Genital Laki 110510

download Genital Laki 110510

of 16

Transcript of Genital Laki 110510

Genital laki-laki Genital laki-laki terdiri atas :

A. 2 buah testis yang terdapat dalam scrotum.

Testis merupakan kelenjar endokrin dan eksokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, testis berperan dalam pembentukkan, sintesis, penyimpanan spermatozoa. Sementara sebagai kelenjar endokrin, testis berfungsi dalam pelepasan hormon testosteron.

B. Sistem duktus intratestikular dan ekstratestikular,

C. Glandula asesoris

Berupa sepasang vesicula seminalis, glandula prostat, dan 2 buah glandula bulbouretralis Cowperi. Kelenjar-kelenjar ini membentuk struktur nonseluler dari semen yang berfungsi sebagai nutrisi spermatozoa dan membantu mengalirkan ke ductus ekskretorius.D. PenisPenis memiliki 2 fungsi, yaitu menyalurkan semen (spermatozoanya sendiri terdapat di glandula asesori) ke alat reproduksi wanita saat kopulasi dan sebagai penyalur urin dari kandung kemih.

A. Testis

Secara umum, pada laki-laki dewasa, testis berbentuk oval berukuran 4 x 2-3 x 3 cm. Selama proses embriogenesis, testis terletak retroperitoneal pada dinding posterior abdomen, dan kemudian akan turun ke scrotum bersama dengan sebagian peritoneum. Proses ini disebut descensus testiculorum yang dipengaruhi oleh hormon testosteron. Bagian peritoneal yang membentuk kantung luar disebut tunika vaginalis yang membentuk rongga serosa yang menutupi sebagian dari testis anterolateral yang memungkinkan terjadinya pergerakkan dalam scrotum. Lapisan-lapisannya yaitu :

a. Tunika vaginalis

Tunika vaginalis merupakan double layered mesothelial sac, meliputi permukaan anterior testis.

b. Tunika albuginea

Merupakan jaringan penyambung kolagen padat yang iregular. Lapisan ini akan menjorok ke dalam testis membentuk septa-septa yang tidak lengkap, yang membentuk 250 lobulus testis berbentuk piramid yang saling beranastomosis.c. Tunika vasculosaLapisan yang paling dalam, berupa jaringan ikat longgar dan membentuk capsula vaskuler dari testis. Pada bagian posterior akan menebal dibagian posterior membentuk mediastinum testis. Dalam tiap lobulus testis terdapat tubulus seminiferus yang dikelilingi oleh jaringan ikat longgar yang kaya akan perdarahan dan persyarafan yang berasal dari tunica vasculosa. Terdapat sel-sel endokrin yang tersebar pada jaringan ikat longgar ini yang mensintesis testosteron, yaitu sel interstitial Leydig.Spermatozoa diproduksi pada epitel seminiferus dari tubulus seminiferus. Kemudian sel-sel sperma tersebut akan memasuki suatu saluran yang lurus dan pendek, tubulus rektus, yang menghubungkan tiap-tiap tubulus seminiferus dengan rete testis, sebuah sistem serupa labirin yang berada di mediastinum testis. Setelah melewati 10 sampai 20 tubuli pendek, sel sperma kemudian memasuki duktus efferen, lalu ke duktus epididimis. Duktus efferen dan duktus epididimis bersama-sama membentuk epididimis.Histofisiologi Testis

Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sekitar 200 juta spermatozoa per hari melalui proses sekresi dan sintesis serta pelepasan testosteron. Sel-sel sertoli juga menghasilkan cairan yang berperan dalam proses transportasi spermatozoa dari lumen tubulus seminiferus ke saluran ekstratestikular.Hormon LH yang diproduksi di anterior hipofise akan berikatan dengan reseptor LH yang terdapat di sel Leydig dan akan mengaktivasi adenylate cyclase dan membentuk cAMP. Aktivasi protein kinase sel Leydig oleh cAMP akan menyebabkan kolesterol esterase aktif dan akhirnya akan dikonversi menjadi testosteron. Namun karena kadar testosteron dalam darah tidak dapat menginisiasi proses spermatogenesis, hormon FSH akan merangsang sel-sel Sertoli untuk mensintesis dan melepaskan ABP yang akan berikatan dengan testosteron sehingga tidak keluar dari tubulus seminiferus. Dengan begitu, kadar testosteron akan meningkat secara lokal dan jumlahnya akan mencukupi untuk mempertahankan proses spermatogenesis.

Pelepasan LH dihampat oleh kadar testosteron yang tinggi, sementara pelepasan FSH dihambat oleh hormon inhibin yang juga diproduksi oleh sel Sertoli. Testosteron sendiri berperan dalam proses dari vesicula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbourethralis, juga dalam mempertahankan karakteristik seksual sekunder.Suplai vaskular Testis diperdarahi oleh arteri testikularis yang berjalan mengikuti testis ke dalam scrotum, berjalan bersama ductus defferen. Setelah menembus capsula testis, arteri testikularis akan bercabang memperdarahi daerah intratestikular. Kapiler-kapiler dalam testis akan bersatu menjadi pleksus pamfiniformis yang mengelilingi arteri testikularis. Arteri, vena, dan ductus deferen membentuk spermatic cord yang berasal dari cavum abdominalis dan melalui kanalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Darah dalam pleksus pamfiniformis suhunya lebih rendah dari arteri testikularis, dan berperan dalam pengaturan suhu testis agar tetap pada suhu sekitar 350C dimana spermatozoa dapat berkembang dengan normal.Tubulus seminiferus

Merupakan suatu saluran berukuran 30-70 cm dan berdiameter 150-250m dikelilingi kapiler-kapiler, berperan dalam pembentukkan spermatozoa. Dinding tubulus dari luar kedalam terdiri dari 3 lapisan :

a. Tunika propria.

Terdiri dari jaringan pengikat fibrosa tipis dengan sel fibroblast. Pada binatang, lapisan terdalam mengandung Myoid cell (sifat kontraktil) yang melekat pada lamina basalis.

b. Lamina basalis, terletak diantara tunika propria dan epitel seminiferus.

c. Epitel bertingkat seminiferus disebut juga epitel germinal, terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan sel spermatogenik dan sel Sertoli (sel penyokong).

Sel Sertoli

Bentuk sel piramid bercabang, mulai dari lamina basalis ke arah permukaan lumen dari tubulus seminiferus. Mempunyai lipatan-lipatan sitoplasma yang dalam yang meliputi sel-sel spermatogenik yang sedang tumbuh. Nukleus besar, pucat, bentuk ovoid, terletak di basal sel dan mempunyai nukleolus. Sitoplasma mengandung SER dan kompleks Golgi, sejumlah mitokhondria dan sedikit RER, mengandung kristal Charcot-Bottcher (inklusio). Bagian tepi sel bertautan dengan sel sekitar melalui Zona okkluden, yang membagi tubulus menjadi ruangan basalis dan ruangan adluminal.Fungsi :

1. Penyokong bagi sel2 spermatogenik yang saling berhubungan melalui jembatan sitoplasma.2. Nutrisi untuk spermatozoa yang sedang berkembang yang tidak mendapat supply darah karena adanya zona okkluden diantara sel penyokong. Spermatozoa tergantung sel ini untuk mengatasi pertukaran makanan dan metabolit dengan darah.

3. Proteksi dari serangan autoimmun oleh immunoglobulin dalam darah.

4. Fagositosis terhadap sisa2 residu pada waktu pematangan spermatozoa.5. Sintesa dan melepaskan androgen binding protein (ABP) yang bergabung dengan testosteron (dihasilkan sel interstitiil) dilepaskan ke lumen saluran. ABP meningkatkan respon peninggian FSH dan testosteron.6. Sintesis dan sekresi Inhibin bekerja dalam hipophyse untuk menekan produksi FSH. Sel juga menghasilkan estrogen.

7. Sekresi cairan dan transportasi sperma.

Proses spermatogenesis

Merupakan proses dari spermatogonium menjadi spermatozoa, proses ini dipengaruhi testosteron dan dibagi menjadi 3 phase : spermatocytogenesis, meiosis dan spermiogenesis.

1. Spermatocytogenesis

Merupakan proses dimana spermatogonium berdiferensiasi menjadi spermatosit primer melalui pembelahan mitosis.

2. MeiosisMerupakan proses dimana spermatosit primer yang diploid menjadi spermatid yang haploid.Meiosis I ( proses yang terjadi dimana spermatosit primer (I) menjadi spermatosit sekunder (II).Meiosis II ( proses dimana spermatosit sekunder menjadi menjadi spermatid.

3. Spermiogenesis

Merupakan proses dimana spermatid berubah (bertransformasi) menjadi spermatozoa.

Sel-sel Spermatogenik

Sel akan berubah secara bertahap dalam ukuran, morphologis, nukleus dan letak / posisi dalam lumen tubulus seminiferus.a. Spermatogonium

Merupakan sel yang bulat, kecil terletak di lamina basalis dalam ruangan basalis. Pada pubertas dipengaruhi oleh testosteron. Sel anak membentuk 2 tipe sel spermatogonium yaitu A dan B. Spermatogonium A dibagi menjadi tipe gelap dan tipe pucat. Spermatogonium A tipe yang gelap kemudian bisa menjadi tipe gelap atau pucat, sementara tipe pucat akan menjadi tipe pucat lagi atau tipe B secara mitosis. Spermatogonium B bermitosis membentuk spermatosit primer (I). Sel mengalami perubahan paling sedikit dan merupakan tipe sel spermatogenik yang terdapat sebelum pubertas. Nukleus bulat dengan butir2 heterokromatin. Seperti sel-sel tubuh yang lain jenis kromosom adalah diploid (46,2n) dan diploid untuk DNA (2N) sampai dirangsang untuk membelah.

b. Spermatosit I

Terletak lebih dekat ke lumen sesudah spermatogonium. Merupakan sel germinal yang paling besar, nukleus bulat dengan gambaran kromatin yang menyerupai benang kusut. Sering tampak dalam stadium prophase dari Meiosis I. Kromosom diploid (46,2n), dan tetraploid untuk DNA(4N) sebagai persiapan untuk memasuki fase meiotik I. Disini fase meiotik terpanjang ( 22 hari).

c. Spermatosit II

Terletak lebih dekat ke lumen daripada spermatosit I. Hasil dari fase meiotik I . Ukuran kira2 setengah dari spermatosit I.

Spermatosit II jarang ditemukan, karena setelah terbentuk mereka langsung masuk ke meiosis II. Kromosom haploid (23,n) dan diploid untuk DNA(2N).

d. Spermatid

Hasil fase meiosis II dari spermatosit II dan letak lebih dekat ke lumen. Merupakan sel yang kecil dengan nukleus yang heterokromatik gelap. Menunjukkan beberapa gambaran morphologis nuklear tergantung dari stadium spermiogenesis. Kromosom haploid (23,n) dan DNA(N).

e. Spermatozoa

Terdapat dalam lumen. Merupakan hasil spermiogenesis dari spermatid. Mempunyai flagella yang panjang. Kromosom haploid (23,n) dan DNA (N).

Struktur Spermatozoa

Spermatozoa (sperma) yang diproduksi melalui proses spermatogenesis umumnya berukuran 65m. masing-masing spermatozoa terdiri dari bagian kepala dimana terdapat nucleus, dan bagian ekor yang merupakan bagian terpanjang.

1. Bagian Kepala

Bentuknya hampir datar, berukuran sekitar 5m dan diselubungi oleh plasmalemma. Di dalamnya terdapat nucleus dengan 23 kromosom. Bagian anteriornya diselubungi oleh akrosom. Apabila spermatozoa berikatan dengan oosit sekunder, maka beberapa enzim seperti neuramidase, hyaluronidase, asam fosfatase, aryl sulfatase, dan acrosin akan dilepaskan. Enzim-enzim ini ajan menghancurkan matriks ekstraseluler dari oosit tersebut sehingga spermatozoa dapat masuk ke dalam membran plasma oosit. Proses ini disebut dengan reaksi akrosomal.

2. Bagian Ekor

Bagian ekor dari spermatozoa dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. Bagian leher (neck) : berukuran sekitar 5m dan berhubungan langsung dengan bagian kepala melalui 9 kolom bagian penghubung.b. Bagian tengah (middle piece) : berukuran sekitar 5m, terletak antara bagian leher dan bagian utama (principal piece). Di daerah ini terdapat selubung mitokondria yang mengelilingi serabut luar dari bagian leher posterior dan aksonema sentral. Bagian ini berakhir pada annulus (sebuah bangunan mirip cincin tempat perlekatan plasmalemma, berfungsi mencegah selubung mitokondria bergerak ke arah ekor).

c. Bagian utama (principal piece) : merupakan bagian terpanjang dari bagian ekor, berukuran mencapai 45-50 m. Aksonemanya merupakan lanjutan dari aksonema di bagian tengah. Di sekelilingnya dilapisi oleh selubung fibrosa yang akan berakhir di daerah caudal.d. Bagian ujung (end piece) : berukuran 5m, terdiri dari aksonema sentral yang diselubungi plasmalemma.

Sel interstitial Leydig

Daerah kosong diantara tubulus seminiferus diisi oleh struktur dari tunika vasculosa yang banyak mengandung pembuluh darah, sel mast, dan struktur-struktur pengisi jaringan ikat. Selain itu juga di antaranya dapat ditemukan sejenis sel endokrin, yaitu sel interstitial Leydig yang memproduksi hormon testosteron.

Bentuk dari sel ini polihedral, berdiameter sekitar 15 m, dengan 1 buah nukleus (kadang ada yang dengan 2 nukleus). Selnya mengandung mitokondria dengan crista tubular, retikulum endoplasma, dan aparatus golgi, namun tidak seperti sel-sel endokrin sejenis, di dalam sel Leydig tidak terdapat vesikel sekretoris karena testosteron kemungkinan langsung dikeluarkan setelah proses sintesis. Sitoplasmanya mengandung protein yang terkristalisasi, disebut kristal Reinke, yang merupakan karakteristik dari sel interstitial pada manusia.B. Sistem duktus intratestikular dan ekstratestikular1. Sistem duktus intratestikular

Duktus ini terletak di dalam testis, menghubungkan tubulus seminiferus dengan epididymis. Terbagi menjadi :

a. Tubulus rectus (straight tubule) : merupakan saluran pendek yangmenghubungkan tubulus seminiferus dengan rete testis. Terdiri atas epitel seminiferus, dibatasi oleh sel Sertoli pada setengah bagian atas dan selapis kuboid dengan microvilli pada setengah bagian bawah yang menuju ke rete testis.b. Rete testis : terdiri atas rongga-rongga seperti labirin dan merupakan suatu anastomosing net work dari tubulus yang dibatasi oleh selapis kuboid dengan mikrovilli, terletak di mediastinum testis.

2. Sistem duktus ekstratestikular

Terdiri atas 4 tipe, yaitu duktuli efferen dan duktus epididymis yang membentuk epididymis, duktus defferen, dan duktus ejakulatorius.a. Duktuli efferen

Merupakan saluran-saluran pendek, terdapat sekitar 10-20 buah yang menghubungkan rete testis dan menembus tunika albuginea menuju duktus epididymis. Masing-masing duktuli ini dilapisi oleh selapis sel kuboid tanpa silia atau selapis sel silindris bersilia (kinosilia yang bersifat motil). Hal inilah yang menyebabkan gambaran tidak rata dari lumennya. Sel epitel ini terletak di lamina basalis yang memisahkannya dengan jaringan ikat longgar yang tipis pada setiap duktuli. Di sekelilingnya terdapat juga lapisan otot polos tipis. Sel bentuk kuboid banyak mengabsorbsi cairan hasil sekresi tubulus seminiferus, sedang silia berfungsi untuk menggerakkan spermatozoa menuju ke epididymis. Ductus bersama-sama membentuk caput epididymis dan selanjutnya adalah ductus epididymis.b. Duktus epididymis

Merupakan saluran tipis dan panjang berukuran sekitar 4-6 m, tersusun berkelok-kelok. Epididymis secara keseluruhan dibagi menjadi 3 daerah, yaitu caput, corpus, dan cauda. Caput sendiri dibentuk dari duktuli efferen, sementara bagian cauda berhubungan dengan duktus deferen.Lumen duktus epididymis dilapisi oleh selapis silindris bertingkat bersilia yang berada tepat di lamina basalis, terdiri dari sel basal yang pendek dan sel prinsipal yang lebih tinggi. Sel basal berbentuk piramid sampai polihedral, kemungkinan berfungsi sebagai stem cells. Sementara sel prinsipal di bagian apikalnya dapat ditemukan stereosilia yang bersifat nonmotil. Sel ini akan meresorbsi cairan di dalam lumen yang diendositosis oleh vesikel pinositotik dan mensekresi glycerophosphocholine yang berfungsi mencegah spermatozoa membuahi oosit sekunder sebelum sampai di traktus genitalis wanita. Saluran ini dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dan selapis otot polos. Spermatozoa akan mencapai duktus deferen melalui proses kontraksi peristaltik dari lapisan otot polos.

c. Duktus defferen (vas defferen)

Merupakan saluran dengan lapisan otot yang tebal dengan lumen kecil dan ireguler yang menyalurkan spermatozoa dari ductus epididymis ke duktus ejakulatorius. Saluran ini dilapisi oleh epitel silindris bertingkat yang mirip dengan duktus epididymis, yang berada pada lamina basalis. Di sebelah luarnya terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelastis, dan 3 lapis otot yang berjalan longitudinal sirkuler longitudinal. Diameter duktus dekat ujung akan membesar membentuk ampulla dengan lipatan-lipatan mukosa yang tinggi. Vesikula seminalis akan bermuara di bagian ampulla distal ductus deferen.

d. Duktus ejakulatorius

Merupakan saluran yang pendek dan lurus, dilapisi epitel selapis silindris, menembus prostat pada daerah yang disebut colliculus seminalis, untuk menyalurkan sekretnya ke urethra pars prostatika.

Pada bagian ini juga akan dibahas mengenai urethra, yang merupakan saluran genito urinary. Dalam dindingnya mengandung glandula mukosa yang kecil, disebut Glandula Littre. Urethra laki2 terdiri dari 3 bagian :

Urethra pars prostatika merupakan bagian proximal urethra dengan epitel transitionil, dikelilingi glandula prostat. Merupakan tempat muara glandula prostat dan ductus ejaculatorius.

Urethra pars membranosa, merupakan bagian yang paling pendek, dikelilingi oleh otot2 skelet dari diaphragma urogenitalis yang serat2nya membentuk sphincter externa yang volunter. Dilapisi epitel bertingkat silindris, terdapat glandula Bulbourethralis.

Urethra pars cavernosa : melalui corpus cavernosum urethrae (corpus spongiosum), epitel bertingkat silindris. Lumen urethra makin melebar membentuk fossa navicularis, epitel berubah menjadi berlapis gepeng.

C. Glandula aksesoris

Terdiri atas 5 buah kelenjar aksesoris, yaitu sepasang vesicula seminalis, kelenjar prostat, dan sepasang kelenjar bulbourethralis.

1. Vesicula seminalis

Kelenjar ini menghasilkan cairan kental berwarna kekuningan yang kaya akan fruktosa dan merupakan 70% volume dari semen.

Merupakan struktur berupa saluran yang berkelok-kelok dengan panjang sekitar 15 cm. Terletak di antara daerah posterior dari kandung kemih dan kelenjar prostat, yang bergabung dengan duktus defferen tepat sebelum kelenjar prostat. Mukosanya sangat berlipat-lipat dan membentuk lipatan primer dan sekunder. Lumennya dibatasi oleh epitel silindris bertingkat dengan mikrovilli pendek. Tinggi rendahnya sel-sel ini bervariasi, tergantung kadar testosteron dalam darah. Di sebelah luar mukosa, terdapat jaringan ikat fibroelastis dan 2 lapis otot polos yang tersusun sirkuler (bagian dalam) dan longitudinal (di sebelah luar). Lapisan terluar berupa jaringan ikat fibroelastis halus dan sangat tipis. 2. Kelanjar (Glandula) Prostat

Merupakan kelenjar aksesoris yang terbesar, terbentuk dari 30 50 kelenjar tubuloalveolar bercabang yang memiliki saluran keluar masing-masing dan tersusun dalam 3 lapisan konsentris berupa mukosa, submukosa, dan lapisan utama. Kapsulanya terdiri dari jaringan ikat kolagen yang ireguler dan kaya akan vaskularisasi dan sedikit otot polos. Kelenjar- kelenjar tersebut dilapisi oleh epitel silindris bertingkat dan akan menyalurkan sekretnya ke uretra pars prostatika. Sementara pada lumennya yang berbentuk bulat oval bisa kita temukan corpora amylacia, terdiri atas glikoprotein dan jumlahnya bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Sekret yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ini (kaya akan lemak, enzim proteolitik, asam fosfatase, fibrinolisin, dan asam sitrat) bersifat serosa, sementara proses sintesis dan pelepasannya dipengaruhi oleh hormon dihidrotestosteron. Gangguan pada kelenjar prostat biasanya terjadi pada pria usia 50 80 tahun.

3. Kelenjar (Glandula) Bulbourethralis

Disebut juga glandula Cowperi, bersifat kelenjar tubuloalveoler bercabang, biasanya berukuran kecil ( diameter 3-5 mm) terletak di ujung penis, tepat sebelum uretra pars membranosa. Kapsula yang membungkusnya terdiri atas jaringan fibroelastis dan otot lurik yang berasal dari diafragma urogenital. Epitel yang melapisinya bisa selapis kuboid sampai selapis silindris. Sekret yang dihasilkan bersifat mukus, kental dan licin; kemungkinan berfungsi untuk melubrikasi lumen uretra.

D. Penis

Terdiri atas 3 buah jaringan erektil yang masing-masing memiliki kapsula fibrosa (tunika albuginea). Jaringan erektil pada penis terbentuk dari banyak ruang (sinus) dengan berbagai bentuk yang dipisahkan oleh trabekula (terbentuk dari jaringan ikat dan otot polos). Ketiga jaringan erektil ini di bagian paling luar diselubungi oleh jaringan ikat longgar dan kulit tipis, dimana di bagian proksimal dari penis bisa ditemukan rambut pubis dan kelenjar keringat serta kelenjar sebacea. Di bagian distal, terdapat daerah yang disebut preputium yang dibatasi oleh membrana mukosa dan epitel berlapis gepeng tidak berkeratin.

a. Sebanyak 2 buah jaringan erektil (corpora cavernosa) terletak di dorsal, dan pada daerah ini tunika albuginea tidak kontinu. Ukuran lumen pembuluh darah pada corpora cavernosa biasanya lebih besar di daerah sentral dan kecil di daerah perifer.

b. Jaringan erektil ketiga (corpus spongiosum) terletak ventral, tempat dimana ditemukan uretra, sehingga disebut juga corpus cavernosum urethrae. Bangunan ini berakhir di daerah glands penis dimana di bagian ujungnya merupakan muara dari uretra yang berbentuk celah vertikal. Trabekula pada corpus spongiosum lebih banyak mengandung serabut elastis, namun lebih sedikit mengandung otot polos bila dibandingkan dengan trabekula pada corpora cavernosa.

Perdarahan diatur tergantung dari stadiumnya :

Flaccid : arteri dorsalis yang bagian tepi dalam jaringan pengikat longgar mensupplai darah arteri yang selanjutnya akan ke vena superfisialis. Dalam keadaan flaccid (lemas) hubungan arteri vena antara arteri profunda (deep artery) dengan vena superfisialis terbuka dan cabang2 arteri profunda (arteri helicinae) tertutup.

Ereksi : Dalam keadaan ini hubungan arteri vena tertutup. Arteri profunda mendesak darah ke arteri helicinae yang berdilatasi keruang vasculer dalam jaringan erektil ini. Pengisian mendadak dari lakuna akan mencegah aliran vena.

Sementara persyarafannya diatur oleh syaraf parasimpatis dan simpatis, dimana dengan adanya rangsang saraf parasimpatis akan menyebabkan terjadinya ereksi dibawah pengaruh arteriovenous shunts dan arteri helicinae, dan rangsang saraf simpatis akan mengembalikan kedalam fase flaccid. septum

tubulus seminiferus

septa

6. rete testis

16