Post Term (Melda)

29
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Kehamilan lewat waktu ( post term ) dapat meningkatkan resiko kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal pada kehamilan post matur dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm. (1) Angka kejadian kehamilan post term kira-kira adalah 10% dari seluruh kehamilan, sebagian diantaranya mungkin ada yang tidak benar-benar post term. Hal ini disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. (2) Misalnya para ibu lupa akan tanggal haid terakhirnya, dikarenakan sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Selain itu ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan sehingga kehamilan post term tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek. Karena hal-hal di atas informasi yang tepat mengenai lama kehamilan sangat diperlukan. (1,2) Menurut Eden dkk (1987) dari 3475 kehamilan posterm terhadap 8.135 bayi yang aterm maka hasil kehamilannya banyak merugikan. Selain itu kehamilan post term sering disertai letak yang defleksi, posisi oksiput posterior, 1

Transcript of Post Term (Melda)

Page 1: Post Term (Melda)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama

haid terakhir. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu disebut

sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Kehamilan lewat waktu ( post term )

dapat meningkatkan resiko kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian

perinatal pada kehamilan post matur dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan

aterm.(1)

Angka kejadian kehamilan post term kira-kira adalah 10% dari seluruh

kehamilan, sebagian diantaranya mungkin ada yang tidak benar-benar post term. Hal

ini disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional.(2) Misalnya

para ibu lupa akan tanggal haid terakhirnya, dikarenakan sukar menentukan secara

tepat saat ovulasi. Selain itu ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan sehingga

kehamilan post term tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek. Karena hal-

hal di atas informasi yang tepat mengenai lama kehamilan sangat diperlukan. (1,2)

Menurut Eden dkk (1987) dari 3475 kehamilan posterm terhadap 8.135 bayi

yang aterm maka hasil kehamilannya banyak merugikan. Selain itu kehamilan post

term sering disertai letak yang defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan

perdarahan postpartum yang menambah jumlah komplikasi. (2)

Dengan tingginya resiko kematian dan kesakitan perinatal maka diagnosa dini

dan penanganan yang baik sangat diperlukan sehingga angka mortalitas dan morbilitas

perinatal akibat kehamilan lewat waktu dapat ditekan seminimal mungkin.

I.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran angka kejadian kehamilan post term di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Mei 2001 sampai dengan Mei 2002.

1

Page 2: Post Term (Melda)

I.3. Batasan Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel yang diambil adalah :

1. Usia ibu

2. Paritas

3. Antenatal Care

4. Asal rujukan

5. Cara persalinan

6. Macam pengelolaan

7. Keadaan bayi saat lahir

8. Berat badan lahir bayi.

I.4. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif-retrospektif dengan

menggunakan data sekunder dari laporan partus dan Rekam Medik pasien di bagian

Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2

Page 3: Post Term (Melda)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Kehamilan lewat waktu (serotinus/post term) adalah kehamilan yang berlangsung

selama 42 minggu (294 hari) atau lebih sejak hari pertama menstruasi terakhir, dihitung

berdasarkan rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.

Ada penulis yang menghitung waktu 42 minggu sesudah haid terakhir, ada pula yang

mengambil 43 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau post matur dan bayinya

disebut postmaturitas (post matur). (1,2,3,4)

II.2. Etiologi dan Patogenesis

Tentang sebab mengapa partus tidak kunjung terjadi sampai kehamilan lewat 42

minggu belum diketahui. Satu ciri khas pada semua kehamilan lewat waktu adalah kadar

estrogen yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal. Estrogen dalam

jumlah yang lebih banyak diperlukan selaput ketuban sebagai bahan membuat dan

menyimpan glycerophospholipid. Pada kehamilan normal dengan bertambahnya umur

kehamilan kadar estrogen yang semakin memperkaya selaput ketuban dengan 2 macam

glycerophospholipid yaitu phosphatidylethanolamine dan phosphatidylinositolamin

keduanya mengandung asam arakidonat. Fetus berperan dalam menimbulkan partus melalui

suatu mekanisme yang belum jelas dengan cara mengkonversi kedua macam

glycerophospholipid itu dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini

selanjutnya diubah menjadi prostaglandin E2 dan F2 alfa. Kedua prostaglandin ini

menyebabkan timbulnya his dan terjadilah pembukaan serviks sebagai alat yang harus ada

pada persalinan.(3)

Karena hal di atas ada gangguan komunikasi antar organ fetus dengan ibunya yang

bisa mengakibatkan produksi prostaglandin dari asam arakhidonat tidak berlangsung pada

waktu yang seharusnya yaitu antara 38 dengan 42 minggu kehamilan. Oleh karena itu

kemungkinan terjadi pengulangan kehamilan lewat waktu pada seorang wanita. (3)

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kehamilan lewat waktu adalah

anensefalus, fetus dengan hipoplasia kelenjar adrena, fetal tanpa hipofisis, plasenta yang

kekurangan enzim sulfatase, dan kehamilan ektopik. (3)

Pada fetus dengan insufisiensi kelenjar adrenal atau hipofisis, produksi

dehydroisoandrosterone sulfate tidak cukup sehingga penghasilan estradiol dan estriol

3

Page 4: Post Term (Melda)

(dibuat oleh plasenta) tidak mencukupi. Estriol diketahui sebagai hasil akhir metabolisme

estrogen. (3)

Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitoksin serta

peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi

prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat. Kerentanan akan stress merupakan faktor

tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.(1)

II.3. Diagnosis

Post term ialah kondisi bayi yang lahir akibat kehamilan lewat waktu dengan

kelainan fisik akibat kekurangan makanan dan oksigen.

Diagnosis post term dapat dilihat dari :

1. Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui hamil. (1,2)

2. Dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri,

mulainya gerakan janin, gerakan janin ditentukan secara subyektif (normal rata-rata 7

x/20 menit) atau secara obyektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 x/20 menit) dan

besarnya janin.

3. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu juga lingkaran

perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.

4. Pemeriksaan Roentgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal

femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter biparetal 9,8 cm atau lebih.

5. Ultrasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban bila

ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan post term. (1,2,3)

6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis baik

transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel

kulit yang lepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban

yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak

akan berwarna jingga bila :

a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu

b. Melebihi 50% : kehamilan diatas 39 minggu. (1,2,3)

7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan, menurut warnanya karena dikeruhi mekonium

dan apabila air ketuban sedikit akan mengalami resiko 33% asfiksia. (1,2,3)

8. Kardiotokografi : mengawasi dan menjaga denyut jantung janin, karena insufisiensi

plasenta. (3)

9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin. (3)

4

Page 5: Post Term (Melda)

10. Pemeriksaan pH darah kepala janin. Bila pH 7,2 waspada gawat janin. (2,3,4)

11. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20 %). (2,3)

12. Test tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan

dengan test tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifitas 98,8%

menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang

positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan

keadaan matur. (2)

II.4. Resiko Kehamilan Lewat Waktu

Kekhawatiran dalam menghadapi. Kehamilan lewat waktu adalah : (2)

1. Meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal

kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm.

2. Letak defleksi

3. Posisi oksiput posterior

4. Distosia bahu

5. Perdarahan post partum

Masalah Perinatal :

- Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai

menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar

esteriol dan plasenta laktogen.

- Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan

resiko 3 kali.

- Akibat dari proses penuaan plasenta, maka pemasokan makanan dan oksigen akan

menurun disamping adanya spasme arteri spiralis.

- Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50 % menjadi hanya 250

ml/menit. Jumlah air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan abnormal

jantung janin.

- Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu ialah terjadi pada 30 % sebelum

persalinan, 55 % dalam persalinan, 15 % post natal.

- Penyebab utama kematian perinatal ialah :

Hipoksia

Aspirasi mekonium. (2)

- Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir adalah : (3)

5

Page 6: Post Term (Melda)

Suhu yang tidak stabil

Hipoglikemi

Polisitemia

Kelainan neurologik

II. 5. Efek pada janin/bayi

Janin post term dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus, dengan demikian

menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir atau bertambah berat post term serta

berukuran besar menurut usia gestasionalnya.

Kenyataan bahwa janin post term terus tumbuh merupakan indikasi tidak terganggu

fungsi plasenta dengan implikasi bahwa janin seharusnya mampu menenggang semua beban

persalinan normal tanpa masalah.

Pertumbuhan yang terus berlangsung dapat menimbulkan disproporsi fetopelvik

dengan derajat yang mengkhawatirkan sehingga mengakibatkan persalinan tidak dapat lagi

berlangsung secara normal.

Oligohidramnion sering terjadi pada kehamilan yang melampaui usia 42 minggu dan

penurunan jumlah cairan amnion ini akan disertai dengan kompresi tali pusat yang

menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.

Lingkungan intrauteri dapat begitu bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang

lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi post term serta mengalami retardasi

pertumbuhan.

Pada saat lahir bisa terlihat bahwa janin sebenarnya sudah mengalami kehilangan

berat yang cukup banyak, khususnya akibat hilangnya lemak subkutan dan massa otot. Pada

kenyataannya, sebagian bayi yang sudah mengalami retardasi pertumbuhan dapat menjadi

post term dan proses patologis ini dapat semakin parah.

Pada kasus yang ekstrim, ekstremitas tampak panjang dan sangat kurus, terdapat

deskuamasi epidermis yang parah dan kuku jari tangan serta amnion sering diwarnai dengan

bercak “mekonium”.

Adapun penyebab gawat janin pada kehamilan postmatur merupakan akibat

kompresi tali pusat yang menyertai keadaan oligohidramnion. Silver dkk (1987) melaporkan

bahwa diameter tali pusat yang diukur melalui pemeriksaan USG, merupakan petunjuk untuk

meramalkan gawat janin intrapartum bila diameter tersebut berkurang. (2)

II.6. Tanda-tanda bayi postmatur (1,4)

6

Page 7: Post Term (Melda)

a. Biasanya lebih berat dari bayi matur.

b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.

c. Rambut lanugo hilang atau sangat berkurang.

d. Verniks kaseosa di badan kurang.

e. Kuku-kuku panjang.

f. Rambut kepala agak tebal.

g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.

II.7. Perubahan Fisiologi pada kehamilan postmatur

Beberapa perubahan terjadi di dalam cairan amnion, plasenta dan fetus pada

kehamilan post matur. Untuk itu dibutuhkan pemahaman mendalam tentang hal ini

untuk penatalaksanaan wanita hamil post matur.

a. Perubahan-perubahan pada cairan amnion :

Terdapat perubahan baik secara kuantitatif maupun kualitatif didalam cairan

amnion. Cairan amnion ini dapat mencapai kira-kira 1000 ml pada usia

kehamilan 40 minggu. Penurunan volume cairan ini rata-rata 480 ml, 250 ml dan

160 ml pada usia kehamilan masing-masing 42 minggu, 43 minggu dan 44

minggu.

Berkurangnya jumlah cairan amnion pada kehamilan postmatur, maka janin akan

menghadapi risiko yang semakin meningkat. Disamping mortalitas janin,

meskipun jarang terjadi, terdapat morbiditas yang nyata pada keadaan

oligohidramnion. Sebagai contoh, insiden cairan amnion yang diwarnai oleh

mekonium dilaporkan sebesar 37 % pada keadaan dengan jumlah cairan amnion

yang adekuat, bila dibandingkan dengan angka 71 % bila terdapat penurunan

volume cairan amnion berkaitan dengan peningkatan insiden gawat janin dan

sectio caesar.

b. Perubahan pada plasenta :

Perubahan yang terjadi berupa berkurangnya diameter plasenta dan panjang

plasenta berkurang.

c. Perubahan pada janin :

Janin yang lahir dari ibu dengan kehamilan posmatur biasanya berat badannya

4000 gr, insiden kejadian ini sekitar 43%. Bertambah besarnya berat janin dapat

meningkatkan trauma kelahiran (Arias, 1993). Rata-rata 5 sampai 10% bayi yang

belum lahir setelah hari perkiraan lahirnya tiba memperlihatkan jaringan lemak

7

Page 8: Post Term (Melda)

subkutannya mengalami malnutrisi, hal ini disebabkan oleh nutrisi plasenta yang

inadekuat. (1,4,5)

II.8. Penatalaksanaan Kehamilan Post matur

Yang terpenting dalam menangani kehamilan lewat waktu adalah menentukan

keadaan janin karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan.

Dengan sikap konservatif resiko kematian perinatal berkisar dari 0 – 22 %.(2)

Dewasa ini pengawasan janin cenderung dilakukan lebih awal yaitu segera

setelah melewati 40 minggu atau lebih dini jika ada komplikasi ibu. Selanjutnya

terminasi kehamilan lebih dini yaitu pada akhir minggu ke 41 kehamilan. Tanda-tanda

gawat janin antara lain ialah gerakan janin oligohidramnion yang dideteksi dengan

USG.

Bila sudah dipastikan usia kehamilan 41 minggu. Pengelolaan tergantung dari

derajat kematangan servic. Bila servik telah matang yaitu Bishop skore > 5 maka

dilakukan induksi persalinan asal janin tidak besar, jika janin > 4000 gr dilakukan

seksio sesaria. Juga dilakukan pemantauan intra partum dengan menggunakan

kardiotokografi dan kehadiran dokter spesialis anak apalagi bila ditemukan

mekoniom. Bila servic belum matang kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut bila

kehamilan tidak diakhiri. Pada tes non stress dan penilaian volume kantung amnion

bila keduanya normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan

seminggu dua kali. Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang

vertikal atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada tes non

stress maka dilakukan induksi persalinan.

Bila volume cairan normal dan tes non stress tidak reaktif maka harus

dilakukan tes dengan kontraksi, bila hasilnya positif janin segera dilahirkan dan bila

hasilnya negatif kehamilan diberikan berlangsung dan penilain dilakukan 3 hari lagi.

Keadaan servik ini harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien dan kehamilan harus

diakhiri bila servik matang. (6)

8

Page 9: Post Term (Melda)

Penanganan intra partum

Persalinan merupakan masa yang mengandung resiko pada kehamilan lewat

waktu atau tersangka mulai lewat waktu baik bagi ibu dan terlebih lagi bagi janin.

Oleh sebab itu persalinan pada keadaan demikian harus diawasi dengan ketat di

Rumah sakit dengan alat pengawasan janin. Jika his sudah mulai spontan persalinan

dapat dibiarkan berlangsung terus selama tidak timbul tanda-tanda gawat janin dan

tidak ada disproporsi fetopelvik. Jika dalam persalinan timbul tanda-tanda gawat janin

maka persalinan segera diakhiri dengan seksio sesaria. Demikian juga bila ada

disproporsi, anak besar (makrosomia yaitu berat badan diperkirakan 4000 gram ataun

lebih), induksi gagal, persalinan lama, keadaan servik belum matang, pada

primigravida tua, preeklamsi berat, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas),

dan kesalahan letak janin. (1,2,3,6)

Pada kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan untuk diakhiri. Pasien

dengan his yang belum ada dapat dimulai dengan induksi persalinan, bila tidak ada

kontra indikasi medik dan obstetri. Induksi partus dapat dilakukan 2 kali dengan

interval waktu 2 hari. Jika masih gagal langsung diselesaikan dengan bedah sesar.

Demikian juga bila ada tanda fetal distress atau tanda-tanda seperti diatas.

Pada kehamilan yang disangka telah mulai lewat waktu pengawasan kesejahteraan

janin sebaiknya dua kali dalam seminggu untuk mencegah kematian janin yang tidak

terduga. Jika pada monitoring ditemukan tanda-tanda gawat janin seperti gerakan

janin yang kurang atau telah ada oligohidramnion segera dilakukan induksi persalinan.

Amniotomi atau pemecahan ketuban pada persalinan lewat waktu ada

keuntungan dan kerugiannya. Kerugiannya ialah pengurangan cairan ketuban akibat

amniotomi terlebih bila telah ada oligohidramnion membuka kesempatan lebih besar

terjadi penekanan terhadap tali pusat sehingga kegawatan janin bisa terjadi atau

bertambah. Keuntungannya ialah dengan amniotomi dapat dipastikan apakah cairan

ketuban telah bercampur mekonium atau belum. Bila telah ada mekonium dalam air

ketuban pertanda telah terjadi hipoksia janin dan pada kadar mekonium yang pekat

telah ada asidosis. Adanya mekonium dalam cairan ketuban akan diaspirasi janin

sehingga setelah lahir menderita kesukaran pernafasan yang sebanding dengan

banyaknya mekonium yang diaspirasi. Keuntungan lain amniotomi, dapat dikerjakan

pemasangan elektroda pada kulit kepala janin dan dipasang kateter intra uteri sehingga

pengawasan janin secara internal.

9

Page 10: Post Term (Melda)

10

Page 11: Post Term (Melda)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Angka kejadian kehamilan post matur di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto adalah 115 kasus dari 1302 kehamilan pada periode Mei 2001 sampai Mei 2002.

Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif retrospektif dengan menggunakan data

sekunder dari rekam medik pasien di bagian obstetri dan ginekologi. Kejadian kehamilan

post matur dihubungkan dengan usia ibu, paritas, antenatal care, asal rujukan, cara

persalinan, macam pengelolaan dan keadaan bayinya saat lahir dan berat badan lahir.

A. HASIL

Tabel 1. Distribusi kehamilan post matur menurut usia ibu pada bulan Mei 2001 – Mei 2002

Usia Ibu Jumlah kasus %

< 20 tahun 7 6,09 %

20 – 25 44 38,26 %

26 – 30 32 27,83 %

31 – 35 19 16,52 %

36 – 40 11 9,57 %

> 40 2 1,74 %

Total 115 100 %

Dari 115 kasus kehamilan post matur di atas didapatkan bahwa kejadian pada

ibu yang berumur antara 20 – 25 tahun dan 26 – 30 tahun paling tinggi yaitu 44 kasus

(38,26 %) dan 32 kasus (27,83 %) sedangkan pada ibu yang berumur 31 – 35 tahun

adalah 19 kasus (16,52 %). Usia ibu 36 – 40 tahun sebanyak 11 kasus (9,57 %) dan usia

lebih dari 40 tahun hanya 2 kasus (1,74 %). Hal ini disebabkan karena usia 20 – 35

tahun merupakan masa reproduksi dimana usia ini adalah usia yang aman untuk

kehamilan dan persalinan.

11

Page 12: Post Term (Melda)

Tabel 2. Distribusi kehamilan post matur menurut paritas ibu pada bulan Mei 2001 – Mei 2002

Paritas Ibu Jumlah kasus %

Primigravida 60 52,17 %

Multigravida 55 47,83 %

Total 115 100 %

Dari 10 kasus kehamilan post matur di atas didapatkan bahwa kejadian pada ibu

dengan primigravida sebanyak 60 kasus (52,17 %) sedangkan pada ibu dengan

multigravida sebanyak 55 kasus (47,83 %), hal ini disebabkan karena pada primigravida

dimana si ibu baru pertama kali mengalami kehamilan dan ibu belum mempunyai

pengalaman dalam kehamilan atau ibu lupa akan hari pertama haid terakhirnya, dengan

demikian janin bisa saja belum postmatur sebagaimana yang diperkirakan.

Tabel 3. Distribusi kehamilan post matur menurut Antenatal Care yang dilakukan ibu pada bulan Mei 2001 – Mei 2002

ANC Jumlah %

<4 32 27,83 %

4-13 71 61,74 %

>13 12 10,43 %

Total 115 100 %

Dari data diatas jumlah ANC yang terbanyak adalah pada pemeriksaan ANC

4 – 13 kali sebanyak 71 kasus (61,74 %), pemeriksaan ANC < dari 4 kali sebanyak 32

kasus (27,83 %) dan pemeriksaan ANC > dari 13 kali sebanyak 12 kasus (10,43 %).

Data tersebut menggambarkan bahwa masih banyak ibu yang memeriksakan

kehamilannya tidak teratur, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab daripada

kehamilan post matur. Dimana pada pemeriksaan kehamilan yang ideal adalah 13 kali

selama kehamilan atau lebih bila ada kelainan dalam kehamilannya dan pemeriksaan

kehamilan yang teratur minimal sebanyak 4 kali selama kehamilannya

12

Page 13: Post Term (Melda)

Tabel 4. Distribusi kehamilan post matur menurut asal rujukan pada bulan Mei 2001 – Mei 2002

Asal Rujukan Jumlah kasus %

Puskesmas 7 6,09 %

Rumah Sakit 6 5,28 %

Dokter umum 2 1,74 %

Dokter Spesialis 13 11,30 %

Paramedis (Bidan) 57 49,56 %

Dukun - 0 %

Sendiri 27 23,48 %

Lain-lain 3 2,61 %

Total 115 100 %

Dari data diatas jumlah rujukan yang terbanyak yaitu rujukan dari paramedis

(bidan) sebanyak 57 kasus (49,56 %), Rumah Sakit sebanyak 6 kasus (5,28 %) , Dokter

umum sebanyak 2 kasus (1,74 %) , Dokter spesialis sebanyak 13 kasus (11,30 %),

datang sendiri sebanyak 27 kasus (23,48 %) dan puskesmas sebanyak 7 kasus (6,09 %),

dari dukun tidak ada dan lain-lain sebanyak 3 kasus (2,61 %). Hal ini menggambarkan

bahwa jumlah yang terbanyak adalah dari rujukan paramedis (bidan ) karena sebagian

besar dari mereka memeriksakan kehamilannya pada bidan atau merupakan layanan

terdekat di daerahnya. Mereka segera merujuk ke RSMS untuk mendapatkan tindakan

lebih lanjut dan fasilitas yang lebih memadai.

Tabel 5. Distribusi kehamilan post matur menurut cara persalinan pada bulan Mei

2001 – Mei 2002

Cara persalinan Jumlah %

Spontan 58 50,43 %

Seksio sesarea 47 40,87 %

Vakum Ekstraksi 8 6,95%

Forcep 1 0,87 %

Embriotomi 1 0,87%

Total 115 100 %

13

Page 14: Post Term (Melda)

Dari tabel di atas didapatkan bahwa pengelolaan pada kehamilan post matur

terbanyak adalah persalinan spontan yaitu sebanyak 58 kasus (50,43%), sedangkan

persalinan dengan seksio sesaria sebanyak 47 kasus (40,87%), persalinan dengan vakum

ekstraksi sebanyak 8 kasus (6,95%), persalinan dengan forcep sebanyak 1 kasus

(0,87%), dan tindakan dengan embriotomi sebanyak 1 kasus (0.87%).

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian kasus dapat diselesaikan dengan

persalinan spontan, ada yang di bantu dengan piton drip dan juga ada yang tidak, Pada

kasus yang diselesaikan dengan piton drip dikarenakan pada pasien ini tidak

mempunyai his yang adekuat sehingga perlu distimulasi , sedangkan yang tanpa di drip

datang dengan keadaan yang sudah inpartu.

Pada kasus dengan tindakan seksio sesaria, dikarenakan keadaan janin yang sudah fetal

distress akibat keterlambatan merujuk,selain itu ada indikasi lain yaitu karena panggul

sempit, CPD, eklamsia, plasenta previa, primitua, gagal induksi dan riwayat obstetri

yang jelek.

Pada kasus dengan pengelolaan Vakum Ekstraksi dan Forcep bisa karena fetal

distress juga dan ibu dengan preeklamsi sehingga harus diakhiri dan syarat-syarat untuk

dilakukan vakum dan forcep terpenuhi. Pada kasus yang ii lakukan embriotomi karena

janin telah meninggal.

Tabel 6. Distribusi kehamilan post matur menurut macam-macam pengelolaan dilahirkan pada bulan Mei 2001 – Mei 2002

Pengelolaan Jumlah Kasus %

Induksi 68 59,13 %

Tidak induksi 47 40,87 %

Total 115 100 %

Dari data diatas didapatkan pengelolaan dengan induksi sebanyak 68 kasus (59,13 %)

dan tidak diinduksi sebanyak 47 kasus (49,87 %). Pengelolaan dengan induksi

terbanyak dikarenakan tidak adanya his yang adekuat atau pada ibu tidak ada his sama

sekali, hal ini karena kurangnya atau terganggunya produksi prostaglandin yang

seharusnya ada pada minggu ke-38 sampai 42 kehamilan.

14

Page 15: Post Term (Melda)

Tabel 7. Distribusi kehamilan post matur menurut APGAR skor bayi yang dilahirkan pada bulan Mei 2001 – Mei 2002

Keadaan Bayinya Jumlah Kasus %

Sehat (7-8-9) 104 90,43 %

Asfiksia (4-5-6) 3 2.60 %

Meninggal 8 6,95 %

Total 115 100 %

Dari data di atas didapatkan bahwa keadaan bayi yang dilahirkan yang

terbanyak adalah sehat yaitu 104 kasus (90,43 %), sedangkan yang asfiksia sebanyak 3

kasus (2,60 %), dan yang meninggal adalah sebanyak 8 kasus (6,95 %). Hal ini dinilai

dari apgar skor yang kami dapatkan dari data rekam medik pasien. (10%).

Data tersebut menunjukkan bahwa penanganan yang diberikan sudah tepat dan

cepat baik dalam rujukan maupun tindakan. Pada kasus yang meninggal disebabkan

karena keterlambatan dalam merujuk dan kurangnya pengetahuan si ibu, hal ini dilihat

dari kehamilan yang sangat lewat waktu.

Tabel 8. Distribusi kehamilan Post matur menurut berat badan lahir bayi pada periode Mei 2001 – Mei 2002

Berat Badan Lahir Jumlah %

BBLR (< 2500) 4 3,48 %

BBLC (2500-4000) 107 93,04 %

BBLL (>4000) 6 3,48 %

Jumlah 115 100 %

Dari data diatas diketahui bahwa berat badan lahir yang terbanyak adalah cukup

bulan saebanyak 107 kasus (93,04%), sedangkan yang berat badan lahir rendah

sebanyak 2 kasus (1,74%) dan yang berat badan lahir lebih sebanyak 6 kasus (5,21%).

Dari data tersebut diatas didapatkan yang terbanyak adalah berat badan lahir

yang cukup karena pada kehamilan lebih bulan biasanya bayi besar. Bayi yang besar

karena nutrisi yang diterima janin lebih lama.Pada bayi yang yang berat badan rendah

karena adanya penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen akan menurun

sehingga janin kekurangan makanan.

15

Page 16: Post Term (Melda)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

- Kehamilan lewat waktu (serotinus/post term) adalah kehamilan yang berlangsung

selama 42 minggu (294 hari) atau lebih sejak hari pertama menstruasi terakhir,

dihitung berdasarkan rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.

- Partusnya disebut partus post maturus atau post matur dan bayinya disebut

postmaturitas (post matur).

- Yang terpenting dalam kehamilan lebih dari 42 minggu adalah menentukan keadaan

janin dan segera mengakhiri persalinan (terminasi).

- Angka Kejadian kehamilan Post matur di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto periode Mei 2001- Mei 2002 sebanyak 115 kasus dari 1302 kehamilan.

Angka kejadian ini sekitar 10 % dari seluruh kehamilan pada periode ini. Hal sesuai

dengan angka kejadian yang sebenarnya.

- Distribusi kehamilan post matur menurut usia ibunya didapatkan paling banyak

adalah ibu dengan usia reproduksi (20 – 35 tahun) yaitu sebanyak 95 kasus

(82,56 %).

- Distribusi kehamilan postmatur menurut paritas ibunya yang terbanyak adalah

primigravida sebanyak 60 kasus (52,17 %).

- Distribusi kehamilan post matur menurut Antenatal Care ibu terbanyak adalah

sebanyak 4-13 kali selama kehamilan adalah 17 kasus (61,74 %).

- Distribusi kehamilan post matur menurut asal rujukan adalah yang terbanyak dari

bidan sekitar 57 kasus (49,56 %).

- Distribusi kehamilan post matur menurut cara persalinan yang terbanyak adalah

secara spontan yaitu sebanyak 58 kasus (50,43 %).

- Distribusi kehamilan post matur menurut cara pengelolaan adalah lebih banyak yang

diinduksi yaitu sebanyak 68 kasus (59,13 %).

- Distribusi kehamilan post matur menurut keadaan bayi yang dilahirkan berdasarkan

APGAR skor yang terbanyak adalah 7-8-9 (sehat) sebanyak 104 kasus (90,43 %).

- Distribusi kehamilan post matur menurut berat badan lahir bayi adalah rata-rata

cukup (2500-4000 gram) sebanyak 107 kasus (93,04 %)

16

Page 17: Post Term (Melda)

B. Saran

- Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan untuk mendiagnosis post term dapat

dilakukan seawal dan seteliti mungkin, sehingga penanganannya dapat direncanakan

secara tepat dan benar, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan angka

kematian maternal dan perinatal.

- Dikarenakan bahaya dari kehamilan post term ini cukup tinggi maka hal yang utama

adalah pencegahan dengan cara konseling antenatal yang baik dan teratur, disamping

dapat mengevaluasi kehamilan lebih teliti juga apabila ada tanda berat badan tidak naik,

oligohidramnion, gerakan menurun dapat cepat ditangani. Selain itu sekarang sudah ada

pelayanan USG sehingga kehamilan dapat ditentukan dengan tepat.

17

Page 18: Post Term (Melda)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi I, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002, hal 317-20.

2. Cunningham & MacDonald, Obstetri Williams, Edisi XVIII, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hal 903-10.

3. Rustam, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998, hal 246-50.

4. SMF Obstetri dan Ginekologi Kehamilan Lewat Waktu. Standar Pelayanan Medis, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, hal 147-9

5. Harry Oxorn, Patologi & Fisiologi Persalinan, Penerbit Yayasan Essentia Medica, 1990, hal 575-79.

6. Abdul Bari Saifudin, Kehamilan Lewat Waktu, dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001, hal 305-10.

18