Praktikum IV farmakologi

2
PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SURIN 100ec) PADA TIKUS I. Tujuan Intruksional Khusus 1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian supermetrin secara per sonde. 2. Menentukan LD50 supermetrin pada tikus. II. Dasar Teori Pada praktikum ini menggunakan obat (bahan obat pestisida) yang mempunyai mekanisme kerj yang menghambat asetilkoliaesterase d an plasmakolinesterase yang non spesifik melalui fosforilesasi asam amino serin dipusat asteratik dari enzim menuju paparan organismus dengan asetilkolin menuju pada semua sinaps kolinergik (parasimpatik pascaganglioner, ujung saraf motorik, ganglia, SSP) dengan jalan depolarisasi persisten terjadi blokade depolarisasi. Penghambatan astilkolinesterasi bersifat irreversibel memutuskan ikatan kovalen dari ester asam fosfat pada sektrum aktif enzim secara hidrolisis sehingga aktivasi enzim hanya berlangsung secara tidak sempurna dang sangat lamabt (berhari-hari), akibatnya sebagian besar enzim harus diganti dengan jalan sintesis baru. (Farmakologi dan toksiologi edisi 3, 2009: penerbit kedokteran) Mekanisme terjadinya toksisitas obat, berbagai mekanisme dapat mendasari toksisitas obat. Biasanya reaksi toksis merupakan kelanjutan dari ef ek farmakodinamiknya. Karena itu, gejala toksis merupakan efek farmakodinamik yang berlebihan. Dalam percobaan toksiologi pada hewan harus digunakan dosis yang sangat besar karena ingin ditemukan kelainan jaringan atau efek toksi yang jelas. Dengan cara ini reaksi yang jarang terjadi bisa dibuat lebih sering. Bila dengan dosis terapi efek hepotoksik hanya terjadi pada 1 per 10000 orang, maka diperlukan ribuan tikus untuk percobaan dengan dosis ini. Sebelum terlihat reaksi pada 1-2 ekor tikus saja. Selain itu waktu observasi akan jauh lebih pendek bila kita menggunakan dosis yang lebih besar, sehingga akan mengurangi biaya pemeriksaan. Namun akan timbul kesulitan dalam interpretasi hasilnya pada manusia sebab kelainan yang ditemukan tidak dapat diextrapolasikan begitu saja pada manusia. Interpretasi ini harus dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan besarnya dosis dan kondisi percobaan. ( Farmakologi dan Terapi ed. 5, 2011 Fakultas Kedokteran UI) III. Alat dan Bahan 1. Kapas, kain, spuit, kasa, klem 2. Kandang, tikus 3 ekor 3. Sutrin 100 ec IV. Prosedur Kerja 1. Siapkan sonde yang berisi sutrin 100ec untuk masing-masing tikus dengan dosis 25mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB. 2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle. 3. Berikan sutrin 100ec personde pada masing-masing tikus.

description

lethal dose

Transcript of Praktikum IV farmakologi

PRAKTIKUM IVMENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE)SUPERMETRIN (SURIN 100ec) PADA TIKUSI. Tujuan Intruksional Khusus1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian supermetrin secara per sonde.2. Menentukan LD50 supermetrin pada tikus.II. Dasar TeoriPada praktikum ini menggunakan obat (bahan obat pestisida) yang mempunyai mekanisme kerj yang menghambat asetilkoliaesterase dan plasmakolinesterase yang non spesifik melalui fosforilesasi asam amino serin dipusat asteratik dari enzim menuju paparan organismus dengan asetilkolin menuju pada semua sinaps kolinergik (parasimpatik pascaganglioner, ujung saraf motorik, ganglia, SSP) dengan jalan depolarisasi persisten terjadi blokade depolarisasi. Penghambatan astilkolinesterasi bersifat irreversibel memutuskan ikatan kovalen dari ester asam fosfat pada sektrum aktif enzim secara hidrolisis sehingga aktivasi enzim hanya berlangsung secara tidak sempurna dang sangat lamabt (berhari-hari), akibatnya sebagian besar enzim harus diganti dengan jalan sintesis baru. (Farmakologi dan toksiologi edisi 3, 2009: penerbit kedokteran)Mekanisme terjadinya toksisitas obat, berbagai mekanisme dapat mendasari toksisitas obat. Biasanya reaksi toksis merupakan kelanjutan dari efek farmakodinamiknya. Karena itu, gejala toksis merupakan efek farmakodinamik yang berlebihan. Dalam percobaan toksiologi pada hewan harus digunakan dosis yang sangat besar karena ingin ditemukan kelainan jaringan atau efek toksi yang jelas. Dengan cara ini reaksi yang jarang terjadi bisa dibuat lebih sering. Bila dengan dosis terapi efek hepotoksik hanya terjadi pada 1 per 10000 orang, maka diperlukan ribuan tikus untuk percobaan dengan dosis ini. Sebelum terlihat reaksi pada 1-2 ekor tikus saja. Selain itu waktu observasi akan jauh lebih pendek bila kita menggunakan dosis yang lebih besar, sehingga akan mengurangi biaya pemeriksaan.Namun akan timbul kesulitan dalam interpretasi hasilnya pada manusia sebab kelainan yang ditemukan tidak dapat diextrapolasikan begitu saja pada manusia. Interpretasi ini harus dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan besarnya dosis dan kondisi percobaan. ( Farmakologi dan Terapi ed. 5, 2011 Fakultas Kedokteran UI)III. Alat dan Bahan1. Kapas, kain, spuit, kasa, klem2. Kandang, tikus 3 ekor3. Sutrin 100 ecIV. Prosedur Kerja1. Siapkan sonde yang berisi sutrin 100ec untuk masing-masing tikus dengan dosis 25mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB.2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle.3. Berikan sutrin 100ec personde pada masing-masing tikus.4. Amati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada lembar pengamatan) dengan seksama.V. Tabel PengamatanMenit No. ekspePostur tubuhAktivitas motorAtaxia Righting reflexTest kasaAnalgesia Ptosis Mati

51

2

3

101

2

3

151

2

3

301

2

3

601

2

3

Hasil pengamatan