PR Dokter Melda
-
Upload
andrean-linata -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
description
Transcript of PR Dokter Melda
1 Sebutkan dan jelaskan penggunaan grafik SKDN pada KMS!
2 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat kader posyandu !
3 Sebutkan dan jelaskan stratifikasi posyandu!
4 Sebutkan dan jelaskan spesifisitas, sensitifitas, dan positive predictive value!
5 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat penyakit yang di skrining!
6 Sebutkan cara-cara penemuan kasus selain active dan passive case finding!
7 Sebutkan penanggulangan fokus dan fogging fokus!
Jawab :
1 SKDN merupakan indicator pokok untuk mengukur keberhasilan kegiatan penimbangan balita
khususnya, dan bahkan untuk mengukur keberhasilan program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
(UPGK) pada umumnya. Arti dari masing-masing indikator tersebut yaitu :
S : Semua balita diwilayah kerja Posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang naik berat badannya.
Indikator-indikator tersebut jika berdiri sendiri-sendiri belum banyak artinya. Masing-masing
indikator baru akan berarti dan mempunyai implikasi apabila dibandingkan dengan indikator-
indikator lain dalam kumpulan indikator SKDN tersebut, diantaranya adalah :
a. Liputan Program (K/S)
Liputan program merupakan suatu indikator mengenai kemampuan program untuk
menjangkau balita yang ada di masing-masing wilayah. Tinggi rendahnya cakupan
program ini dipengaruhi oleh :
- Aktivitas petugas dan kader
- Tersedianya sarana KMS
b. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (D/K)
Merupakan indikator tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita
untuk menimbangkan anaknya secara teratur setiap bulan. Dipengaruhi oleh :
- Aktivitas kader dan motivator
- Penerimaan masyarakat
- Aktivitas petugas
c. Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S)
Indikator ini dapat menunjukkan sampai dimana tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan penimbangan balita.
- Aktivitas kader dan motivator
- Aktivitas petugas
- Penerimaan masyarakat
- Dukungan pamong
d. Hasil Penimbangan (N/D)
Merupakan indikator keadaan gizi balita pada suatu waktu (tertentu) dan wilayah
tertentu dari balita yang ditimbang. Dipengaruhi oleh :
- Aktivitas petugas kesehatan
- Aktivitas petugas sektor lain
- Aktivitas motivator
- Faktor-faktor lain diluar kesehatan
- Penyuluhan oleh petugas dan kader
e. Hasil Pencapaian Program (N/S)
Untuk menunjukkan sampai dimana tingkat hasil pencapaian program UPGK di suatu
wilayah. Dipengaruhi oleh :
- Aktivitas petugas kesehatan
- Aktivitas petugas sektor lain
- Aktivitas motivator
- Faktor-faktor lain diluar kesehatan
- Penyuluhan oleh petugas dan kader
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
D / S Baik/kurangnya peran serta masyarakat.
N / D Berhasil tidaknya Program posyandu
2 Kriteria kader Posyandu :
1) Dapat membaca dan menulis.
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4) Mempunyai waktu yang cukup.
5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
6) Berpenampilan ramah dan simpatik.
7) Diterima masyarakat setempat.
3 Stratifikasi posyandu :
Dikelompokkan menjadi 4 :
Posyandu Pratama (warna merah) :
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum
bias rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Sehingga intervensinya antara lain:
pelatihan kader, penyegaran kader, penambahan jumlah kader.
Posyandu Madya (warna kuning) :
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun,
dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program
utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti,
kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Untuk ini perlu
dilakukan penggerakan masyarakat secara intensif, serta penambahan program yang sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat. Intervensi untuk posyandu madya antara lain:
o Pelatihan toma (tokoh masyarakat) dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang
sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.
o Penggarapan dengan pendekatan PKMD (pembangunan kesehatan masyarakat desa)
antara lain musyawarah masyarakat desa dan survey mawas diri untuk menentukan
masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Posyandu Purnama (Warna hijau) :
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekwensinya lebih dari 8 kali
pertahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya
lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang
masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini antara lain:
o Penggarapan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan masyarakat
menentukan sendiri pengembangan program di posyandu.
o Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat,
dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
Posyandu Mandiri (warna biru) :
Posyandu mandiri berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau
lebih dari 50%KK. Untuk posyandu tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan dana sehat,
yaitu diarahkan agar dana sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.
4 Uji Sensitifitas dan Spesifisitas :
Pengukuran Sensitivitas bertujuan untuk menghitung banyaknya orang yang sungguh-
sungguh dinyatakan terkena penyakit dengan hasil tes positif.
Sensitivitas = (Nilai positif yang sebenarnya) / (Nilai positif yang sebenarnya + Nilai negatif
palsu)
Pengukuran Spesifisitas ditujukan untuk menghitung banyaknya orang yang tidak mengidap
suatu penyakit dengan hasil tes negatif.
Spesifisitas = (Nilai negatif yang sebenarnya) / (Nilai negatif yang sebenarnya + nilai positif
palsu)
Analisis terhadap pengukuran sensitivitas dan spesifisitas biasanya didukung oleh test
laboratorium dan dilengkapi dengan analisis kurva ROC. Kurva ROC bertujuan untuk
menguji performance dari sebuah test dalam suatu rentang nilai tertentu.
Positive Predictive Value (PPV) merupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui
probabilitas seorang pasien benar-benar mengidap suatu penyakit.
PPV = (Nilai positif yang sebenarnya) / (Nilai positif yang sebenarnya + Nilai positif palsu)
Atau PPV = (Prevalence )x (sensitivity ) / (Prevalensi x sensitivitas + (1 – prevalensi) x (1 –
spesifisitas))
5 Syarat penyakit yang di skrining :
Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
Harus ada cara pengobatan yang efektif
Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosa
Diketahui stadium preklinik,simptomatik dini & masa laten
Test harus cocok,hanya mengakibatkan sedidkit ketidaknyamanan ,dpt diterima oleh
masyarakat
Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit : fase laten yang lama
Harus ada kebijakan yang jelas
Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuensi kesehatan
Penemuan penyakit harus terus menerus
Penyakit itu mempunyai akibat yang serius, fatal, morbiditas lama dan mortalitas tinggi.
Penyakit itu harus mempunyai cara pengobatan dan bila digunakan pada kasus yang
ditemukan melalui skrining, efektifitasnya harus lebih tinggi.
6 Cara penemuan kasus :
Active Case Finding
Cara kerja case finding adalah digunakan bila dengan metode sensus dan survei mengalami
kesulitan dan data hanya masalah kesehatan tertentu, pada Active Case Finding hanya
mencari yang dicuriga sakit. Program active case finding adalah cara menjaring penderita
dengan melibatkan peran kader masyarakat yaitu kader Posyandu. Kelebihan dari active case
finding adalah dapat menemukan secara tepat dan cepat penderita disuatu masyarakat yang
enggan berobat.
Pada pencarian kasus aktif, cara kerja yang ditempuh pada dasarnya sama dengan
penyaringan (screening). Bedanya, kelompok masyarakat yang dituju pada case finding ialah
mereka yang dicurigai terkena penyakit.
Pada pencarian kasus aktif ini, petugas kesehatan mendatangi daerah yang terkena wabah
untuk mencari sumber penularan atau kasus baru. Pencarian kasus secara aktif ini ada dua
macam :
1. Backward tracing (telusur kebelakang)
Tujuan utamanya adalah mencari sumber penularan. disini dikumpulkan data tentang orang
– orang yang pernah berhubungan dengan penderita sebelum penderita tersebut jatuh sakit.
Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang reservoir penyakit, masa inkubasi penyakit,
cara penularan penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit serta gejala – gejala khas
penyakit yang sedang mewabah, dapat ditentukan sumber penularan penyakit tersebut.
2. Forward tracing (telusur ke depan)
Tujuan utamanya mencari kasus baru. Disini dikulpulkan data tentang orang – orang yang
pernah berhubungan dengan penderita setelah penderita tersebut terserang penyakit.
Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang masa inkubasi penyakit, cara penularan
penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit serta gejala – gejala khas penyakit yang
sedang mewabah, dapat ditemukan kasus – kasus baru penyakit tersebut.
Pasive Case Finding
Pada pencarian kasus yang pasif, pengumpulan data tentang masalah kesehatan tidak
dilakukan secara aktif, melainkan hanya menunggu penderita yang dating berobat kesatu
fasilitas kesehatan saja. Pencarian data hanya mengandalkan laporan yang ada.
Contoh : Penjaringan tersangka TB paru dilaksanakan hanya pada penderita yang berkunjung
ke unit pelayanan kesehatan terutama Puskesmas sehingga penderita yang tidak datang
masih menjadi sumber penularan yang potensial.
7 Penanggulangan fokus dan fogging fokus :
Penanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk DBD dengan cara pengasapan
atau fogging. Pengasapan atau fogging tersebut dilaksanakan 2 (dua) putaran dengan interval
waktu 1 (satu) minggu dalam radius 100 (seratus) meter. Pengasapan atau fogging tersebut
wajib dilaksanakan oleh Puskesmas pada setiap Penyelidikan Epidemiologi positif paling lama
3 X 24 jam (tiga kali dua puluh empat jam). Selain Puskesmas, pengasapan atau fogging dapat
dilakukan oleh Masyarakat dengan tenaga terlatih dibawah pengawasan Puskesmas.
Masyarakat wajib membantu kelancaran pelaksanaan pengasapan dirumah dan lingkungan
masing-masing.
Sasaran target fogging fokus dihitung berdasarkan jumlah fokus yang akan ditanggulangi (1
fokus = 300 rumah). Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota