PPT Pneumonia

23
REFERAT PNEUMONIA Faiza Rizandy Widiana / 2014 10401011006 Gusti Ramadani / 2014 10401011039

description

describe pneumonia generally

Transcript of PPT Pneumonia

PATOFISIOLOGI

REFERATPNEUMONIAFaiza Rizandy Widiana / 2014 10401011006Gusti Ramadani / 2014 10401011039PENDAHULUANDari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di IndonesiaPneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

DEFINISIPneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium.ETIOLOGIBakteri gram positifBakteri gram negatifBakteri anaerobKLASIFIKASIKlasifikasi tradisionalPneumonia tipikalPneumonia atipikalKlasifikasi berdasarkan faktor lingkungan dan pejamuPneumonia komunitasPneumonia NosokomialPneumonia RekurensPneumonia aspirasiPneumonia pada gangguan imun

Klasifikasi berdasarkan sindrom klinisPneumonia bakterialPneumonia non-bakterialKlasifikasi berdasarkan predileksi infeksiPneumonia lobarisBronkopneumoniPneumonia intersisilPATOFISIOLOGI

PATOFISIOLOGIInokulasi langsungPenyebaran melalui pembuluh darahInhalasi bahan aerosolKolonisasi di permukaan mukosa

GEJALA KLINISDyspneuBatukTerdapat sputumTubuh lemahdemamDIAGNOSISAnamnesaPemeriksaan FisikPemeriksaan Penunjang

PENUNJANGPemeriksaan RadiologisPemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan BakteriologisPemeriksaan KhususPENATALAKSANAAN1. Sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya. Antibiotik yang digunakan adalah :- Macrolide (azithromycin, clarithromycin, atau erythromycin)- Doksisiklin 2. Kehadiran penyulita. Fluorokuinolon respiratory (moksifloksasin, gemiifloxacin atau levofloksasin b. B-laktam ditambah sebuah makrolida (amoksisilin dosis tinggi [misalnya, 1 g 3 kali sehari] atau amoksisilin klavulanat-[2 g 2 kali sehari] lebih disukai; alternatif termasuk cef triaxone, cefpodoxime, dan cefuroxime [500 mg 2 kali sehari]; doksisiklin adalah alternatif untuk makrolida tersebut.)

PENATALAKSANAANPengobatan penderita rawat inap non-ICUa. fluorokuinolon respiratoryb. b-laktam plus makrolida (pilihan b-laktam termasuk agen sefotaksim, ceftriaxone, dan ampisilin; ertapenem untuk pasien yang dipilih; Dengan doksisiklin sebagai alternatif makrolida ,fluorokuinolon respiratory harus digunakan untuk pasien yang alergi penisilin )

PENATALAKSANAANPengobatan penderita rawat inap ICUb-laktam (sefotaksim, ceftriaxone, atau ampisilin-sulbactam) plus azitromisin atau luoroquinolone (Untuk pasien alergi penisilin, fluoroquinolone pernapasan dan aztreonam direkomendasikan.)

Pengobatan penderita dengan kondisi khusus1. Untuk infeksi Pseudomonas, gunakan antipneumococcal, suatu anti pseudomonas b-laktam (piperasilin-tazobactam, cefepime, imipenem, atau meropenem) ditambah siprofloksasin atau levofloksasin baik (750 mg dosis)atau b-laktam ditambah aminoglikosida dan azitromisin, atau b-laktam diatas ditambah aminoglikosida dan anti pneumokokus fluorokuinolon. (Untuk pasien alergi penisilin, pengganti aztreonam untuk b laktam diatas)2. Untuk infeksi CA-MRSA, tambahkan vankomisin atau linezolid. Jangan Gunakan daptomycin untuk pneumonia.

PERAWATAN SUPORTIFTerapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkanekspirasi dan pengeluarn CO2. Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan pernapasan. Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik, termasuk pada keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi untuk maksud mengencerkan dahak tidak diperkenankan. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi ini tidak bermanfaat pada keadaan renjatan septik. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal. Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah: Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakaan masker. Kosentrasi O2 yang tinggi menyebabkan penurunan pulmonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi. Dalam hal ini perlu dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2 menjadi 50% atau lebih rendah. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau didapat asidosis respiratorik. Respiratory arrest. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.

Drainase empiema bila ada.Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan terutama dari lemak (>50%), hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.

KOMPLIKASIEfusi pleura dan empiemaKomplikasi sistemikHipoksemia karena gangguan difusiPneumonia kronikBronkiektasis

PENCEGAHANPemberian vaksin influenza dan pneumokokusPencegahan infeksi dengan desinfeksi dan sterilitas pada pneumokokus nosokomialNutrisi enteralPROGNOSISPada umumnya baikPrognosis buruk pada : Usia tua dan anak-anakGangguan imunologis dan penyakit metabolik lainIkterus, leukopeni dan komplikasi ekstraparuTerdapat kuman gram negatifTERIMA KASIH