Post Term (Melda)
-
Upload
luhur-anggoro-sulistio -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
Transcript of Post Term (Melda)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu disebut
sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Kehamilan lewat waktu ( post term )
dapat meningkatkan resiko kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian
perinatal pada kehamilan post matur dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan
aterm.(1)
Angka kejadian kehamilan post term kira-kira adalah 10% dari seluruh
kehamilan, sebagian diantaranya mungkin ada yang tidak benar-benar post term. Hal
ini disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional.(2) Misalnya
para ibu lupa akan tanggal haid terakhirnya, dikarenakan sukar menentukan secara
tepat saat ovulasi. Selain itu ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan sehingga
kehamilan post term tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek. Karena hal-
hal di atas informasi yang tepat mengenai lama kehamilan sangat diperlukan. (1,2)
Menurut Eden dkk (1987) dari 3475 kehamilan posterm terhadap 8.135 bayi
yang aterm maka hasil kehamilannya banyak merugikan. Selain itu kehamilan post
term sering disertai letak yang defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan
perdarahan postpartum yang menambah jumlah komplikasi. (2)
Dengan tingginya resiko kematian dan kesakitan perinatal maka diagnosa dini
dan penanganan yang baik sangat diperlukan sehingga angka mortalitas dan morbilitas
perinatal akibat kehamilan lewat waktu dapat ditekan seminimal mungkin.
I.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran angka kejadian kehamilan post term di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Mei 2001 sampai dengan Mei 2002.
1
I.3. Batasan Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, variabel yang diambil adalah :
1. Usia ibu
2. Paritas
3. Antenatal Care
4. Asal rujukan
5. Cara persalinan
6. Macam pengelolaan
7. Keadaan bayi saat lahir
8. Berat badan lahir bayi.
I.4. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif-retrospektif dengan
menggunakan data sekunder dari laporan partus dan Rekam Medik pasien di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Kehamilan lewat waktu (serotinus/post term) adalah kehamilan yang berlangsung
selama 42 minggu (294 hari) atau lebih sejak hari pertama menstruasi terakhir, dihitung
berdasarkan rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Ada penulis yang menghitung waktu 42 minggu sesudah haid terakhir, ada pula yang
mengambil 43 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau post matur dan bayinya
disebut postmaturitas (post matur). (1,2,3,4)
II.2. Etiologi dan Patogenesis
Tentang sebab mengapa partus tidak kunjung terjadi sampai kehamilan lewat 42
minggu belum diketahui. Satu ciri khas pada semua kehamilan lewat waktu adalah kadar
estrogen yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal. Estrogen dalam
jumlah yang lebih banyak diperlukan selaput ketuban sebagai bahan membuat dan
menyimpan glycerophospholipid. Pada kehamilan normal dengan bertambahnya umur
kehamilan kadar estrogen yang semakin memperkaya selaput ketuban dengan 2 macam
glycerophospholipid yaitu phosphatidylethanolamine dan phosphatidylinositolamin
keduanya mengandung asam arakidonat. Fetus berperan dalam menimbulkan partus melalui
suatu mekanisme yang belum jelas dengan cara mengkonversi kedua macam
glycerophospholipid itu dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini
selanjutnya diubah menjadi prostaglandin E2 dan F2 alfa. Kedua prostaglandin ini
menyebabkan timbulnya his dan terjadilah pembukaan serviks sebagai alat yang harus ada
pada persalinan.(3)
Karena hal di atas ada gangguan komunikasi antar organ fetus dengan ibunya yang
bisa mengakibatkan produksi prostaglandin dari asam arakhidonat tidak berlangsung pada
waktu yang seharusnya yaitu antara 38 dengan 42 minggu kehamilan. Oleh karena itu
kemungkinan terjadi pengulangan kehamilan lewat waktu pada seorang wanita. (3)
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kehamilan lewat waktu adalah
anensefalus, fetus dengan hipoplasia kelenjar adrena, fetal tanpa hipofisis, plasenta yang
kekurangan enzim sulfatase, dan kehamilan ektopik. (3)
Pada fetus dengan insufisiensi kelenjar adrenal atau hipofisis, produksi
dehydroisoandrosterone sulfate tidak cukup sehingga penghasilan estradiol dan estriol
3
(dibuat oleh plasenta) tidak mencukupi. Estriol diketahui sebagai hasil akhir metabolisme
estrogen. (3)
Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitoksin serta
peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi
prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat. Kerentanan akan stress merupakan faktor
tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.(1)
II.3. Diagnosis
Post term ialah kondisi bayi yang lahir akibat kehamilan lewat waktu dengan
kelainan fisik akibat kekurangan makanan dan oksigen.
Diagnosis post term dapat dilihat dari :
1. Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui hamil. (1,2)
2. Dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri,
mulainya gerakan janin, gerakan janin ditentukan secara subyektif (normal rata-rata 7
x/20 menit) atau secara obyektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 x/20 menit) dan
besarnya janin.
3. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu juga lingkaran
perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4. Pemeriksaan Roentgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal
femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter biparetal 9,8 cm atau lebih.
5. Ultrasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban bila
ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan post term. (1,2,3)
6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis baik
transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel
kulit yang lepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban
yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak
akan berwarna jingga bila :
a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
b. Melebihi 50% : kehamilan diatas 39 minggu. (1,2,3)
7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan, menurut warnanya karena dikeruhi mekonium
dan apabila air ketuban sedikit akan mengalami resiko 33% asfiksia. (1,2,3)
8. Kardiotokografi : mengawasi dan menjaga denyut jantung janin, karena insufisiensi
plasenta. (3)
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin. (3)
4
10. Pemeriksaan pH darah kepala janin. Bila pH 7,2 waspada gawat janin. (2,3,4)
11. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20 %). (2,3)
12. Test tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan
dengan test tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang
positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan
keadaan matur. (2)
II.4. Resiko Kehamilan Lewat Waktu
Kekhawatiran dalam menghadapi. Kehamilan lewat waktu adalah : (2)
1. Meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal
kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm.
2. Letak defleksi
3. Posisi oksiput posterior
4. Distosia bahu
5. Perdarahan post partum
Masalah Perinatal :
- Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar
esteriol dan plasenta laktogen.
- Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan
resiko 3 kali.
- Akibat dari proses penuaan plasenta, maka pemasokan makanan dan oksigen akan
menurun disamping adanya spasme arteri spiralis.
- Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50 % menjadi hanya 250
ml/menit. Jumlah air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan abnormal
jantung janin.
- Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu ialah terjadi pada 30 % sebelum
persalinan, 55 % dalam persalinan, 15 % post natal.
- Penyebab utama kematian perinatal ialah :
Hipoksia
Aspirasi mekonium. (2)
- Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir adalah : (3)
5
Suhu yang tidak stabil
Hipoglikemi
Polisitemia
Kelainan neurologik
II. 5. Efek pada janin/bayi
Janin post term dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus, dengan demikian
menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir atau bertambah berat post term serta
berukuran besar menurut usia gestasionalnya.
Kenyataan bahwa janin post term terus tumbuh merupakan indikasi tidak terganggu
fungsi plasenta dengan implikasi bahwa janin seharusnya mampu menenggang semua beban
persalinan normal tanpa masalah.
Pertumbuhan yang terus berlangsung dapat menimbulkan disproporsi fetopelvik
dengan derajat yang mengkhawatirkan sehingga mengakibatkan persalinan tidak dapat lagi
berlangsung secara normal.
Oligohidramnion sering terjadi pada kehamilan yang melampaui usia 42 minggu dan
penurunan jumlah cairan amnion ini akan disertai dengan kompresi tali pusat yang
menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.
Lingkungan intrauteri dapat begitu bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang
lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi post term serta mengalami retardasi
pertumbuhan.
Pada saat lahir bisa terlihat bahwa janin sebenarnya sudah mengalami kehilangan
berat yang cukup banyak, khususnya akibat hilangnya lemak subkutan dan massa otot. Pada
kenyataannya, sebagian bayi yang sudah mengalami retardasi pertumbuhan dapat menjadi
post term dan proses patologis ini dapat semakin parah.
Pada kasus yang ekstrim, ekstremitas tampak panjang dan sangat kurus, terdapat
deskuamasi epidermis yang parah dan kuku jari tangan serta amnion sering diwarnai dengan
bercak “mekonium”.
Adapun penyebab gawat janin pada kehamilan postmatur merupakan akibat
kompresi tali pusat yang menyertai keadaan oligohidramnion. Silver dkk (1987) melaporkan
bahwa diameter tali pusat yang diukur melalui pemeriksaan USG, merupakan petunjuk untuk
meramalkan gawat janin intrapartum bila diameter tersebut berkurang. (2)
II.6. Tanda-tanda bayi postmatur (1,4)
6
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur.
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
c. Rambut lanugo hilang atau sangat berkurang.
d. Verniks kaseosa di badan kurang.
e. Kuku-kuku panjang.
f. Rambut kepala agak tebal.
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
II.7. Perubahan Fisiologi pada kehamilan postmatur
Beberapa perubahan terjadi di dalam cairan amnion, plasenta dan fetus pada
kehamilan post matur. Untuk itu dibutuhkan pemahaman mendalam tentang hal ini
untuk penatalaksanaan wanita hamil post matur.
a. Perubahan-perubahan pada cairan amnion :
Terdapat perubahan baik secara kuantitatif maupun kualitatif didalam cairan
amnion. Cairan amnion ini dapat mencapai kira-kira 1000 ml pada usia
kehamilan 40 minggu. Penurunan volume cairan ini rata-rata 480 ml, 250 ml dan
160 ml pada usia kehamilan masing-masing 42 minggu, 43 minggu dan 44
minggu.
Berkurangnya jumlah cairan amnion pada kehamilan postmatur, maka janin akan
menghadapi risiko yang semakin meningkat. Disamping mortalitas janin,
meskipun jarang terjadi, terdapat morbiditas yang nyata pada keadaan
oligohidramnion. Sebagai contoh, insiden cairan amnion yang diwarnai oleh
mekonium dilaporkan sebesar 37 % pada keadaan dengan jumlah cairan amnion
yang adekuat, bila dibandingkan dengan angka 71 % bila terdapat penurunan
volume cairan amnion berkaitan dengan peningkatan insiden gawat janin dan
sectio caesar.
b. Perubahan pada plasenta :
Perubahan yang terjadi berupa berkurangnya diameter plasenta dan panjang
plasenta berkurang.
c. Perubahan pada janin :
Janin yang lahir dari ibu dengan kehamilan posmatur biasanya berat badannya
4000 gr, insiden kejadian ini sekitar 43%. Bertambah besarnya berat janin dapat
meningkatkan trauma kelahiran (Arias, 1993). Rata-rata 5 sampai 10% bayi yang
belum lahir setelah hari perkiraan lahirnya tiba memperlihatkan jaringan lemak
7
subkutannya mengalami malnutrisi, hal ini disebabkan oleh nutrisi plasenta yang
inadekuat. (1,4,5)
II.8. Penatalaksanaan Kehamilan Post matur
Yang terpenting dalam menangani kehamilan lewat waktu adalah menentukan
keadaan janin karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan.
Dengan sikap konservatif resiko kematian perinatal berkisar dari 0 – 22 %.(2)
Dewasa ini pengawasan janin cenderung dilakukan lebih awal yaitu segera
setelah melewati 40 minggu atau lebih dini jika ada komplikasi ibu. Selanjutnya
terminasi kehamilan lebih dini yaitu pada akhir minggu ke 41 kehamilan. Tanda-tanda
gawat janin antara lain ialah gerakan janin oligohidramnion yang dideteksi dengan
USG.
Bila sudah dipastikan usia kehamilan 41 minggu. Pengelolaan tergantung dari
derajat kematangan servic. Bila servik telah matang yaitu Bishop skore > 5 maka
dilakukan induksi persalinan asal janin tidak besar, jika janin > 4000 gr dilakukan
seksio sesaria. Juga dilakukan pemantauan intra partum dengan menggunakan
kardiotokografi dan kehadiran dokter spesialis anak apalagi bila ditemukan
mekoniom. Bila servic belum matang kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut bila
kehamilan tidak diakhiri. Pada tes non stress dan penilaian volume kantung amnion
bila keduanya normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan
seminggu dua kali. Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang
vertikal atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada tes non
stress maka dilakukan induksi persalinan.
Bila volume cairan normal dan tes non stress tidak reaktif maka harus
dilakukan tes dengan kontraksi, bila hasilnya positif janin segera dilahirkan dan bila
hasilnya negatif kehamilan diberikan berlangsung dan penilain dilakukan 3 hari lagi.
Keadaan servik ini harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien dan kehamilan harus
diakhiri bila servik matang. (6)
8
Penanganan intra partum
Persalinan merupakan masa yang mengandung resiko pada kehamilan lewat
waktu atau tersangka mulai lewat waktu baik bagi ibu dan terlebih lagi bagi janin.
Oleh sebab itu persalinan pada keadaan demikian harus diawasi dengan ketat di
Rumah sakit dengan alat pengawasan janin. Jika his sudah mulai spontan persalinan
dapat dibiarkan berlangsung terus selama tidak timbul tanda-tanda gawat janin dan
tidak ada disproporsi fetopelvik. Jika dalam persalinan timbul tanda-tanda gawat janin
maka persalinan segera diakhiri dengan seksio sesaria. Demikian juga bila ada
disproporsi, anak besar (makrosomia yaitu berat badan diperkirakan 4000 gram ataun
lebih), induksi gagal, persalinan lama, keadaan servik belum matang, pada
primigravida tua, preeklamsi berat, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas),
dan kesalahan letak janin. (1,2,3,6)
Pada kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan untuk diakhiri. Pasien
dengan his yang belum ada dapat dimulai dengan induksi persalinan, bila tidak ada
kontra indikasi medik dan obstetri. Induksi partus dapat dilakukan 2 kali dengan
interval waktu 2 hari. Jika masih gagal langsung diselesaikan dengan bedah sesar.
Demikian juga bila ada tanda fetal distress atau tanda-tanda seperti diatas.
Pada kehamilan yang disangka telah mulai lewat waktu pengawasan kesejahteraan
janin sebaiknya dua kali dalam seminggu untuk mencegah kematian janin yang tidak
terduga. Jika pada monitoring ditemukan tanda-tanda gawat janin seperti gerakan
janin yang kurang atau telah ada oligohidramnion segera dilakukan induksi persalinan.
Amniotomi atau pemecahan ketuban pada persalinan lewat waktu ada
keuntungan dan kerugiannya. Kerugiannya ialah pengurangan cairan ketuban akibat
amniotomi terlebih bila telah ada oligohidramnion membuka kesempatan lebih besar
terjadi penekanan terhadap tali pusat sehingga kegawatan janin bisa terjadi atau
bertambah. Keuntungannya ialah dengan amniotomi dapat dipastikan apakah cairan
ketuban telah bercampur mekonium atau belum. Bila telah ada mekonium dalam air
ketuban pertanda telah terjadi hipoksia janin dan pada kadar mekonium yang pekat
telah ada asidosis. Adanya mekonium dalam cairan ketuban akan diaspirasi janin
sehingga setelah lahir menderita kesukaran pernafasan yang sebanding dengan
banyaknya mekonium yang diaspirasi. Keuntungan lain amniotomi, dapat dikerjakan
pemasangan elektroda pada kulit kepala janin dan dipasang kateter intra uteri sehingga
pengawasan janin secara internal.
9
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angka kejadian kehamilan post matur di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto adalah 115 kasus dari 1302 kehamilan pada periode Mei 2001 sampai Mei 2002.
Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif retrospektif dengan menggunakan data
sekunder dari rekam medik pasien di bagian obstetri dan ginekologi. Kejadian kehamilan
post matur dihubungkan dengan usia ibu, paritas, antenatal care, asal rujukan, cara
persalinan, macam pengelolaan dan keadaan bayinya saat lahir dan berat badan lahir.
A. HASIL
Tabel 1. Distribusi kehamilan post matur menurut usia ibu pada bulan Mei 2001 – Mei 2002
Usia Ibu Jumlah kasus %
< 20 tahun 7 6,09 %
20 – 25 44 38,26 %
26 – 30 32 27,83 %
31 – 35 19 16,52 %
36 – 40 11 9,57 %
> 40 2 1,74 %
Total 115 100 %
Dari 115 kasus kehamilan post matur di atas didapatkan bahwa kejadian pada
ibu yang berumur antara 20 – 25 tahun dan 26 – 30 tahun paling tinggi yaitu 44 kasus
(38,26 %) dan 32 kasus (27,83 %) sedangkan pada ibu yang berumur 31 – 35 tahun
adalah 19 kasus (16,52 %). Usia ibu 36 – 40 tahun sebanyak 11 kasus (9,57 %) dan usia
lebih dari 40 tahun hanya 2 kasus (1,74 %). Hal ini disebabkan karena usia 20 – 35
tahun merupakan masa reproduksi dimana usia ini adalah usia yang aman untuk
kehamilan dan persalinan.
11
Tabel 2. Distribusi kehamilan post matur menurut paritas ibu pada bulan Mei 2001 – Mei 2002
Paritas Ibu Jumlah kasus %
Primigravida 60 52,17 %
Multigravida 55 47,83 %
Total 115 100 %
Dari 10 kasus kehamilan post matur di atas didapatkan bahwa kejadian pada ibu
dengan primigravida sebanyak 60 kasus (52,17 %) sedangkan pada ibu dengan
multigravida sebanyak 55 kasus (47,83 %), hal ini disebabkan karena pada primigravida
dimana si ibu baru pertama kali mengalami kehamilan dan ibu belum mempunyai
pengalaman dalam kehamilan atau ibu lupa akan hari pertama haid terakhirnya, dengan
demikian janin bisa saja belum postmatur sebagaimana yang diperkirakan.
Tabel 3. Distribusi kehamilan post matur menurut Antenatal Care yang dilakukan ibu pada bulan Mei 2001 – Mei 2002
ANC Jumlah %
<4 32 27,83 %
4-13 71 61,74 %
>13 12 10,43 %
Total 115 100 %
Dari data diatas jumlah ANC yang terbanyak adalah pada pemeriksaan ANC
4 – 13 kali sebanyak 71 kasus (61,74 %), pemeriksaan ANC < dari 4 kali sebanyak 32
kasus (27,83 %) dan pemeriksaan ANC > dari 13 kali sebanyak 12 kasus (10,43 %).
Data tersebut menggambarkan bahwa masih banyak ibu yang memeriksakan
kehamilannya tidak teratur, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab daripada
kehamilan post matur. Dimana pada pemeriksaan kehamilan yang ideal adalah 13 kali
selama kehamilan atau lebih bila ada kelainan dalam kehamilannya dan pemeriksaan
kehamilan yang teratur minimal sebanyak 4 kali selama kehamilannya
12
Tabel 4. Distribusi kehamilan post matur menurut asal rujukan pada bulan Mei 2001 – Mei 2002
Asal Rujukan Jumlah kasus %
Puskesmas 7 6,09 %
Rumah Sakit 6 5,28 %
Dokter umum 2 1,74 %
Dokter Spesialis 13 11,30 %
Paramedis (Bidan) 57 49,56 %
Dukun - 0 %
Sendiri 27 23,48 %
Lain-lain 3 2,61 %
Total 115 100 %
Dari data diatas jumlah rujukan yang terbanyak yaitu rujukan dari paramedis
(bidan) sebanyak 57 kasus (49,56 %), Rumah Sakit sebanyak 6 kasus (5,28 %) , Dokter
umum sebanyak 2 kasus (1,74 %) , Dokter spesialis sebanyak 13 kasus (11,30 %),
datang sendiri sebanyak 27 kasus (23,48 %) dan puskesmas sebanyak 7 kasus (6,09 %),
dari dukun tidak ada dan lain-lain sebanyak 3 kasus (2,61 %). Hal ini menggambarkan
bahwa jumlah yang terbanyak adalah dari rujukan paramedis (bidan ) karena sebagian
besar dari mereka memeriksakan kehamilannya pada bidan atau merupakan layanan
terdekat di daerahnya. Mereka segera merujuk ke RSMS untuk mendapatkan tindakan
lebih lanjut dan fasilitas yang lebih memadai.
Tabel 5. Distribusi kehamilan post matur menurut cara persalinan pada bulan Mei
2001 – Mei 2002
Cara persalinan Jumlah %
Spontan 58 50,43 %
Seksio sesarea 47 40,87 %
Vakum Ekstraksi 8 6,95%
Forcep 1 0,87 %
Embriotomi 1 0,87%
Total 115 100 %
13
Dari tabel di atas didapatkan bahwa pengelolaan pada kehamilan post matur
terbanyak adalah persalinan spontan yaitu sebanyak 58 kasus (50,43%), sedangkan
persalinan dengan seksio sesaria sebanyak 47 kasus (40,87%), persalinan dengan vakum
ekstraksi sebanyak 8 kasus (6,95%), persalinan dengan forcep sebanyak 1 kasus
(0,87%), dan tindakan dengan embriotomi sebanyak 1 kasus (0.87%).
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian kasus dapat diselesaikan dengan
persalinan spontan, ada yang di bantu dengan piton drip dan juga ada yang tidak, Pada
kasus yang diselesaikan dengan piton drip dikarenakan pada pasien ini tidak
mempunyai his yang adekuat sehingga perlu distimulasi , sedangkan yang tanpa di drip
datang dengan keadaan yang sudah inpartu.
Pada kasus dengan tindakan seksio sesaria, dikarenakan keadaan janin yang sudah fetal
distress akibat keterlambatan merujuk,selain itu ada indikasi lain yaitu karena panggul
sempit, CPD, eklamsia, plasenta previa, primitua, gagal induksi dan riwayat obstetri
yang jelek.
Pada kasus dengan pengelolaan Vakum Ekstraksi dan Forcep bisa karena fetal
distress juga dan ibu dengan preeklamsi sehingga harus diakhiri dan syarat-syarat untuk
dilakukan vakum dan forcep terpenuhi. Pada kasus yang ii lakukan embriotomi karena
janin telah meninggal.
Tabel 6. Distribusi kehamilan post matur menurut macam-macam pengelolaan dilahirkan pada bulan Mei 2001 – Mei 2002
Pengelolaan Jumlah Kasus %
Induksi 68 59,13 %
Tidak induksi 47 40,87 %
Total 115 100 %
Dari data diatas didapatkan pengelolaan dengan induksi sebanyak 68 kasus (59,13 %)
dan tidak diinduksi sebanyak 47 kasus (49,87 %). Pengelolaan dengan induksi
terbanyak dikarenakan tidak adanya his yang adekuat atau pada ibu tidak ada his sama
sekali, hal ini karena kurangnya atau terganggunya produksi prostaglandin yang
seharusnya ada pada minggu ke-38 sampai 42 kehamilan.
14
Tabel 7. Distribusi kehamilan post matur menurut APGAR skor bayi yang dilahirkan pada bulan Mei 2001 – Mei 2002
Keadaan Bayinya Jumlah Kasus %
Sehat (7-8-9) 104 90,43 %
Asfiksia (4-5-6) 3 2.60 %
Meninggal 8 6,95 %
Total 115 100 %
Dari data di atas didapatkan bahwa keadaan bayi yang dilahirkan yang
terbanyak adalah sehat yaitu 104 kasus (90,43 %), sedangkan yang asfiksia sebanyak 3
kasus (2,60 %), dan yang meninggal adalah sebanyak 8 kasus (6,95 %). Hal ini dinilai
dari apgar skor yang kami dapatkan dari data rekam medik pasien. (10%).
Data tersebut menunjukkan bahwa penanganan yang diberikan sudah tepat dan
cepat baik dalam rujukan maupun tindakan. Pada kasus yang meninggal disebabkan
karena keterlambatan dalam merujuk dan kurangnya pengetahuan si ibu, hal ini dilihat
dari kehamilan yang sangat lewat waktu.
Tabel 8. Distribusi kehamilan Post matur menurut berat badan lahir bayi pada periode Mei 2001 – Mei 2002
Berat Badan Lahir Jumlah %
BBLR (< 2500) 4 3,48 %
BBLC (2500-4000) 107 93,04 %
BBLL (>4000) 6 3,48 %
Jumlah 115 100 %
Dari data diatas diketahui bahwa berat badan lahir yang terbanyak adalah cukup
bulan saebanyak 107 kasus (93,04%), sedangkan yang berat badan lahir rendah
sebanyak 2 kasus (1,74%) dan yang berat badan lahir lebih sebanyak 6 kasus (5,21%).
Dari data tersebut diatas didapatkan yang terbanyak adalah berat badan lahir
yang cukup karena pada kehamilan lebih bulan biasanya bayi besar. Bayi yang besar
karena nutrisi yang diterima janin lebih lama.Pada bayi yang yang berat badan rendah
karena adanya penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen akan menurun
sehingga janin kekurangan makanan.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
- Kehamilan lewat waktu (serotinus/post term) adalah kehamilan yang berlangsung
selama 42 minggu (294 hari) atau lebih sejak hari pertama menstruasi terakhir,
dihitung berdasarkan rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
- Partusnya disebut partus post maturus atau post matur dan bayinya disebut
postmaturitas (post matur).
- Yang terpenting dalam kehamilan lebih dari 42 minggu adalah menentukan keadaan
janin dan segera mengakhiri persalinan (terminasi).
- Angka Kejadian kehamilan Post matur di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto periode Mei 2001- Mei 2002 sebanyak 115 kasus dari 1302 kehamilan.
Angka kejadian ini sekitar 10 % dari seluruh kehamilan pada periode ini. Hal sesuai
dengan angka kejadian yang sebenarnya.
- Distribusi kehamilan post matur menurut usia ibunya didapatkan paling banyak
adalah ibu dengan usia reproduksi (20 – 35 tahun) yaitu sebanyak 95 kasus
(82,56 %).
- Distribusi kehamilan postmatur menurut paritas ibunya yang terbanyak adalah
primigravida sebanyak 60 kasus (52,17 %).
- Distribusi kehamilan post matur menurut Antenatal Care ibu terbanyak adalah
sebanyak 4-13 kali selama kehamilan adalah 17 kasus (61,74 %).
- Distribusi kehamilan post matur menurut asal rujukan adalah yang terbanyak dari
bidan sekitar 57 kasus (49,56 %).
- Distribusi kehamilan post matur menurut cara persalinan yang terbanyak adalah
secara spontan yaitu sebanyak 58 kasus (50,43 %).
- Distribusi kehamilan post matur menurut cara pengelolaan adalah lebih banyak yang
diinduksi yaitu sebanyak 68 kasus (59,13 %).
- Distribusi kehamilan post matur menurut keadaan bayi yang dilahirkan berdasarkan
APGAR skor yang terbanyak adalah 7-8-9 (sehat) sebanyak 104 kasus (90,43 %).
- Distribusi kehamilan post matur menurut berat badan lahir bayi adalah rata-rata
cukup (2500-4000 gram) sebanyak 107 kasus (93,04 %)
16
B. Saran
- Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan untuk mendiagnosis post term dapat
dilakukan seawal dan seteliti mungkin, sehingga penanganannya dapat direncanakan
secara tepat dan benar, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan angka
kematian maternal dan perinatal.
- Dikarenakan bahaya dari kehamilan post term ini cukup tinggi maka hal yang utama
adalah pencegahan dengan cara konseling antenatal yang baik dan teratur, disamping
dapat mengevaluasi kehamilan lebih teliti juga apabila ada tanda berat badan tidak naik,
oligohidramnion, gerakan menurun dapat cepat ditangani. Selain itu sekarang sudah ada
pelayanan USG sehingga kehamilan dapat ditentukan dengan tepat.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi I, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002, hal 317-20.
2. Cunningham & MacDonald, Obstetri Williams, Edisi XVIII, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hal 903-10.
3. Rustam, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998, hal 246-50.
4. SMF Obstetri dan Ginekologi Kehamilan Lewat Waktu. Standar Pelayanan Medis, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, hal 147-9
5. Harry Oxorn, Patologi & Fisiologi Persalinan, Penerbit Yayasan Essentia Medica, 1990, hal 575-79.
6. Abdul Bari Saifudin, Kehamilan Lewat Waktu, dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001, hal 305-10.
18