PR Dokter Melda

9
1 Sebutkan dan jelaskan penggunaan grafik SKDN pada KMS! 2 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat kader posyandu ! 3 Sebutkan dan jelaskan stratifikasi posyandu! 4 Sebutkan dan jelaskan spesifisitas, sensitifitas, dan positive predictive value! 5 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat penyakit yang di skrining! 6 Sebutkan cara-cara penemuan kasus selain active dan passive case finding! 7 Sebutkan penanggulangan fokus dan fogging fokus! Jawab : 1 SKDN merupakan indicator pokok untuk mengukur keberhasilan kegiatan penimbangan balita khususnya, dan bahkan untuk mengukur keberhasilan program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) pada umumnya. Arti dari masing-masing indikator tersebut yaitu : S : Semua balita diwilayah kerja Posyandu. K : Semua balita yang memiliki KMS. D : Balita yang ditimbang. N : Balita yang naik berat badannya. Indikator-indikator tersebut jika berdiri sendiri-sendiri belum banyak artinya. Masing-masing indikator baru akan berarti dan mempunyai implikasi apabila dibandingkan dengan indikator- indikator lain dalam kumpulan indikator SKDN tersebut, diantaranya adalah : a. Liputan Program (K/S) Liputan program merupakan suatu indikator mengenai kemampuan program untuk menjangkau balita yang ada di masing-masing wilayah. Tinggi rendahnya cakupan program ini dipengaruhi oleh : - Aktivitas petugas dan kader - Tersedianya sarana KMS

description

PR Ujian

Transcript of PR Dokter Melda

Page 1: PR Dokter Melda

1 Sebutkan dan jelaskan penggunaan grafik SKDN pada KMS!

2 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat kader posyandu !

3 Sebutkan dan jelaskan stratifikasi posyandu!

4 Sebutkan dan jelaskan spesifisitas, sensitifitas, dan positive predictive value!

5 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat penyakit yang di skrining!

6 Sebutkan cara-cara penemuan kasus selain active dan passive case finding!

7 Sebutkan penanggulangan fokus dan fogging fokus!

Jawab :

1 SKDN merupakan indicator pokok untuk mengukur keberhasilan kegiatan penimbangan balita

khususnya, dan bahkan untuk mengukur keberhasilan program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

(UPGK) pada umumnya. Arti dari masing-masing indikator tersebut yaitu :

S : Semua balita diwilayah kerja Posyandu.

K : Semua balita yang memiliki KMS.

D : Balita yang ditimbang.

N : Balita yang naik berat badannya.

Indikator-indikator tersebut jika berdiri sendiri-sendiri belum banyak artinya. Masing-masing

indikator baru akan berarti dan mempunyai implikasi apabila dibandingkan dengan indikator-

indikator lain dalam kumpulan indikator SKDN tersebut, diantaranya adalah :

a. Liputan Program (K/S)

Liputan program merupakan suatu indikator mengenai kemampuan program untuk

menjangkau balita yang ada di masing-masing wilayah. Tinggi rendahnya cakupan

program ini dipengaruhi oleh :

- Aktivitas petugas dan kader

- Tersedianya sarana KMS

b. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (D/K)

Merupakan indikator tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita

untuk menimbangkan anaknya secara teratur setiap bulan. Dipengaruhi oleh :

- Aktivitas kader dan motivator

- Penerimaan masyarakat

- Aktivitas petugas

Page 2: PR Dokter Melda

c. Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S)

Indikator ini dapat menunjukkan sampai dimana tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan penimbangan balita.

- Aktivitas kader dan motivator

- Aktivitas petugas

- Penerimaan masyarakat

- Dukungan pamong

d. Hasil Penimbangan (N/D)

Merupakan indikator keadaan gizi balita pada suatu waktu (tertentu) dan wilayah

tertentu dari balita yang ditimbang. Dipengaruhi oleh :

- Aktivitas petugas kesehatan

- Aktivitas petugas sektor lain

- Aktivitas motivator

- Faktor-faktor lain diluar kesehatan

- Penyuluhan oleh petugas dan kader

e. Hasil Pencapaian Program (N/S)

Untuk menunjukkan sampai dimana tingkat hasil pencapaian program UPGK di suatu

wilayah. Dipengaruhi oleh :

- Aktivitas petugas kesehatan

- Aktivitas petugas sektor lain

- Aktivitas motivator

- Faktor-faktor lain diluar kesehatan

- Penyuluhan oleh petugas dan kader

Keberhasilan Posyandu berdasarkan :

D / S Baik/kurangnya peran serta masyarakat.

N / D Berhasil tidaknya Program posyandu

Page 3: PR Dokter Melda

2 Kriteria kader Posyandu :

1) Dapat membaca dan menulis.

2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.

3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.

4) Mempunyai waktu yang cukup.

5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.

6) Berpenampilan ramah dan simpatik.

7) Diterima masyarakat setempat.

3 Stratifikasi posyandu :

Dikelompokkan menjadi 4 :

Posyandu Pratama (warna merah) :

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum

bias rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Sehingga intervensinya antara lain:

pelatihan kader, penyegaran kader, penambahan jumlah kader.

Posyandu Madya (warna kuning) :

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun,

dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program

utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti,

kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Untuk ini perlu

dilakukan penggerakan masyarakat secara intensif, serta penambahan program yang sesuai

dengan situasi dan kondisi setempat. Intervensi untuk posyandu madya antara lain:

o Pelatihan toma (tokoh masyarakat) dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang

sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.

o Penggarapan dengan pendekatan PKMD (pembangunan kesehatan masyarakat desa)

antara lain musyawarah masyarakat desa dan survey mawas diri untuk menentukan

masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan

yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Page 4: PR Dokter Melda

Posyandu Purnama (Warna hijau) :

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekwensinya lebih dari 8 kali

pertahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya

lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang

masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini antara lain:

o Penggarapan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan masyarakat

menentukan sendiri pengembangan program di posyandu.

o Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat,

dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

Posyandu Mandiri (warna biru) :

Posyandu mandiri berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5

program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau

lebih dari 50%KK. Untuk posyandu tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan dana sehat,

yaitu diarahkan agar dana sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.

4 Uji Sensitifitas dan Spesifisitas :

Pengukuran Sensitivitas bertujuan untuk menghitung banyaknya orang  yang sungguh-

sungguh dinyatakan terkena penyakit dengan hasil tes positif.

Sensitivitas =  (Nilai positif yang sebenarnya) / (Nilai positif yang sebenarnya + Nilai negatif

palsu)

Pengukuran Spesifisitas ditujukan untuk menghitung banyaknya orang yang tidak mengidap

suatu penyakit dengan hasil tes negatif.

Spesifisitas =  (Nilai negatif yang sebenarnya) / (Nilai negatif yang sebenarnya + nilai positif

palsu)

Analisis terhadap pengukuran sensitivitas dan spesifisitas biasanya didukung oleh test

laboratorium dan dilengkapi dengan analisis kurva ROC. Kurva ROC bertujuan untuk

menguji performance dari sebuah test dalam suatu rentang nilai tertentu.

Positive Predictive Value (PPV) merupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui

probabilitas seorang pasien benar-benar mengidap suatu penyakit.

PPV = (Nilai positif yang sebenarnya) / (Nilai positif yang sebenarnya + Nilai positif palsu)

Atau PPV = (Prevalence )x (sensitivity ) / (Prevalensi x sensitivitas + (1 – prevalensi) x (1 –

spesifisitas))

Page 5: PR Dokter Melda

5 Syarat penyakit yang di skrining :

Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

Harus ada cara pengobatan yang efektif

Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosa

Diketahui stadium preklinik,simptomatik dini & masa laten

Test harus cocok,hanya mengakibatkan sedidkit ketidaknyamanan ,dpt diterima oleh

masyarakat

Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit : fase laten yang lama

Harus ada kebijakan yang jelas

Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuensi kesehatan

Penemuan penyakit harus terus menerus

Penyakit itu mempunyai akibat yang serius, fatal, morbiditas lama dan mortalitas tinggi.

Penyakit itu harus mempunyai cara pengobatan dan bila digunakan pada kasus yang

ditemukan melalui skrining, efektifitasnya harus lebih tinggi.

6 Cara penemuan kasus :

Active Case Finding

Cara kerja case finding adalah digunakan bila dengan metode sensus dan survei mengalami

kesulitan dan data hanya masalah kesehatan tertentu, pada Active Case Finding hanya

mencari yang dicuriga sakit. Program active case finding adalah cara menjaring penderita

dengan melibatkan peran kader masyarakat yaitu kader Posyandu. Kelebihan dari active case

finding adalah dapat menemukan secara tepat dan cepat penderita disuatu masyarakat yang

enggan berobat.

Pada pencarian kasus aktif, cara kerja yang ditempuh pada dasarnya sama dengan

penyaringan (screening). Bedanya, kelompok masyarakat yang dituju pada case finding ialah

mereka yang dicurigai terkena penyakit.

Pada pencarian kasus aktif ini, petugas kesehatan mendatangi daerah yang terkena wabah

untuk mencari sumber penularan atau kasus baru. Pencarian kasus secara aktif ini ada dua

macam :

Page 6: PR Dokter Melda

1. Backward tracing (telusur kebelakang)

Tujuan utamanya adalah mencari sumber penularan. disini dikumpulkan data tentang orang

– orang yang pernah berhubungan dengan penderita sebelum penderita tersebut jatuh sakit.

Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang reservoir penyakit, masa inkubasi penyakit,

cara penularan penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit serta gejala – gejala khas

penyakit yang sedang mewabah, dapat ditentukan sumber penularan penyakit tersebut.

2. Forward tracing (telusur ke depan)

Tujuan utamanya mencari kasus baru. Disini dikulpulkan data tentang orang – orang yang

pernah berhubungan dengan penderita setelah penderita tersebut terserang penyakit.

Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang masa inkubasi penyakit, cara penularan

penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit serta gejala – gejala khas penyakit yang

sedang mewabah, dapat ditemukan kasus – kasus baru penyakit tersebut.

Pasive Case Finding

Pada pencarian kasus yang pasif, pengumpulan data tentang masalah kesehatan tidak

dilakukan secara aktif, melainkan hanya menunggu penderita yang dating berobat kesatu

fasilitas kesehatan saja. Pencarian data hanya mengandalkan laporan yang ada.

Contoh : Penjaringan tersangka TB paru dilaksanakan hanya pada penderita yang berkunjung

ke unit pelayanan kesehatan terutama Puskesmas sehingga penderita yang tidak datang

masih menjadi sumber penularan yang potensial.

7 Penanggulangan fokus dan fogging fokus :

Penanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk DBD dengan cara pengasapan

atau fogging. Pengasapan atau fogging tersebut dilaksanakan 2 (dua) putaran dengan interval

waktu 1 (satu) minggu dalam radius 100 (seratus) meter. Pengasapan atau fogging tersebut

wajib dilaksanakan oleh Puskesmas pada setiap Penyelidikan Epidemiologi positif paling lama

3 X 24 jam (tiga kali dua puluh empat jam). Selain Puskesmas, pengasapan atau fogging dapat

dilakukan oleh Masyarakat dengan tenaga terlatih dibawah pengawasan Puskesmas.

Masyarakat wajib membantu kelancaran pelaksanaan pengasapan dirumah dan lingkungan

masing-masing.

Sasaran target fogging fokus dihitung berdasarkan jumlah fokus yang akan ditanggulangi (1

fokus = 300 rumah). Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama

dengan dinas kesehatan kabupaten/kota