Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

38
1 STATUS MEDIK PASIEN A. IDENTITAS  Nama Pasien : Nn. R Umur : 20 tahun Alamat : Jl. Gamprit IV Pekerjaan : Guru PAUD Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Menikah  No.Rekam Medis : 478964 Ruang Rawat : Melati Tanggal Masuk RS : 13/04/2013 B. ANAMNESIS Keluhan Utama : Batuk berdarah Keluhan Tambahan : mual (+), muntah (+), lemas, nyeri dada sebelah kanan, sesak napas, nyeri perut dan demam. Sumber Informasi dan Keterandalan :  Autoanamnesis. Pasien memberikan informasinya sendiri dan tampaknya informasi yang diberikan dapat dipercaya. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSUD Pasar Rebo dengan keluhan batuk berdarahbewarna merah terang sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien bercerita bahwa awalnya darah yang dikeluarkan berupa bercak darah dalam dahak encer dan bening, namun semakin hari semakin banyak sampai sebanyak satu sendok teh. Pasien juga  bercerita tentang sesak napas yang dirasakannya terutama sete lah batuk maupun ketika ia  berjalan ke toilet yang jauhnya kira-kira 6 meter. Sesak napas menetap walaupun pasien istirahat. Tidak dikeluhkan adanya mengi.Pasien juga mengeluhkan nyeri dada sebelah kanan dirasakan lebih kuat apabila menarik napas dalam. Demam yang dikeluhkan sering naik-turun, naik padamalam hari dan turun pada pagi harinya sejak 1 bulan lalu.Pasien mengakuiberat badannya turun dari 44 Kg menjadi 40 Kgdan sering keluar keringat  banyak pada malam hari sejak 5 bulan yang lalu namun keluhan keringat malam sudah  jarang dirasakan.

Transcript of Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

Page 1: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 1/38

1

STATUS MEDIK PASIEN

A.  IDENTITAS

 Nama Pasien : Nn. R

Umur : 20 tahun

Alamat : Jl. Gamprit IV

Pekerjaan : Guru PAUD

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

 No.Rekam Medis : 478964

Ruang Rawat : Melati

Tanggal Masuk RS : 13/04/2013

B.  ANAMNESIS

Keluhan Utama : Batuk berdarah

Keluhan Tambahan : mual (+), muntah (+), lemas, nyeri dada sebelah

kanan, sesak napas, nyeri perut dan demam.

Sumber Informasi dan Keterandalan :  Autoanamnesis. Pasien memberikan informasinyasendiri dan tampaknya informasi yang diberikan

dapat dipercaya.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Pasar Rebo dengan keluhan batuk berdarahbewarna

merah terang sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien bercerita bahwa

awalnya darah yang dikeluarkan berupa bercak darah dalam dahak encer dan bening,

namun semakin hari semakin banyak sampai sebanyak satu sendok teh. Pasien juga

 bercerita tentang sesak napas yang dirasakannya terutama setelah batuk maupun ketika ia

 berjalan ke toilet yang jauhnya kira-kira 6 meter. Sesak napas menetap walaupun pasien

istirahat. Tidak dikeluhkan adanya mengi.Pasien juga mengeluhkan nyeri dada sebelah

kanan dirasakan lebih kuat apabila menarik napas dalam. Demam yang dikeluhkan sering

naik-turun, naik padamalam hari dan turun pada pagi harinya sejak 1 bulan lalu.Pasien

mengakuiberat badannya turun dari 44 Kg menjadi 40 Kgdan sering keluar keringat

 banyak pada malam hari sejak 5 bulan yang lalu namun keluhan keringat malam sudah

 jarang dirasakan.

Page 2: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 2/38

2

Riwayat Penyakit Dahulu

  Riwayat sakit dengan keluhan batuk, sesak napas, nyeri dada, demam naik-turun,

keringat malam, penurunan berat badan (+)

  Riwayat penyakit hipertensi (-)

  Riwayat diabetes melitus (-)

  Riwayat penyakit ginjal (-)

  Riwayat penyakit asma (-)

  Riwayat penyakit maag sejak SD , namun pasien tidak bisa menyebutkan usia

 berapa (+)

  Riwayat Jaundice 1 bulan yang lalu (+)

  Riwayat penyakit jantung (-)

  Riwayat penyakit paru yaitu bronkitis pada tahun 2011 (+)

  Riwayat alergi obat, namun pasien lupa nama dan jenis obatnya (+)

  Riwayat melakukan operasi atau pembedahan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan Kerja

  Tidak ada anggota keluarga dan lingkungan kerja yang memiliki keluhan yang

sama dengan pasien

  Tidak ada anggota keluarga dan kerabat maupun teman yang sedang menjalani pengobatan paru

  Riwayat keluarga penyakit hipertensi (-)  Riwayat keluarga penyakit diabetes mellitus (-)

  Riwayat keluarga penyakit asma (-)

  Riwayat keluarga penyakit jantung (-)

  Riwayat keluarga penyakit paru sebelumnya (-)

  Riwayat keluarga penyakit ginjal (-)

  Riwayat keluarga alergi obat (-)

Riwayat Pemakaian Obat

  Sedang dalam pengobatan OAT selama 4 bulan (RHZE)

C.  STATUS GENERALIS (Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 18/04/2013)

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : Sedang

Tekanan darah : 110/70 mmHg

 Nadi : 80 x/menit

Frekuensi Napas : 20 x/menit

Suhu : 36,2 °C

Page 3: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 3/38

3

Pernapasan : 20 x/menit

Berat Badan : 40 Kg

Tinggi Badan : 150 cm

Gizi : cukup

D.  PEMERIKSAAN FISIK (pemeriksaan dilakukan pada tanggal 18/04/2013)

  KULIT1.  Warna : Sawo matang

2.  Jaringan parut : Tidak ada

3.  Pertumbuhan rambut : Normal

4.  Suhu Raba : Hangat

5.  Keringat : Umum

6.  Kelembaban : Lembab7.  Turgor : Cukup

8.  Jaundice : Tidak ada

9.  Edema : Tidak ada

  KEPALA

1.  Bentuk : Normocephal

2.  Posisi : Simetris

3.  Penonjolan : Tidak ada

  MATA

1.  Exophthalmus : Tidak ada2.  Enoptashalmus : Tidak ada

3.  Edema kelopak : Tidak ada

4.  Konjungtiva anemis : Tidak ada

5.  Skelera ikterik : Tidak ada

6.   Napas Cuping Hidung : Tidak ada

  HIDUNG : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-)

  MULUT  : Bibir kering pecah-pecah (-), sianosis (-) bercak putih pada lidah (-)

  TENGGOROKAN : Tonsil T1- T1 tenang, faring hiperemis (-)

  TELINGA1.  Pendengaran : Baik

2.  Tinitus : Tidak ada

3.  Vertigo : Tidak ada

4.  Membran timpani : Tidak dilakukan

5.  Darah : Tidak ada

6.  Cairan : Tidak ada

  LEHER1.  Trakea : Tidak deviasi

2.  Kelenjer tiroid : Tidak membesar

3.  Kelenjar Limfe : Tidak teraba

Page 4: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 4/38

4

  PARU-PARU1.  Inspeksi : Bentuk & ukuran dada normal, pergerakan nafas

dalam keadaan statis & dinamis simetris kanan dan kiri

2.  Palpasi : Inspirasi memanjang (+/-), Fremitus taktil maupun

fremiktus vokal melemah sebelah dextra daripadasebelah sinistra

3.  Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru

4.  Auskultasi : Suara napas utama dominan Bronkial di tengah dan

suara napas tambahan dominan Ronki basah kasar di lapang paru dextra lobus

superior dan wheezing negatif. 

  JANTUNG1.  Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

2.  Palpasi : Iktus cordis teraba

3.  Perkusi : Tidak Dilakukan

4.  Auskultasi : Bunyi Jantung I & II Normal, Reguler.Gallop (-)Murmur (-)

  ABDOMEN1.  Inspeksi : Datar, gerak peristaltik usus tidak terlihat tidak

tampak sikatrik.

2.  Auskultasi : Bising usus (+) Normal 

3.  Perkusi :Timpani di seluruh kuadran abdomen

4.  Palpasi : Nyeri tekan epigastrium dan hipogastrium kanan (+),

Hepar dan Lien tidak teraba

  EKSTREMITAS

Lengan  Kanan  Kiri 

Tonus otot Normal Normal

Massa otot Normal Normal

Sendi Normal Normal

Gerakan Normal Normal

Kekuatan 5 5

Tungkai dan Kaki  Kanan  Kiri Tonus otot Normal Normal

Massa otot Normal Normal

Sendi Normal Normal

Gerakan Normal Normal

Kekuatan Normal Normal

Edema - -

Luka - -

Varises - -

E.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 5: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 5/38

5

Pemeriksaan laboratorium (14/04/2013)

Pemeriksaan laboratorium (15/04/2013)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Hemoglobin 12.0 g/dl dewasa 11.7-15.5

Hematokrit 36 % dewasa 32-47

Leukosit 5.370 ul dewasa 3600-11.000Trombosit 388.000 ul dewasa 150.000-440.000

SGPT/ALAT 110 U/L dewasa 0-35

SGOT/ASAT 120 U/L dewasa 0-35

Glukosa Darah Sewaktu 93 mg/dL dewasa < 200 mg/dL

Ureum 18,5 mg/dL dewasa 20-40

Kreatinin Darah 0,7 mg/dL dewasa 0,35-0,93

Jenis pemeriksaan Hasil Normal

Hematologi 

LED

Hemogolobin 

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

17 mm/jam

12,4 g/dl

34 %

4,1 jt/ul

4970 ul

408000 ul

83 fL

30 pg

36 g/dl

<20

11,7-15,5

32-47

3,8-5,2

3600-11000

150000-440000

80-100

26-34

32-36

Hitung Jenis

Basofil

Eosinofil

Batang

Segmen

Limfosit

Monosit 

0

0

0

52 %

44 %

4 %

0-1

1-3

3-5

50-70

25-40

2-8Fungsi Hati

Protein total

Albumin

Globulin

Bilirubin total

Bilirubin direk

Bilirubin indirek

Alkali fosfatase 

6,3 g/dl

3,5 g/dl

2,8 g/dl

0,42 mg/dl

0,32mg/dl

0,10 mg/dl

101 U/L

6-8

3,4-4,8

<2

0,1-1,0

0-0,2

30-120

Fungsi ginjalAsam Urat 8,9 mg/dl 2-7

Page 6: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 6/38

6

Pemeriksaan laboratorium (15/04/2013)

  Hasil Pemeriksaan Kultur

Pemeriksaan laboratorium (19/04/2013)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

SGPT/ALAT 38 U/L dewasa 0-35

SGOT/ASAT 17 U/L dewasa 0-35

F.  PEMERIKSAAN RADIOLOGI THORAK

Pemeriksaan Radiologi thorak (15/02/2013)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Sediaan BTA Langsung

BTA I -/ negatif Tidak ditemukan BTABTA II

BTA III

Page 7: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 7/38

7

Interpretasi :

Sinus, diaghfrahma dan Cor : dalam batas normal

Pulmo : Infiltrat lapang atas kanan dan kedua lapang tengah

Kesan : TB Paru

Pemeriksaan Radiologis (14/04/2013)

G. DIAGNOSIS BANDING

1.  TB Paru

2.  Pneumonia

3.  Bronkitis Kronik

4.  Bronkiektasis

5.  Karsinoma Bronkogenik

H. DIAGNOSIS KERJA

TB ParuDengan Gangguan Fungsi Hati

I.  PENGKAJIAN MASALAH

Diagnosa kerja berdasarkan :

  Batuk darah sejak 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit  Sesak napas disertai nyeri dada bagian kanan sejak 1 bulan yang lalu

Page 8: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 8/38

8

   Nyeri perut , mual dan muntah (+)

  Riwayat konsumsi OAT bulan keempat

  Riwayat penyakit Paru sebelumnya

  Pada Pemeriksaan Laboratorium didapatkan hasil melebihi batas normal pada

 pemeriksaan fungsi hepar

J.  TATALAKSANA

Terapi oral

-  Curcuma 3x1

-  Hp Pro 3x1

-  Etambutol 750 mg 1x1

-  Rifampisin 300 mg 1x1

-  Streptomisin 450 mg 1x1

-  Transamin 3x1

-  Vit B 3x1

-  Vit C 3x1

-  Ranitidin 2x1

K.  PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanactionam : bonam

L. FOLLOW UP

18-04-2013 19-04-2013 22-04-2013 23-04-2013

S Keluhan : nyeri

dada kanan, sesak

napas , mual (+),

muntah (+)

Keluhan : nyeri

dada kanan, sesak

napas

Keluhan : batuk

tanpa dahak,

sesak, nyeri

dada kanan,

nyeri perut,

mual (+),

muntah(+)

Keluhan:

mual(+),

muntah(+),

nyeri dada

kanan menjalar

kepunggung,

sesak napasO KU : sedang

Kes : CM

TD: 110/70 mmHg

FN  : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,2oC

Mata : CA -/-, SI -

/-

THT  : dbn

Thorax  : vesikuler

-/-, Rh +/-, Wh -/-

KU : sedang

Kes : CM

TD:110/70mmHg

FN  : 80x/menit

RR  : 20x/menit

Suhu : 35,2oC

Mata : CA -/-, SI -

/-

THT  : dbn

Thorax  : vesikuler

-/-, Rh +/+, Wh -/-

KU : ringan

Kes : CM

TD:110/70mmg

FN  : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 37,0oC

Mata  : CA -/-,

SI -/-

THT  : dbn

Thorax  :

vesikuler -/-, Rh

KU : ringan

Kes : CM

TD:110/70mmg

FN  : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 37,0oC

Mata  : CA -/-,

SI -/-

THT  : dbn

Thorax  :

vesikuler -/-, Rh

Page 9: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 9/38

9

BJ 1 & II reguler,

G-, M-

Abdomen  : datar,

BU+, hepar dan

lien tidak teraba

Ekstremitas  :hangat, edema -

BJ 1 & II reguler,

G-, M-

Abdomen  : datar,

BU+, hepar dan

lien tidak teraba

Ekstremitas  :hangat, edema -

-/+, Wh -/-

BJ 1 & II

reguler, G-, M-

Abdomen  :

datar, BU+,

hepar dan lientidak teraba

Ekstremitas  :

hangat, edema -

-/+, Wh -/-

BJ 1 & II

reguler, G-, M-

Abdomen  :

datar, BU+,

hepar dan lientidak teraba

Ekstremitas  :

hangat, edema -

Page 10: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 10/38

10

Tinjauan Pustaka

TB Paru Dengan Gangguan Fungsi Hati

6.  Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman

 Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu

 pneumonia yang disebabkan oleh  M. Tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80%

dari keseluruhan kejadian penyakit tuberculosis, sedangkan 20% lebihnya merupakan

tuberculosis ekstrapulmonar . Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah

terinfeksi kuman M. Tuberculosis.1 

Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala umum TB paru

adalah batuk produktif lebih dari 2 mingguyang disertai gejala pernapasan, dan atau

gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam atau mudah

lelah).2

7.  Epidemiologi

Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi

didunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010)dan

estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematianakibat TB

diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.Indonesia merupakan negara dengan

 percepatan peningkatan epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV

dinyatakan sebagai epidemikterkonsentrasi (a concentrated epidemic), dengan

 perkecualian di provinsi Papuayang prevalensi HIVnya sudah mencapai 2,5%

( generalized epidemic). Secaranasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi

dewasa adalah 0,2%.Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas

untuk intervensiHIV dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar

190.000-400.000. Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%.3

Page 11: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 11/38

11

Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih

rendahdari estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB

denganpengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB

setiaptahunnya.3

Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan

negarapertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian

yangmampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan

 pengobatanpada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732

kasusTB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari

169.213diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk

TBBTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian

angkakeberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada

kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakantonggak

 pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama.3

Grafik 1. Pencapaian Pengendalian TB Nasional 1995-20093

Page 12: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 12/38

12

Meskipun secara nasional menunjukkan perkembangan yang meningkat

dalampenemuan kasus dan tingkat kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi masih

menunjukkan disparitas antar wilayah (Tabel 3).3

Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan

kasus(CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan

85%kesembuhan.3

Tabel 1.Pencapaian Target Pengendalian TB

3

Dengan angka nasional proporsi kasus relaps dan gagal pengobatan di bawah

2%,maka angka resistensi obat TB pada pasien yang diobati di pelayanan kesehatanpada

umumnya masih rendah. Namun demikian, sebagian besar data berasal dariPuskesmas

yang telah menerapkan strategi DOTS dengan baik selama lebih dari 514 Terobosan

Menuju Akses UniversalStop TB Strategi Nasionaltahun terakhir. Probabilitas terjadinya

resistensi obat TB lebih tinggi di rumah sakitdan sektor swasta yang belum terlibat dalam

 program pengendalian TB nasionalsebagai akibat dari tingginya ketidakpatuhan dan

tingkat drop out pengobatan karenatidak diterapkannya strategi DOTS yang tinggi. Data

dari penyedia pelayanan swastabelum termasuk dalam data di program pengendalian TB

nasional. Sedangkan untukrumah sakit, data yang tersedia baru berasal dari sekitar 30%

rumah sakit yangtelah melaksanakan strategi DOTS. Proporsi kasus TB dengan BTA

negatif sedikitmeningkat dari 56% pada tahun 2008 menjadi 59% pada tahun 2009.

Page 13: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 13/38

13

Peningkatanjumlah kasus TB BTA negatif yang terjadi selama beberapa tahun terakhir

sangatmungkin disebabkan oleh karena meningkatnya pelaporan kasus TB dari rumah

sakityang telah terlibat dalam program TB nasional.3

Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai 30.806 termasuk 1,865 kasus BTA

 positif. Proposi kasus TB anak dari semua kasus TB mencapai 10.45%.Angka-angka ini

merupakan gambaran parsial dari keseluruhan kasus TB anak yang sesungguhnya

mengingat tingginya kasus overdiagnosis di fasilitas pelayanankesehatan yang diiringi

dengan rendahnya pelaporan dari fasilitas pelayanankesehatan.3

8.  Etiologi

Sebagaimana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB

( Mycobacterium tuberculosis). M. Tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceae yang

mempunyai berbagai genus, satu di antaranya  Mycobacterium dan salah satu spesiesnya

adalah M.Tuberculosis. M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah tipe

humanis (kemungkinan infeksi tipe bovinus saat ini dapat diabaikan, setelah higiene

 perternakan semakin ditingkatkan). Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga

tahan asam. Sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus.

Karena itu, kuman ini disebut pula basil tahan asam (BTA).4

Karena pada umumnya Mycobacterium tahan asam, secara teoretis BTA belum tentu

identik dengan basil TB. Namun, karena dalam keadaan normal penyakit paru yang

disebabkan oleh Mycobacterium lain ( yaitu M. Atipik ) jarang sekali, dalam praktik BTA

dianggap identik dengan basil TB. Di negara dengan prevalensi AIDS/ infeksi

HIVtinggi, penyakit paru yang disebabkan oleh M. Atipik (=Mycobacteriosis) makin

sering ditemukan. Dalam kondisi seperti ini, perlu sekali diwaspadai bahwa BTA belum

tentu identik dengan basil TB. Mungkin saja, BTA yang ditemukan ialah Mycobacterium

atipik yang menjadi penyebab Mycobacteriosis.4

Page 14: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 14/38

14

9.  Patogenesis

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di

 jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang

 primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam

 paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan

saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti

oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer

 bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks

 primer.4Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon,

garisfibrotik, sarang perkapuran di hilus)

3. Menyebar dengan cara :

a.  Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah

epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya

 bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga

menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan

akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang

 bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan

 peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai

epituberkulosis.

 b.  Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke

 paru sebelahnya atau tertelan

Page 15: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 15/38

15

c.  Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan

dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang

ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak

terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan

keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis

tuberkulosis. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis

 pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia

dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir

dengan :

o  Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan

terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma )

atau

o  Meninggal. Semuakejadiandiatasadalahperjalanantuberkulosis primer.

B.TUBERKULOSIS POSTPRIMER

Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah

tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer

mempunyai nama yang bermacam-macamya itu tuberkulosis bentuk dewasa,

localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis

inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi

sumber penularan. Tuberkulosis post primer dimulai dengan sarang dini, yang

umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini

ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan

mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :

1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan

 penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh

Page 16: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 16/38

16

dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan

membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan

keluar.

3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju ( jaringan kaseosa). Kaviti

akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding

tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan

menjadi:

-meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini akan

mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas

-memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.

Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,

mencair lagi dan menjadi kaviti lagi

-bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh

dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai

kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate

shaped).

Page 17: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 17/38

17

Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan perjalanan penyembuhannya4 

Page 18: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 18/38

18

Gambar 2. Pathogenesis of Tuberculosis6

5.  Klasifikasi

TUBERKULOSIS PARU 

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk

 pleura.4

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) 

TB paru dibagi atas: 

Page 19: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 19/38

19

a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan

radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan

 positif

 b. Tuberkulosis paru BTA (-)

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinisdan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan

 M.tuberculosis 

2. Berdasarkan tipe pasien 

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa

tipe pasien yaitu :

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah

 pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

 b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian

kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan

 positif.Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi

aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa

kemungkinan :

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)

Page 20: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 20/38

20

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten

menangani kasus tuberkulosis

c. Kasus defaulted  atau drop out  

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2

 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

d. Kasusgagal

Adalahpasien BTA positif yang masihtetap positif ataukembalimenjadi positif

 padaakhirbulan ke-5 (satubulansebelumakhirpengobatan) atauakhirpengobatan.

e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

 pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik

f. Kasus Bekas TB:

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada ) dan gambaran

radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan

gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan

OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

B.TUBERKULOSIS EKSTRA PARU 

Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lainselain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran

kencing dan lain-lain.Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi

anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan

spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu

aktif.

Page 21: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 21/38

21

Gambar 3. Skema klasifikasi tuberkulosis4 

6.  Diagnosis

  Anamnesis5 

  Keluhan Umum : Malaise, anorexia, mengurus, cepat lelah

  Keluhan karena infeksi kronik :

Panas badan tidak tinggi (subfebril) dan keringat malam (lebih tepatnya berkeringat pada

waktu subuh, pada jam-jam 02.30-05.00, yaitu saat orang sehat tidak berkeringat).

Page 22: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 22/38

22

  Keluhan karena ada proses patologik di paru dan atau di pleura5 :

Batuk dengan atau tanpa dahak, batuk darah, sesak dan nyeri dada. Keluhan-keluhan ini

dapat berdiri sendiri atau didapatkan bersama-sama. Makin banyak keluhan-keluhan ini

didapatkan makin besar kemungkinan TB. Departemen Kesehatan dalam pemberantasan TB

di Indonesia, menentukan anamnesis resmi lima keluhan utama TB, yaitu batuk-batuk lama

(lebih dari 2 minggu), sesak napas, batuk darah, demam, dan nyeri dada. Mengingat Tb

merupakan penyakit menahun, keluhan-keluhan ini akan sudah dirasakan selama beberapa

waktu dengan kecendrungan progresif.

  Pemeriksaan Fisik

Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki basah halus sebagai satu-satunya

kelainan pemeriksaan jasmani. Bila proses infiltrat ini semakin meluas dn menebal,

 juga akan didaptkan fremitus yang menguat, bersama dengan redup pada perkusi,

suara napas bronkial5.

Bila sudah terjadi cavitas, akan ditemukan gejala-gejala berupa suara timpani pada

 perkusi disertai suara napas amforis. Sebaliknya jika atelektasis, suara napas setempat

akan melemah sampai hilang sama sekali5.

Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama

daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior

(S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan tanda-tanda penarikan paru,

diafragma dan mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis

tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak,

 pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang

terdapat cairan.4

Page 23: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 23/38

23

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,

tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di

daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”.4

  Pemeriksaan Penunjang4 

  Pemeriksaan Bakteriologik

a. Bahan pemeriksasan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang

sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini

dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal , bilasan bronkus, bilasan

lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan

 jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

 b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

- Pagi ( keesokan harinya )

- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)atau setiap pagi 3 hari berturut-

turut.

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung

dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir,

tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat

dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.

Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau

Page 24: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 24/38

24

untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml

sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada

gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium,

harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan

 pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi fasiliti laboratoriumberada jauh dari

klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring

melalui jasa pos. Cara pembuatan dan pengirimandahakdengankertassaring:

- Kertassaringdenganukuran 10 x 10 cm, dilipatempat agar terlihatbagiantengahnya

- Dahak yang representatifdiambildenganlidi, diletakkan di bagiantengahdarikertas

saringsebanyak+ 1 ml

- Kertassaringdilipatkembali dan digantungdenganmelubangi pada satuujung yang

tidakmengandungbahandahak

- Dibiarkantergantungselama 24 jamdalamsuhukamar di tempat yang aman, misal di

dalamdus

- Bahandahakdalamkertassaring yang keringdimasukkandalamkantongplastikkecil

- Kantongplastikkemudianditutuprapat (kedapudara) denganmelidahapikansisikantong

yang terbukadenganmenggunakanlidi

- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak

- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

c.Cara pemeriksaandahak dan bahanlain.

Pemeriksaanbakteriologidarispesimendahak dan bahanlain (cairan pleura,

liquorcerebrospinal, bilasanbronkus, bilasanlambung, kurasanbronkoalveolar /BAL, urin,

faeces dan jaringanbiopsi, termasuk BJH) dapatdilakukandengancara :

Page 25: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 25/38

25

- Mikroskopik

- Biakan

  Pemeriksaan mikroskopik:

Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk

screening)

  lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :

o  3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif = BTA positif

o  1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali, kemudianbila 1 kali positif, 2 kali

negatif = BTA positif

o   bila 3 kali negatif = BTA negatif

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi

WHO).Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :

-  Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

-  Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang

ditemukan

-  Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)

-  Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

  Pemeriksaan biakan kuman:

Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :

- Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh

- Agar base media : Middle brook

Page 26: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 26/38

26

  Pemeriksaan Radiologik  

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,

top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi

gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai

sebagai lesi TB aktif :

-  Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan

segmen superior lobus bawah

-  Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau

nodular

-  Bayangan bercak milier

-  Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

- Fibrotik

- Kalsifikasi

- Schwarte atau penebalan pleura

Luluh paru (destroyed Lung ) :

- Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya

secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis,

ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau

 penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut.

- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan

sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :

Page 27: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 27/38

27

- Lesi minimal ,  bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas

tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal

 junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus

vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti

- Lesi luas

Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

  Pemeriksaan khusus 

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu

yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam

 perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi

kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

1. Pemeriksaan BACTEC

Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik.  M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2  yang akan

dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif

 pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan

uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan  Mycobacteria Growth

 Indicator Tube (MGIT).

2. Polymerase chain reaction (PCR):

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk

DNA  M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah

kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati

masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat

Page 28: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 28/38

28

membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan

dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional.

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang ke

arah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk

diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen

 pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan organ yang

terlibat.

3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda :

a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral

 berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara

lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.

 b. ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologi

untuk mendeteksi antibodi  M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran

sitoplasma  M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut

diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2

antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan

diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum akan

 berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

 M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis

warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol

dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.

Page 29: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 29/38

29

c. Mycodot  

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini

menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang

 berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan

 bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang

memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.

Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati

hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi.

e.  Uji serologi yang baru / IgG TB 

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG

dengan antigen spesifik untuk  Mycobacterium tuberculosis.  Uji IgG berdasarkan antigen

mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa dan kombinasi lainnya akan

menberikan tingkat sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk diagnosis. Di luar

negeri, metode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak. Saat ini pemeriksaan

serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis.

  Pemeriksaan Penunjang lain 

1. Analisis Cairan Pleura

Page 30: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 30/38

30

Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada

 pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis

yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan

eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa

rendah.

2. Pemeriksaan histopatologi jaringan

Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB.

Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat

diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :

· Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)

· Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen

Silverman)

· Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi, trans

thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).

· Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke

dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan

yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.

3. Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk

tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai

indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap

darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.

Page 31: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 31/38

31

4. Uji tuberkulin

Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia

dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik

 penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila

didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan dariuji yang didapat besar sekali. Pada

malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.

Gambar 4. Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa4

f.  Pengobatan4,6

 

Page 32: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 32/38

32

Pengobatantuberkulosisterbagimenjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase

lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduanobat yang digunakanterdiridaripaduanobatutama dan

tambahan.

A.OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) 

Obat yang dipakai:

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

· INH

Rifampisin

· Pirazinamid

· Streptomisin

· Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

· Kanamisin

· Amikasin

· Kuinolon

· Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam

klavulanat

Dosis OAT

Tabel 2. Jenis dan dosis OAT4 

Obat Dosis

(mg/kgB

B/Hari)

Dosis yang dianjurkan

Dosis

maksi

mum

Dosis (mg) / BB (kg)

Harian

(mg/kgBB/Hr)

Intermitten

(mg/kgBB/Hr)

< 40 40-60 > 60

R 8-12 10 10 600 300 450 600

H 4-6 5 10 300 150 300 450

Page 33: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 33/38

33

Z 20-30 25 35 750 1000 1500

E 15-20 15 30 750 1000 1500

S 15-58 15 15 1000 Sesu

ai

BB

750 1000

Tabel 3. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 14

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16

minggu

RH (150/150)

30 –  37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 –  54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 –  70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg  5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 4. Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 14

TahapPengobatan

LamaPengobatan

Dosis per hari / kali Jumlahhari /

kali

menelan obat

Isoniazi

d

@300mg

Rifampisi

n

@450mg

Pirazinami

d

@500mg

Etambut

ol

@250mg

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

a. Pasien baru TB paru BTA positif,

Page 34: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 34/38

34

 b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif,

c. Pasien TB ekstra paru. 

Tabel 5.Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 24

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (150/75/400/275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150/150) +

E(275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30 –  37 kg

2 tab 4KDT

+ 500 mg

Streptomisin inj.

2 tab 4KDT 2 tab 2KDT

+ 2 tab Etambutol

38 –  54 kg

3 tab 4KDT

+ 750 mg

Streptomisin inj.

3 tab 4KDT 3 tab 2KDT

+ 3 tab Etambutol

55 –  70 kg

4 tab 4KDT

+ 1000 mg

Streptomisin inj.

4 tab 4KDT 4 tab 2KDT

+ 4 tab Etambutol

Page 35: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 35/38

35

≥ 71 kg 

1000mg

Streptomisin inj.

5 tab 4KDT 5 tab 2KDT

+ 5 tab Etambutol

Tabel 6. Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 24

Tahap

Pengo

 batan

Lama

Pengob

atan

Dosis per hari / kali

Etambu

tol

@400

mg

Strepto

misin

injeksi

Jumlah

hari /

kali

menelan

obat

Isonia

zid

@300

mg

Rifamp

isin

@450

mg

Pirazi

namid

@500

mg

Etambu

tol

@250

mg

Tahap

Intens

if(dosis

harian

)

2 bulan

1 bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

-

-

0.75gr

-

56

28

Tahap

Lanjut

an

(dosis

3x

seminggu)

4 bulan 2 1 - 1 2 - 60

Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

a. Pasien kambuh,

 b. Pasien gagal,

Page 36: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 36/38

36

c. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default ).

Catatan:

a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan,

 b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus,

c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

  Tatalaksan Khusus ( TB Paru dengan Kelainan Hati)2 

Pasien dengan kondisi di bawah ini dapat diberikan pengobatan TB dan

dipastikan tidak ada bukti penyakit hati kronik

-  Hepatitis virus carriage

-  Riawayat hepatitis akut

-  Konsumsi alkohol yang berlebihan

Meskipun demikian pada keadaan di atas reaksi hepatotoksik sering terjadi dan

sebaiknya dihindari. Apabila terdapat hepatitis akut / akibat virus yang tidak berkaitan

dengan penyakit TB sebaiknya pengobatan ditunda sampai keadaan akut tersebut sembuh.

Pasien dengan gangguan hati berat dan belum stabil, uji fungsi hepar sebaiknya

dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Pada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik,

sebaiknya OAT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan

sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan sampai hepatitis menyembuh.

  Hepatitis Imbas Obat2 

Adalah kelainan fungsi hati akibat penggunaan obat-obat hepatotoksik.Tatalaksananya

tergantung :

Page 37: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 37/38

37

-  Fase pengobtan TB (awal/ lanjutan)

-  Beratnya gangguan hepar

-  Beratnya penyakit TB

-  Kemampuan atau kapasitas pelayanan kesehatan dalam tatalaksana efek samping

akibat OAT

Penatalaksanaan :

-  Bila klinis (+) (ikterik, gejala mual, muntah) OAT Stop

-  Bila gejala (-), laboratorium terdapat kelainan : bilirubin > 2 OAT STOP

SGOT,SGPT > 5 kali OAT STOP

SGOT, SGPT > 3 kali teruskan pengobatan dengan pengawasan

Pengobatan TB dihentikan sampai fungsi hepar kembali normal dan gejala klinik

(mual atau nyeri perut) menghilang maka OAT dapat diberikan kembali. Apabila tidak

dimungkinkan untuk melakukan tes fungsi hepar maka sebaiknya menunggu 2 minggu lagi

setelah kuning dan nyeri/tegang perut menghilang sebelum diberikan OAT kembali. Apabila

9 hepatitis imbas obat telah teratasi maka OAT dapat dicoba satu persatu. Pemberian OAT

sebaiknya dimulai dengan rifampisin yang jarang menyebabkan hepatotoksik. Setelah 3-7

hari baru diberika isoniazid. Pasien dengan riwayat ikterik tetapi tidak menerima rifampisin

dan isoniazid, sebaiknya tidak lagi mendapatkan pirazinamid.

Page 38: Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

7/18/2019 Prekas TB Paru Dalam Terapi OAT

http://slidepdf.com/reader/full/prekas-tb-paru-dalam-terapi-oat 38/38

DAFTAR PUSTAKA 

1.  Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Repiratory Medicine). Jakarta: EGC

2.  Isbaniyah, F. dkk. 2011. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Jakarta : PDPI

3.  Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Stop TB Terobosan Menuju Akses

Universal Strategi Nasional Pengendalian TB 2010-2014. Direktorat Jendral

Pengendalian Lingkungan dan Penyehatan Lingkungan. 2011

4.  Aditama, T.Y. dkk. 2006. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

 Indonesia. Jakarta : PDPI

5.  Danusantoso, Halim. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. 2012. Jakarta : EGC

6.  W, M.Jusuf, dkk. 2012. Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu

Penyakit Paru FK UNAIR-RSUD dr.Soetomo.

7.  Anonym. Tuberculosis. Diakses pada 25 April 2013

http://ketobapadah.blogspot.com/2011/05/tuberkulosis-tbc-i.html