Presus Herpes Genital

43
PRESENTASI KASUS HERPES GENITALIS Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Diajukan Kepada : dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes, Sp.KK Disusun Oleh : Triandari Sumantri 2007.031.0152 BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Transcript of Presus Herpes Genital

Page 1: Presus Herpes Genital

PRESENTASI KASUS

HERPES GENITALIS

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada :

dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes, Sp.KK

Disusun Oleh :

Triandari Sumantri

2007.031.0152

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2012

Page 2: Presus Herpes Genital

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Presentasi Kasus dengan judul

HERPES GENITALIS

Tanggal : Desember 2012

Oleh :

Triandari Sumantri

20070310152

Mengetahui,

Dokter pembimbing,

dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes, Sp.KK

Page 3: Presus Herpes Genital

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : ny. S

Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Alamat : Turi, sumberagung, Jetis, Bantul

Pekerjaan : tukang laundry

No. RM : 328476

1.2 ANAMNESIS

Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri dan melenting-melenting di

daerah kemaluan.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke poli kulit dan kelamin

RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan keluhan nyeri pada daerah

kemaluannya. Pasien mengatakan terasa nyeri pada saat kencing, terasa

perih, dan mengeluarkan nanah saat kencing. Keluhan dirasakannya sejak

kurang lebih 4 hari yang lalu. Pasien mengaku 2 hari setelah berhubungan

dengan suami muncul melenting – melenting di daerah kemaluannya.

Benjolannya dirasakan nyeri. Pasien juga mengalami demam dan sering

pusing sejak muncul melenting – melenting tersebut.

Riwayat Kontak :

Pasien menikah dengan suami ke-2, suami pertama sudah bercerai tetapi

memang punya riwayat terkena penyakit serupa. Sedangkan suami ke-2

juga mengalami keluhan yang serupa sejak 10 tahun yll. Pasien tidak

menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Riwayat berhubungan

Page 4: Presus Herpes Genital

seksual dengan selain suami disangkal. Pasien mengetahui suami kedua

pernah berhubungan seksual dengan orang lain.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan dan gejala yang

serupa.

Riwayat alergi makanan dan obat disangkal.

Riwayat asma, DM, jantung disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Suami mengalami gejala dan keluhan serupa, kambuh-kambuhan sejak 10

tahun yll. Namun, sudah diobati.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : Dalam batas normal

1.3.1 STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Labia minora dextra

Distribusi : terlokalisir

Efloresensi : tampak vesikel berkelompok dengan dasar eritema, bentuk bulat,

batas tegas, diameter 0,5 cm.

1.3.2 LABORATORIUM

tidak dilakukan.

1.3.3 DIAGNOSIS BANDING

1. herpes simplex genitalia

2. ulkus mole

3. skabies

Page 5: Presus Herpes Genital

1.3.4 DIAGNOSIS KERJA

Herpes simplex genital

1.3.5 PENATALAKSANAAN

umum :

- istirahat yang cukup

- daerah yang gatal atau nyeri tidak boleh digaruk

- menjaga kebersihan kulit dengan tetap mandi 2 kali sehari.

Khusus :

- sistemik :

antiviral : asiklovir 5x200mg

analgesic : antalgin 3x1

Page 6: Presus Herpes Genital

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa

vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis

terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua

macam tipe HSV (Herpes Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya

dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui

hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri.

Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.1

HSV (Herpes Simplex Virus) dapat menimbulkan serangkaian penyakit,

mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit

kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran

dan perhatian dari beberapa ahli, seperti: ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli

kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih

berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah

terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan

infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian

menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau

herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada

25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral

biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah,

dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan

esophagus.1

Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili

herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai

kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi

primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang

lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai

kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi

yang rekuren. Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada

Page 7: Presus Herpes Genital

karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang

pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk

mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara

prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang

mendapat infeksi subklinik.1

2.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada

faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya

ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi

sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender

mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan

lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual.

Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi

Amerika Serikat daripada Eropa dan kelompok ethnik kulit hitam dibanding kulit

putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di

Inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-

69 tahun di Amerika Serikat.2

Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan

1990-an. Di Inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS

meningkat enam kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter

yang dilakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes

genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970

menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung. Di samping

itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan oleh anatomi

alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya rekurensi pada

pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah

tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya.2

Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering

berhubungan dengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan

genital. Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan VHS-

Page 8: Presus Herpes Genital

2 menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumlah

signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1. HSV-2 juga kadang-kadang

menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya kasus hubungan seks

oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena VHS-2 tanpa infeksi genital. Di

Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS

pendidikan herpes genitalis merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) dengan

gejala ulkus genital yang paling sering dijumpai.2

Herpes

simplex

virus

Disease in Immunocompetent

Individuals

Disease in Immunocompromised

Individuals

Management

Herpes

simplex

virus-1

(HSV-1)

(HHV-1)

Primary infection often

asymptomatic

Primary herpetic gingivostomatitis

Herpes labialis

Herpetic whitlow

Aseptic meningitis

HSV encephalitis

Widespread local infection

Chronic ulcers

Disseminated cutaneous infection

Disseminated visceral infection

Immunization:

vaccine

promising

Antiviral

agents

Acyclovir

Valacyclovir

Famciclovir

Foscarnet

Herpes

simplex

virus-2

(HSV-2)

(HHV-2)

Primary infection often

asymptomatic

Herpes genitalis, primary and

recurrent

Herpetic whitlow

Aseptic meningitis

Widespread local infection

Chronic ulcers

Disseminated cutaneous infection

Disseminated visceral infection

Immunization:

vaccine

promising

Antiviral

agents

Acyclovir

Valacyclovir

Famciclovir

Foscarnet

Tabel 1. Herpes Simplex Virus and Associated Diseases in Immunocompetent and

Immunocompromised Individuals3

Page 9: Presus Herpes Genital

2.3 ETIOLOGI

Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),

yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV:

Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka

pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.

Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital

dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).

Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV

yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela

zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varisela. Sebagian besar kasus herpes

genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1

menyebabkan kelainan yang sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang

penularannya secara utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini,

HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital

menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi

beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.

2.4 PATOGENESIS

HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herpesviridae; sebuah

grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperan secara luas pada

infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varisela zoster mempunyai

hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha herpesviridae. Alfa herpes virus

menginfeksi tipe sel multipel, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan

sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi

epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus

pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat

aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung

lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan

mukosa.1

Page 10: Presus Herpes Genital

Gambar 1. Patogenesis virus herpes

Gambar 2. Dua virus herpes dalam noda negatif mikrograf elektron transmisi

(TEM)

Page 11: Presus Herpes Genital

Gambar 3. Herpes simplex virus: positive Tzanck smear A giant,

multinucleated keratinocyte on a Giemsa-stained smear obtained from a vesicle

base. Compare the size of the giant cell to that of the neutrophils also seen in this

preparation. An isolated acantholytic keratinocyte is also seen. Identical findings

are present in lesions caused by varicella zoster virus.

Gambar 4. Herpes labialis

Page 12: Presus Herpes Genital

Gambar 5. Herpes genitalis

Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring. Virus menyebar melalui

droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.

HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh

hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi

serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum

ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada

daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar

melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta

bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia

trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di

ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus

akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi

rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga

kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi

Page 13: Presus Herpes Genital

primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam,

stress fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-

obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan

hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito-genital, ano-genital maupun

oro-genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan

kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan

HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva)

atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis dan dermis

menyebabkan destruksi seluler dan peradangan.

2.5 GEJALA KLINIK1

Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik.

Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi

awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun

infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa

dilakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan

infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2

agak susah dibedakan.

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau

di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum,

bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.10

Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu

setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu.

Adapun gejalanya sebagai berikut:

Nyeri dan disuria

Uretral dan vaginal discharge

Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)

Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

Nyeri pada rektum, tenesmus

Tanda-tanda:

Page 14: Presus Herpes Genital

Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta

tergantung pada tingkat infeksi

Limfadenopati inguinal

Faringitis

Cervisitis

Gambar 6. Herpes genitalis pada perempuan

Gambar 7. Herpes genitalis pada laki-laki

Page 15: Presus Herpes Genital

2.5.1 Herpes Genitalis Primer

Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual

(termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval

yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi

dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis

sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang

menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak

nyeri.

Herpes genitalis primer3,6

Sebuah plak eritematosa sering terlihat pada awalnya, dilanjutkan

segera dengan munculnya vesikel berkelompok, yang dapat

berkembang menjadi pustul.

Erosi yang dangkal dapat berkembang menjadi ulkus; temuan

‘klasik’ mungkin berkrusta atau lembab.

Defek pada epitel-epitel ini sembuh dalam 2-4 minggu, sering

mengakibatkan hipo atau hiperpigmentasi post inflamasi, jarang

dengan jaringan parut.

Kebanyakan penderita tidak bergejala

Yang bergejala umumnya mengeluhkan demam, sakit kepala,

malaise, mialgia, yang memuncak pada 3-4 hari pertama setelah

onset dari lesi, selesai dalam 3-4 hari berikutnya.

Tergantung pada lokasi, nyeri, gatal, disuria, radiculitis lumbal,

cairan vagina atau uretra adalah gejala umum.

Limfadenopati inguinal yang lembut terjadi pada minggu kedua

dan ketiga.

Nyeri pelvis yang dalam dihubungkan dengan limfadenopati

pelvis.

Beberapa kasus dari episode klinis pertama herpes genitalis

dimanifestasikan oleh penyakit secara luas dan membutuhkan

Page 16: Presus Herpes Genital

rawat inap.

Gambar 8. Herpes genitalis primer

2.5.2 Herpes Genitalis Rekuren

Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu

bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali

sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi

spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer.

Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan

pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus

sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi

aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam

dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak

dari saraf ke kulit kita lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat

terjadinya outbreaks.

Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis: gejala klinis herpes

progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan

imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi: infeksi primer stadium laten

Page 17: Presus Herpes Genital

replikasi virus stadium rekuren.

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan

status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang

belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya

menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan

komplikasi.1,6

Berbagai macam manifestasi klinis:

a. Infeksi oro-fasial

b. Infeksi genital

c. Infeksi kulit lainnya

d. Infeksi ocular

e. Kelainan neurologis

f. Penurunan imunitas

g. Herpes neonatal

Herpes genitalis rekuren3,6

Lesi bisa sama dengan infeksi primer tapi pada skala yang lebih

rendah.

Lesi hilang dalam 1-2 minggu.

Gejala baru mungkin muncul akibat infeksi yang pernah dialami

sebelumnya.

Kebanyakan penderita dengan herpes genitalis tidak mengalami

temuan ‘klasik’ dari vesikel berkelompok pada dasar eritematosa.

Gejala yang umum adalah rasa gatal, terbakar, fisur, kemerahan,

iritasi sebelum vesikel pecah.

Disuria, sciatica, rasa tidak nyaman pada anus.

Page 18: Presus Herpes Genital

Gambar 9. Herpes genitalis rekuren

Gejala sistemik meningitis aseptik HSV-2 dapat terjadi dengan herpes

genitalis primer atau herpes genitalis rekuren.3

2.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank

diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright, akan terlihat sel raksasa berinti

banyak. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini umumnya rendah.

Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur

jaringan.4,10

Pada pemeriksaan urinalisis terlihat adanya hematuri akibat sistitis yang

disebabkan HSV.3,7

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain

neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan

komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada

kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat

Page 19: Presus Herpes Genital

pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit,

ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV-2

dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong.

Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40% dari kaum

pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi

genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren

terlokalisir pada genital.4

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan

yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya

tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung

parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa

terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler

biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2.

Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.5

Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi

yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak,

kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat

perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta

dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal

mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat

neurologis atau kelainan pada mata.

2.8 DIAGNOSIS

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel

berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda

dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka

(lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-

1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus

kadang-kadang namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu

kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material

Page 20: Presus Herpes Genital

yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.5

2.9 DIAGNOSIS BANDING

- ulkus molle : ulkus kotor, merah dan nyeri.

- scabies : rasa gatal lebih berat, lebih sering pada anak-anak.

- sifilis : ulkus lebih besar, bersih da nada indurasi.

- limfogranuloma venereum : ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan

kelenjar inguinal.

2.10 PENATALAKSANAAN

Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV)

ada 3 macam, yaitu:

(1) Terapi Spesifik

(2) Terapi Non-Spesifik

(3) Terapi Profilaksis

Tujuan dari masing-masing terap tersebut adalah untuk mempercepat proses

penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka penularan.6

1. Terapi Spesifik

Herpes Labialis

a. Topikal

Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir

krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1

jam setelah munculnya gejala, meskipun juga pemberian yang

terlambat juga dilaporkan masih efektif dalam mengurangi gejala

serta membatasi perluasan daerah lesi. (Rekomendasi FDA &

IHMF)

b. Sistemik

Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang diberikan

begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau

Acyclovir tablet 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau

Page 21: Presus Herpes Genital

Famciclovir 1500 mg dosis tunggal yang diminum 1 jam setelah

munculnya gejala prodromal.

Herpes Genitalis

o Infeksi Primer

(Rekomendasi WHO 2003)

1) Acyclovir 200 mg po 5 x/hari, selama 7 hari, atau

2) Acyclovir 400 mg po 3 x/hari, selama 7 hari, atau

3) Valacyclovir 1 gr po 2x/hari, selama 7 hari

(Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir 200 mg po 5 x/hari, selama 7-10 hari, atau

2) Acyclovir 400 mg po 3 x/hari, selama 7-10 hari, atau

3) Valacylovir 1 gr po 2x/hari, selama 7-10 hari, atau

4) Famciclovir 250 mg po 3x/hari, selama 7-10 hari

o Infeksi Rekuren

Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka

kekambuhan dari herpes genitalis, dimana tingkat kekambuhan

berbeda pada tiap individu, bervariasi dari 2 kali/tahun hingga

lebih dari 6 kali/tahun. Terdapat 2 macam terapi dalam

mengobati infeksi rekuren, yaitu terapi episodik dan terapi

supresif.

Terapi Episodik:

(Rekomendasi WHO 2003)

1) Acyclovir

200 mg po 5x/hari, 5 hari, atau 400 mg p.o 3x/hari, 5

hari, atau 800 mg p.o 2x/hari, 5 hari

2) Valacyclovir

500 mg p.o 2x/hari, 5 hari, atau 1 gr p.o 1x/hari, 5 hari

3) Famciclovir

125 mg p.o 2x/hari,5 hari

(Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir

Page 22: Presus Herpes Genital

400 mg p.o 3x/hari, 5 hari, atau 800 mg 2x/hari, 5 hari,

atau 800 mg p.o 3x/hari, 2 hari

2) Valacyclovir

500 mg p.o 2x/hari 3 hari, atau 1 gr p.o 1x/hari, 5 hari

3) Famciclovir

 125 mg p.o 2x/hari, 5 hari, atau 1 gr p.o 2x/hari, 1 hari,

atau 500 mg 1x diikuti dengan 250 mg 2x/hari, 2 hari

Terapi Supresif

(Rekomendasi WHO 2003 & CDC 2010)

1) Acyclovir 400 mg p.o 2x/hari, atau

2) Famciclovir 250 mg p.o 2x/hari, atau

3) Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hari, atau

4) Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hari selama 1 tahun

Manajemen HSV

1. Pada Neonatus

Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu dengan herpes genitalis yaitu

mengidentifikasi secepatnya kemungkinan adanya infeksi herpes pada bayi

tersebut. Oleh karena itu direkomendasikan dilakukan pemeriksaan kultur

virus dari sekret serviks ketika persalinan berlangsung pada semua ibu

hamil dengan riwayat herpes genitalis. Selain itu juga pemeriksaan kultur

virus dari mukosa orofaring atau mukosa konjungtiva dari bayi yang

dicurigai. Pada bayi dengan ibu mengidap herpes genitalis primer pada

saat persalinan pervaginam, harus diberikan terapi profilaksis acyclovir

intravena dengan dosis 60 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis yang

diberikan selama 21 hari atau acyclovir intravena 10 mg/kgBB tiap 8 jam

selama 10-21 hari Terapi ini juga diberikan pada bayi yang dinyatakan

positif terinfeksi, dan terapi diberikan seawal mungkin ketika mulai timbul

gejala.

2. Penderita HIV

Penderita dengan immunocompromised biasanya memiliki gejala

yang lebih berat serta lebih lama pada daerah genital, perianal, atau oral.

Page 23: Presus Herpes Genital

Lesi yang disebabkan oleh HSV biasanya bersifat atipik, lebih nyeri, serta

lebih berat. Meskipun terapi antiretroviral bisa menurunkan tingkat

keparahan dari infeksi herpes genital, namun infeksi subklinik tetap dapat

terjadi. Pemberian terapi supresif atau terapi episodik menggunakan agen

antivirus oral terbukti efektif dalam memperingan manifestasi klinik dari

HSV yang disertai dengan infeksi HIV.7

Terapi Supresif (Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir 400-800 mg peroral 2-3 kali sehari, atau

2) Famciclovir 500 mg peroral 2 kali sehari, atau

3) Valacyclovir 500 mg peroral 2 kali sehari

Terapi Episodik (Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir 400 mg p.o 3x/hr 5-10 hari, atau

2) Famciclovir 500 mg p.o 2x/hr, 5-10 hari, atau

3) Valacyclovir 1000 mg p.o 2x/hr, 5-10 hari

Terapi pada keadaan resistensi Acyclovir

1) Foscarnet intravena 40 mg/kgBB/8 jam hingga terjadi perbaikan klinis,

atau

2) Cidofovir intravena 5 mg/kgBB 1x/minggu bisa juga efektif.

3) Cidofovir gel 1% 1x/hari selama 5 hari yang dioleskan pada lesi.

3. Partner seks

Pasangan seks dari pasien yang memiliki herpes genitalis bisa

mendapatkan keuntungan dari evaluasi dan konseling. Pasangan seks yang

menunjukkan gejala harus dievaluasi dan diobati dengan cara yang sama

seperti pasien dengan herpes genitalis. Pasangan seks dari penderita herpes

genitalis yang tidak menunjukkan gejala harus ditanyakan riwayat dari lesi

genital dan ditawarkan untuk melakukan uji serologis tipe spesifik untuk

Page 24: Presus Herpes Genital

infeksi HSV.

2. Terapi Non-Spesifik

Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul

berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga

pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan

individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptik juga dibutuhkan untuk lesi

yang basah berupa jodium povidon secara topical untuk mengeringkan lesi,

mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan. Selain itu

pemberian antibiotik atau kotrimoksasol dapat pula diberikan untuk mencegah

infeksi sekunder.

3. Tindakan Profilaksis

Langkah-langkah yang dapat diambil guna mencegah penularan penyakit

herpes simpleks yaitu dengan memberi penjelasan kepada penderita tentang sifat

penyakit yang dapat menular terutama bila sedang terkena serangan. Selain itu

juga dilakukan proteksi individual dengan menggunakan 2 macam alat perintang,

yaitu busa spermisidal dan kondom. Kombinasi tersebut bila diikuti dengan

pencucian alat kelamin memakai air dan sabun pasca koitus, dapat mencegah

transmisi herpes genitalis hampir 100%. Busa spermisidal secara in vitro ternyata

mempunyai sifat virisidal, dan kondom dapat mengurangi penetrasi virus.

Langkah profilaksis lain yaitu dengan menghindari faktor-faktor pencetus

timbulnya serangan herpes, seperti stress, kelelahan, atau yang lainya. Konsultasi

psikiatrik dapat pula membantu karena faktor psikis mempunyai peranan untuk

timbulnya serangan.

Vaksin HSV sedang dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan

kekebalan kepada individu yang rentan sehingga diharapkan tidak terjadi infeksi

pada daerah genital serta ganglion sensori menjadi terlindung dari infeksi laten

virus Herpes simplek. Virus yang dikembangkan sekarang dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu berupa virus aktif dan inaktif yang masih diteliti mengenai keamanan dan

keefektifanya. Vaksin yang berasal dari HSV gB dan gD, yaitu suatu subunit

Page 25: Presus Herpes Genital

glikoprotein yang dikembangkan oleh perusahaan Chiron Group Amerika,

ternyata tidak efektif dalam mencegah transmisi herpes.

Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genitalis,

yaitu:

1) Mendidik seseorang yang berisiko tinggi mendapatkan herpes genitalis

dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.

2) Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.

3) Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow

up dengan tepat.

4) Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang

terinfeksi.

5) Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan

dalam pencegahan.

Menurut Hellen et all, melaporkan bahwa membandingkan sebanyak 740

pasien diberikan placebo dan sebanyak 736 diberikan asiklovir. Dari hasil tersebut

pemberian asiklovir selama 7 hari penyembuhan ulkus lebih cepat dibandingkan

dengan yang diberikan placebo. Hasil ini pada ulkus dengan ukuran <10mm.

Selain itu, efek asiklovir lebih kuat sedikit pada pasien dengan HIV-1 seropositive

dibandingkan dengan individu HIV-uninfected.8

2.11 PROGNOSIS

Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera

diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat

dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya

penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan

imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat

dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia

seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis

herpes genitalis.

Page 26: Presus Herpes Genital

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini di diagnosis Herpes simplex genital berdasarkan anamnesis

dan gambaran klinis. Dari anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada daerah

kemaluannya. Pasien mengatakan terasa nyeri pada saat kencing, terasa perih, dan

mengeluarkan nanah saat kencing. Keluhan dirasakannya sejak kurang lebih 4 hari

yang lalu. Pasien mengaku 2 hari setelah berhubungan dengan suami muncul

melenting – melenting di daerah kemaluannya. Benjolannya dirasakan nyeri.

Pasien juga mengalami demam dan sering pusing sejak muncul melenting –

melenting tersebut.

Dari pemeriksaan fisik, pada labia minora sebelah kanan didapatkan

vesikel berkelompok dengan dasar eritema, bentuk bulat, batas tegas, diameter 0,5

cm, dan distibusi terlokalisir.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosa

Herpes simpleks genitalis. Pasien ini memenuhi kriteria dari herpes simplek

genitalis yaitu pada herpes genitalis primer.

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel

berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda

dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka

(lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah herpes

simpleks genitalis. Terapi yang diberikan untuk pasien adalah terapi kausatif yaitu

Asiklovir 5 x 200 mg selama 7 hari dan terapi suportif yaitu kompres dingin.

Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya

tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekuren secara tuntas. Pada

lesi yang ringan dapat diberikan pengobatan simptomatis dan asiklovir topical.

Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres. Asiklovir ini berkerja dengan

mengganggu replikasi DNA virus. Secara klinis hanya bermanfaat bila penyakit

sedang aktif.

Page 27: Presus Herpes Genital

Pengobatan oral asiklovir juga memberikan hasil yang baik, penyakit

berlangsung lebih singkat dan jeda rekurensinya menjadi lebih panjang. Dosisnya

5x200mg per hari selama 5-7 hari. Pengobatan parenteral asiklovir terutama

ditujukan kepada penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada

organ dalam.

Informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien ini antara lain : 1.

Tidak berganti-ganti pasangan karena penularan vurus ini dapat melalui aktivitas

seksual yang sering berganti-ganti pasangan 2. Menggunakan pengaman saat

berhubungan seksual 3. Mengendalikan stress dan jangan kecapekan.

Page 28: Presus Herpes Genital

DAFTAR PUSTAKA

1. Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers

papyrus.

2. Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD,

editor. Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin.

3. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of

Clinical Dermatology. 5th ed. Michigan: McGraw-Hill, 2007.

4. Syahputra E, Harun E.S. Herpes Genetalis. Dalam: Berkala ilmu penyakit

kulit dan kelamin Airlangga periodical of Dermeto-Venereology, vol.13 April

2001 No.1.Surabaya: Lab/SMF Penyakit Kulit & Kelamin FK Airlangga

RSUD Dr.Soetomono; 2001, p 45-53.

5. Handoko R.P. Herpes Simpleks dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin,

Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI, p359-361.

6. Anonim. Clinical Prevention Services : Genital Herpes Simplex Virus. BC

Centre for Disease Control. March 2012.

7. Daili, SF; Makes, W.I.B; Zubier, F; Judanarso. J. 2007. Infeksi Menular

Seksual. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta.

8. Weiss, A.H; Bailey, E.P; Phiri, S; Gresenguet, G; LeGoff, J; Pepin J, et all.

Episodic Therapy for Genital Herpes in Sub-Saharan Africa : A Polled

Analysis from Three Randomized Controlled Trials. PLoS ONE. July 2011.

Volume 6, p 1-10.

9. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipocrates.

10. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

2005.