Laporan Praktikum Kimia Organik 'Reaksi Esterifikasi'Lengkap
Praktikum Kimia Organik i1 (2)
Click here to load reader
-
Upload
rifai-shina -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of Praktikum Kimia Organik i1 (2)
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
UJI MOLEKUL HAYATI
Cystein
Disusun Oleh :
Selvinia Pretty Friskytasari
11010053
Tanggal Praktikum : Minggu, 26 Mei 2013
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Protein adalah rangkaian asam amino yang paling
berlimpah di dalam sel makhluk hidup, 50 persen atau lebih
berat kering sel terdiri dari protein (Lehninger, 1982). Salah
satu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh adalah
protein karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam
tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur, dan
berdasarkan fungsi biologinya protein terdiri dari golongan
enzim sebagai protein terbesar dan paling penting, protein
pembangun, protein pengangkut, protein hormon, protein
pelindung, sampai protein yang bersifat racun.
Protein adalah makromolekul panjang yang terdiri dari
rantai polipeptida panjang dan tersusun oleh 100 sampai
1000 unit asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida
(Lehninger, 1982). Berbagai jenis protein pada dasarnya
tersusun atas 20 asam amino yang sama namun berbeda
deret unitnya. Kedua puluh asam amino tersebut
digolongkan lagi berdasarkan gugus R-nya menjadi asam
amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain
Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan
dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa
muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin,
Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan
ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus
R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan
negatif pada gugus R.
Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan
macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
Metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam
amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh
manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti
makanan dan zat nutrisi lainnya. Protein dapat mengalami
perubahan struktural yang disebut denaturasi dan akan
mempunyai kelarutan yang sangat kecil saat mencapai titik
isoelektrik .
Asam-asam Amino
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus
amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein
mempunyai gugus -NH2 pada atom karbon a dari posisi gugus
-COOH.
Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon
a ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H.
Oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifat memutar
bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optik. Rumus
molekul dapat digambarkan dengan model bola dan batang
atau dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom
karbon itu asimetrik, maka molekul asam amino mempunyai
dua konfigurasi D dan L. Hal ini dapat dibandingkan dengan
konfigurasi molekul monosakarida.
Sifat-sifat Asam Amino
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut
dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan
kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam
karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat
alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom
karbon umumnya kurang larut dalam air. tetapi larut dalam
pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak
larut dalam air, tetapi larut datam pelarut organik.
Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat
dan amina terlihat pula pada titik lebumya. Asam amino
mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat fisika ini
menunjukkan bahwa asam amino cenderung mempunyai
struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas tinggi dan
bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus -COOH dan
gugus -NH2 Hal ini tampak pula pada sifat asam amino
sebagai elektrolit.
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan
melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima
ion H+ sebagaimana dituliskan di bawah ini.
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam
larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan
juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter.
Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila
larutan asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka
asam amino akan terdapat dalam:
- bentuk (I) karena konsentrasi ion OH- yang tinggi
mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus -
NH3+.
- Sebaliknya apabila ditambahkan asam ke dalam larutan
asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi
mampu berikatan dengan ion -COO-, sehingga terbentuk
gugus -COOH. Dengan demikian asam amino terdapat
dalam bentuk (II).
Dalam suatu sistem elektroforesis yang mempunyai
elektroda positif dan negatif, asam amino akan bergerak
menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan ion asam
amino yang terdapat dalam larutan. Oleh karena muatan ion
itu tergantung pada pH larutan, maka pH larutan dapat diatur
sedemikian rupa, sehingga ion asam amino tidak bergerak ke
arah elektroda positif maupun negatif dalam sistem
elektroforesis. pH yang demikian ini disebut titik isolistrik.
Tabel titik isolistrik asam-asam amino
Pada titik isolistrik terdapat keseimbangan antara
bentuk-bentuk asam -amino sebagai ion amfoter, anion
dan kation. Tetapi sebagian besar molekul asam amino
terdapat dalam bentuk ion amfoter dan hanya sedikit
sekali yang terdapat dalam bentuk kation dan anion
dalam jumlah yang sama.
Asam AminoTitik
IsolistrikAlagnin 6,00Arginin 10,76
Asam Aspartat 2,77Asam glutamat 3,22
Glisin 5,97Histidin 7,59Leusin 5,98Lisin 9,74
Fenilalanin 5,48Sistein 5,07Prolin 6,30Serin 5,68
Triptofan 5,89
B. Tujuan
1. Mempelajari titik isolistrik dari cystein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip
Sisteina merupakan asam amino bukan esensial bagi
manusia yang memiliki atom S, bersama-sama dengan
metionina. Atom S ini terdapat pada gugus tiol (dikenal juga
sebagai sulfhidril atau merkaptan). Karena memiliki atom S,
sisteina menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-
senyawa biologis lain yang mengandung belerang. Sisteina
dan metionina pada protein juga berperan dalam menentukan
konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada
gugus tiol.
Sisteina mudah teroksidasi oleh oksigen dan membentuk
sistina, senyawa yang terbentuk dari dua molekul sisteina
yang berikatan pada atom S masing-masing. Reaksi ini
melepas satu molekul air (reaksi dehidrasi).
Nama sistematik Asam (R)-2-amino-3-sulfanil-
propanoat
SingkatanCysC
Kode genetik UGU UGCRumus kimia C3H7NO2S1
Massa molekul 121,16g mol-1
Titik lebur 240 °CTitik isoelektrik 5,07
pKa 1,918,14
10,28Nomor CAS [52-90-4]
SMILES SCC(N)C(=O)O
Struktur
Titik isolistrik merupakan nilai pH pada saat gugus bermuatan
positif dan negatif sama banyaknya sehingga muatan asam
amino atau protein menjadi netral. Pada pH isolistrik, asam
amino atau protein mudah diendapkan. Sifat inilah yang anda
manfaatkan untuk menentukan titik isolistrik cystein pada
praktikum ini.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat yang digunakan
1. Gelas kimia 50 ml
2. Pipet tetes
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Penjepit tabung reaksi
6. pHmeter
B. Bahan yang digunakan
1. Larutan Cystein-Na-asetat
2. Akuades
3. Larutan Asam Asetat
B. Cara Kerja
- Diisikan 9 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
- Diisikan larutan seperti pada tabel :
Larutan (ml)No. Tabung
1 2 3 4 5
6 7 8 9
Akuades8,38 7,75 8,75 8,5 8 7 5
1 7,4
Asam Asetat
0,01 N
0,62 1,25 - - - -
- - -
Asam Asetat 0,1
N
- - 0,25 0,5 1 2
4 8 -
Asam Asetat 1 N- - - - - -
- 1,6
pH yang terjadi 5,9 5,6 5,3 5,0 4,7 4,4
4,1 3,8 3,5
- Ditambahkan ke dalam setiap tabung 1 ml larutan
Cystein-Na-Asetat lalu dikocok
- Dicatat kekeruhan yang terjadi segera setalah dikocok
dan setelah 10 menit
- Digunakan tanda (-) jika tidak terjadi kekeruhan sama
sekali , (+) jika kekeruhan sedikit, (++) jika kekeruhan
lebih banyak, (+++) jika kekeruhan sangat banyak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Larutan (ml)No. Tabung
1 2 3 4 5
6 7 8 9
Akuades8,38 7,75 8,75 8,5 8 7 5
1 7,4
Asam Asetat 0,01 N0,62 1,25 - - - -
- - -
Asam Asetat 0,1 N - - 0,25 0,5 1 2
4 8 -
Asam Asetat 1 N - - - - - -
- 1,6
pH yang terjadi 5,9 5,6 5,3 5,0 4,7 4,4
4,1 3,8 3,5
Hasil (-) (-) (-) (-) (-) (-)
(-) (-) (+)
9 8 7 6 5 4
3 2 1
B. Pembahasan
Pada percobaan uji pH isolistrik ini, titik isolistrik
terjadi pada pH 3,5 karena timbul kekeruhan pada tabung
reaksi setelah penambahan 1 ml cystein-Na-Asetat. Yang
berarti selisih muatan listriknya antara yang positif dan
negatif sama. Sehingga, tidak dapat bergerak dan
membentuk endapan atau warna keruh.
Seharusnya titik isolistrik cystein adalah 5,07, bukan 3,5.
Hal ini terjadi mungkin terjadi karena lautan asam asetat
yang digunakan tidak akurat konsentrasinya dan pHmeter
yang digunakan untuk mengukur pH larutan kurang akurat.
Serta aquadset yang digunakan pada membuat larutan
cystein-Na-Asetat bukan hasil penyulingan murni, sehingga
masih terdapat sedikit mineral-mineral dan larutan menjadi
jenuh ( serbuk Cystein-Na Asetat tak melarut sempurna).
Saat nilai pH lebih kecil dari titik isolistriknya, protein
memiliki muatan positif, sedangkan bila nilai pH lebih besar
dari titik isolistriknya maka protein memiliki muatan negatif.
Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan
negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah
elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di
antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik
isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein
mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika
dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada pH
di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di
bawah titik isolistrik, protein bermuatan positif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tabung 9 terjadi kekeruhan ( titik isolistrik cystein pada
pH 3,5)
B. Saran
- Sebaiknya semua larutan yang akan digunakan
dipastikan terlebih dahulu dengan benar
konsentrasinya. Agar reaksi yang terjadi tidak
mengalami kesalahan dan mendapatkan hasil yang
akurat.
- Alat pengukur pH perlu dikalibrasi terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA
Yuningtyas, Sitaresmi.S.Si,M.Si. 2013.Penuntun Praktiukm Kimia
Organik II.Bogor : STTIF
http://www.x3-prima.com/2009/05/laporan-protein.html
http://dianekaramadhani.blogspot.com/2012/10/protein_6.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sisteina
LAMPIRAN