pr

download pr

If you can't read please download the document

description

tes

Transcript of pr

PENGARUH TAYANGAN HUMOR TERHADAP PENINGKATAN MEMORI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: PASKAH APRIANTI SITANGGANG 051301067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2008/2009 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul: Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Peningkatan Memori Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku. Medan, Maret 2009 Paskah Aprianti NIM 051301067 Pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Paskah Aprianti Sitanggang dan Desvi Yanti Mukhtar, M.Si.,psikolog ABSTRAK Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kata-kata yang diucapkan serta semua peristiwa dan aktivitas yang terjadi sepanjang kehidupan individu merupakan fungsi dari memori. Mahasiswa merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pengembangan negara. Zaman yang penuh dengan teknologi dan informasi juga memaksa mahasiswa untuk menguasai informasi sebanyak-banyaknya sehingga nantinya akan dapat berguna dalam pengembangan negara. Penguasaan informasi berkaitan dengan memori. Hal ini menyebabkan mahasiswa harus dapat merencanakan proses belajar yang tepat, salah satunya dengan menggunakan metode peningkatan memori (Suyanto dan Hisyam, 2000). Salah satu metode peningkatan memori yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan humor. Penggunaan humor dalam proses belajar dan mengajar dapat memberikan pengembangan yang sangat berarti bagi dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan memori. Pada penelitian ini humor disajikan dalam bentuk tayangan humor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Penelitian ini dilakukan pada 30 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan randomized matched two group design. Metode analisis data yang digunakan adalah paired samples t test karena setiap subjek penelitian terlebih dahulu dipasangkan sesuai dengan kapasitas kemampuan memori mereka. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori secara signifikan. Nilai signifikansi uji t diperoleh sebesar 0,000 dan nilai t diperoleh sebesar 5,045 dengan nilai t tabel untuk derajat bebas 14 adalah sebesar 2,14. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel membuktikan bahwa ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Kata kunci: memori, humor, tayangan humor KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Peningkatan Memori pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari banyak pihak maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Prof. dr. Chairul Yoel. Sp. A(K) selaku dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Desvi Yanti Mukhtar, M.Si.,psikolog selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. 3. Filia Dina Anggraeni, M.Pd., Rr. Lita Hadiati, S.Psi.,psikolog, Fastirola M.Psi., psikolog, Sri Supriyantini, M.Si.,psikolog, dan Tarmidi, M.Psi.,psikolog yang telah memberikan saran dalam penyusunan proposal penelitian ini. 4. Lili Garliah, M.Si.,psikolog dan Etti Rahmawati, M.Si. yang telah membimbing saya dalam penyusunan metode penelitian eksperimen ini. 5. Rika Eliana M.Si.,psikolog selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya. 6. Orang tua dan saudara yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan kepada saya. 7. Sahabat-sahabat (Maria, Yoland, Nita, Icha, Elsa, Ika, Ezra, Nova, Nani, Yulinda, Anggi, Afni, Ela, Yani, Yessy, Novi, Vera, Almh. Nur Anzelima, Mega, dan lain-lain) yang telah menemani hari-hari saya di Fakultas Psikologi. 8. Para subjek penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. 9. Semua sahabat dan pihak yang telah terlibat dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih buat dukungan dan bantuannya. Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Medan, Maret 2009 Penulis DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................ ...i DAFTAR ISI .......................................................................................................... .iii DAFTAR TABEL .................................................................................................. ..v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. .vi LAMPIRAN ........................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ ..1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... ..9 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. ..9 D. Manfaat Penelitian........................................................................... ..9 E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Memori 1. Definisi memori ...................................................................... 12 2. Pemrosesan informasi dalam memori...................................... 13 3. Tahapan memori ..................................................................... 15 4. Tes ingatan ............................................................................. 20 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi memori ............................. 22 B. Humor 1. Definisi humor........................................................................ 23 2. Fungsi humor ......................................................................... 24 3. Tipe-tipe humor ...................................................................... 25 4. Teori humor ............................................................................ 26 5. Definisi tayangan humor ......................................................... 27 6. Jenis-jenis tayangan humor ..................................................... 27 C. Mahasiswa ....................................................................................... 28 D. Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Memori Mahasiswa .............. 29 E. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 34 B. Definisi Operasional ........................................................................ 34 C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ...................................... 36 D. Teknik Kontrol ................................................................................ 38 E. Rancangan Penelitian ...................................................................... 40 F. Alat Ukur dan Instrumen ................................................................. 41 G. Prosedur Eksperimen ....................................................................... 44 H. Metode Analisis Data ...................................................................... 48 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Gambaran subjek penelitian ..................................................... 50 2. Hasil utama penelitian ............................................................. 54 B. Pembahasan .................................................................................... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 64 B. Saran ............................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 68 LAMPIRAN ........................................................................................................... 73 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Perbedaan tahap memori 18 Tabel 2 Rancangan penelitian 40 Tabel 3 Skor mentah dan skor standar 43 Tabel 4 Gambaran subjek penelitian berdasarkan kapasitas kemampuan memori yang diperoleh melalui hasil tes inteligensi 51 Tabel 5 Norma dalam pengkategorisasian 52 Tabel 6 Gambaran subjek penelitian berdasarkan kategorisasi kemampuan Memori 53 Tabel 7 One sample kolmogorov smirnov 54 Tabel 8 Levene test 55 Tabel 9 Deskripsi nilai rata-rata hasil tes ingatan 56 Tabel 10 Uji t 56 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Tahapan memori 15 Gambar 2 Kerangka penelitian 33 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Data Subjek Penelitian 73 Lampiran 2 Data Kelompok Kontrol 74 Lampiran 3 Data Kelompok Eksperimen 75 Lampiran 4 Data Berpasangan 76 Lampiran 5 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 77 Lampiran 6 Uji Normalitas Kelompok Kontrol 78 Lampiran 7 Uji Homogenitas 79 Lampiran 8 Uji t 80 Lampiran 9 Prosedur Penelitian 81 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu hidup di dunia yang penuh dengan informasi yang terdiri dari pemandangan, suara, bau, dan rasa yang mengelilinginya setiap waktu. Informasi masuk ke dalam pikiran melalui alat indra dan sebagian besar dari informasi yang masuk dengan segera dibuang tanpa disadari oleh individu. Sedangkan beberapa informasi disimpan di dalam memori untuk beberapa saat dan kemudian dilupakan namun ada juga beberapa informasi yang tetap dapat tersimpan di dalam memori bahkan untuk selama-lamanya (Djiwandono, 2002). Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kata-kata yang diucapkan serta semua peristiwa dan aktivitas yang terjadi sepanjang kehidupan individu merupakan fungsi dari memori. Tanpa adanya memori, proses kehidupan manusia tidak akan berlangsung. Memori atau yang biasa disebut dengan kemampuan mengingat merupakan suatu hal yang fenomenal karena memori manusia mampu menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak terbatas. Selain itu, memori juga dianggap sebagai sumber pengetahuan karena semua materi tersimpan di dalam memori (Spear & Riccio, 1994). Tulving dan Craik (dalam Sternberg, 2006) mendefinisikan memori sebagai tempat di mana individu menyimpan dan mengingat kembali pengalaman masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk kebutuhan di masa sekarang. Kehidupan individu selalu diwarnai oleh proses belajar dan proses belajar tersebut tidak akan dapat berlangsung tanpa adanya memori. Jika individu tidak dapat mengingat pengalaman yang terjadi dalam kehidupannya maka individu tidak akan dapat melakukan proses belajar. Bahkan dalam melakukan komunikasi sosial individu juga menggunakan memori karena kata-kata yang digunakan dalam komunikasi tersimpan di dalam memori. Higbee (2003) menyatakan bahwa semua proses belajar tidak akan ada hasilnya jika individu tidak dapat mengingat. Passer dan Smith (2007) mendefinisikan belajar sebagai proses yang dilakukan untuk mengenali informasi-informasi baru, sementara memori bertugas untuk mempertahankan dan memanggil kembali informasi-informasi tersebut. Ada beberapa peranan penting memori dalam proses belajar, di antaranya adalah memori memungkinkan individu untuk belajar dari pengalaman masa lalu, beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan, dan membentuk kehidupan sosial melalui komunikasi dengan orang lain. Individu sebenarnya telah menggunakan memori ketika masih bayi namun bayi belum dapat mengingat peristiwa-peristiwa dalam hidupnya karena memori pada bayi belum seefektif memori pada orang dewasa (Spear & Riccio, 1994). Piaget (dalam Papalia, 2004) menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada awal kehidupan tidak dapat disimpan secara efektif di dalam memori karena perkembangan struktur otak yang belum sempurna. Struktur otak akan semakin berkembang seiring bertambahnya usia individu. Memori berkaitan erat dengan ketidakmampuan untuk memanggil kembali informasi yang telah dipelajari atau yang biasa disebut dengan lupa. Lupa tentu saja pernah dan bahkan sering dialami oleh individu, tidak terkecuali pada mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan Graff (dalam Hunt & Ellis, 2004) membuktikan bahwa pada tugas-tugas yang memerlukan memori eksplisit partisipan yang berusia belasan hingga dua puluhan memiliki kemampuan memori yang lebih baik. Sementara pada tugas-tugas yang memerlukan memori implisit tidak ada perubahan dalam rentang kehidupan. Mahasiswa berada pada rentang usia subjek penelitian yang dilakukan oleh Graff. Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Hopkins (dalam Maryam, 2008) ditemukan bahwa 83 % responden menyatakan sering lupa dengan nama seseorang, 60 % responden sering lupa tempat ia meletakkan sesuatu, 53 % responden sering lupa kata-kata, 49 % responden sering lupa tentang perkataan yang telah diucapkan, dan 42 % responden sering lupa dengan wajah seseorang. Buzan (2002) menyatakan bahwa sebagian besar individu hanya mampu mengingat kurang dari 10 % nama-nama orang yang telah mereka temui dan sebagian besar individu melupakan lebih dari 99 % nomor telepon yang diberikan pada mereka. Penelitian ini membuktikan bahwa fenomena lupa merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan individu sehari-hari. Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lupa. Lupa dapat terjadi karena adanya informasi baru yang mengganggu informasi yang telah ada di dalam memori. Selain itu, faktor waktu juga dapat menyebabkan individu menjadi lupa (Lahey, 2003; Peterson & Peterson dalam Reed, 2004). Mahasiswa merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pengembangan negara dan para mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam proses belajar daripada siswa-siswa menengah atas. Mahasiswa mengalami masa transisi yang mana mereka dihadapkan pada suatu lingkungan pendidikan baru yang sangat jauh berbeda dengan dengan lingkungan sebelumnya. Lingkungan baru yang harus dihadapi mahasiswa menawarkan kesempatan untuk mengasah kemampuan, menggunakan asumsi, dan menggunakan cara pandang baru terhadap dunia. Selain itu, perubahan dalam hal kurikulum juga membuat mahasiswa harus menggunakan cara berpikir yang baru. Zaman yang penuh dengan teknologi dan informasi juga memaksa mahasiswa untuk menguasai informasi sebanyak-banyaknya sehingga nantinya akan dapat berguna dalam pengembangan negara. Penguasaan informasi berkaitan dengan memori. Hal ini menyebabkan mahasiswa harus dapat merencanakan proses belajar yang tepat, salah satunya dengan menggunakan metode peningkatan memori (Suyanto & Hisyam, 2000). Peningkatan memori tentu saja merupakan hal yang sangat vital, khususnya dalam dunia pendidikan. Individu harus dapat memasukkan informasi yang berguna ke dalam pikiran sehingga nantinya dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah tersimpan jika individu tersebut membutuhkannya (Djiwandono, 2002). Pada saat ujian khususnya, individu harus dapat mengingat kembali materi-materi yang telah dipelajari. Kenyataannya, memori sering kali dapat bekerja dengan lancar dalam situasi-situasi yang tidak resmi namun dalam ujian hanya kadangkala saja memori dapat menunjukkan hasil yang baik. Beberapa pelajar khususnya mahasiswa juga mengalami berbagai hambatan selama proses belajar terutama pada saat menghadapi ujian. Mereka merasa takut, tegang, dan bingung selama berminggu-minggu atau hari-hari menjelang ujian berlangsung. Saat pertama kali menghadapi kertas ujian, kegugupan sangat dirasakan di mana mereka akan membaca dengan cepat dan kemudian mengulanginya kembali untuk menemukan jawaban dari masalah yang ditanyakan. Beberapa dari mereka ada yang menghabiskan lima belas sampai tiga puluh menit dari satu jam ujian untuk menulis catatan-catatan acak, menggaruk kepala, mengerutkan dahi, dan berusaha mengingat semua yang mereka ketahui. Mereka merasa frustasi karena tidak mampu memanggil kembali pengetahuan dan informasi yang telah mereka miliki (Buzan, 2002). Maka untuk itu perlu adanya metode-metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memori agar pemrosesan informasi berjalan dengan efektif dan pengetahuan yang telah tersimpan dapat dengan mudah kembali diingat . Salah satu metode peningkatan memori yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan humor. Penggunaan humor dalam proses belajar dan mengajar dapat memberikan pengembangan yang sangat berarti bagi dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa penggunaan humor dapat meningkatkan memori. Penelitian yang dilakukan oleh Cossairt dan Jacobs (1998) menyatakan bahwa penggunaan humor di dalam ruangan kelas dianggap sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi para tenaga pengajar. Humor memberikan efek yang positif pada program pendidikan karena dapat memicu dan menstimulasi memori, kreativitas, motivasi, menurunkan stres, meningkatkan komunikasi, mengarahkan perhatian, membuka pikiran yang tertutup, meningkatkan pemahaman, meningkatkan harga diri, membantu mengingat materi-materi yang telah dipelajari, dan memberikan energi bagi tenaga pengajar dan anak didik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas Marquette Wisconsin, mereka menyatakan bahwa menonton tayangan humor dapat meningkatkan memori karena humor dapat menimbulkan arousal yang berdampak terhadap peningkatan memori (dalam Smith, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sabato dan Gruner (dalam Sabato, 1985) mengemukakan bahwa penggunaan humor dapat meningkatkan perhatian dan tingkat ketertarikan seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan mengingat. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, Powless dan Nielson (dalam Smith, 2004) menyatakan bahwa stimulus positif seperti humor dapat memicu memori dan meningkatkan kemampuan untuk memanggil kembali informasi. Carlson (2001) juga menemukan efek yang sangat besar dalam memori ketika menerapkan humor saat proses belajar mengajar di dalam ruangan kelasnya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, fenomena tentang dampak humor terhadap memori dalam dunia pendidikan juga dirasakan oleh beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Aku biasanya sebelum belajar untuk ujian baca komik atau nonton film-film yang lucu dulu baru belajar. Rasanya lebih cepat aja nangkapnya kalau baca komik atau nonton yang lucu itu. Jadi belajarnya lebih enak dan lebih cepet. Namanya juga mahasiswa, pasti maunya ingatannya itu kuat jadi ga gampang lupa, apalagi kalau ujian. K. T. Purba (Komunikasi personal, 3 November 2008) Iya, kalau lagi nonton film lucu, pasti yang lucu-lucu lebih mudah untuk diingat. Terus kejadian sehari-hari yang lucu juga pasti selalu diingat. Kalau dosen yang ngajar pake lawak-lawak gitu jadi lebih gampang untuk diingat, apalagi kalau dijadikan perumpaan gitu. Ada materi yang diumpamakan dengan hal-hal lucu, pasti lebih mudah diingat. Kalau soal slide yang lucu-lucu udah pasti lebih enak dilihat dan biasanya isi slidenya juga jadi lebih diperhatikan dan gampang diingat. Kalau udah siap nonton kayaknya lebih enak aja, lebih masuk kalau masuk belajar. Maunya si dosen-dosen kalo ngajar juga ya slidenya dibuat lucu-lucu, pake animasi yang lucu pasti lebih enak suasananya dan kayak yang tadi kubilang, lebih gampang diingat. Psikologi kan banyak kali hapalan terus pake bahasa Inggris lagi jadi makin susah belajarnya. Menurut aku sih perlulah ya cara-cara untuk meningkatkan memori jadi kalau belajar ga cepet lupanya. Jadi beban belajar bisa agak berkurang gitu. E. Sitanggang (Komunikasi personal, 5 November 2008) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori, salah satunya adalah emosi. Emosi merupakan reaksi terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologis dan tingkah laku. Banyak individu yang tidak menyadari bahwa emosi seringkali memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Selain itu emosi juga memberi energi dan berperan penting dalam komunikasi sosial (Papalia, 2004; Passer & Smith, 2007). Keadaan emosi individu akan mempengaruhi proses belajarnya karena perhatian individu terhadap lingkungan akan berkurang intensitasnya pada saat berada pada emosi negatif. Hal ini akan mengakibatkan pemrosesan informasi tidak berjalan dengan efektif dan berdampak pada memori individu tersebut (Hunt & Ellis, 2004). Hal-hal yang membangkitkan emosi dapat menstimulasi keluarnya hormon yang akan meningkatkan kadar glukosa pada otak. Peningkatan kadar glukosa pada otak akan berdampak pada peningkatan memori (Clayton dalam Rathus, 2005; Sternberg, 2006). Powless dan Nielson (2004) menyatakan bahwa emosi positif dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak pada pemanggilan informasi. Sementara itu, emosi negatif akan merangsang pengeluaran hormon stres kortisol yang akan menghambat fungsi hipocampus yang sangat berperan dalam pembentukan memori (Nadel dkk. dalam Lahey 2003). Pada proses pembelajaran tentu saja fokus utamanya adalah pada emosi positif karena selain dapat memicu arousal, keadaan emosi yang positif juga menimbulkan mood yang positif yang mana mood berperan penting dalam proses pemahaman (Hunt & Ellis, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellis (dalam Hunt & Ellis, 2004) menemukan bahwa siswa-siswa yang sedang bersedih (mood negatif) melakukan banyak kesalahan dalam mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung kontradiksi. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman mereka terhadap suatu masalah menjadi terganggu akibat mood yang negatif. Terganggunya pemahaman individu terhadap suatu hal akan mengakibatkan tidak efektifnya kemampuan individu dalam mengingat. Salah satu hal yang dapat memicu emosi positif adalah humor. Humor dapat membangkitkan emosi positif, baik secara langsung maupun tidak langsung (Kelly, 2002; Taber, Redden, & Hurley, 2007). Secara sederhana humor merupakan sesuatu hal yang lucu dan dapat membuat individu tertawa dan merasa senang. Saper (dalam Franzini, 2001) mengartikan humor sebagai aspek kognitif, afektif, dan estetik pada individu, stimulus, ataupun peristiwa yang dapat membangkitkan rasa senang dan respon seperti tertawa ataupun tersenyum. Humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tayangan visual dan termasuk dalam kategori cerita ringkas. Menurut Ross (1999), humor yang dihadirkan secara visual memiliki efek yang lebih kuat namun bukan berarti humor dalam bentuk lainnya tidak memiliki pengaruh. Tayangan humor yang merupakan input sensori akan masuk ke dalam talamus yang berfungsi untuk mengirimkan input sensori menuju serebral korteks. Pada saat ini emosi sebenarnya telah aktif namun belum ada proses kognitif sehingga individu tidak menyadarinya. Impuls sensori masuk ke dalam serebral korteks yang berfungsi untuk menerima dan memroses input sensori dan proses kognitif lainnya. Serebral korteks berhubungan dengan hipotalamus, amygdala, dan hipocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Pada saat ini emosi yang aktif telah disadari karena telah melalui proses kognitif. Tayangan humor akan membangkitkan pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi positif akan menstimulasi hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin yang bertugas untuk mengeluarkan hormon yang akan meningkatkan kadar glukosa pada otak dan berguna dalam peningkatan memori (Passer & Smith, 2007). Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengganggap penting untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Penelitian ekperimen ini menggunakan dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa menonton tayangan humor sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan berupa menonton tayangan humor. Tayangan humor dalam penelitian ini hanya akan disajikan satu kali saja. Setelah kelompok pertama selesai menonton tayangan humor maka kemampuan mengingat mereka akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran kemampuan mengingat pada kelompok kedua. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah tayangan humor berpengaruh terhadap peningkatan memori . C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Pendidikan. 2. Manfaat Praktis a) Memberikan informasi tentang pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. b) Memberikan informasi agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengenali strategi belajar dan mengingat yang tepat. c) Memberikan informasi kepada para tenaga pengajar agar dapat menerapkan cara-cara pembelajaran yang tepat. d) Subjek penelitian dapat mengetahui tingkat kemampuan mengingat (memori) mereka sehingga dapat menjadi dasar untuk pengembangan kemampuan mengingat. e) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan memori ataupun tayangan humor. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : Bab I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoretis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan memori dan humor. Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, rancangan penelitian, teknik kontrol, prosedur penelitian, dan metode analisis data. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang uraian singkat hasil penelitian dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran yang meliputi saran praktis dan metodologis. BAB II LANDASAN TEORI A. Memori 1. Definisi memori Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa memori merupakan suatu proses yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman. Memori bersifat sangat kompleks dan dinamis. Matlin (2005) mendefinisikan memori sebagai proses untuk mempertahankan informasi. Menurut Bjorklund (dalam Sternberg, 2006), memori merupakan mekanisme dinamis yang dikaitkan dengan proses penyimpanan dan mengingat kembali informasi tentang masa lalu. Memori adalah pengalaman mental yang dapat dipercaya untuk menggambarkan pengalaman masa lalu seseorang (Johnson dalam Sternberg, 2006). Morris dan Maisto (2005) menyatakan bahwa memori adalah kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan dialami oleh individu. Hunt dan Ellis (2004) mengemukakan bahwa memori adalah fungsi intelektual manusia yang meliputi proses persepsi dan penalaran. Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa memori adalah kemampuan mengingat yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi ataupun pengalaman masa lalu yang akan digunakan untuk kebutuhan di masa sekarang. 2. Pemrosesan informasi dalam memori Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori, yaitu: a) encoding Rathus (2005) mengemukakan bahwa informasi dari dunia luar akan ditangkap oleh alat indera dalam bentuk stimulus fisik dan kimiawi. Tahap pertama dalam pemrosesan informasi adalah encoding. Encoding merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi sehingga individu dapat menempatkannya di dalam memori. Individu mengubah informasi ke dalam bentuk psikologis yang dapat diterima mental. Biasanya kode yang digunakan adalah kode semantik, visual, dan akustik. Kode semantik didasarkan pada makna dan merupakan kode yang dominan di dalam memori jangka panjang (long term memory). Kode akustik didasarkan pada bahasa dan merupakan kode memori yang dominan dalam memori jangka pendek (short term memory). Materi yang ada di dalam kode akustik biasanya terdiri dari urutan huruf, angka, ataupun kata-kata yang tidak bermakna. Sementara kode visual diwakili oleh gambar. b) penyimpanan (storage) Pemrosesan yang kedua adalah penyimpanan yang berfungsi untuk mempertahankan informasi(Rathus, 2005). c) pemanggilan (retrieval) Pemrosesan yang ketiga adalah pemanggilan. Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa pemanggilan adalah proses mengakses kembali informasi yang telah disimpan. Menurut Hunt dan Ellis (2004) proses pemanggilan ada dua, yaitu: recall dan recognition. Ada beberapa proses yang dapat dilakukan untuk mengirim informasi menuju ke memori jangka panjang (Atkinson & Shiffrin dalam Reed, 2004), yaitu: a) Pengulangan (rehearsal) merupakan proses untuk mengulang informasi. b) Coding merupakan usaha yang dilakukan agar informasi dapat diingat dengan mudah dan sesuai dengan konteks. c) Kemampuan membayangkan (imaging) merupakan pembentukan karakter visual untuk memudahkan proses mengingat. Ada beberapa bagian otak yang berperan dalam pemrosesan informasi pada memori, di antaranya adalah talamus, sistem limbik, dan cerebrum. Bagian otak tersebut terletak pada bagian otak depan. Talamus berada di dekat tengah otak dan berfungsi untuk menyampaikan informasi sensori menuju korteks. Selain itu, talamus juga berperan dalam perhatian dan pada saat tidur. Misalnya, talamus menyampaikan informasi sensori dari mata menuju daerah visual pada serebral korteks (Rathus, 2005). Rathus (2005) mengemukakan bahwa sistem limbik merupakan sejumlah struktur yang berfungsi untuk mengatur memori, motivasi, dan emosi. Sistem limbik berada di dekat cerebrum. Ada tiga bagian, yaitu amygdala, hipocampus, dan beberapa bagian dari hipotalamus. Amygdala terletak di bagian bawah dari sistem limbik dan berbentuk seperti dua buah kenari kecil. Amygdala berfungsi untuk mengatur emosi, proses belajar, dan memori. Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa hipocampus dan amygdala sangat berhubungan. Amygdala bertugas untuk membentuk pengalaman emosional sementara hipocampus bertugas untuk membentuk memori akibat dari pengalaman emosional. Tanpa amygdala, hipocampus tidak akan berguna. Rathus (2005) menyatakan bahwa cerebrum berukuran cukup besar dan berfungsi untuk mengatur proses berpikir dan bahasa. Bagian permukaan cerebrum yang berlipat dan berwarna abu-abu disebut dengan serebral korteks. Serebral korteks berfungsi untuk mengatur sensasi, respon, proses berpikir, dan bahasa. Serebral korteks terdiri dari dua buah hemisper, yaitu hemisper kanan dan kiri. Setiap hemisper dibagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontal (terletak di bagian depan), parietal (terletak di bagian belakang), temporal (terletak di samping bawah), dan ocipital (terletak di belakang dan di bawah lobus parietal dan di belakang temporal). 3. Tahapan memori Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2006) memperkenalkan model tradisional dari memori yang terdiri dari tiga tahap, yaitu sensory register, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Tahapan Memori Gambar 1. Model Tahapan Memori dari Atkinson dan Shiffrin Memori jangka panjang (Tempat penyimpanan permanen) Sensory register visual auditori sentuhan Memori jangka pendek pengulangan coding pemanggilan Input dari lingkungan respon Sensory register merupakan tahap pertama dari memori yang berfungsi untuk menangkap semua pengalaman sensori (berupa visual, auditori, dan sentuhan) hingga akhirnya diproses. Proses encoding pada sensory register berlangsung pada saat informasi diubah dalam bentuk impuls-impuls yang dapat diproses otak. Pada proses penyimpanan, informasi yang berada dalam sensory register tidak bertahan lama hanya sepersekian detik (Lahey, 2003). Sejumlah informasi yang telah diseleksi dari sensory register akan dikirim ke tahap selanjutnya, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek merupakan tempat penyimpanan sementara bagi informasi. Pada umumnya, dengan memberi perhatian yang cukup terhadap informasi maka informasi tersebut akan segera dikirim ke memori jangka pendek. Proses encoding pada memori jangka pendek terjadi saat informasi dari sensory register diubah ke dalam bentuk yang dapat diproses lebih lanjut (Lahey, 2003). Menurut Lahey (2003), coding merupakan bentuk informasi yang disimpan dalam memori. Coding yang dominan di dalam memori jangka pendek adalah kode akustik. Informasi yang ada di dalam memori jangka pendek akan segera hilang jika tidak segera dilakukan pengulangan (Reed, 2004). Ada empat teori yang dapat menjelaskan tentang lupa, yaitu: a) Interference theory Interference theory menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya informasi yang mengganggu informasi yang telah ada di dalam memori (Peterson & Peterson dalam Reed, 2004). Biasanya karena informasi yang lain tersebut mirip dengan informasi yang diingat oleh individu (Lahey, 2003). Wickens dkk. (dalam Lahey, 2003) menyatakan ada dua hal yang berhubungan dengan teori ini, yaitu proactive dan retroactive interference. Proactive interference adalah gangguan yang terjadi akibat memori yang telah ada sebelumnya. Sementara retroactive interference adalah gangguan yang terjadi akibat memori yang baru saja masuk. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada memori jangka panjang tetapi juga pada memori jangka pendek. b) Decay Theory Decay theory menyatakan bahwa memori yang tidak digunakan akan berangsur-angsur hilang seiring berjalannya waktu (Lahey, 2003). Teori ini ditentang oleh beberapa psikolog dengan menyatakan bahwa lupa yang disebabkan oleh waktu hanya terjadi pada sensory register dan memori jangka pendek sementara informasi dalam memori jangka panjang bersifat permanen (White dalam Lahey, 2003). c) Reconstruction (Schema) Theory Reconstruction (schema) theory adalah teori yang menyatakan bahwa informasi yang ada di dalam memori jangka panjang kadang-kadang berubah menjadi lebih konsisten dengan kepercayaan, pengetahuan, dan pengharapan individu (Bartlett dalam Lahey, 2003). Skema adalah jaringan-jaringan yang terdiri dari kepercayaan, pengetahuan, dan pengharapan seseorang. d) Motivated Forgetting atau represi Motivated forgetting menjelaskan bahwa seseorang berusaha melupakan informasi yang menyedihkan dan mengancam dirinya (Freud dalam Lahey, 2003). Galotti (2004) mengemukakan model kerja dari memori jangka pendek yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: a) Phonological loop yang berfungsi untuk mempertahankan dan memanipulasi informasi bahasa. Phonological loop terdiri dari dua komponen, yaitu phonological yang berfungsi untuk menyimpan informasi verbal dan mekanisme pengulangan yang berfungsi mempertahankan informasi agar tetap aktif. b) Visuospatial sketchpad yang berfungsi untuk mempertahankan dan memanipulasi informasi visual dan spasial. c) Central executive yang berfungsi untuk memilih informasi yang akan diproses dan menggabungkan informasi. Memori jangka panjang merupakan tahap ketiga dari memori yang meliputi proses penyimpanan informasi dalam waktu yang lama (Lahey, 2003). Informasi yang dapat disimpan di dalam memori jangka panjang tidak terbatas jumlahnya (Goldman & Rakic dalam Rathus, 2005). Memori jangka panjang disebut juga sebagai perpustakaan bagi manusia. Informasi yang ada harus diorganisasikan agar memudahkan proses pencarian, yaitu dengan menggunakan indeks. Proses encoding pada memori jangka panjang terjadi pada saat informasi dari memori jangka pendek diubah dalam bentuk makna. Informasi yang telah dipanggil dari memori jangka panjang akan masuk kembali ke memori jangka pendek dan muncullah respon (Lahey, 2003; Passer & Smith, 2007). Tulving (dalam Lahey, 2003) mengemukakan tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: a) Memori prosedural merupakan memori yang berkaitan dengan keahlian dan prosedur. Contoh, cara mengendarai sepeda, bermain gitar, dll. b) Memori semantik merupakan memori yang berkaitan dengan makna dan tidak berhubungan dengan waktu dan tempat. Contoh, ketika seseorang ingin mengetahui makna dari kedamaian. c) Memori episodik merupakan memori yang berkaitan dengan pengalaman dan berhubungan dengan waktu dan tempat. Contoh, ketika seseorang berusaha mengingat kapan dan di mana ia pertama kali mendapatkan gitarnya. Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori prosedural dan semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori episodik. Hal ini terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori episodik) telah dilupakan sejak di dalam memori jangka pendek (Lahey, 2003). Selain itu, Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa di dalam memori jangka panjang juga terdapat memori implisit dan eksplisit. Memori eksplisit terjadi saat individu harus mengingat informasi-informasi spesifik dan proses pemanggilan informasi dilakukan individu dengan sadar (Sternberg & Wagner, 1999). Memori implisit adalah memori yang berkaitan dengan bagaimana cara melakukan sesuatu dan proses pemanggilan informasi dilakukan dengan tidak sadar. Contoh, individu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa namun individu tidak sadar telah melakukan proses pemanggilan informasi tentang kata-kata yang digunakan (Sternberg & Wagner, 1999). Tabel 1. Perbedaan Tahap Memori Fitur Sensory Register Memori jangka pendek Memori jangka panjang Masuknya informasi Sebelum adanya perhatian Membutuhkan perhatian Pengulangan Cara mempertahankan informasi Tidak mungkin Memberi lebih banyak perhatian dan pengulangan Menyusun informasi dengan tepat Bentuk informasi Bentuk nyata dari input Akustik, visual, dan makna Berdasarkan makna Kapasitas Besar Kecil Tidak terbatas Penyebab lupa Faktor waktu Faktor waktu dan adanya pergantian informasi Informasi tidak akan pernah hilang. Lupa disebabkan karena ketidakmampuan memanggil informasi dengan sempurna Durasi - 2 detik Sampai 30 detik Menit tahunan Pemanggilan - Secara otomatis Melalui proses pencarian Sumber : Reading in Cognitive Psychology 4. Tes ingatan Ada dua jenis alat tes yang dapat mengukur tingkat memori, yaitu: a) Tes ingatan langsung Tes ingatan langsung adalah tes yang membutuhkan memori episodik. Biasanya tes-tes yang menuntut recall dan recognition (Buyer, 2004). Menurut Sternberg (2006) dalam recall, individu mengingat fakta, kata-kata, ataupun aitem lainnya dari memori. Contohnya adalah tes mengisi titik-titik (fill-in-the-blank). Sedangkan dalam recognition, individu memilih ataupun mengidentifikasi apakah sebuah aitem telah dipelajari. Contohnya adalah tes pilihan berganda dan benar-salah. Memori individu dalam tugas recognition biasanya lebih baik dibandingkan dengan recall karena tugas yang berkaitan dengan recall membutuhkan level yang lebih tinggi dibandingkan recognition. Salah satu tes ingatan langsung yang dapat digunakan adalah tes Intelligenz Strukture Test (IST) yang dikembangkan di Jerman, khususnya pada subtes Merk Aufgaben (ME). IST dalam versi Indonesia merupakan bentuk adaptasi dari tes asli dan sudah distandarisasi. Tes IST terdiri dari sembilan subtes, yaitu SE, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU, dan ME. Subtes Satzerganzung (SE) mengukur masalah pembentukan keputusan, akal sehat, suatu penilaian yang mendekati realitas, dan untuk menggali apakah seseorang dapat berpikir secara mandiri. Subtes Wortauswahl (WA) mengukur daya pikir verbal yang integratif, dapat memahami isi dari suatu pengertian, dan suatu kemampuan untuk menghayati masalah bahasa. Subtes Analogien (AN) mengukur kemampuan mengkombinasi yang dapat menunjukkan fleksibilitas, pemahaman, dan kedalaman dalam berpikir. Subtes Gemeinsamkeiten (GE) mengukur kemampuan abstraksi, yaitu pengertian kemampuan untuk menyatakan pengertian di dalam bahasa. Subtes Rechen Aufgaben (RA) mengukur daya pikir praktis dalam berhitung. Subtes Zahlen Reihen (ZR) mengukur daya pikir induktif yang menggunakan bilangan-bilangan. Subtes Form Auswahl (FA) mengukur kemampuan membayangkan, kekayaan untuk membayangkan, dan suatu cara untuk berpikir secara keseluruhan secara konkrit. Subtes Wurfel Aufgaben (WA) mengukur kemampuan membayangkan ruang, komponen-komponen konstruktif-teknis, dan momen analitis. Subtes terakhir adalah subtes Merk Aufgaben (ME) mengukur daya ingat dan kemampuan menyimpan kata-kata yang telah dipelajari (Darmayanti dalam Wechsler, 1992). b) Tes ingatan tidak langsung Tes ingatan tidak langsung adalah tes yang membutuhkan memori semantik dan prosedural (Buyer, 2004). Contohnya adalah tes melengkapi kata. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi memori Menurut Gunawan (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi memori, yaitu: a) Informasi yang tidak relevan dan tidak penting Informasi yang tidak relevan dan tidak penting tidak akan mendapat perhatian dari individu. b) Interfensi atau gangguan Jika ada gangguan pada saat individu ingin memasukkan informasi ke dalam memori maka informasi yang dimasukkan akan kacau. Contoh, kebisingan. c) Tidak fokus Jika banyak informasi yang muncul pada saat kita ingin memasukkan suatu informasi ke dalam memori maka hal ini mengakibatkan perhatian terpecah. d) Keadaan mental Keadaan mental yang mempengaruhi memori adalah emosi. Keadaan emosi akan mempengaruhi proses kognitif, seperti proses belajar dan memori (Hunt & Ellis, 2004). Ganong (1973) menyatakan bahwa emosi terdiri dari dua komponen, yaitu fisik dan mental. Komponen-komponen tersebut meliputi kognitif (kesadaran akan sensasi), afek (perasaan akan sesuatu), konatif (dorongan untuk berperilaku), dan perubahan fisik (seperti hipertensi, berkeringat, dll). Mood merupakan pengalaman emosi yang bertahan cukup lama (Matlin, 2005). Mood yang positif sangat berperan dalam proses pemahaman. Sternberg (2006) menyatakan bahwa hal-hal yang membangkitkan emosi akan merangsang sistem endokrin untuk mengeluarkan hormon. Hormon tersebut akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa pada otak yang berfungsi untuk meningkatkan memori. Pada proses belajar yang menjadi fokus perhatian adalah emosi positif. Powless dan Nielson (2004) menyatakan bahwa emosi positif dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak pada pemanggilan informasi. e) Fisik yang lelah Kondisi fisik yang lelah juga sangat berpengaruh terhadap daya serap informasi dan akan berpengaruh terhadap memori. Pikiran dan tubuh saling mempengaruhi, saat pikiran sedang kacau maka kondisi tubuh akan terpengaruh. f) Pengaruh zat kimia tertentu Ada kebiasaan hidup yang kurang mendukung kerja otak, misalnya kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu, biasanya obat terlarang. Buzan (2003) menyatakan bahwa alkohol akan mempangaruhi memori jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan secara konsisten. B. Humor 1. Definisi humor Lippman dan Dunn (2000) menyatakan bahwa humor adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan rangsangan dan mengarahkan pada perasaan senang dan nyaman. Humor adalah sesuatu yang sangat berkaitan dengan respon tertawa (Provine, 2000). Menurut Ross (1999), humor adalah sesuatu yang membuat orang tertawa ataupun tersenyum dan digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian. Richman (2000) berpendapat bahwa humor ialah sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan ketertarikan bagi banyak orang. Taber dkk. (2007) menyatakan bahwa humor dapat dilihat dari beberapa cara, yaitu: a) Sebagai stimulus, misalnya tayangan humor. b) Sebagai respon, misalnya tersenyum. c) Sebagai proses kognitif, misalnya pemahaman terhadap humor. d) Sebagai karakter kepribadian, misalnya afek dan emosi positif yang dihasilkan oleh humor. e) Sebagai intervensi terapeutik, misalnya terapi humor. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa humor ialah segala sesuatu (peristiwa, individu, ataupun stimulus-stimulus lainnya) yang dapat membangkitkan rasa senang. 2. Fungsi humor Ada beberapa fungsi dari humor ditinjau dari beberapa bidang, yaitu: a) Bidang medis Humor berguna untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien-pasien yang mengidap penyakit mematikan (Kisner dalam Franzini, 2001). b) Bidang fisiologis Humor dapat meningkatkan pengeluaran endorpin (Levinthal dalam Franzini, 2001). Selain itu, humor juga berperan penting dalam peningkatan aktivitas sel pembunuh (Bennet dalam Franzini, 2001). c) Bidang sosial Humor merupakan stimulus sosial yang menyenangkan dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman (Ruch dkk. dalam Franzini, 2001). d) Bidang psikologis Humor merupakan metode efektif untuk mengatur stres dan meningkatkan karakter kepribadian yang menarik (Buckan dkk. dalam Franzini, 2001). 3. Tipe-tipe humor Ross (1999) mengemukakan beberapa tipe humor, yaitu: a) Parodi Parodi ialah tiruan-tiruan yang bertujuan hanya sebagai hiburan belaka hingga yang bersifat menyindir. Parodi terdiri dari dua rentang, yaitu ironi (bersifat sindiran halus) hingga satire (bersifat sindiran yang lebih kasar). b) Permainan kata atau makna ambigu Permainan kata atau makna ambigu terdiri atas: 1) Fonologi, yaitu bunyi yang menyusun bahasa. Fonologi terbagi atas dua, yaitu homofon (kata yang pengucapannya sama namun berbeda dalam hal penulisan) dan homonim (kata yang memiliki pengucapan dan penulisan yang sama namun berbeda makna). 2) Grafologi merujuk pada bagaimana cara suatu bahasa ditampilkan secara visual. Beberapa humor lebih dapat dipahami jika dihadirkan secara visual dibandingkan jika didengar langsung. 3) Morfologi merujuk pada cara individu membentuk suatu kata. 4) Lexis merujuk pada kata-kata dalam bahasa Inggris yang diadaptasi dari bahasa lain. 5) Sintaks merujuk pada cara bagaimana suatu kalimat dibentuk sesuai dengan struktur bahasa agar memiliki makna. c) Melanggar hal-hal yang dianggap tabu (taboo breaking) Melanggar hal-hal yang dianggap tabu merupakan tipe humor yang terlepas dari hal-hal yang dianggap suci ataupun dilarang. Hal ini tergantung pada budaya masyarakat. Humor ini meliputi seks, kematian, agama, dll. d) Hal-hal yang dapat diobservasi (obversational) Tipe humor ini menggunakan hal-hal yang sepele yang mungkin sama sekali tidak menjadi pusat perhatian seseorang dan biasanya dialami oleh semua orang sehingga semua orang tanpa terkecuali menjadi bagian dari humor tersebut. 4. Teori humor Ada beberapa teori humor yang sangat berpengaruh, yaitu: a) Teori ketidaksesuaian (the incongruity theory) Teori ini fokus pada elemen keterkejutan (surprise). Humor muncul akibat adanya ketidaksesuaian pada apa yang diharapkan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ketidaksesuaian terjadi karena adanya makna ambigu dalam bahasa yang digunakan (Ross, 1999). b) Teori kekuasaan (the superiority theory) Hobbes (dalam Ross, 1999) menyatakan bahwa tertawa merupakan kesenangan tiba-tiba yang dilakukan oleh orang yang melakukan penghinaan terhadap orang lain. Humor merupakan bentuk penghinaan terhadap orang lain untuk menunjukkan status dan kekuasaan mereka. c) Teori pelepasan perasaan batin (the psychic release) Teori ini menjelaskan bahwa tertawa dipacu oleh rasa ingin melepaskan ancaman-ancaman dalam hidup, seperti ingin mengurangi rasa takut akan kematian (Jacobson dalam Ross, 1999). 5. Definisi tayangan humor Thompson dan Bordwell (2003) mendefinisikan tayangan humor sebagai visualisasi yang dapat menimbulkan respon tertawa ataupun tersenyum. Tayangan humor dapat menampilkan gerak fisik ataupun permainan kata yang membuat seseorang merasa senang. 6. Jenis-jenis tayangan humor Menurut Ross (1999) ada dua jenis tayangan humor, yaitu: a) Komedi situasi (situation comedy) Komedi situasi merupakan tayangan yang didasarkan pada situasi dan karakter yang potensial untuk humor. Contoh, komedi situasi yang sangat terkenal adalah Friends. b) Cerita ringkas (television sketches) Cerita ringkas merupakan tayangan yang berisi cerita-cerita ringkas yang berbeda. Contoh, Prime Time. C. Mahasiswa Winkel (1997) menyatakan bahwa masa mahasiswa meliputi rentang usia dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang usia mahasiswa dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I s/d semester IV; dalam periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V s/d semester VIII. Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian (achieving stage), yaitu tahap di mana individu menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan keluarga. Masa di kampus merupakan masa penggalian secara intelektual dan perkembangan individu. Kampus merupakan tempat di mana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu secara intelektual, meningkatkan kemampuan dalam bekerja, dan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Memilih untuk kuliah merupakan suatu gambaran untuk memperoleh karir di masa depan dan hal ini akan cenderung mempengaruhi pola berpikir individu. Pada masa mahasiswa terjadi peningkatan dalam hal penalaran dan cara berpikir. Perry (dalam Papalia, 2003) menyatakan bahwa terjadi perubahan pola berpikir pada masa transisi dari sekolah menengah menuju kampus, yaitu pola berpikir yang awalnya kaku berubah menjadi fleksibel dan dapat memilih sesuatu dengan bebas namun penuh dengan komitmen. Mahasiswa juga telah dapat mengenali bahwa pada masyarakat dan individu yang berbeda, masing-masing memiliki sistem nilai tersendiri. Selain itu, mahasiswa juga mampu untuk mencapai komitmen yang bersifat relatif, yaitu mereka dapat membuat pertimbangan sendiri dan memilih nilai serta kepercayaan yang benar menurutnya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2003) mahasiswa termasuk dalam tahap berpikir postformal, yaitu pola pikir yang matang dan didasarkan pada pengalaman dan intuisi subjektif namun tetap berlandaskan pada logika dan dapat digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, ketidakkonsistenan, pertentangan, dll. Mahasiswa berada pada tahap perkembangan emosi di mana mereka mencari suatu hubungan yang dekat baik secara emosional dan fisik. Mahasiswa mampu menyampaikan keadaan emosi yang ada pada dirinya dan telah memiliki empati. Emosi pada manusia cenderung bersifat konsisten dan tidak mengalami banyak perubahan. Pada masa dewasa individu akan semakin tidak emosional dan cemas, individu pada usia dua puluhan (dewasa awal) akan lebih emosional dibandingkan dengan individu pada usia-usia yang lebih tua. D. Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Memori Mahasiswa Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena setiap aspek kehidupan manusia selalu membutuhkan memori. Setiap kata yang diucapkan serta semua peristiwa dan aktivitas yang terjadi merupakan fungsi dari memori. Tanpa adanya memori individu tidak akan mampu melakukan pekerjaan apa pun karena mereka tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya. Kehidupan sosial juga tidak akan berlangsung tanpa adanya memori karena individu tidak dapat mengingat kata-kata apa yang harus diucapkan. Dunia pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan memori. Informasi yang berguna harus dapat disimpan di dalam memori dan dipanggil kembali saat informasi tersebut dibutuhkan. Proses belajar yang terjadi dalam dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan memori. Belajar merupakan proses untuk mengenali sesuatu hal yang baru dan memori bertugas untuk mempertahankan informasi tersebut. Semua proses belajar tidak akan berguna jika memori tidak dapat menyimpan informasi tersebut dengan tepat. Hal ini membuktikan bahwa memori merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Saat individu tidak dapat memanggil kembali informasi yang dibutuhkan maka hal ini disebut dengan lupa. Fenomena ini biasa dan seringkali terjadi pada setiap individu, tidak terkecuali mahasiswa. Padahal, jika ditinjau dari tahap perkembangan kognitifnya mahasiswa berada pada tahap tipe berpikir postformal (Piaget dalam Papalia, 2003). Pada tahap ini, perkembangan kognitif mahasiswa telah matang dan memiliki pola berpikir yang matang serta didasarkan pada logika namun mahasiswa juga seringkali lupa, khususnya pada saat ujian. Buzan (2002) menyatakan bahwa banyak mahasiswa yang frustasi pada saat ujian karena tidak dapat mengingat jawaban yang dibutuhkan. Mahasiswa merupakan salah satu aset penting dalam pendidikan nasional maka untuk itu mahasiswa hendaknya dapat menguasai banyak informasi agar dapat berguna untuk dalam pengembangan negara. Semakin berkembangnya teknologi juga berdampak pada banyaknya hal yang harus dipelajari. Penguasaan informasi berkaitan erat dengan memori, agar mahasiswa dapat menguasai sejumlah informasi maka mereka harus memiliki kemampuan mengingat yang baik. Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan memori adalah dengan menggunakan humor. Pada penelitian ini, humor akan disajikan dalam bentuk tayangan. Saper (dalam Franzini, 2001) mengartikan humor sebagai aspek kognitif, afektif, dan estetik pada individu, stimulus, ataupun peristiwa yang dapat membangkitkan rasa senang. Humor dapat membangkitkan emosi positif, baik secara langsung maupun tidak langsung (Kelly, 2002; Taber, 2007). Arousal yang ditimbulkan oleh emosi positif akan memicu sistem endokrin untuk mengeluarkan hormon (Clayton dalam Rathus, 2005). Pengeluaran hormon pada otak akan menyebabkan meningkatnya kadar glukosa pada otak yang berperan penting dalam peningkatan memori (Morris & Maisto, 2005). Hormon yang dikeluarkan ini bekerja dengan cepat dan efeknya bertahan cukup lama (Santrock, 1991). Menurut Passer dan Smith (2007), tayangan humor yang merupakan input sensori akan masuk ke dalam talamus yang berfungsi untuk mengirimkan input sensori menuju serebral korteks. Pada saat ini emosi sebenarnya telah aktif, namun belum ada proses kognitif sehingga individu tidak menyadarinya. Impuls sensori masuk ke dalam serebral korteks yang berfungsi untuk menerima dan memroses input sensori dan proses kognitif lainnya. Serebral korteks berhubungan dengan hipotalamus dan amygdala. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Pada saat ini emosi yang aktif telah disadari karena telah melalui proses kognitif. Tayangan humor akan membangkitkan pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi positif akan menstimulasi hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin yang bertugas untuk mengeluarkan hormon. Penelitian ini menggunakan dua buah kelompok subjek penelitian. Kelompok pertama merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa menonton tayangan humor sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan, yaitu menonton tayangan humor. Setelah kelompok pertama selesai menonton tayangan humor maka kemampuan mengingat (memori) mereka segera diukur. Setelah kemampuan mengingat kelompok pertama selesai diukur maka dilanjukan dengan pengukuran kemampuan mengingat kelompok kedua. Tes ingatan yang diberikan berupa kata-kata yang harus dihapal dalam waktu tiga menit kemudian setelah tiga menit akan diberikan soal-soal yang berkaitan dengan hapalan tersebut. Saat subjek penelitian menghapal kata-kata yang diberikan maka informasi tersebut masuk ke dalam sensory register. Proses encoding pada sensory register terjadi saat informasi diubah ke dalam bentuk yang dapat diproses oleh otak. Proses penyimpanan terjadi hanya sepersekian detik di dalam sensory register, jika subjek penelitian memberikan perhatian yang cukup maka informasi tersebut akan dikirim menuju memori jangka pendek. Proses encoding pada memori jangka pendek terjadi ketika informasi dari sensory register diubah ke dalam bentuk yang dapat diproses lebih lanjut, pada memori jangka pendek bentuk informasi yang dominan adalah kode akustik, yaitu berupa urutan kata-kata dan angka serta kata-kata yang tidak memiliki makna. Proses penyimpanan dalam memori jangka pendek hanya berlangsung selama tiga puluh detik. Sebelumnya, kelompok pertama telah mendapatkan perlakuan berupa menonton tayangan humor yang bertujuan untuk membangkitkan emosi positif. Peneliti mengasumsikan bahwa pada kelompok pertama telah terjadi peningkatan kadar gula pada otak yang diakibatkan oleh emosi positif. Peneliti mengharapkan dengan terjadinya peningkatan kadar gula pada otak maka jumlah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh kelompok pertama lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kedua. Kerangka Penelitian Tidak diberikan tayangan humor Informasi (berupa kata-kata) Diberikan tayangan humor Sensory register E. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa tayangan humor dapat meningkatkan memori. BAB III METODE PENELITIAN Gambar 2. Sistematika penelitian Tidak berpengaruh terhadap memori Emosi positif Memori jangka pendek Lupa Ingat perhatian perhatian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bersifat eksperimental sungguhan. Menurut Suryabrata (1995), tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eksperimen sederhana yang meliputi dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen (Mitchell & Jolley, 2004). A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel bebas : Tayangan humor 2) Variabel tergantung : Memori B. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan makna-makna spesifik dari variabel-variabel yang ada di dalam suatu eksperimen yang mana definisi tersebut meliputi operasionalisasi prosedur dan pengukuran yang dapat diobservasi (Myers & Hansen, 1993). 1. Memori Memori adalah kemampuan mengingat yang meliputi tahap perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi ataupun pengalaman masa lalu yang akan digunakan untuk kebutuhan di masa sekarang. Memori dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan tes ingatan, yaitu subtes ME (Merk Aufgaben) dari tes Intelligenz Strukture Test (IST). Tes ingatan ini bertujuan untuk mengukur daya ingat dan kemampuan mengingat kata-kata yang telah dipelajari. Semakin tinggi skor yang diperoleh individu dalam tes ingatan tersebut maka semakin tinggi tingkat kemampuan mengingat individu tersebut. Subjek penelitian akan diberikan kata-kata yang harus dihapal dalam waktu tiga menit kemudian akan diberikan sejumlah soal yang berkaitan dengan hapalan yang telah diberikan. Waktu yang disediakan bagi subjek penelitian untuk mengerjakan soal-soal adalah enam menit. Memori yang akan diukur dalam penelitian ini adalah memori jangka pendek. Kemampuan mengingat individu akan dilihat melalui total skor tes yang diperoleh subjek. Setiap jawaban yang dijawab dengan benar akan mendapat nilai satu sedangkan jawaban yang salah akan mendapat nilai nol. 2. Tayangan humor Tayangan humor ialah visualisasi yang menampilkan aktivitas fisik atau raut wajah atau permainan kata yang bersifat lucu dan dapat membangkitkan emosi positif individu. Tayangan humor merupakan perlakuan yang akan diberikan kepada kelompok ekperimen. Tayangan humor yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa kriteria, yaitu dapat membuat orang merasa senang dan tidak melanggar hal-hal tabu yang berkaitan dengan agama, seks, dan ras. Tayangan humor akan diberikan hanya kepada kelompok eksperimen dan akan diputar dengan menggunakan laptop serta dengan menggunakan peralatan lain, yaitu white screen, loud speaker, dan LCD. Penyusunan tempat duduk akan disusun dalam bentuk lima baris tiga kolom dan tetap menjaga agar semua subjek penelitian dapat melihat tayangan humor tersebut dengan jelas. Kondisi ruangan dan lingkungan sekitar penelitian akan dikondisikan dalam keadaan tenang dan nyaman agar subjek penelitian tidak terganggu. Ruangan eksperimen memiliki air conditioner (AC) dan pencahayaan yang mencukupi. Tipe tayangan humor yang digunakan termasuk dalam kategori cerita ringkas dan hanya akan ditayangkan satu kali saja. Setelah kelompok eksperimen selesai menonton tayangan humor maka kelompok eksperimen akan langsung diberikan tes ingatan. Selanjutnya, setelah kelompok eksperimen selesai mengikuti tes ingatan maka kelompok kontrol memasuki ruangan yang sama dengan kelompok eksperimen dan kemampuan memori mereka segera diukur. Kondisi ruangan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat mengikuti tes ingatan dibuat dalam keadaan yang sama. C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi ialah semua individu yang membentuk suatu kelompok (Bordens & Abbott, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa S-1 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Para mahasiswa membutuhkan metode-metode yang dapat meningkatkan kemampuan mengingat sehingga akan lebih efektif dalam proses belajar dan dapat berguna untuk pengembangan negara. Sampel ialah sejumlah kecil individu yang diambil dari populasi (Bordens & Abbott, 2005). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara purposif (pusposive sampling). Adapun karakteristik populasi pada penelitian ini adalah dalam penelitian ini adalah: a) Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2005. Peneliti memperoleh informasi tentang subjek penelitian bagian akademik Psikologi. Peneliti memilih subjek penelitian angkatan 2005 karena alasan keterbatasan peneliti dalam menjangkau seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi. b) Memiliki kapasitas kemampuan memori dalam kategori kurang, rata-rata bawah, rata-rata, rata-rata atas, dan baik. Peneliti memperoleh informasi tentang kapasitas kemampuan memori para subjek penelitian melalui bagian akademik Fakultas Psikologi. c) Mahasiswa yang tidak mengkonsumsi alkohol secara konsisten dan dalam jumlah yang banyak serta tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Peneliti melakukan wawancara terhadap para subjek penelitian untuk memastikan bahwa mereka tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Subjek penelitian akan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang dipilih dengan cara randomisasi dan mendapatkan perlakuan sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang dipilih dengan cara randomisasi dan tidak mendapatkan perlakuan (Mitchell & Jolley, 2004). Subjek penelitian untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masing-masing terdiri dari lima belas orang. Peraturan umum menyatakan bahwa lima belas orang subjek penelitian untuk masing-masing kelompok telah memenuhi kriteria penelitian eksperimen yang sesunggguhnya (Myers & Hansen, 2006). Pembagian subjek penelitian ke dalam dua kelompok dilakukan dengan menggunakan randomisasi, yaitu setiap subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh atau tidak memperoleh perlakuan. Randomisasi dilakukan agar pada suatu kelompok tidak terdiri dari subjek-subjek yang memiliki variabel pengganggu yang sama. Dengan dilakukannya randomisasi diharapkan variabel pengganggu yang tidak terkontrol tidak mempengaruhi atau hanya sedikit pengaruhnya pada variabel tergantung. (Myers & Hansen, 2006). Randomisasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengundian atau yang biasanya disebut dengan sistem lotre (dalam Mitchell & Jolley, 2004). D. Teknik Kontrol Peneliti harus menciptakan kondisi yang sesuai sehingga efek dari variabel bebas dapat terlihat dengan jelas. Variabel-variabel pengganggu dapat mengacaukan validitas internal maka harus dilakukan teknik kontrol (Myers dan Hansen, 2006). Variabel pengganggu ialah variabel-variabel lain selain variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel tergantung dan variabel tersebut bukan merupakan fokus dari penelitian (Myers & Hansen, 1993; Solso & MacLin, 2002). Peneliti juga mempunyai kuasa untuk memanipulasi kondisi lingkungan fisik, misalnya mengontrol kebisingan, penerangan, suhu ruangan, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi ruang eksperimen yang kondusif sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung tidak dipengaruhi oleh variabel pengganggu yang berupa kebisingan, suhu udara yang panas, dan sebagainya (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005). Peneliti melakukan kontrol terhadap beberapa variabel, yaitu: a) Kapasitas kemampuan memori Informasi mengenai kapasitas kemampuan memori subjek penelitian diperoleh dari bagian akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. b) Informasi yang tidak penting dan tidak relevan Informasi yang tidak penting dan tidak relevan berhubungan dengan perhatian yang diberikan oleh subjek penelitian. Peneliti akan menciptakan kondisi yang kondusif agar subjek penelitian dapat memberikan perhatian sepenuhnya pada saat pelaksanaan penelitian. c) Interfensi atau gangguan dan tidak fokus Peneliti melakukan kontrol terhadap keadaan lingkungan untuk menghindari adanya interfensi atau gangguan dan menjaga agar subjek penelitian tetap fokus sehingga dapat memberikan perhatian yang optimal. 1) Kebisingan dan kehadiran orang lain di luar ruangan Peneliti mengontrol kebisingan dengan cara memberikan instruksi kepada para subjek penelitian agar menjaga ketertiban saat pelaksanaan tes ingatan dan meminta seseorang pengawas di luar ruangan eksperimen untuk mengontrol kebisingan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya eksperimen. 2) Gelap dan pengap Peneliti memilih ruangan yang memiliki pencahayaan dan ventilasi yang cukup serta dilengkapi dengan AC (Air Conditioning). d) Pengaruh zat kimia tertentu Peneliti akan memilih subjek penelitian yang tidak mengkonsumsi alkohol secara konsisten dan dalam jumlah yang banyak serta tidak ada dalam pengaruh obat-obatan terlarang. e) Kondisi fisik yang lelah Kondisi fisik para subjek penelitian yang berada pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sama. Dengan ini maka diharapkan pengaruh dari fisik yang lelah hanya memberikan efek yang sedikit. E. Rancangan Penelitian Peneliti menggunakan penelitian yang bersifat eksperimen sungguhan dengan nama rancangan randomized matched two group design (Seniati dkk., 2005), dengan skema rancangan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rancangan Penelitian Assignment Kelompok Sebelum Observasi Perlakuan Setelah Observasi Ra KE - X O Ra KK - - O Sumber : Psikologi Eksperimen Keterangan : Ra : Randomisasi KK : Kelompok kontrol EG : Kelompok eksperimen X : Menonton tayangan humor O : Pengukuran memori F. Alat Ukur dan Instrumen Alat ukur dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Peralatan audiovisual, seperti : a) Laptop b) Liquid Crystal Display (LCD) c) Loud speaker 2) Video tayangan humor 3) White screen 4) Alat tulis 5) Stopwatch 6) Reward yang akan diberikan kepada subjek penelitian 7) Alat ukur, yaitu tes ingatan a) Administrasi Tester akan menyampaikan instruksi Di hadapan Anda sudah terdapat satu lembar kertas yang berisi beberapa kata, tugas Anda adalah mengingat kata-kata tersebut. Saya akan memberikan Anda waktu untuk mengingat selama tiga menit, setelah waktu habis saya akan mengambil lembaran tersebut dan kemudian membagikan kepada Anda soal yang berkaitan dengan hapalan Anda tadi. Jangan pernah melakukan sesuatu apapun tanpa ada instruksi dari saya, jika ada pertanyaan silahkan diajukan dari sekarang ataupun jika ingin permisi ke toilet sebaiknya dilakukan sebelum tes berlangsung karena selama pelaksanaan tes saya tidak akan melayani permintaan Anda atau menjawab pertanyaan yang Anda ajukan. Apakah ada pertanyaan? Sudah siap? Baik, kita mulai, 1, 2, mulai! Stopwatch mulai dijalankan setelah instruksi selesai diberikan. Lembaran yang berisi beberapa kata yang harus dihapal akan ditutup setelah waktunya habis dan tester akan mengambil lembaran tersebut. Kemudian tester dan pengawas akan membagikan lembaran soal beserta lembar jawaban sekaligus. Instruksi yang diberikan Baik, waktu Anda habis, silahkan soalnya ditutup! Soal kembali diambil oleh tester dan kemudian tahap mengerjakan soal dengan instruksi Sekarang silahkan buka lembar jawabannya, kemudian tulis data Anda pada bagian atas lembar jawaban. Setelah subjek penelitian selesai menuliskan data, subjek penelitian dapat memulai mengerjakan soal dengan instruksi Sekarang silahkan kerjakan soal yang berada di hadapan Anda dan tuliskan jawaban Anda pada lembar jawaban. Waktu yang disediakan dalam mengerjakan soal adalah enam menit. b) Pemberian skor (skoring) Setiap jawaban yang benar akan diberi skor satu sedangkan jawaban yang salah akan diskor nol. Skor total diperoleh berdasarkan penjumlahan seluruh jawaban yang benar kemudian skor total akan ditransformasikan ke dalam skor standar sesuai dengan aturan yang tersedia pada tes IST. Keseluruhan skor yang dapat dijawab dengan benar disebut dengan skor mentah. Informasi mengenai skor standar tes ingatan (subtes ME) diperoleh dari salah satu biro yang ada di Medan Berikut ini adalah skor standar tes ingatan untuk mahasiswa. Tabel 3. Skor Mentah dan Skor Standar Skor Mentah Skor Standar 0 43 1 47 2 52 3 56 4 60 5 65 6 69 7 74 8 78 9 83 10 87 11 92 12 96 13 101 14 105 15 110 16 114 17 119 18 123 19 128 20 132 c) Validitas dan Reliabilitas Suatu instrumen pengukuran akan memiliki reliabilitas yang tinggi jika hasil yang diperoleh sama ketika pengulangan pengukuran dilakukan. Jika hasil pengukuran pertama sama dengan pengukuran kedua, maka korelasinya tinggi dan instrumen pengukuran tersebut dapat dipercaya. Sebaliknya, jika korelasinya rendah maka instrumen pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya (Martin, 2004). Validitas ialah ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Hadi, 2000). Peneliti tidak melakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas alat ukur karena alat ukur yang digunakan telah distandarisasi. Uji validitas terhadap aitem-aitem pada subtes IST yang memiliki skor dikotomi, yaitu subtes SE, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU, dan ME menggunakan teknik analisis konsistensi internal dengan koefisien poin biserial sedangkan untuk subtes GE menggunakan teknik analisis konsistensi internal dengan koefisien Pearson Product Moment karena skornya bukan dikotomi. Uji reliabilitas pada subtes dengan aitem yang memiliki skor dikotomi dengan menggunakan Kuder Richardson 20 sedangkan untuk yang bukan dikotomi menggunakan Alpha Cronbach (Azwar, 1999). Pada penelitian yang dilakukan Hamidah (2001) untuk menguji validitas dan reliabilitas IST maka ditemukan bahwa aitem yang dinyatakan valid terdiri dari 131 aitem dari 176 aitem. Aitem yang tidak valid merupakan aitem yang tidak sempat untuk dijawab subjek karena waktu yang terbatas. Keseluruhan aitem dinyatakan aitem memiliki nilai reliabilitas antara 0,463 0,821 dengan taraf signifikansi 0,01. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dinyatakan bahwa tes IST layak untuk mengukur inteligensi. G. Prosedur Eksperimen 1. Tahap persiapan a) Pada tanggal 9 Januari 2009 peneliti mencari informasi tentang jumlah mahasiswa Psikologi angkatan 2005 dan kapasitas kemampuan memori dari bagian akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Peneliti memilih beberapa subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori kategori kurang, rata-rata bawah, rata-rata, rata-rata atas, dan baik. Kemudian peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui apakah mereka mengkonsumi alkohol dalam jumlah yang banyak dan secara konsisten serta tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Setelah terpilih subjek penelitian yang memenuhi karakteristik maka peneliti melakukan informed consent kepada para subjek penelitian. Tahap selanjutnya adalah melakukan randomisasi untuk memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara mengundi. b) Peneliti juga menyeleksi lima buah tayangan humor yang mendapatkan peringkat tinggi dan respon positif dari masyarakat saat ditayangkan, yaitu Prime Time (20 menit) dan Coffee Bean show (20 menit), OKB (15 menit), Office Boy (20 menit), dan Suami-suami takut istri (15 menit). Setelah menyeleksi tayangan humor maka peneliti mengujicobakan tayangan humor tersebut pada tiga orang yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik populasi dan meminta pendapat mereka tentang tayangan yang telah mereka tonton. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan isi cerita, budaya, dan tayangan mana yang paling membangkitkan rasa senang. Selain itu, peneliti juga menggunakan professional judgement untuk menentukan tayangan mana yang paling membangkitkan rasa senang. Berdasarkan hasil uji coba dan pendapat professional judgement maka disimpulkan bahwa Prime Time merupakan tayangan yang paling membangkitkan rasa senang, isi ceritanya mudah untuk dipahami, dan sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. c) Persiapan Alat Ukur Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan alat ukur sebelum penelitian dilaksanakan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes IST dengan subtes ingatan, yaitu ME. Peneliti bekerja sama dengan Unit Pelayanan Psikologi Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan informasi tentang tes ingatan tersebut dan meminta bantuan jasa dalam pelaksanaan tes ingatan. d) Perizinan Pada tanggal 19 Januari 2009 peneliti mengajukan surat permohonan izin riset yaitu pengambilan data di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pada tanggal 13 Februari 2009 peneliti juga meminta izin kepada koordinator Unit Pelayanan Fakultas Psikologi untuk menggunakan ruangan Unit Pelayanan dalam pelaksanaan penelitian. e) Uji Coba Prosedur Penelitian Pada 16 Februari 2009 peneliti melakukan uji coba prosedur penelitian untuk memastikan semua peralatan yang digunakan dalam penelitian dapat berfungsi dengan baik dan menyesuaikan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Pengambilan data dilakukan pada 19 Februari 2009, pukul 12.00 13.10 WIB di ruangan Unit Pelayanan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Peneliti dan pengawas hadir pada pukul 11.30 untuk mempersiapkan ruangan dan alat-alat penelitian. Ruangan memiliki pencahayaan yang cukup, adanya air conditioner (AC) sehingga suhu yang panas tidak menggangu para subjek penelitian, kursi-kursi disusun dalam bentuk tiga baris lima kolom dan tetap memastikan para subjek penelitian dapat menyaksikan tayangan humor dengan jelas. Pada saat menonton tayangan humor, pencahayaan tidak dinyalakan agar tayangan humor dapat semakin jelas terlihat namun pada saat pelaksanaan tes ingatan, pencahayaan kembali dinyalakan. Pada hari pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang tester yang berasal dari Unit Pelayanan Psikologi dan dua orang pengawas. Tugas dari tester dan pengawas adalah: a) Tester bertugas dalam penyajian tes ingatan. b) Pengawas I bertugas untuk mempersiapkan alat-alat penelitian, memasang LCD dan laptop, menyesuaikan volume suara loudspeaker, menyajikan tayangan humor, memberikan instruksi agar para subjek penelitian yang termasuk dalam kelompok eksperimen dapat menikmati tayangan humor, dan membantu tester dalam pelaksanaan tes ingatan. Pengawas II bertugas mengarahkan para subjek penelitian untuk memasuki ruangan, menjaga agar tidak orang yang melewati ruang penelitian namun jika tidak dapat dicegah pengawas berusaha untuk menjaga agar situasi tetap kondusif, dan memberikan reward kepada para subjek penelitian setelah penelitian selesai dilaksanakan. Peneliti bertugas sebagai observer dan memastikan pelaksanaan penelitian terlaksana dengan baik. c) Kelompok eksperimen terlebih dahulu diberikan perlakuan berupa menonton tayangan humor. Setelah kelompok eksperimen selesai menonton tayangan humor maka kemampuan memori mereka segera diukur. Setelah kelompok eksperimen keluar, kelompok kontrol dipersilahkan memasuki ruangan dan kemampuan memori mereka segara diukur. Kondisi ruangan pada saat pemberian tes ingatan dibuat dalam keadaan yang sama pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. d) Setelah penelitian selesai dilaksanakan maka peneliti dan pengawas membereskan semua peralatan dan membersihkan ruangan. 3. Tahap Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data subjek penelitian tentang memori akan menggunakan bantuan program SPSS 14.00 for windows. Penggunaan SPSS berguna untuk memudahkan peneliti dalam pengolahan data. H. Metode Analisis Data 1. Teknik uji Teknik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired samples t-test, karena para subjek yang terdapat dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu dipasangkan sesuai dengan variabel-variabel tertentu yang mereka miliki (dalam Larry, Christensen & Burke, 2004). Pada penelitian ini, subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori yang sama akan dipasangkan. Sebelum analisis data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas dan uji homogenitas. Pengujian asumsi normalitas dan homogenitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.00 for windows. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 (p > 0.05) maka sebaran data normal, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka sebaran data tidak normal. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dari sampel penelitian adalah homogen. Pada penelitian ini, uji homogenitas dengan menggunakan Levene Test. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 (p > 0.05) menunjukkan bahwa sampel bersifat homogen, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka menunjukkan bahwa sampel tidak homogen. 2. Rumusan Hipotesis Statistik Tayangan humor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan memori. 3. Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 95% (a = 0.05). 4. Kriteria Penerimaan Hipotesis Jika nilai signifikansi dari uji t lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka ada pengaruh yang signifikan dari tayangan humor terhadap peningkatan memori. Selain itu, nilai t hitung yang diperoleh harus lebih besar dari nilai t hitung (Seniati dkk., 2005). Jika kedua syarat tersebut telah dipenuhi maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan mengenai gambaran keseluruhan hasil penelitian. Diawali dengan analisis data yang terdiri dari gambaran subjek penelitian dan hasil utama penelitian, setelah analisis data maka dilanjutkan dengan pembahasan mengenai penelitian. A. Analisis Data 1. Gambaran subjek penelitian Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang secara keseluruhan berjumlah 30 orang dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Para subjek penelitian telah memenuhi karakteristik, yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2005, memiliki kapasitas kemampuan memori dalam kategori kurang, rata-rata bawah, rata-rata, rata-rata atas, dan baik, tidak mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dan secara konsisten, serta tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Berikut ini adalah gambaran para subjek penelitian, yaitu: a) Gambaran subjek penelitian berdasarkan kapasitas kemampuan memori yang diperoleh melalui hasil tes inteligensi Setiap individu memiliki kapasitas kemampuan memori yang berbeda dalam menyimpan informasi maka untuk itu peneliti melakukan kontrol terhadap kapasitas kemampuan memori para subjek penelitian. Informasi mengenai kapasitas kemampuan memori para subjek penelitian diperoleh dari bagian akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Kapasitas kemampuan memori tersebut diukur dengan menggunakan tes inteligensi, yaitu WAIS (Weschler Adult Intelligence Scale). Berdasarkan informasi bagian akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara maka diperoleh beberapa kategorisasi kapasitas kemampuan memori, yaitu kurang, rata-rata bawah, rata-rata, rata-rata atas, dan baik. Setelah peneliti memperoleh data tentang kapasitas kemampuan memori para subjek penelitian maka peneliti memasangkan setiap subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori yang sama. Penyebaran subjek penelitian berdasarkan kapasitas kemampuan memori yang diperoleh melalui hasil tes inteligensi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kapasitas Kemampuan Memori yang Diperoleh Melalui Hasil Tes Inteligensi Kapasitas Kemampuan Memori Berdasarkan Hasil Tes Inteligensi Kelompok Total Persentase (%) Kontrol Eksperimen Kurang 2 2 4 13,3 % Rata-rata bawah 3 3 6 20 % Rata-rata 4 4 8 26,6 % Rata-rata atas 4 4 8 26,6 % Baik 2 2 4 13,3 % Total 15 15 30 100 Berdasarkan data pada tabel 4, dapat dilihat bahwa kapasitas kemampuan memori para subjek penelitian dimulai dari kategori kurang sampai dengan kategori baik. Kelompok kontrol dan eksperimen memiliki jumlah subjek penelitian yang sama dalam setiap kategori kapasitas kemampuan memori. Jumlah subjek penelitian yang paling banyak adalah subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori rata-rata dan rata-rata atas, yaitu masing-masing sebanyak 8 orang (26,6 %). Subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori rata-rata bawah berjumlah 6 orang (20 %). Sementara jumlah subjek penelitian yang paling sedikit adalah subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori kurang dan baik, yaitu masing-masing berjumlah 4 orang (13,3 %). b) Gambaran subjek penelitian berdasarkan kategorisasi kemampuan memori yang diperoleh melalui hasil tes ingatan Kemampuan memori para subjek pada penelitian ini diukur dengan menggunakan tes ingatan, yaitu subtes ME (tes IST). Jumlah seluruh soal yang dapat dijawab dengan benar disebut dengan skor mentah, kemudian skor mentah tersebut diubah menjadi skor standar. Setelah diperoleh skor standar maka kemampuan memori para subjek penelitian dapat dimasukkan dalam kategorisasi memori yang telah baku. Tes IST merupakan tes yang sudah baku maka dalam penetapan skor standar dan pengkategorisasian, peneliti menggunakan sumber yang telah terstandarisasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan salah satu Biro Psikologi yang terdapat di Medan. Tabel 5. Norma dalam Pengkategorisasian Memori Kategori = 131 Baik sekali 121 130 Baik 111 120 Rata-rata atas 101 110 Rata-rata 91 100 Rata-rata bawah 81 90 Kurang = 80 Kurang sekali Hasil penyebaran subjek penelitian berdasarkan kategorisasi kemampuan memori dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kategorisasi Kemampuan Memori Kategori Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Total % Jumlah % Jumlah % Baik sekali - - 5 33,3 5 16 Baik 1 6,6 4 26,6 5 16 Rata-rata atas 5 33,3 4 26,6 9 30 Rata-rata 6 40 2 13,3 8 26 Rata-rata bawah - - - - - - Kurang 3 20 - - 3 10 Kurang sekali - - - - - - Total 15 100 15 100 30 100 Berdasarkan pada tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk kategori memori baik sekali, terdapat 5 orang (33,3 %) pada kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat subjek penelitian yang memiliki memori dalam kategori baik sekali. Selanjutnya untuk kategori memori baik, pada kelompok eksperimen terdapat 4 orang (26,6 %) sementara pada kelompok kontrol hanya terdapat 1 orang (6,6 %). Pada kategori memori rata-rata atas, terdapat 4 orang (26,6 %) untuk kelompok eksperimen sementara pada kelompok kontrol terdapat 5 orang (3,3 %). Pada kategori memori rata-rata, terdapat 2 orang (13,3 %) pada kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 6 orang (40 %). Selanjutnya untuk kategori memori kurang, pada kelompok kontrol terdapat 3 orang (20 %) sementara pada kelompok eksperimen tidak terdapat subjek penelitian yang berada pada kategori memori kurang. 2. Hasil utama penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah paired sample t-test karena setiap subjek penelitian terlebih dahulu dipasangkan berdasarkan variabel tertentu yang telah mereka miliki dan dianggap berpengaruh terhadap variabel tergantung (Seniati dkk., 2005). Pada penelitian ini, setiap subjek penelitian yang memiliki kapasitas kemampuan memori yang sama terlebih dahulu dipasangkan. Sebelum hasil utama penelitian dapat dianalisis dengan paired sample t-test maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi penelitian yang mencakup uji normalitas dan uji homogenitas varians. a. Uji asumsi 1. Uji normalitas sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebaran data normal, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Memori Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Kolmogorov-Smirnov 0.700 0.700 Signifikansi (p) 0.707 0.707 Pada penelitian ini, nilai signifikansi uji normalitas untuk kelompok kontrol diperoleh sebesar 0,700. Pada kelompok eksperimen nilai signifikansi uji normalitas diperoleh sebesar 0,700. Nilai signifikansi uji normalitas pada kedua kelompok lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data tes ingatan telah menyebar secara normal. 2. Uji homogenitas varians Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dari sampel penelitian adalah homogen. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka populasi bersifat homogen sementara jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka populasi penelitian bersifat tidak homogen. Pada penelitian ini, uji homogenitas dianalisis dengan menggunakan Levene Test. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Levene Test Statistik Levene df1 df2 Signifikansi 1.849 1 28 .185 Berdasarkan pada tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji homogenitas diperoleh sebesar 0,185. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka hal ini membuktikan bahwa populasi penelitian bersifat homogen. b. Uji analisis data Uji analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah paired sample t-test karena setiap subjek penelitian dipasangkan sesuai dengan kapasitas kemampuan memori mereka masing-masing. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada hasil tes ingatan maka nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kelompok kontrol. Deskripsi nilai rata-rata pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Deskripsi Nilai Rata-Rata Hasil Tes ingatan Kelompok N Mean Standar Deviasi Kelompok kontrol 15 13,86 2,89 Kelompok eksperimen 15 17,86 2,065 Nilai rata-rata hasil tes ingatan pada kelompok eksperimen, yaitu sebesar 17,86 lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kelompok kontrol, yaitu sebesar 13,86. Artinya kemampuan memori pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan memori pada kelompok kontrol. Seniati dkk. (2005) menyatakan bahwa ada beberapa kaidah penerimaan hipotesis yang harus dipenuhi pada suatu penelitian eksperimen, yaitu nilai signifikansi uji t lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel ( t hitung > t tabel). Hasil pengujian signifikansi terhadap hasil tes ingatan pada kedua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 10. Hasil Uji t Variabel T Nilai signifikansi (p) Memori 5,045 0.000 Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada uji t adalah sebesar 0.000, nilai ini lebih kecil dibandingkan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Nilai t pada hasil uji paired samples t-test terhadap memori adalah 5,045. Untuk mengetahui signifikansinya, maka perlu dibandingkan dengan nilai t tabel. Nilai t tabel untuk derajat bebas 14 (df = 15 -1 = 14) dan l.o.s 0,05 adalah 2,145 (Walpole, 1993). Nilai t hitung (5,045) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel (2,145) maka dapat dinyatakan bahwa tayangan humor berpengaruh secara signifikan terhadap peni