preskas saraf

29
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF NO.RM :196423 ANAMNESIS Nama : Nn. W Ruang : Poliklinik TL : 21 Januari 1993 Kelas : - Nama : Nn. W Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 21 Januari 1993 Umur : 21 th Pekerjaan : Mahasiswa Pendidikan : PT Alamat : Jl. Tentara Pelajar Purworejo Kunjungan RS : 18/12/2014 Diagnosis : Tension Type Headache Dokter yang merawat : dr. Murgiyanto Sp.S Keluhan Utama : Nyeri kepala Keluhan Tambahan : sulit tidur (+) Riwayat Penyakit Sekarang: 4BSMRS : Pasien mengeluhkan nyeri kepala. pada sebelah kanan dekat tulang telinga, terasa seperti terikat. Kadang dirasakan otot leher menegang. Keluhan hilang timbul selama ± 5 menit. Merasa lebih nyaman bila ditekan. Kadang muncul demam dan mual, diobati dengan paracetamol 3HSMRS : Keluhan dirasakan semakin tak tertahankan, terasa seperti mau pecah, mengganggu aktivitas dan tidurnya. Minum paramex namun tidak membaik. RM.01.

description

saraf

Transcript of preskas saraf

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAPRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF

NO.RM :196423

ANAMNESISNama : Nn. WRuang : Poliklinik

TL : 21 Januari 1993Kelas : -

Nama : Nn. W

Jenis Kelamin: PerempuanTanggal lahir : 21 Januari 1993 Umur : 21 thPekerjaan

: Mahasiswa

Pendidikan

: PT

Alamat : Jl. Tentara Pelajar PurworejoKunjungan RS : 18/12/2014

Diagnosis : Tension Type HeadacheDokter yang merawat: dr. Murgiyanto Sp.SKeluhan Utama

: Nyeri kepalaKeluhan Tambahan: sulit tidur (+)Riwayat Penyakit Sekarang: 4BSMRS: Pasien mengeluhkan nyeri kepala. pada sebelah kanan dekat tulang telinga, terasa seperti terikat. Kadang dirasakan otot leher menegang. Keluhan hilang timbul selama 5 menit. Merasa lebih nyaman bila ditekan. Kadang muncul demam dan mual, diobati dengan paracetamol

3HSMRS: Keluhan dirasakan semakin tak tertahankan, terasa seperti mau pecah, mengganggu aktivitas dan tidurnya. Minum paramex namun tidak membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat trauma (-) nyeri kepala (-) kejang demam (-).Riwayat Penyakit Keluarga :Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan nyeri kepala, riwayat HT(-) DM(-)

PEMERIKSAAN

FISIKNama : Nn. WRuang : Poliklinik

TL : 21 Januari 1993Kelas : -

PEMERIKSAAN UMUM

Kesan umum : sedang Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah: 125/75 mmHg

Nadi

: 80x/menitSuhu badan

: afebrisPernafasan

: 20 x/menit

PEMERIKSAAN FISIK :

KEPALA

Bentuk

: Normocephal

Mata

: sklera ikterik (-/-) conjuntiva anemis (-/-),

pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+

Telingga

: simetris, serumen (-)

Hidung

: septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-)

Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (- ), gusi tidak berdarah (-)LEHER

Bentuk

: simetris, tidak tampak adanya perbesaranTrakea

: tidak teraba pembesaran kelenjar tiroidTHORAX

Bentuk dada

: simeteris dengan retraksi dinding dada (-) JANTUNGInspeksi

: ictus cordis tidak terlihat.Palpasi

: ictus cordis teraba pada sela iga ke 3 linea midclavicularisPerkusi

: batas jantungKanan atas : SIC II line apara sternalis kanan

Kiri atas: SIC II line para sternalis kiri

Kanan bawah: SIC IV line para sternalis kanan

Kiri bawah: SIC V linea midclavicularis kiri

Auskultasi

: bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-), irama derap (-)PARU-PARUKananKiri

InspeksiTampak simetris, retraksi subcostalis (-), retraksi supraclavicularis (-), retraksi intercostalis (-), ketinggalan gerak (-)Tampaks simetris, retraksi subcostalis (-), retraksi supraclavicularis (-), retraksi intercostalis (-), ketinggalan gerak (-)

PalpasiKetinggalan gerak (-), deformitas (-)

Ketinggalan gerak (-), deformitas (-)

PerkusiSonor pada seluruh lapangan paru

Sonor pada seluruh lapangan paru

AuskultasiSuara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (-), rhonki basah halus (-), ronki kering (-), wheezing ekspirator (-), wheezing inspirator (-), stridor inspiratory (-), ekspirator diperpanjang (-)Suara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (-), rhonki basah halus (-), ronki kering (-), wheezing ekspirator (-), wheezing inspirator (-), stridor inspiratory (-), ekspirator diperpanjang (-)

ABDOMEN

Inspeksi

:ascites (-),distended (-)Auskultasi :peristaltik (+)

Perkusi:thympani, pekak beralih (-)

Palpasi:supel(+), defans muskular (-), massa (-), nyeri tekan epigastrium (-),

turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba , hepatomegali (-)

EKSTREMITAS

Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-) NEUROLOGIS

Kesadaran: Kompos Mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Kepala: bentuk normal, simetris

Leher: sikap tegak, pergerakan baik.

Nn. Craniales :Pemeriksaan Nn. CranialesKananKiri

I. Olfaktorius

SubjektifNormal Normal

II. Optikus

Tajam penglihatan (Subjektif)

Lapangan pandang (Subjektif)Normal

NormalNormal

Normal

III. Okulomotorius

Sela mata Pergerakan mata ke arah superior, medial, inferior, torsi inferios

Strabismus

Nystagmus

Exoftalmus

Reflek pupil terhadap cahaya

Pandangan double

Diameter pupil

Normal(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(-)

3 mmNormal(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(-)

3 mm

IV. Troklearis Gerakan mata (ke bawah-lateral)(+)(+)

V. Trigeminus Membuka mulut

mengunyah menggigit seinsibilitas muka(+)(+)(+)(+)(+)

(+)(+)(+)

VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral(+)(+)

VII. Fasialis Mengerutkan dahi

Menutup mata

Memperlihatkan gigi

Sudut bibir(+)

(+)(+)(+)(+)

(+)(+)(+)

VIII. Vstibulokoklearis Fungsi pendengaran (subjektif)(+)(+)

IX. Glossofaringeus Perasa lidah (bag. belakang) Refleks muntah(+)(+)(+)(+)

X. Vagus

Bicara Menelan (+)(+)(+)

(+)

XI. Assesorius Mengangkat bahu

Memalingkan kepala(+)

(+)(+)

(+)

XII. Hipoglosus Pergerakan lidah

Artikulasi (+)

(+)(+)

(+)

Motorik

: - respirasi : garakan nafas simetris, tidak tampak retraksi otot-otot thorakal

Duduk : bahu pasien tampak simetris

Bentuk Columna vertebralis : tampak normal Pergerakan Columna Vertebralis : bebasSensibilitas : tidak ditemukan adanya kelainanFungsi Vegetatif : baikExtremitas :

GB B

K5 5

B B

5 5

RF+2 +2

RP- -

Cl -/-

+2 +42

- -DIAGNOSIS BANDING

- Susp. Tension type headace - Susp. Migraine - Susp. Medication over-use headache

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : cephalgia Diagnosis Topik : kontraksi otot sternokleidomastoideus Diagnosis Etiologi : stress dan kecemasanTERAPI MEDIKA MENTOSA

Klobazam 1x10mg

Proneuron 1x1 tab

Ranitidine 2x1 tab

Meloxicam 2x7.5mg

NON MEDIKA MENTOSA

kompres panas/dingin

peregangan dan teknik relaksasi

olahraga teratur

PROGNOSIS Vitam : bonam Fungsionam : bonamMASALAH YANG DIKAJI

Bagaimana penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada kasus tension type headache ?

TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi CephalgiaCephalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan ischialgia artinya nyeri. Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab. Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengankepala yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit.B. EtiologiCephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ dikepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi senditemporomandibular, hipertensi, sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.C. EpidemiologiFaktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebutmerupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension headacheyang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %.Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahunsedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia besar dari 12 tahun. HIS jugamengemukakancluster headache 80 90 % terjadi pada pria dan prevalensi sakitkepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.D. Anatomi OtakBagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan evolusi. Otak terdiri dari batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, serebelum, otak depan(forebrain) yang terdiri atas diensefalon dan serebrum. 1Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan korteks serebrum. Masing-masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai berikut: asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan, pengaturan refleks otot yangterlibat dalam keseimbangan dan postur, penerimaaan dan integrasi semuamasukan sinaps dari korda spinalis; keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, pusat tidur. 1Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yangterlatih.Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: mengatur banyak fungsihomeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupanmakanan, penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, sangat terlibatdalam emosi dan pola perilaku dasar. 1Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkatkesadaran, berperan dalam kontrol motorik. Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola pola gerakan yang tidak berguna. 1Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan,kreativitas dan kesadaran diri.Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus, parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini memilikifungsi yang berbeda-beda. Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. 1Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 3 beramifikasi padagrey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengantransmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu. 1Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferenC3 juga akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital darikepala dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris danmandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yangmeluas ke arah kaudal. 1Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal. Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2 dan V3. V1, oftalmikus,menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial danfalx cerebriserta pembuluh darah yang berhubungan dengan bagian duramater ini.V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, danduramater bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis, menginervasi daerahduramater bagian fossa cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga, senditemporomandibular dan otot menguyah. 1Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus auditorius eksterna dan membran timpani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramusdorsalis dari C1 menginnervasi ototsuboccipital triangle - obliquus superior,obliquus inferior dan rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, Longissimus capitis dan splenius sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. 1Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dariobliquus inferior ,dan balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal linedan the aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang mana merupakancabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi cabang lateral kelongissimus capitisdansplenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. 1Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior. Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaituintrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior. Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dariorbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar,gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus.E. Patofisiologi CephalgiaNyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.4Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik. 4Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 450C, jaringanjaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.4Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik.Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.4Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falks, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai slow-chronic-aching type pain.

Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu nyeri akut (fast pain) dan nyeri kronik (slow pain). Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6-30 m/detik. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milidetik.4Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebih dari 1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5-2 m/detik. Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.4Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast pain dan paleospinotalamikus untuk slow pain.4Traktus neospinotalamikus untuk fastpain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada, area retikular dari batang otak (sebagian kecil), nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), kompleks ventrobasal (sebagian besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah ventrobasal.Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.

Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. traktus ini , saraf perifer akan hampir seluruhnya berakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering disebut dengan substansia gelatinosa.Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah ataubeberapa neuron pendek yangmenghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian kebanyakan serabut saraf iniakan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway. Setelah itu, neuronterakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras antero lateral. Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir padabatangotak dan hanya sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akanlangsungditeruskan ke talamus. Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, area tektum dari mesensefalon, regio abu-abu dari peraquaductus yang mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri.Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari hipotalamus dan bagian basal otak.F. Klasifikasi CephalgiaSakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi 1. Sakit kepala primer

Migraine

Tension type headache

Cluster head ache dengan sefalgia trigeminal/autonomic

Sakit kepala primer lainnya2. Sakit kepala sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher

Sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal

Sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intracranial

Sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi

Sakit kepala akibat gangguan homeostasis

Sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher,telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah

Sakit kepala akibat kelainan psikiatri.

G. Tension Type Headche (TTH)a. Definisi Tension type headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terusmenerus otot- otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis,M.masseter,M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator scapula) b. Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)

Tension Type Headache(TTH) adalah stress,depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbanganneurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

c. Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)

TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimanaTension Type Headacheepisodik terjadi 63% danTension Type Headachekronik terjadi 3%.Tension Type Headacheepisodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56%. Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.7d. Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)

Klasifikasi TTH adalahTension Type Headache episodik dan TensionType Headachekronik.Tension Type Headacheepisodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan.Tension Type Headacheepisodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit 7 hari.Tension Type Headachekronik (CTTH)apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

e. Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)

Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan denganterjadinya TTH sebagai berikut, yaitu: (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperandaripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpadisertai iskemia otot, transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasisecond order neuron.(3) Pada nukleus trigeminaldan kornu dorsalis (aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikutihipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu,terdapat juga penurunansupraspinal decending paininhibit activity, (5) kelainanfungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensikadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet.penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal danmaseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi danansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan)akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah16menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akanmenyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsiummasuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehinggaterjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferengamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi menjadi 3tahap yaitualarm reaction,stage of resistance, dan stage of exhausted.6Alarm reactiondimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkankekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolismeanaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.

Stage of resistance, dimana sumber energi yang digunakan berasal dariglikogen yang akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium.

Stage of exhausted, dimana sumber energi yangdigunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesiK+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.

f. Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Tension Type Headacheharus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dariberikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan-sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang-berat, tumpul sepertiditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

g. Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)

Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

h. Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosisdeformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal,migren klasik, migren komplikata,cluster headache, sakit kepala pada arteritistemporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakitkardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.

i. Terapi Tension Type Headache (TTH)

Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest ,massage, dan atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan ataumuclesrelaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia(asetaminofen, aspirin,ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan.

Menurut consensus IX PERDOSSI , terapi farmakologis pada TTH 10I.1 Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 minggu

1. Analgetik: Aspirin 1000 mg/hari, Acetaminofen 1000 mg/hari, NSAID ( Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, Tolfenamic 200-400 mg/hari, Asam mefenamat, Fenoprofen, Ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari) Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi Gastrointestinal, Penyakit ginjal dan hati, serta gangguan fungsi platelet.

2. Kafein (Analgetik Adjuvant) 65 mg

3. Kombinasi 325 aspirin , acetaminophen + 40 mg kafein.

I.2 Pada type kronis

1. Antidepresan

Jenis trisiklik : amitryptilin , sebagai obat teurapetik maupun penceggahan TTH.

2. Anti anxietas

Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita dengan komorbid anxietas. Golongan yang sering dipakai benzodiazepine dan butalbutal , namun obat ini bersifat adikktif.j. Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)

TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia.TTh biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka >90% pasien dapat disembuhkan.Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dan lain-lain yang berlebihan.6k. Pencegahan Tension Type Headache (TTH)

Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress denganolahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching),meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi makadapat dilakukanbehavioral therapy.Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.KESIMPULAN

Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap.Tension type headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terusmenerus otot- otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis,M.masseter,M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator scapula) yang dipicu oleh stress,depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbanganneurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan encephalin. DAFTAR PUSTAKA

1. Chawla J. Tension Type Headache: Differential Diagnoses & Workup. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis.

2. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Ed. Ke-2. FKUGM : Yogyakarta, 2009.

3. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders). Diunduh dari http://hisclassification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc4. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache Neurology and Neurosurgery Illustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72.ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders) available at : http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc5. Ropper, A. H., & Brown, R. H. (2005). Adams and Victor Principles of Neurology, Eight Edition. New York : Mc Graw Hill.

6. Sjahrir Hasan, dkk. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan penatalaksanaan Nyeri Kepala 2013. Surabaya : Airlangga University Press.2013.Diperiksa dan disahkan oleh:

Dokter Pembimbing,

Co-Assisten,

(dr. Murgiyanto, Sp.S)

(Andika Satria P.)

PAGE RM.015.

_1465416455.doc