Presentasi Referat.ppt
-
Upload
alham-wahyudin -
Category
Documents
-
view
115 -
download
4
Transcript of Presentasi Referat.ppt
LOGO
Keratitis Numularis
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATARUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI2013 1
Pendahuluan
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, sebagai media refraksi dan membran pelindung . Kornea terdiri dari 5 lapis epitel
Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
3
Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapis kornea yang terkena
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata dan menempati urutan kedua penyebab kebutaan
2
Anatomi dan Fisiologi
Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.²
Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian lingkaran dengan diameter vertikal 10-11mm dan horizontal 11-12mm, tebal 0,6-1mm terdiri dari 5 lapis
3
5 Lapis Kornea
4
Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan sifat transparan hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel.
5
Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensoris terutama saraf siliaris longus, saraf nasosiliaris, saraf ke V saraf siliaris longus berjalan supra koroid , masuk kedalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung Schwannya
6
Definisi Keratitis
Keratitis adalah suatu kondisi dimana kornea bagian depan mata mengalami inflamasi. Kondisi ini sering ditandai dengan rasa nyeri,kemudian berkembang menjadi photofobia atau rasa silau bila terkena cahaya dan dapat terjadi gangguan penglihatan
7
Gambar Keratitis
8
Etiologi
Penyebab keratitis bermacam-macam, seperti infeksi bakteri, virus maupun jamur (virus herpes simpleks merupakan penyebab tersering), kekeringan kornea, pajanan cahaya yang terlalu terang, benda asing, reaksi alergi terhadap kosmetik, debu, polusi atau bahan iritan lainnya, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.2
9
Gejala dan Tanda
10
a. Gejala keratitis - Mata terasa sakit- Gangguan penglihatan- Trias keratitis (lakrimasi, fotofobia
dan blefarospasme)
Gejala dan Tanda (Lanjutan)
b. Tanda keratitis -Infiltrat (berisi infiltrat sel radang, kejernihan kornea berkurang, terjadi supurasi dan ulkus)-Neovaskularisasi (superfisial bentuk bercabang-cabang, profunda berbentuk lurus seperti sisir)-Injeksi perikornea-Kongesti jaringan yang lebih dalam (iridosiklitis yang dapat disertai hipopion)
11
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda pada penyakit DMD berdasarkan tahapan perjalanan penyakit sebagai berikut.
1. Tahap 1 – Presimptomatika. Kreatine kinase biasanya
meningkat.b. Riwayat keluarga biasanya positif.
12
Stadium Perjalanan Keratitis
Stadium infiltrasi. Infiltrasi epitel stroma, sel epitel rusak, edema, nekrosis lokal. Hanya stadium 1 yang terjadi pada keratitis, sedangkan stadium 2 dan 3 terjadi pada keratitis lanjut seperti pada ulkus kornea. Gejala objektif pada stadium ini selalu ada dengan batas kabur, disertai tanda radang, warna keabu-abuan dan injeksi perikorneal.9
13
Stadium Perjalanan Keratitis
14
Stadium regresi. Ulkus disertai infiltrasi di sekitarnya, vaskularisasi meningkat dengan tes flouresensi positif.9
Stadium sikatrik. Pada stadium ini terjadi epitelisasi, ulkus menutup, terdapat jaringan sikatrik dengan warna kornea kabur. Tanpa disertai tanda keratitis, batas jelas, tanpa tanda radang, warna keputihan dan tanpa injeksi perikorneal.9
Patofisiologi
15
Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tidak dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagi Injeksi perikornea
Patofisiologi (Lanjutan 2)
Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagai bercak bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel kornea dan timbul ulkus yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma
16
Klasifikasi Keratitis
Keratitis diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena yaitu :
1. Keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau Bowman2. Keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.
17
KlasifikasiI. Keratitis Superfisial1. Keratitis epitelial
a. Keratitis punctata superfisialisb. Herpes simpleksc. Herpes zoster
2. Keratitis subepiteliala. Keratitis nummularisb. Keratitis disiformis
3. Keratitis stromala. Keratitis neuroparalitikb. Keratitis et lagoftalmus
18
Klasifikasi
II. Keratitis Profundaa. Keratitis interstisialb. Keratitis sklerotikansc. Keratitis disiformis
19
Keratitis Superfisialis
Keratitis superfisial dapat dibagi menjadi keratitis superfisial nonulseratif dan keratitis superfisial ulseratif
20
Keratitis Superfisialis Non Ulseratif
Keratitis Pungtata Superfisial dari Fuchs
Merupakan suatu peradangan akut, yang mengenai satu, kadang-kadang dua mata, mulai dengan konjungitivitis kataral, disertai dengan infeksi dari traktus respiratorius bagian atas. Disusul dengan pembentukan infiltrat yang berupa titik-titik pada kedua permukaan membran Bowman.. Infiltrat ini di dapatkan di bagian superfisial dari stroma, sedang epitel di atasnya tetap licin sehingga tes fluoresin (-) oleh karena letaknya di subepitelial
21
22
Keratitis numularis disebut juga keratitis sawahica atau keratitis punctata tropica.
Keratitis numularis diduga diakibatkan oleh virus. Diduga virus yang masuk ke dalam epitel kornea melalui luka setelah trauma. Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyebaran toksin pada stroma kornea sehingga menimbulkan kekeruhan atau infiltrat berbentuk bulat seperti mata uang. Pada kornea terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo. Tes fluoresinnya (-).2,3,7
23
Untuk melihat adanya defek pada epitel kornea dapat dilakukan uji fluoresin. Caranya, kertas fluoresin dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu penderita diberi anestesi lokal. Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik, kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan disebut sebagai uji fluoresin positif
24
25
Keratitis disformis Disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan peradangan kornea yang banyak di negeri persawahan basah. Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Pada anamnesa umumnya ada riwayat trauma dari lumpur sawah. Pada mata tanda radang tidak jelas, mungkin terdapat injeksi silier. Apabila disertai dengan infeksi sekunder, mungkin timbul tanda-tanda konjungtivitis. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat-bulat, di tengahnya lebih padat dari pada di tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin (-).3 Terletak terutama dibagian tengah kornea..
26
27
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Kekeruhan subepitel bulat. Sensasi kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan simbelfaron. 2, 4
28
Penatalaksanaan
Keratitis Pungtata Superfisial dari Fuchs
Pengobatan yang dapat diberikan pada keratitis pungtata superfisial dari Fuchs adalah pengobatan lokal, yaitu salep antibiotik atau sulfa untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, dan dapat dikombinasi dengan kortikosteroid.
29
Keratitis Numularis atau Keratitis Dimmer
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap penyakit ini. Obat-obatan hanya diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. Untuk terapi lokal diberikan salep antibiotika yang dapat dikombinasi dengan kortikosteroid
30
Keratitis Disiformis dari Westhoff
Untuk keratitis Disiformis dari Westhoff dapat diberikan salep mata antibiotik yang dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid. Pada keratitis ini, biasanya perjalanan penyakit lama hingga berbulan-bulan.3
31
Keratokonjungtivitis Epidemika
Pengobatan pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres dingin dan pengobatan penunjang lainnya. Lebih baik diobati secara konservatif. Bila terjadi kekeruhan pada kornea yang menyebabkan penurunan visus yang berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali sehari.2 Antibiotik sebaiknya diberikan apabila terdapat superinfeksi bakteri.
32
Prognosis
Prognosis pada setiap kasus tergantung pada beberapa faktor, termasuk luas dan dalamnya lapisan kornea yang terlibat, ada atau tidaknya perluasan ke jaringan orbita lain, status kesehatan pasien (contohnya immunocompromised), virulensi patogen,ada atau tidaknya vaskularisasi dan deposit kolagen pada jaringan tersebut,
33
Kesimpulan
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat di lapisan kornea. Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasinya, yaitu superfisial, interstisial dan profunda. Keratitis superfisial adalah radang kornea yang mengenai lapisan epitel dan membran bowman. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Keratitis dapat memberikan gejala mata merah, rasa silau, epifora, nyeri, kelilipan, dan penglihatan menjadi sedikit kabur
34
Terima Kasih
35