PR Kelompok

download PR Kelompok

of 27

description

PR stase THT

Transcript of PR Kelompok

1. AbsesDEFINISIAbses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003)

ETIOLOGIMenurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara: a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak sterilb) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lainc) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksib) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurangc) Terdapat gangguan sistem kekebalanBakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

KLASIFIKASI Abses GinjalAbses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah. Abses PerimandibularBila abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan, maka akan timbul bengkak-bengkak yang keras, di mana nanah akan sukar menembus otot untuk keluar, sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut harus dibantu dengan operasi pembukaan abses. Abses Rahang gigiRadang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung akar gigi atau geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau di bawah selaput lendir mulut (submucosal) atau ke bawah kulit (sub-cutaneus). Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan gusi atau kulit mulut (fistel). Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut gigi yang menjadi sumber penyakitnya atau perawatan akar dari gigi tersebut. Abses Sumsum RahangBila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum tulang akan terkena radang (osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat mati dan kontradiksi dengan tubuh. Dalam hal ini nanah akan keluar dari beberapa tempat (multiple fitsel). Abses dingin (cold abcess)Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada penderita tuberkulosis tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat perkijuan yang luas. Abses hatiAbses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba histolytica), yang sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak berisi nanah, melainkan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba. Jenis abses ini dapat dikenali dengan ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari jaringan. Abses (Lat. abscessus)Rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan di bagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul. PATOFISIOLOGIJika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama, 2001)

MANIFESTASI KLINISAbses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:a) Nyerib) Nyeri tekanc) Teraba hangatd) Pembengakakane) Kemerahanf) Demam Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKTemuan yang umum peradangan-panas, kemerahan, bengkak, dan nyeri-mudah mengidentifikasi abses dangkal. Abses di tempat lain mungkin hanya memproduksi gejala umum seperti demam dan ketidaknyamanan. Jika seseorang gejala dan hasil pemeriksaan fisik tidak membantu, dokter mungkin harus resor untuk baterai tes untuk menemukan lokasi abses. Biasanya sesuatu dalam mengarahkan evaluasi awal pencarian. Baru atau penyakit kronis di organ mungkin menunjukkan lokasi abses. Disfungsi organ atau sistem, misalnya kejang atau berubah fungsi usus, dapat memberikan petunjuk. Rasa sakit dan nyeri pada pemeriksaan fisik adalah temuan umum. Kadang-kadang abses yang mendalam akan makan saluran kecil (sinus) ke permukaan dan mulai bocor nanah. Sebuah abses steril hanya dapat menyebabkan benjolan yang menyakitkan jauh di pantat di mana tembakan itu diberikan.

KOMPLIKASIKomplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)

PENATALAKSANAAN MEDISMenurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah dan debridement.Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah.

2. AlergenAlergen adalah senyawa yang dapat menginduksi imunoglobulin E (IgE) melalui paparan berupa inhalasi (dihirup), ingesti (proses menelan), kontak, ataupun injeksi. Respon tubuh terhadap suatu alergen terjadi melalui proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat inang, lingkungan, dan sifat fisik dari alergen. Sebagian besar alergen merupakan protein yang dapat merangsang respon imun tubuh melalui reaksi enzimatik atau aktivasi reseptor pada sel epitelium mukosa secara langsung. Beberapa contoh antigen spesifik adalah: AeroalergenProtein atau glikoprotein yang tersebar di udara dan bersumber dari berbagai macam sumber, seperti spora kapang, serbuk sari tumbuhan, bulu hewan, dan kotoran tungau serta kecoa. Alergen makananBeberapa contoh makanan yang biasanya menimbulkan alergi pada anak-anak adalah telur, susu, kedelai, gandum, dan kacang. Alergen lateksAlergi yang disebabkan oleh karet lateks sering ditemukan pada pekerja industri karet, petugas kesehatan, dan orang yang menjalani operasi di saat bayi. Alergen farmasiContohnya penisilin dan sefalosporin. Alergen bisa serangga

3. EsofagusEsofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan hipofaring dengan lambung. Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar 2 cm (pada keadaan yang paling lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah kartilago krikoidea kira-kira setinggi vertebra servikal VI. Dari batas tadi, esofagus terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pars cervical, pars thoracal dan pars abdominal. Esofagus kemudian akan berakhir di orifisium kardia gaster setinggi vertebra thoracal XI. Terdapat empat penyempitan fisiologis pada esofagus yaitu, penyempitan sfingter krikofaringeal, penyempitan pada persilangan aorta (arkus aorta), penyempitan pada persilangan bronkus kiri, dan penyempitan diafragma (hiatus esofagus).Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan yaitu: mukosa yang merupakan epitel skuamosa, submukosa yang terbuat dari jaringan fibrosa elastis dan merupakan lapisan yang terkuat dari dinding esofagus, otot-otot esofagus yang terdiri dari otot sirkuler bagian dalam dan longitudinal bagian luar dimana 2/3 bagian atas dari esofagus merupakan otot skelet dan 1/3 bagian bawahnya merupakan otot polos.Pada bagian leher, esofagus menerima darah dari a. karotis interna dan trunkus tyroservikal. Pada bagian mediastinum, esofagus disuplai oleh a. esofagus dan cabang dari a. bronkial. Setelah masuk ke dalam hiatus esofagus, esofagus menerima darah dari a. phrenicus inferior, dan bagian yang berdekatan dengan gaster di suplai oleh a. gastrica sinistra. Darah dari kapiler-kapiler esofagus akan berkumpul pada v. esofagus, v. thyroid inferior, v. azygos, dan v. gastrica.Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus esofagus atau yang biasa disebut pleksus mienterik Auerbach yang terletak di antara otot longitudinal dan otot sirkular sepanjang esofagus. Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian paling atas adalah upper esophageal sphincter (sfingter esofagus atas), suatu cincin otot yang membentuk bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter ini selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam tenggorokan. Bagian utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu saluran otot yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus yaitu lower esophageal sphincter (sfingter esophagus bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara esofagus dan lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk mencegah makanan dan asam lambung untuk kembali naik/regurgitasi ke dalam badan esofagus. Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esofagus. Kemudian, otot dari esofagus bagian atas yang terletak di bawah sfingter berkontraksi, menekan makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus. Kontraksi yang disebut gerakan peristaltik ini akan membawa makanan dan saliva untuk turun ke dalam lambung. Pada saat gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka akan membuka dan makanan masuk ke dalam lambung.

Esofagus berfungsi membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke gaster melalui suatu proses menelan, dimana akan terjadi pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri dari tiga fase yaitu :a) Fase oral, makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak pada dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring terangkat.b) Fase pharingeal, terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan laring bergerak ke atas oleh karena kontraksi m. Stilofaringeus, m. Salfingofaring, m. Thyroid dan m. Palatofaring, aditus laring tertutup oleh epiglotis dan sfingter laring.c) Fase oesophageal, fase menelan (involuntary) perpindahan bolus makanan ke distal oleh karena relaksasi m. Krikofaring, di akhir fase sfingter esofagus bawah terbuka dan tertutup kembali saat makanan sudah lewat.

4. Suturing Material Seide/ silkTerbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat. Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah luar maka benang harus dibuka kembali.Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5 nol merupakan ukuran paling kecil untuk bag bedah) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran paling besar). Yang paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor satu. Semakin besar banyak nol nya semakin kecil benangnya.Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (terutama arteri besar), sebagai teugel (kendali).Benang harus steril, sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman (fokus infeksi), sebeb kuman terlindung di dalam jahitan benang, sedang benangnya sendiri tidak dapat diserap tubuh.

Plain catgutAsal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan.Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol yang merupakan ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (merupakn ukuran yang terbesar). Sering digunakan nomor 000 (3 nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan nomor 2.Kegunaannya adalah untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama untuk daerah longgar (perut,wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil.Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut tidak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga tidak dapat digunakan.

Chromic catgutBerbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya krom ini, maka benang akn menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannnya lebih lama, yaitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3.Penggunaannya pada penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu sepuluh hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.

Nilon. (Dafilon,monosof,dermalonEthilon)Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon, leboh kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak menimbilkan iritasi pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.Warnanya biru hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunanan pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedah mata.

EthibondMerupakan benang sintetis (terbuat dari polytetra methylene adipate). Tersedia dalam kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minumum, tidak diserap, dan warnanya hijau dan putih. Ukurannya dari 7 nol sampai nomor 2. Penggunaannya pada bedah kardiovaskular dan urologi.

Vitalene/Prolene/surgilenMerupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat dan lembut, tidak diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah plastik, cocok pula untuk menjahit kulit. POLI GLICOLIC ACID SEPERTI POLISORB,Dexon,VicrylMerupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selam tiga minggu, dalam otot bertahan selam 3 bulan. Benang ini sangat lembut dan warnanya ungu.Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, orthopedi, urologi dan bedah plastik. SupramidMerupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Berdsifat kuat, lembut fleksibel, reaksi tubu minimum dan tidak diserap. Warnanya hitam putih. Digunakan untuk menjahit kutis dan subkutis. Linen (catoon)Dibuat dengan serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut, cukup kuat dan mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum, berwarna putih.Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan untuk menjahit usus dan kulit, terutama kulit wajah. Steel wireMerupakan benang logam yang terbuat dari polifilamen baja tahn karat. Sangat kuat, tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul. Warna putih metalik. Terdapat dalam kemasan atraumatis dan kemasan biasa. Ukurannya dari 6 nol hingga nomor 2. Untuk menjahit tendon.

5. Kelenjar ParotisAnatomi Kelenjar ParotisKelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Masing-masing beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustik eksternus diantara mandibula dan otot sternokleidomastoideus.Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50% berbentuk segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar parotis berbentuk seperti piramida terbalik dengan permukaan-permukaannya sebagai berikut: permukaan superior yang kecil, superficial, anteromedial, dan posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior berhubungan dengan bagian tulang rawan dari meatus akustik eksternus dan bagian posterior dari sendi temporomandibular. Disini saraf auriculotemporal mempersarafi kelenjar parotis. Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang mengandung cabang fasial dari saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis superficial, dan batas bawah dari platisma.Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter. Bagian posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoid, dan tepi anterior muskulus stemokleidomastoideus. Bagian dalam yang merupakan lobus medial meluas ke rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis. Di bagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial ptetygoideus. Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus dan nervus fasialis.Pendarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis. Nodul kelenjar lime ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otik. Serabut postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal.Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensens duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2; lokasi biasanya ditandai oleh papilla kecil.

6. OSNA2.1.1 Kongenital

a. Atresia koana2Atresia koana adalah tertutupnya satu atau kedua posterior kavum nasi oleh membran abnormal atau tulang. Hal ini terjadi akibat kegagalan embriologik dari membran bukonasal untuk membelah sebelum kelahiran. Gejala yang paling khas pada atresia koana adalah tidak adanya atau tidak adekuatnya jalan napas hidung. Pada bayi baru lahir yang hanya bisa bernapas melalui hidung, kondisi ini merupakan keadaan gawat darurat dan perlu pertolongan yang cepat pada jalan napas atas untuk menyelamatkan hidupnya. Obstruksi koana unilateral kadang-kadang tidak menimbulkan gejala pada saat lahir tapi kemudian akan menyebabkan gangguan drainase nasal kronis unilateral pada masa anak-anak sedangkan atresia koana bilateral menyebabkan keadaan darurat pada saat kelahiran.

Gambar 4. Atresia koana Gambar 5. Atresia koana endoskopiAtresia koana bilateral memerlukan tindakan yang darurat bertujuan untuk menjamin jalan napas, karena dapat menyebabkan asfiksia berat dan kematian setelah kelahiran. Kelainan penyerta yaitu adanya meningosil sehingga operasi ini dilakukan bersama bagian Bedah Saraf. Tindakan yang dilakukan adalah koanoplasti dan pemasangan stent menggunakan pipa nasogastrik ukuran 12.

b. Stenosis subglotik3Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat penyempitan. Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotik ialah : 1. Penebalan jaringan submukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis. 2. Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil. 3. Bentuk tulang rawan normal dengan ukuran lebih kecil4. Pergeseran cincin trakea pertama kearah atas belakang ke dalam lumen krikoid.

Gejala stenosis subglotik ialah stridor, dispneu, retraksi di suprasternal, epigastrium, interkostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosis dan apnea sebagai akibat sumbatan jalan, sehingga mungkin juga terjadi gagal pernafasan (respiratory distress). Terapi tergantung kelainan yang menyebabkannya.

Gambar 6. Stenosis subglotik

Pada umumnya terapi stenosis subglotik yang disebabkan oleh kelainan submukosa ialah dilatasi atau dengan laser CO2. Stenosis subglotik yang disebabkan oleh kelainan bentuk tulang rawan krikoid dilakukan terapi pembedahan dengan melakukan rekontruksi.

c. Laringomalasia3Pada stadium awal ditemukan epiglotis lemah, sehingga pada waktu inspirasi epiglotis tertarik ke bawah dan menutup rima glotis. Dengan demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi (stridor). Stridor merupakan gejala awal, dapat menetap dan mungkin hilang timbul, ini disebabkan lemahnya rangka laring. Gambar 7. Laringomalasia

Tanda sumbatan jalan nafas dapat dilihat dengan adanya cekungan (retraksi) di daerah supra sterna, epigastrium, interkostal dan supraklavikular. Bila sumbatan ini makin hebat, dilakukan intubasi endotrakea.

2.1.2 Radang Epiglotits akutEpiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah supraglotis dari orofaring, meliputi epiglotis, valekula, aritenoid, dan lipatan ariepiglotika.4 Epiglotitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, bakteri paling sering ditemukan adalah Haemophilus influenza. Epiglotitis akut paling sering terjadi pada anak-anak berusia 2-4 tahun namun akhir-akhir ini dilaporkan bahwa prevalensi dan insidennya meningkat pada orang dewasa. 5 Onset dari gejala epiglotitis akut biasanya terjadi tiba-tiba dan berkembang secara cepat. Pada pasien anak-anak, gejala yang sering ditemui adalah sesak napas dan stridor yang didahului oleh demam, sedangkan pada pasien dewasa gejala yang terjadi lebih ringan, dan yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri saat menelan.4 Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat perjalanan penyakit dan tanda serta gejala klinis yang ditemui, dan dari foto rontgen lateral leher yang memperlihatkan edema epiglotis (thumb sign)dan dilatasi dari hipofaring. 6 Penatalaksanaan pada pasien dengan epiglotitis diarahkan kepada mengurangi obstruksi saluran napas dan menjaganya agar tetap terbuka serta mengeradikasi agen penyebab.4 Dapat dilakukan intubasi jika telah terjadi obstruksi, dengan ekstubasi setelah 48-72 jam, serta pemberian antibiotika yang adekuat.

2.1.3 Trauma7a. Fraktur tulang mandibulaFraktur ini paling sering terjadi. Fraktur mandibula ini sangat penting dihubungkan dengan adanya otot yang bekerja dan berregio atau berisersio pada mandibula yaitu otot elevator, otot depressor, dan otot protusor. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat kerusakan rahang bawah dengan gejala berikut : Pembengkakan, ekimosis atau laserasi pada kulit Nyeri Anastesi pada satu bibir bawah, gusi, Maloklusi Gangguan morbilitas atau krepitasi Malfungsi berupa trismus, rasa nyeri waktu mengunyahPenanggulangan fraktur madibula tergantung pada lokasi fraktur, luasnya fraktur, dan keluhan yang diderita. Lokasi fraktur ditentukan oleh pemeriksaan radiografi.

b. Paralisis laring Paralisis n. laringeus superiorCabang ekstern n. laringeus superior mensarafi m. krikotiroid yang menegangkan pikta suara.cabang internnya mengurus mukosa laring. Paralisis n. laringeus superior di proksimal percabangannya menjadi cabang ekstern dan intern menyebabkan penderita tersedak bila minum akibat anastesi mukosa sebab tidak merasa minuman turun. Terjadi juga perubahn nada dan resonansi suara bila penderita bicara keras atau menyanyi terlalu lama karena tegangan pita suara terganggu. Gerakan abduksi dan adduksi pita suara tidak terganggu. Paralisis n. laringeus rekurensN.laringeus rekurens atau n. laringeus inferior melayani m.abduktor dan m.adduktor pita suara. Paralisis n. laringeus inferior mengakibatkan suara mendesau. Gejala ini dapat menghilang dalam beberapa minggu bila terjadi kompensasi oleh otot aduktor kontralateral sehingga pita suara yang sehat bergerak melewati garis tengah sehingga bertemu dengan pita suara yang lumpuh.Paralisis bilateral n. laringeus rekurens menyebabkan sesak nafas karena celah suara sempit karena kedua pita suara tidak dapat abduksi pada inspirasi, sehingga menetap pada posisi paramedian. Oleh karena itu, penderita terpaksa istirahat dan menghindari keadaan yang memerlukan lebih banyak zat asam seperti kerja, gerakan berlebihan, takut dan demam.

Menelan bahan kaustikLarutan asam kuat seperti asam sulfat, nitrat dan hidroklorid atau basa kuat seperti soda kaustik, potassium kaustik dan amonium bila tertelan dapat mengakibatkan terbakarnya mukosa saluran cerna. Pada penderita yang tidak sengaja minum bahan tersebut, kemungkinan besar luka bakar hanya pada mulut dan faring, karena bahan tersebut tidak ditelan dan hanya sedikit saja masuk ke dalam lambung. Pada mereka yang mencoba bunuh diri akan terjadi luka bakar yang luas pada esofagus bagian tengah dan distal karena larutan tersebut berada agak lama sebelum memasuki kardiak lambung. Diagnostik berdasarkan riwayat menelan zat kaustik dan adanya luka bakar di sekitar dan dalam mulut. c. Trauma trakeaTrauma tumpul tidak menimbulkan gejala atau tanda, tetapi dapat juga mengakibatkan kelainan lebih hebat berupa sesak nafas karena penekanan jalan nafas atau aspirasi darah atau emfisema kutis bila trakea robek. Trauma tumpul trakea jarang memerlukan tindakan bedah. Penderita diobservasi. Bila terjadi obstruksi jalan nafas dikerjakan trakeostomi. Pada trauma tajam yang menyebabkan robekan trakea, dilakukan trakeotomi di distal robekan, dan dijahit.

d. Trauma intubasiPemasangan pipa endotrakea yang lama dapat menimbulkan udema laring dan trakea. Gejalanya suara penderita terdengar parau, dan adanya kesulitan menelan, gangguan aktivitas laring, dan beberapa derajat obstruksi pernafasan. Pengobatan yang diberikan kortikosteroid. Bila obstruksi nafas terlalu hebat, dilakukan trakeostomi.

2.1.4 Tumor3a. Hemangioma3

Hemangioma biasanya timbul di daerah subglotik. Sering pula disertai dengan hemangioma di tempat lain, seperti di leher.

Gambar 8. Hemangioma

Gejalanya ialah terdapat hemoptisis dan bila tumor itu besar, terdapat juga sumbatan laring. Terapinya ialah dengan bedah laser, kortikosteroid atau dengan obat-obat skleroting.

Gambar 9. Hemangioma

b. Papiloma laring3Tumor ini digolongkan dalam 2 jenis :1. Papiloma laring juvenile, ditemukan pada anak, biasanya berbentuk multiple dan mengalami regresi saat dewasa2. Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi dan merupakan prekanker.Gejala utama adalah suara parau. Kadang-kadang terdapat pula betuk. Apabila papiloma telah menutup rima glottis maka timbul sesak nafas dengan stridor. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan laring langsung, biopsy serta pemeriksaan patologi-anatomik.

Gambar 10. Papiloma laringTerapi : Ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau juga dengan sinar laser. Karena sering tumbuh lagi, tindakan ini diulang berkali-kali. Kadang dalam seminggu tampak papiloma tumbuh lagi. Sekarang tersangka penyababnya ialah virus, untuk terapinya diberikan vaksin dari massa tumor, obat anti virus, hormone, kalsium atau ID methionin.Tidak dianjurkan memberikan radioterapi karena papiloma dapat berubah menjadi ganas.

b. Tumor ganas laring3Penyebabnya belum diketahui pasti. dikatakan para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

Gambar 11. Tumor ganas laringDiagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi antomi dari bahan biopsy laring dan bajah pada KGB leher. Ada 3 cara yang lazim digunakan yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatik atau kombinasi. Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau parsial tergantung lokasi dan penjalaran. Pemakaian sitostatik belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian sitostatik tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping harga obat yang mahal, sehingga tidak terjangkau oleh pasien.

2.1.5 Benda Asing Saluran Nafas Atas3 Benda asing di hidung Benda asing di hidung sering terjadi pada anak, dan pada anak sering luput dari perhatian, gejala yang sering ditimbul yaitu hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau, kadang kadang demam, nyeri, epitaksisi dan bersin. Hasil pemeriksaan tampak edem dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengeit diturunkan sedikit dan ditarik ke depan, dengan cara ini menda asing ikut terbawa keluar. Dapat pula menggunakan cunam Nortman atau wire loop. Pemberian antibiotic sistemik selama 5 7 hari hanya jika kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi. Benda asing di orofaring dan hipofaring3Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara lain di tonsil, dasar lidah, valekula dan sinus piriformis yang akan menimbulkan rasa nyeri menelan (odinofagia), baik saat makan maupun meludah, terutama benda asing tajam seperti tulang ikan dan tulang ayam. Pemeriksaan di dasar lidah, valekula dan sinus piriformis diperlukan kaca tenggorokan yang besar (no 8 10). Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jakcson (Jacksons Sign) yaitu terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut. Bila benda asing menyumbat intoitus esophagus, maka tampak ludah tergenang di kedua sinus piriformis. Benda asing di tonsil dapat diambil dengan memakai pinset atau cunam. Biasanya yang tersangkut di tonsil ialah benda tajam, seperti tulang ikan, jarum, atau kail. Benda asing di dasar lidah, dapat dilihat dengan kaca tenggorokan yang besar. Pasien diminta menarik lidah sendiri dan pemeriksaan memegang kaca tenggorokan dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang cunam untuk mengambil benda tersebut. Bila pasien sangat perasa sehingga menyulitkan tindakan, maka sebelumnya dapat disemprotkan obat pelali (anestetikum), seperti xylocain atau pantocain. Tindakan pada benda asing di valekula dan sinus piriformis kadang kadang untuk mengeluarkannya dilakukan dengan cara laringoskopi langsung.

Gambar 12. Laringoskopi Benda asing di laring3Benda asing pada laring bisa bersifat total atau subtotal. Jika benda asing dilaring menutupi secara total merupakan kegawatan dan akan menimbulkan gejala berupa disfonia sampai afonia, apne dan sianosis. Pertolongan pertama harus segera dilakukan karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hany abeberapa menit. Tehnik yang dilakukan berupa Heimlich (Heimlich manueuver). Menurut teori Heimlich , benda asing masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi, dengan demikian paru penuh oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu maka sumbatan akan terlempar keluar.

Gambar 13. Perasat HeimlichSumbatan tidak total dilaring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang di sertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari benda asing (pasien akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut) dan dispne dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan reaksi laring oleh karena udem. Pada kasus sumbatan subtotal, tidak menggunakan perasat Heimlich, pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat untuk di beri pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, atau jika alat alat tersebut tidak tersedia maka dapat di lakukan trakeostomi, dengan pasien tidur dengan posisi Trendelenburg, kepala lebih rendah dari badan, supaya benda asing tidak turun ke trakea.

7. Perjalanan Nervus VIIPERJALANAN NERVUS FACIALIS (NC. VII)

Nervus facialis mempunyai radiks motorik dan sensorik. Nukleus motorik mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, musculus auricularis, stapedius, venter posterior musculus digastricus dan musculus stylohyoideus. Sedangkan nukleus sensoris (nervus intermedius) menerima serabut-serabut pengecap dari 2/3 anterior lidah, dasar mulut dan palatum. Berikut adalah bagan perjalanan nervus facialis.

Referensi:Admin. 2011. Apa itu alergi?. Diunduh dari http://doktersehat.com/apa-itu-alergi/ pada tanggal 10 Januari 2015Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. jakarta : EGC. 1999.Hermana, A. 2012. Insisi Drainase. Diunduh dari http://bedahminor.com/index.php/ main/show_page/234 pada tanggal 10 Januari 2014Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCSusan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518Weiner HL, Levitt LP. Ataksia. Wita JS, editor. Buku Saku Neurologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. Hal. 174