pre eklamsia

35
JUDUL : Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri LATAR BELAKANG PENELITIAN Tingkat kesehatan perempuan Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Keberhasilan pembangunan nasional dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat yang dipantau dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

description

gudangilmu

Transcript of pre eklamsia

Page 1: pre eklamsia

JUDUL :

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil

Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

LATAR BELAKANG PENELITIAN

Tingkat kesehatan perempuan Indonesia saat ini masih tergolong rendah.

Keberhasilan pembangunan nasional dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat

yang dipantau dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

Page 2: pre eklamsia

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan, angka

kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per

100.000 kelahiran hidup. Dari data yang diverifikasi tim Dinkes Provinsi Jawa Timur

ditahun 2013 ini angka kematian ibu melahirkan meningkat secara angka yakni

mencapai 474 kasus ibu meninggal saat melahirkan, dibandingkan pada tahun 2012

angka kematian ibu melahirkan hanya 450 kasus.

Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

menunjukkan bahwa penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain:

perdarahan 42%, eklamsia/preekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus

lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15 %. Sedangkan angka kematian ibu

(AKI) di Kabupaten Kediri tahun 2012 antara lain disebabkan karena preeklamsia atau

eklamsia 32,4%, perdarahan 8,1%, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7% dan lain-

lain 51,4% (Dinkes Kabupaten Kediri, 2012).

Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas perinatal di Indonesia. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor

risiko preeklampsia meliputi status primigravida (kehamilan pertama), kehamilan

Page 3: pre eklamsia

kembar, diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, preeklampsia pada kehamilan

sebelumnya, riwayat preeklampsia dalam keluarga (Linda J. Heffner, Danny J. Schust,

2005).

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,

setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Penyebab terjadinya

preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor

yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia (multiple causation).

Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35

tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia

(Trijatmo, 2007).

Sedangkan menurut Sistiarani (2008) pre eklampsia adalah kelainan akut pada

wanita hamil yang ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

diastolic lebih dari 90 mmHg, adanya protein dalam urin, serta odema pada tungkai dan

kaki. Hal tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke

plasenta menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak

Page 4: pre eklamsia

lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi komplikasi

pada janin yang dilahirkan, di antaranya BBLR, dan asfiksia neonatorum.

Bertitik tolak pada latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang faktor – faktor yang mepengaruhi kejadian preeklamsia di wilayah

kerja puskesmas Bendo.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi faktor usia pada ibu hamil trimester III.

2. Mengidentifikasi faktor gravida pada ibu hamil trimester III.

3. Mengidentifikasi faktor riwayat hipertensi pada ibu hamil trimester III.

4. Mengidentifikasi faktor social ekonomi keluarga ibu hamil trimester III.

5. Menganalisis hubungan antara usia dengan kejadian pre eklampsia pada ibu

hamil trimester III.

6. Menganalisis hubungan antara gravida dengan kejadian pre eklampsia pada ibu

hamil trimester III.

Page 5: pre eklamsia

7. Menganalisis hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian pre eklampsia

pada ibu hamil trimester III.

8. Menganalisis hubungan antara social ekonomi keluarga dengan kejadian pre

eklampsia pada ibu hamil trimester III.

9. Menganalisis hubungan antara usia, gravida, riwayat hipertensi, social ekonomi

keluarga dengan kejaidan pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.

TINJAUAN TEORI

Pre Eklamsia

1. Pengertian Pre Eklamsia

Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada

triwulan ke 3 kehamilan. Tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola

hidatidosa (Suryaningsih, 2011).

Page 6: pre eklamsia

Preeklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit

trophoblastik (Manuaba, 2010).

Pre eklamsia adalah suatu sindrom khas-kehamilan berupa penurunan perfusi

organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel (Leveno, 2009).

2. Etiologi Pre Eklamsia

Etiologi menurut Manuaba (2010) faktor yang mempengaruhi pre eklamsia

yaitu :

1. Primigravida

2. Distansi rahim berlebihan

3. Hidramnion; hidramnion, hamil kembar, mola hidatidosa,

4. Penyakit yang menyertai kehamilan; diabetes mellitus

5. Kegemukan

6. Usia ibu > 35 tahun

Etiologi Menurut Leveno (2009) insiden preeklamsia dipengaruhi antara

lain :

Page 7: pre eklamsia

1. Paritas, dengan wanita nulipara lebih besar resikonya dari pada multipara

2. Kehamilan ganda

3. Riwayat hipertensi kronis

4. Usia ibu > 35 tahun

5. Berat badan ibu berlebihan

6. Selain itu teori yang lain didasarkan pada teori yang dihubung- hubungkan

dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut “disease of

theory”gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori tersebut

antara lain :

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel

vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada

kehamilan normal meningkat, aktivasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang

kemudian akan diganti thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi

antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit

Page 8: pre eklamsia

menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi

vasospasme dan kerusakan endotel (Rukiyah, 2010).

b. Peran Faktor Imunologis

Pre eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi

pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan

pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

c. Faktor Genetik

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian pre

eklamsia antara lain:

1. Pre eklamsia hanya terjadi pada manusia

2. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklamsia pada

anak –anak dari ibu yang menderita preeklamsia

3. Kecenderungan meningkatnya frekwensi preeklamsia pada anak dan cucu

ibu hamil dengan riwayat preeklamsia dan bukan pada ipar mereka

4. Peran Renin-Angiotensis-Aldosteron Sistem (RAAS)

Page 9: pre eklamsia

5. Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu

hamil. Disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu, bila ibu hamil

sudah ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan

dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

menunjang terjadinya pre eklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara

lain: gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor

risiko terjadinya preeklamsia , preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan

yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas

usia 35 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi

yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami pre eklamsia sebelumnya,

riwayat pre eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,

mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan

ginjal, lupus atau rematoid arthritis (Rukiyah, 2010).

3. Klasifikasi Pre Eklamsia

Page 10: pre eklamsia

Beberapa klasifikasi pada pre eklampsia, di antaranya:

1) Pre eklamsia Ringan

Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.

Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit

trofoblas. Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit

ini anggap sebagai ” maladaptation syndrome” akibat vasospasme general

dengan segala akibatnya.

Gejala klinik preeklamsia ringan meliputi:

a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15mmHg

atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu

atau lebih, atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90

mmHg sampai kurang 110 mmHg.

b. Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif (+ 1) atau (+2).

c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, muka atau tangan.

Page 11: pre eklamsia

2) Pre eklamsia Berat

Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria.

Gejala klinis preeklamsia berat:

a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg, tekanan darah diastolic >110 mmHg

b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus

c. Trombosit <100.000/mm3

d. Oliguria < 400 ml/24 jam

e. Proteinuria > 2 gr/liter

f. Nyeri epigastrium

g. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat

h. Perdarahan pada retina

i. Odem pulmonum

j. Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti

gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan

Page 12: pre eklamsia

darah, sindroma HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu,

atau keduanya bila preeklamsia tak segera diatasi dengan baik dan benar.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

observasional, dengan pendekatan atau desain studi kasus kontrol (casecontrol study)

yaitu rancangan studi yang mempelajari hubungan antara faktor penelitian/paparan dan

penyakit dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol

berdasarkan status paparannya. Pada penelitian ini ingin mengetahui apakah suatu

faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian efek (preeklampsia) dengan

membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan

kelompok control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di

wilaya kerja Puskesmas Bendo.

Page 13: pre eklamsia

JUDUL :

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester

III di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

LATAR BELAKANG PENELITIAN

Tingkat kesehatan perempuan Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Keberhasilan

pembangunan nasional dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat yang dipantau

dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

Page 14: pre eklamsia

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan, angka kematian ibu

(AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000

kelahiran hidup. Dari data yang diverifikasi tim Dinkes Provinsi Jawa Timur ditahun

2013 ini angka kematian ibu melahirkan meningkat secara angka yakni mencapai 474

kasus ibu meninggal saat melahirkan, dibandingkan pada tahun 2012 angka kematian

ibu melahirkan hanya 450 kasus.

Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan

bahwa penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain: perdarahan 42%,

eklamsia/preekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet

9%, dan penyebab lain 15 %. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten

Kediri tahun 2012 antara lain disebabkan karena preeklamsia atau eklamsia 32,4%,

perdarahan 8,1%, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7% dan lain-lain 51,4%

(Dinkes Kabupaten Kediri, 2012).

Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

perinatal di Indonesia. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko

preeklampsia meliputi status primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar,

Page 15: pre eklamsia

diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, preeklampsia pada kehamilan

sebelumnya, riwayat preeklampsia dalam keluarga (Linda J. Heffner, Danny J. Schust,

2005).

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah

umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Penyebab terjadinya

preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor

yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia (multiple causation).

Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35

tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia

(Trijatmo, 2007).

Sedangkan menurut Sistiarani (2008) pre eklampsia adalah kelainan akut pada wanita

hamil yang ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic

lebih dari 90 mmHg, adanya protein dalam urin, serta odema pada tungkai dan kaki. Hal

tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta

menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama

Page 16: pre eklamsia

dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi komplikasi pada

janin yang dilahirkan, di antaranya BBLR, dan asfiksia neonatorum.

Bertitik tolak pada latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang faktor – faktor yang mepengaruhi kejadian preeklamsia di wilayah kerja

puskesmas Bendo.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi faktor usia pada ibu hamil trimester III.

2. Mengidentifikasi faktor gravida pada ibu hamil trimester III.

3. Mengidentifikasi faktor riwayat hipertensi pada ibu hamil trimester III.

4. Mengidentifikasi faktor social ekonomi keluarga ibu hamil trimester III.

5. Menganalisis hubungan antara usia dengan kejadian pre eklampsia pada ibu

hamil trimester III.

6. Menganalisis hubungan antara gravida dengan kejadian pre eklampsia pada ibu

hamil trimester III.

Page 17: pre eklamsia

7. Menganalisis hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian pre eklampsia

pada ibu hamil trimester III.

8. Menganalisis hubungan antara social ekonomi keluarga dengan kejadian pre

eklampsia pada ibu hamil trimester III.

9. Menganalisis hubungan antara usia, gravida, riwayat hipertensi, social ekonomi

keluarga dengan kejaidan pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.

TINJAUAN TEORI

Pre Eklamsia

1. Pengertian Pre Eklamsia

Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang

timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke 3 kehamilan.

Tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Suryaningsih, 2011).

Preeklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trophoblastik

(Manuaba, 2010).

Page 18: pre eklamsia

Pre eklamsia adalah suatu sindrom khas-kehamilan berupa penurunan perfusi organ

akibat vasospasme dan pengaktifan endotel (Leveno, 2009).

2. Etiologi Pre Eklamsia

Etiologi menurut Manuaba (2010) faktor yang mempengaruhi pre eklamsia yaitu :

1. Primigravida

2. Distansi rahim berlebihan

3. Hidramnion; hidramnion, hamil kembar, mola hidatidosa,

4. Penyakit yang menyertai kehamilan; diabetes mellitus

5. Kegemukan

6. Usia ibu > 35 tahun

Etiologi Menurut Leveno (2009) insiden preeklamsia dipengaruhi antara lain :

1. Paritas, dengan wanita nulipara lebih besar resikonya dari pada multipara

2. Kehamilan ganda

3. Riwayat hipertensi kronis

4. Usia ibu > 35 tahun

5. Berat badan ibu berlebihan

Page 19: pre eklamsia

6. Selain itu teori yang lain didasarkan pada teori yang dihubung- hubungkan

dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut “disease of theory”gangguan

kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga

terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal

meningkat, aktivasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti

thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi

deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan

serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel (Rukiyah, 2010).

b. Peran Faktor Imunologis

Pre eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada

kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang

semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

c. Faktor Genetik

Page 20: pre eklamsia

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian pre eklamsia

antara lain:

1. Pre eklamsia hanya terjadi pada manusia

2. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklamsia pada anak –

anak dari ibu yang menderita preeklamsia

3. Kecenderungan meningkatnya frekwensi preeklamsia pada anak dan cucu ibu

hamil dengan riwayat preeklamsia dan bukan pada ipar mereka

4. Peran Renin-Angiotensis-Aldosteron Sistem (RAAS)

5. Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu

hamil. Disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu, bila ibu hamil sudah ketahuan

beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan

memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya

pre eklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain: gizi buruk, kegemukan

dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya preeklamsia , preeklamsia

umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan

Page 21: pre eklamsia

kehamilan pada wanita diatas usia 35 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat

tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami pre eklamsia

sebelumnya, riwayat pre eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,

mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus

atau rematoid arthritis (Rukiyah, 2010).

3. Klasifikasi Pre Eklamsia

Beberapa klasifikasi pada pre eklampsia, di antaranya:

1) Pre eklamsia Ringan

Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah

umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul

sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklamsia

ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini anggap sebagai ” maladaptation

syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.

Gejala klinik preeklamsia ringan meliputi:

Page 22: pre eklamsia

a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15mmHg atau

lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih, atau

sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110

mmHg.

b. Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif (+ 1) atau (+2).

c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, muka atau tangan.

2) Pre eklamsia Berat

Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi yang ditandai dengan timbulnya hipertensi

160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria.

Gejala klinis preeklamsia berat:

a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg, tekanan darah diastolic >110 mmHg

b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus

c. Trombosit <100.000/mm3

d. Oliguria < 400 ml/24 jam

e. Proteinuria > 2 gr/liter

Page 23: pre eklamsia

f. Nyeri epigastrium

g. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat

h. Perdarahan pada retina

i. Odem pulmonum

j. Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal

jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah, sindroma

HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklamsia

tak segera diatasi dengan baik dan benar.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional,

dengan pendekatan atau desain studi kasus kontrol (casecontrol study) yaitu rancangan

studi yang mempelajari hubungan antara faktor penelitian/paparan dan penyakit dengan

cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status

paparannya. Pada penelitian ini ingin mengetahui apakah suatu faktor risiko

berpengaruh terhadap kejadian efek (preeklampsia) dengan membandingkan kekerapan

Page 24: pre eklamsia

pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok control. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di wilaya kerja Puskesmas

Bendo.