PRESKAS anestesi

50
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Anestesi Intravena pada Pasien Blighted ovum dengan Anemia”. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, kami mendapat bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Guntur, Sp.An dan sebagai pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo, Slawi. 2. Staf dan paramedis yang bertugas di Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Slawi, khususnya kepada seluruh penata anestesi yang telah membantu selama kami menjalankan kepaniteraan. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap laporan khusus ini dapat memberikan manfaat yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk mahasiswa kedokteran dan masyarakat pada umumnya. 1

description

preskas anestesi

Transcript of PRESKAS anestesi

Page 1: PRESKAS anestesi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat

serta karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus dengan

judul “Anestesi Intravena pada Pasien Blighted ovum dengan Anemia”. Dalam

menyelesaikan laporan kasus ini, kami mendapat bantuan dan bimbingan, untuk itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Guntur, Sp.An dan sebagai pembimbing yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Soeselo, Slawi.

2. Staf dan paramedis yang bertugas di Kamar Operasi Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Soeselo Slawi, khususnya kepada seluruh penata anestesi yang

telah membantu selama kami menjalankan kepaniteraan.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak

kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis

berharap laporan khusus ini dapat memberikan manfaat yaitu menambah ilmu

pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk mahasiswa kedokteran dan

masyarakat pada umumnya.

Slawi, Januari 2015

Penulis

1

Page 2: PRESKAS anestesi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I LAPORAN KASUS 3

IDENTITAS PASIEN 3

ANAMNESIS 3

PEMERIKSAAN FISIK 4

PEMERIKSAAN PENUNJANG 5

PENATALAKSANAAN 6

BAB II ANALISA KASUS 10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 13

DAFTAR PUSTAKA 34

2

Page 3: PRESKAS anestesi

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM DR. SOESELO SLAWI

---------------------------------------------------------------------------------------

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny Wami

Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Wijahan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Status : Menikah

Tanggal masuk : 20 Januari 2015

I. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 24

2015, pukul 07.00 WIB di bangsal Nusa Indah kelas III RSUD dr Soeselo, Slawi.

1. Keluhan Utama

Perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD dr. Soeselo, Slawi pada tanggal 20 Januari

2015 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir yang dirasakan pasien

sejak 3 hari SMRS, darah berwarna kehitaman. Sejak mulai perdarahan

pasien mengganti pembalut 5-8x/hari. Pasien mengaku hamil 3 bulan.

Nyeri perut juga dirasakan pasien terutama pada perut bagian kanan

bawah. Mual, muntah, dan pusing disangkal pasien, namun pasien

mengeluh merasa lemas. Demam, batuk maupun sesak disangkal

pasien. Buang air besar dan buang air kecil lancar.

3

Page 4: PRESKAS anestesi

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku pernah menjalani operasi seksio sesarea sebanyak 1 kali

sebelumnya. Riwayat alergi obat-obatan/ makanan tertentu disangkal. Riwayat

diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung-paru disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat diabetes melitus, hipertensi, asma, penyakit jantung dan paru, alergi

obat/ makanan tertentu, serta keganasan dalam keluarga disangkal oleh pasien.

5. Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-

obatan terlarang.

II. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70mmHg

Nadi : 80x/menit, reguler

Suhu : 36,C

Pernapasan : 20x/menit

Kepala : bentuk normochepali, rambut hitam, distribusi merata dan

tidak mudah dicabut

Wajah : Simetris, Pucat (-), Sianosis (-) dan Ikterik (-)

Mata : Conjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret -/-, hiperemis

mukosa -/-

Telinga : tidak ada kelainan

Mulut : sianosis (-), lidah tidak kotor

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thoraks : Paru : suara nafas vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Ekstremitas : Simetris, tidak sianosis, pitting oedem -/-, akral hangat.

Abdomen

4

Page 5: PRESKAS anestesi

Inspeksi : Simetris, perut buncit, efloresensi (-), spider nevi (-).

Auskultasi : Bising usus normal.

Palpasi : supel, nyeri perut bagian bawah (+), defans muscular (-),

smiling umbilicus (-), dilatasi pembuluh darah(-)

Perkusi : Timpani.

Genitalia : Vulva vagina tidak ada kelainan

Perdarahan aktif (-).

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. LABORATORIUM

Hematologi

Leukosit 7,8 103/uL

Eritrosit 3.0 106/uL

Hemoglobin 9,1 %

Trombosit 337 103/uL

APTT 30,2 detik

PT 11.7 detik

Golongan darah O

Rhesus factor Positif

Gula darah sewaktu 103

Ureum 13,9

Kreatinin 0.61

SGOT 26

SGPT 5

IV. ASSESSMENT

Ny Wami, 37 tahun dengan G3P2A0 mengeluh adanya perdarahan pervaginam

sejak 3 hari SMRS, nyeri perut juga dirasakan pasien terutama pada perut

bagian kanan bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign tekanan

darah 110/70 mmHg, konjungtiva anemis dan nyeri tekan pada perut kanan

bawah. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,1 %,.

Status ASA II dan akan dilakukan anestesi GA TIVA.

V PENATALAKSANAAN

5

Page 6: PRESKAS anestesi

RENCANA ANESTESI

Total intra vena anestesi.

Premedikasi : midazolam dan fentanil

Induksi : propofol

Maintanance : propofol

PERSIAPAN PRAANESTESI

A. Persiapan pasien

1. Informed consent

2. Pasien dipuasakan 6-8 jam

3. Infus RL 500-1000cc

4. Premedikasi ondancentron

5. Sedia PRC 1 kolf

B. Persiapan Alat Anastesi

1.Mesin anastesi

-Komponen I : sumber gas, flowmeter dan vaporizer

-Komponen II : sirkuit napas / system ventilasi yaitu open , semi open ,

semiclose

-Komponen III alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien yaitu sungkup

muka dan pipa ombak

2. Monitor Elektrokardiografi ( EKG )

3.Oksimeter/saturasi

4.Infus set dan cairan infus

5. Abbocath no 18

C. Persiapan Obat Anestesi

1. Premedikasi: Midazolam2,5 mg ; Fentanyl 100mcg

2. Obat induksi: Propofol 100 mg

3. Obat maintenance anestesi : Propofol 50 mg intermitten

D. Persiapan terapi cairan perioperatif

6

Page 7: PRESKAS anestesi

BeratBadan : 65 Kg

a. Maintenance (M) = BB x Kebutuhan cairan perjam

= (10x4)+(10x2)+(45x1)cc/kg/jam

= 105cc/jam

b. Pengganti puasa (P) = M x Jam puasa

= 105 cc/jam x 8 jam = 840cc

c. Jenis operasi (O) kecil = BB x Jenis operasi

= 65 kg x 4cc/kgbb = 260 cc

Pemberian Cairan Pada Operasi ini

Pada jam I = M + 50% (P) + O

= 105+ 50% (840)+ 260

= 785cc

Operasi berlangsung <1 jam maka terapi cairan dilanjutkan RR dan ruangan

Pada jam II

=M + 25%(P)

= 105+ 25% (840)

= 315cc

Pada jam III= 315 cc

E. Pelaksanaan Anestesi

Pukul 9.50 :

Pasien dibaringkan diatas meja operasi

Pasang infus cairan Ringer Laktat pada tangan kiri

aboket no.18

Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse

Mengukur TD : 120/80 mmHg, nadi 75x/mnt

Pukul 10.00 :

7

Page 8: PRESKAS anestesi

Pemberian premedikasi Midazolam 2,5 mg dilanjutkan

dengan Fentanyl 100 mcg

TD : 110/70 mmHg, Nadi : 70x/mnt, SaO2 : 99%

Induksi dengan Propofol 100 mg

Diberikan nasal canule dengan O2 3 liter/menit

Pukul 10.05 :

Operasi dimulai

Pukul 10.10 :

TD : 100/65mmHg, Nadi : 84x/mnt, Sa O2 : 99%

Pukul 10.20

Operasi selesai

Diberikan tramadol 100mg

TD : 100/60mmHg, Nadi : 86x/mnt, Sa O2 :99%

Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2

dipertahankan.

Setelah pasien bangun infus dihentikan sejenak

kemudian pasien dipindahkan ke brancar untuk dibawa

keruang pemulihan atau recovery room (RR).

Terapi Cairan

Cairan yang diberikan selama anestesi adalah RL 500 cc

Pengawasan Anestesi

EKG ritme jantung dalam batas normal, saturasi oksigen 99%.

E. Post Operasi

- Tiba di ruang recovery pukul : 10.35 wib

- Kesadaran : compos mentis, dapat dibangunkan

- Pernafasan : spontan, pasien dapat bernafas dalam

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

8

Page 9: PRESKAS anestesi

- Nadi : 80x/mnt

- SpO2 : 99%

Penilaian pulih sadar menurut aldrette score :

- Kesadaran : 2

- Pernafasan : 2

- Tekanan darah : 2

- Aktivitas : 2

- Warna kulit : 2

Total score = 10

Pasien pindah keruang perawatan biasa pukul 11.05

Instruksi paska bedah :

Bila kesakitan : ketorolac 30mg IV

Bila mual/muntah : ondancentron 4mgIV

Antibiotika dan cairan sesuai terapi bedah

Bila pasien sadar penuh dan peristaltic usus +, boleh minum dan baru makan

Pemantauan tensi, nadi dan nafas setiap 15 menit selama 2 jam.

9

Page 10: PRESKAS anestesi

BAB II

ANALISIS KASUS

Seorang ibu berusia 37 tahun mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 3

hari SMRS dan nyeri perut bagian kanan bawah. Pasien mengaku sedang hamil 3

bulan.

Saat diperiksa didapatkan kesadaran pasien kompos mentis, keadaan umum

tampak sakit sedang. Tekanan darah, nafas, suhu dan nadinya dalam batas normal.

Dari pemeriksaan fisik di dapatkan nyeri tekan abdomen pada bagian kanan bawah.

Pemeriksaan laboratorium menunjukan pasien mengalami anemia.

Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi atas indikasi blighted ovum dan

harus dilakukan tindakan kuretase, ijin operasi didapatkan dari pasien dan disetujui

oleh dokter spesialis anestesi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik saat pre-operasi dan

pemeriksaan penunjang, disimpulkan bahwa pasien termasuk ASA II. Menjelang

operasi keadaan umum pasien normal, tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu

dalam batas normal.

Operasi dilakukan pada tanggal 24 Januari 2015 pukul 10.05 sedangkan anestesi

diberikan pada pukul 10.00 di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr Soeselo. Pada pasien

dipilih anestesi intravena dengan alasan:

Durasi operasinya singkat dan faktor resikonya lebih rendah

Pada pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa keadaan pasien cukup

baik (ASA II)

Lambung dalam keadaan kosong

Tidak adanya manipulasi posisi kepala

Posisi pasien terlentang

Urutan tindakan :

1. Pasien dibaringkan diatas meja operasi, kemudian dipasang monitor EKG dan

manset sfignomanometer. Lalu kita lakukan pemeriksaan tanda vital dan

pemasangan infus RL ini dikarenakan agar pasien tidak kekurangan cairan.

2. Kemudian premedikasi masukanobat sedative Midazolam 2,5mg agar pasien

merasa nyaman, serta obat analgetik Fentanyl 100 mcg yang berguna untuk

menghilangkan rasa sakit pada saat pembedahan.

3. Masukkan propofol 100 mg sebagai obat induksi yanrg membuat pasien dari

keadaan sadar menjadi tidak sadar.

10

Page 11: PRESKAS anestesi

4. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata menetap), nadi

tidak cepat dan terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah. Jika stadium

anestesi sudah cukup dalam, reflek bulu mata hilang, nasal canule dipasang

dengan aliran oksigen 3 liter.

5. Selama operasi perhatikan tanda-tanda vital.

6. Operasi berlangung 15 menit, tanda vital dan SaO2 baik selama operasi.

7. Pada saat pasien sudah berada di recovery room oksigenasi dengan O2 tetap

diberikan, kemudian dilakukan fungsi vital menurut Aldrette’s score

Kesadaran : orientasi baik, dapat dibangunkan

Pernafasan : spontan, pasien dapat bernafas dalam

Warna kulit : merah muda, tanpa oksigen Sat O2> 98%

Aktivitas : 2 ekstrimitas bergerak

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/mnt

Pada pasien ini :

Kesadaran : 2

Warna kulit : 2

Aktivitas : 2

Respirasi : 2

Tekanan darah : 2

Jumlah pulih sadar :10

Kesimpulan : pasien diperbolehkan keruang perawatan

Obat-obatan

1. Midazolam 2,5 mg

Konsentrasinya 5mg/ml

Merupakan obat sedative, hipnotik, amnestic

Dosis : 0,02 – 0,07 mg/kg BB iv

2. Fentanyl 100 mcg

Konsentrasinya 50 mcg/ml

Merupakan analgestic opioid

Dosis : 1-2 mcg/kg BB iv

3. Propofol 100 mg

11

Page 12: PRESKAS anestesi

Konsentrasi 10mg/mL

Merupakan obat induksi sedatif

Dosis : 2-2.5 mg/kgBB iv

Dosis pemeliharaan : 100-150mcg/kgBB/menit

4. Tramadol 100 mg

Konsentrasi 50mg/mL

Merupakan obat analgesik post operatif

Dosis : IM/IV inj dalam 2-3 min/IV infus: 50-100 mg diberi setiap 4-6 jam.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

12

Page 13: PRESKAS anestesi

TIVA adalah teknik anestesi umum dengan hanya menggunakan obat-obat anestesi

yang dimasukkan lewat jalur intravena tanpa penggunaan anestesi inhalasi termasuk

N2O. TIVA digunakan buat mencapai 4 komponen penting dalam anestesi yang

menurut Woodbridge (1957) yaitu blok mental, refleks, sensoris dan motorik. Atau

trias A (3 A) dalam anestesi yaitu

1.      Amnesia

2.      Arefleksia otonomik

3.      Analgesik

4.      +/- relaksasi otot

Jika keempat komponen tadi perlu dipenuhi, maka kita membutuhkan kombinasi dari

obat-obatan intravena yang dapat melengkapi keempat komponen tersebut.

Kebanyakan obat anestesi intravena hanya memenuhi 1 atau 2 komponen di atas

kecuali Ketamin yang mempunyai efek 3 A menjadikan Ketamin sebagai agen

anestesi intravena yang paling lengkap.

Kelebihan TIVA:

1. Kombinasi obat-obat intravena secara terpisah dapat di titrasi dalam dosis

yang lebih akurat sesuai yang dibutuhkan.

2. Tidak menganggu jalan nafas dan pernafasan pasien terutama

pada operasi sekitar jalan nafas atau paru-paru.

3. Anestesi yang mudah dan tidak memerlukan alat-alat atau mesin khusus.

4. Cepat menghasilkan efek hypnosis.

5. Mempunyai efek analgesi.

6. Disertai amnesia pasca anestesi.

7. Cepat dieliminasi oleh tubuh.

8. Dampak yang tidak baik mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya.

Teknik anestesi intravena merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan

obat langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut

digunakan untuk premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik. Induksi

anestesi seperti misalnya tiopenton yang juga digunakan sebagai pemeliharaan dan

juga sebagai tambahan pada tindakan analgesia regional.

Dalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat – obat anestesi dan

13

Page 14: PRESKAS anestesi

yang digunakan di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton,

Diazepam , Dehidrobenzoperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol.

INDIKASI ANESTESI INTRAVENA

1.      Obat induksi anesthesia umum

2.      Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat

3.      Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat

4.      Obat tambahan anestesi regional

5.      Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi)

CARA PEMBERIAN

1.      Sebagai  obat tunggal :

·         Induksi anestesi

·         Operasi singkat: cabut  gigi

2.      Suntikan berulang :

·         Sesuai kebutuhan : colonoscopy

3.      Diteteskan lewat infus :

·         Menambah kekuatan anestesi.

OBAT OBATAN YANG DIPAKAI :

PROPOFOL

Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan

lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek

anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.

Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada

pasien dewasa dan pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,

glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya

asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik

pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu

bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8.1,2

Propofol adalah 98% protein terikat dan mengalami metabolisme hati untuk metabolit

glukuronat, yang akhirnya diekskresikan dalam urin.

14

Page 15: PRESKAS anestesi

Efek Klinis: propofol menghasilkan hilangnya kesadaran dengan cepat, dengan waktu

pemulihan yang cepat dan langsung kembali pada kondisi klinis sebelumnya (sebagai

hasil waktu paruh distribusi yang pendek dan tingkat clearance tinggi). Propofol

menekan refleks laring sehingga sangat cocok untuk digunakan dengan perangkat

LMA agar dapat dimasukkan dengan lancar. Ada insiden rendah mual dan muntah

pasca operasi dan reaksi alergi atau hipersensitivitas. Karena propofol tidak signifikan

menumpuk setelah bolus ulangan, propofol sangat cocok untuk infus jangka panjang

selama operasi sebagai bagian dari teknik anestesi Total intravena (Tiva) dan di ICU

untuk obat penenang jangka panjang.3

Efek pada sistem kardiovaskuler

Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh

darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi. Ini

diakibatkan Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan katekolamin dan

menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik sebanyak 30%. Pengaruh pada jantung

tergantung dari :

·         Pernafasan spontan – mengurangi depresi jantung berbanding nafas kendali

·         Pemberian drip lewat infus – mengurangi depresi jantung berbanding pemberian

secara bolus

·         Umur – makin tua usia pasien makin meningkat efek depresi jantung

Efek pada sistem pernafasan

Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus

dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan. Secara

lebih detail konsentrasi yang menimbulkan efek terhadap sistem pernafasan adalah

seperti berikut:

·         Pada 25%-40% kasus Propofol dapat menimbulkan apnoe setelah diberikan dosis

induksi yang bisa berlangsung lebih dari 30 saat.

Dosis dan penggunaan

15

Page 16: PRESKAS anestesi

a) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.

b) Sedasi : 25 to 75 µg/kg/min dengan I.V infus

c) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 µg/kg/min IV (titrate to

effect), bolus iv 25-50mg.

d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung

penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.

e) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang

minimal 0,2%

f) Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam

lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6

jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.1,2

Efek Samping

Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa

muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat

dihilangkan dengan menggunakan lidokain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat

diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal

tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah

juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol.

Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati – hati pada

pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis.

Pada sesetengah kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik (thiopental < propofol <

etomidate atau  methohexital). Phlebitis juga pernah dilaporkan terjadi setelah

pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang. Terdapat juga kasus

terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan pada anak-anak akibat

pemberian propofol.3

Propofol tidak diizinkan untuk digunakan pada anak-anak berusia kurang dari

3 tahun. Ada laporan kematian tak terduga pada anak-anak karena asidosis metabolik

dan kegagalan miokard setelah penggunaan jangka panjang di ICU.

TIOPENTON

Tiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal,

16

Page 17: PRESKAS anestesi

Thiopenton Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum barbiturat

short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang

cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah mencapai puncak

konsentrasi dan setelah 5 – 10 menit konsentrasi mulai menurun di otak dan

kesadaran kembali seperti semula.9 Dosis yang banyak atau dengan menggunakan

infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran.

Efek pada sistem saraf pusat

Dapat menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan hiperalgesia pada dosis

subhipnotik, menghasilkan penurunan metabolisme serebral dan aliran darah

sedangkan pada dosis yang tinggi akan menghasilkan isoelektrik

elektroensepalogram.Thiopental turut menurunkan tekanan intrakranial. Manakala

methohexital dapat menyebabkan kejang setelah pemberian dosis tinggi.

Efek pada mata

Tekanan intraokluar menurun 40% setelah pemberian induksi thiopental atau

methohexital. Biasanya diberikan suksinilkolin setelah pemberian induksi thiopental

supaya tekanan intraokular kembali ke nilai sebelum induksi.

Efek pada sistem kardiovaskuler

Menurunkan tekanan darah dan cardiac output ,dan dapat meningkatkan frekwensi

jantung, penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam

plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga curah

jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak terpengaruh,

tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi resistensi CO2 atau hipoksia.

Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa

menit tetapi bila obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi dapat terjadi hipotensi

yang berat. Hal ini terutama akibat dilatasi pembuluh darah karena depresi pusat

vasomotor. Dilain pihak turunnya tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek

depresi langsung obat pada miokard.

17

Page 18: PRESKAS anestesi

Efek pada sistem pernafasan

Menyebabkan depresi pusat pernafasan dan sensitifitas terhadap CO2 menurun terjadi

penurunan frekwensi nafas dan volume tidal bahkan dapat sampai menyebabkan

terjadinya asidosis respiratorik. Dapat juga menyebabkan refleks laringeal yang lebih

aktif berbanding propofol sehingga menyebabkan laringospasme. Jarang

menyebabkan bronkospasme.

Dosis

Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek

negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil

menunggu reaksi pasien.

Efek samping

Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan

obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini

dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat juga

kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan menginduksi

enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut.

Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat pemberian

melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan dilakukan blok

regional simpatis.

KETAMIN

Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan

Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum.

Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan

takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan

muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.

Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi

18

Page 19: PRESKAS anestesi

dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence

phenomena.

Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke

seluruh organ.10 Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V

dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan

secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit.

Efek pada susunan saraf pusat

Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami

perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata

terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang

tidak disadari (cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor

dan kejang. Itu merupakan efek anestesi dissosiatif yang merupakan tanda khas

setelah pemberian Ketamin. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan

tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada

periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak

meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.

Efek pada mata

Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi

peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus

koroidalis.

Efek pada sistem kardiovaskuler

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa

meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek

inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

Efek pada sistem pernafasan

19

Page 20: PRESKAS anestesi

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat

menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan

obat pilihan pada pasien asma.

Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses

pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air

sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. Dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB

secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2

mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.

Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian

secara intermitten diulang setiap 10 – 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal

sampai operasi selesai.3 Dosis obat untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic

adalah 0,2 – 0,8 mg/kg IV atau 2 – 4 mg/kg IM atau 5 – 10 µg/kg/min IV drip infus.

Efek samping

Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada

mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi

buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada

otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada

mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.

Kontra indikasi

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah

disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien

yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti

tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan

operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma

dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif

terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes

militus , PJK dl1,2

20

Page 21: PRESKAS anestesi

OPIOID

Morphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan

golongan opioid yang sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah

analgetik. Dalam dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak.

Opioid berbeda dalam potensi, farmakokinetik dan efek samping.

Absorbsi cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin

intramuskuler, dengan puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat

transmukosal oral merupakan metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi

dengan onset cepat (10 menit) analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 μg/Kg)

dan dewasa (200-800 μg).

Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan

morfin memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat

dan durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya cepat

dan durasi singkat setelah injeksi bolus.6

Efek pada sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung

maupun tonus otot pembuluh darah.Tahanan pembuluh darah biasanya akan menurun

karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga menurun

hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan histamin.

Efek pada sistem pernafasan

Dapat meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi

nafas, dengan jumlah volume tidal yang menurun .PaCO2 meningkat dan respon

terhadap CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan,

selain itu juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas

atau kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis

tertentu. 

21

Page 22: PRESKAS anestesi

Efek pada sistem gastrointestinal

Opioid menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan lambung juga

terhambat.

Efek pada endokrin

Fentanyl mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik akibat stress

anesthesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif

stabil.1,2

a. Morfin

Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri yang

berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan kegagalan

ventrikel kiri dan edema paru.

Dosis :

Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg setiap 4 jam

Induksi : iv 1 mg/kg

Awitan aksi : iv < 1 menit, im 1-5 menit

Lama aksi : 2-7 jam

Efek samping obat :

Hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia

Bronkospasme, laringospasme

Penglihatan kabur, sinkop, euphoria, disforia

Retensi urin, spasme ureter

Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah, penundaan

pengosongan lambung

Miosis 4

b. Petidin

Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum

pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat,

untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute pulmonary

edema dan acute left ventricular failure. 5

22

Page 23: PRESKAS anestesi

Dosis

Oral/ IM,/SK :

Dewasa :

Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,

Injeksi intravena lambat : dewasa 15–35 mg/jam.

Anak-anak oral/IM/SK : 1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika perlu.

Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg IM/SK

Petidin dimetabolisme terutama di hati

Kontraindikasi

Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya

(menyebabkan koma, depresi pernapasan yang parah, sianosis, hipotensi,

hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang)

Hipersensitivitas.

Pasien dengan gagal ginjal lanjut

Efek samping obat

Depresi pernapasan,

Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa

mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang,

Pencernaan : mual, muntah, konstipasi,

Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural,

Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria.

Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot,

pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi, halusinasi.

Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit

Peringatan

Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama kerja &

efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf pusat yg parah,

anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor

otak, asma bronchial

c. Fentanil

Digunakan sebagai analgesic dan anastesia

Dosis :

Analgesic : iv/im 25-100 µg

Induksi : iv 5-40 µg/ kg BB

23

Page 24: PRESKAS anestesi

Suplemen anastesi : iv 2-20 µg/kg BB

Anastetik tunggal : iv 50-150 µg/ kg BB

Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit

Lama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam

Efek samping obat :

Bradikardi, hipotensi

Depresi saluran pernapasan, apnea

Pusing, penglihatan kabur, kejang

Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat

Miosis 4

Tramadol

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat

secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghambat sensasi

nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan

neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls

nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas

75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan waktu

6,3 – 7,4 jam.

Indikasi : Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca

pembedahan.

Dosis : Dewasa dan anak di atas 16 tahun :

• Dosis umum : dosis tunggal 50 mg Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan

nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 4

– 6 jam.

• Dosis maksimum 400 mg sehari.

• Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita. Penderita gangguan

hati dan ginjal dengan bersihan klirens < 30 mL/menit : 50 – 100 mg setiap 12 jam,

maksimum 200 mg sehari.

• Dosis yang dianjurkan untuk pasien dengan cirrhosis adalah 50 mg setiap 12

jam.

BENZODIAZEPIN

24

Page 25: PRESKAS anestesi

Golongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah Diazepam

(valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan lorazepam

tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol.

Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative, anxiolitik, amnestik,

antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral.

Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul

setelah 4 - 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari

benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan menyebabkan terjadinya

akumulasi dan pemanjangan efeknya sendiri. Midazolam dan diazepam

didistribusikan secara cepat setelah injeksi bolus, metabolisme mungkin akan tampak

lambat pada pasien tua.

Efek pada sistem saraf pusat

Dapat menimbulkan amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek

sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme.

Efek pada sistem kardiovaskuler

Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out put.

Ttidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik mungkin

terjadi pada dosis yang besar atau apabila dikombinasi dengan opioid

Efek pada sistem pernafasan

Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas

mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan retardasi

mental.

EFek pada sistem saraf otot

25

Page 26: PRESKAS anestesi

Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supraspinal dan

spinal , sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot

rangka.4,6

a. Diazepam

Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut organic (propilen

glikol dan sodium benzoate). Karena itu obat ini bersifat asam dan menimbulkan rasa

sakit ketika disuntikan, trombhosis, phlebitis apabila disuntikan pada vena kecil. Obat

ini dimetabolisme di hepar dan diekskresikan melalui ginjal. 2

Obat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri. Karena itu, obat ini digunakan

untuk induksi dan supplement pada pasien dengan gangguan jantung berat. 2

Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia, sedative, obat

induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan, pengobatan penarikan alcohol akut dan

serangan panic.

Awitan aksi : iv < 2 menit, rectal < 10 menit,

oral 15 menit-1 jam

Lama aksi : iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam 4

Dosis :

Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg

Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB

Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg

Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis maksimal 30 mg,

PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari 4

Efek samping obat :

Menyebabkan bradikardi dan hipotensi

Depresi pernapasan

Mengantuk, ataksia, kebingungan, depresi,

Inkontinensia

Ruam kulit

DVT, phlebitis pada tempat suntikan 4

b. Midazolam

26

Page 27: PRESKAS anestesi

Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan anteretrogad

amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.

Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai APGAR kurang

dari 7 pada neonatus. 2

Dosis :

Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg

Sedasi : iv 0,5-5 mg

Induksi : iv 50-350 µg/kg 4

Efek samping obat :

Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature, hipotensi

Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi

Euphoria, agitasi, hiperaktivitas

Salvasi, muntah, rasa asam

Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan 4

Target controlled infusion

Propofol terutama digunakan untuk intravena Total anaesthesia, teknik konvensional

dicapai dengan hanya menyuntikkan obat melalui pompa jarum suntik pada tingkat

yang telah ditentukan (mg / jam atau ml / jam) berdasarkan berat badan. Satu masalah

dengan metode ini adalah bahwa, jika tingkat infus pompa meningkat dari, misalnya,

10 ml / jam untuk 20 ml / jam, perubahan tidak akan secara cepat tercermin dalam

konsentrasi darah atau otak. Meningkatnya teknologi pompa, bersama dengan

estimasi yang lebih baik dari konsentrasi situs efek (konsentrasi agen di otak untuk

setiap konsentrasi darah yang diberikan) memfasilitasi pengembangan infus

dikendalikan target. Dengan teknik ini, dokter anestesi hanya menetapkan konsentrasi

darah target awal (atau daerah efek) yang dibutuhkan: konsentrasi target dicapai dan

dipertahankan tanpa intervensi lebih lanjut diperlukan oleh pengguna. Nomogram dari

studi klinis (dan pengalaman klinis operator ) digunakan untuk mengkorelasikan

konsentrasi darah (atau daerah efek) dengan efek klinis. Konsentrasi darah (atau

daerah efek) ditampilkan oleh pompa adalah perkiraan dari percobaan besar yang

menghubungkan dosis infus dengan konsentrasi darah.3,7

27

Page 28: PRESKAS anestesi

Tabel 1. Dosis induksi TIVA7

Tabel 2. Dosis pemeliharaan TIVA 7

Tabel 3. Properti ringkasan dari obat-obat intravena anestesi3

28

Page 29: PRESKAS anestesi

Blighted Ovum

A.  Definisi

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita dalam keadaan hamil

tetapi tidak ada janin di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga

merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah

pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi

pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun

laboratorium hasilnya pun positif.

Blighted Ovum

Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum

yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak

berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak

membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi dalam trimester

pertama sebelum seorang wanita tahu tentang kehamilannya. Tingginya

tingkat kelainan kromosom biasanya menyebabkan tubuh wanita secara

alami mengalami keguguran.

29

Page 30: PRESKAS anestesi

B.     Etiologi

Blighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan

penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita

mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha

untuk tidak meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang

menjadi bayi normal dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan

sel yang abnormal, atau kualitas sperma atau ovum yang buruk.

Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam

proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan

streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol,

rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi

terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga

meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau

ovum menjadi turun.

C.    Patofisiologi

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.

Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak

dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi

cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim.

Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana

hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak

sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.

Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti

mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif.

30

Page 31: PRESKAS anestesi

Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya

mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering

disebut juga sebagai hormon kehamilan.

D.    Gejala dan Tanda

Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan

tanda-tanda mungkin termasuk:

· Periode menstruasi terlambat

· Kram perut

·  Minor vagina atau bercak perdarahan

·  Tes kehamilan positif pada saat gejala

· Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan

perdarahan

· Hampir sama dengan kehamilan normal

E.     Diagnosis

1.      Anamnesis

2.      Pemeriksaan Fisik

3.      Pemeriksaan Penunjang (USG) à diagnosis pasti, bisa dilakukan saat kehamilan

memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih

besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak,

adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan

anembriogenik dapat ditegakkan ilapada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya

30 mm, tidak dijumpai adanya strukturmudigah dan kantong kuning telur.

31

Page 32: PRESKAS anestesi

Gambar 1 : Blighted Ovum

Gambar 2 : Kehamilan Normal

F.    Pencegahan

Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa

pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi

keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan

kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.

Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan

beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi

rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan

dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama

bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas

sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan

pola hidup sehat.

32

Page 33: PRESKAS anestesi

G.    Penatalaksanaan

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah

mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan

dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi

penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobatai agar tidak terjadi

kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program

imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum

yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika

kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang

rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini,

pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari

pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-

lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka

pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam

hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi,

pembuahan buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran

kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan

lain bagi banyak pasangan.

33

Page 34: PRESKAS anestesi

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departement Farmakologi dan Terapeutik Ed 5

farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru ; 2007

2. Mangku G,dkk. Buku ajar Ilmu Anasthesia dan Reanimasi. Cetakan pertama. Jakarta :

Universitas Udayana Indeks ; 2010

3. Jaideep J Pandit. Intravenous Anaesthetic Drug. 2007. ANAESTHESIA AND

INTENSIVE CARE MEDICINE 9:4. Diunduh dari :

http://www.philippelefevre.com/downloads/basic_sciences_articles/iv-anaesthetic-

agents/intravenous-anaesthetic-agents.pdf

4. Omoigui, S. 1997. Obat-obatan Anastesia. EGC : Jakarta

5. Mansjoer A, Triyanti K, Wardhani WI. Et all (editor), Kapita Selekta Kedokteran,

Cetakan keenam 2007 : Media Aesculapius – FK UI

6. http//ascf.en.enzl.com/ACM619_multi_functional_anasthesia_machine

7. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Edisi 3. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2007

8. Collage of anaesthesiologist Academy of Medicine Malaysia. Total Intravenous

Anaesthesiologist using target controlled infusion. A pocket reference 1st edition. 2012.

9. Anonim. 2008. Blighted Ovum (Kehamilan Kosong). www.doktersehat.com

10. Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic Pregnancy.

http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%2 ovum.pdf

11. Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis &

Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com

12. Nasrudin AM, Eddy R Moeljono, Putra Rimba. 2006. Efektivitas Misoprostol 400 mcg

Pervaginam Untuk Dilatasi Serviks Pada Kasus Blighted Ovum. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.

13. Agoes Oerip Poerwoko, Anantyo Binarso Mochtar, Hary Tjahjanto. 2008. Efek

Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion. Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro : Media Medika Indonesiana

14. Juminten Saimin, Eddy R. Moeljono, Retno B. Farid. 2008. Pemakaian Tablet

Misoprostol 100 Mikrogram Per Vaginam Untuk Dilatasi Servix  Sebelum Tindakan

Kuretase. Subbagian Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

34