PREHOSPITAL TRAUMA CARE

18
PREHOSPITAL TRAUMA CARE BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI TANGGAP SPGDT EFEKTIF I. Pendahuluan (LBM, RM, Arti Penting, sumbangsih, Kerangka teori, hipotesis.) II. Format jurnal, Pendahuluan thesis statement, Kerangka teori, Jawaban, Kesimpulan) Trauma adalah kerusakan jaringan karena kekuatan mekanik dari luar. Sampai saat ini trauma merupakan penyebab kematian atau kecacatan yang cukup besar, apalagi dengan perkembangan transportasi khususnya makin banyaknya sepeda motor dan disiplin berkendaraan yang kurang. Kematian akibat trauma dari penelitian, kematian yang banyak bisa dikelompokkan terjadi pada tiga periode waktu. Kira-kira 50% kematian terjadi segera setelah trauma disebabkan kerusakan neurologi berat atau perdarahan pembuluh dara besar. Hal ini hanya bisa dikurangi dengan pencegahan terjadi trauma seperti disiplin pada aturan lalu lintas, dan lain – lain. Puncak kematian kedua kira-kira 30% terjadi satu atau dua jam pertama setelah trauma hal ini bisa dicegah dengan penanganan trauma secara baik oleh petugas kesehatan di prarumah sakit maupun dirumah sakit. Puncak kematian ketiga kira-kira 20% terjadi 1-2 minggu setelah trauma disebabkan sepsis atau

Transcript of PREHOSPITAL TRAUMA CARE

Page 1: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

PREHOSPITAL TRAUMA CARE BERBASIS MASYARAKAT

SEBAGAI TANGGAP SPGDT EFEKTIF

I. Pendahuluan (LBM, RM, Arti Penting, sumbangsih, Kerangka teori,

hipotesis.)

II. Format jurnal, Pendahuluan thesis statement, Kerangka teori,

Jawaban, Kesimpulan)

Trauma adalah kerusakan jaringan karena kekuatan mekanik dari luar.

Sampai saat ini trauma merupakan penyebab kematian atau kecacatan yang

cukup besar, apalagi dengan perkembangan transportasi khususnya makin

banyaknya sepeda motor dan disiplin berkendaraan yang kurang.

Kematian akibat trauma dari penelitian, kematian yang banyak bisa

dikelompokkan terjadi pada tiga periode waktu. Kira-kira 50% kematian terjadi

segera setelah trauma disebabkan kerusakan neurologi berat atau perdarahan

pembuluh dara besar. Hal ini hanya bisa dikurangi dengan pencegahan terjadi

trauma seperti disiplin pada aturan lalu lintas, dan lain –lain. Puncak kematian

kedua kira-kira 30% terjadi satu atau dua jam pertama setelah trauma hal ini

bisa dicegah dengan penanganan trauma secara baik oleh petugas kesehatan di

prarumah sakit maupun dirumah sakit. Puncak kematian ketiga kira-kira 20%

terjadi 1-2 minggu setelah trauma disebabkan sepsis atau kegagalan multi

organ. Para ahli berkeyakinan penanganan trauma secara dini dan segera

mengatasi syok akan mencegah terjadinya komplikasi lambat dan kematian

pada puncak ketiga.

Golden Hour

Dalam penanganan trauma waktu merupakan hal penting mencegah kematian

dan kecacatan. Tidak ada kriteria pasti mengenai waktu emas (golden hour) ini,

tetapi makin cepat dalam penanganan pasien trauma makin baik. Waktu emas

ini adalah antara waktu terjadinya trauma sampai ruang operasi / terapi definit,

Page 2: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

BUKAN waktu sampai Unit Gawat Darurat atau BUKAN waktu selama di

Unit Gawat Darurat.

II. Konsep Trauma Life Support

Evaluasi ABCD dan terapi

Tangan pertama yang paling mengancam jiwa

Definitive diagnosis tidak perlu segera dikerjakan

Transport ke RS yang sesuai (APPORIATE)

Waktu sangat penting – Golden hours : 60 menit

Jangan menambah cedera korban

Pada saat akan memberi pertolongan kepada korban trauma, petugas pertama

harus memperhatikan lokasi kejadian apakah aman dari bahaya. Yang

dimaksud aman disini adalah aman bagi petugas dan pasien. Di lokasi kejadian

petugas mengidentifikasi adanya resiko bahaya, bila ada segera pindahkan

koran atau amankan daerah tersebut bila memungkinkan. Untuk itu perlu kerja

sama dengan instansi lain contoh polisi atau pemadam kebakaran. Bersama

dengan hal diatas, petugas dengan cepat mengevaluasi situasi tempat kejadian

trauma, beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Lokasi ?

Gambaran umum tempat kejadian ?

Dimana dan berapa banyak korban ?

Bagaimana kondisi kendaraan ?

Bagaimana mekanisme trauma ?

Perlu alat khusus ?

Dengan mengevaluasi tempat kejadian, petugas dapat memperkirakan berapa

besar trauma yang dialami korban dan orang apa yang mungkin mengalami

cedera, apa yang harus ditangani dan peralatan yang diperlukan.

Situasi tempat kejadian perlu dicatat dan segera dilaporkan apakah

memerlukan tambahan dukungan personil dan peralatan dalam memberi

pertolongan.

Page 3: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

III. TRIASE

Triase berasal dari bahasa Prancis yaitu “TRIER” = to sort atau memilah.

Triase dilakukan bila korban lebih dari satu. Triage adalah menilai 2 atau lebih

pasien berdasarkan kegawatan yang memerlukan prioritas penanganan (ABC)

dan berdasar SDM serta peralatan yang tersedia.

Berdasarkan banyaknya korban, bisa dibagi :

Multi – casuality incident (Korban banyak)

Dalam keadaan ini prioritas penanganan pada pasien dengan masalah gawat

darurat (ABC) dan multi trauma. Hal ini dilakukan karena petugas dan

peralatan cukup.

Mass – casuality incident (Korban masal)

Dalam keadaan ini prioritas penanganan pada pasien dengan kemungkinan

survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga

paling sedikit.

Prioritas triase berdasarkan kegawatan daruratan harus dipilih secara cepat dan

ditentukan pengelompokannya, untuk itu bisa diberi tanda dengan pita.

1. Merah – prioritas tinggi dan segera memerlukan pertolongan (karena ada

masalah respirasi dan sirkulasi)

2. Kuning – prioritas kedua yang mana korban bisa menunggu sebelum di

transport (45 – minutes)

3. Hijau – bisa jalan dan bisa menunggu beberapa jam sebelum di transport

4. Hitam – mati atau tidak mungkin ditolong karena beratnya cedera

Ada beberapa cara cepat melakukan triase diantaranya dengan cara START

(Simple Triage and Rapid Treatment)

START adalah melakukan pemeriksaan sederhana, memberi tanda pita dan

memberi pertolongan cepat. Hanya 2 tindakan pertolongan yang dilakukan (1)

buka jalan nafas dan (2) stop perdarahan massif. START hanya memerlukan

15-30 detik tiap pasien.

Page 4: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

TEKNIK START :

1. Tentukan korban yang bisa bangun dan jalan

- Korban dipindahkan ke tempat yang aman di luar lokasi kejadian

- Diberi tanda pita hijau

- Sisa korban yang ada dilakukan pemeriksaan respirasi, perfusi dan status

mental

2. Respirasi : periksa apakah ada gangguan respirasi

- Bila tetap tidak bernafas setelah perbaikan jalan nafas (jaw trust) =

HITAM

- > 30 nafas / menit = MERAH

- < 30 nafas / menit = LANJUTKAN

3. Perfusi (pulse, circulation) : periksa pulasi a. radial

- lemah, tidak teratur atau tidak ada pulsasi = MERAH

- pulsasi jelas dan kuat = LANJUTKAN

4. Status Mental

- Gagal mengikuti perintah sederhana (kesadaran menurun) = MERAH

……. respon terhadap perintah sederhana = KUNING

Dalam penanganan korban, bila ambulance telah ada, lebih dipilih teknik

“Scoop and Run) yaitu segera membawa korban dengan ambulance ke rumah

sakit yang sesuai. Basic life support mungkin dikerjakan di tempat kejadian,

tetapi segera dilanjutkan di ambulance, dan bila perlu dilakukan Advance Life

Support di ambulance. Oleh karena itu kompetensi petugas dan lengkapnya

peralatan sangat diperlukan pada ambulance gawat darurat.

IV. Macam cedera yang sering terjadi pada kecelakaan

Kecelakaan mobil

- Cranial (16%)

- Facial (37%)

Page 5: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

- Cervical spine (10-15%)

- Thorac (46%)

- Abdomen (5-10%)

- Femur (65%)

- Cruris (33%)

Kecelakaan sepeda motor

- 75% mati disebabkan cedera kepala

V. Initial assessment (Primary Survey)

Temukan dan tangan hal yang mengancam jiwa

Sering cedera tampak berat tetapi hal itu mungkin bukan yang menyebabkan

kematian

Bila tidak bisa ditangani

Beri dukungan eksigenasi, ventilasi, perfusi

Transport

Primary Survey

1. Massive haemorrhage control M

2. Airway with cervical spine control A

3. Respiration (Breathing) R

4. Circulation C

5. Head injury (Disability) H

Bila tidak ada perdarahan masif,

Primary survey A/R/C/H atau A/B/C/D

Page 6: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

Kontrol Perdarahan Massive bila dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini

tergantung lokasi, beratnya perdarahan dan peralatan yang ada.

- Tekan langsung pada tempat perdarahan, evelasi

- Tourniquet

- Beban tekan pada luka luas

- Pemasangan splint / bidai

- PASG (Pneumatic Anti Shock Garment)

Airway dengan kontrol C-Spine

- Bebaskan airway, oksigenasi dengan control C-spine baik manual atau

dengan C-collar

- Semua penderita trauma memerlukan tambahan oksigen

- Bila posisi kepala miring, posisikan kepala pada posisi netral

- Stabilisasi C-Spine secara manual / C-Collar

- Identifikasi adanya gangguan airway dengan Look (lihat) – Listen

(dengan)– Feel (raba)

- Suara nafas bersisik = Ada obstruksi jalan nafas

- Terapi tidak semua obstruksi jalan nafas berisik

- Diduga ada masalah airway bila :

- Ada penurunan kesadaran

- Trauma kepala, leher, wajah dan toraks

Prinsip penatalaksanaan airway :

OPEN – CLEAR – MAINTAIN

Anggap ada faktur servikal pada setiap multi trauma, terlebih bila ada

gangguan kesadaran atau perlukan diatas klavikula.

Maka lakukan imobilisasi manual / collar brace pada kasus tersebut selama

penanganan prarumah sakit. Colar brace baru dilepas bila telah terbukti baik

secara klinis dan radiologis tidak ada cedera servikal. Hal ini hanya bisa

dilakukan setelah korban mendapat penanganan di rumah sakit.

Page 7: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

Beberapa cara bebaskan dan amankan airway

- Jaw thrust

- Simple adjuncts / supraglottic adjuncts

- Intubation

- Surgical airway

- Needle cricotyroidotomo

- Surgical cricotyroidotomi

Breathing

- Oxygen – kanul nasal (<4L/mnt) / face mask (10-12 L/mnt)

- Kontrol ventilasi – bag valvemask

Beri segera O2 (face mask : 10-12 L/mnt) terutama pada :

- Penurunan kesadaran

- Syok

- Perdarahan hebat

Beri ventilasi – bag valvemask terutama bila :

- Apnea / tare < 12

- Usaha nafas yang tidak adekuat

- Takipnea /Rate >24

- Hipoksia

- Hiperkarbia

- Sianosis

- Cedera kepala tertutup berat yang membutuhkan hiperventilasi

Identifikasi apakah ada masalah pernafasan :

- Inspeksi

- Palpasi

- Auskultasi

Trauma Toraks

Identifikasi trauma yang mengancam jiwa :

Cedera

Page 8: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

- Open pneumotoraks – tutup kasa stetil diplester 3 sisi

- Tension pneumotoraks – neefle thoracosintesis

- Flail chest

- Massive hemotoraks

- Tamponade jantung – pericardiosintesis

Kondisi

- Apnea

- Distress nafas

Setiap pasien trauma dengan distress nafas berat harus dievaluasi segera

adanya tension pnemotoraks. Gejala tension pnemotoraks.

Gelisah, kesadaran menurun

Uskultasi : suara nafas hilang

Vena leher distensi

Syok (pulsasi aradialis tak teraba)

Trakea deviasi

Indikasi needle thoracostomy bila terdapat rension penemotoraks atau

DIDUGA ada tension pnemotoraks. Pemasangan jarum besar nomer 12-14

gauge pada interkosta II mid clavicula line atau interkosta III / IV anterior

axillary line.

Circulation

Bila koraban gelisah, pucat, takikardi dan capillary refill lambat berarti korban

mengalami syok. Antisipsi adanya syok pada semua pasien dengan decera yang

serius. Turunnya BP berarti tanda syok sudah berat (Kelas III). Jangan

mengobati setelah BP turun, tetapi cegah BP turun!!

Bila terjadi syok tanpa adanya perdarahan eksternal, pikiran :

- Perdarahan intratoraks atau abdominal

- Fraktur pelvis

- Fraktur femur

- Tension pneumothorax

Page 9: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

- Cardiac tamponade

Identifikasi status sirkulasi

- Pulsasi ada ?

- Radial BP > 80 systolic

- Femoral BP > 70 systolic

- Carotid BP > 60 systolic

- Warna kulit, temperature

- Dingin

- Pucat

- Basah

Penatalaksanaan

- Pasang infus intravenous dengan jarum besar 2 tempat atau intraosseous

- Resusitasi cairan bila syok RL 2000 ml atau pada anak 20 ml/kg BB

- Konsul dokter bedah

Pasang infus sering sulit (pasien syok), tetapi transport jangan terhambat

karena usaha pemasangan infus. Bila kesulitan pasang infus pertimbangkan

intraosseous. Target resusitasi sampai teraba a. radialis (BP > 80 Systolic).

Pada cedera otak perlu tekanan darah lebih tinggi untuk mempertahankan

perfusi otak.

Disability

- Level kesadaran = indikator paling baik mengetahui perfusi otak

- Gunakan AVPU awalnya

- Pupils – Eyes adalah jendela melihat CNS

- Penurunan kesadaran bisa disebabkan karena

- Head injury

- Hypoxia

- Hypoglycemia

- Shock

- Level of consciousness (LOC) – level kesadaran diukur dengan cara

Page 10: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

A - Alert : sadar baik

V – Verbal : respon terhadap panggilan

F – Painfull : respon terhadap rangsangan nyeri

U – Unresponsive : tidak respon dengan semua rangsangan

Trauma Kapal, penatalaksanaan

- Airway

Open (buka)

Anggap ada trauma C-spine

Jawa thrust dengan kontrol C-spine

Clear (bersihkan) – Suction bila perlu

Maintain (pelihara)

Intubation bila tidak ada refleks muntah atau

RSI (Rapid Sequence Intubation)

Hindari intubasi nasal

- Breathing

Oxygenasi – 100% O2

Ventilasi

Tidak RUTIN Hyperventilation

Hyperventilasi 20 – 24 nafas per menit bila

Glasgow kurang dari 8

Penurunan kesadaran cepat

Diduga ada berniation

Hyperventilasi pada cedera otak bisa bermanfaat tetapi juga bisa merugikan :

- Manfaat

Menurunkan PaCO2

Vasokontriksi

Menurunkan ICP

- Resiko

Menurunkan cerebal blood flow

Menurunkan oksigen ke jaringan

Page 11: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

Meningkatkan edema

- Circulation

pelihara BP dan perfusi adekuat

IV dengan RL/NS (sedikit retriksi) bila BP normal atau meningkat

Bila BP menurun

Bolus RL/NS sampai BP – 90 mmHg

Bila <80 pertimbangkan PASG/MAST

Monitor EKG – jangan mengobati bradycardia

- Imobilisasi spinal dengan spine board

- Bila BP normal atau meningkat, spine board bagian kepala dielevasi 30

derajat.

Expose, Examine

Untuk menemukan cedera lainnya, maka buka semua baju pasien gawat,

periksa dengan cepat dan tutupi dengan selimut untuk mencegah hipotermi.

Tetapi proses ini jangan memperlambat proses transportasi dan resusitasi. Dan

proses ini hanya bisa dilakukan setelah korban dirumah sakit.

Initial Resuscitation pada pasien trauma

Immobilize C-spine

Oksigenasi

Cepat pindahkan ke long board

Beri ventilasi

Exose

MAST (PASG)

Transport

Nilai kembali – laporkan

Critical Trauma Goals

Minimum time on scene

Maximum treatment in route

Page 12: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

VI. Secondary Survey (Detailed / Rapid Trauma)

Dilakukan hanya setelah : initial assessment komplit dan semua keadaan

yang mengancam jiwa telah ditangani. Jangan menambah pasien trauma yang

gawat di lapangan untuk menanyakan riwayat trauma dan atau pemeriksaan

fisik. Pada secondary survey yang dilakukan adalah pemeriksaan lebih teliti

mulai dari kepala sampai ke kaki (head – to – toe) dengan memperhatikan

adanya DCAP-BTLS. (Deformities, Contusions, Abrasions, Penetrating

Injuries, Burns, Tenderness, Lacerations, Swelling). Perhatikan juga keluhan

pasien, karena keluhan pasien menunjukkan cedera yang dideritanya. Supaya

tidak ada yang kelewatan juga tanyakan riwayat AMPLE (Allergies,

medications, past medical history, last oral intake dan events leading up to

incident). Pemeriksaan ekstremitas meliputi pulse, warna kulit, temperature,

capillary refill dan fungi motorik dan sensorik.

VII.Penanganan definitive di lapangan

Hanya dilakukan pada pasien stabil, diantaranya dilakukan packaging

Bandaging

Splinting

Bila pasien gawat, semua faktur distabilitasi bersamaan saat pasien telah

dipindahkan ke spine board.

Penanganan faktur ekstreitas adalah melakukan imobiliasi baik dengan bidai,

vacuum imobilisasi ataupun traksi, penutupan luka dan Realignment. Manfaat

splinting / pemasangan bidai adalah : mengurangi nyeri, mengurangi

perdarahan, mencegah kerusakan jaringan dan neurovascular lebih berat,

mencegah fat emboli, facilitate packaging.

Teknik imobilisas fraktur ekstremitas adalah sebelumnya lakukan pemeriksaan

AVN, kemudian traksi manual lakukan realignmen, imbolisasi dengan bidai

atau splint, dan evaluasi kembali AVN. Bila baik pertahankan, bila jelek

Page 13: PREHOSPITAL TRAUMA CARE

kembalikan pada posisi semula dan pasang bidai pada posisi tersebut.

Realigmen tidak dilakukan bila saat melakukan ada hambatan.

Pada dislokasi ekstremitas, sebelumnya lakukan pemeriksaan AVN, bila baik

imobilisasi pada posisi tersebut, bila kurang baik lakukan realignment

kemudian imobilisasi dan evaluasi AVN kembali.

Semua temuan pemeriksaan AVN baik sebelum atau setelah tindakan harus

dicatat pada dokumen medik.

VIII. Transport

Pasien stabil tetap perlu perhatian sebelum di transport. Nilai kembali secara

periodik dan hati-hati untuk menemukan masalah yang tersembunyi.

Bila pasien menjadi tidak stabil setiap saat, TRANSPORT pada fasilitas yang

terdekat dan APPROPRIATE (sesuai dengan cederanya).

Lakukan evaluasi di perjalanan mengenai status Ventilasi dan perfusi, tanda

vital setiap lima menit, lanjutkan tangani masalah yang ada dan memeriksa

berulang untuk menemukan masalah yang belum terdeteksi.