ppt disfungsi ereksi

48
DISFUNGSI EREKSI Oleh: AIRONI IRMANSYAH 1018011034 AYU SULUNG NARIRATRI 1018011057 DESTY WULAN HANDAYANI 1018011060 MIA FEBRIANI PUTRI N 1018011077 PEMBIMBING : dr. Saut Hutagalung, Sp. U KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH RSUD DR. H. ABDUL MULOEK BANDAR LAMPUNG OKTOBER 2014

description

ppt disfungsi ereksi

Transcript of ppt disfungsi ereksi

DISFUNGSI EREKSIOleh:

AIRONI IRMANSYAH 1018011034AYU SULUNG NARIRATRI 1018011057DESTY WULAN HANDAYANI 1018011060MIA FEBRIANI PUTRI N 1018011077

PEMBIMBING :dr. Saut Hutagalung, Sp. U

KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAHRSUD DR. H. ABDUL MULOEK BANDAR LAMPUNG

OKTOBER 2014

Sistem reproduksi pria: testis, saluran kelamin, kelenjar tambahan, dan penis.

• Panjang penis: 9 sampai 12 cm.• Saat ereksi penuh:10 cm sampai 14 cm. • Pada orang barat (caucasian) atau orang Timur Tengah: 12,2 cm

sampai 15,4 cm.

Penampang horizontal, penis terdiri dari 3 rongga 2 batang korpus kavernosa di kiri dan kanan atas, di tengah bawah korpus spongiosa

ANATOMI PENIS

•Parasimpatis

•Simpatis

Saraf otonom

•Motoris

•Sensoris

Saraf somatik

PERSARAFAN PENIS

Saraf otonom parasimpatis

kolumna vertebralis S2-4

Saraf simpatis keluar dari kolumna

vertebralis segmen th 11-L2

Nervus kavernosa :

mempersarafi otot polos

Arteri pudenda interna

2 cabang korpus covernosa kiri&kanan areteri covernosa

1 cabang : arteri bulbourethralis korpus

spongiosum

VASKULARISASI PENIS

a. Suplai arterial pada penis.c. Drainase venous pada penis

Definisi

•Proses kompleks yang melibatkan interaksi (faktor saraf, psikologis, vaskuler dan hormonal)

Mekanisme

•Jalur fungsi seksual : gairah seksual (libido), ereksi, ejakulasi (orgasme) dan detumescence (keadaan normal penis).

FISIOLOGI EREKSI

Hemodinamika Ereksi Fase 0, yaitu fase flaksid. Otot polos arteriola ujung dan otot polos

kavernosum berkontraksi. Arus darah ke korpus kavernosum minimal dan hanya untuk keperluan nutrisi saja. Kegiatan listrik otot polos kaverne dapat dicatat, menunjukkan bahwa otot polos tersebut berkontraksi. Arus darah vena terjadi secara bebas dari vena subtunika ke vena emisaria.

FISIOLOGI EREKSI

•fase pengisian laten.

•Setelah terjadi perangsangan seks, sistem saraf parasimpatik mendominan, dan terjadi peningkatan aliran darah melalui arteria pudendus interna dan arteria kavernosa tanpa ada perubahan tekanan arteria sistemik. Tahanan perifer menurun oleh berdilatasinya arteri helisin dan arteri kavernosa. Penis memanjang, tetapi tekanan intrakavernosa tidak berubah.

Fase 1

•fase tumesens (mengembang).

•Pada orang dewasa muda yang normal, peningkatan yang sangat cepat arus masuk (influks) dari fase flasid dapat mencapai 25 – 60 kali.

• Tekanan intrakavernosa meningkat sangat cepat. Karena relaksasi otot polos trabekula, daya tampung kaverne meningkat sangat nyata pengembangan dan ereksi penis. Akhir fase ini, arus arteria berkurang.

Fase 2

•Fase ereksi penuh.

•Trabekula yang melemas akan mengembang dan bersamaan dengan meningkatnya jumlah darah akan tertekannya pleksus venula subtunika ke arah tunika albuginea sehingga menimbulkan venoklusi.

•Akibatnya tekanan intrakaverne meningkat sampai sekitar 10 – 20 mmHg di bawah tekanan sistol.

Fase 3

•fase ereksi kaku (rigid erection) atau fase otot skelet.

•Tekanan intakaverne meningkat melebih tekanan sistol sebagai akibat kontrasi volunter ataupun karena refleks otot iskiokavernosus dan otot bulbokavernosus ereksi yang kaku.

•Pada fase ini tidak ada aliran darah melalui arteria kavernosus.

Fase 4

•fase transisi. •Terjadi

peningkatan kegiatan sistem saraf simpatik, yang mengakibatkan meningkatnya tonus otot polos pembuluh helisin dan kontraksi otot polos trabekula. Arus darah arteri kembali menurun dan mekanisme venoklusi masih tetap diaktifkan.

Fase 5

•fase awal detumesens.

•Terjadi sedikit penurunan tekanan intrakaverne yang menunjukkan pembukaan kembali saluran arus vena dan penurunan arus darah arteri.

Fase 6

•fase detumesens cepat.

•Tekanan intrakaverne menurun dengan cepat, mekanisme venoklusi diinaktifkan, arus darah arteri menurun kembali seperti sebelum perangsangan, dan penis kembali ke keadaan flaksid.

Fase 7

Neuroanatomi dan Neurofisiologi ereksi

Kontrol perifer•Jalur Parasimpatik•Jalur Simpatetik•Jalur Somatik

Kontrol sentral•Mekanisme Spinal•Mekanisme Serebral

Neurotransmiter

NEUROANATOMI DAN NEUROFISIOLOGI EREKSI

Masukan preganglionik parasimpatik ke penis manusia berasal dari sakral medulla spinalis (S2-S4).

S3 adalah sumber utama dari serat erectogenic, dengan suplai lebih kecil disediakan oleh baik S2 atau S4

Input parasimpatis memainkan peran penting pada prostat, vesikula seminalis, vasa deferentia, dan kelenjar bulbo-uretra

Serabut eferen parasimpatis merangsang sekresi pada pria dari kelenjar bulbo-uretra dan kelenjar Littre serta dari vesikula seminalis dan prostat.

Jalur Parasimpatik

Proses ejakulasi melibatkan dua tahap yaitu emisi dan ejakulasi. Emisi terdiri dari pengendapan cairan dari kelenjar peri-uretra, vesikula seminalis, dan prostat serta sperma dari vas deferens ke dalam uretra posterior.

Ejakulasi proyektil melibatkan penutupan terkontrol simpatik dari leher vesika urinaria, pembukaan sfingter uretra eksternal, dan kontraksi dari otot bulbo-uretra untuk propulsi dari ejakulasi.

merupakan otot lurik yang dipersarafi oleh serabut somatik dari saraf pudenda.

Jalur Simpatetik

Jalur Somatik

Serat sensorik ini keluar dari segmen S2-S4 medulla spinalis dan perjalanan melalui saraf dorsal penis, yang bergabung dengan nervus pudenda. Input aferen yang disampaikan dari kulit penis, preputium, dan kelenjar melalui saraf dorsal

Aktivasi dari neuron sensorik mengirimkan pesan rasa sakit, suhu, dan sentuhan melalui jalur spinotalamikus dan spinoreticular ke talamus dan korteks sensorik untuk persepsi sensorik.

b. Kontrol sentral

MEKANISME SPINALBaik dalam individu normal dan pada pasien dengan cedera tulang belakang di atas segmen sakral, stimulasi reseptor aferen di penis menimbulkan ereksi.

dimediasi oleh jalur refleks sacral spinalis

MEKANISME SEREBRALFokus untuk ereksi melibatkan tiga bagian subdivisi corticosubcortical dari sistem limbik

1) distribusi anatomi terkenal dari proyeksi hippocampal ke bagian septum, anterior dan midline talamus, dan hipotalamus,2) bagian dari sistem anatomi yang terdiri dari badan mamiliari, saluran mimikotalamic inti thalamic anterior, dan cingulate gyrus,3) rektus gym, bagian medial inti thalamic medial punggung, dan wilayah mereka dikenal koneksi dan proyeksi.

c. Neurotransmiter

Serabut saraf adrenergik α-dan

reseptor telah terbukti dalam trabekula kavernosa dan di

sekitar arteri kavernosa, dan

norepinephrine neurotransmitter utama

untuk mengontrol keadaan flaksid penis

dan detumesens.

Sistem renin-angiotensin juga peran

penting dalam pemeliharaan otot

polos penis.

Neurotransmiter (dopamin, norepinefrin, 5-hydroxytestosterone [5-HT], dan oksitosin) dan neural hormon

(oksitosin, prolaktin) telah terlibat dalam pengaturan fungsi

seksual.

• ketidakmampuan menetap untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kinerja seksual yang memuaskan.

Definisi

• Perilaku seksual dan ereksi penis dikendalikan oleh hipotalamus, sistem limbik, dan korteks serebral. Oleh karena itu, stimulasi atau inhibisi pesan dapat disampaikan ke pusat-pusat ereksi spinal untuk memfasilitasi atau menghambat ereksiPatofisiologi

DISFUNGSI EREKSI

1.Meningkatkan minat seksual

2.Meningkatkan frekuensi tindakan seksual

3. Meningkatkan frekuensi ereksi nokturnal

Fungsi testosteron

Vaskular dan jantung Hormonal dan metabolik

Hipogonadisme primer & sekunder

Hipotiroidisme, gagal ginjal kronis

DE

Penyalah gunaan alkohol

atau obat obatan

Trauma pelvis

Cedera tulang

belakang

Obat anti hipertnsi (diuretik

dan central acting

agents)

ETIOLOGI DE

KLASIFIKASI DE

Klasifikasi menurut international Society of Impotence Research

Faktor Resiko

Gangguan ereksi dan gangguan dorongan seksual

Ejakulasi, orgasme dan nyeri kelamin

Fungsi seksual pasangan

Faktor gaya hidup : merokok, alkohol yang berlebihan dan penyalahgunaan narkotika

Penyakit kronis

Trauma dan operasi daerah pelvis / perineum / penis

Radioterapi daerah penis

Penggunaan obat – obatan

Penyakit saraf dan hormonal

Penyakit psikiatrik dan status psikologik

DiagnosisAnamnesis

Tanda tanda hipogonadism

e

Pemeriksaan testis dan penis

Pemeriksaan rektum dengan

jari (digital rectal

examination)

Penilaian tonus sfingter

ani

Bulbo cavernosus

reflex

Nadi perifer (tanda2 penyakit

vaskuler dan komplikasi DM)

Pemeriksaan fisik

1.Kadar serum testosteron pagi hari

2. Kadar glukosa dan lipid

3. Hitung darah lengkap

4.Tes fungsi ginjal

Pemeriksaan penunjang

GRADING EREKSI

PENATALAKSANAAN

Terapi lini pertama

Ketiga jenis obat ini menghambat enzim Phosphodiesterase-5 (PDE-5)

suatu enzim yang terdapat di organ penis dan berfungsi untuk menyelesaikan ereksi penis.

obat oral :

Sildenafil (viagra) Tadalafil (Cialis) Vardenafil (Levitra).

Sildenafil

Mula kerja : ½ – 1 jam. Masa kerja : 5-10 jam.

• Sildenafil tidak selektif dalam menghambat PDE-5. • karena, zat menghambat PDE-6, jenis enzim yang

letaknya di mata penglihatan mata menjadi biru (blue vision).

Diminum tidak berbarengan dengan makanan absorbsi terganggu jika lambung penuh

Mekanisme kerja sildenafil

Bekerja kompetitif menghambat enzim PDE 5 perombakan cGMP yang terbentuk dengan terlepasnya NO akibat stimulasi seksual akan terhambat relaksasi otot polos korpora kavernosa

selektif terhadap PDE5 dibandingkan terhadap PDE yang lain. Efek utamanya adalah terhadap korpus kavernosus di penis,.

Dosis : 25–100mg Dosis maks :

100mg/ 1x/hari

Vasodilata

si

•sakit kepala, flushing, rhinitis, dizziness, hipotensi dan hipotensi postural.

Saluran

cerna

•dispepsi dan rasa panas di epigastrium.

Gangguan visual

•penglihatan berwarna hijau kebiru-biruan, silau, dan penglihatan kabur. Gejala ini berlangsung selama beberapa jam (1-5 jam) terutama terjadi pada dosis tinggi

Efek samping sildenafil

Dosis

•10mg – 20mg

Kerja

•Mula kerja : 10menit – 1 jam

•Masa kerja : 5 – 10 jam

Keunggulan

•Absosrbsi tidak dipengaruhi makanan

Kelemahan

•Terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah di hidung sehingga menyebabkan hidung tersumbat).

Vandenafil

Kerja

•Mula kerja :1 jam

•Masa kerja :36 jam

Keunggulan

•Absosrbsi tidak dipengaruhi makanan

Kelemahan

•menghambat PDE-11 enzim yang letaknya di pinggang sehingga pria akan mengalami rasa sakit di pinggang.

Tadalafil

Terapi lini kedua

Bentuk

•Suntikan intravernosa dan pemberian alprostadil melalui uretra.

Kerja

•Terapi suntikan intrakarvenosa yang digunakan adalah penghambat adrenoreseptor dan prostaglandin

Prinsip

•Menyebabkan relakasasi otot polos pembuluh darah dan karvenosa yang dapat menyebabkan ereksi.

Terapi lini ketiga

Bentuk

•implantasi prosthesis pada penis

Prinsip

•pada kasus gagal terapi medikamentosa atau pada pasien yang menginginkan solusi permanen untuk masalah disfungsi ereksi

Tipe

•tipe prosthesis yaitu semirigid dan inflatable

Pilihan terapi bedah untuk menkoreki DEdibagikan menurut tiga kategori, yaitu:

1. Implantasi protesa penis2. Revaskularisasi penis3. Pembedahan untuk Corporal Veno-

occlusive Dysfunction (CVOD) 

TERAPI BEDAH

Prostesis penis

Semirigid or malleable implant rod implant

Kelebihan

1. Teknik bedah sederhana2. Komplikasi relatif sedikit3. Tidak ada bagian yang dipindah4. Implan yang sedikit atau tidak

mahal5. Tingkat keberhasilannya 70-80%6. Efektivitasnya tinggi

Kekurangan

1. Ereksi terus sepanjang waktu2. Tidak meningkatkan lebar (ukuran)

penis3. Risiko infeksi4. Dapat melukai atau merubah

erection bodies5. Dapat menyebabkan

nyeri/mengerosi kulit6. Jika tidak sukses, dapat

mempengaruhi terapi lainnya.

Prostesis penis

Fully inflatable implants

Kelebihan

1. Rigiditas-flaksiditasnya menyerupai proses alamiah

2. Pasien dapat mengontrol keadaan ereksi

3. Tampak alamiah4. Dapat meningkatkan lebar

(ukuran) penis saat digunakan5. Tingkat keberhasilannya 70-

80%6. Efektivitasnya tinggi

Kekurangan

1. Risiko infeksi2. Implan yang paling mahal3. Jika tidak sukses, dapat

mempengaruhi terapi lainnya.

Prostesis penis

Self-contained inflatable unitary implants

Kelebihan

1. Rigiditas-flaksiditasnya menyerupai proses alamiah

2. Pasien dapat mengontrol keadaan ereksi

3. Tampak alamiah4. Teknik bedahnya lebih

mudah daripada prostesis “inflatable”

 Kekurangannya:

1. Terkadang sulit mengaktifkan peralatan “inflatable”

2. Risiko infeksi3. Dapat melukai atau merubah

erection bodies4. Relatif mahal

a. Distal Penile approach

b. Infrapubic approach

c. Penoscrotal approach

Tehnik Pembedahan

DE menjadi persisten,

Efek psikologis menjadi signifikan

DE yang persisten dapat merupakan gejala dari kondisi

medis penting

diabetes, penyakit jantung, hipertensi,

gangguan tidur, atau masalah sirkulasi

PROGNOSIS

Roger S.Kirby, MD, FRCS(Uroi), FEBU; Tom F.Lue, MDAn Atlas of ERECTILE DYSFUNCTION, 2nd Ed. 2005. Copyright © 2004 The Parthenon Publishing Group

Anonymous. NIH Consensus Conference. Impotence. NIH Consensus Development Panel on Impotence. JAMA 1993 Jul 7;270(1):83–90. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK38725/?report=printable

Alan J. Wein, MD, PhD(Hon) Professor and Chair, Division of Urology, University of Pennsylvania School of Medicine.. Campbell-Wash Urology 9th edition. 2007. [.CHM]. Saunders Elesevier.

Fouad r. Kandeel. City of hope national medical center, duarte, california, usa. Male sexual dysfunction pathophysiology and treatment. Informa healthcare usa, inc. Hal. 11-39

John J. Mulcahy, MD, PhD Professor Emeritus of Urology, Indiana University Medical Center, Indianapolis, IN. Male Sexual Function, Second Edition. 2006. Humana Press. Hal 1-47; 419-435

Robert C. Dean, MD and Tom F. Lue, MD. Physiology of Penile Erection and Pathophysiology of Erectile Dysfunction, (PDF) 2005; Natinal institute of Health Reference. [cited on July 10th 2012] [online].

CULLEY C. CARSON III, MD, University of North Carolina School of Medicine, Chapel Hill, NC. Urologic Prostheses The Complete Practical Guide To Devices, Their Implantation, And Patient Follow Up. 2002. Humana Press Totowa, New Jersey.

Faruk Kucukdurmaz and Ates Kadioglu. Istanbul University, Istanbul Medical Faculty, Urology Department, Istanbul, Turkey. Erectile Dysfunction – Disease-Associated Mechanisms and Novel Insights into Therapy. Chapter 9. Surgical Treatment of Erectile Dysfunction.

DAFTAR PUSTAKA