Praktikum organik aldehid keton
-
Upload
dwi-atika-atika -
Category
Science
-
view
3.180 -
download
15
description
Transcript of Praktikum organik aldehid keton
ACARA II
ALDEHID DAN KETON
18
ACARA II
ALDEHID DAN KETON
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum:
a. Memahami azas-azas reaksi dari senyawa karbonil.
b. Memahami perbedaan reaksi antara aldehid dan keton.
c. Memahami jenis-jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan
aldehid dan keton.
2. Hari, Tanggal Praktikum:
Selasa, 14 Mei 2013
3. Tempat Praktikum:
Laboratorium Kimia, Lantai III, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari
gugus penting dalam kimia organic, yaitu gugus karbonil C = O, semua senyawa yang
mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil. Gugus karbonil adalah gugus yang
paling menentukan sifat kimia aldehid dan keton. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika sifat kimia keduanya hampir sama (Antony, 1992 : 121).
Karbonil adalah suatu gugus polar, oleh karenanya aldehid dan keton memiliki
titik didih yang lebih tinggi daripada hidrokarbon yang berat molekulnya setara.
Meskipun demikian, oleh karena aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan
hydrogen yang kuat antara molekul-molekulnya sendiri maka mereka mempunyai titik
didih yang lebih rendah daripada alkohol yang berat molekulnya setara. Aldehid dan
keton dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relative kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative dari
yang lain (Respah, 1986 :196).
Keton tak mudah dioksidasi, tetapi aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi
asam karboksilat. Hampir setiap reagen yang mengoksidasi suatu alkohol juga
mengoksidasi suatu aldehida. Garam permanganate atau dikromat merupakan zat
pengoksidasi yang terpopuler. Disamping oksidasi oleh permanganat dan dikromat,
19
aldehid dapat teroksidasi oleh zat pengoksidasi yang sangat lembut, seperti Ag+ atau Cu2+.
Reagen tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak ammonia) digunakan
sebagai reagen uji untuk aldehida. Aldehida itu dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion
Ag+ dalam reagen tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditambah dengan
terbentuknya endapan cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi (Fessenden, 1994 :
299).
Nukleofil mampu mendekati aldehida lebih baik, karena pada karbon C = O hanya
terdapat satu substituent besar yang terikat, sedangkan di keton ada dua. Keadaan transisi
untuk aldehida-rxn kurang sesak, sehingga mempunyai energy lebih rendah. Aldehida
lebih reaktif dari keton karena polarisasi gugus karbonil aldehida lebih besar dan aldehida
lebih elektrofilik (Ratnaningsih, 2011).
Hal ini diperkirakan bahwa semakin lama reaksi dan semakin besar konsentrasi
metaanol mengakibatkan reaksi tumbukan antarpartikel Na-bisulfit dengan metal ester
akan semakin cepat dan semakin tinggi gugus sulfonat yang dihasilkan sehingga
meningkatkan bilangan asam. Peningkatan terjadi akibat dekomposisi hidroperoksida
yang menghasilkan asam karboksilat, keton dan epoksida sehingga terjadi peningkatan
bilangan asam. Peningkatan suhu dan lama reaksi akan menyebabkan peningkatan
pembentukan sulfon dan reaksi samping seperti asam-asam berantai pendek seperti
aldehid dan keton, pada degradasi yang lebih lanjut akan menghasilkan pembentukan
asam sulfur yang menyebabkan peningkatan asam. Peningkatan konsentrasi methanol
akan meningkatkan bilangan asam karena metanol berfungsi sebagai penghantar panas
dan membantu reaksi yang mempercepat pembentukan asam sulfonat (Hidayati, 2007).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-Alat Praktikum:
a. Corong Buchner
b. Erlenmeyer 100 ml
c. Erlenmeyer vakum 250 ml
d. Gelas beker 1000 ml
e. Gelas ukur 25 ml
f. Klem
g. Penjepit kayu
h. Pipet tetes
i. Pompa vakum
20
j. Rak tabung reaksi
k. Sendok kecil penangas
l. Tabung reaksi
m. Tiang statif
2. Bahan-Bahan Praktikum:
a. Larutan Ammonium hidroksida 2 %
b. Larutan Aseton
c. Larutan benzaldehid
d. Larutan etanol
e. Larutan Formaldehid
f. Larutan formalin
g. Larutan HCl pekat
h. Larutan iodium
i. Larutan isopropanol
j. Larutan NaHSO3 jenuh
k. Larutan NaOH 1 %
l. Larutan NaOH 5 %
m. Larutan perak nitrat (AgNO3) 5 %
n. Pereaksi benedict
o. Pereaksi Fehling A
p. Pereaksi Fehling B
D. SKEMA KERJA
1. Uji Cermin Kaca Tollen’s
a. Pembuatan Pereaksi Tollen’s
Larutan
21
+ 2 ml larutan perak nitrat 5 % + 2 tetes larutan NaOH 1 % + tetes demi tetes sambil diaduk larutan
ammonium hidroksida 2 %
Pereaksi Tollen’s
Δ 10-15 menit
b. Pengujian Pereaksi Tollen’s
Pereaksi Tollen’s
2. Uji Fehling dan Benedict
22
+ formalin
( 2 tetes)
+ aseton
( 2 tetes)
+ benzaldehid
( 2 tetes)
Didiamkan selama 10 menit Δ tabung dengan air panas 5 menit
Hasil HasilHasil
Pereaksi benedict
+ formaldehid + aseton
Hasil Hasil
Δ 10-15 menit
3. Adisi Bisulfit
Erlenmeyer 50 ml
Larutan
Larutan
Kristal
Hasil
23
+ formaldehid + aseton
Hasil Hasil
Pereaksi fehling
+ 5 mllarutan NaHSO3 jenuh Didinginkan larutan dengan es
+ 2,5 ml aseton tetes demi tetes sambil diaduk
Didiamkan 5 menit
+ 10 ml etanol Disaring
+ beberapa tetes HCl pekat
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin
2,5 ml fenilhidrazin
Larutan
Kristal
Hasil
5. Pembuatan Oksim
24
Dimasukkan dalam tabung reaksi besar + 10 tetes bahan yang akan diuji
(benzaldehid dan aseton)
Ditutup dan digoncangkan selama 1-2 menit
Disaring dengan corong Hirsch Dicuci dengan sedikit air dingin Direkristalisasi dengan sedikit methanol
dan etanol Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya
Dilarutkan dalam 4 ml air di dalam Erlenmeyer 50 ml
Δ sampai 35o C + sikloheksanon Ditutup labu dan digoncangkan selama 1-2
menit
1 gr HCl1,5 gr Natrium asetat
trihidrat1 gr Hidroksilamin
Zat padat sikloheksanon-oksim
Didinginkan labu dalam lemari es Disaring dengan corong Hirsch Dicuci dengan 2 ml air es Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya
Hasil
6. Reaksi Haloform
5 tetes aseton + 3 ml NaOH 5 %
Larutan
Hasil
*Pengujian terhadap isopropanol
7. Kondensasi Aldol
a. 4 ml larutan NaOH 1 %
Hasil
b. Dalam labu 50 ml
Hasil
25
+ 10 ml larutan iodium iodida
Digoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak hilang lagi
(Iodoform yang berwarna kuning akan mengendap dan terdapat bau yang khas)
+ 0,5 ml asetaldehid Digoncangkan dan dicatat baunya (sisa
asetaldehid) Dididihkan campuran reaksi selama 3
menit Dicatat hati-hati bau tengik dari
krotonaldehid
+10 ml etanol, 1 ml aseton, 2 ml benzaldehid, 5 ml larutan NaOH 5 %
Campuran direfluks selama 5 menit Didinginkan labu dan dikumpulkan sisa
kristal dengan corong Buchner
Direkristalisasi dengan etanol Ditentukan titik lelehnya
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Cermin Kaca, Tollen’s
Perlakuan Hasil Pengamatan
AgNO3 + NaOH 1 %
AgNO3 + NaOH 1 % +
NH4OH (Reaksi Tollen’s)
Reaksi Tollen’s + benzaldehid
Δ
Reaksi Tollen’s + formalin
Δ
Reaksi Tollen’s + Aseton
Δ
Larutan warna coklat muda, terdapat butiran
kecil warna coklat.
Larutan berubah jadi bening setelah ditambah
2 tetes NH4OH
Larutan warna bening
Larutan menjadi keruh, di atasnya ada lapisan
bening
Larutan berwarna bening
Tetap bening
Larutan sedikit keruh
Larutan menjadi bening
2. Uji Fehling dan Benedict
Perlakuan Hasil Pengamatan
Benedict + formaldehid
Δ
Benedict + aseton
Δ
Fehling A + B + formaldehid
Δ
Fehling A + B + aseton
Δ
Larutan berwarna biru
Tetap berwarna biru tetapi lebih bening
Larutan berwarna biru
Tetap berwarna biru tetapi lebih bening
Larutan berwarna hijau gelap
Berubah warna menjadi hijau toska
Larutan mberwarna biru pekat
Larutan berubah warna menjadi hijau lumut
dan terdapat endapan berwarna kuning
3. Adisi Bisulfit
26
Perlakuan Hasil Pengamatan
NaHSO3 jenuh didinginkan
dengan es
+ aseton
+ etanol
Kristal + HCl pekat
Larutan berwarna bening
Larutan tetap bening
Berubah warna menjadi putih dan terbentuk
kristal
Larutan berwarna coklat bening, sedikit larut
4. Reaksi Haloform
Perlakuan Hasil Pengamatan
Aseton + NaOH
+ larutan iodium iodida
+ isopropanol
Larutan berwarna bening
Larutan menjadi keruh susu, ada endapan
kecil berwarna putih kekuningan. Ada bau
tetapi samar-samar.
Ditambah isopropanol 10 tetes, larutan
menjadi bening dengan endapan berwarna
kuning. Bau khasnya menguat.
27
F. ANALISIS DATA
1. Uji Cermin Kaca (tollen’s)
a. Pembuatan Pereaksi tollen’s
b. Pengujian
1. Tollen’s + aseton
2. Tollen’s + benzaldehida
3. Tollens + formaldehida
2. Uji Benedict dan Fehling
a. Uji Benedict
1. Benedict + formaldehida
28
2. Benedict + aseton
b. Uji Fehling
1. Fehling A + Fehling B + formaldehida
2. Fehling A + Fehling B + aseton
3. Adisi Bisulfit
a. NaHSO3 + aseton
b. + HCl pekat
29
4. Pengujian dengan fenilhidrazin
a. Uji benzaldehida
Fenilhidrazine + benzaldehida
b. Uji Aseton
Fenilhidrazine + aseton
5. Reaksi Haloform
a. Aseton + iod + NaOH 5 %
b. Uji isopropanol
30
G. PEMBAHASAN
Percobaan pertama dilakukan untuk membedakan aldehid dan keton, yakni reaksi
dengan reagen tollen’s. Reagen tollen’s dibuat dengan mencampurkan AgNO3 dengan
NaOH hasilnya larutan berwarna coklat muda dan terdapat butiran kecil berwarna coklat,
kemudian ditambahkan NH4OH warnanya menjadi jernih. Larutan yang dihasilkan
tersebut adalah reagen tollen’s berupa ion perak beramoniak yang digunakan untuk
membedakan aldehid dan keton. Larutan yang diuji dengan reagen ini adalah
benzaldehid, aseton dan formalin.
Aseton merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna (bening), setelah
ditambahkan reagen tollen’s larutan sedikit keruh, kemudian setelah dipanaskan larutan
menjadi bening. Benzaldehid pada awalnya bening, setelah ditambahkan reagen tollen’s
larutan tetap bening, setelah dipanaskan larutan menjadi keruh, diatasnya ada lapisan
bening. Sedangkan formalin awalnya bening, setelah ditambahkan reagen tollen’s dan
dipanaskan larutannnya tetap bening.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa aldehid lebih mudah bereaksi
daripada keton dengan reagen yang sama. Hal ini karena gugus karbonil pada aldehid
terletak pada ujung rantai, berbeda dengan keton yang gugus karbonilnya terletak
ditengah, sehingga gugus karbonil pada aldehid kurang terlindungi daripada keton. Itulah
yang menyebabkan aldehid lebih dapat bereaksi dengan reagen tollen’s, sedangkan keton
tidak.
Percobaan kedua yaitu uji fehling dan benedict, percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan direaksikan dengan benedict dan
pereaksi fehling (A+B). Larutan yang diuji yaitu formaldehid dan aseton.
Tabung berisi benedict masing-masing diisi formaldehid dan aseton, keduanya
berwarna biru. Kemudian ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Hasil yang diperoleh formaldehid dan aseton tidak
mengalami perubahan warna tetapi lebih bening. Hal ini dikarenakan reagen benedict
mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi
gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen
tollen’s.
Pengujian reaksi formaldehid dan aseton dengan reagen fehling, pada formaldehid
ditambahkan reagen fehling larutan berwarna hijau gelap setelah dipanaskan berubah
warna menjadi hijau toska. Pada aseton setelah ditambahkan reagen fehling, larutan
31
berwarna biru pekat, setelah dipanaskan larutan berwarna hijau lumut dan terdapat
endapan berwarna kuning. Sama seperti pada pengujian dengan reagen benedict, reagen
fehling juga mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat
mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton.
Percobaan ketiga yaitu adisi bisulfit, percobaan ini bertujuan reaksi adisi aseton
dengan natrium bisulfit. Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak
mengandung gugus yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi
bisulfit dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat diindikasi dari bereaksinya aseton dengan
larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-pentanol yang
berwarna bening. Selain itu reaksi ini dapat berlangsung karena ikatan-ikatan rangkap
karbon-karbon yang menyendiri bersifat non polar. Nukleofil tersebut menyerang ikatan
–pi sehingga ikatan –pi dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil.
Setelah itu larutan di saring dan didapatkan Kristal yang berwarna putih. Setelah ditetesi
dengan HCl, larutan berwarna coklat bening sedikit larut. Reaksi ini biasanya digunakan
untuk memisahkan senyawa karbonil dari campurannya.
Percobaan keempat yaitu reaksi haloform, NaOH ditambahkan aseton larutannya
bening ditambahkan larutan iodium larutan menjadi keruh susu, ada butiran endapan
kecil warna putih kekuningan ada bau tapi samar-samar. Ditambahkan dengan
isopropanol larutan menjadi bening dengan endapan berwarna kuning dan bau khasnya
kuat. Reagen dalam reaksi ini adalah suatu oksidator, maka suatu alkohol mengandung
suatu gugus –CH(OH)-CH3 sehingga akan menghasilkan pengujian yang positif.
Pengujian dengan fenilhidrazine tidak dilakukan, reaksi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Pada reaksi ini membuktikan bahwa
benzaldehid dapat bereaksi dengan fenil hidrasil yang menghasilkan fenildrazonbenzena.
Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrazile
menyebabkan senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenilhidrason yang mula-mula
membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Dimana hablur ini
nantinya dapat mengidentifikasi senyawa benzaldehid. Titik leleh yang didapatkan dari
benzaldehid lebih tinggi dibandingkan keton, hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat
ikatan hydrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya kuat, sehingga titik
lelehnya tinggi.
32
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Perbedaan senyawa aldehid dan keton ditinjau dari segi gugus fungsinya adalah
aldehid memiliki sekurang-kurangnya satu atom hydrogen yang terikat pada atom
karbonilnya. Sedangkan keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada
karbonilnya.
b. Aldehid mampu bereaksi dengan reaksi fehling dengan baik, hal ini ditunjukkan oleh
adanya endapan yang terbentuk. Sedangkan keton tidak bereaksi baik terhadap
pereaksi benedict, fehling. Hal ini karena keton tidak mampu teroksidasi terhadap
reaksi yang telah diberikan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Antony, C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.
Fessenden, Ralp J. dan Joan Fessenden. 1994. Kimia Organik Edisi III Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Hidayati, Sri. 2007. Pengaruh Suhu, Lama Pemasakan, Konsentrasi Metanol, dan Suhu
Pemurnian Terhadap Bilangan Iod dan Bilangan Asam Surfaktan dari Minyak Inti
Sawit. Didownload di
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTHP/article/download/86/94 [1 Juni 2013].
Ratnaningsih. 2011. Senyawa Karbonil (Aldehida dan Keton). Didownload di
http://ratnaningsih.staf.upi.edu/files/2011/09/AldehidadanKeton.pdf [1 Juni 2013].
Respah. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jakarta : Aksara Baru.
34
35