2001 ; 316 – 318. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

5. Friedman AJ, Rein MS, Murugan R, Pandian, Barbieri RL.Fasting serum growth hormone and insulin_like growth factor – I and –II concentrations in women with leiomiomata uteri treated with leuprolide acetate or placebo. Fertility and Sterility, 1990 ; 53 : 250 – 253. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

6. Joedosaputro MS. Tumor jinak alat genital. Dalam: Sarwono Prawiroharjo, edisi kedua. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: 1994; 338-345

7. http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/26/mioma-uteri

8. Sivecney G.Mc, Shaw RW. Attempts at medical treatment of uterine fibroids. In : R.W. Shaw, eds. Advences in reproductive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 95 – 101. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

9. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomyomata. In : Chesmy M, Heather, Whary eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia : Lippincott Williams and Willkins, 2001 ; 316 – 318. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

19

Page 20: Presus Mioma Isi

10. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie Chesmy,Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 2001 ; 314 – 315, Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

11. Lumsden MA. The role of oestrogen and growth factors in the control of the growth of uterine leiomiomata. In : R.W. Shaw, eds. Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids. England-New Jersey: The Parthenon Publishing Group, 1992; 9 – 20. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

20